Anda di halaman 1dari 26

CORAK KEHIDUPAN DAN HASIL-HASIL BUDAYA MANUSIA

MASA PRAAKSARA INDONESIA

A. Masa Berburu dan Mengumpulkan Makanan Tingkat Sederhana (Budaya


Paleolithik)
• Masa ini diperkirakan terjadi antara munculnya manusia purba pertama
sampai sekitar 12000 tahun yang lalu (kala Pleistosen)
• Disebut zaman batu tua karena alat penunjang kehidupannya masih
menggunakan alat yang terbuat dari batu yang masih kasar dan juga
tulang hewan
• Pada masa ini di Indonesia hidup manusia purba jenis Meganthropus,
Pithecanthropus, dan Homo
• Bergantung sepenuhnya pada alam dengan berburu dan mengumpulkan
makanan (food gathering)
• Bersifat nomaden atau berpindah-pindah dari satu tempat ke tempat
lain mengikuti gerak binatang buruan atau sumber air
• Belum mengenal kehidupan menetap (sedenter)
LANJUTAN...
• Hidup dalam kelompok-kelompok kecil
• Anggota kelompok laki-laki bertugas memburu hewan
sedangkan yang perempuan bertugas mengumpulkan makanan
dari tumbuh-tumbuhan
• Ada kalanya mereka bermigrasi karena bencana alam, ancaman
hewan ataupun ancaman kelompok lainnya
• Interaksi antaranggota kelompok saat berburu menimbulkan
sistem komunikasi dalam bentuk bunyi mulut, yakni dalam
bentuk kata-kata atau gerakan badan (bahasa isyarat) yang
sederhana
• Hasil budaya: kapak genggam (choppper), kapak perimbas dan
kapak penetak (dikenal sebagai Kebudayaan Pacitan), serta alat
serpih (flakes) dan alat tulang (dikenal sebagai Kebudayaan dan
Ngandong)
LANJUTAN...
• Kapak Genggam (Chopper)
banyak ditemukan di daerah Pacitan. Alat ini biasanya
disebut "chopper" (alat penetak/pemotong). Alat ini
dinamakan kapak genggam karena alat tersebut serupa
dengan kapak, tetapi tidak bertangkai dan cara
mempergunakannya dengancara menggenggam.
Pembuatan kapak genggam dilakukan dengan cara
memangkas salah satu sisi batu sampai menajam dan sisi
lainnya dibiarkan apa adanyasebagai tempat menggenggam.
Kapak genggam berfungsi menggali umbi, memotong, dan
menguliti binatang

• Kapak Perimbas
bentuknya hampir sama dengan kapak genggam namun
lebih besar karena fungsinya untuk merimbas kayu,
memahat tulang serta sebagai senjata. Kapak genggam dan
kapak perimbas hampir tersebar di seluruh Nusantara. .
Alat ini paling banyak ditemukan di daerah Pacitan, Jawa
Tengah sehingga oleh Ralp Von Koenigswald disebut
kebudayan pacitan.
LANJUTAN...
• Alat-alat dari tulang binatang atau tanduk rusa
Salah satu alat peninggalan zaman paleolithikum yaitu
alat dari tulang binatang. Alat-alat dari tulang ini
termasuk hasil kebudayaan Ngandong. Kebanyakan alat
dari tulang ini berupa alat penusuk (belati) dan ujung
tombak bergerigi. Fungsi dari alat ini adalah untuk
mengorek ubi dan keladi dari dalam tanah. Selain itu alat
ini juga biasa digunakan sebagai alat untuk menangkap
ikan.
• Flakes (Alat Serpih)
yaitu alat-alat kecil yang terbuat dari batu Chalcedon,
yang dapat digunakan untuk mengupas makanan. Flakes
termasuk hasil kebudayaan Ngandong sama seperti alat-
alat dari tulang binatang. Kegunaan alat-alat ini pada
umumnya untuk berburu, menangkap ikan,
mengumpulkan ubi dan buah-buahan.alat-alat ini pada
umumnya untuk berburu, menangkap ikan,
mengumpulkan ubi dan buah-buahan.
2. Masa Berburu dan Mengumpulkan Makanan Tingkat Lanjut (Budaya
Mesolithik)
Dikenal sebagai zaman batu madya (tengah). Masa berburu dan
mengumpulkan makanan tingkat lanjut diperkirakan terjadi antara
10.000-2.500 tahun yang lalu (kala holosen)
Manusia pendukung: homo sapiens (Papua Melanesoide)
Corak kehidupan manusia purba pada masa ini tidak jauh berbeda
dengan masa sebelumnya, yakni berburu dan mengumpulkan
makanan dari alam. Akan tetapi, pada masa ini selain alat-alat batu,
juga telah digunakan alat-alat dari tulang dan kulit kerang
Pada masa ini juga telah dikenal pembagian kerja, kebiasaan
bertempat tinggal secara tidak tetap (semi-sedenter), terutama di
gua-gua payung (abris sous roche), sebagian juga ada yang
bertempat tinggal di tepi pantai yang dibuktikan dengan penemuan
kjokkenmoddinger
LANJUTAN...
 Karena tidak lagi berpindah-pindah tempat,mereka memiliki waktu
luang untuk melakukan hal lain, seperti mulai dikenal tradisi
melukis (seperti: lukisan tangan dengan latar belakang cat merah
yang ditemukan di Gua Leang-leang (Sulawesi Selatan)
 Lukisan yang mereka buat masih berkaitan dengan kepercayaan
awal : penghormatan kepada arwah nenek
moyang,menggambarkan binatang buruan,atau binatang yang
dianggap suci dan gambar telapak tangan yang berwarna merah
(sebagai penolak roh jahat dan upacara kesuburan) serta
penemuan api, dan pada tahap akhir masa ini mereka telah
mengenal cara bercocok tanam menurut kondisi kesuburan tanah.
Hutan yang dijadikan tanah pertanian, dibakar dan dibersihkan
(slash and burn)
 Hasil-hasil budaya yang ditemukan antara lain: Kebudayaan
Bacson – Hoabinh (kapak genggam Sumatra (pebble/sumatralith),
kapak pendek), alat-alat dari tulang (Kebudayaan Tulang), serta
Kebudayaan Flakes (serpih bilah (flakes))
LANJUTAN...

 Kjokkenmoddinger adalah istilah yang


berasal dari bahasa Denmark yaitu
kjokken artinya dapur dan modding
artinya sampah jadi Kjokkenmoddinger
arti sebenarnya adalah sampah dapur.
Dalam kenyataan Kjokkenmoddinger
adalah timbunan atau tumpukan kulit
kerang dan siput yang mencapai
ketinggian ± 7 meter dan sudah
membatu/menjadi fosil
 Abris Sous Roche adalah goa-goa yang
yang dijadikan tempat tinggal manusia
purba pada zaman Mesolithikum dan
berfungsi sebagai tempat perlindungan
dari cuaca dan binatang buas
LANJUTAN...
 Pebble Culture atau kapak genggam Sumatera
berasal dari Asia Tenggara dan ditemukan di
China Selatan, Vietnam, Kamboja, Laos,
Thailand, dan Semenanjung Malaya. Dari
Semenanjung Malaya, kebudayaan ini menyebar
ke Indonesia melalui daerah pantai timur
Sumatera bagian utara, yang berhadapan
dengan semenanjung itu. Setelah itu, Pebble
Culture juga menyebar ke Australia dan
Tasmania. Temuan Pebble Culture di Sumatera
sama seperti alat-alat batu di Pegunungan
Bacson-Hoabinh di daerah pedalaman Vietnam.
Penelitian yang dilakukan oleh Madeleine
Colani menyimpulkan bahwa Bacson-Hoabinh
merupakan pusat atau asal dari kebudayaan
kapak genggam Sumatera (pebble) di Asia
Tenggara. Dari situ, kebudayaan ini dibawa oleh
manusia pendukungnya bermigrasi melalui
Thailand, Semenanjung Malaya, dan akhirnya
menyeberang Selat Malaka menuju Sumatera
3. Masa Bercocok Tanam (Budaya Neolithik)
• Disebut juga Zaman Batu Muda/Baru
• Masa bercocok tanam diperkirakan berlangsung sekitar tahun 1500 SM
• Pada masa ini wilayah Indonesia juga dihuni oleh para pendatang dari
bangsa Melayu Austronesia dari ras Mongoloid. Mereka disebut juga
bangsa Proto-Melayu atau Melayu Tua. Bangsa Proto-Melayu datang
dari Yunan, wilayah Cina bagian selatan
• Masa bercocok tanam disebut juga zaman kebudayaan kapak persegi
karena banyak ditemukannya kapak dari batu yang sudah halus seperti
beliung, kapak corong, kapak lonjong, alat-alat obsidian, mata panah,
alat pemukul dari kulit kayu dan perhiasan
• Selain itu, ciri khas dan peninggalan terbesar dari bangsa Proto-Melayu
adalah tradisi bercocok tanam
• Masyarakat pada masa bercocok tanam sudah mengenal kehidupan
menetap (sedenter), pembagian kerja, dan gotong royong serta
menghasilkan makanan sendiri (food producing)
LANJUTAN...
• Masyarakat dipimpin oleh seorang pemimpin yang dipilih
berdasarkan primus interpares
• Menggunakan sistem berhuma dan ladang berpindah, serta
munculnya perdagangan dengan sistem barter
• Pembuatan gerabah juga sudah mulai dikenal walaupun
bentuk gerabah yang dihasilkan masih sederhana
• Kepercayaan dalam bentuk animisme dan dinamisme mulai
berkembang
• Seiring dengan perkembangan animisme dan dinamisme,
berkembang pula bangunan megalithik seperti menhir,
punden berundak-undak, kubur batu, dan sebagainya
LANJUTAN...
• Animisme
 Berasal dari bahasa latin anima “roh”
 Yaitu kepercayaan bahwa segala sesuatu yang ada di bumi ini baik hidup maupun
mati memiliki roh
 Manusia harus berhubungan baik/menghormati roh-roh itu dengan melakukan
pemujaam/memberi sesaji
 Kepercayaan ini erat kaitannya dengan hasil kebudayaan dari zaman megalitik yang
mendirikan batu-batu besar sebagai saran penghormatan/lambang bagi orang yang
telah meninggal

• Dinamisme
 Berasal dari bahasa Yunani dunamos “kekuatan/daya”
 Yaitu kepercayaan bahwa benda-benda disekitar manusia memiliki
daya/kekuatangaib yang mampu memberikan manfaat/marabahaya bagi manusia
 Benda-benda suci/gaib itu mempunya sifat yang luar biasa, baik karena kebaikan
maupun keburukannya, sehingga dapat memancarkan pengaruh bai/buruk kepada
manusia dan sekitarnya
 Benda-benda yang dianggap suci ini, seperti: pusaka, lambang kerajaan, tombak,
keris dan gamelan
Beliung Persegi
Kapak Lonjong

Gurdi&Pisau

Mata Panah Gerabah

Untuk penjelasan
tentang alat-alat ini,
dibaca lagi buku
sejarah nya yaa nak.. Perhiasan
4. Masa Perundagian (Zaman Logam)
 Pengertian Perundagian adalah pertukangan, artinya
orang yang memiliki ketrampilan atau kemampuan
dalam melakukan pekerjaan tertentu. Dalam arti
khusus, golongan undagi mengacu kepada orang-orang
yang ahli membuat alat-alat dari logam. Dikenalnya
logam menandai awal masa perundagian
 Zaman logam sangat kuat dipengaruhi oleh kebudayaan
dari Indo China, lebih tepatnya adalah kebudayaan
Dongson, karena alat-alat yang ditemukan pada masa
ini sama dengan yang ditemukan di daerah
Dongson,Vietnam (penyebarannya ke Indonesia pada
sekitar tahun 500 SM)
 Zaman logam terbagi menjadi 3 zaman: Tembaga,
Perunggu dan Besi
 Zaman Tembaga tidak pernah berpengaruh terhadap
kebudayaan Indonesia,dan berkembang diluar
Indonesia
 Telah memiliki kehidupan yang menetap (sedenter) dan
mengenal pelapisan sosial
LANJUTAN...
 Hasil kebudayaan berkembang dengan pesat,seperti benda-benda
yang terbuat dari perunggu,besi dan gerabah yang sangat halus,
seperti: nekara, moko, kapak perunggu, bejana perunggu, alat-alat
dari besi, serta perhiasan / manik-manik yang terbuat dari batu-
batuan dan dari kulit kerang.
 Pembuatan gerabah bahkan mengalami perkembangan pesat,
karena sudah menggunakan roda pemutar. Pembuatan benda-
benda dari logam menggunakan teknik A Cire Perdue dan teknik
Bivalve
 Mata pencaharian adalah pertanian dengan cara berladang dan
bersawah, masyarakatnya sudah mengenal perdagangan dengan
sistem barter dan menggunakan perahu bercadik
 Sistem kepercayaan yang berkembang adalah pemujaan taerhadap
roh nenek moyang, yang didahului persembahan terhadap roh
nenek moyang (ditemukannya bangunan pemujaan/kebudayaan
megalithik)
Untuk penjelasan
NEKARA &
MOKO,
dibaca lagi buku
MOKO NEKARA sejarah nya yaa
nak..
LANJUTAN...
• TEKNIK A CIRE PERDUE (teknik cetak tuang)
Pembuatan benda-benda dari logam menggunakan teknik A Cire Perdue (caranya
benda yang dikehendaki dibuat dulu dari lilin, lengkap dengan bagian-bagiannya. Kemudian
lilin dibungkus dengan tanah liat dan selanjutnya dipanaskan sehingga lilin menjadi cair.
Selanjutnya, logam cair dituangkan dalam cetakan dan setelah dingin dipecahkan hingga
terbentuklah peralatan yang dikehendaki). Keuntungan: benda yang diinginkan dapat
mempunyai detail yang sempurna. Kelemahan: cetakan model hanya dapat digunakan sekali
saja.

• TEKNIK BIVALVE (teknik 2 setangkup)


Caranya: benda yang dikehendaki dibuat dulu cetakan modelnya dengan bentuk
yang dapat saling ditangkupkan. Lalu, tuangkan logam cair kedalam cetakan. Kemudian,
kedua cetakan saling ditangkupkan. Selanjutnya, biarkan sampai dingin dan cetakan dapat
dibuka. Setelah dibuka, benda logam yang diinginkan sudah dapat digunakan). Keuntungan:
cetakan dapat digunakan berulang kali. Kelemahan: terdapat rongga dalam benda logam
yang sudah jadi sehingga kurang kuat.

Teknik A Cire Perdue Teknik Bivalve


Nekara Perunggu

Bejana Perunggu
v Kapak Corong
Arca Perunggu
Perhiasan Perunggu

Peralatan dari besi


5. Zaman Megalitikum (Batu Besar)

 Istilah Megalit berasal dari kata mega “besar” dan


lithor “batu”. Hal ini dapat diartikan ciri khas masa
ini adalah adanya benda-kebudayaan berbentuk
batu-batu besar yang dibangun dengan tujuan
tertentu

 Bangunannya tersebar hampir selutuh Nusantara,


seperti Nias, Sumatera Selatan, Jawa, Bali dan lain
sebagainya

 Bentuk bangunan: menhir, dolmen, punden


berundak, kubur batu, waruga, sarkofagus dan arca
batu
LANJUTAN...
1. MENHIR

Menhir adalah tiang atau tugu batu yang terbuat dari


batu tunggal dan di tempatkan pada suatu tempat.
Fungsi Menhir :
 Sebagai sarana pemujaan terhadap arwah nenek
moyang
 Sebagai tempat memperingati seseorang (kepala
suku) yang telah meninggal
 Sebagai media penghubung dengan roh nenek
moyang.
2. PUNDEN BERUNDAK

Punden berundak adalah bangunan


pemujaan arwah yang bertingkat-
tingkat. Banyak ditemukan di 18
Sukabumi, di daerah Cisolok.
3. DOLMEN 4. WARUGA 5. SARKOPAGUS
Dolmen adalah meja tempat Waruga adalah peti jenazah kecil Sarkopagus, atau keranda
menaruh sesaji ketika sedang yang berbentuk kubus dan ditutup adalah peti jenazah yang
diadakan upacara. Tapi ada juga batu lain yang mempunyai bentuk berbentuk palung atau lesung,
seperti atap rumah. Waruga tetapi mempunyai tutup.
yang menggunakannya sebagai banyak ditemukan di daerah Sarkopagus banyak ditemukan di
kubur batu. Minahasa. Bali dan Sumatera Barat.

6. ARCA MEGALITIK
Von Heine Geldern membagi penyebaran kebudayaan
ARCA MEGALITIK, banyak Megalitik ke Indonesia menjadi dua gelombang :
ditemukan di Sumatera Selatan dan 1. Megalitik tua, yang menghasilkan menhir, punden
diteliti oleh Von Heine Geldern. Arca berundak dan arca-arca statis dan menyebar ke
ini banyak mengambarkan bentuk- Indonesia pada zaman Neolithikum (2500–1500 SM)
bentuk manusia dan binatang, 2. Megalitik muda, yang menghasilkan kbur peti batu,
seperti gajah, harimau, babi dan dolmen, waruga, sarcophagus dan arca-arca
rusa. menyebar ke Nusantara pada zaman perunggu (1000
– 100 SM)
19
D. Hasil Kebudayaan pada Masa Praaksara Tingkat Lanjut (Tradisi Lisan)
1. Tradisi, Tradisi Lisan, dan Folklor
Menjelang akhir zaman praaksara, masyarakat purba di Indonesia mulai mengembangkan apa yang disebut
sebagai tradisi lisan. Hal ini didukung perkembangan bahasa dan munculnya kesadaran masyarakat terhadap
pentingnya mewarisi keyakinan, nilai, norma, dan pandangan hidup mereka kepada generasi-generasi
berikutnya. Melalui tradisi lisan, semua itu diwariskan secara tidak langsung. Semua yang diwariskan itu lazim
disebut sebagai folklor.
Folklor adalah bagian dari kebudayaan suatu masyarakat yang tersebar dan bersifat tradisional yang
diwariskan secara lisan dan turun-temurun. Ciri-ciri folklor adalah sebagai berikut.
• Penyebaran dan pewarisannya dilakukan secara lisan.
• Bersifat tradisional, artinya terikat dalam bentuk dan aturan yang baku.
• Penciptanya tidak diketahui (anonim).
• Memiliki gaya bahasa yang suka melebih-lebihkan (hiperbola).
• Menggunakan kalimat pembuka dengan kata-kata, “menurut empunya cerita” atau “menurut sihabulhikayat”
dan menutupnya dengan “ ... demikianlah mereka hidup berbahagia selamanya ...” .
• Memiliki fungsi penting dalam kehidupan bersama dalam suatu masyarakat : selain sebagai hiburan, pendidikan nilai,
juga untuk menyampaikan protes sosial, bahkan untuk mengungkapkan keinginan yang terpendam.
• Merupakan milik bersama masyarakat pendukung.
Hasil Kebudayaan pada Masa Praaksara Tingkat Lanjut (Tradisi
Lisan)
1. Tradisi, Tradisi Lisan dan Folklor
Menjelang akhir zaman praaksara, masyarakat purba di Indonesia mulai mengembangkan apa yang
disebut sebagai tradisi lisan. Hal ini didukung perkembangan bahasa dan munculnya kesadaran masyarakat
terhadap pentingnya mewarisi keyakinan, nilai, norma, dan pandangan hidup mereka kepada generasi-
generasi berikutnya. Melalui tradisi lisan, semua itu diwariskan secara tidak langsung. Semua yang
diwariskan itu lazimdisebut sebagai folklor.
 Folklor adalah bagian dari kebudayaan suatu masyarakat yang tersebar dan bersifat
tradisional yang diwariskan secara lisan dan turun-temurun. Ciri-ciri folklor adalah sebagai berikut.
• Penyebaran dan pewarisannya dilakukan secara lisan.
• Bersifat tradisional, artinya terikat dalam bentuk dan aturan yang baku.
• Penciptanya tidak diketahui (anonim).
• Memiliki gaya bahasa yang suka melebih-lebihkan (hiperbola).
• Menggunakan kalimat pembuka dengan kata-kata, “menurut empunya cerita” atau “menurut
sihabulhikayat”
dan menutupnya dengan “ ... demikianlah mereka hidup berbahagia selamanya ...” .
• Memiliki fungsi penting dalam kehidupan bersama dalam suatu masyarakat : selain sebagai
hiburan, pendidikan nilai, juga untuk menyampaikan protes sosial, bahkan untuk mengungkapkan
keinginan yang terpendam.
• Merupakan milik bersama masyarakat pendukung.
Jenis-Jenis Folklor
a. Mitos
Mitos adalah cerita prosa rakyat yang tokohnya para dewa atau
makhluk setengah dewa yang terjadi di dunia lain pada masa lampau
dan dianggap benar-benar terjadi oleh yang empunya cerita atau cleh
penganutnya.
b. Legenda
Legenda adalah prosa rakyat yang dianggap oleh yang empunya cerita
sebagai sesuatu yanbenar-benar terjadi. Ada empat kategori legenda,
yaitu legenda keagamaan, legenda alam gaib, legenda perorangan, dan
legenda setempat. Legenda keagamaan contohnya legenda Wali
Songo, legenda alam gaib contohnya legenda mandor Kebun Raya
Bogor, legenda perorangan contohnya Si Pitung, dan legenda setempat
contohnya legenda Gunung Tangkuban Perahu
c. Dongeng
Dongeng adalah cerita fiktif atau imajinatif yang diceritakan turun-
temurun. Pada umumnya, dongeng tidak diketahui pengarangnya
(anonim)
LANJUTAN...
d.Nyanyian Rakyat
Nyanyian rakyat merupakan salah satu bentuk folklor yang terdiri
atas teks dan lagu. Nyanyian rakyat umumnya beredar pada
suatu masyarakat tertentu dan memiliki banyak variasi.

e.Upacara
Upacara merupakan rangkaian tindakan atau perbuatan yang
terikat pada aturan-aturan tertentu, seperti adat istiadat, agama
dan kepercayaan. Fungsi upacara dalam suatu masyarakat
adalah untuk menyadarkan manusia tentang masa lalunya.
Sistem upacara berkembang berkaitan dengan kepercayaan
yang hidup dan berkembang dalam masyarakat tersebut atau
kenangan terhadap suatu peristiwa yang pernah terjadi
Upaya Melestarikan Tradisi Lisan

Proses pewarisan kebudayaan pada masyarakat


praaksara dilakukan melalui keluarga, masyarakat, dan
penatua (tokoh masyarakat). Diperlukan upaya untuk
mendorong berbagai usaha mempercepat proses
penguatan tradisi lisan sebagai identitas budaya dalam
membangun peradaban, di antaranya dengan cara-cara
sebagai berikut.
• Mendorong agar tradisi lisan menyatu dengan penguatan
peran masyarakat pendukungnya.
• Memasukkan tradisi lisan ke dalam kurikulum sekolah.

Anda mungkin juga menyukai