Anda di halaman 1dari 14

KD 2

MENGANALISIS KEHIDUPAN MANUSIA DAN HASIL-HASIL


BUDAYA MASYARAKAT PRA AKSARA INDONESIA

A.  HASIL KEBUDAYAAN ZAMAN BATU


Pada zaman batu peralatan hidup manusia purba terbuat dari batu. Berdasarkan
perkembangannya zaman batu dapat dapat dikelompokan menjadi empat yaitu :

1.  Zaman Batu Tua (Palaeolithikum)


Paleolithikum berasal dari kata Palaeo artinya tua, dan Lithos yang artinya batu sehingga
zaman ini disebut zaman batu tua. Hasil kebudayaannya banyak ditemukan di daerah Pacitan dan
Ngandong Jawa Timur. Para arkeolog sepakat untuk membedakan temuan benda-benda
prasejarah di kedua tempat tersebut, yaitu sebagai kebudayaan Pacitan dan kebudayaan
Ngandong.
Zaman batu tua diperkirakan berlangsung kurang lebih 600.000 tahun silam. Kehidupan
manusia masih sangat sederhana, hidup berpindah-pindah (nomaden), dan bergantung pada alam.
Mereka memperoleh makanan dengan cara berburu, mengumpulkan buah- buahan, umbi-
umbian, serta menangkap ikan. Cara hidup seperti ini dinamakan food gathering.
Jenis peralatan yang digunakan pada zaman batu tua terbuat dari batu yang masih kasar, seperti
kapak genggam (chopper), kapak penetak (chopping tool), peralatan dari tulang dan tanduk
binatang, serta alat serpih (flake) yang digunakan untuk menguliti hewan buruan, mengiris
daging, atau memotong umbi-umbian.

Alat-alat zaman paleolithikum


Pada zaman ini alat-alat terbuat dari batu yang masih kasar dan belum dihaluskan. Contoh alat-
alat tersebut adalah:

a. Kapak Genggam

Kapak genggam banyak ditemukan di daerah Pacitan. Alat ini biasanya disebut "chopper" (alat
penetak/pemotong) Alat ini dinamakan kapak genggam karena alat tersebut serupa dengan
kapak, tetapi tidak bertangkai dan cara mempergunakannya dengan cara menggenggam.
Pembuatan kapak genggam dilakukan dengan cara memangkas salah satu sisi batu sampai
menajam dan sisi lainnya dibiarkan apa adanyasebagai tempat menggenggam. Kapak genggam
berfungsi menggali umbi, memotong, dan menguliti binatang.

1
b. Kapak Perimbas

Kapak perimbas berfungsi untuk merimbas kayu, memahat tulang dan sebagai senjata. Manusia
kebudayan Pacitan adalah jenis Pithecanthropus. Alat ini juga ditemukan di Gombong (Jawa
Tengah), Sukabumi (Jawa Barat), lahat, (Sumatra selatan), dan Goa Choukoutieen (Beijing). Alat
ini paling banyak ditemukan di daerah Pacitan, Jawa Tengah sehingga oleh Ralp Von
Koenigswald disebut kebudayan Pacitan.

c. Alat-alat dari tulang binatang atau tanduk rusa

Salah satu alat peninggalan zaman paleolithikum yaitu alat dari tulang binatang. Alat-alat dari
tulang ini termasuk hasil kebudayaan Ngandong. Kebanyakan alat dari tulang ini berupa alat
penusuk (belati) dan ujung tombak bergerigi. Fungsi dari alat ini adalah untuk mengorek ubi dan
keladi dari dalam tanah, digunakan sebagai alat untuk menangkap ikan.

d. Flakes

Flakes yaitu alat-alat kecil yang terbuat dari batu Chalcedon, yang dapat digunakan untuk
mengupas makanan. Flakes termasuk hasil kebudayaan Ngandong sama seperti alat-alat dari
tulang binatang. Kegunaan alat-alat ini pada umumnya untuk berburu, menangkap ikan,
mengumpulkan ubi dan buah-buahan.

2.   Zaman Batu Pertengahan/Madya (Mesolithikum)

Mesolithikum berasal dari kata Meso yang artinya tengah dan Lithos yang artinya batu
sehingga zaman ini dapat disebut zaman batu tengah.
Zaman batu pertengahan diperkirakan berlangsung kurang lebih 20.000 tahun silam. Pada zaman
ini, kehidupan manusia tidak jauh berbeda dengan zaman batu tua, yaitu berburu, mengumpulkan

2
makanan, dan menangkap ikan. Mereka juga sudah mulai hidup menetap di gua, tepi sungai, atau
tepi pantai.
Alat-alat perkakas yang digunakan pada masa Mesolithikum hampir sama dengan alat-
alat pada zaman Palaeolithikum, hanya sudah sedikit dihaluskan. Peralatan yang dihasilkan pada
zaman Mesolithikum, antara lain kapak Sumatra (pebble), sejenis kapak genggam yang dibuat
dari batu kali yang salah satu sisinya masih alami; kapak pendek (hache courte), sejenis kapak
genggam dengan ukuranyang lebih kecil; pipisan, batu-batu penggiling beserta landasannya;
alat-alat dari tanduk dan tulang binatang; mata panah dari batu dan juga flake.

Hasil kebudayaan mesolithikum

a. Kjokkenmoddinger (Sampah Dapur)

Kjokkenmoddinger adalah istilah yang berasal dari bahasa Denmark yaitu kjokken artinya dapur
dan modding artinya sampah jadi Kjokkenmoddinger arti sebenarnya adalah sampah dapur.
Dalam kenyataan Kjokkenmoddinger adalah timbunan atau tumpukan kulit kerang dan siput
yang mencapai ketinggian ± 7 meter dan sudah membatu atau menjadi fosil. Kjokkenmoddinger
ditemukan disepanjang pantai timur Sumatera yakni antara Langsa dan Medan. Dari bekas-
bekas penemuan tersebut menunjukkan bahwa manusia purba yang hidup pada zaman ini sudah
menetap. Tahun 1925 Dr. P.V. Van Stein Callenfels melakukan penelitian di bukit kerang
tersebut dan hasilnya banyak menemukan kapak genggam yang ternyata berbeda dengan chopper
(kapak genggam Palaeolithikum).

b. Pebble (kapak genggam Sumatera = Sumateralith)

Tahun 1925, Dr. P.V. Van Stein Callenfels melakukan penelitian di bukit kerang tersebut dan
hasilnya menemukan kapak genggam. Kapak genggam yang ditemukan di dalam bukit kerang
tersebut dinamakan dengan pebble/kapak genggam Sumatra (Sumatralith) sesuai dengan lokasi
penemuannya yaitu dipulau Sumatra. Bahan-bahan untuk membuat kapak tersebut berasal batu
kali yang dipecah-pecah.

3
c. Hachecourt (kapak pendek)
Selain pebble yang diketemukan dalam bukit kerang, juga ditemukan sejenis kapak
tetapi bentuknya pendek (setengah lingkaran) yang disebut dengan hachecourt/kapak
pendek.

d. Pipisan

Selain kapak-kapak yang ditemukan dalam bukit kerang, juga ditemukan pipisan (batu-batu
penggiling beserta landasannya). Batu pipisan selain dipergunakan untuk menggiling makanan
juga dipergunakan untuk menghaluskan cat merah. Bahan cat merah berasal dari tanah merah.
Cat merah diperkirakan digunakan untuk keperluan religius dan untuk ilmu sihir.

e. Alat dari tulang/Kebudayaan Tulang dari Sampung

Berdasarkan alat-alat kehidupan yang ditemukan di goa lawa di Sampung (daerah Ponorogo -
Madiun Jawa Timur) tahun 1928 - 1931, ditemukan alat-alat dari batu seperti ujung panah dan
flakes, kapak yang sudah diasah, alat dari tulang, tanduk rusa, Oleh para arkeolog bagian terbesar
dari alat-alat yang ditemukan itu adalah tulang, sehingga disebut sebagai Sampung Bone Culture.

f. Abris Sous Roche (Gua tempat tinggal) Silhaute

Abris Sous Roche adalah goa-goa yang yang dijadikan tempat tinggal manusia purba
pada zaman Mesolithikum dan berfungsi sebagai tempat perlindungan dari cuaca dan binatang
buas. Penyelidikan pertama pada Abris Sous Roche dilakukan oleh Dr. Van Stein Callenfels
tahun 1928-1931 di goa Lawa dekat Sampung Ponorogo Jawa Timur. Alat-alat yang ditemukan
pada goa tersebut antara lain alat-alat dari batu seperti ujung panah, flakes, batu pipisan, kapak

4
yang sudah diasah yang berasal dari zaman Mesolithikum, serta alat-alat dari tulang dan tanduk
rusa.Di antara alat-alat kehidupan yang ditemukan ternyata yang paling banyak adalah alat dari
tulang sehingga oleh para arkeolog disebut sebagai Sampung Bone Culture / kebudayaan tulang
dari Sampung. Karena goa di Sampung tidak ditemukan Pebble ataupun kapak pendek yang
merupakan inti dari kebudayaan Mesolithikum. Selain di Sampung, Abris Sous Roche juga
ditemukan di daerah Besuki dan Bojonegoro Jawa Timur.

Kebudayaan Toala dan yang serumpun dengan itu disebut juga kebudayaan flake dan
blade. Alat-alatnya terbuat dari batu-batu yang menyerupai batu api dari eropa, seperti
chalcedon, jaspis, obsidian dan kapur. Perlakuan terhadap orang yang meninggal dikuburkan
didalam gua dan bila tulang belulangnya telah mengering akan diberikan kepada keluarganya
sebagai kenang-kenangan. Biasanya kaum perempuan akan menjadikan tulang belulang tersebut
sebagai kalung. Selain itu, didalam gua terdapat lukisan mengenai perburuan babi dan juga
rentangan lima jari yang dilumuri cat merah yang disebut dengan “silhoutte”. Arti warna
merah tanda berkabung. Kebudayaan ini ditemukan di Jawa (Bandung, Besuki, dan Tuban),
Sumatera (danau Kerinci dan Jambi), Nusa Tenggara di pulau Flores dan Timor.

3.  Zaman Batu Muda (Neolithikum)

Zaman Neolitikum artinya zaman batu muda. Di Indonesia, zaman Neolitikum dimulai
sekitar 1.500 SM. Cara hidup untuk memenuhi kebutuhannya telah mengalami perubahan pesat,
dari cara food gathering menjadi food producting, yaitu dengan cara bercocok tanam dan
memelihara ternak. Pada masa itu manusia sudah mulai menetap di rumah panggung untuk
menghindari bahaya binatang buas. Manusia pada masa Neolitikum ini pun telah mulai membuat
lumbung-lumbung guna menyimpan persediaan padi dan gabah. Tradisi menyimpan padi di
lumbung ini masih bisa dilihat di Lebak, Banten. Masyarakat Baduy di sana begitu menghargai
padi yang dianggap pemberian Nyai Sri Pohaci. Mereka tak perlu membeli beras dari pihak luar
karena menjual belikan padi dilarang secara hukum adat. Mereka rupanya telah mempraktikkan
swasembada pangan sejak zaman nenek moyang.   
Pada zaman ini, manusia purba Indonesia telah mengenal dua jenis peralatan, yakni
beliung persegi dan kapak lonjong. Beliung persegi menyebar di Indonesia bagian Barat,
diperkirakan budaya ini disebarkan dari Yunan di Cina Selatan yang berimigrasi ke Laos dan
selanjutnya ke Kepulauan Indonesia. Kapak lonjong tersebar di Indonesia bagian timur yang
didatangkan dari Jepang, kemudian menyebar ke Taiwan, Filipina, Sulawesi Utara, Maluku, Irian
dan kepulauan Melanesia.

Hasil budaya zaman neolithikum, antara lain.

a. Kapak Persegi

5
Kapak persegi dibuat dari batu persegi. Kapak ini dipergunakan untuk mengerjakan kayu,
menggarap tanah, dan melaksanakan upacara. Di Indonesia, kapak persegi atau juga disebut
beliung persegi banyak ditemukan di Jawa, Kalimantan Selatan, Sulawesi, dan Nusa tenggara.

b. Kapak Lonjong

Kapak ini disebut kapak lonjong karena penampangnya berbentuk lonjong. Ukurannya ada yang
besar ada yang kecil. Alat digunakan sebagai cangkul untuk menggarap tanah dan memotong
kayu atau pohon. Jenis kapak lonjong ditemukan di Maluku, Papua, dan Sulawesi Utara.

c. Mata Panah

Mata panah terbuat dari batu yang diasah secara halus. Gunanya untuk berburu. Penemuan mata
panah terbanyak di Jawa Timur dan Sulawesi Selatan.

d. Gerabah

Gerabah dibuat dari tanah liat. Fungsinya untuk berbagai keperluan.

e. Perhiasan

Masyarakat pra-aksara telah mengenal perhiasan, diantaranya berupa gelang, kalung, dan anting-
anting. Perhiasan banyak ditemukan di Jawa Barat, dan Jawa Tengah.

6
f. Alat Pemukul Kulit Kayu
Alat pemukul kulit kayu digunakan untuk memukul kulit kayu yang akan digunakan sebagai
bahan pakaian. Adanya alat ini, membuktikan bahwa pada zaman neolithikum manusia pra-
aksara sudah mengenal pakaian.

4.  Zaman Batu Besar (Megalithikum)


Megalithikum berasal dari kata megalith dalam bahasa yunani. Kata itu tersusun atas kata
mega dan lithos, mega berarti besar, dan lithos berarti batu. Jadi megalithikum dapat berarti
bangunan yang dibuat dari batu besar. Zaman batu besar diperkirakan berkembang sejak zaman
batu muda sampai zaman logam. Ciri utama pada zaman megalithikum adalah manusia yang
hidup pada zamannya sudah mampu membuat bangunan-bangunan besar yang terbuat dari batu.
Banyak terdapat bangunan-bangunan besar terbuat dari batu ditemukan khususnya yang
berkaitan dengan kepercayaan mereka seperti sarkofagus, kubur batu, punden berundak, arca,
menhir, dan dolmen.

Berikut merupakan hasil kebudayaan Megalithikum beserta ciri dan fungsinya serta tempat
ditemukannya.
1. Sarkofagus adalah bangunan batu besar yang dipahat menyerupai mangkuk, yakni terdiri
atas dua keping yang ditangkupkan menjadi sepasang (satu sisi untuk bagian bawah dan sisi
lain sebagai penutupnya). Sarkofagus berfungsi sebagai peti jenasah. Banyak ditemukan di
daerah Bali.
2. Menhir adalah bangunan berupa tiang atau tugu batu yang berfungsi sebagai tanda
peringatan dan melambangkan kehormatan terhadap arwah nenek moyang. Adapun tempat
ditemukannya di Paseman Sumatra Selatan dan Sulawesi Tengah.
3. Dolmen adalah bangunan berupa meja batu yang berfungsi sebagai tempat meletakan sesaji
dalam pemujaan terhadap roh nenek moyang. Adapun tempat ditemukannya di Cipari
Kuningan, Pasemah dan Nusa Tenggara.
4. Punden berundak-undak adalah  bangunan berupa susunan batu bertingkat yang
menyerupai bangunan candi, yang berfungsi sebagai tempat pemujaan. Ditemukan di Lebak
Sibedug dan Bukit Hyang Jawa Timur.
5. Arca Batu adalah bangunan berupa patung manusia dan binatang yang berfungsi sebagai
bentuk penghormatan terhadap tokoh yang disukai, ditemukan di daerah Lampung,
Pasemah, Jawa Tengah dan Jawa Timur.
6. Pandhusa, benda ini berupa meja batu yang kakinya tertutup rapat berfungsi sebagai
kuburan, ditemukan di Bondowoso dan Besuki Jawa Timur.
7. Kubur batu adalah peti yang terbuat dari batu berbentuk kotak persegi panjang, yang
berfungsi sebagai tempat menyimpan jenazah. Kubur batu banyak ditemukan di Bali,
Pasemah (Sumatra Selatan), Wonosari (Yogyakarta), Cepu (Jawa Tengah), dan Cirebon
(Jawa Barat).
8. Waruga, yaitu kubur batu berbentuk kubus atau bulat yang terbuat dari batu besar yang
utuh. Waruga banyak ditemukan di Sulawesi Utara dan Sulawesi Tengah.
9. Arca atau patung, yaitu bangunan batu berupa binatang atau manusia yang melambangkan
nenek moyang dan menjadi pujaan. Peninggalan ini banyak ditemukan di Pasemah (Sumatra
Selatan) dan lembah Bada Lahat (Sulawesi Selatan).

B.  HASIL KEBUDAYAAN ZAMAN LOGAM/PERUNDAGIAN

7
Kebuadayaan manusia purba pada zaman logam sudah jauh lebih tinggi atau lebih maju
jika dibandingkan dengan kebudayaan manusia purba pada zaman batu. Pada zaman logam
manusia purba sudah memiliki kemampuan melebur logam untuk membuat alat-alat yang
dibutuhkan.  Kebudayaan zaman logam dapat dibagi menjadi tiga zaman yaitu zaman perunggu,
zaman tembaga, dan zaman besi.

1. Zaman perunggu

Di Indonesia tradisi logam dimulai beberapa abad sebelum masehi. Tradisi membuat alat-alat
dari perunggu merupakan ciri khas pada masa perundagian. Adapun alat-alat dari zaman
perunggu antara lain nekara, moko, kapak corong, perhiasan perunggu, arca atau patung
perunggu, dan manik-manik.

a. Nekara

Nekara dapat juga disebut Genderang Nobat atau Genderang Ketel karena bentuknya
semacam berumbung. Terbuat dari perunggu yang berpinggang di bagian tengahnya, dan sisi
atasnya tertutup. Bagi masyarakat prasejarah, nekara dianggap sesuatu yang suci. Di daerah
asalnya, Dongson, pemilikan nekara merupakan simbol status, sehingga apabila pemiliknya
meninggal, dibuatlah nekara tiruan yang kecil yang dipakai sebagai bekal kubur. Di Indonesia
nekara hanya dipergunakan waktu upacara-upacara saja, antara lain ditabuh untuk
memanggil roh nenek moyang, dipakai sebagai genderang perang, dan dipakai sebagai alat
memanggil hujan.
Daerah penemuan nekara di Indonesia antara lain, Pulau Sumatra, Pulau Jawa, Pulau
Roti, dan Pulau Kei serta Pulau Selayar, Pulau Bali, Pulau Sumbawa, Pulau Sangean. Nekara-
nekara yang ditemukan di Indonesia, biasanya beraneka ragam sehingga melalui hiasan-hiasan
tersebut dapat diketahui gambaran kehidupan dan kebudayaan yang ada pada masyarakat
prasejarah. Nekara yang ditemukan di Indonesia ukurannya besar-besar. Contoh nekara yang
ditemukan di Desa Intaran daerah Pejeng Bali, memiliki ketinggian 1,86 meter dengan garis
tengahnya 1,60 meter. Nekara tersebut dianggap suci sehingga ditempatkan di Pure Penataran
Sasih. Dalam bahasa Bali sasih artinya bulan, maka nekara tersebut dinamakan nekara Bulan

b. Moko

Merupakan genderang kecil yang terbuat dari perunggu. Bangunan ini berguna untuk alat
upacara atau sebagai mas kawin. Daerah penemuan moko ini adalah di Alor.

c. Kapak Corong

8
Kapak corong disebut juga kapak sepatu karena seolah-olah kapak disamakan dengan
sepatu dan tangkai kayunya disamakan dengan kaki. Bentuk bagian tajamnya kapak corong tidak
jauh berbeda dengan kapak batu, hanya bagian tangkainya yang berbentuk corong. Corong
tersebut dipakai untuk tempat tangkai kayu. Bentuk kapak corong sangat beragam jenisnya.
Salah satunya ada yang panjang satu sisinya yang disebut dengan candrosa, bentuknya sangat
indah dan dilengkapi dengan hiasan.

d. Bejana perunggu

Bejana perunggu ditemukan di tepi Danau Kerinci Sumatra dan Madura, bentuknya
seperti periuk tetapi langsing dan gepeng. Kedua bejana yang ditemukan mempunyai hiasan
yang serupa dan sangat indah berupa gambar geometri dan pilin-pilin yang mirip huruf J.
e. Arca-arca perunggu

Arca perunggu yang berkembang pada zaman logam memiliki bentuk bervariasi, ada
yang berbentuk manusia, ada juga yang berbentuk binatang. Pada umumnya, arca perunggu
bentuknya kecil-kecil dan dilengkapi cincin pada bagian atasnya. Adapun fungsi dari cincin
tersebut sebagai alat untuk menggantungkan arca itu sehingga tidak mustahil arca perunggu yang
kecil dipergunakan sebagai bandul kalung. Daerah penemuan arca perunggu di Indonesia adalah
Palembang Sumsel, Limbangan Bogor, dan Bangkinang Riau.

f. Perhiasan perunggu

9
Perhiasan dari perunggu yang ditemukan sangat beragam bentuknya, yaitu seperti kalung,
gelang tangan dan kaki, bandul kalung dan cincin. Di antara bentuk perhiasan tersebut terdapat
cincin yang ukurannya kecil sekali, bahkan lebih kecil dari lingkaran jari anak-anak. Untuk itu,
para ahli menduga fungsinya sebagai alat tukar. Perhiasan perunggu ditemukan di Malang, Bali,
dan Bogor.

g. Manik-manik

Manik-manik
yang berasal dari zaman
perunggu ditemukan
dalam jumlah yang
besar sebagai bekal kubur sehingga memberikan corak istimewa pada zaman perunggu.

2.  Zaman tembaga
Di Indonesia tidak mengalami zaman tembaga. Hal ini terlihat dari tidak diketemukannya
barang-barang peninggalan yang terbuat dari tembaga.

3.   Zaman besi

Zaman besi adalah zaman ketika orang telah dapat melebur besi dari bijihnya untuk
dituang menjadi alat-alat yang diperlukan. Oleh karena membutuhkan suhu yang sangat panas
untuk melebur bijih besi, maka alat-alat yang dihasilkan pun lebih sempurna.

Teknik pembuatan alat yang terbuat dari logam dapat dikategorikan menjadi dua cara
sebagai berikut.

1. A cire perdue atau cetakan lilin, caranya yaitu membuat bentuk benda yang dikehendaki
dengan lilin. Setelah membuat model dari lilin, maka ditutup dengan menggunakan tanah,
dan dibuat lubang dari atas dan bawah. Setelah itu, dibakar sehingga lilin yang
terbungkus dengan tanah akan mencair, dan keluar melalui lubang bagian bawah. Lubang
bagian atas dimasukkan cairan perunggu, dan apabila sudah dingin, cetakan tersebut
dipecah sehingga keluarlah benda yang dikehendaki. Kekurangannya Hanya digunakan
sekali cetak, kelebihannya bisa membuat alat-alat yang modelnya rumit.

10
2. Bivalve atau setangkup

Caranya yaitu menggunakan cetakan yang ditungkupkan dan dapat dibuka, sehingga
setelah dingin cetakan tersebut dapat dibuka, maka keluarlah benda yang dikehendaki, cetakan
tersebut biasanya terbuat dari batu atau kayu. Kelebihannya bisa digunakan beberapa kali,
kelemahhanya model biasa
Benda-benda yang diketemukan dimasa ini tidak begitu banyak karena mungkin alat-alat
tersebut telah berkarat sehingga hancur. Kemungkinan alat-alat tersebut dikubur bersma dengan
orang atau pemiliknya yang telah meninggal. Adapun alat-alat dari tradisi besi yang banyak
diketemukan antara lain, mata kapak, mata pisau, mata sabit, mata pedang, cangkul, tongkat dan
gelang besi. Daerah ditemukannya alat-alat ini adalah Bogor, Wanasari, Ponorogo, dan Besuki.
Zaman besi menandakan zaman terakhir dari zaman prasejarah.

1 2 3

C. JENIS MANUSIA PRAAKSARA INDONESIA

1. Meganthropus (Manusia Besar)

Penemu : Von Koenigswald, pada tahun 1936


Tempat : Daerah Sangiran, Sragen, Jawa Tengah
Tahun : 1936
Hidup : sekitar 2 hingga 1 juta tahun yg lalu
Dikenal dengan nama Meganthropus Paleojavanicus, yang memiliki arti "manusia raksasa
dari Jawa". Jenis dari manusia purba ini memiliki rahang yang kuat dengan badan yang tegap.

2. Pithecanthropus (Manusia Kera Berjalan Tegak)

11
Pithecanthropus merupakan jenis manusia purba yang paling banyak ditemukan di Indonesia.
Hasil penemuan di Indonesia antara lain :
a. Penemu Pithecanthropus Erectus : Eugene Dubois
Tempat Penemuan  : Trinil, Ngawi, Jawa Timur
Tahun  : 1891

b. Penemu Pithecanthropus Mojokertensis : Von Koenigswald


Tempat Penemuan  : Jetis, dekat Mojokerto, Jawa Timur

3. Homo

a. Homo Wajakensis memiliki arti manusia yang berasal dari Wajak.


Penemu  : Eugene Dubois
Tempat Penemuan  : dekat Wajak, Tulungagung, Jawa Timur
Tahun  : 1889
Wajakensis ini sendiri diperkirakan menjadi nenek moyang dari Ras Australoid yang
merupakan penduduk asli Australia.
b. Homo Soloensis memiliki arti manusia yang berasal dari Solo.
Penemu  : Ter Haar dan Oppenoorth
Tempat Penemuan  : Ngandong, lembah Bengawan Solo
Tahun  : antara tahun 1931 – 1934
c. Homo lieng bua/Florensiensis
Penemu : Peter Brown dan Mike .J. Marwood
Tempat penemuan : gua lieng bua, ruteng, manggarai,, flores
Tahun : 2001

Ciri – Ciri Manusia Prakasara


1. Ciri –ciri Megantropus

a. Memiliki tulang pipi yang tebal


b. Memiliki otot kunyah yang kuat
c. Memiliki tonjolan kening yang mencolok
d. Memiliki tonjolan belakang yang tajam
e. Tidak memiliki dagu
f. Memiliki perawakan yang tegap
g. Memakan jenis tumbuh-tumbuhan

2. Ciri – ciri Pithicantropus

a. Memiliki tinggi badan sekitar 165 - 180 cm


b. Volume otak berkisar antara 750 - 1350 cc
c. Alat pengunyah dan alat tengkuk sangat kuat
d. Bentuk graham besar dengan rahang yang sangat kuat
e. Bentuk tonjolan kening tebal melintang di dahi dari sisi ke sisi
f. Bentuk hidung tebal
g. Bagian belakang kepala tampak menonjol menyerupai wanita berkonde
h. Pemakan tumbuhan dan daging

3. Ciri-ciri Homo

12
a. Volume otak berkisar antara 1000 - 1200 cc
b. Tinggi badan antara 130 - 210 cm
c. Otot tengkuk mengalami penyusutan
d. Muka tidak menonjol ke depan
e. Berdiri tegak dan berjalan lebih sempurna
f. Jenis makanan tumbuhan dan daging

D. CIRI-CIRI KEHIDUPAN MANUSIA PRAAKSARA

1. Zaman Paleolitikum/tua/kasar
a. Berkelompok dalam jumlah besar
b. Hidup masih berpindah-pindah
c. Masih tergantung dari alam
d. Alat-alat yang digunakan masih kasar
e. Makanan dari tumbuhan
f. Megantrophus

2. Zaman Mesolitikum/tengah
a. Sudah mulai menetap tapi masih sementara
b. Makanan masih tergantung dari alam
c. Alat-alat yang digunakan sudah mulai halus
d. Jenis makanan tumbuh-tumbuhan dan daging
e. Sudah menemukan api
f. Pithicantropus/ homo

3. Zaman Neolitikum/muda/halus
a. Sudah menetap dengan mantap
b. Sudah memproduksi makanan sendiri
c. Sudah ada pemimpin
d. Makanan sudah diolah
e. Sudah tukar menukar barang
f. Pendukung homo sapiens
g. Peralatan terbuat dari batu yang sudah halus dan dari tanah liat (gerabah)
h. Sudah mengenal system kepercayaan animisme dan dinamisme

LATIHAN SOAL:

Jawablah pertanyaan dibawah ini dengan jelas dan benar !

1. Masa Neozoikum sering terjadi fenomena alam yang keras dantidak stabil. Bagaimana
manusia purba menyikapinya dan pengaruhnya pada fisik mereka !
2. Perjalanan manusia purba melalui beberapa masa, yaitu berburu-meramu, bercocok
tanam dan masa perundagian, berikan penjelasannya !
3. Pada masa masyarakat pra aksara telah mengenal sistem kepercayaan, berikan penjelasan
dan contohnya !
4. Manusia purba tertua di pulau Jawa dikenal Meghanthropus berikan beberapa ciri jenis
manusia purba tersebut !
5. Berikan diskripsi gambar dibawah ini !

13
14

Anda mungkin juga menyukai