Anda di halaman 1dari 13

MAKALAH

CORAK KEHIDUPAN MASYARAKAT PRA AKSARA

Disusun Oleh

Ketua : Rifana M.
Moderator : Rintia
Sekertaris : Sahdi Warang
Anggota : Sardi Bugis
: Nabil Durhan
Kelas : XII IPA 3

SMA NEGERI 2 BURU

2021
KATA PENGANTAR

Assalamu’alaikum warahmatullahi wabarakatuh


Segala puji bagi Allah SWT yang telah memberikan kami kemudahan sehingga kami
dapat menyelesaikan makalah ini dengan tepat waktu. Tanpa pertolongan-Nya tentunya kami
tidak akan sanggup untuk menyelesaikan makalah ini dengan baik. Shalawat serta salam
semoga terlimpah curahkan kepada baginda tercinta kita yaitu Nabi Muhammad SAW yang
kita nanti-natikan syafa’atnya di akhirat nanti.
Penulis mengucapkan syukur kepada Allah SWT atas limpahan nikmat sehat-Nya,
baik itu berupa sehar fisik maupun akal pikiran, sehingga penulis mampu untuk
menyelesaikan pembuatan makalah Ini
Penulis tentu menyadari bahwa makalah ini masih jauh dari kata sempurna dan masih
banyak terdapat kesalahan serta kekurangan di dalamnya. Untuk itu, penulis mengharapkan
kritik serta saran dari pembaca untuk makalah ini, supaya makalah ini nantinya dapat menjadi
makalah yang lebih baik lagi. Demikian, dan apabila terdapat banyak kesalahan pada
makalah ini penulis mohon maaf yang sebesar-besarnya.
Demikian, semoga makalah ini dapat bermanfaat. Terima kasih.

Namlea, 2021

Penyusun
DAFTAR ISI

KATA PENGANTAR.........................................................................................................

DAFTAR ISI.......................................................................................................................

BAB I PEDAHULUAN......................................................................................................

A. Latar Belakang..............................................................................................................

B. Rumusan Masalah.........................................................................................................

C. Tujuan...........................................................................................................................

D. Manfaat.........................................................................................................................

BAB II PEMBAHASAN.....................................................................................................

A. Pengertian Masa Praaksara...........................................................................................

B. Pola Hunian Masa Praaksara........................................................................................

C. Perkembangan Ekonomi Masyarakat Praaksara...........................................................

D. Sistem Kepercayaan Pada Masa Praaksara...................................................................

BAB III PENUTUP.............................................................................................................

A. Kesimpulan...................................................................................................................

B. Saran.............................................................................................................................

DAFTAR PUSTAKA..........................................................................................................
BAB I

PENDAHULUAN

A. Latar Belakang

Manusia yang hidup pada zaman Praaksara sekarang sudah berubah menjadi fosil. Fosil
manusia yang ditemukan di Indonesia dalam perkembangan terdiri dari beberapa jenis.
Penemuan - penemuan fosil ini banyak disumbang oleh Indonesia. Hal ini dikarenakan
Indonesia merupakan wilayah tropis dan mempunyai iklim yang cocok dihuni manusia kala
itu. Penemuan - penemuan fosil sangat berguna bagi perkembangan ilmu sejarah sekarang ini.
Baik dalam hal menjelaskan kehidupan manusia kala itu. Hewan yang pernah hidup dan
bagaimana evolusi manusia hingga menjadi sekarang ini. Indonesia banyak menyumbang
fosil manusia - manusia purba.
Dilihat dari hasil penemuan di Indonesia maka dapat dipastikan Indonesia mempunyai
banyak sejarah peradapan manusia mulai saat manusia hidup. Dengan begitu ilmu sejarah
akan terus berkembang sejalan dengan fosil-fosil yang ditemukan. Hal ini diketahui dari
kedatangan para ahli dari Eropa pada abad ke-19, dimana mereka tertarik untuk mengadakan
penelitian tentang fosil manusia di Indonesia. Itu sebabnya makalah ini dibuat untuk
mengetahui lebih jelas dan terperinci mengenai pengertian manusia purba yang ditemukan di
Indonesia dan homo sapiens serta kehidupannya pada masa itu.
Wilayah Indonesia merupakan wilayah yang memilki letak yang strategis, sehingga tidak
heran jika terjadi akulturasi beragam budaya yang terjadi sejak zaman nenek moyang sampai
zaman era global saat ini. Letak yang strategis tersebut sangat didukung oleh sumber daya
manusianya. Untuk mempelajari kehidupan manusia saat ini tidak ada salahnya kita
merunutnya sampai pada masa silam yaitu masa praaksara. Kehidupan manusia pada zaman
praaksara senantiasa mengalami perubahan dan perkembangan. Semua itu bertahap dan
melalui proses yang sangat lama. Tentunya corak kehidupan yang saat ini kita lakukan adalah
kembangan dari corak kehidupan pada zaman praaksara. Untuk itu marilah kita menelaah
“Corak Kehidupan Masyarakat Praaksara”
B. Rumusan Masalah
1. Pengertian masa praaksara
2. Pola hunian masa praaksara
3. Perkembangan ekonomi masyarakat praaksara
4. Sistem kepercayaan pada masa praaksara
C. Tujuan
a. Untuk mengetahui tentang kehidupan pada masa praaksara.
b. Untuk untuk mengetahui perkembangan ekonomi dan sistem kepercayaan yang dianut
pada masa praaksara
D. Manfaat
a. Kita bisa tahu pengertian dari masa praaksara
b. Kita juga bisa mengetahui bagaimana saja manusia-manusia pada masa praaksara bisa
bertahan hidup
BAB II

PEMBAHASAN

A. Pengertian Masa Praaksara

Zaman praaksara adalah masa kehidupan manusia sebelum mengenal tulisan. Praaksara
berasal dari dua kata, yaitu pra yang artinya sebelum dan aksara yang berarti tulisan.
Praaksara disebut juga nirleka, nir berarti tanpa dan leka berarti tulisan. Batas antara zaman
Praaksara dengan zaman sejarah adalah mulai adanya tulisan. Hal ini menimbulkan suatu
pengertian bahwa Praaksara adalah zaman sebelum ditemukannya tulisan, sedangkan sejarah
adalah zaman setelah adanya tulisan. Berakhirnya zaman Praaksara atau dimulainya zaman
sejarah untuk setiap bangsa di dunia tidak sama tergantung dari peradaban bangsa tersebut.

Dengan tidak adanya peninggalan tertulis, maka sumber untuk mengungkap keberadaannya
berupa peninggalan – peninggalan antara lain fosil, artefak. Fosil, merupakan sisa sisa
makhluk hidup yang telah membatu karena tertimbun dalam tanah selama berjuta tahun. Fosil
bisa berupa kerangka manusia, hewan ataupun tumbuh tumbuhan. Artefak, merupakan benda
benda perlengkapan hidup manusia purba yang masih tersisa, seperti : dolmen, kjoken
modinger, kapak perunggu, kapak batu dll.

Kurun waktu berlangsungnya sangat lama yaitu sejak manusia belum mengenal tulisan
sampai mengenal tulisan. hal ini untuk mesing – masing bangsa tidak sama untuk bangsa
indonesia jaman pra aksara berakhir sekitar tahun 400 masehi atau abad ke 5.

B. Pola Hunian Masa Praaksara

1. Pola Kehidupan Nomaden

Nomaden artinya berpindah – pindah dari satu tempat ke tempat yang lain. Kehidupan
masyarakat pra aksara sangat bergantung kepada alam. Bahkan, kehidupan mereka tidak
seperti kelompok hewan, karena bergantung pada apa yang disediakan alam. Apa yang
mereka makan adalah bahan makanan apa yang disediakan alam, seperti, buah – buahan,
umbi – umbian, atau dedauanan yang mereka makan tinggal memetik dari pepohonan atau
menggali dari tanah. Mereka tidak pernah menanam atau mengolah pertanian.

Berdasarkan pola kehidupan nomaden tersebut, maka masa kehidupan masyarakat pra aksara
sering disebut sebagai ‘masa mengumpulkan bahan makanan dan berburu’. Jika bahan
makanan yang akan di kumpulkan telah habis, mereka akan berpindah ke tempat lain yang
banyak menyediakan bahan makanan. Di samping itu, tujuan perpindahan mereka adalah
untuk menangkap binatang buruannya. Kehidupan semacam itu berlangsung dalam waktu
yang lama dan berlangsung secara terus menerus. Oleh karena itu, mereka tidak pernah
memikirkan rumah sebagai tempat tinggal yang tetap

Pada masa nomaden, masyarakat pra aksara telah mengenal kehidupan berkelompok. Jumlah
anggota dari setiap kelompok sekitar 10-15 orang. Bahkan, untuk mempermudah hidup dan
kehidupannya, mereka telah mampu membuat alat – alat perlengkapan dari batu dan kayu,
meskipun bentuknya masih sangat kasar dan sederhana. Ciri – ciri kehidupan masyarakat
nomaden adalah sebagai berikut:

• Selalu berpindah dari satu tempat ke tempat yang lain,

• Sangat bergantung pada alam,

• Belum mengolah bahan makanan,

• Hidup dari hasil mengumpulkan bahan makanan dan berburu,

• Belum memiliki tempat tinggal yang tetap,

• Peralatan hidup masih sangat sederhana dan terbuat dari batu atau kayu.

C. Pola Kehidupan Semi Nomaden

Terbatasnya, kemampuan alam untuk memenuhi kebutuhan hidup masyarakat menuntut


setiap manusia untuk merubah pola kehidupannya. Oleh karena itu, masyarakat pra aksara
mulai merubah pola hidup secara nomaden menjadi semi nomaden. Kehidupan semi
nomaden adalah pola kehidupan yang berpindah – pindah dari satu tempat ke tempat yang
lain, tetapi sudah disertai dengan kehidupan menetap sementara. Hal ini berkaitan dengan
kenyataan bahwa mereka sudah mulai mengenal cara – cara mengolah bahan makanan.

Pola kehidupan semi nomaden ditandai dengan ciri – ciri sebagai berikut:

• Mereka masih berpindah – pindah dari satu tempat ke tempat lain;

• Mereka masih bergantung pada alam;

• Mereka mulai mengenal cara – cara mengolah bahan makanan;

• Mereka telah memiliki tempat tinggal sementara;

• Di samping mengumpulkan bahan makanan dan berburu, mereka mulai menanam


berbagai jenis tanaman;

• Sebelum meninggalkan suatu tempat untuk berpindah ke tempat lain, mereka terlebih
dahulu menanam berbagai jenis tanaman dan mereka akan kembali ke tempat itu, ketika
musin panen tiba;

• Peralatan hidup mereka sudah lebih baik dibandingkan dengan peralatan hidup
masyarakat nomaden;

• Di samping terbuat dari batu dan kayu, peralatan itu juga terbuat dari tulang sehingga
lebih tajam.
Pada zaman ini, masyarakat diperkirakan telah memelihara anjing. Pada waktu itu, anjing
merupakan binatang yang dapat membantu manusia dalam berburu binatang. Di Sulawesi
Selatan, di dalam sebuah goa ditemukan sisa – sisa gigi anjing oleh Sarasin bersaudara.

D. Pola Kehidupan Menetap

Kehidupan masyarakat pra aksara terus berkembang sesuai dengan kebutuhan dan tuntutan
masyarakatnya. Ternyata, pola kehidupan semi nomaden tidak menguntungkan karena setiap
manusia masih harus berpindah dari satu tempat ke tempat yang lain. Di samping itu, setiap
orang harus membangun tempat tinggal, meskipun hanya untuk sementara waktu. Dengan
demikian, pola kehidupan semi nomaden dapat dikatakan kurang efektif dan efisien. Oleh
karena itu, muncul gagasan untuk mengembangkan pola kehidupan yang menetap. Itulah,
konsep dasar yang mendasari perkembangan kehidupan masyarakat pra aksara.

Pola kehidupan menetap memiliki beberapa keuntungan atau kelebihan, di antaranya:

• Setiap keluarga dapat membangunan tempat tinggal yang lebih baik untuk waktu yang
lebih lama;

• Setiap orang dapat menghemat tenaga karena tidak harus membawa peralatan hidup
dari satu tempat ke tempat lain;

• Para wanita dan anak – anak dapat tinggal lebih lama di rumah dan tidak akan
merepotkan;

• Wanita dan anak – anak sangat merepotkan, apabila mereka harus berpindah dari satu
tempat ke tempat lain;

• Mereka dapat menyimpan sisa – sisa makanan dengan lebih baik dan aman;

• Mereka dapat memelihara ternak sehingga mempermudah pemenuhan kebutuhan,


terutama apabila cuaca sedang tidak baik;

• Mereka memiliki waktu yang lebih banyak untuk berkumpul dengan keluarga,
sekaligus menghasilkan kebudayaan yang bermanfaat bagi hidup dan kehidupannya;

• M mulai mengenal sistem astronomi untuk kepentingan bercocok tanam;

• Mereka mulai mengenal sistem kepercayaan.

Dilihat dari aspek geografis, masyarakat pra aksara cenderung untuk hidup di daerah lembah
atau sekitar sungai dari pada di daerah pegunungan. Kecenderungan itu didasarkan pada
beberapa kenyataan, seperti:

• Memiliki struktur tanah yang lebih subur dan sangat menguntungkan bagi
kepentingan bercocok tanam;

• Memiliki sumber air yang baik sebagai salah satu kebutuhan hidup manusia

• Lebih mudah dijangkau dan memiliki akses ke daerah lain yang lebih mudah
E. Perkembangan Ekonomi Masyarakat Praaksara

1. Masa Berburu dan Mengumpulkan Makanan Tingkat Sederhana: Budaya Paleolithik

Sebagaimana diungkapkan The Cambridge Encyclopedia of Hunter Gatherers: berburu dan


mengumpulkan makanan (meramu) merupakan bentuk adaptasi pertama manusia yang paling
sukses, serta mencakup 90 persen dari sejarah manusia. Sampai 12.000 tahun yang lalu,
semua manusia hidup dengan cara ini.

Makanan manusia purba pada masa ini bergantung sepenuhnya pada alam dengan berburu
dan mengumpulkan makanan. Itu karena pada masa ini, hewan dan tumbuh-tumbuhan telah
hidup merata di bumi. Kala Pleistosen sampai Holosen merupakan masa puncak
perkembangan hewan menyusu (mamalia). Maka, berburu hewan menjadi aktivitas pokok
untuk bertahan hidup. Hewan-hewan yang diburu antara lain: rusa, kuda, babi hutan, kijang,
kerbau, kera, gajah, kuda nil, dan sebagainya.

Karena berburu menjadi sarana utama untuk bertahan hidup, kehidupan manusia purba
Indonesia pada masa ini, sejak Pithecanthropus sampai Homo sapiens, bersifat nomaden atau
berpindah-pindah mengikuti gerak binatang buruan serta sumber air. Kehidupan menetap
(sedenter) belum dikenal.

Migrasi (perpindahan) hewan buruan itu umumnya dipengaruhi beberapa faktor utama
sebagai berikut.

1) Adanya perubahan iklim yang ekstrem, misalnya kemarau panjang yang membuat
banyak padang rumput dan sumber air menjadi kering, atau musim hujan berkepanjangan
yang membuat suhu lingkungan menjadi sangat dingin;

2) Bencana alam, yang juga ikut membuat manusia bermigrasi;

3) Ancaman dari sesame hewan, yaitu hewan karnivora;

4) Gangguan manusia;

5) Tumbuh-tumbuhan biasanya lebih mudah tumbuh dan berkembang di daerah-daerah


beriklim lebih panas, yangmembuat hewan-hewan pemakan tumbuhan (herbivora) ikut
bermigrasi, mengikuti “migrasi” tumbuh-tumbuhan itu. Migrasi hewan-hewan herbivore ini
dengan sendirinya membuat hewan-hewan karnivora ikut bermigrasi juga.

F. Masa Beburu dan Mengumpulkan Makanan Tingkat Lanjut: Budaya


Mesolithik

Corak kehidupan manusia purba pada masa ini tetap sama seperti pada masa sebelumnya,
yaitu berburu dan mengumpulkan makanan dari alam. Bedanya, selain alat-alat dari batu,
pada masa ini mereka juga mampu membuat alat-alat dari tulang dan kulit kerang.
Mereka mengenal pembagian kerja: laki-laki berburu, sedangkan perempuan mengumpulkan
makanan berupa tumbuh-tumbuhan dan hewan-hewan kecil, memasak atau memelihara api,
dan membimbing anak.

Hal itu jugalah yang membuat mereka mengenal kebiasaan bertempat tinggal secara tidak
tetap (semi-sedenter), terutama di gua-gua payung (abris sous roche). Mereka memilih gua-
gua yang tidak jauh dari sumber mata air atau sungai yang terdapat sumber makanan seperti
ikan, kerang, dan siput.

Selain bertempat tinggal di gua-gua, ada juga kelompok manusia lain yang bertempat tinggal
di tepi pantai, yang hidupnya lebih tergantung pada bahan-bahan makanan yang terdapat di
laut. Hal ini terbukti dari penemuan-penemuan kulit kerang dan siput dalam jumlah banyak
selain tulang-tulang manusia dan alat-alatnya di dalam timbunan kulit kerang (remis) dan
siput yang membukit yang disebut dengan kjokkenmoddinger. Kenyataan ini juga
menunjukkan bahwa mereka telah mengenal pencarian dan pengumpulan makanan di laut.

Selama bertempat tinggal di gua-gua, selain mengerjakan alat-alat, mereka juga mulai
mengenal tradisi melukis di dinding-dinding gua atau dinding karang. Sumber inspirasi dari
lukisan ini adalah cara hidup mereka yang serba tergantung pada alam. Lukisan-lukisan itu
menggambarkan suatu pengalaman, perjuangan, harapan hidup, dan bahkan kepercayaan
mereka.

Selain itu, agar terhindar dari binatang buas, manusia purba memilih untuk membangun
rumah di atas pohon. Begitu juga segala aktifitas yang mereka lakukan di atas pohon.
Terutama kegiatan makan yang menyebabkan sisa makanan yang di buang ke bawah lama-
lama menjadi bukit fosil yang kemudian juga dapat disebut kjokkenmoddinger.

Pada masa ini pula, untuk pertama kalinya manusia purba menemukan api. Penemuan api
tidak terlepas dari perkembangan otak mereka sebagai akibat dari tuntutan menyesuaikan diri
dengan perkembangan alam dan lingkungan. Secara khusus, api berperan penting dalam
kehidupan gua, seperti menghangatkan tubuh, menghalau binnatang buas pada malam hari ,
serta memasak makanan.

Di tahap akhir masa ini, mereka telah mengenal bercocok tanam yang sangat sederhana dan
dilakukan secara berpindah-pindah menurut kondisi kesuburan tanah. Hutan yang dijadikan
tanah pertanian dibakar terlebih dahulu dan dibersihkan (slash and burn). Di sana mereka
menanam umbi-umbian seperti keladi.

G. Masa Bercocok Tanam: Budaya Neolithik

Cara hidup berburu dan mengumpulkan makanan perlahan-lahan ditinggalkan. Seiring


dengan itu, masyarakat memelihara hewan-hewan tertentu (pastoralisme). Sebagian kecil
penduduk yang tinggal di tepi pantai memproduksi garam dan mencari ikan.

Kegiatan bercocok tanam dilakukan dengan menebang dan membakar pohon-pohon dan
belukar (slash and burn) sehingga terciptalah ladang-ladang yang memberikan hasil-hasil
pertanian, meskipun sifatnya masih sederhana. Tanaman yang dikembangkan di antaranya
keladi, pisang, kelapa, salak, rambutan, sukun, dan duku; sedangkan jenis hewan yang
diternakkan di antaranya ayam, kerbau, anjing, dan babi.

Sebagai konsekuensi dari tradisi baru itu (bercocok tanam), mereka sudah tinggal menetap
(sedenter). Perkampungan terdiri atas tempat-tempat tinggal sederhana yang didiami secara
berkelompok oleh beberapa keluarga. Bangunan tempat tinggal dibuat dari kayu atau bambu.

Gotong royong juga telah menjadi bagian dari corak kehidupan masyarakat. Menebang hutan,
membakar semak belukar, menabur benih, memetik hasil, membuat gerabah, kegiatan tukar-
menukar, berburu dan menangkap ikan dilakukan secara gotong royong.

Mereka juga mengenal pembagian kerja antara kaum wanita dengan laki-laki. Misalnya,
pekerjaan berburu yang menghabiskan tenaga banyak dilakukan oleh para lelaki. Menangkap
ikan yang dekat dengan tempat tinggal (sungai, rawa, atau tempat-tempat yang dangkal di
danau-danau) dapat dilakukan oleh kaum wanita dan anak-anak, sedangkan menangkap ikan
di laut lepas pada umumnya dikerjakan oleh laki-laki. Selain itu, ada anggota masyarakat
yang membuat beliung kasar di tempat yang disebut atelier, ada yang bertugas menghaluskan,
dan sebagainya.

H. Masa Perundagian: Budaya Megalithik dan Budaya Logam

Masa ini disebut masa perundagian yaitu dari kata undagi yang berarti terampil karena pada
masa ini muncul golongan undagi atau golongan yang terampil melakukan suatu jenis usaha
tertentu, seperti membuat alat-alat dari logam, rumah kayu, gerabah, perhiasan, dan
sebagainya. Munculnya kemampuan membuat alat-alat dari logam tersebut tidak
menggantikan mata pencarian pokok: bercocok tanam.

Dalam perkembangannya, alat-alat dari logam itu juga dipakai untuk tujuan ritual
keagamaan, seiring dengan semakin berkembangnya sistem kepercayaan mereka dalam
bentuk animism dan dinamisme.

Sementara itu, penduduk Nusantara hidup secara menetap di desa-desa di daerah


pegunungan, dataran rendah, dan di tepi pantai dalam tata kehidupan yang makin teratur dan
terpimpin.

I. Sistem Kepercayaan Pada Masa Praaksara

1. Sistem Kepercayaan

Pada Masa Praaksara, seiring dengan perkembangan kemampuan berpikir, manusia purba
mulai mengenal kepercayaan terhadap kekuatan-kekuatan lain di luar dirinya yang disebut
sistem kepercayaan manusia purba/zaman pra aksara. Oleh sebab itu, mereka berusaha
mendekatkan diri dengan kekuatan tersebut. Caranya ialah dengan mengadakan berbagai
upacara, seperti pemujaan, pemberian sesaji, yang paling menonjol upacara penguburan
orang meninggal ataupun upacara ritual lainnya Hal ini dibuktikan dengan ditemukannya
lukisan-lukisan di dinding goa di Sulawesi Selatan dan juga berbagai alat ritual lainnya yang
akan dijelaskan nanti. Sistem kepercayaan masyarakat Indonesia zaman praaksara
diperkirakan tumbuh pada masa berburu dan mengumpulkan makanan.

Upacara sebagai bentuk ritual kepercayaan mengalami perkembangan seiring zaman. Mereka
melakukan upacara tidak hanya berkaitan dengan leluhur, akan tetapi berkaitan dengan mata
pencaharian hidup yang mereka lakukan. Misalnya ada upacara khusus yang dilakukan oleh
masyarakat pantai khususnya para nelayan. Upacara yang dilakukan oleh masyarakat pantai
ini, yaitu penyembahan kekuatan yang dianggap sebagai penguasa pantai. Penguasa inilah
yang mereka anggap memberikan kemakmuran kehidupannya. Sedang di daerah pedalaman
atau pertanian ada upacara persembahan kepada kekuatan yang dianggap sebagai pemberi
berkah terhadap hasil pertanian.

2. Macam-macam Kepercayaan

a. Animisme adalah kepercayaan terhadap roh yang mendiami semua benda. Manusia purba
percaya bahwa roh nenek moyang masih berpengaruh terhadap kehidupan di dunia. Mereka
juga memercayai adanya roh di luar roh manusia yang dapat berbuat jahat dan berbuat baik.
Roh-roh itu mendiami semua benda, misalnya pohon, batu, gunung, dsb. Agar mereka tidak
diganggu roh jahat, mereka memberikan sesaji kepada roh-roh tersebut.

b. Dinamisme adalah kepercayaan bahwa segala sesuatu mempunyai tenaga atau kekuatan
yang dapat memengaruhi keberhasilan atau kegagalan usaha manusia dalam mempertahankan
hidup. Mereka percaya terhadap kekuatan gaib dan kekuatan itu dapat menolong mereka.
Kekuatan gaib itu terdapat di dalam benda-benda seperti keris, patung, gunung, pohon besar,
dll. Untuk mendapatkan pertolongan kekuatan gaib tersebut, mereka melakukan upacara
pemberian sesaji, atau ritual lainnya.

c. Totemisme adalah kepercayaan bahwa hewan tertentu dianggap suci dan dipuja karena
memiliki kekuatan supranatural. Hewan yang dianggap suci antara lain sapi, ular, dan
harimau. Hewan yang dianggap suci juga bisa berasal dari mimpi, misal seseorang
memimpikan kura-kura, maka hewan suci yang dipujanya adalah kura-kura. Biasanya orang-
orang yang menggangap suatu hewan suci akan pantang makan daging hewan itu dan tidak
membunuh serta melindungi hewan itu.
3. Barang-barang Peninggalan Sistem Kepercayaan Zaman Pra-Aksara
a. Menhir adalah tiang atau tugu batu yang berfungsi sebagai prasasti dan melambangkan
kehormatan arwah nenek moyang.
b. Dolmen adalah meja batu untuk meletakkan sesaji.
c. Peti Kubur Batu adalah lempeng batu besar berbentuk kotak persegi panjang berfungsi
sebagai peti jenazah.
d. Sarkofagus, adalah batu besar yang di pahat berbentuk mangkuk terdiri dari dua keeping
yang ditangkupkan menjadi satu. Berfungsi sebagai peti jenazah.
e. Waruga, adalah peti kubur batu berukuran kecil, berbentuk kubus dan memiliki tutup.
f. Punden Berundak adalah bangunan berupa batu susunan batu berundak seperti candi.
Digunakan untuk upacara pemujaan.
BAB III

PENUTUP

A. Kesimpulan

Masa praaksara atau nirleka (nir; tidak ada, leka; tulisan) adalah sebutan terhadap suatu masa
ketika manusia belum mengenal aksara atau tulisan. Di sebut juga masa prasejarah. Meki
belum mengenal tulisan, masyarakatnya telah memiliki kemampuan berbahasa dan
berkomunikasi lisan serta mampu merekam pengalaman masa lalunya sedemikian rupa
sehingga kita sekarang dapat memperoleh gambaran tentang kehidupan masyarakat di masa
lalu.

Corak kehidupan prasejarah indonesia dilihat dari segi hasil kebudayaan manusia prasejarah
menghasilkan dua bentuk budaya yaitu : bentuk budaya yang bersifat spiritual dan bersifat
material; segi kepercayaan ada dinamisme dan animisme; pola kehidupan manusia
prasejarah adalah bersifat nomaden (hidup berpindah-pindah dan bersifat permanen
(menetap); sistem bercocok tanam/pertanian; pelayaran; bahasa; food gathering dan menjadi
food producing.

Kepulauan Indonesia yang terbentuk sejak lama, telah menyimpan sejarah peradaban
manusia yang panjang. Sebelum mengenal tulisan (Praaksara) wilayah kepulauan Indonesia
telah didiami manusia purba. Manusia purba berbeda dengan manusia modern, mereka
banyak sekali keterbatasannya. Kehidupan manusia Purba pada zaman batu sangatlah
bergantung alam, berkelompok, nomaden dan primitif.

B. Saran

Diharapkan agar siswa dapat memahami maksud dari makalah ini dan bisa menambah
pengetahuan dan wawasan tentang kehidupan manusia purba pada zaman dahulu.

Agar sebagai generasi muda kita tidak melupakan sejarah peradaban bangsa kita sendiri,
khususnya dalam mengenal dan memahami kehidupan masa praaksara ketika manusia purba
hidup di Indonesia.
DAFTAR PUSTAKA

http://kumpulan-puisi-cinta-terbaru.blogspot.co.id/2014/09/makalah-zaman-pra-aksara.html

http://sapurwanto.blogspot.co.id/2013/10/contoh-tugas-makalah-prasejarah.html

http://muhtyarul.blogspot.co.id/2014/09/makalah-pra-sejarah.html

http://wartasejarah.blogspot.co.id/2013/12/sistem-kepercayaan-manusia-praaksara.html

http://stefanus-kristianto.blogspot.co.id/2013/11/sistem-kepercayaan-manusia-pada-
zaman.html

http://www.dikaranganyar.net/2015/06/kehidupan-sosial-ekonomi-masyarakat.html

http://clixsenseses.blogspot.co.id/2013/07/kehidupan-ekonomi-masyarakat-indonesia.html

https://kurorosery.wordpress.com/2013/11/29/pola-hunian-manusia-praaksara/

http://rifdakhusnulk.blogspot.co.id/2014/10/pola-hunian-masyarakat-praaksara.html

http://n17ha.blogspot.co.id/2014/12/corak-kehidupan-masyarakat-prasejarah_14.html

http://ilmusosial.net/pengertian-zaman-praaksara.html

http://tugassma1purworejo.blogspot.co.id/2015/10/materi-sejarah-corak-kehidupan.html

https://kukuhfk7.wordpress.com/2014/11/09/corak-kehidupan-masyarakat-praaksara-masa-
bercocok-tanam/

Anda mungkin juga menyukai