1.
Pada masa berburu dan meramu tingkat lanjut masyarakatnya sudah mempunyai
kemampuan tambahan seperti : Mampu membuat api, mulai mengenal cara
memasak makanan, semi-nomaden artinya tinggal cukup lama di suatu tempat.
Masa berburu dan meramu tingkat lanjut berlangsung setelah zaman pleistosen.
Corak kehidupan masyarakat berburu dan meramu tingkat lanjut terpengaruh
pada masa sebelumnya. Kehidupan mereka masih bergantung pada alam.
Mereka hidup dengan cara berburu binatang di dalam hutan, menangkap ikan,
dan dengan mengumpulkan makanan seperti umbi-umbian, buah-buahan, bijibijian, dan daun-daunan.Alat-alat kehidupan yang digunakan pada masa itu
misalnya kapak genggam, flake, dan alat-alat dari tulang. Pada masa tersebut
juga dikenal gerabah yang berfungsi sebagai wadah. Pola bermukim mereka
mulai berubah dari nomaden menjadi semesedenter. Ketika masyarakat berburu
dan meramu tingkat lanjut telah mampu mengumpulkan makanan dalam jumlah
yang cukup banyak, mereka mulai lebih lama mendiami suatu tempat.
Kemudian pengetahuan mereka berkembang untuk menyimpan dan
mengawetkan makanan. Daging binatang buruan diawetkan dengan cara
dijemur setelah terlebih dahulu diberi ramuan. Mereka bertempat tinggal di guagua (abris sous roche). Mereka memilih gua yang letaknya cukup tinggi di
lereng-lereng bukit untuk melindungi diri dari iklim dan binatang buas. Karena
perhatian wanita ditujukan kepada lingkungan yang terbatas, maka mereka
mampu memperluas pengetahuannya tentang seluk-beluk tumbuh-tumbuhan
yang dapat dibudidayakan. Secara alami masyarakat ini telah mengenal
bercocok tanam, meskipun masih dalam taraf yang sangat sederhana dan
dilakukan secara berpindah-pindah.Mereka membuka lahan dengan cara
menebang hutan, membakar dan membersihkannya. Setelah tidak subur lagi
tanah tersebut mereka tinggalkan untuk mencari lahan baru yang subur.
Kehidupan semisedenter memberikan banyak waktu luang bagi manusia
pendukung masa ini. Waktu luang tersebut mereka gunakan untuk membuat
alat-alat dari batu dan tulang serta membuat lukisan pada dinding-dinding gua.
Lukisan-lukisan mereka berwujud seperti cap telapak tangan, babi, kadal,
perahu, menggambarkan kegiatan berburu yang berhubungan dengan
kepercayaan, yaitu penghormatan terhadap nenek moyang, upacara kesuburan,
dan keperluan perdukunan.
Pada masa ini manusia purba sudah mampu melakukan kegiatan bertani dan
berternak. Mereka tidak lagi hidup berpindah-pindah tetapi sudah mulai
menetap dan tinggal di perkampungan kecil yang biasanya dekat dengan sumber
air. Masa ini di perkirakan terjadi pada zaman mesolithikum. Pada masa ini
manusia purba masih belum mengerti sistem irigasi, karena itu tanah pertanian
mereka masih sangat tergantung pada kesuburan tanah alami dan air hujan
seperti sistem pertanian tadah hujan dan ladang yang berpindah-pindah .
Pada masa bercocok tanam tingkat lanjut manusia purba sudah menetap dan
tinggal dalam suatu kelompok menyerupai sebuah kampung. Mereka sudah bisa
membuat alat-alat untuk menggosok peralatan dari batu sampai halus. Alat batu
yang biasa di gunakan pada masa ini adalah beliung persegi, belincung dan
kapak. Sistem kepercayaan yang ada pada masa bercocok tanaman terbagi
menjadi dua yaitu Animisme atau kepercayaan bahwa semua yang ada di bumi
baik itu hidup atau mati mempunyai roh dan Dinamisme.
4.Masa Perundagian
Kehidupan masyarakat pada masa ini sudah sangat teratur dan sudah menetap
secara permanen atau tinggal dalam sebuah kampung. Mata pencaharian utama
mereka adalah bertani dan bertenak, perdagangan juga sudah dikenal pada masa
ini dengan cara sistem barter.
Hasil-hasil kebudayaan juga sudah berkembang sangat pesat. Zaman
perundagian juga biasa di kenal dengan zaman logam karena adanya
kemampuan pada masyarakat Indonesia dalam pengelolaan logam. dan banyak
barang-barang yang digunakan terbuat dari bahan logam. Pada masa ini
manusia sudah bisa membuat perhiasan dari bahan logam seperti cincin.
5.Sistem Kepercayaan
K
epercayaan manusia tidak terbatas pada dirinya sendiri saja, akan tetapi pada
benda-benda dan tumbuh-tumbuhan yang berada di sekitarnya. Berdasarkan
keyakinan tersebut, manusia menyadari bahwa makhluk halus atau roh itu
memiliki wujud nyata dan sifat yang mendua, yaitu sifat yang membawa
kebaikan dan sidat yang mendatangkan keburukan.
Jika diperhatikan, lukisan-lukisan yang terdapat di gua-gua tidak hanya
mempunyai nilai estetika, tetapi juga mengandung makna etika magis. Beberapa
ahli menyimpulkan bahwa cap-cap tangan dengan latar belakang cat merah
memiliki arti kekuatan atau perlindungan dari roh-roh jahat.
Seperti terdapat pada beberapa lukisan di Papua mempunyai kaitan dengan
upacara penghormatan nenek moyang, meminta hujan dan kesuburan, serta
memperingati suatu peristiwa yang sangat penting. Adanya keyakinankeyakinan itulah yang kemudian mendorong berkembang beberapa kepercayaan
di Indonesia, diantaranya animisme, dinamisme dan totemisme.
Animisme merupakan kepercayaan terhadap roh-roh nenek moyang. Awal
munculnya kepercayaan animisme ini didasari oleh berbagai pengalaman dari
masyarakat yang bersangkutan. Misalnya pada daerah di sekitar tempat tinggal
terdapat sebuah batu besar.
6.Kesenian
Zaman prasejarah adalah zaman ketika manusia belum meninggalkan bukti
tertulis. Sedangkan zaman sejarah adalah zaman ketika manusia telah mengenal
tulisan. Kedua zaman ini dapat ditemukan dengan cara yang berbeda. Misalnya
pada zaman prasejarah tidak meninggalkan benda-benda hasil kebudayaan
manusia. Maka untuk mengetahuinya para ahli sejarah melakukan penelitian
dengan cara :
1. Melakukan ekskavasi untuk menemukan peninggalan budaya yang tertanam
di tanah
2. Mempelajari kehidupan suku-suku terasing pada waktu sekarang yang masih
hidup seperti di zaman nenek moyang manusia
Sejarah Senirupa Indonesia Zaman prasejarah secara garis besar terbagi atas
zaman batu dan zaman logam. Karya-karya seni rupa yang diciptakan pada
masa itu umumnya sebagai media upacara dan bersifat simbolis. Seni rupa
zaman prasejarah dapat dikelompokkan sebagai berikut.
Sejarah Seni rupa Indonesia zaman batu :
Peninggalan zaman Mesolithikum berupa lukisan cap jari dan lukisan yang
menggambarkan perburuan binatang yang ditempatkan pada dinding-dinding
gua. Pada zaman Neolithikum dan Megalithikum, lukisan diterapkan pada
bangunan, benda-benda kerajinan, dan hiasan ornamen.
Pada zaman logam, peralatan yang dibuat dan digunakan berasal dari benda
logam. Peninggalan zaman logam berupa benda-benda kerajinan dari perunggu,
sepertiganderang, kapak, bejana, patung, dan perhiasan. Karya seni tersebut
dibuat dengan teknik cor (cetak), yang dikenal dengan teknik bivalve (tuang
berulang) dan teknik a cire perdue (tuang sekali pakai).
7.Pelayaran
Dalam pelayaran manusia prasejarah sudah mengenal arah mata angin dan
mengetahui posisi bintang sebagai penentu arah (kompas).
8. Ilmu Pengetahuan