Anda di halaman 1dari 8

PEMBAGIAN ZAMAN PRASEJARAH

1. Zaman Batu

Zaman Batu terjadi sebelum logam dikenal dan alat-alat kebudayaan terutama dibuat
dari batu di samping kayu dan tulang. Zaman batu ini diperiodisasi lagi menjadi 4
zaman, antara lain:

1) Zaman Batu Tua/Paleolithikum (Masa Berburu & Mengumpulkan Makanan


Tingkat Awal) yang mana dalam zaman ini terdapat dua kebudayaan yang
merupakan patokan zaman ini, yaitu: Kebudayaan Ngandong (berhubungan
dengan Flakes & peralatan dari tulang) dan Kebudayaan Pacitan (berhubungan
dengan kapak genggam dengan varian-variannya seperti kapak perimbas &
kapak penetak).
Berdasarkan kebudayaan yang ditemukan, maka dapat disimpulkan ciri-ciri
kehidupan pada Palaeolithikum antara lain:
a. Hidup dekat sumber air (mencukupi kebutuhan minum & karena di dekat
sumber air ada banyak hewan & tumbuhan yang bisa dimakan).
b. Belum dapat bercocok tanam (karena peralatan yang dimiliki belum dapat
digunakan untuk menggemburkan tanah).
c. Masyarakatnya belum memiliki rasa estetika (disimpulkan dari kapak
genggam yang bentuknya tidak beraturan & bertekstur kasar)
d. Memperoleh makanan dengan cara berburu (hewan) dan mengumpulkan
makanan (buah-buahan & umbi-umbian).
e. Hidup nomaden (jika sumber makanan yang ada di daerah tempat tinggal
habis, maka masyarakatnya harus pindah ke tempat baru yang memiliki
sumber makanan).
f. Sudah mengenal api (bedasarkan studi perbandingan dengan Zaman
Palaeolithikum di China, di mana ditemukan fosil kayu yang ujungnya
bekas terbakar di dalam sebuah gua).
g. Hidup berkelompok (untuk melindungi diri dari serangan hewan buas).
Kebudayaan Batu Tua (Palaeolithikum)
Nama Gambar Keterangan
Kapak ini terbuat dari batu, tidak memiliki tangkai,
digunakan dengan cara menggengam. Dipakai untuk
menguliti binatang, memotong kayu, dan memecahkan
Kapak tulang binatang buruan. Kapak perimbas banyak
Perimbas ditemukan di daerah-daerah di Indonesia, termasuk
dalam Kebudayaan Pacitan. Kapak perimbas dan kapak
genggam dibuat dan digunakan oleh jenis manusia purba
Pithecantropus.
Kapak genggam memiliki bentuk hampir sama dengan
jenis kapak penetak dan perimbas, namun bentuknya
jauh lebih kecil. Fungsinya untuk membelah kayu,
menggali umbi-umbian, memotong daging hewan
Kapak
buruan, dan keperluan lainnya. Pada tahun 1935, peneliti
Genggam
Ralph von Koenigswald berhasil menemukan sejumlah
kapak genggam di Punung, Kabupaten Pacitan, Jawa
Timur. Karena ditemukan di Pacitan maka disebut
Kebudayaan Pacitan.
Alat-alat serpih terbuat dari pecahanpecahan batu kecil,
 Alat-alat digunakan sebagai alat penusuk, pemotong daging, dan
Serpih pisau. Alatalat serpih banyak ditemukan di daerah
(Flakes Sangiran, Sragen, Jawa Tengah, masih termasuk
Kebudayaan Ngandong.
Perkakas tulang dan tanduk hewan banyak ditemukan di
daerah Ngandong, dekat Ngawi, Jawa Timur. Alat-alat
Perkakas
itu berfungsi sebagai alat penusuk, pengorek, dan mata
dari
tombak. Oleh peneliti arkeologis perkakas dari tulang
Tulang
disebut sebagai Kebudayaan Ngandong. Alat-alat serpih
dan
dan alat-alat dari tulang dan tanduk ini dibuat dan
Tanduk
digunakan oleh jenis manusia purba Homo Soloensis
dan Homo Wajakensis

2) Zaman Batu Tengah/Mesolithikum (Masa Berburu & Mengumpulkan


Makanan Tingkat Lanjut)
Terdapat dua kebudayaan yang merupakan patokan zaman ini, yaitu:
a. Kebudayaan Kjokkenmoddinger dan Kebudayaan Abris Sous Roche
Kebudayaan Kjokkenmoddinger, dalam kaitannya dengan budaya
manusia, kjokkenmoddinger merupakan timbunan kulit siput & kerang
yang menggunung di sepanjang pantai Sumatra Timur antara Langsa di
Aceh sampai Medan. Di antara timbunan kulit siput & kerang tersebut
ditemukan juga perkakas sejenis kapak genggam yaitu kapak
Sumatra/Pebble & batu pipisan.
b. Kebudayaan Abris Sous Roche, yang berarti gua-gua yang pernah
dijadikan tempat tinggal, berupa gua-gua yang diduga pernah dihuni oleh
manusia. Dugaan ini muncul dari perkakas seperti ujung panah, flakke,
batu penggilingan, alat dari tulang & tanduk rusa; yang tertinggal di dalam
gua.
Berdasarkan kebudayaan yang ditemukan, maka dapat disimpulkan ciri-ciri
kehidupan pada zaman Mesolithikum antara lain:
a. Sudah mengenal rasa estetika (dilihat dari peralatannya seperti kapak
Sumatra, yang bentuknya sudah lebih beraturan dengan tekstur yang lebih
halus dibandingkan kapak gengggam pada Zaman Paleolithikum)
b. Masih belum dapat bercocok tanam (karena peralatan yang ada pada
zaman itu masih belum bisa digunakan untuk menggemburkan tanah)
c. manusia pada zaman itu mulai tingggal menetap (untuk sementara waktu,
ketika makanan habis, maka harus berpindah tempat, seperti pada zaman
Palaeolithikum) di tepi pantai.
d. Peralatan yang ditemukan dari Abris Sous Roche memberi informasi
bahwa manusia juga menjadikan gua sebagai tempat tinggal.

Kebudayaan Batu Madya (Mesolithikum)


Nama Gambar Keterangan
Bentuk kapak ini bulat, terbuat dari batu kali yang
Kapak
dibelah dua. Kapak genggam jenis ini banyak ditemukan
Sumatra
di Sepanjang Pantai Timur Pulau Sumatera, antara
(Pebble)
Langsa (Aceh) dan Medan.
Kapak
Kapak Pendek sejenis kapak genggam bentuknya
Pendek
No-image setengah lingkaran. Kapak ini ditemukan di sepanjang
(Hache
Pantai Timur Pulau Sumatera.
courte)
Kjokkenmoddinger berasal dari bahasa Denmark,
Kjokken berarti dapur dan modding artinya sampah.
Kjokken-
Jadi, kjokkenmoddinger adalah sampah dapur berupa
moddinge
kulit-kulit siput dan kerang yang telah bertumpuk. Fosil
r
dapur sampah ini banyak ditemukan di sepanjang Pantai
Timur Pulau Sumatera.

Abris sous roche adalah gua-gua batu karang atau ceruk


Abris sous
yang digunakan sebagai tempat tinggal manusia purba.
roche
Berfungsi sebagai tempat tinggal
Lukisan di dinding gua terdapat di dalam abris sous
roche. Lukisan menggambarkan hewan buruan dan cap
Lukisan di
tangan berwarna merah. Lukisan di dinding gua
Dinding
ditemukan di Leang leang, Sulawesi Selatan, di Gua
Gua
Raha, Pulau Muna, Sulawesi Tenggara, di
Danau Sentani, Papua. 

3) Zaman Batu Muda (Masa Bercocok Tanam)


Ciri utama pada zaman batu Muda (neolithikum) adalah alat-alat batu buatan
manusia sudah diasah atau dipolis sehingga halus dan indah. Alat-alat yang
dihasilkan antara lain:
a. Kapak persegi, misalnya beliung, pacul, dan torah yang banyak terdapat di
Sumatera, Jawa, Bali, Nusa Tenggara, Maluku, Sulawesi, Kalimantan,
b. Kapak batu (kapak persegi berleher) dari Minahasa.
c. Perhiasan (gelang dan kalung dari batu indah) ditemukan di Jawa,
d. Pakaian dari kulit kayu
e. Tembikar (periuk belaga) ditemukan di Sumatera, Jawa, Melolo (Sunda)

Kebudayaan Batu Muda (Neolithikum)


Nama Gambar Keterangan
Kapak persegi dibuat dari batu persegi. Kapak ini
dipergunakan untuk mengerjakan kayu, menggarap
Kapak tanah, dan melaksanakan upacara. Di Indonesia, kapak
Persegi persegi atau juga disebut beliung persegi banyak
ditemukan di Jawa, Kalimantan Selatan, Sulawesi,
dan Nusatenggara.
Kapak ini disebut kapak lonjong
karena penampangnya berbentuk lonjong.
Ukurannya ada yang besar ada yang kecil.
Kapak
Alat digunakan sebagai cangkul untuk
Lonjong
menggarap tanah dan memotong kayu atau pohon.
Jenis kapak lonjong ditemukan di Maluku, Papua, dan
Sulawesi Utara.

Mata panah terbuat dari batu yang diasah secara halus.


Mata
Gunanya untuk berburu. Penemuan mata panah
Panah
terbanyak di Jawa Timur dan Sulawesi Selatan.
Gerabah dibuat dari tanah liat. Fungsinya
Gerabah
untuk berbagai keperluan.

Masyarakat pra-aksara telah mengenal


perhiasan, diantaranya berupa gelang, kalung, dan
Perhiasan
anting-anting. Perhiasan banyak ditemukan di Jawa
Barat, dan Jawa Tengah.
Alat pemukul kulit kayu digunakan untuk memukul
Alat
kulit kayu yang akan digunakan sebagai bahan
Pemukul
pakaian. Adanya alat ini, membuktikan bahwa pada
Kulit
zaman neolithikum manusia pra-aksara sudah
Kayu
mengenal pakaian.

4) Zaman Megalitikum
Antara zaman neolitikum dan zaman logam telah berkembang kebudayaan
megalith, yaitu kebudayaan yang menggunakan media batu-batu besar sebagai
alatnya, bahkan puncak kebudayaan megalith justru pada zaman logam.
Hasil kebudayaan Megalith, antara lain:
a. Punden berundak: tempat pemujaan bertingkat
b. Menhir: tugu batu yang dibangun untuk pemujaan terhadap arwah-arwah
nenek moyang.
c. Dolmen: meja batu tempat meletakkan sesaji untuk upacara pemujaan roh
nenek moyang
d. Sarchopagus/keranda atau peti mati (berbentuk lesung bertutup)
e. Kubur batu: peti mati yang terbuat dari batu besar yang dapat dibuka-tutup
f. Arca/patung batu: simbol untuk mengungkapkan kepercayaan mereka

Kebudayaan Batu Besar


Nama Gambar Keterangan

Menhir adalah sebuah tugu dari batu tunggal yang


didirikan untuk upacara penghormatan roh nenek
Menhir
moyang. Menhir ditemukan di Sumatera Selatan,
Sulawesi Tengah, dan Kalimantan.

Sarkofagus adalah peti mayat yang terbuat dari dua


 Sarkofagus batu yang ditangkupkan. Peninggalan ini banyak
ditemukan di Bali
Dolmen adalah meja batu tempat menaruh sesaji,
tempat penghormatan kepada roh nenek moyang,
Dolmen
dan tempat meletakan jenazah. Daerah
penemuannya adalah Bondowoso, Jawa Timur.

Peti Kubur Batu adalah lempengan batu besar yang


Peti Kubur
disusun membentuk peti jenazah. Peti kubur batu
Batu
ditemukan di daerah Kuningan, Jawa Barat.

Waruga adalah peti kubur batu berukuruan kecil


berbentuk kubus atau bulat yang dibuat dari batu
Waruga
utuh. Waruga banyak ditemukan di daerah Sulawesi
Tengah dan Sulawesi Utara.

Arca adalah patung terbuat dari batu utuh, ada


yang menyerupai manusia, kepala manusia, dan
 Arca
hewan. Arca banyak ditemukan di Sumatera
Selatan, Lampung, Jawa Tengah, dan Jawa Timur.

Punden berundak-undak merupakan


tempat pemujaan. Bangunan ini dibuat dengan
Punden
menyusun batu secara bertingkat, menyerupai candi.
Berundak
Punden berundak ditemukan di daerah Lebak
Sibeduk, Banten Selatan.

2. Zaman Logam (Masa Perundagian)


Pada zaman Logam orang sudah dapat membuat alat-alat dari logam di samping alat-
alat dari batu. Orang sudah mengenal teknik melebur logam, mencetaknya menjadi
alat-alat yang diinginkan. Teknik pembuatan alat logam ada dua macam, yaitu dengan
cetakan batu yang disebut bivalve dan dengan cetakan tanah liat dan lilin yang disebut
a cire perdue. Periode ini juga disebut masa perundagian karena dalam masyarakat
timbul golongan undagi yang terampil melakukan pekerjaan tangan. Zaman logam di
Indonesia didominasi oleh alat-alat dari perunggu sehingga zaman logam juga disebut
zaman perunggu. Alat-alat besi yang ditemukan pada zaman logam jumlahnya sedikit
dan bentuknya seperti alat-alat perunggu, sebab kebanyakan alat-alat besi, ditemukan
pada zaman sejarah. Zaman logam di Indonesia dibagi atas:

1) Zaman Tembaga
Zaman tembaga merupakan zaman awal manusia mengenal peralatan dari logam.
Namun, zaman tembaga ini tidak pernah berpengaruh terhadap kehidupan
masyarakat Indonesia. Zaman tembaga berkembang diluar wilayah Indonesia
seperti di Semenanjung Malaka, Kamboja, Muangthai, dan Vietnam. Pada zaman
tembaga manusia purba sudah memanfaatkan logam tembaga yang dapat
digunakan untuk alat – alat rumah tangga. Tetapi proses pembentukannya masih
sangat sederhana.

2) Zaman Perunggu
Pada zaman Perunggu/disebut juga dengan kebudayaan Dongson-Tongkin China
(pusat kebudayaan ini) manusia purba sudah dapat mencampur tembaga dengan
timah dengan perbandingan 3 : 10 sehingga diperoleh logam yang lebih keras.
Alat-alat perunggu pada zaman ini antara lain:
a. Nekara Perunggu (Moko) sejenis dandang yang digunakan sebagai maskawin.
Ditemukan di Sumatera, Jawa-Bali, Sumbawa, Roti, Selayar, Leti
b. Kapak Corong (Kapak perunggu, termasuk golongan alat perkakas) ditemukan
di Sumatera Selatan, Jawa-Bali, Sulawesi, Kepulauan Selayar, Irian
c. Arca Perunggu ditemukan di Bang-kinang (Riau), Lumajang (Jawa Timur)
dan Bogor (Jawa Barat)
d. Benjana Perunggu ditemukan di Madura dan Sumatera.

3) Zaman Besi
Pada zaman ini orang sudah dapat melebur besi dari bijinya untuk dituang menjadi
alat-alat yang diperlukan. Teknik peleburan besi lebih sulit dari teknik peleburan
tembaga maupun perunggu sebab melebur besi membutuhkan panas yang sangat
tinggi, yaitu ±3500 °C.
Alat-alat besi yang dihasilkan antara lain:
a. Cangkul
b. Mata Kapak bertungkai kayu
c. Mata Pedang
d. Mata Pisau
e. Mata Sabit
Alat-alat tersebut ditemukan di Gunung Kidul (Yogyakarta), Bogor (Jawa Barat),
Besuki dan Punung (Jawa Timur)
Kebudayaan Zaman Logam
Nama Gambar Keterangan

Nekara adalah tambur besar yang berbentuk seperti


Nekara dandang yang terbalik. Benda ini banyak ditemukan di
Bali, Nusatenggara, Maluku, Selayar, dan Irian.

Nekara yang berukuran lebih kecil, ditemukan di Pulau


Moko Alor, Nusatenggara Timur. Nekara dan Moko dianggap
sebagai benda keramat dan suci.
Kapak perunggu terdiri beberapa macam, ada yang
berbentuk pahat, jantung, dan tembilang. Kapak perunggu
Kapak juga disebut sebagai kapak sepatu atau kapak corong.
Perunggu Daerah penemuannya Sumatera Selatan, Jawa, Bali,
Sulawesi Tengah, dan Irian. Kapak perunggu
dipergunakan untuk keperluan sehar-hari.
Sejenis kapak namun bentuknya indah dan satu sisinya
panjang, ditemukan di Yogyakarta.
Candrasa
Candrasa dipergunakan untuk kepentingan upacara
keagamaan dan sebagai tanda kebesaran.

Benda-benda perhiasan perunggu seperti gelang tangan,


Perhiasan gelang kaki, cincin, kalung, bandul kalung pada masa
Perunggu perundagian, banyak ditemukan di daerah Jawa Barat,
Jawa Timur, Bali dan Sumatera.

Manik-manik adalah benda perhiasan terdiri berbagai


ukuran dan bentuk. Manik-manik dipergunakan sebagai
Manik-
perhiasan dan bekal hidup enam, bulat, dan oval. Daerah
manik
penemuannya di Sangiran, Pasemah, Gilimanuk, Bogor,
Besuki, dan Buni.

Bejana perunggu adalah benda yang terbuat dari


perunggu berfungsi sebagai wadah atau tempat
Bejana
menyimpan makanan. Bentuknya bulat panjang dan
Perunggu
menyerupai gitar tanpa tangkai. Benda ini ditemukan di
Sumatera dan Madura.

Benda bentuk patung yang terbuat dari


perunggu menggambar orang yang sedang menari,
Arca
berdiri, naik kuda, dan memegang panah. Tempat-tempat
Perunggu
penemuan di Bangkinang (Riau), Lumajang, Bogor, dan
Palembang.

Anda mungkin juga menyukai