Anda di halaman 1dari 10

Kehidupan Manusia Purba Pada Masa Perundagian

Oleh: Kelompok 8

Nama:

Moh. Toha Zumair

231418066

Fidyawati Pomontolo

231418028

Dosen Pengajar: Andris K. Malae S.Pd, M.Pd

Pendahuluan

Masa akhir prasejarah di Indonesia atau yang lazim di sebut masa


Logam, oleh H.R Van Heekeren (1958) disebut “The Bronze Iron Age”.
Hal ini disebabkan tidak ditemukan artefak tembaga, sedangkan artefak
dari perunggu dan besi ditemukan bersama dalam satu konteks. R.P.
Soejono menyebutkan Masa Perundagian. Kata perundagian diambil
dari kata dasar undagi dari bahasa Bali. undagi ialah seseorang atau
kelompok atau golongan masyarakat yang mempunyai kepandaian atau
keterampilan jenis usaha tertentu, misalnya pembuaatan gerabah,
perhiasan kayu, sampan, dan batu. Masa ini ditandai dengan temuan-
temuan:

1). Berbagai macam artefak logam;

2). Benda dari tanah liat yang telah dibuat

3). Bentuk megalitik yang beraneka raagam dan ukuran;

4). Penguburan baik yaang menggunakan wadah maupun tanpa wadah,


baik langsung maupun tidak langsung, ditemukan baik di tepi laut,
danau, sungai, di dataran tinggi maupun rendah, dan di dalam gua;

5). Masyarakat yang sudah menetap dan mempunyai keahlian kerja


masing-masing
6). Mata pencahrian dengan beternak, bertani, bertenun, dan berdagang,
pembuatan perahu, dan pembuatan benda dari tanah liat, batu maupun
logam;

7). Pemujaan kepada arwah nenek moyang dan alam.1

Masa perundagian sangat penting artinya dalam perkembangan


sejarah di Indonesia pada umumnya. Karena pada masa ini sudah terjadi
hubungan dengan daerah-daerah di sekitar kepulauan Indinesia.
Peninggalan masa perundagian menunjukkan kekayaan dan
keanekaragaman budaya, berbagai bentuk benda seni, peralatan hidup,
dan upacara menunjukkan bahwa kehidupan masyarakat masa itu sudah
hidup secara teratur dan sudah berkecukupan. 2

Usaha manusia memenuhi kebutuhan dan kepuasan pribadinya


mendorong di temukannya beragam metode pembuatan peralatan,
termasuk metode peleburan biji-biji logam dan pembuatan benda-benda
dari logam. Selain itu, adanya persaingan antarpribadi dalam
masyarakat menimbulkan keinginan menguasai satu bidang. Gejala
seperti ini menyebabkan munculnya golongan undagi. Golongan ini
merupakan golongan masyarakat terampil dan menguasai teknologi
pada bidang-bidang tertentu, misalnya membuat rumah,peleburan
logam, dan membuat perhiasan.

Logam mulai dikenal di Asia Tenggara sejak tahun 3000-2000


sebelum Masehi. Di luar Indonesia telah diketahui bahwa campuran
tembaga dan timah akan menghasilkan jenis logam yang kuat. Logam
tersebut dapat digunakan sebagai bahan membuat alat-alat. Campuran
logam tersebut disebut perunggu. Perunggu dikenal di Thailand pada
tahun 3000 sebelum Masehi. Sedangkan di Filipina pada tahun 4000
sebelum Masehi. Di Indonesia kepandaian membuat perunggu baru
dikenal sekitar awal Masehi. Berdasarkan penggalian arkeologis,
Indonesia hanya mengenal alat-alat yang dibuat dari perunggu dan besi,
sedangkan perhiasan dibuat dari bahan perunngu dan emas. Kepandaian

1
Mutiara Shifa Fauziah. 2015. Sejarah Kelas X Semester 2. Klaten: Intan Pariwara.
Hlm 25
2
Kristantina Indriastuti. 2010. Perekonomian dan Perdagangan Pada Masa
Perundagian Kajian Data megalitik Di Dataran Tinggi Pasemah Sumatera Selatan. Dalam
Jurnal Balai Arkeologi Palembang. Vol. 2 No. 1. Hlm.1
mencampur logam (tembaga dan timah) serta kepandaian menuang
logam, merupakan ciri khas zaman perundagian.

Pembahasan

Masa perudagian di menjadi tiga, yaitu zaman tembaga,


perungggu, dan besi. Pada zaman tembaga manusia sudah mampu
mengolah tembaga sesuai dengan peralatan yang dibutuhkan. Pada
zaman perunggu manusia mampu membuat peralatan perunggu, yaitu
logam campuran antara tembaga dan timah. Pada zaman besi alat-alat
kehidupan manusia sudah meningkat. Manusia sudah mampu
meleburkan biji-biji besi dalam bentuk alat-alat yang sesuai dengan
kebutuhan, seperti mata kapak, mata pisau, tombak, dan cangkul.

Manusia purba di Indonesia hanya mengalami zaman perunggu


tanpa melalui zaman tembaga. Kebutuhan zaman perunggu merupakan
hasil asimilasi antara masyarakat Proto Melayu dan bangsa Mongoloid
yang kemudian membentuk ras Deutro Melayu (Melayu Muda). Disebut
zaman perunggu karena pada masa ini manusia telah memiliki
kepandaian melebur perunggu.

Adanya penggunaan logam bukan berarti penggunaan barang-


barang dari batu hilang. Pada masa perundagian manusia masih
menggunakan barang-barang dari batu. Penggunaan bahan dari logam
tidak begitu tersebar luas sebagaimana halnya bahan dari batu.
Persediaaan logam sangat terbatas. Hanya orang-orang tertentu yang
memiliki barang-barang dari logam. Kemungkinan hanya orang-orang
tertentu kaya yang mampu membeli bahan-bahan tersebut. Keterbatasan
persediaan tersebut memungkinkan barang-barang dari logam
diperdagangkan. Dengan adanya kegiatan perdagangan, dapat
diperkirakan bahwa manusia pada zaman perundagian telah
mengadakan hubungan perdagangan dengan masyarakat di luar
kelompoknya. Kehidupan masyarakat perundagian dapat dijelaskan
sebagai berikut.

a. Kehidupan Sosial Ekonomi


Pada masa perundagian manusia pada di Indonesia di desa-desa di
daerah pegunungan, dataran rendah, dan tepi pantai dalam tata
kehidupan yang makin teratur dan terpimpin. Bukti-bukti dari adanya
tempat-tempat kediaman yang berkembang pada masa itu didapatkan
tersebar, antara lain di Sumatra, Jawa, Bali, Sumba, serta di beberapa
pulau lainnya di Nusa Tenggara Timur dan Maluku. Di tempat itu
ditemukan sisa-sisa benda perunggu, benda besi, gerabah yang sudah
maju, baik dalam bentuk maupun pola hiasannya dan manik-manik;
sisa-sisa ini merupakan peninggalan dari penghidupan yang sudah maju
tingkatannya. Melalui ekskavasi-ekskavasi di beberapa tempat telah di
temukan pula sisa-sisa bahan makanan (kerang, ikan, babi, dan
sebagainya) dan rangka-rangka manusia yang merupakan bukti bahwa
penguburan dilakukan di sekitar tempat kediaman. Melalui data dari
nekara-nekara perunggu pada umumnya dapatlah disimpulkan bahwa
rumah orang-orang merupakan rumah besar ber tiang dengan atap
melengkung. Kolong merupaakan tempat ternak. Rumah macam ini
biasanya didiami oleh beberapa keluarga.
Kemajuan-kemajuan yang dicapai dalam bidang teknologi yang
bertujuan meningkatkan kesejahteraan kehidupan serta terdapatnya
surplus dalam memenuhi keperluan hidup, mengakibatkan
meningkatnya jumlah penduduk di mana-mana. Timbullah desa-desa
besar yang merupakan gabungan dari kampung-kampung kecil. Dari
hasil eksvakasi di Gilimanuk (Bali), contoh sebuah desa di pantai yang
pokok penghidupannya adalah mencari ikan, dapat diperoleh gambaran
tentang kehidupan sebuah perkampungan masa perundagian. Dari
sejumlah rangka manusia yang ditemukan disini dapat diketajhui bahwa
umur rata-rata penduduknya ialah 30-40 tahun, dan angka kematian
anak rata-rata 5 dari jumlah penduduk. Dalam tata kehidupan yang
sudah teratur, berburu binatang liar seperti harimau dan kijang masih
tetap di lakukan. Perburuan ini, selain untuk menanmbah mata
pencahrian, juga di maksudkan untuk menunjukkan tingkat keberanian
dan kegagahan dalam lingkungan masyarakatnya. Perburuan dilakukan
dengan menggunakan tombak, panah, dan jerat yang dibuat dari bambu
atau rotan yang ujungnya dilingkarkan. Kegiatan ini dilakukan secara
peroerangan atau beramai-ramai dengan naik kuda mengeroyok
binatang buruan.3

3
Marwati Djoned, Poesponegoro. 1975. Sejarah Nasional Indonesia. Zaman Prasejarah
di Indonesia. Jakarta: Balai Pustaka, 2008. Hlm 410
Pada masa perundagian masyarakat diperkirakan sudah mulai
mengenal pembagian kerja. Kondisi ini karena pengerjaan barang-
barang dari logam membutuhkan suatu keahlian, tidak semua orang
dapat melakukan pekerjaan ini. Selain itu, hanya orang-orang tertentu
yang memiliki benda-benda dari logam. Dengan demikian, pada masa
perundagian sudah terjadi pelapisan sosial. Bahkan, tidak hanya
pembuat dan pemilik, terdapat pedagang yang memperjualbelikan
logam. Pada masa perundagian sudah dikenal sistem kemasyarakatan
secara teratur. Masyarakat hidup diikat oleh norma dan nilai.

Mata pencahrian pokok adalah pertanian yang mulai dilakukan


secara lebih teratur dan maju, yaitu dengan menggunakan sistem
pengairan irigasi dan sistem teras dalam pembuatan sawah-sawah.

Sebagaimana layaknya dalam suatu sistem kemasyarakatan,


pada masa ini sudah ada pemimpin dan masyarakat yang dipimpin.
Tingkat tertinggi dalam struktur kemasyarakatan dapat dilihat dari
model penguburan mayat. Pada masa interdapat kuburan yang
dilengkapi dengan berbagai bekal bagi mayat. Model kuburan ini
diperkirakan hanya untuk para pemimpin atau tokoh masyarakat.

Masyarakat juga sudah mengenal sistem mata pencarian.


Keterikatan terhadap bahan-bahan makanan yang disediakan oleh alam
mulai berkurang. Mereka mampu mengolah sumber-sumber di alam
untuk dijadikan bahan makanan. Cara bertani berhuma sudah mulai
berubah menjadi bertani dengan bersawah. Bukti adanya kehidupan
bersawah berupa penemuan alat-alat pertanian dari logam, seperti
bajak.4

b.Sistem teknologi dan Kebudayaan

Dalam masa perundagian ini teknologi berkembang pesat sebagai


akibat dari tersusunnya golongan-golongan dalam masyarakat yang
dibebani pekerjaan tertentu. Di pihak lain terjadi peningkatan usaha
perdagangan yang sejalan dengan kemajuan-kemajuan yang telah
dicapai;teknologi pelayaran juga menemukan perkembangan teknologi

4
Mutiara Shifa Fauziah. 2015. Sejarah Kelas X Semester 2. Klaten: Intan Pariwara. Hlm
24
secara umum. Kontak-kontak kultural terjadi bersamaan dengan proses
perdagangan yang arusnyaa semakin meningkat. Hal tersebut akan
berpengaruh pula pada sistem sosial yang telah mengklarifikasi diri
dalam segmen-segmen sosial-ekonomi yang pola-polanya telah
terbentuk karena faktor lingkungan, demografi, serta kebutuhan biologis
dan spiritual

Pada masa teknologi pembuatan benda-benda jauh lebih tinggi


tingkatnya dibandingkan dengan masa sebelumnya. Hal tersebut dimulai
dengan penemuan-penemuan baru berupa tekhnik peleburan,
pencampuran, penempaan, dan pencetakan jenis-jenis logam.
Sebelumnya tingkat-tingkat tekhnik itu dikenal rupa-rupanya telah
dikenal tembaga dan emas. Kedua macam logam ini sangat mudah
dilebur karena titik leburnya tidak begitu tinggi. Tembaga yang mulaa-
mula ditemukan dapat dibuat menjadi benda dalam berbagai bentuk
yang membutuhkan sedikit pengetahuan penuangan. Sesuai dengan
kemajuan pengetahuan, ditemukan suatu campuran, antara timah dan
tembaga yang ternyata menghasilkan benda-benda yang lebih kuat;
bahan campuran inilah yang membentuk perunggu.5

Pada sistem teknologi ini memunculkan adanya golongan-


golongan tertentu dalam suatu kelompok masyarakat, seperti
penggolongan berdasarkan pada keterampilan dalam membuat dan
menciptakan perkakas, golongan ini sering disebut dengan istilah
undagi. Pada teknologi pembuatan benda-benda logam juga mengalami
perkembangan yang sangat pesat. Salah-satu benda perunggu yang
memiliki nilai estetika dan ekonomis sangat tinggi, dan ditemukan
hampir diseluruh Asia Tenggara adalah Nekara.6

Terdapat dua cara pembuatan peralatan dari logam, yaitu tekhnik


bivalve dan a cire perdue. Tekhnik bivalve disebut juga tekhnik
berulang karena menggunakan dua keping cetakan terbuat dari batu dan
dapat digunakan berulang-ulang sesuai kebutuhan. Tekhnik ini

5
Marwati Djoned, Poesponegoro. 1975. Sejarah Nasional Indonesia. Zaman Prasejarah di
Indonesia. Jakarta: Balai Pustaka, 2008. Hlm 293
6
Kristantina Indriastuti. 2010. Perekonomian dan Perdagangan Pada Masa Perundagian
Kajian Data megalitik Di Dataran Tinggi Pasemah Sumatera Selatan. Dalam Jurnal Balai Arkeologi
Palembang. Vol. 2 No. 1. Hlm.2
digunakan untuk mencetak benda-benda sederhana baik bentuk maupun
hiasannya. Caranya dengan membuat cetakan dahulu pada sepasang
kepingan tanah liat yang masih lembek. Setelah cetakan tanah liat ini
agak kering, pasangan cetakan ditangkupkan dan logam cair dapat
dituangkan melalui saluran yang disediakan.

Tekhnik a cire perdue diterapkan untuk membuat benda


perunggu yang memiliki bentuk dan hiasan lebih rumit, misalnya arca
dan patung perunggu. Tekhnik ini diawali dengan membuat model dari
tanah liat. Selanjutnya model dilapisi lilin lalu di tutup lagi dengan
tanah liat, kemudian dibakar. Pembakaran dilakukan untuk
mengeluarkan lilin sehingga tercipta rongga. Selanjutnya, perunggu
dituang kedalamnya setelah dingin, cetakan.

Kebudayaan masa perundagian lebih maju. Kemajuan budaya ini


dapat dibuktikan dengan adanya penemuan dari logam. Hasil-hasil
peninggalan kebudayaan masa perundagian sebagai berikut:

1). Nekara perunggu, semacam berumbung dari perunggu yang


berpinggang di bagian tengahnya dan sisi atapnya tertutup. Nekara
berfungsi sebagai pelengkap upacara untuk memohon turun hujan dan
genderang perang. Nekara memiliki pola yang hias yang beragam, dari
pola binatang, geometris, dan tumbuh-tumbuhan. Dengan hiasan yang
demikian beragam, nekara memiliki nilai seni yang cukup tinggi.

Nekara tersebut merupakan hasil kebudayaan Dongson di


Vietnam Utara yang kemudian menyebar hampir di seluruh wilayah
Asia Tenggara. Di Indonesia sendiri nekara banyak ditemukan di Bali,
Nusa Tenggara Barat, Maluku, Selayar, dan Papua.

2). Kapak perunggu, bentuknya beragam misalnya berbentuk pahat,


jantung, atau tembilang. Motifnya berpola topang mata atau geometris.

3). Bejana perunggu, bentuknya mirip gitar Spanyol tanpa tangkai,


ditemukan di Madura dan Sulawesi.
4). Arca perunggu, berbentuk orang yang sedang yang sedang menari,
menaiki kuda, atau memegang busur panah. Arca perunggu ditemukan
di Bangkinang (Riau), Lumajang, Bogor, dan Palembang.

5). Kapak corong yang disebut juga kapak sepatu karena bentuknya
hampir mirip sepatu. Kapak corong banyak ditemukan di Sumatera
Selatan, Bali, Sulawesi Tengah dan Selatan, Pulau Selayar, serta Papua
dekat Danau Sentani.

6). Perhiasan dan manik-manik, yang terbuat dari perunggu, emas, dan
besi. Jenis-jenis perhiasan yang ditemukan berupa gelang tangan, gelang
kaki, cincin, kalung, dan bandul. Perhiasan ditemukan di Bogor, Bali,
dan Malang; sedangkan manik-manik ditemukan di Sangiran, Pasemah,
Gilimanuk, Bogor, Besuki, dan Bone. Perhiasan dan manik-manik pada
umumnya berfungsi sebagai bekal kubur.

c. Sistem Kepercayaan

Kepercayaan masyarakat pada masa perundagian merupakan


kelanjutan dari masa bercocok tanam. Kepercayaan berkembang sesuai
pola pikir manusia yang merasa dirinya memiliki keterbatasan
dibandingkan manusia yang lain. Anggapan seperti ini memunculkan
jenis kepercayaan animisme, dinamisme, totenisme.

Sistem kepercayaan pada masa ini mengacu dan berorientasi


pada kekuatan supranatural yang mengaitkan pada kepercayaan akan
kekuatan gaib pada benda maupun makhluk hidup, kepercayaan pada
roh dan yang paling menonjol seperti di daerah Asia Tenggara dan
Indonesia adalah percaya pada kekuatan yang dimiliki oleh arwah nenek
moyang.7

Anggapan seperti ini memunculkan jenis kepercayaan animisme,


dinamisme, totenisme. Mari perhatikan penjelasan berikut:

1). Animisme, yaitu kepercayaan yang beranggapan bahwa suatu benda


memiliki kekuatan supranatural dalam bentuk roh. Roh ini bisa

7
Kristantina Indriastuti. 2010. Perekonomian dan Perdagangan Pada Masa
Perundagian Kajian Data megalitik Di Dataran Tinggi Pasemah Sumatera Selatan. Dalam
Jurnal Balai Arkeologi Palembang. Vol. 2 No. 1. Hlm. 9-10
dipanggil dan dimintai pertolongan pada saat diperlukan. Mereka
percaya adanya hal-hal gaib atau kekuatan hebat. Kepercayaan terhadap
bermacam roh dan makhluk halus di sesajen atau persembahan.

2). Dinamisme, merupakan perkembangan dari animisme. Roh atau


makhluk halus yang diyakini berasal dari jiwa manusia yang kemudian
mendiami berbagai tempat, misalnya hutan belantara, lautan luas, gua-
gua, sumur, sumber mata air, persimpangan jalan, pohon besar, dan
batu-batu besar. Akibatnya, timbul kepercayaan terhadap kekuatan gaib
yang dapat menambah kekuatan gaib yang dapat menambah kekuatan
seseorang yang masih hidup. Kekuatan yang timbul dari alam semesta
ini menimbulkan kepercayaan dinamisme (dinamis berarti bergerak ).
Masyarakat pada masa praaksara percaya dalam benda-benda seperti
batu akik, tombak, belati, dan anak panah, bersemayan kekuatan halus.
Oleh karena itu, alat-alat tersebut harus di rawat, di beri sesajen, dan
dimandikan.
3). Totemisme, berawal dari anggapan bahwa binatang-binatang juga
mempunyai roh. Anggapan ini muncul karena di antara binatang-
binatang itu ada yang lebih kuatdari manusia, misalnya gajah, harimau
dan buaya. Selain itu, banyak binatang yang bermanfaat bagi manusia
seperti kerbau, sapi, dan kambing. Dengan demikian, hubungan antara
manusia dan hewan dapat berupa hubungan permusuhan seperti saling
menakuti dan ada pula hubungan baik, seperti hubungan baik, seperti
hubungan persahabatan, serta hubungan keturunan (totemisme). Itulah
sebabnya bangsa- bangsa di dunia ini memiliki kebiasaan menghormati
binatang-binatang tertentu untuk di puja dan di anggapnya satu
keturunan. Pada perkembangannya, totemimse dianggap sebagai salah
satu bagian dari kebudayaan dunia.

Pada kemudian hari animisme, dinamisme, dan totemisme


mendorong manusia menemukan kekuatan yang lebih besar dari sekedar
kekuatan roh, makhluk harus, dan alam. Masyarakat dari generasi ke
generasi mayakini bahwa ada kekuatan tunggal yang mendominasi
kehidupan mereka ataupun kehidupan alam semesta. Kekuatan gaib
tersebut di yakini memiliki keteraturan sendiri yang tidak dapat di
ganggu gugat, yaitu hukum alam. Kepercayaan terhadap “kekuatan
tunggal” ini kemudian dihayati sebagai kekayaan batin spiritual
sekaligus kekayaan kebudayaan.8

Kesimpulan

Zaman perundagian adalah zaman dimana manusia sudah mengenal


pengolahan logam. Hasil-hasil kebudayaan yang dihasilkan terbuat dari bahan
logam. Adanya penggunaan logam, tidaklah berarti hilangnya penggunaan dari
batu. Pada zaman ini perkembangan sosial, ekonomi, teknologi berkembang
pesat.

Daftar Pustaka

Kristantina Indriastuti. 2010. Perekonomian dan Perdagangan Pada Masa


Perundagian Kajian Data megalitik Di Dataran Tinggi Pasemah Sumatera
Selatan. Dalam Jurnal Balai Arkeologi Palembang.
Marwati Djoned, Poesponegoro. 1975. Sejarah Nasional Indonesia. Zaman
Prasejarah di Indonesia. Jakarta: Balai Pustaka, 2008.
Mutiara Shifa Fauziah. 2015. Sejarah Kelas X Semester 2. Klaten: Intan Pariwara.

8
Mutiara Shifa Fauziah. 2015. Sejarah Kelas X Semester 2. Klaten: Intan Pariwara

Anda mungkin juga menyukai