Anda di halaman 1dari 14

MAKALAH

Pengertian Zaman Batu


Paleolitikum,Mesolitikum,Megalitikum dan Neolitikum
Zaman paleolitikum

DISUSUN OLEH

NAMA :ANADIA MAULI MAHARANI


KELAS : X. IPS. 1

SMA NEGERI 1 MARTAPURA


TAHUN AJARAN 2022/2023
Pengertian Zaman Batu Paleolitikum,Mesolitikum,Megalitikum dan Neolitikum Zaman
paleolitikum

Zaman batu adalah suatu periode ketika peralatan manusia secara dominan terbut dari batu
walaupun ada pula alat-alat penunjang hidup manusia yang terbuat dari kayu ataupun bambu.
Namun alat-alat yang terbuat dari kayu atau tulang tersebut tidak meninggalkan bekas sama
sekali. Hal ini disebabkan karena bahan-bahan tersebut tidak tahan lama. Dalam zaman ini
alat-alat yang dihasilkan masih sangat kasar (sederhana) karena hanya sekadar memenuhi
kebutuhan hidup saja. Zaman batu tua diperkirakan berlangsung kira-kira 600.000 tahun yang
lalu, yaitu selama masa pleistosen (diluvium). Pada zaman paleolithikum ini, alat-alat yang
mereka hasilkan masih sangat kasar.

Paleolitikum atau zaman batu tua disebut demikian sebab alat-alat batu buatan manusia masih
dikerjakan secara kasar, tidak diasah atau dipolis.Apabila dilihat dari sudut mata
pencariannya periode ini disebut masa berburu dan meramu makanan tingkat
sederhana.Manusia pendukung zaman ini adalah Pithecantropus Erectus, Homo Wajakensis,
Meganthropus Paleojavanicus dan Homo Soloensis.Fosil-fosil ini ditemukan di sepanjang
aliran sungai Bengawan Solo.Mereka memiliki kebudayaan Pacitan dan
Ngandong.Kebudayaan Pacitan pada tahun 1935, Von Koenigswald menemukan alat-alat
batu dan kapak genggam di daerah Pacitan.Cara kerjanya digenggam dengan tangan. Kapak
ini dikerjaan dengan cara masih sangat kasar. Para ahli menyebut alat pada zaman
Paleolithikum dengan nama chopper. Alat ini ditemukan di Lapisan Trinil. Selain di Pacitan,
alat-alat dari zaman Paleplithikum ini temukan di daerah Progo dan Gombong (Jawa
Tengah), Sukabumi (Jawa Barat), dan Lahat (Sumatera Selatan).

A. CIRI-CIRI ZAMAN PALEOLITHIKUM


1. Jenis Manusia
Berdasarkan penemuan fosil manusia purba, jenis manusia purba hidup pada zaman
Paleolitikum adalah Pithecanthropus Erectus, Homo Wajakensis, Meganthropus
paleojavanicus, dan Homo Soliensis.Fosil ini ditemukan di aliran sungai Bengawan Solo.

2. Kebudayaan
Berdasarkan daerah penemuannya maka alat-alat kebudayaan Paleolithikum tersebut dapat
dikelompokan menjadi kebudayaan pacitan dan kebudayaan ngandong.

a. Kebudayaan Pacitan
Pada tahun 1935, von Koenigswald menemukan alat batu dan kapak genggam di daerah
Pacitan. Kapak genggam itu berbentuk kapak tetapi tidak bertangkai.Kapak ini masih
dikerjakan dengan sangat kasar dan belum dihaluskan.Para ahli menyebutkan bahwa kapak
itu adalah kapak penetak. Selain di Pacitan alat-alat banyak ditemukan di Progo dan
Gombong (Jawa Tengah), Sukabumi (Jawa Barat), dan Lahat (Sumatera Utara)

b. Kebudayaan Ngandong
Para ahli berhasil menemukan alat-alat dari tulang, flakes, alat penusuk dari tanduk rusa dan
ujung tombak bergigi di daerah Ngandong dan Sidoarjo. Selain itu di dekat Sangiran
ditemukan alat sangat kecil dari betuan yang amat indah.Alat ini dinamakan Serbih Pilah, dan
banyak ditemukan di Cabbenge (Sulawesi Selatan) yang terbuat dari batu-batu indah seperti
kalsedon. Kebudayaan Ngandong juga didukung oleh penemuan lukisan pada dinding goa
seperti lukisan tapak tangan berwarna merah dan babi hutan ditemukan di Goa Leang Pattae
(Sulawesi Selatan)

Zaman Paleolithikum ditandai dengan kebudayan manusia yang masih sangat sederhana.
Ciri-ciri kehidupan manusia pada zaman Paleolithikum, yakni:

1. Hidup berpindah-pindah (Nomaden)


2. Berburu (Food Gathering)
3. Menangkap ikan

B. ALAT-ALAT ZAMAN PALEOLITHIKUM


Pada zaman ini alat-alat terbuat dari batu yang masih kasar dan belum dihaluskan. Contoh
alat-alat tersebut adalah:

1. Kapak Genggam
Kapak genggam banyak ditemukan di daerah Pacitan. Alat ini biasanya disebut "chopper"
(alat penetak/pemotong)
Alat ini dinamakan kapak genggam karena alat tersebut serupa dengan kapak, tetapi tidak
bertangkai dan cara mempergunakannya dengancara menggenggam. Pembuatan kapak
genggam dilakukan dengan cara memangkas salah satu sisi batu sampai menajam dan sisi
lainnya dibiarkan apa adanyasebagai tempat menggenggam. Kapak genggam berfungsi
menggali umbi, memotong, dan menguliti binatang.

2. Kapak Perimbas

Kapak perimbas berpungsi untuk merimbas kayu, memahat tulang dan sebagai
senjata.Manusia kebudayan Pacitan adalah jenis Pithecanthropus.Alat ini juga ditemukan di
Gombong (Jawa Tengah), Sukabumi (Jawa Barat), lahat, (Sumatra selatan), dan Goa
Choukoutieen (Beijing). Alat ini paling banyak ditemukan di daerah Pacitan, Jawa Tengah
sehingga oleh Ralp Von Koenigswald disebut kebudayan pacitan

3. Alat-alat dari tulang binatang atau tanduk rusa

Salah satu alat peninggalan zaman paleolithikum yaitu alat dari tulang binatang.Alat-alat dari
tulang ini termasuk hasil kebudayaan Ngandong.Kebanyakan alat dari tulang ini berupa alat
penusuk (belati) dan ujung tombak bergerigi.Fungsi dari alat ini adalah untuk mengorek ubi
dan keladi dari dalam tanah. Selain itu alat ini juga biasa digunakan sebagai alat untuk
menangkap ikan

4. Flakes

Flakes yaitu alat-alat kecil yang terbuat dari batu Chalcedon, yang dapat digunakan untuk
mengupas makanan. Flakes termasuk hasil kebudayaan Ngandong sama seperti alat-alat dari
tulang binatang. Kegunaan alat-alat ini pada umumnya untuk berburu, menangkap ikan,
mengumpulkan ubi dan buah-buahan.
HASIL KEBUDAYAAN MESOLITHIKUM

1. Kebudayaan Pebble (Pebble Culture)

a. Kjokkenmoddinger (Sampah Dapur)

Kjokkenmoddinger adalah istilah yang berasal dari bahasa Denmark yaitu kjokken artinya
dapur dan modding artinya sampah jadi Kjokkenmoddinger arti sebenarnya adalah sampah
dapur.Dalam kenyataan Kjokkenmoddinger adalah timbunan atau tumpukan kulit kerang dan
siput yang mencapai ketinggian ± 7 meter dan sudah membatu atau menjadi
fosil.Kjokkenmoddinger ditemukan disepanjang pantai timur Sumatera yakni antara Langsa
dan Medan.Dari bekas-bekas penemuan tersebut menunjukkan bahwa manusia purba yang
hidup pada zaman ini sudah menetap. Tahun 1925 Dr. P.V. Van Stein Callenfels melakukan
penelitian di bukit kerang tersebut dan hasilnya banyak menemukan kapak genggam yang
ternyata berbeda dengan chopper (kapak genggam Palaeolithikum).

b. Pebble (kapak genggam Sumatera = Sumateralith)

Tahun 1925, Dr. P.V. Van Stein Callenfels melakukan penelitian di bukit kerang tersebut dan
hasilnya menemukan kapak genggam.Kapak genggam yang ditemukan di dalam bukit kerang
tersebut dinamakan dengan pebble/kapak genggam Sumatra (Sumatralith) sesuai dengan
lokasi penemuannya yaitu dipulau Sumatra.Bahan-bahan untuk membuat kapak tersebut
berasal batu kali yang dipecah-pecah.

c. Hachecourt (kapak pendek)


Selain pebble yang diketemukan dalam bukit kerang, juga ditemukan sejenis kapak tetapi
bentuknya pendek (setengah lingkaran) yang disebut dengan hachecourt/kapak pendek.
d. Pipisan

Selain kapak-kapak yang ditemukan dalam bukit kerang, juga ditemukan pipisan (batu-batu
penggiling beserta landasannya).Batu pipisan selain dipergunakan untuk menggiling
makanan juga dipergunakan untuk menghaluskan cat merah.Bahan cat merah berasal dari
tanah merah.Cat merah diperkirakan digunakan untuk keperluan religius dan untuk ilmu sihir.

ZAMAN MEGALITIKUM

1.PENGERTIAN MEGALITIKUM
Megalitikum berasal dari kata mega yang berarti besar, dan lithos yangberarti batu. Zaman
Megalitikum biasa disebut dengan zaman batu besar,karena pada zaman ini manusia sudah
dapat membuat dan meningkatkankebudayaan yang terbuat dan batu-batu besar. kebudayaan
ini berkembang dari zaman Neolitikum sampai zamanPerunggu. Pada zaman ini manusia
sudah mengenal kepercayaan.Walaupunkepercayaan mereka masih dalam tingkat awal, yaitu
kepercayaanterhadap roh nenek moyang, Kepercayaan ini muncul karena
pengetahuanmanusia sudah mulai meningkat.

2.KEBUDAYAAN MEGALITIKUM

Baca Juga

 Apasih manfaat internet itu ? (Pengertian , manfaat dalam bidang pendidikan sosial
budaya)
 Sejarah Windows
 Membuat Kursi 3D menggunakan Blender

Peninggalan kebudayaan megalithikum ternyata masih dapat Anda lihat sampai sekarang,
karena pada beberapa suku-suku bangsa di Indonesia masih memanfaatkan kebudayaan
megalithikum tersebut.Contohnya seperti suku Nias.

Adapun beberapa hasil-hasil kebudayaan pada zaman megalitikum adalah sebagai berikut:
Punden berundak : terbuat dari batu untuk meletakan sesaji
dolmen : meja batu yang digunakan untuk meletakan sesaji
waruga : kubur batu yang berbentuk kubus
kubur batu : tempat menyimpan mayat
Sarkofagus : kubur batu yang berbentuk lesung

1. Menhir

Menhir adalah bangunan yang berupa tugu batu yang didirikan untuk upacara menghormati
roh nenek moyang, sehingga bentuk menhir ada yang berdiri tunggal dan ada yang
berkelompok serta ada pula yang dibuat bersama bangunan lain yaitu seperti punden
berundak-undak. Lokasi tempat ditemukannya menhir di Indonesia adalah Pasemah
(Sumatera Selatan), Sulawesi Tengah dan Kalimantan. Untuk mengetahui bentuk-bentuk
menhir,

Bangunan menhir yang dibuat oleh masyarakat prasejarah tidak berpedoman kepada satu
bentuk saja karena bangunan menhir ditujukan untuk penghormatan terhadap roh nenek
moyang. Lokasi tempat ditemukannya menhir di Indonesia adalah Pasemah (Sumatera
Selatan), Sulawesi Tengah dan Kalimantan.Untuk mengetahui bentuk-bentuk menhir, maka
simaklah gambar-gambar berikut ini.

Bangunan menhir yang dibuat oleh masyarakat prasejarah tidak berpedoman kepada satu
bentuk saja karena bangunan menhir ditujukan untuk penghormatan terhadap roh nenek
moyang. Selain menhir terdapat bangunan yang lain bentuknya, tetapi fungsinya sama yaitu
sebagai punden berundak-undak

2. Punden Berundak-undak

Punden berundak-undak adalah bangunan dari batu yang bertingkat-tingkat dan fungsinya
sebagai tempat pemujaan terhadap roh nenek moyang yang telah meninggal.
Bangunan tersebut dianggap sebagai bangunan yang suci, dan lokasi tempat penemuannya
adalah Lebak Sibedug/Banten Selatan dan Lereng Bukit Hyang di Jawa Timur.

3.Dolmen

Dolmen merupakan meja dari batu yang berfungsi sebagai tempat meletakkan saji-sajian
untuk pemujaan. Adakalanya di bawah dolmen dipakai untuk meletakkan mayat, agar mayat
tersebut tidak dapat dimakan oleh binatang buas maka kaki mejanya diperbanyak sampai
mayat tertutup rapat oleh batu.
Dengan demikian dolmen yang berfungsi sebagai tempat menyimpan mayat disebut dengan
kuburan batu.Lokasi penemuan dolmen antara lain Cupari Kuningan / Jawa Barat,
Bondowoso / Jawa Timur, Merawan, Jember / Jatim, Pasemah / Sumatera, dan NTT.

7.Waruga
Waruga adalah peti kubur peninggalan budaya Minahasa pada zaman megalitikum. Didalam
peti pubur batu ini akan ditemukan berbagai macam jenis benda antara lain berupa tulang-
tulang manusia, gigi manuisa, periuk tanah liat, benda- benda logam, pedang, tombak, manik-
manik, gelang perunggu, piring dan lain- lain. Dari jumlah gigi yang pernah ditemukan
didalam waruga, diduga peti kubur ini adalah merupakan wadah kubur untuk beberapa
individu juga atau waruga bisa juga dijadikan kubur keluarga (common tombs) atau kubur
komunal. Benda- benda periuk, perunggu, piring, manik- manik serta benda lain sengaja
disertakan sebagai bekal kubur bagi orang yang akan meninggal.

5.Peti kubur

Peti kubur adalah peti mayat yang terbuat dari batu-batu besar. Kubur batu dibuat dari
lempengan/papan batu yang disusun persegi empat berbentuk peti mayat yang dilengkapi
dengan alas dan bidang atasnya juga berasal dari papan batu.

Daerah penemuan peti kubur adalah Cepari Kuningan, Cirebon (Jawa Barat), Wonosari
(Yogyakarta) dan Cepu (Jawa Timur).Di dalam kubur batu tersebut juga ditemukan rangka
manusia yang sudah rusak, alat-alat perunggu dan besi serta manik-manik. Dari penjelasan
tentang peti kubur, tentu Anda dapat mengetahui persamaan antara peti kubur dengan
sarkofagus, dimana keduanya merupakan tempat menyimpan mayat yang disertai bekal
kuburnya

Zaman Batu Neolitikum


Ada dikatakan bahwa neolithikum itu adalah suatu revolusi yang sangat besar dalam
peradaban manusia.Perubahan besar ini ditandai dengan berubahnya peradaban penghidupan
food-gathering menjadi foodproducing.Pada saat orang sudah mengenal bercocok tanam dan
berternak.Pertanian yang mereka selenggarakan mula-mula bersifat primitif dan hanya
dilakukan di tanah-tanah kering saja.Pohon-pohon dari beberapa bagian hutan di kelupak
kulitnya dan kemudian dibakar.Tanah-tanah yang baru dibuka untuk pertanian semacam itu
untuk beberapa kali berturut-turut ditanami dan sesudah itu ditinggalkan.

Orang-orang Indonesia zaman neolithikum membentuk masyarakat-masyarakat dengan


pondok-pondok mereka berbentuk persegi siku-siku dan didirikan atas tiang-tiang kayu,
dinding-dindingnya diberi hiasan dekoratif yang indah-indah, Walaupun alat-alat mereka
masih dibuat daripada batu, tetapi alat-alat itu dibuat dengan halus, bahkan juga sudah
dipoles pada kedua belah mukanya.

B. ALAT-ALAT ZAMAN NEOLITHIKUM


Pada zaman neolithikum ini alat-alat terbuat dari batu yang sudah dihaluskan.

1. Pahat Segi Panjang


Daerah asal kebudayaan pahat segi panjang ini meliputi Tiongkok Tengah dan Selatan,
daerah Hindia Belakang sampai ke daerah sungai gangga di India, selanjutnya sebagian besar
dari Indonesia, kepulauan Philipina, Formosa, kepulauan Kuril dan Jepang.

2. Kapak Persegi
Asal-usul penyebaran kapak persegi melalui suatu migrasi bangsa Asia ke Indonesia.Nama
kapak persegi diberikan oleh Van Heine Heldern atas dasar penampang lintangnya yang
berbentuk persegi panjang atau trapesium.Penampang kapak persegi tersedia dalam berbagai
ukuran, ada yang besar dan kecil.Yang ukuran besar lazim disebut dengan beliung dan
fungsinya sebagai cangkul/pacul.Sedangkan yang ukuran kecil disebut dengan Tarah/Tatah
dan fungsinya sebagai alat pahat/alat untuk mengerjakan kayu sebagaimana lazimnya pahat.

Bahan untuk membuat kapak tersebut selain dari batu biasa, juga dibuat dari batu
api/chalcedon.Kemungkinan besar kapak yang terbuat dari calsedon hanya dipergunakan
sebagai alat upacara keagamaan, azimat atau tanda kebesaran. Kapak jenis ini ditemukan di
daerahi Sumatera, Jawa, bali, Nusatenggara, Maluku, Sulawesi dan Kalimantan.

3. Kapak Lonjong

Sebagian besar kapak lonjong dibuat dari batu kali, dan warnanya kehitam-hitaman.Bentuk
keseluruhan dari kapak tersebut adalah bulat telur dengan ujungnya yang lancip menjadi
tempat tangkainya, sedangkan ujung lainnya diasah hingga tajam.Untuk itu bentuk
keseluruhan permukaan kapak lonjong sudah diasah halus.

Ukuran yang dimiliki kapak lonjong yang besar lazim disebut dengan Walzenbeil dan yang
kecil disebut dengan Kleinbeil, sedangkan fungsi kapak lonjong sama dengan kapak persegi.
Daerah penyebaran kapak lonjong adalah Minahasa, Gerong, Seram, Leti, Tanimbar dan
Irian. Dari Irian kapak lonjong tersebar meluas sampai di Kepulauan Melanesia, sehingga
para arkeolog menyebutkan istilah lain dari kapak lonjong dengan sebutan Neolithikum
Papua.

4. Kapak Bahu
Kapak jenis ini hampir sama seperti kapak persegi, hanya saja di bagian yang diikatkan pada
tangkainya diberi leher. Sehingga menyerupai bentuk botol yang persegi.Daerah kebudayaan
kapak bahu ini meluas dari Jepang, Formosa, Filipina terus ke barat sampai sungai
Gangga.Tetapi anehnya batas selatannya adalah bagian tengah Malaysia Barat. Dengan kata
lain di sebelah Selatan batas ini tidak ditemukan kapak bahu, jadi neolithikum Indonesia tidak
mengenalnya, meskipun juga ada beberapa buah ditemukan yaitu di Minahasa.

5. Perhiasan (gelang dan kalung dari batu indah)


Jenis perhiasan ini banyak di temukan di wilayah jawa terutama gelang-gelang dari batu
indah dalam jumlah besar walaupun banyak juga yang belum selesai pembuatannya. Bahan
utama untuk membuat benda ini di bor dengan gurdi kayu dan sebagai alat abrasi (pengikis)
menggunakan pasir.Selain gelang ditemukan juga alat-alat perhisasan lainnya seperti kalung
yang dibuat dari batu indah pula.Untuk kalung ini dipergunakan juga batu-batu yang dicat
atau batu-batu akik.

6. Pakaian dari kulit kayu


Pada zaman ini mereka telah dapat membuat pakaiannya dari kulit kayu yang sederhana yang
telah di perhalus. Pekerjaan membuat pakaian ini merupakan pekerjaan kaum
perempuan.Pekerjaan tersebut disertai pula berbagai larangan atau pantangan yang harus di
taati.Sebagai contoh di Kalimantan dan Sulawesi Selatan dan beberapa tempat lainnya
ditemukan alat pemukul kulit kayu.Hal ini menunjukkan bahwa orang-orang zaman
neolithikum sudah berpakaian.

7. Tembikar (Periuk belanga)

Bekas-bekas yang pertama ditemukan tentang adanya barang-barang tembikar atau periuk
belanga terdapat di lapisan teratas dari bukit-bukit kerang di Sumatra, tetapi yang ditemukan
hanya berupa pecahan-pecahan yang sangat kecil.Walaupun bentuknya hanya berupa
pecahan-pecahan kecil tetapi sudah dihiasi gambar-gambar. Di Melolo, Sumba banyak
ditemukan periuk belanga yang ternyata berisi tulang belulang manusia
Kebudayaan Zaman Batu – Paleolitikum, Mesolitikum, Neolitikum dan Megalitikum

Paleolitikum( Batu Tua)

Hasil kebudayaan Palaeolithikum banyak ditemui di wilayah Pacitan( Jawa Timur) serta
Ngandong( Jawa Timur). Untuk itu para arkeolog setuju guna membedakan penemuan benda-
benda prasejarah di kedua tempat tersebut ialah selaku kebudayaan Pacitan serta kebudayaan
Ngandong.

ada peninggalan era Palaeolithikum yang ditemui awal kali oleh Von Koenigswald tahun
1935 di Pacitan serta diberi nama dengan kapak genggam, sebab perlengkapan tersebut yang
mirip dengan kapak, namun tidak bertangkai serta teknik mempergunakannya dengan teknik
menggenggam.

Di dekat wilayah Nganding serta Sidorejo dekat Ngawi, Madiun( Jawa Timur) ditemui kapak
genggam serta alat- alat dari tulang serta tanduk. Alat- alat dari tulang tersebut bentuknya
terdapat yang kayak belati serta ujung tombak yang bergerigi pada sisinya.

Tidak hanya alat- alat dari tulang yang tercantum kebudayaan Ngandong, serta ditemui
perlengkapan perlengkapan lain berbentuk perkakas perkakas kecil dibuat dari batu yang
disebut dengan flakes ataupun perlengkapan serpih.

Mesolitikum( Batu Tengah)

Era Mesolitikum merupakan era yang terjalin pada masa Holosen sehabis era es berakhir.
Pendukung kebudayaannya yakni Homo Sapiens yang ialah manusia pandai. Buat
penemuannya berbentuk fosil manusia purba, banyak ditemui di Sumatra Jawa, Kalimantan,
Sulawesi serta Flores.

Karakteristik kebudayaan Mesolithikum tidak jauh berbeda dengan kebudayaan


Palaeolithikum, namun pada masa Mesolithikum manusia yang hidup pada era tersebut telah
terdapat yang menetap sehingga kebudayaan Mesolithikum yang sangat menonjol serta
sekalian jadi karakteristik dari era ini yang diucap dengan kebudayaan Kjokkenmoddinger
serta Abris sous Roche.
Tahun 1925 Dokter. P. V. Van Stein Callenfels melaksanakan riset di bukit kerang serta
hasilnya banyak menciptakan kapak genggam yang nyatanya berbeda dengan chopper( kapak
genggam Palaeolithikum).

Kapak genggam yang ditemui di dalam bukit kerang tersebut dinamakan dengan pebble
ataupun kapak Sumatera( Sumatralith) sesuai dengan posisi penemuannya ialah di pulau
Sumatera.

Di samping kapak- kapak yang ditemui dalam Kjokkenmoddinger juga ditemui pipisan( batu-
batu penggiling beserta landasannya). Batu pipisan tidak hanya dipergunakan buat
menggiling hidangan serta dipergunakan buat menghaluskan cat merah, bahan cat merah
yang dihaluskan berasal dari tanah merah.

Neolitikum( Batu Muda)

Hasil kebudayaan yang populer pada era Neolithikum ini merupakan tipe kapak persegi serta
kapak lonjong. Nama kapak persegi diberikan oleh Van Heine Heldern atas dasar penampang
lintangnya yang berupa persegi panjang ataupun trapesium.

Penampang kapak persegi ada dalam bermacam dimensi, ada yang besar serta kecil. Yang
dimensi besar umum disebut dengan beliung serta gunanya sebagai cangkul/ pacul.
Sebaliknya yang dimensi kecil disebut dengan Tarah/ Tatah serta gunanya sebagai
perlengkapan pahat/ perlengkapan buat mengerjakan kayu sebagaimana lazimnya pahat.

Bahan untuk membuat kapak tersebut tidak hanya dari batu biasa, juga terbuat dari batu api/
chalcedon. Mungkin besar kapak yang dibuat dari calsedon cuma dipergunakan sebagai
perlengkapan upacara keagamaan, azimat ataupun ciri kebesaran.

Megalitikum( Batu Besar)

Kebudayaan Megalitikum ialah era yang dimana perlengkapan yang dihasilkan berbentuk
batu besar. Kebudayaan ini ialah kelanjutan dari era Neolitikum sebab dibawa oleh bangsa
Deutero Melayu yang dating di Nusantara. Kebudayaan ini tumbuh bersama dengan
kebudayaan logam di Indonesia, ialah kebudayaan Dongson. Terdapat sebagian perlengkapan
serta bangunan yang dihasilkan pada era kebudayaan Megalitikum, terdiri atas: menhir,
dolmen, sarkofagus, peti kubur batu, punden berundak, patung.

Anda mungkin juga menyukai