Anda di halaman 1dari 26

4 zaman batu

Diposkan oleh Supriyadi Pro


Para ahli melakukan penelitian atas kehidupan manusia zaman prasejarah
melalui berbagai analisis. Kita dapat menelitinya dengan analisis hasil
kebudayaan yang ditinggalkan. Atau kita dapat meneliti kehidupan di zaman
prasejarah melalui analisis corak kehidupannya. Berdasarkan analisis hasil
kebudayaan yang ditinggalkan, kehidupan zaman prasejarah dibedakan
menjadi dua, yaitu zaman batu dan zaman logam. Pembagian zaman tersebut
tidak menggunakan batas-batas waktu yang jelas untuk tiap-tiap zaman.
Mungkin sekali zaman itu berlangsung bersamaan, karena pengelompokan
zaman tersebut berdasarkan benda-benda yang ditemukan, misalnya zaman
batu dan zaman logam. Nah pada posting ini akan membahas dari salah
satunya, yaitu Zaman Batu.

Zaman batu semua peralatan manusia dubuat dari batu. Zaman batu ini
menurut perkembangannya dibedakan menjadi 4, yaitu:
1. zaman batu tua (palaeolithicum)
2. zaman batu madya (mesolithicum)
3. zaman batu muda (neolithicum)
4. zaman batu besar (megalithicum)

1. Zaman batu tua (palaeolithicum)
Pada zaman ini memiliki ciri-ciri khusus, yaitu:
Peralatan terbuat dari batu atau tulang yang masih kasar.
Jenis alat yang dipergunakan adalah kapak genggam, kapak perimbas
dan alat serpih.
Manusia hidup mencari makan dengan meramu dan berburu.
Bertempat tinggal secara nomaden (berpindah-pindah).
Belum mengenal seni.
2. Zaman batu madya (mesolithicum)
Zaman batu madya (mesolithicum) memiliki ciri-ciri khusus yang hampir sama
dengan zaman palaeolithicum. Namun, ada beberapa tambahan sebagai
beriukut:
Ditemukan Kjokkenmoddinger, yaitu: bukit-bukit karang hasil sampah
dapur.
Ditemukan Abris Sous Roche, yaiu gua-gua sebagai tempat tinggal.
Manusia zaman ini sudah mengenal seni yang berupa lukisan pada
dinding gua. Lukisan ini berbentuk cap tangan dan babi hutan.
Alat yang digunakan disebut peble atau kapak Sumatera.
Sudah mulai mengenal kepercayaan.
3. Zaman batu muda (neolithicum)
Zaman ini merupakan revolusi pada masa prasejarah. Telah terjadi perubahan
yang mendasar pada corak kehidupan dan cara bertempat tinggal maupun
peralatan hidupnya. Zaman ini telah mengenal hasil-hasil kebudayaan sebagai
berikut:
Peralatan sudah dihaluskan bahkan diberi tangkai.
Jenis alat yang diguakan adalah kapak persegi dan lonjong.
Pakaiannya terbuat dari kulit kayu. Perhiasannya terbuat dari batu dan
manik-manik.
Telah bertempat tinggal menetap/sedenter.
Telah memiliki kemampuan bercocok tanam.
Telah menganut kepercayaan animisme dan dinamisme.
4. Zaman batu besar (megalithicum)
Disebut zaman batu besar karena hasil-hasil kebudayaan umumnya terbuat
dari batu dalam ukuran besar. Adapun hasil-hasil kebudayaan zaman ini
adalah benda-benda berikut:
Menhir: yaitu suatu tugu yang terbuat dari batu besar. Biasanya menhir
ini digunakan untuk tempat memuja arwah leluhur.
Dolmen: yaitu meja batu yang digunakan untuk meletakkan sesaji.
Kubur batu: yaitu tempat menyimpan mayat. Kubur batu ini berbentuk
persegi panjang, dan terbuat dari lempengan-lempengan batu.
Waruga: adalah kubur batu yang berbentuk kubus.
Sarkofagus: adalah kubur batu yang berbentuk lesung. Sarkofagus
terbuat dari satu batu.
Punden berundak: merupakan suatu bangunan yang terbuat dari batu.
Batu-batu itu di susun berundak-undak atau bertingkat.


Ada dikatakan bahwa neolithikum itu adalah suatu revolusi yang sangat besar
dalam peradaban manusia. Perubahan besar ini ditandai dengan berubahnya
peradaban penghidupan food-gathering menjadi foodproducing. Pada saat
orang sudah mengenal bercocok tanam dan berternak. Pertanian yang mereka
selenggarakan mula-mula bersifat primitif dan hanya dilakukan di tanah-
tanah kering saja. Pohon-pohon dari beberapa bagian hutan di kelupak
kulitnya dan kemudian dibakar. Tanah-tanah yang baru dibuka untuk
pertanian semacam itu untuk beberapa kali berturut-turut ditanami dan
sesudah itu ditinggalkan.

Orang-orang Indonesia zaman neolithikum membentuk masyarakat-
masyarakat dengan pondok-pondok mereka berbentuk persegi siku-siku dan
didirikan atas tiang-tiang kayu, dinding-dindingnya diberi hiasan dekoratif
yang indah-indah, Walaupun alat-alat mereka masih dibuat daripada batu,
tetapi alat-alat itu dibuat dengan halus, bahkan juga sudah dipoles pada
kedua belah mukanya.

A. CARA HIDUP
Cara hidup zaman neolithikum membawa perubahan-perubahan besar,
karena pada zaman itu manusia mulai hidup berkelompok kemudian menetap
dan tinggal bersama dalam kampung. Berarti pembentukan suatu masyarakat
yang memerlukan segala peraturan kerja sama. Pembagian kerja
memungkinkan perkembangan berbagai macam dan cara penghidupan di
dalam ikatan kerjasama itu. Dapat dikatakan pada zaman neolithikum itu
terdapat dasar-dasar pertama untuk penghidupan manusia sebagai manusia,
sebagaimana kita dapatkan sekarang.

B. ALAT-ALAT ZAMAN NEOLITHIKUM
Pada zaman neolithikum ini alat-alat terbuat dari batu yang sudah
dihaluskan.


1. Pahat Segi Panjang
Daerah asal kebudayaan pahat segi panjang ini meliputi Tiongkok Tengah dan
Selatan, daerah Hindia Belakang sampai ke daerah sungai gangga di India,
selanjutnya sebagian besar dari Indonesia, kepulauan Philipina, Formosa,
kepulauan Kuril dan Jepang.


2. Kapak Persegi

Asal-usul penyebaran kapak persegi melalui suatu migrasi bangsa Asia ke
Indonesia. Nama kapak persegi diberikan oleh Van Heine Heldern atas dasar
penampang lintangnya yang berbentuk persegi panjang atau trapesium.
Penampang kapak persegi tersedia dalam berbagai ukuran, ada yang besar
dan kecil. Yang ukuran besar lazim disebut dengan beliung dan fungsinya
sebagai cangkul/pacul. Sedangkan yang ukuran kecil disebut dengan
Tarah/Tatah dan fungsinya sebagai alat pahat/alat untuk mengerjakan kayu
sebagaimana lazimnya pahat.

Bahan untuk membuat kapak tersebut selain dari batu biasa, juga dibuat dari
batu api/chalcedon. Kemungkinan besar kapak yang terbuat dari calsedon
hanya dipergunakan sebagai alat upacara keagamaan, azimat atau tanda
kebesaran. Kapak jenis ini ditemukan di daerahi Sumatera, Jawa, bali,
Nusatenggara, Maluku, Sulawesi dan Kalimantan.


3. Kapak Lonjong

Sebagian besar kapak lonjong dibuat dari batu kali, dan warnanya kehitam-
hitaman. Bentuk keseluruhan dari kapak tersebut adalah bulat telur dengan
ujungnya yang lancip menjadi tempat tangkainya, sedangkan ujung lainnya
diasah hingga tajam. Untuk itu bentuk keseluruhan permukaan kapak lonjong
sudah diasah halus.

Ukuran yang dimiliki kapak lonjong yang besar lazim disebut dengan
Walzenbeil dan yang kecil disebut dengan Kleinbeil, sedangkan fungsi kapak
lonjong sama dengan kapak persegi. Daerah penyebaran kapak lonjong adalah
Minahasa, Gerong, Seram, Leti, Tanimbar dan Irian. Dari Irian kapak lonjong
tersebar meluas sampai di Kepulauan Melanesia, sehingga para arkeolog
menyebutkan istilah lain dari kapak lonjong dengan sebutan Neolithikum
Papua.


4. Kapak Bahu
Kapak jenis ini hampir sama seperti kapak persegi, hanya saja di bagian yang
diikatkan pada tangkainya diberi leher. Sehingga menyerupai bentuk botol
yang persegi. Daerah kebudayaan kapak bahu ini meluas dari Jepang,
Formosa, Filipina terus ke barat sampai sungai Gangga. Tetapi anehnya batas
selatannya adalah bagian tengah Malaysia Barat. Dengan kata lain di sebelah
Selatan batas ini tidak ditemukan kapak bahu, jadi neolithikum Indonesia
tidak mengenalnya, meskipun juga ada beberapa buah ditemukan yaitu di
Minahasa.


5. Perhiasan (gelang dan kalung dari batu indah)
Jenis perhiasan ini banyak di temukan di wilayah jawa terutama gelang-gelang
dari batu indah dalam jumlah besar walaupun banyak juga yang belum selesai
pembuatannya. Bahan utama untuk membuat benda ini di bor dengan gurdi
kayu dan sebagai alat abrasi (pengikis) menggunakan pasir. Selain gelang
ditemukan juga alat-alat perhisasan lainnya seperti kalung yang dibuat dari
batu indah pula. Untuk kalung ini dipergunakan juga batu-batu yang dicat
atau batu-batu akik.


6. Pakaian dari kulit kayu
Pada zaman ini mereka telah dapat membuat pakaiannya dari kulit kayu yang
sederhana yang telah di perhalus. Pekerjaan membuat pakaian ini merupakan
pekerjaan kaum perempuan. Pekerjaan tersebut disertai pula berbagai
larangan atau pantangan yang harus di taati. Sebagai contoh di Kalimantan
dan Sulawesi Selatan dan beberapa tempat lainnya ditemukan alat pemukul
kulit kayu. Hal ini menunjukkan bahwa orang-orang zaman neolithikum
sudah berpakaian.


7. Tembikar (Periuk belanga)

Bekas-bekas yang pertama ditemukan tentang adanya barang-barang
tembikar atau periuk belanga terdapat di lapisan teratas dari bukit-bukit
kerang di Sumatra, tetapi yang ditemukan hanya berupa pecahan-pecahan
yang sangat kecil. Walaupun bentuknya hanya berupa pecahan-pecahan kecil
tetapi sudah dihiasi gambar-gambar. Di Melolo, Sumba banyak ditemukan
periuk belanga yang ternyata berisi tulang belulang manusia.

Zaman Batu[sunting | sunting sumber]
Zaman Batu terjadi sebelum logam dikenal dan alat-alat kebudayaan terutama
dibuat dari batu di samping kayu dan tulang. Zaman batu ini diperiodisasi lagi
menjadi 4 zaman, antara lain:
Zaman Batu Tua (Masa Berburu & Mengumpulkan Makanan Tingkat
Awal)[sunting | sunting sumber]
Terdapat dua kebudayaan yang merupakan patokan zaman ini, yaitu:
1. Kebudayaan Pacitan (berhubungan dengan kapak genggam dengan
varian-variannya seperti kapak perimbas & kapak penetak
2. Kebudayaan Ngandong (berhubungan dengan Flakes & peralatan dari
tulang)
Bedasarkan kebudayaan yang ditemukan, maka dapat disimpulkan ciri-ciri
kehidupan pada Palaeolithikum antara lain:
1. Masyarakatnya belum memiliki rasa estetika (disimpulkan dari kapak
genggam yang bentuknya tidak beraturan & bertekstur kasar)
2. Belum dapat bercocok tanam (karena peralatan yang dimiliki belum
dapat digunakan untuk menggemburkan tanah).
3. Memperoleh makanan dengan cara berburu (hewan) dan mengumpulkan
makanan (buah-buahan & umbi-umbian).
4. Hidup nomaden (jika sumber makanan yang ada di daerah tempat
tinggal habis, maka masyarakatnya harus pindah ke tempat baru yang
memiliki sumber makanan).
5. Hidup dekat sumber air (mencukupi kebutuhan minum & karena di
dekat sumber air ada banyak hewan & tumbuhan yang bisa dimakan).
6. Hidup berkelompok (untuk melindungi diri dari serangan hewan buas).
7. Sudah mengenal api (bedasarkan studi perbandingan dengan Zaman
Palaeolithikum di China, dimana ditemukan fosil kayu yang ujungnya
bekas terbakar di dalam sebuah gua).
Zaman Batu Tengah (Masa Berburu & Mengumpulkan Makanan Tingkat
Lanjut)[sunting | sunting sumber]
Terdapat dua kebudayaan yang merupakan patokan zaman ini, yaitu:
Kebudayaan Kjokkenmoddinger
Kjokkenmodinger, istilah dari bahasa Denmark, kjokken yang berarti dapur
& moddinger yang berarti sampah (kjokkenmoddinger = sampah dapur). Dalam
kaitannya dengan budaya manusia, kjokkenmoddinger merupakan timbunan
kulit siput & kerang yang menggunung di sepanjang pantai Sumatra Timur
antara Langsa di Aceh sampai Medan. Di antara timbunan kulit siput &
kerang tersebut ditemukan juga perkakas sejenis kapak genggam yaitu kapak
Sumatra/Pebble & batu pipisan.
Kebudayaan Abris Sous Roche
Abris sous roche, yang berarti gua-gua yang pernah dijadikan tempat tinggal,
berupa gua-gua yang diduga pernah dihuni oleh manusia. Dugaan ini muncul
dari perkakas seperti ujung panah, flakke, batu penggilingan, alat dari tulang
& tanduk rusa; yang tertinggal di dalam gua.
Bedasarkan kebudayaan yang ditemukan, maka dapat disimpulkan ciri-ciri
kehidupan pada zaman Mesolithikum antara lain:
a. Sudah mengenal rasa estetika (dilihat dari peralatannya seperti kapak
Sumatra, yang bentuknya sudah lebih beraturan dengan tekstur yang
lebih halus dibandingkan kapak gengggam pada Zaman Paleolithikum)
b. Masih belum dapat bercocok tanam (karena peralatan yang ada pada
zaman itu masih belum bisa digunakan untuk menggemburkan tanah)
c.Gundukan Kjokkenmoddinger yang dapat mencapai tinggi tujuh meter
dengan diameter tiga puluh meter ini tentu terbentuk dalam waktu
lama, sehingga disimpulkan bahwa manusia pada zaman itu mulai
tingggal menetap (untuk sementara waktu, ketika makanan habis, maka
harus berpindah tempat, seperti pada zaman Palaeolithikum) di tepi
pantai.
d. Peralatan yang ditemukan dari Abris Sous Roche memberi informasi
bahwa manusia juga menjadikan gua sebagai tempat tinggal.
Zaman Batu Muda (Masa Bercocok Tanam)[sunting | sunting
sumber]
Ciri utama pada zaman batu Muda (neolithikum) adalah alat-alat
batu buatan manusia sudah diasah atau dipolis sehingga halus
dan indah. Alat-alat yang dihasilkan antara lain:
1. Kapak persegi, misalnya beliung, pacul, dan torah yang
banyak terdapat di Sumatera, Jawa, Bali, Nusa Tenggara,
Maluku, Sulawesi, Kalimantan,
2. Kapak batu (kapak persegi berleher) dari Minahasa,
3. Perhiasan (gelang dan kalung dari batu indah) ditemukan
di Jawa,
4. Pakaian dari kulit kayu
5. Tembikar (periuk belaga) ditemukan di Sumatera, Jawa,
Melolo (Sunda)
Manusia pendukung Neolithikum adalah Austronesia (Austria),
Austro-Asia (Khamer-Indocina)
Kebudayaan Megalith[sunting | sunting sumber]
Antara zaman neolitikum dan zaman logam telah berkembang
kebudayaan megalith, yaitu kebudayaan yang menggunakan
media batu-batu besar sebagai alatnya, bahkan puncak
kebudayaan megalith justru pada zaman logam. Hasil
kebudayaan Megalith, antara lain:
1. Menhir: tugu batu yang dibangun untuk pemujaan
terhadap arwah-arwah nenek moyang.
2. Dolmen: meja batu tempat meletakkan sesaji untuk
upacara pemujaan roh nenek moyang
3. Sarchopagus/keranda atau peti mati (berbentuk lesung
bertutup)
4. Punden berundak: tempat pemujaan bertingkat
5. Kubur batu: peti mati yang terbuat dari batu besar yang
dapat dibuka-tutup
6. Arca/patung batu: simbol untuk mengungkapkan
kepercayaan mereka
Zaman Logam (Masa Perundagian)[sunting | sunting sumber]
Pada zaman Logam orang sudah dapat membuat alat-alat
dari logam di samping alat-alat dari batu. Orang sudah mengenal
teknik melebur logam, mencetaknya menjadi alat-alat yang
diinginkan. Teknik pembuatan alat logam ada dua macam, yaitu
dengan cetakan batu yang disebut bivalve dan dengan cetakan
tanah liat dan lilin yang disebut a cire perdue. Periode ini juga
disebut masa perundagian karena dalam masyarakat timbul
golongan undagi yang terampil melakukan pekerjaan tangan.
Zaman logam di Indonesia didominasi oleh alat-alat dari
perunggu sehingga zaman logam juga disebut zaman perunggu.
Alat-alat besi yang ditemukan pada zaman logam jumlahnya
sedikit dan bentuknya seperti alat-alat perunggu, sebab
kebanyakan alat-alat besi, ditemukan pada zaman sejarah.
Zaman logam di Indonesia dibagi atas:
Zaman Perunggu[sunting | sunting sumber]
Pada zaman Perunggu/disebut juga dengan kebudayaan
Dongson-Tongkin China (pusat kebudayaan ini) manusia purba
sudah dapat mencampur tembaga dengan timah dengan
perbandingan 3 : 10 sehingga diperoleh logam yang lebih keras.
Alat-alat perunggu pada zaman ini antara lain:
Kapak Corong (Kapak perunggu, termasuk golongan alat
perkakas) ditemukan di Sumatera Selatan, Jawa-Bali,
Sulawesi, Kepulauan Selayar, Irian
Nekara Perunggu (Moko) sejenis dandang yang digunakan
sebagai maskawin. Ditemukan di Sumatera, Jawa-Bali,
Sumbawa, Roti, Selayar, Leti
Benjana Perunggu ditemukan di Madura dan Sumatera.
Arca Perunggu ditemukan di Bang-kinang (Riau), Lumajang
(Jawa Timur) dan Bogor (Jawa Barat)
Zaman Besi[sunting | sunting sumber]
Pada zaman ini orang sudah dapat melebur besi dari bijinya
untuk dituang menjadi alat-alat yang diperlukan. Teknik
peleburan besi lebih sulit dari teknik peleburan tembaga
maupun perunggu sebab melebur besi membutuhkan panas yang
sangat tinggi, yaitu 3500 C.
Alat-alat besi yang dihasilkan antara lain:
Mata Kapak bertungkai kayu
Mata Pisau
Mata Sabit
Mata Pedang
Cangkul
Alat-alat tersebut ditemukan di Gunung Kidul (Yogyakarta), Bogor
(Jawa Barat), Besuki dan Punung (Jawa Timur)
Era prasejarah Di Indonesia[sunting | sunting sumber]





Proses Terbentuknya Bumi menurut Geologi

Ahli geologi membagi proses pembentukan bumi menjadi empat, yaitu Zaman
Arkhaikum, Zaman Paleozoikum, Zaman Mesozoikum, dan Zaman Neozoikum.

Zaman Arkhaikum (Azoikum)
Zaman ketika belum ada kehidupan di bumi berlangsung sekitar 2.500 juta
hingga 1.200 tahun yang lalu. Hal ini disebabkan bumi masih panas dan
merupakan bola gas panas yang berputar pada porosnya.
Zaman Paleozoikum
Zaman Paleozoikum adalah zaman ketika terdapat kehidupan makhluk
pertama di bumi. Zaman ini disebut zaman primer (karena untuk pertama
kalinya ada kehidupan).

Zaman Mesozoikum
Zaman Mesozoikum disebut zaman sekunder (zaman hidup kedua) dan
disebut juga zaman reptil sebab muncul reptil yang besar seperti Dinosaurus
dan Atlantosaurus. Zaman ini terbagi menjadi tiga.
Trias, terdapat kehidupan ikan, amfibi, dan reptil.
Jura, terdapat reptil dan sebangsa katak.
Calcium, terdapat burung pertama dan tumbuhan berbunga
Zaman Neozoikum
Zaman Neozoikum adalah zaman bumi baru (bumi sudah terbentuk
seluruhnya). Zaman ini terbagi menjadi zaman tersier dan zaman kuarter.
1. Zaman tertier, yaitu zaman hidup ketiga, makhluk hidupnya berupa
binatang menyusui sejenis monyet dan kera, reptil raksasa mulai lenyap,
dan pada akhir zaman ini sudah ada jenis kera-manusia. Zaman ini
ditandai dengan munculnya tenaga endogen yang dahsyat sehingga
mematahkan kulit bumi. Kejadian tersebut membentuk rangkaian
pegunungan besar di seluruh dunia. Karena adanya pegunungan tersebut,
timbullah letusan-letusan gunung berapi yang membentuk relief
permukaan bumi. Zaman tertier terbagi atas Eosen, Miosen, Oligosen, dan
Pliosen. Pada zaman tertier inilah, binatang menyusui berkembang
sepenuhnya. Muncul juga orang utan di masa Miosen, daerah asalnya dari
Afrika sekarang. Pada saat itu, Benua Afrika masih menyatu dengan Jazirah
Arab.
2. Zaman kuarter, yaitu zaman hidup keempat. Pada zaman ini, mulai
muncul kehidupan manusia. Zaman ini dibedakan menjadi zaman
Pleistosen (Diluvium) dan kala Holosen (Aluvium). Pada zaman Diluvium ini,
terjadi penurunan suhu dengan drastis bahkan sampai di bawah 0oC
sehingga muncul zaman Es (zaman Glasial). Pada zaman Glasial,
permukaan laut menurun sehingga perairan dangkal berubah menjadi
daratan. Pulau Bali, Jawa, Kalimantan, dan Sumatra menyatu dengan
daratan Asia. Ketika es Kutub Utara mencair (interglasial), permukaan air
laut naik dan menenggelamkan sebagian Eropa Utara, Asia Utara, dan
Amerika Utara. Pulau Jawa, Bali, Kalimantan, dan Sumatra terpisah dari
daratan Asia, membentuk laut dangkal yang disebut Paparan Sunda,
sedangkan Pulau Papua dan sekitarnya terpisah dengan daratan Australia
yang melahirkan Paparan Sahul. Antara Paparan Sahul dan Paparan Sunda
dipisahkan oleh perairan dalam yang dinamakan daerah Wallacea dan
menjadi garis Wallacea yang membedakan jenis flora dan fauna. Kepulauan
Indonesia dalam bentuknya sekarang terjadi pada zaman Glasial Wurm.
Zaman Holosen atau zaman Aluvium adalah zaman lahirnya jenis Homo
sapiens, yaitu jenis manusia seperti manusia sekarang.

Bumi merupakan planet yang kita tempati, bagaimana ya sebenarnya proses
terbentuknya bumi kita ini? Nah jawaban dari pertanyaan itulah yang akan
sahabat temukan dalam postingan saya kali ini. Beberapa hal yang akan saya
bahas adalah tentang Pengertian bumi, teori terbentuknya bumi,
Perkembangan bumi, dan hipotesa ahli yang dipercaya hingga saat ini.
Langsung saja ya..


Sejarah Terbentuknya Bumi


A.PENGERTIAN BUMI
Bumi adalah planet tempat tinggal seluruh makhluk hidup beserta isinya.
Kira-kira 250 juta tahun yang lalu sebagian besar kerak benua di Bumi
merupakan satu massa daratan yang dikenal sebagai Pangea. Kemudian, kira-
kira dua ratus juta tahun yang lalu Pangea terpecah menjadi dua benua besar
yaitu Laurasia, yang sekarang terdiri dari Amerika Utara, Eropa, sebagian Asia
Tengah dan Asia Timur; dan Gondwana yang terdiri dari Amerika Selatan,
Afrika India, Australia dan bagian Asia lainnya. Bagian-bagian dan dua benua
besar ini kemudian terpecah-pecah, hanyut dan bertubrukan dengan bagian
lain.

Sebagai tempat tinggal makhluk hidup, bumi tersusun atas beberapa lapisan
bumi.Bahan-bahan material pembentuk bumi, dan seluruh kekayaan alam
yang terkandung di dalamnya. Bentuk permukaan bumi berbeda-beda, mulai
dari daratan, lautan, pegunungan, perbukitan, danau, lembah, dan
sebagainya. Bumi sebagai salah satu planet yang termasuk dalam sistem tata
surya di alam semesta ini tidak diam seperti apa yang kita perkirakan selama
ini, melainkan bumi melakukan perputaran pada porosnya (rotasi) dan
bergerak mengelilingi matahari (revolusi) sebagai pusat sistem tata surya. Hal
inilah yang menyebabkan terjadinya siang malam dan pasang surut air laut.
Oleh karena itu, proses terbentuknya bumi tidak terlepas dari proses
terbentuknya tata surya kita.
B.PEMBENTUKAN BUMI
Teori-teori tentang proses terbentuknya bumi
1.Teori Kabut(Nebula)


Teori Kabut Nebula


Sejak jaman sebelum Masehi, para ahli telah memikirkan proses terjadinya
Bumi. Salah satunya adalah teori kabut (nebula) yang dikemukakan
oleh Immanuel Kant (1755) dan Piere De Laplace(1796).Mereka terkenal
dengan Teori Kabut Kant-Laplace. Dalam teori ini dikemukakan bahwa di jagat
raya terdapat gas yang kemudian berkumpul menjadi kabut (nebula). Gaya
tarik-menarik antar gas ini membentuk kumpulan kabut yang sangat besar
dan berputar semakin cepat. Dalam proses perputaran yang sangat cepat ini,
materi kabut bagian khatulistiwa terlempar memisah dan memadat (karena
pendinginan). Bagian yang terlempar inilah yang kemudian menjadi planet-
planet dalam tata surya.Teori nebula ini terdiri dari beberapa tahap,yaitu

Matahari dan planet-planet lainnya masih berbentuk gas, kabut yang begitu
pekat dan besar.
Kabut tersebut berputar dan berpilin dengan kuat, dimana pemadatan terjadi
di pusat lingkaran yang kemudian membentuk matahari. Pada saat yang
bersamaan materi lainpun terbentuk menjadi massa yang lebih kecil dari
matahari yang disebut sebagai planet, bergerak mengelilingi matahari.
Materi-materi tersebut tumbuh makin besar dan terus melakukan gerakan
secara teratur mengelilingi matahari dalam satu orbit yang tetap dan
membentuk Susunan Keluarga Matahari.


2.Teori Planetisimal


Teori Planetesimal


Pada awal abad ke-20, Forest Ray Moulton, seorang ahli
astronomi Amerika bersama rekannya Thomas C.Chamberlain, seorang ahli
geologi, mengemukakan teori Planetisimal Hypothesis, yang mengatakan
matahari terdiri dari massa gas bermassa besar sekali, Pada suatu saat
melintas bintang lain yang ukurannya hampir sama dengan matahari, bintang
tersebut melintas begitu dekat sehingga hampir menjadi tabrakan. Karena
dekatnya lintasan pengaruh gaya gravitasi antara dua bintang tersebut
mengakibatkan tertariknya gas dan materi ringan pada bagian tepi.
Karena pengaruh gaya gravitasi tersebut sebagian materi terlempar
meninggalkan permukaan matahari dan permukaan bintang. Materi-materi
yang terlempar mulai menyusut dan membentuk gumpalan-gumpalan yang
disebut planetisimal. Planetisimal- Planetisimal lalu menjadi dingin dan padat
yang pada akhirnya membentuk planet-planet yang mengelilingi matahari.

3.Tori Pasang Surut Gas(Tidal)


Teori Pasang Surut Gas


Teori ini dikemukakan oleh James Jeans dan Harold Jeffreys pada tahun
1918, yakni bahwa sebuah bintang besar mendekati matahari dalam jarak
pendek, sehingga menyebabkan terjadinya pasang surut pada tubuh matahari,
saat matahari itu masih berada dalam keadaan gas. Terjadinya pasang surut
air laut yang kita kenal di Bumi, ukuranya sangat kecil. Penyebabnya adalah
kecilnya massa bulan dan jauhnya jarak bulan ke Bumi (60 kali radius orbit
Bumi). Tetapi, jika sebuah bintang yang bermassa hampir sama besar dengan
matahari mendekat, maka akan terbentuk semacam gunung-gunung
gelombang raksasa pada tubuh matahari, yang disebabkan oleh gaya tarik
bintang tadi. Gunung-gunung tersebut akan mencapai tinggi yang luar biasa
dan membentuk semacam lidah pijar yang besar sekali, menjulur dari massa
matahari dan merentang ke arah bintang besar itu.

Dalam lidah yang panas ini terjadi perapatan gas-gas dan akhirnya kolom-
kolom ini akan pecah, lalu berpisah menjadi benda-benda tersendiri, yaitu
planet-planet. Bintang besar yang menyebabkan penarikan pada bagian-
bagian tubuh matahari tadi, melanjutkan perjalanan di jagat raya, sehingga
lambat laun akan hilang pengaruhnya terhadap-planet yang berbentuk tadi.
Planet-planet itu akan berputar mengelilingi matahari dan mengalami proses
pendinginan. Proses pendinginan ini berjalan dengan lambat pada planet-
planet besar, seperti Yupiter dan Saturnus, sedangkan pada planet-planet
kecil seperti Bumi kita, pendinginan berjalan relatif lebih cepat.

4.Teori Bintang Kembar


Teori Bintang Kembar

Teori ini dikemukakan oleh seorang ahli Astronomi R.A Lyttleton. Menurut
teori ini, galaksi berasal dari kombinasi bintang kembar. Salah satu bintang
meledak sehingga banyak material yang terlempar. Karena bintang yang tidak
meledak mempunyai gaya gravitasi yang masih kuat, maka sebaran pecahan
ledakan bintang tersebut mengelilingi bintang yang tidak meledak itu. Bintang
yang tidak meledak itu sekarang disebut dengan matahari, sedangkan
pecahan bintang yang lain adalah planet-planet yang mengelilinginya.

5.Teori Big Bang


Teori Big Bang

Berdasarkan Theory Big Bang, proses terbentuknya bumi berawal dari
puluhan milyar tahun yang lalu. Pada awalnya terdapat gumpalan kabut
raksasa yang berputar pada porosnya. Putaran tersebut memungkinkan
bagian-bagian kecil dan ringan terlempar ke luar dan bagian besar berkumpul
di pusat, membentuk cakram raksasa. Suatu saat, gumpalan kabut raksasa
itu meledak dengan dahsyat di luar angkasa yang kemudian membentuk
galaksi dan nebula-nebula. Selama jangka waktu lebih kurang 4,6 milyar
tahun, nebula-nebula tersebut membeku dan membentuk suatu galaksi yang
disebut dengan nama Galaksi Bima Sakti, kemudian membentuk sistem tata
surya. Sementara itu, bagian ringan yang terlempar ke luar tadi mengalami
kondensasi sehingga membentuk gumpalan-gumpalan yang mendingin dan
memadat. Kemudian, gumpalan-gumpalan itu membentuk planet-planet,
termasuk planet bumi.

Dalam perkembangannya, planet bumi terus mengalami proses secara
bertahap hingga terbentuk seperti sekarang ini. Ada tiga tahap dalam proses
pembentukan bumi, yaitu:
Awalnya, bumi masih merupakan planet homogen dan belum mengalami
perlapisan atau perbedaan unsur.
Pembentukan perlapisan struktur bumi yang diawali dengan terjadinya
diferensiasi. Material besi yang berat jenisnya lebih besar akan tenggelam,
sedangkan yang berat jenisnya lebih ringan akan bergerak ke permukaan.
Bumi terbagi menjadi lima lapisan, yaitu inti dalam, inti luar, mantel dalam,
mantel luar, dan kerak bumi.


Bukti penting lain bagi Big Bang adalah jumlah hidrogen dan helium di ruang
angkasa. Dalam berbagai penelitian, diketahui bahwa konsentrasi hidrogen-
helium di alam semesta bersesuaian dengan perhitungan teoritis konsentrasi
hidrogen-helium sisa peninggalan peristiwa Big Bang. Jika alam semesta tak
memiliki permulaan dan jika ia telah ada sejak dulu kala, maka unsur
hidrogen ini seharusnya telah habis sama sekali dan berubah menjadi helium.
Segala bukti meyakinkan ini menyebabkan teori Big Bang diterima oleh
masyarakat ilmiah. Model Big Bang adalah titik terakhir yang dicapai ilmu
pengetahuan tentang asal muasal alam semesta. Begitulah, alam semesta ini
telah diciptakan oleh Allah Yang Maha Perkasa dengan sempurna tanpa cacat
.

Yang telah menciptakan tujuh langit berlapis-lapis. Kamu sekali-kali
tidak melihat pada ciptaan Tuhan Yang Maha Pemurah sesuatu yang
tidak seimbang. Maka lihtatlah berulang-ulang, adakah kamu lihat
sesuatu yang tidak seimbang. (QS. Al-Mulk, 67:3).

Masih sangat banyak teori lainnya yang Dikemukakan oleh para ahli seperti:

Teori Buffon dari ahli ilmu alam Perancis George Louis Leelere Comte de
Buffon. Beliau mengemukakan bahwa dahulu kala terjadi tumbukan antara
matahari dengan sebuah komet yang menyebabkan sebagian massa matahari
terpental ke luar. Massa yang terpental ini menjadi planet.

Teori Kuiper atau teori kondensasi dikemukakan oleh Gerald
P.Kuiper mengemukakan bahwa pada mulanya ada nebula besar berbentuk
piringan cakram. Pusat piringan adalah protomatahari, sedangkan massa gas
yang berputar mengelilingi promatahari adalah protoplanet.Pusat piringan
yang merupakan protomatahari menjadi sangat panas, sedangkan protoplanet
menjadi dingin. Unsur ringan tersebut menguap dan menggumpal menjadi
planet planet.Dalam teorinya beliau juga mengatakan bahwa tata surya pada
mulanya berupa bola kabut raksasa. Kabut ini terdiri dari debu, es, dan gas.
Bola kabut ini berputar pada porosnya sehingga bagian-bagian yang ringan
terlempar ke luar, sedangkan bagian yang berat berkumpul di pusatnya
membentuk sebuah cakram mulai menyusut dan perputarannya semakin
cepat, serta suhunya bertambah, akhirnya terbentuklah matahari.

Teori Weizsaecker dimana pada tahun 1940, C.Von Weizsaecker, seorang ahli
astronomi Jerman mengemukakan tata surya pada mulanya terdiri atas
matahari yang dikelilingi oleh massa kabut gas. Sebagian besar massa kabut
gas ini terdiri atas unsur ringan, yaitu hidrogen dan helium. Karena panas
matahari yang sangat tinggi, maka unsur ringan tersebut menguap ke angkasa
tata surya, sedangkan unsur yang lebih berat tertinggal dan menggumpal.
Gumpalan ini akan menarik unsur unsur lain yang ada di angkasa tata
surya dan selanjutnya berevolusi membentuk palnet planet, termasuk bumi.

Teori Whipple oleh seorang ahli astronom Amerika Fred L.Whipple,
mengemukakan pada mulanya tata surya terdiri dari gas dan kabut debu
kosmis yang berotasi membentuk semacam piringan. Debu dan gas yang
berotasi menyebabkan terjadinya pemekatan massa dan akhirnya
menggumpal menjadi padat, sedangkan kabutnya hilang menguap ke angkasa.
Gumpalan yang padat saling bertabrakan dan kemudian membentuk planet
planet.

Menurut seorang astronom asal inggris,pada pertengahan abad 20 yang
bernama Sir Fred Hoyle mengemukakan suatu teori yang disebut Steady-
State.Teori steady-state menyatakan bahwa alam semesta berukuran tak
hingga dan kekal sepanjang masa. Dengan tujuan mempertahankan paham
materialis, teori ini sama sekali berseberangan dengan teori Big Bang, yang
mengatakan bahwa alam semesta memiliki permulaan. Mereka yang
mempertahankan teori steady-state telah lama menentang teori Big Bang.
Namun, ilmu pengetahuan justru meruntuhkan pandangan mereka.

Pada tahun 1948, Gerge Gamov muncul dengan gagasan lain tentang Big
Bang. Ia mengatakan bahwa setelah pembentukan alam semesta melalui
ledakan raksasa, sisa radiasi yang ditinggalkan oleh ledakan ini haruslah ada
di alam. Selain itu, radiasi ini haruslah tersebar merata di segenap penjuru
alam semesta. Bukti yang 'seharusnya ada' ini pada akhirnya diketemukan.
Pada tahun 1965, dua peneliti bernama Arno Penziaz dan Robert Wilson
menemukan gelombang ini tanpa sengaja. Radiasi ini, yang disebut 'radiasi
latar kosmis', tidak terlihat memancar dari satu sumber tertentu, akan tetapi
meliputi keseluruhan ruang angkasa. Demikianlah, diketahui bahwa radiasi
ini adalah sisa radiasi peninggalan dari tahapan awal peristiwa Big Bang.
Penzias dan Wilson dianugerahi hadiah Nobel untuk penemuan mereka.Pada
tahun 1989, NASA mengirimkan satelit Cosmic Background Explorer. COBE
ke ruang angkasa untuk melakukan penelitian tentang radiasi latar kosmis.
Hanya perlu 8 menit bagi COBE untuk membuktikan perhitungan Penziaz dan
Wilson. COBE telah menemukan sisa ledakan raksasa yang telah terjadi di
awal pembentukan alam semesta. Dinyatakan sebagai penemuan astronomi
terbesar sepanjang masa, penemuan ini dengan jelas membuktikan teori Big
Bang.

Dan menurut gagasan kuno yang mengatakan bahwa alam semesta itu kekal.
Gagasan yang umum di abad 19 adalah bahwa alam semesta merupakan
kumpulan materi berukuran tak hingga yang telah ada sejak dulu kala dan
akan terus ada selamanya. Selain meletakkan dasar berpijak bagi paham
materialis, pandangan ini menolak keberadaan sang Pencipta dan menyatakan
bahwa alam semesta tidak berawal dan tidak berakhir.

Materialisme adalah sistem pemikiran yang meyakini materi sebagai satu-
satunya keberadaan yang mutlak dan menolak keberadaan apapun selain
materi. Berakar pada kebudayaan Yunani Kuno, dan mendapat penerimaan
yang meluas di abad 19, sistem berpikir ini menjadi terkenal dalam bentuk
paham Materialisme dialektika Karl Marx.Para penganut materalisme meyakini
model alam semesta tak hingga sebagai dasar berpijak paham ateis mereka.
Misalnya, dalam bukunya Principes Fondamentaux de Philosophie, filosof
materialis George Politzer mengatakan bahwa "alam semesta bukanlah
sesuatu yang diciptakan" dan menambahkan: "Jika ia diciptakan, ia sudah
pasti diciptakan oleh Tuhan dengan seketika dan dari ketiadaan".
Ketika Politzer berpendapat bahwa alam semesta tidak diciptakan dari
ketiadaan, ia berpijak pada model alam semesta statis abad 19, dan
menganggap dirinya sedang mengemukakan sebuah pernyataan ilmiah.
Namun, sains dan teknologi yang berkembang di abad 20 akhirnya
meruntuhkan gagasan kuno yang dinamakan materialisme ini.

Ledakan raksasa yang menandai permulaan alam semesta ini dinamakan 'Big
Bang', dan teorinya dikenal dengan nama tersebut. Perlu dikemukakan bahwa
'volume nol' merupakan pernyataan teoritis yang digunakan untuk
memudahkan pemahaman. Ilmu pengetahuan dapat mendefinisikan konsep
'ketiadaan', yang berada di luar batas pemahaman manusia, hanya dengan
menyatakannya sebagai 'titik bervolume nol'. Sebenarnya, 'sebuah titik tak
bervolume' berarti 'ketiadaan'. Demikianlah alam semesta muncul menjadi ada
dari ketiadaan. Dengan kata lain, ia telah diciptakan. Fakta bahwa alam ini
diciptakan, yang baru ditemukan fisika modern pada abad 20, telah
dinyatakan dalam Alqur'an 14 abad lampau,yakni :
"Dia (Allah) Pencipta langit dan bumi" (QS. Al-An'aam, 6: 101)

C.PERKEMBANGAN BUMI

Teori-teori tentang Perkembangan Bumi

1.Teori Kontraksi dari James Dana dan Elie de Baumant
Dalam teori ini dinyatakan bahwa bumi mengalami pengerutan karena
pendinginan di bagian dalam bumi akibat konduksi panas,sehingga
mengakibatkan bumi tidak rata.


Teori Kontrasi Pembentukan Bumi


2.Teori Descartes dan Suess
Dalam teori ini dikatakan bahwa pada saat bola bumi mendingin maka
terjadilah proses pengerutan dan semakin menyusut.Kerutan-kerutan itulah
sebagai pegunungan,lipatan yang kita kenal sampai sekarang.Teori Descartes
dan Suess ini disebut teori kontraksi.

3.Teori Geosinklin


Teori Geosinklin


Teori ini dikonsep oleh Hall pada tahun1859 yang kemudian dipublikasikan
oleh Dana pada tahun 1873. Teori ini bertujuan untuk menjelaskan terjadinya
endapan batuan sedimen yang sangat tebal, ribuan meter dan memanjang
seperti pada Pegunungan Himalaya, Alpina dan Andes.

Teori geosinklin menyatakan bahwa suatu daerah sempit pada kerak bumi
mengalami depresi selama beberapa waktu sehingga terendapkan secara
ekstrim sedimen yang tebal. Proses pengendapan ini menyebabkan subsidence
(penurunan) pada dasar cekungan. Endapan sedimen yang tebal dianggap
berasal dari sedimen akibat proses orogenesa yang membentuk pengunungan
lipatan dan selama proses ini endapan sedimen yang telah terbentuk akan
mengalami metamorfosa. Batuan yang terdeformasi didalamnya dijelaskan
sebagai akibat menyempitnya cekungan karena terus menurunnya cekungan,
sehingga batuan terlipat dan tersesarkan. Pergerakan yang terjadi adalah
pergerakan vertikal akibat gaya isostasi.

Teori ini mempunyai kelemahan tidak mampu menjelaskan asal-usul aktivitas
vulkanik dengan baik dan logis. Keteraturan aktivitas vulkanik sangatlah tidak
bisa dijelaskan dengan teori geosinklin. Pada intinya, golongan ilmuwan
menganggap bahwa gaya yang bekerja pada bumi merupakan gaya vertikal.
Artinya, semua deformasi yang terjadi diakibatkan oleh gaya utama yang
berarah tegak lurus dengan bidang yang terdeformasi.

4.HIPOTESA PENGAPUNGAN BENUA(CONTINENTAL DRIFT)


Condinental Drift


Tahun 1912, Alfred Wegener seorang ahli meteorologi Jerman mengemukakan
konsep Pengapungan Benua (Continental drfit). Dalam The Origin of
Continents and Oceans. Hipotesa utamanya adalah satu super continent
yang disebut Pangaea (artinya semua daratan) yang dikelilingi oleh
Panthalassa (semua lautan). Selanjutnya, hipotesa ini mengatakan 200 juta
tahun yang lalu Pangaea pecah menjadi benua-benua yang lebih kecil. Dan
kemudian bergerak menuju ke tempatnya seperti yang dijumpai saat ini.
Sedangkan hipoptesa lainnya menyatakan bahwa pada mulanya ada dua
super kontinen , yaitu pangea utara yang disebut juga Laurasia, dan pangea
selatan yang disebut juga Gondwanaland.

TUGAS
SEJARAH INDONESIA


NAMA : VIVIT HANDAYANI
KELAS : X-C1



SMK NEGERI 1 CIBADAK

Anda mungkin juga menyukai