Anda di halaman 1dari 15

BAB I

PENDAHULUAN

1.1        Latar Belakang

                  Manusia yang hidup pada zaman Praaksara sekarang sudah berubah menjadi

fosil. Fosil manusia yang ditemukan di Indonesia dalam perkembangan terdiri dari

beberapa jenis. Penemuan - penemuan fosil ini banyak disumbang oleh Indonesia.

Hal ini dikarenakan Indonesia merupakan wilayah tropis dan mempunyai iklim yang

cocok dihuni manusia kala itu. Penemuan - penemuan fosil sangat berguna bagi

perkembangan ilmu sejarah sekarang ini. Baik dalam hal menjelaskan kehidupan

manusia kala itu. Hewan yang pernah hidup dan bagaimana evolusi manusia hingga

menjadi sekarang ini. Indonesia banyak menyumbang fosil manusia - manusia purba.

Dilihat dari hasil penemuan di Indonesia maka dapat dipastikan Indonesia

mempunyai banyak sejarah peradapan manusia mulai saat manusia hidup. Dengan

begitu ilmu sejarah akan terus berkembang sejalan dengan fosil-fosil yang ditemukan.

Hal ini diketahui dari kedatangan para ahli dari Eropa pada abad ke-19, dimana

mereka tertarik untuk mengadakan penelitian tentang fosil manusia di Indonesia. Itu

sebabnya makalah ini dibuat untuk mengetahui lebih jelas dan terperinci mengenai

pengertian manusia purba yang ditemukan di Indonesia dan homo sapiens serta

kehidupannya pada masa itu.

1.2       Rumusan Masalah

            Berdasarkan latar belakang di atas, maka dapat dirumuskan beberapa

permasalahan yang akan dibahas adalah sebagai berikut :

1.2.1    Bagaimana kehidupan manusia purba pada zaman dahulu?

1.3      Tujuan                                                                                                           

            Berdasarkan rumusan masalah di atas, makalah ini bertujuan sebagai berikut :

1.3.1    Untuk mengetahui kehidupan manusia purba pada zaman dahulu

1.3.2 Untuk mengetahui apa saja hasil dari kebudayaan masyarakat purba di

indonesia

1
BAB II

PEMBAHASAN

2.1       Manusia Purba    

            Manusia yang hidup pada zaman praaksara (prasejarah) disebut manusia

purba.  Tanah air kita sudah dihuni manusia sejak jutaan tahun yang lalu. Fosil-fosil

manusia purba banyak ditemukan di Indonesia yaitu sejak jutaan tahun yang lalu

terutama di Pulau Jawa.Manusia purba adalah manusia penghuni bumi pada zaman

prasejarah yaitu zaman ketika manusia belum mengenal tulisan. Ditemukannya

manusia purba karena adanya fosil dan artefak. Fosil adalah sisa-sisa organisme

(manusia, hewan, dan tumbuhan) yang telah membatu yang tertimbun di dalam tanah

dalam waktu yang sangat lama.  Sedangkan artefak adalah peninggalan masa lampau

berupa alat kehidupan/hasil budaya yang terbuat dari batu, tulang, kayu dan

logam. Cara hidup mereka masih sangat sederhana dan masih sangat bergantung pada

alam. Jenis-jenis manusia purba dibedakan dari zamannya yaitu :

1. Zaman Palaeolitikum artinya zaman batu tua. Zaman ini ditandai dengan

penggunaan perkakas yang bentuknya sangat sederhana dan primitif. Ciri-ciri

kehidupan manusia pada zaman ini, yaitu hidup berkelompok; tinggal di

sekitar aliran sungai, gua, atau di atas pohon; dan mengandalkan makanan dari

alam dengan cara mengumpulkan (food gathering) serta berburu. Maka dari

itu, manusia purba selalu berpindah-pindah dari satu tempat ke tempat yang

lain (nomaden) belum tahu bercocok tanam. Pada zaman ini alat-alatnya

terbuat dari batu yang masih kasar dan belum dihaluskan. Contoh alat-alat

tersebut adalah :

·       Kapak Genggam, banyak ditemukan di daerah Pacitan. Alat ini biasanya disebut

"Chopper" (alat penetak/pemotong)

·       Alat-alat dari tulang binatang atau tanduk rusa : alat penusuk (belati), ujung tombak

bergerigi

2
·       Flakes, yaitu alat-alat kecil yang terbuat dari batu Chalcedon, yang dapat digunakan

untuk mengupas makanan. Alat-alat dari tulang dan Flakes, termasuk hasil

kebudayaan Ngandong. Kegunaan alat-alat ini pada umumnya untuk berburu,

menangkap ikan, mengumpulkan ubi dan buah-buahan. Berdasarkan daerah

penemuannya maka alat-alat kebudayaan Paleolithikum tersebut dapat dikelompokan

menjadi kebudayaan Pacitan dan Ngandong.

2. Zaman Mezolitikum artinya zaman batu madya (mezo) atau pertengahan.

Zaman ini disebut pula zaman "mengumpulkan makanan (food gathering)

tingkat lanjut", yang dimulai pada akhir zaman es, sekitar 10.000 tahun yang

lampau. Para ahli memperkirakan manusia yang hidup pada zaman ini adalah

bangsa Melanesoide yang merupakan nenek moyang orang Papua, Semang,

Aeta, Sakai, dan Aborigin. Sama dengan zaman palaeolitikum, manusia

zaman mezolitikum mendapatkan makanan dengan cara berburu dan

menangkap ikan. Mereka tinggal di gua-gua di bawah bukit karang (abris

souche roche), tepi pantai, dan ceruk pegunungan. Gua abris souche roche

menyerupai ceruk untuk dapat melindungi diri dari panas dan hujan.

Hasil peninggalan budaya manusia pada masa itu adalah berupa alat-alat kesenian

yang ditemukan di gua-gua dan coretan (atau lukisan) pada dinding gua, seperti di

gua Leang-leang, Sulawesi Selatan, yang ditemukan oleh Ny. Heeren Palm pada

1950. Van Stein Callenfels menemukan alat-alat tajam berupa mata panah, flakes,

serta batu penggiling di Gua Lawa dekat Sampung, Ponorogo, dan Madiun. Selain

itu, hasil peninggalannya ditemukan di tempat sampah berupa dapur kulit kerang dan

siput setinggi 7 meter di sepanjang pantai timur Sumatera yang disebut

kjokkenmoddinger. Peralatan yang ditemukan di tempat itu adalah kapak genggam

Sumatera, pabble culture, dan alat berburu dari tulang hewan. 

3. Zaman Neolitikum artinya zaman batu muda. Di Indonesia, zaman Neolitikum

dimulai sekitar 1.500 SM. Cara hidup untuk memenuhi kebutuhannya telah

mengalami perubahan pesat, dari cara food gathering menjadi food producing,

3
yaitu dengan cara bercocok tanam dan memelihara ternak. Pada masa itu

manusia sudah mulai menetap di rumah panggung untuk menghindari bahaya

binatang buas.

Manusia pada masa Neolitikum ini pun telah mulai membuat lumbung-lumbung guna

menyimpan persediaan padi dan gabah. Tradisi menyimpan padi di lumbung ini

masih bisa dilihat di Lebak, Banten. Masyarakat Baduy di sana begitu menghargai

padi yang dianggap pemberian Nyai Sri Pohaci. Mereka tak perlu membeli beras dari

pihak luar karena menjualbelikan padi dilarang secara hukum adat. Mereka rupanya

telah mempraktikkan swasembada pangan sejak zaman nenek moyang. Pada zaman

ini, manusia purba Indonesia telah mengenal dua jenis peralatan, yakni beliung

persegi dan kapak lonjong. Beliung persegi menyebar di Indonesia bagian Barat,

diperkirakan budaya ini disebarkan dari Yunan di Cina Selatan yang berimigrasi ke

Laos dan selanjutnya ke Kepulauan Indonesia. Kapak lonjong tersebar di Indonesia

bagian timur yang didatangkan dari Jepang, kemudian menyebar ke Taiwan, Filipina,

Sulawesi Utara, Maluku, Irian dan kepulauan Melanesia. Contoh dari kapak persegi

adalah yang ditemukan di Bengkulu, terbuat dari batu kalsedon yang digunakan

sebagai benda pelengkap upacara atau bekal kubur. Sedangkan kapak lonjong yang

ditemukan di Klungkung, Bali, terbuat dari batu agats yang digunakan dalam

upacara-upacara terhadap roh leluhur. Selain itu ditemukan pula sebuah kendi yang

dibuat dari tanah liat berasal dari Sumba, Nusa Tenggara Timur. Kendi ini digunakan

sebagai bekal kubur. 

4. Zaman Megalitikum artinya zaman batu besar. Pada zaman ini manusia sudah

mengenal kepercayaan animisme dan dinamisme. Animisme merupakan

kepercayaan terhadap roh nenek moyang (leluhur) yang mendiami benda-

benda, seperti pohon, batu, sungai, gunung, senjata tajam. Sedangkan

dinamisme adalah bentuk kepercayaan bahwa segala sesuatu memiliki

kekuatan atau tenaga gaib yang dapat memengaruhi terhadap keberhasilan

atau kegagalan dalam kehidupan manusia. Dari hasil peninggalannya,

4
diperkirakan manusia pada Zaman Megalitikum ini sudah mengenal bentuk

kepercayaan rohaniah, yaitu dengan cara memperlakukan orang yang

meninggal dengan diperlakukan secara baik sebagai bentuk penghormatan. 

Adanya kepercayaan manusia purba terhadap kekuatan alam dan makhluk halus dapat

dilihat dari penemuan bangunan-bangunan kepercayaan primitif. Peninggalan yang

bersifat rohaniah pada era Megalitikum ini ditemukan di Nias, Sumba, Flores,

Sumatera Selatan, Sulawesi Tenggara dan Kalimantan, dalam bentuk menhir, dolmen,

sarkofagus, kuburan batu, punden berundakundak, serta arca. Menhir adalah tugu

batu sebagai tempat pemujaan; dolmen adalah meja batu untuk menaruh sesaji;

sarkopagus adalah bangunan berbentuk lesung yang menyerupai peti mati; kuburan

batu adalah lempeng batu yang disusun untuk mengubur mayat; punden berundak

adalah bangunan bertingkat-tingkat sebagai tempat pemujaan; sedangkan arca adalah

perwujudan dari subjek pemujaan yang menyerupai manusia atau hewan. 

5. Zaman Logam

Pada zaman Logam orang sudah dapat membuat alat-alat dari logam di samping alat-

alat dari batu. Orang sudah mengenal teknik melebur logam, mencetaknya menjadi

alat-alat yang diinginkan. Teknik pembuatan alat logam ada dua macam, yaitu dengan

cetakan batu yang disebut bivalve dan dengan cetakan tanah liat dan lilin yang

disebut a cire perdue. Periode ini juga disebut masa perundagian karena dalam

masyarakat timbul golongan undagi yang terampil melakukan pekerjaan tangan.

Zaman logam ini dibagi atas:

·       Zaman Perunggu

Manusia purba Indonesia hanya mengalami zaman perunggu tanpa melalui zaman

tembaga. Kebudayaan Zaman Perunggu merupakan hasil asimilasi dari antara

masyarakat asli Indonesia (Proto Melayu) dengan bangsa Mongoloid yang

membentuk ras Deutero Melayu (Melayu Muda). Disebut zaman perunggu karena

pada masa ini manusianya telah memiliki kepandaian dalam melebur perunggu. Di

kawasan Asia Tenggara, penggunaan logam dimulai sekitar tahun 3000-2000 SM.

5
Masa penggunaan logam, perunggu, maupun besi dalam kehidupan manusia purba di

Indonesia disebut masa Perundagian. Alat-alat besi yang banyak ditemukan di

Indonesia berupa alat-alat keperluan sehari-hari, seperti pisau, sabit, mata kapak,

pedang, dan mata tombak.

Pembuatan alat-alat besi memerlukan teknik dan keterampilan khusus yang hanya

mungkin dimiliki oleh sebagian anggota masyarakat, yakni golongan undagi. Di luar

Indonesia, berdasarkan bukti-bukti arkeologis, sebelum manusia menggunakan logam

besi mereka telah mengenal logam tembaga dan perunggu terlebih dahulu. Mengolah

bijih menjadi logam lebih mudah untuk tembaga dari pada besi.

·       Zaman Besi

Pada zaman ini orang sudah dapat melebur besi dari bijinya untuk dituang menjadi

alat-alat yang diperlukan. Teknik peleburan besi lebih sulit dari teknik peleburan

tembaga maupun perunggu sebab melebur besi membutuhkan panas yang sangat

tinggi, yaitu ±3500 °C.

Alat-alat besi yang dihasilkan antara lain: mata kapak bertungkai kayu, mata pisau,

mata sabit, mata pedang, cangkul. Alat-alat tersebut ditemukan di Gunung Kidul

(Yogyakarta), Bogor (Jawa Barat), Besuki dan Punung (Jawa Timur)

2.2       Hasil Budaya Manusia Purba di Indonesia

Hasil Budaya Dari Manusia Purba di Indonesia. Banyak peninggalan hasil

budaya yang bisa ditemukan di Indonesia yang menggambarkan kehidupan tempo

dulu, lebih jelasnya tentang hasil budaya manusia purbasilahkan ikuti pembahasan

berikut ini.

1. Budaya Pacitan 

Kapak perimbas adalah kapak yang digenggam dan berbentuk massif. Dengan

membandingkan bukit-bukit yang ada di Cina, maka kapak perimbas pendukungnya

Pitechanthropus. Movius berpendapat, bahwa di Asia Timur berkembang budaya

paleolithik yang berbeda dengan corak yang berkembang di Eropa, Afrika, Asia

6
bagian barat termasuk India. Movius juga menggolongkan budaya kapak menjadi

empat jenis yaitu:

a. kapak perimbas (chopper)

b. kapak penetak (chopping tool)

c. pahat genggam (hand axe)

Bahan batu yang digunakan di Indonesia adalah jenis batuan kapur, kersikan, tufa. Di

Indonesia alat-alat tersebut paling banyak dan paling lengkap ditemukan di Pacitan.

Sarjana yang telah mengadakan penelitian antara lain: Von Koenigswald, MHF.

Tweedie, Van Heekeren, dan R.P. Soejono.

Alat-alat Pacitan yang dikumpulkan oleh Von Koenigswald dan digolongkan oleh

Movius adalah:

a. kapak perimbas

b. kapak penetak

c. pahat genggam

d. proto kapak genggam

e. kapak genggam

f. alat serpih

g. batu inti dan aneka ragam alat lainnya.

2. Budaya Ngandong

Alat-alat dari tulang ditemukan di Ngandong dan Sidorejo dalam konteks

Pitechanthropus Soloensis. Alat-alat ini dibuat dari tulang, tanduk menjangan, dan

dari ikan pari dalam bentuk mata tombak, pisau, belati, mata panah. Sedang alat

serpih digunakan sebagai pisau, gurdi, dan alat penusuk.

3. Temuan dari Bali dan Nusa Tenggara

7
R.P. Soejono mengadakan penelitian paleolithik di Sembiran, Bali. Jenis budaya

paleolihik yaitu sebagai berikut:

1. kapak perimbas, alat ini berpenampang lintang trapesium dan tidak ada tanda

sudah dipakai, tergolong serut, tajam sebelah, dibuat dari batu kerakal atau

pecahan batu. 

2. Pahat genggam, berbentuk agak persegi berukuran sedang dan kecil. 

3. Serut pundak, termasuk alat paleolithik yang khusus, belum banyak

ditemukan di Indonesia. Berbentuk telapak kuda, tajam berbentuk setengah

lingkaran. 

4. Proto kapak genggam, dibuat dari batu kerakal, bidang bawahnya diratakan,

bidang atas meruncing, dan kulit baru tersebut pada genggaman. 

5. Batu-batu inti, batu martil dan jenis-jenis serut lainnya. 

T. Verhoeven yang mengadakan penelitian di Flores, lokasi alat-alat paleolithik di

Wangka, Soa, Mangeruda, Olabula dan Maumere, bentuknya berupa kapak perimbas,

kapak penetak, pahat genggam dan proto kapak genggam.

4. Temuan dari Kalimantan dan Sulawesi

Di Kalimantan dilakukan penyelidikan oleh Toer Soetardjo, H. Kupper, Van

Heekeren dan didapatkan budaya kapak perimbas dan alat serpih yang terbuat dari

kerakal kuarsa dan varian jaspis. Sedangkan di Wallace dan Cabbenge (Sulawesi

Selatan) ditemukan alat-alat serpih terbuat dari batu kalsedon dan batuan gamping

kersikan. Penelitian dilakukan oleh Van Heekeren.

5. Temuan di Sumatra

Houbolt menyelidiki ditambang sawah dan menemukan proto kapak genggam.

Sedangkan di Bungamas (Lahat) didapatkan alat-alat dari batu seperti serut, kapak

penetak, pahat genggam dan kapak genggam.

8
6. Masa Berburu dan Berpindah-Pindah Tingkat Lanjut

Penemuan kebudayaan masa ini tersebar di Indonesia seperti di pulau Sumatra, Jawa,

Kalimantan, Sulawesi, dan Flores. Dari penemuan kebudayaan kita mendapat

kesimpulan bahwa sudah ada tanda-tanda hidup yang sudah menetap yakni digoa-goa

(abris sous roche).

Van Heekeren mengadakan penelitian di Karrasa, Panameanga, dan Pattae (Sulawesi)

dan berdasarkan temuannya Heekeren membedakan tiga lapis kebudayaan, yaitu:

1. Toala I atau Toala Atas, berupa mata panah bersayap dan bergerigi, serut

kerang, dan gerabah. 

2. Toala II atau Toala Tengah, berupa bilah, mata panah berpangkal bundar, dan

alat-alat mikrolit. 

3. Toala III atau Toala Bawah, berupa serpih dan bilah yang agak besar

diantaranya serpih berujung cekung, dan serpih bergagang. 

Di kepulauan Nusa Tenggara Timur, tradisi serpih bilah ditemukan di Flores, Roti,

dan Timor. Alat penting yang lain berupa sampah dapur (kjokkenmodinger) yang

berisi kulit-kulit kerang yang ditemukan di Sumatra Timur. Hasil budaya lain berupa

flake (serpihan). Alat ini ditemukan di goa-goa yang memberikan petunjuk bahwa

manusia yang hidup dimasa mesolithikum telah hidup di goa. Flake banyak terbuat

dari batu berharga atau yang disebut obsidian.

7. Alat Tulang

Tradisi ini berasal dari Vietnam dan Annam, akhirnya sampai ke Jawa Timur. Bentuk

alat tersebut seperti bilah, sundip, belati, lancipan, anak panah, dan sumpitan.

Penemuan yang terkenal adalah di goa Lawa (Ponorogo). Daerah lain yang sejenis di

Goa Lawa adalah Bojonegoro, Tuba, Besuki, dan Bali.

9
8. Kapak Genggam Sumatra

Tradisi ini berasal dari Asia Tenggara melalui semenanjung Malaya sampailah di

Sumatra. Di Sumatra didapatkan di Lhokseumawe, Binjai dan Tamiang, terbuat dari

batu andesit, batu pasir, dan batu kuarsit. Kapak sumatra didapatkan cukup banyak

dalam bentuk lonjong, bulat dan lancip.

2.3       Corak Kehidupan Prasejarah Indonesia dan Hasil Budayanya

1.     Hasil kebudayaan manusia prasejarah untuk mempertahankan dan memperbaiki

pola hidupnya menghasilkan dua bentuk budaya yaitu :

·          Bentuk budaya yang bersifat Spiritual

·          Bentuk budaya yang bersifat Material

2.     Masyarakat Prasejarah mempunyai kepercayaan pada kekuatan gaib yaitu :

·       Dinamisme, yaitu kepercayaan terhadap benda-benda yang dianggap mempunyai

kekuatan gaib. Misalnya : batu, keris

·       Animisme, yaitu kepercayaan terhadap roh nenek moyang mereka yang

bersemayam dalam batu-batu besar, gunung, pohon besar. Roh tersebut dinamakan

Hyang.

3.     Pola kehidupan manusia prasejarah adalah :

·       Bersifat Nomaden (hidup berpindah-pindah), yaitu pola kehidupannya belum

menetap dan berkelompok di suatu tempat serta, mata pencahariannya berburu dan

masih mengumpulkan makanan

·       Bersifat Permanen (menetap), yaitu pola kehidupannya sudah terorganisir dan

berkelompok serta menetap di suatu tempat, mata pencahariannya bercocok tanam.

Muali mengenal norma adat, yang bersumber pada kebiasaan-kebiasaan

4.     Sistem bercocok tanam/pertanian

·       Mereka mulai menggunakan pacul dan bajak sebagai alat bercocok tanam

·       Menggunakan hewan sapi dan kerbau untuk membajak sawah

·       Sistem huma untuk menanam padi

·       Belum dikenal sistem pemupukan

10
5.    Pelayaran

Dalam pelayaran manusia prasejarah sudah mengenal arah mata angin dan

mengetahui posisi bintang sebagai penentu arah (kompas)

6.  Bahasa

Menurut hasil penelitian Prof. Dr. H. Kern, bahasa yang digunakan termasuk rumpun

bahasa Austronesia yaitu : bahasa Indonesia, Polinesia, Melanesia, dan

Mikronesia.Terjadinya perbedaan bahasa antar daerah karena pengaruh faktor

geografis dan perkembangan bahasa.

FOOD GATHERING

Ciri zaman ini adalah :

·       Mata pencaharian berburu dan mengumpulkan makanan

·       Nomaden, yaitu Hidup berpindah-pindah dan belum menetap

·       Tempat tinggalnya : gua-gua

·       Alat-alat yang digunakan terbuat dari batu kali yang masih kasar, tulang dan tanduk

rusa

·       Zaman ini hampir bersamaan dengan zaman batu tua (Palaeolithikum) dan Zaman

batu tengah (Mesolithikum)

FOOD PRODUCING

Ciri zaman ini adalah :

·       Telah mulai menetap

·       Pandai membuat rumah sebagi tempat tinggal

·       Cara menghasilkan makanan dengan bercocok tanam atau berhuma

·       Mulai terbentuk kelompok-kelompok masyarakat

·       Alat-alat terbuat dari kayu, tanduk, tulang, bambu ,tanah liat dan batu

·       Alat-alatnya sudah diupam/diasah

·       Zaman bercocok tanam ini bersamaan dengan zaman Neolithikum (zaman batu

muda) dan Zaman Megalithikum (zaman batu besar)

e.  Dahinya agak miring dan di atas mata terdapat busur kening yang nyata

11
f.  Tenggorokannya sedang, agak lonjong, dan agak bersegi di tengah-tengah atap

tengkoraknya dari muka ke belakang

g.  Tingginya sekitar 180 cm

h.  Memiliki volume otak kecil, yaitu sekitar 1000-2000 cc dengan rata-rata 1350-

1450 cc.

i.  Tinggi badang antara 130-210 cm, berat badan antara 30-150 kg.

j.  Hidup antara 25.000-40.000 tahun yang lalu

k.  Mampu membuat alat-alat dari batu dan tulang yang masih sederhana.

12
BAB III

PENUTUP

3.1       Simpulan

            Berdasarkan pembahasan di atas, maka diperoleh kesimpulan sebagai berikut :

            Manusia yang hidup pada zaman praaksara (prasejarah) disebut manusia

purba.  Manusia purba adalah manusia penghuni bumi pada zaman prasejarah yaitu

zaman ketika manusia belum mengenal tulisan. Ditemukannya manusia purba karena

adanya fosil dan artefak. Jenis-jenis manusia purba dibedakan dari zamannya yaitu

zaman palaeolitikum, zaman mezolitikum, zaman neolitikum, zaman megalitikum,

zaman logam dibagi menjadi 2 zaman yaitu zaman perunggu dan zaman besi. Ada

beberapa jenis manusia purba yang ditemukan di wilayah

Indonesia MeganthropusPaleojavanicus yaitu manusia purba bertubuh besar tertua di

Jawa dan Pithecanthrophus adalah manusia kera yang berjalan tegak.

                        Corak kehidupan prasejarah indonesia dilihat dari segi hasil kebudayaan

manusia prasejarah menghasilkan dua bentuk budaya yaitu : bentuk budaya yang

bersifat spiritual dan bersifat material; segi kepercayaan  ada dinamisme

dan animisme; pola kehidupan manusia prasejarah adalah bersifat nomaden (hidup

berpindah-pindah dan bersifat permanen (menetap); sistem bercocok tanam/pertanian;

pelayaran; bahasa; food gathering dan menjadifood producing.

                    Homo Sapiens adalah jenis manusia purba yang memiliki bentuk tubuh

yang sama dengan manusia sekarang. Mereka telah memiliki sifat seperti manusia

sekarang. Kehidupan mereka sangat sederhana, dan hidupnya mengembara.

Jenis kaum Homo Sapiens yang ditemukan di Indonesia ada 2 yaitu:

1.         Homo Soloensis

2.         Homo Wajakensis

                        Hasil kebudayaan Homo sapiens adalah perkakas yang terbuat dari batu dan

zaman manusia mempergunakan perkakas dari batu disebut Zaman Batu. Zaman batu

13
terbagi dua tahap, yaitu: Zaman Batu Tua (paleolithikum) dan Zaman Batu Baru

(Neolithikum).

3.2       Saran

3.2.1    Diharapkan agar masyarakat dapat memahami maksud dari makalah ini dan

bisa menambah pengetahuan dan wawasan tentang kehidupan manusia purba pada

zaman dahulu.

3.2.2    Diharapkan bagi penulis lain untuk mencari referensi yang lebih relevan

sebagai bahan dalam pembuatan makalah guna menciptakan karya tulis yang lebih

bermanfaat mengenai kehidupan manusia homo sapiens pada zaman dahulu.

14
DAFTAR PUSTAKA

http://www.plengdut.com/2013/03/Manusia-Purba-Indonesia-yang-Hidup-pada-

Masa-Praaksara.html

http://indonesiaindonesia.com/f/89905-manusia-purba-indonesia/

http://www.info-asik.com/2012/10/sejarah-manusia-purba.html

http://marhadinata.blogspot.com/2013/01/sejarah-manusia-purba-di-indonesia.html

http://smpn1sdk91bubun2013.blogspot.com/2013/03/sejarah-manusia-purba.html

http://yessicahistory.blogspot.com/2013/04/sejarah-manusia-purba-di-indonesia.html

http://zulfahmigo.blogspot.com/2013/01/manusia-purba-pithecanthropus-

erectus.html

http://jagoips.wordpress.com/2012/12/28/kehidupan-manusia-pra-aksara/

15

Anda mungkin juga menyukai