Oleh: Kelompok 8
Nama:
231418066
Fidyawati Pomontolo
231418028
Pendahuluan
1
Mutiara Shifa Fauziah. 2015. Sejarah Kelas X Semester 2. Klaten: Intan Pariwara.
Hlm 25
2
Kristantina Indriastuti. 2010. Perekonomian dan Perdagangan Pada Masa
Perundagian Kajian Data megalitik Di Dataran Tinggi Pasemah Sumatera Selatan. Dalam
Jurnal Balai Arkeologi Palembang. Vol. 2 No. 1. Hlm.1
mencampur logam (tembaga dan timah) serta kepandaian menuang
logam, merupakan ciri khas zaman perundagian.
Pembahasan
3
Marwati Djoned, Poesponegoro. 1975. Sejarah Nasional Indonesia. Zaman Prasejarah
di Indonesia. Jakarta: Balai Pustaka, 2008. Hlm 410
Pada masa perundagian masyarakat diperkirakan sudah mulai
mengenal pembagian kerja. Kondisi ini karena pengerjaan barang-
barang dari logam membutuhkan suatu keahlian, tidak semua orang
dapat melakukan pekerjaan ini. Selain itu, hanya orang-orang tertentu
yang memiliki benda-benda dari logam. Dengan demikian, pada masa
perundagian sudah terjadi pelapisan sosial. Bahkan, tidak hanya
pembuat dan pemilik, terdapat pedagang yang memperjualbelikan
logam. Pada masa perundagian sudah dikenal sistem kemasyarakatan
secara teratur. Masyarakat hidup diikat oleh norma dan nilai.
4
Mutiara Shifa Fauziah. 2015. Sejarah Kelas X Semester 2. Klaten: Intan Pariwara. Hlm
24
secara umum. Kontak-kontak kultural terjadi bersamaan dengan proses
perdagangan yang arusnyaa semakin meningkat. Hal tersebut akan
berpengaruh pula pada sistem sosial yang telah mengklarifikasi diri
dalam segmen-segmen sosial-ekonomi yang pola-polanya telah
terbentuk karena faktor lingkungan, demografi, serta kebutuhan biologis
dan spiritual
5
Marwati Djoned, Poesponegoro. 1975. Sejarah Nasional Indonesia. Zaman Prasejarah di
Indonesia. Jakarta: Balai Pustaka, 2008. Hlm 293
6
Kristantina Indriastuti. 2010. Perekonomian dan Perdagangan Pada Masa Perundagian
Kajian Data megalitik Di Dataran Tinggi Pasemah Sumatera Selatan. Dalam Jurnal Balai Arkeologi
Palembang. Vol. 2 No. 1. Hlm.2
digunakan untuk mencetak benda-benda sederhana baik bentuk maupun
hiasannya. Caranya dengan membuat cetakan dahulu pada sepasang
kepingan tanah liat yang masih lembek. Setelah cetakan tanah liat ini
agak kering, pasangan cetakan ditangkupkan dan logam cair dapat
dituangkan melalui saluran yang disediakan.
5). Kapak corong yang disebut juga kapak sepatu karena bentuknya
hampir mirip sepatu. Kapak corong banyak ditemukan di Sumatera
Selatan, Bali, Sulawesi Tengah dan Selatan, Pulau Selayar, serta Papua
dekat Danau Sentani.
6). Perhiasan dan manik-manik, yang terbuat dari perunggu, emas, dan
besi. Jenis-jenis perhiasan yang ditemukan berupa gelang tangan, gelang
kaki, cincin, kalung, dan bandul. Perhiasan ditemukan di Bogor, Bali,
dan Malang; sedangkan manik-manik ditemukan di Sangiran, Pasemah,
Gilimanuk, Bogor, Besuki, dan Bone. Perhiasan dan manik-manik pada
umumnya berfungsi sebagai bekal kubur.
c. Sistem Kepercayaan
7
Kristantina Indriastuti. 2010. Perekonomian dan Perdagangan Pada Masa
Perundagian Kajian Data megalitik Di Dataran Tinggi Pasemah Sumatera Selatan. Dalam
Jurnal Balai Arkeologi Palembang. Vol. 2 No. 1. Hlm. 9-10
dipanggil dan dimintai pertolongan pada saat diperlukan. Mereka
percaya adanya hal-hal gaib atau kekuatan hebat. Kepercayaan terhadap
bermacam roh dan makhluk halus di sesajen atau persembahan.
Kesimpulan
Daftar Pustaka
8
Mutiara Shifa Fauziah. 2015. Sejarah Kelas X Semester 2. Klaten: Intan Pariwara