Anda di halaman 1dari 13

CORAK KEHIDUPAN ZAMAN PRAAKSARA

Nama Kelompok :
1. Anindhya Nisrina P.
2. M. Uwais Al-Qorni
3. Natasya A.
4. Radja Ahmad N.F
5. Raden Fauzi
6. Shafanissa A
KEHIDUPAN SOSIAL

Masa Berburu dan Mengumpulkan Makanan


Masa berburu dan mengumpulkan makanan merupakan masa dimana manusia masih mengumpulkan makanan dari alam dengan cara
berburu dan mengmabil apa yang ada. Masa ini terjadi pada zaman Paleolitikum atau zaman batu tua. Pada zaman ini, masyarakat purba
sangat membutuhkan sumber daya alam.
Ciri-ciri masyarakatnya :
 Hidupnya selalu berpindah-pindah tempat atau nomaden.
 Hidup dalam kelompok-kelompok kecil agar memudahkan mereka bergerak dalam mencari makanan.
 Hidupnya sangat tergantung pada alam sekitar mereka.
 Masih menggunakan alat-alat yang sangat sederhana untuk mendukung kegiatan mereka mencari makan. Alat yang dibuat masih
dalam bentuk yang sangat kasar, contohnya kapak genggam yang berfungsi untuk memotong, menggali dan menguliti binatang.
 Masih menggunakan bahasa yang sederhana untuk berkomunikasi.
 Pada masa berburu dan meramu tingkat lanjut masyarakatnya sudah mempunyai kemampuan tambahan seperti : Mampu membuat
api, mulai mengenal cara memasak makanan, semi-nomaden artinya tinggal cukup lama di suatu tempat.
Masa Bercocok Tanam
Manusia purba pada saat ini tidak perlu melakukan kegiatan berburu dan mengumpulkan makanan. Mereka
sudah bisa melakukan kegiatan bercocok tanam dan berternak. Karena itu, masyarakat pada zaman ini sudah
menetap di suatu komunitas perkampungan berukuran kecil. Masa ini terjadi pada masa Mesolitikum. Kegiatan
bercocok tanam pada masa ini masih bergantung pada kesuburan tanah dan curah hujan karena manusia pada zaman
ini belum mengenal sistem irigasi pertanian.
Pada masa bercocok tanam tingkat lanjut manusia purba sudah menetap dan tinggal dalam suatu kelompok
menyerupai sebuah kampung. Mereka sudah bisa membuat alat-alat untuk menggosok peralatan dari batu sampai
halus. Alat batu yang biasa di gunakan pada masa ini adalah beliung persegi, belincung dan kapak

Masa Perundagian
Masyarakat purba pada saat ini telah hidup secara teratur dan menetap secara permanen di suatu kampung.
Masayarakat bermatapencaharian dengan berternak, bertani dan berdagang. Hasil kebudayaan berkembang dengan
pesat. Masyarakat pada masa ini sudah beralih dari menggunakan batu untuk bahan dasar alat kepada penggunaan
logam untuk bahan dasar alat. Mereka sudah bisa menempa logam untuk membuat berbagai alat dan perhiasan
seperti cincin
KEPERCAYAAN
 Animisme merupakan kepercayaan terhadap roh-roh nenek moyang. Awal munculnya kepercayaan animisme
ini didasari oleh berbagai pengalaman dari masyarakat yang bersangkutan. Misalnya pada daerah di sekitar
tempat tinggal terdapat sebuah batu besar.
 Dinamisme adalah suatu kepercayaan dengan keyakinan bahwa semua benda mempunyai kekuatan gaib,
misalnya gunung, batu, dan api. Bahkan benda-benda buatan manusia seperti patung, tombak, jimat dan lain
sebagainya.
 Totemisme merupakan keyakinan bahwa binatang tertentu merupakan nenek moyang suatu masyarakat atau
orang tertentu. Binatang yang dianggap nenek moyang antara masyarakat yang satu dengan lainnya berbeda-
beda. Biasanya binatang nenek moyang tersebut disucikan, tidak boleh diburu dan dimakan, kecuali untuk
upacara tertentu.
Zaman Pra aksara

1. Zaman Batu
karena hasil-hasil kebudayaan pada masa itu sebagian besar terbuat dari batu, mulai dari yang
sederhana dan kasar sampai pada yang baik dan halus. Perbedaan itu merupakan gambaran usia
peralatan tersebut. Semakin sederhana dan kasar, maka peralatan itu dikatakan berasal dari zaman
yang lebih tua, dan sebaliknya. Zaman batu sendiri dibedakan menjadi 3 (tiga), yaitu:
(1) zaman batu tua (paleolitikum)
(2) zaman batu tengah (mesolitikum)
(3) zaman batu muda (neolitikum). Di samping ketiga zaman batu itu, juga dikenal zaman batu besar
(megalitikum).
   
Hasil kebudayaan dari zaman paleolitikum di antaranya adalah kapak genggam, kapak perimbas,
monofacial, alat-alat serpih, chopper, dan beberapa jenis kapak yang telah dikerjakan kedua sisinya. Alat-alat ini
tidak dapat digolongkan ke dalam kebudayaan batu teras maupun golongan flake. Alat-alat ini dikerjakan secara
sederhana dan masih sangat kasar. Bahkan, tidak jarang yang hanya berupa pecahan batu.
Selain hasil kebudayaan, juga ada beberapa peninggalan, seperti tengkorak (2 buah), fragmen kecil dari
rahang bawah kanan, dan tulang paha (6 buah) yang diperkirakan dari jenis manusia. Selama masa paleolitikum
tengah, jenis manusia itu tidak banyak mengalami perubahan secara fisik. Pithecanthropus Erectus adalah nenek
moyang dari Manusia Solo (Homo Soloensis).
Pembagian Zaman Mesolitikum
Bascon-Hoabin 
     Kebudayaan Bascon-Hoabin ditemukan dalam goa-goa dan bukit-bukit kerang di Indo
Cina, Siam, Malaka, dan Sumatera Timur. Daerah-daerah itu merupakan wilayah yang saling
berkaitan satu samalainnya. Kebudayaan ini umumnya berupa alat dari batu kali yang bulat.
Sering disebut sebagai ‘batu teras’ karena hanya dikerjakan satu sisi, sedangkan sisi yang lain
dibiarkan tetap licin.
 Sumateralith adalah salah jenis peralatan manusia pra aksara Indonesia yang berfungsi
sebagai alat penetak, pemecah, pemotong, pelempar, penggali, dan lain-lain. Alat ini
ditemukan di Sumatera dalam jumlah yang sangat banyak. Penemuan ini merupakan fenomena
yang menarik karena berkaitan dengan kehidupan masyarakat pada waktu itu. Sekurang-
kurangnya, penemuan itu merupakan bukti bahwa kehidupan masyarakat sudah semakin maju
dengan kebutuhan yang semakin tinggi. 
Toale
Hasil kebudayaan Toale dan yang serumpun umumnya, berupa kebudayaan ‘flake’ dan ‘blade’. Kebudayaan ini
mendapat pengaruh kuat dari unsur ‘microlith’ sehingga menghasilkan alat-alat yang berukuran kecil dan
terbuat dari batu yang mirip dengan ‘batu api’ di Eropa. Di samping itu, ditemukan alat-alat yang terbuat dari
tulang dan kerang. Alat-alat ini sebagian besar merupakan alat berburu atau yang dipergunakan para nelayan. 
     Kebudayaan-kebudayaan yang mirip dengan kebudayaan Toale ditemukan di Jawa (dataran tinggi Bandung,
Tuban, dan Besuki); di Sumatera (di sekeliling danau Kerinci dan goa-goa di Jambi); di Flores, di Timor, dan di
Sulawesi. Di bawah ini adalah salah satu hasil kebuadayaan Toale dari Sulawesi Selatan yang memiliki ukuran
lebih kecil, tetapi tampak lebih tajam dibandingkan dengan kapak genggam, kapak perimbas, atau jenis kapak
lainnya. 
Tentang persebaran kebudayaan Toale tidak diketahui secara. Namun, beberapa penelitian telah membuktikan
bahwa kebudayaan ini telah berkembang di Sulawesi dan Flores. 
 Kira-kira 1000 tahun SM, telah datang bangsa-bangsa baru yang memiliki kebudayaan lebih maju dan tinggi
derajatnya.
Mereka dikenal sebagai bangsa Probo Melayu dan Deutro Melayu. Beberapa kebudayaan mereka yang
terpenting adalah sudah mengenal pertanian, berburu, menangkap ikan, memelihara ternak jinak (anjing, babi,
dan ayam).

     Sistem pertanian dilakukan dengan sederhana. Mer eka menanam tanaman untuk beberapa kali dan sesudah
itu ditinggalkan. Mereka berpindah ke tempat lain dan melaksanakan sistem pertanian yang sama untuk
kemudian berpindah lagi. Sistem pertanian itu sangat tidak ekonomis, tetapi lebih baik dari kehidupan
sebelumnya. Mereka mulai hidup menetap, meski untuk waktu yang tidak lama. Mereka telah membangun
pondok-pondok yang berbentuk persegi empat siku-siku, didirikan di atas tiang-tiang kayu, diding-dindingnya
diberi hiasan dekoratif yang indah. 
Sampung   
kebudayaan Sampung merupakan kebudayaan tulang dan tanduk yang ditemukan di desa Sampung, Ponorogo.
Barang yang ditemukan berupa jarum, pisau, dan sudip. Pada lapisan yang lain telah ditemukan ‘mata
panah’yang terbuat dari kapur membatu. Di samping itu ditemukan juga beberapa kerangka manusia dan tulang
binatang buas yang dibor (mungkin sebagai perhiasan atau jimat).
Zaman Logam

  Zaman logam terdiri dari tiga zaman yaitu zaman perunggu, tembaga, dan besi. Zaman
logam merupakan masa di mana kehidupan semakin lebih maju. Pada masa ini masyarakat
sudah mengenal teknik-teknik pengolahan logam. Sejalan dengan kemajuan-kemajuan yang
dicapai manusia dalam meningkatkan taraf penghidupannya maka tata susunan masyarakat
menjadi semakin kompleks. Pembagian kerja semakin ketat dan membutuhkan ketrampilan-
ketrampilan tertentu. Oleh karena itu, muncul kelompok-kelompok masyarakat yang terampil
(undagi) berdasarkan bidang masing-masing seperti ahli membuat rumah, ahli gerabah, ahli
logam, dan sebagainya. Pada zaman pembagian ini masyarakat yang hidup dari bercocok
tanam mengalami tingkat kemajuan. Jika sebelumnya hanya dilakukan Asecara sistem
ladaAng, sekarang menggunakan sistem persawahan.
 Ciri-ciri Zaman Logam
a.Perdagangan
 Perdagangan sudah dilakukan antar pulau di Indonesia dan antara kepulauan Indonesia dengan kawasan Asia
Tenggara dengan sistem barter. Barang-barang yang dipertukarkan ialah nekara perunggu, moko, manik-
manik, rempah-rempah, jenis-jenis kayu, dan timah.
 b.kepercayaan.
 Penguburan orang yang meninggal dilaksanakan dengan dua cara yaitu secara langsung dan tidak langsung.
Penguburan langsung, mayat langsung dikuburkan di tanah atau ditempatkan dalam sebuah wadah di dalam
tanah. Penguburan tidak langsung dilakukan dengan menguburkan mayat terlebih dahulu dalam tanah atau
peti kayu berbentuk perahu. Kuburan ini sifatnya sementara. Setelah mayatnya menjadi rangka diambil dan
dibersihkan, baru dikuburkan lagi dalam tempayan atau kubur batu.
 c. Teknik Pengolahan
Kemajuan dalam bidang teknik pengolahan logam dapat dilihat dari peninggalan yang ditinggalkan.
Barang-barang logam itu antara lain nekara, kapak corong, arca perunggu, candrasa, gelang kaki, anting-
anting, kalung, dan cincin.
PEMBAGIAN ZAMAN LOGAM
Zaman Perunggu
Hasil kebudayaan perunggu yang ditemukan di Indonesia adalah Kapak Corong (Kapak Perunggu), banyak ditemukan
di Sumatera Selatan, Jawa,Balio, Sulawesi dan Kepulauan Selayar dan Irian. Kegunaannya sebagi alat perkakas. Nekara
perunggu(Moko), bebrbentuk seperti dandang. Banyak ditemukan di daerah : Sumatera, Jawa Bali, Sumbawa, Roti,
Leti, Selayar dan Kep. Kei. Kegunaan untuk acara keagamaan dan maskawin. Bejana Perunggu, bentuknya mirip gitar
Spanyol tetapi tanpa tangkai. Hanya ditemukan di Madura dan Sumatera; Arca-arca Perunggu, banyak ditemukan di
Bangkinang(Riau), Lumajang (Jatim) dan Bogor (Jabar). Perhiasan : gelang, anting-anting, kalung dan
cincin. Kebudayaan Perunggu sering disebut juga sebagi kebudayaan Dongson-Tonkin Cina  karena disanalah Pusat
Kebudayaan Perunggu.
Zaman Besi
Pada masa ini manusia telah dapat melebur besi untuk dituang menjadi alat-alat yang dibutuhkan, pada masa ini
di Indonesia tidak banyak ditemukan alat-alat yang terbuat dari besi.
Alat-alat yang ditemukan adalah Mata kapak, yang dikaitkan pada tangkai dari kayu, berfungsi untuk membelah
kayu. Mata Sabit, digunakan untuk menyabit tumbuh-tumbuhan;  Mata pisau; Mata pedang; Cangkul, dll.
Jenis-jenis benda tersebut banyak ditemukan di Gunung Kidul (Yogyakarta), Bogor, Besuki dan Punung (Jawa Timur).

Anda mungkin juga menyukai