Anda di halaman 1dari 9

BAB I

PENDAHULUAN

A. Latar Belakang
Dalam kehidupan sehari-hari, orang tidak terlepas dari hasil-hasil kebudayaan. Setiap orang melihat,
mempergunakan, meyakini, bahkan merusak kebudayaan yang ada. Masyarakat adalah orang atau
manusia yang hidup bersama menghasilkan kebudayaan, keduanya tidak dipisahkan dan merupakan
dwitunggal (Jacobus, 2006:20). E. b. Taylor (1994:1) menmemberika definisi mengenai kebudayaan
bahwa kebudayaan merupakan hal kompleks yang mencakup pengetahuan, kepercayaan, kesenian,
moral, hukum, adat istiadat, dan lain kemampuan-kemanpuan serta kebiasaan-kebiasaan yang didapat
manusia sebagai anggota masyarakat. Denga kata lain, kebudayaan mencakup kesemuanya, yang
didapatkan atau dipelajari oleh manusia sebagai anggota masyarakat. Kebudayaan terdiri atas segala
sesuatu yang dipelajari oleh pola-pola berfikir, merasakan, dan bertindak (Jacobus, 2006:21)
Bangsa Indonesia adalah bangsa yang besar. Bangsa yang besar berarti bangsa yang berbudi luhur dan
menghargai kebudayaan. Kebudayaan dapat berupa kebendendaan dan dapat pula berupa cerita. Salah
satu contoh bentuk budaya berupa cerita yaitu kisah dari pewayangan yang sangat terkenal di
Indonesia. Kebudayaan Indonesia tidak lepas dari pembauran dengan budaya lain, yang menciptakan
suatu kebudayaan baru yang dari masing-masing kebudayaan tersebut tidak menghilangkan ciri khas
masing-masing atau yang sering disebut dengan akulturasi budaya. Yang hingga kini sebagian dari
bukti nyata adanya akulturasi budaya asli Indonesia dengan kebudayaan Hindu-Budha masih dapat
kita saksikan.
Oleh karena itu,kelestarian segala peninggalan yang hingga saat ini masih berlangsung di tengahtengah masyarakat, baik berupa kebudayaan material (material cultur) dan kebudayaan kerohanian
(spiritual cultur). Maka sebab itu, kita perlu mengkaji ulang Akulturasi Kebudayaan Indonesia Asli
dengan Hindu-Budha secara lebih dalam. Baik penyebab, dampak, maupun dukti peninggalan dari
akulturasi kebudayaan tersebut.

B. Tujuan
Tujuan diadakannya pembuatan makalah ini:
1)

Mengetahui apa makna akulturasi kebudayaan.

2)

Mengetahui proses akulturasi.

3)
Mengetahui bentuk-bentuk peninggalan atau hasil akulturasi budaya Indonesia dengan hindu
budha.

BAB II
PEMBAHASAN

Akulturasi Kebudayaan Indonesia Asli dan Hindu-Buddha


A.

AKULTURASI BUDAYA

Dalam bahasa Inggris kebudayaan disebut culture yang berasal dari kata Latin Colere yaitu mengolah
atau mengerjakan. Kata culture juga kadang diterjemahkan sebagai "kultur" dalam bahasa Indonesia.
Akulturasi adalah
bertemunya dua
kebudayaan yang
berbeda
dan melebur
menjadi
satu yangmenghasilkan
kebudayaan
baru tetapi tidak
menghilangkan sifat kebudayaan
aslinya.Kebudayaan baru hasil akulturasi tersebut masing-masing tidak kehilangan kepribadian atau
ciri khasnya. Oleh karena itu, untuk dapat berakulturasi, masing-masing kebudayaan harus seimbang.
Sedangkan Budaya berasal dari bahasa Sanskerta yaitu buddhayah, yang merupakan bentuk jamak
dari buddhi (budi atau akal) diartikan sebagai hal-hal yang berkaitan dengan budi dan akal manusia.
Budaya adalah suatu cara hidup yang berkembang dan dimiliki bersama oleh sebuah kelompok orang
dan diwariskan dari generasi ke generasi. Budaya terbentuk dari banyak unsur yang rumit, meliputi
dalam bidang sistem agama dan politik, adat istiadat, bahasa, perkakas, pakaian, bangunan, dan
karya seni.
Jauh sebelum masuknya kebudayaan Hindu, masyarakat Indonesia telah memiliki kebudayaan yang
cukup maju. Unsur-unsur kebudayaan asli Indonesia telah tumbuh dan berkembang dalam kehidupan
masyarakat Indonesia. Masuknya pengaruh Hindu-Buddha ke Indonesia telah membawa perubahan
dalam berbagai aspek kehidupan masyarakat Indonesia. Kebudayaan Hindu-Buddha yang masuk ke
Indonesia tidak diterima begitu saja. Kebudayaan Hindu Budha yang masuk ke Indonesia tidak
diterima seperti apa adanya, tetapi diolah, ditelaah dan disesuaikan dengan budaya yang dimiliki
penduduk Indonesia, sehingga budaya tersebut berpadu dengan kebudayaan asli Indonesia menjadi
bentuk akulturasi kebudayaan Indonesia Hindu Budha.
Hal ini disebabkan, pertama, masyarakat Indonesia memiliki dasar-dasar kebudayaan yang cukup
tinggi sehingga masuknya kebudayaan asing ke Indonesia menambah perbendaharaan kebudayaan
Indonesia. Kedua, bangsa Indonesia memiliki apa yang disebut dengan istilah Local Genius, yaitu
kecakapan suatu bangsa untuk menerima unsur-unsur kebudayaan asing dan mengolahnya sesuai
dengan kepribadian bangsa Indonesia.

Masuknya pengaruh budaya dan agama Hindu-Budha di Indonesia dapat dibedakan atas 3 periode,
yaitu :

Pertama

Periode Awal (Abad V-XI M) unsur kebudayaan Hindu-Budha lebih kuat dan lebih terasa serta
menonjol sedang unsur/ ciri-ciri kebudayaan Indonesia terdesak.

Kedua

Periode Tengah (Abad XI-XVI M) Pada periode ini unsur kebudayaan Hindu-Budha
dan kebudayaan Indonesia
berimbang. Dan
selanjutnya,
unsure
kebudayaanHindu-Budha
Melemah aliran Tantrayana (perpaduan antara budaya lokal dengan Hindu-budha).

Ketiga

Periode Akhir (Abad XVI-sekarang) Pada periode ini, unsur kebudayaan Indonesia lebih kuat
dibandingkan dengan periode sebelumnya, sedangkan unsure kebudayaanHindu-Budha semakin
surut.
Di bawah ini beberapa faktor-faktor yang menyebabkan timbulnya suatu proses Akulturasi.
Diantaranya:
Faktor Intern (dalam), antara lain:

Bertambah dan berkurangnya penduduk (kelahiran, kematian, migrasi)

Adanya Penemuan Baru:

1. Discovery: penemuan ide atau alat baru yang sebelumnya belum pernah ada
2.

Invention : penyempurnaan penemuan baru

3.
Innovation /Inovasi: pembaruan atau penemuan baru yang diterapkan dalam kehidupan
masyarakat sehingga menambah, melengkapi atau mengganti yang telah ada. Penemuan baru
didorong oleh : kesadaran masyarakat akan kekurangan unsure dalam kehidupannya, kualitas ahli atau
anggota masyarakat

Konflik yang terjadii dalam masyarakat

Pemberontakan atau revolusi

Faktor Ekstern (luar), antara lain:


1.

Perubahan alam

2.

Peperangan

3. Pengaruh kebudayaan lain melalui difusi(penyebaran kebudayaan), akulturasi ( pembauran antar


budaya yang masih terlihat masing-masing sifat khasnya), asimilasi (pembauran antar budaya yang
menghasilkan budaya yang sama sekali baru batas budaya lama tidak tampak lagi)
Beberapa faktor pendorong perubahan sosial:
1.

Sikap menghargai hasil karya orang lain

2.

Keinginan untuk maju

3.

System pendidikan yang maju

4.

Toleransi terhadap perubahan

5.

System pelapisan yang terbuka

6.

Penduduk yang heterogen

7.

Ketidak puasan masyarakat terhadap bidang kehidupan tertentu

8.

Orientasi ke masa depan

9.

Sikap mudah menerima hal baru.

UNSUR BUDAYA INDIA


TIDAK PERNAH MENJADI UNSUR BUDAYA YANG DOMINAN DALAM KERANGKA
BUDAYA INDONESIA, KARENA DALAM PROSES AKULTURASI TERSEBUT,
INDONESIA SELALU
BERTINDAK SELEKTIF

B.

WUJUD AKULTURASI KEBUDAYAAN INDONESIA DENGAN HINDU-BUDDHA

Wujud akulturasi kebudayaan Indonesia dengan kebudayaan Hindu-Buddha tersebut dapat Anda
simak pada uraian materi unsur-unsur budaya berikut ini:
1.

BAHASA

Wujud akulturasi dalam bidang bahasa, dapat dilihat dari adanya penggunaan bahasa
Sansekerta yang dapat Anda temukan sampai sekarang dimana bahasa Sansekerta memperkaya
perbendaharaan bahasa Indonesia.
Penggunaan bahasa Sansekerta pada awalnya banyak ditemukan pada prasasti (batu bertulis)
peninggalan kerajaan Hindu Budha pada abad 5 7 M, contohnya prasasti Yupa dari Kutai, prasasti
peninggalan Kerajaan Tarumanegara. Tetapi untuk perkembangan selanjutnya bahasa Sansekerta di
gantikan oleh bahasa Melayu Kuno seperti yang ditemukan pada prasasti peninggalan kerajaan
Sriwijaya 7 13 M. Untuk aksara, dapat dibuktikan adanya penggunaanhuruf Pallawa, kemudian
berkembang menjadi huruf Jawa Kuno (kawi) dan huruf (aksara) Bali dan Bugis. Hal ini dapat
dibuktikan melalui Prasasti Dinoyo (Malang) yang menggunakan huruf Jawa Kuno.
2.

RELIGI / KEPERCAYAAN

Sistem kepercayaan yang berkembang di Indonesia sebelum agama Hindu-Budha masuk ke Indonesia
adalah kepercayaan yang berdasarkan pada Animisme dan Dinamisme.
Dengan masuknya agama Hindu Budha ke Indonesia, masyarakat Indonesia mulai
menganut/mempercayai agama-agama tersebut. Agama Hindu dan Budha yang berkembang di
Indonesia sudah mengalami perpaduan dengan kepercayaan animisme dan dinamisme, atau dengan
kata lain mengalami Sinkritisme. Sinkritisme adalah bagian dari proses akulturasi, yang berarti
perpaduan dua kepercayaan yang berbeda menjadi satu. Untuk itu agama Hindu dan Budha yang
berkembang di Indonesia, berbeda dengan agama Hindu Budha yang dianut oleh masyarakat India.
Perbedaaan-perbedaan tersebut dapat Anda lihat dalam upacara ritual yang diadakan oleh umat Hindu
atau Budha yang ada di Indonesia. Contohnya, upacara Nyepi yang dilaksanakan oleh umat Hindu
Bali, upacara tersebut tidak dilaksanakan oleh umat Hindu di India.
3.

SISTEM PEMERINTAHAN

Sistem pemerintahan yang berkembang di Indonesia adalah bentuk kerajaan yang diperintah oleh
seorang raja secara turun temurun.
Raja di Indonesia ada yang dipuja sebagai dewa atau dianggap keturunan dewa yang keramat,
sehingga rakyat sangat memuja Raja tersebut, hal ini dapat dibuktikan dengan adanya raja-raja yang
memerintah di Singosari seperti Kertanegara diwujudkan sebagai Bairawa dan R Wijaya Raja
Majapahit diwujudkan sebagai Harhari (dewa Syiwa dan Wisnu jadi satu).
Pemerintahan Raja di Indonesia ada yang bersifat mutlak dan turun-temurun seperti di India dan ada
juga yang menerapkan prinsip musyawarah yang merupakan kebudayaan asli Indonesia. Prinsip
musyawarah diterapkan terutama apabila raja tidak mempunyai putra mahkota yaitu seperti yang
terjadi di kerajaan Majapahit, pada waktu pengangkatan Wikramawardana.

4.

SISTEM KEMASYARAKATAN

Wujud akulturasi di samping terlihat dalam sistem pemerintahan juga terlihat dalam sistem
kemasyarakatan, yaitu pembagian lapisan masyarakat berdasarkan sistem kasta.
Sistem kasta menurut kepercayaan Hindu terdiri dari kasta Brahmana (golongan Pendeta), kasta
Ksatria (golongan Prajurit, Bangsawan), kasta Waisya (golongan pedagang) dan kasta Sudra
(golongan rakyat jelata).
Kasta-kasta tersebut juga berlaku atau dipercayai oleh umat Hindu Indonesia tetapi tidak sama persis
dengan kasta-kasta yang ada di India karena kasta India benar-benar diterapkan dalam seluruh aspek
kehidupan, sedangkan di Indonesia tidak demikian, karena di Indonesia kasta hanya diterapkan untuk
upacara keagamaan.
5.

EKONOMI

Dalam bidang ekonomi, tidak begitu besar pengaruhnya dan tidak begitu banyak terjadi perubahan,
karena masyarakat Indonesia telah mengenal aktivitas perekonomian melalui pelayaran dan
perdagangan jauh sebelum masuknya pengaruh Hindu-Buddha. Namun, datangnya kebudayaan
Hindu-Buddha membuat masyarakat kuno Indonesia mulai mengenal Mata Uang / alat tukar.
6.

PENGETAHUAN / TEKNOLOGI

Wujud akulturasi dalam bidang pengetahuan, salah satunya yaitu perhitungan waktu berdasarkan
kalender tahun saka, tahun dalam kepercayaan Hindu. Kalender Saka merupakan kalender yang
mengacu pada perputaran Bulan mengelilingi Bumi untuk satu bulan. Kata Saka merupakan nama
sebuah suku di India.
Menurut perhitungan satu tahun Saka sama dengan 365 hari dan perbedaan tahun saka dengan tahun
masehi adalah 78 tahun sebagai contoh misalnya tahun saka 654, maka tahun masehinya 654 + 78 =
732 M. Dimasa Majapahit Kalender Saka sudah menjadi Kalender Kerajaan.
Di samping adanya pengetahuan tentang kalender Saka, juga ditemukan perhitungan tahun Saka
dengan menggunakan Candrasangkala. Candrasangkala adalah susunan kalimat atau gambar yang
dapat dibaca sebagai angka. Candrasangkala banyak ditemukan dalam prasasti yang ditemukan di
pulau Jawa, dan menggunakan kalimat bahasa Jawa salah satu contohnya yaitu kalimat Sirna ilang
kertaning bhumi apabila diartikan sirna = 0, ilang = 0, kertaning = 4 dan bhumi = 1, maka kalimat
tersebut diartikan dan belakang sama dengan tahun 1400 saka atau sama dengan 1478 M yang
merupakan tahun runtuhnya Majapahit.
7.

SENI BANGUNAN

Salah satu wujud akulturasi dalam seni bangunan terlihat dalam seni bangunan Candi. Seni bangunan
Candi tersebut memang mengandung unsur budaya India tetapi keberadaan candi-candi di Indonesia
tidak sama dengan candi-candi yang ada di India, karena candi di Indonesia hanya mengambil unsur
teknologi perbuatannya melalui dasar-dasar teoritis yang tercantum dalam kitab Silpasastra yaitu
sebuah kitab pegangan yang memuat berbagai petunjuk untuk melaksanakan pembuatan arca dan
bangunan.
Untuk itu dilihat dari bentuk dasar maupun fungsi candi tersebut terdapat perbedaan. Bentuk dasar
bangunan candi di Indonesia adalah punden berundak-undak yang merupakan bentuk asli dari
6

Indonesia dan juga merupakan salah satu peninggalan kebudayaan Megalithikum yang
berfungsi sebagai tempat pemujaan. Sedangkan yang khas dari India yaitu Stupa. Fungsi
bangunan candi itu sendiri di Indonesia sesuai dengan asal kata candi tersebut. Perkataan candi
berasal dari kata Candika yang merupakan salah satu nama dewi Durga atau dewi maut, sehingga
candi merupakan bangunan untuk memuliakan orang yang telah wafat khususnya raja-raja dan orangorang terkemuka.
Di samping itu, dalam bahasa kawi candi berasal dari kata Cinandi artinya yang dikuburkan. Untuk itu
yang dikuburkan didalam candi bukanlah mayat atau abu jenazah melainkan berbagai macam benda
yang menyangkut lambang jasmaniah raja yang disimpan dalam Pripih.
Dengan demikian fungsi candi Hindu di Indonesia adalah untuk pemujaan terhadap roh nenek
moyang atau dihubungkan dengan raja yang sudah meninggal. Hal ini terlihat dari adanya lambang
jasmaniah raja sedangkan fungsi candi di India adalah untuk tempat pemujaan terhadap dewa,
contohnya seperti candi-candi yang terdapat di kota Benares merupakan tempat pemujaan terhadap
dewa Syiwa.
Dalam seni bangunan juga terdapat bentuk Yupa yang terdapat di Kutai. Bentuk Yupa mendapat unsur
kebudayaan asli Indonesia yaitu menhir, sedangkan unsurbudaya India yaitu prasasti dan tiang adalah
untuk menambatkan binatang kurban.
Ada juga Lingga dan Yoni (lambang kesuburan), dengan unsure budaya India adalah Lingga Yoni
sedangkan unsure budaya Indonesia asli adalah Alu dan Lumpang.
8.

SENI RUPA DAN SENI UKIR

Pengaruh Hindhu-Buddha juga berkembang dalam bidang seni rupa, seni pahat, dan seni ukir. Hal ini
dapat dilihat pada relief atau seni ukir yang dipahatkan pada bagian dinding candi. Misalnya, relief
yang dipahatkan pada dinding-dinding pagar langkan di Candi Borobudur yang berupa pahatan
riwayat sang Buddha. Di sekitar relief Sang Buddha terdapat relief lingkungan alam Indonesia seperti
rumah panggung dan burung merpati. Di samping itu, terdapat hiasan perahu bercadik. Relief tersebut
merupakan asli Indonesia dan tidak pernah ditemukan pada candi-candi yang terdapat di India. Juga
relief pada candi Prambanan yang memuat cerita Ramayana.
Pada relief kala makara yang dasarnya adalah motif binatang dan tumbuh-tumbuhan. Hal ini sudah di
kenal sejak masa sebelum Hindu. Binatang-binatang tersebut dianggap suci, maka sering diabadikan
dengan cara dilukis.
9.

SENI SASTRA

Seni sastra pada waktu Hindu-Buddha ada yang berbentuk prosa dan ada yang berbentuk tembang
(puisi). Berdasarkan isinya kasusteraan dapat dikelompokan menjadi tiga, yaitu tutur (pitutur kitab
keagamaan), kitab hukum, dan wiracarita (kepahlawanan).
Bentuk wiracarita sangat terkenal di Indonesia, terutama kitab Ramayana dan Mahabarata. Kemudian
muncul wiracarita hasil gubahan para pujangga Indonesia. Misalnya, Baratayuda yang digubah oleh
Mpu Sedah dan Mpu Panuluh. Juga munculnya cerita Carangan.
Berkembangnya karya sastra Ramayana dan Mahabarata, melahirkan seni pertunjukan wayang kulit
(wayang purwa). Isi dan cerita wayang banyak mengandung nilai-nilai yang bersifat edukatif. Cerita
wayang berasal dari budaya Hindu-Buddha, tapi wayangnya asli dari Indonesia.
7

Di samping bentuk dan ragam hias wayang, muncul pula tokoh-tokoh pewayangan yang khas
Indonesia. Misalnya tokoh-tokoh punakawan seperti Semar, Gareng, dan Petruk. Tokoh-tokoh ini
tidak ditemukan di India.

BAB III
PENUTUP

A.

Kesimpulan
1. Akulturasi adalah

bertemunya dua

satu yang menghasilkan

kebudayaan

kebudayaan yang
baru tetapi tidak

berbeda

dan melebur

menjadi

menghilangkan sifatkebudayaan

aslinya.
2. Kebudayaan baru hasil akulturasi tersebut masing-masing tidak kehilangan kepribadian atau
ciri khasnya. Oleh karena itu, untuk dapat berakulturasi, masing-masing kebudayaan harus
seimbang.
3. Kebudayaan Hindu Budha yang masuk ke Indonesia tidak diterima seperti apa adanya,
tetapi diolah, ditelaah dan disesuaikan dengan budaya yang dimiliki penduduk Indonesia,
sehingga budaya tersebut berpadu dengan kebudayaan asli Indonesia menjadi bentuk
akulturasi kebudayaan Indonesia Hindu Budha.
4. Wujud akulturasi budaya dapat berupa bahasa, religi/kepercayaan, sistem pemerintahan,
sistem kemasyarakatan, ekonomi, pengetahuan/teknologi, seni bangunan, seni rupa & seni
ukir serta seni sastra.
5. Unsur budaya India tidak pernah menjadi unsur budaya yang dominan dalam kerangka
budaya Indonesia, karena dalam proses akulturasi tersebut, Indonesia selalu bertindak selektif.

B.

Kritik dan Saran

Demikian yang dapat kami paparkan mengenai materi yang menjadi pokok bahasan dalam makalah
ini, tentunya masih banyak kekurangan dan kelemahannya, kerena terbatasnya pengetahuan dan
kurangnya rujukan atau referensi yang ada hubungannya dengan judul makalah ini.
Penulis banyak berharap para pembaca yang budiman dusi memberikan kritik dan saran yang
membangun kepada penulis demi sempurnanya makalah ini di kesempatan kesempatan berikutnya.
Semoga makalah ini berguna bagi penulis pada khususnya juga para pembaca yang budiman pada
umumnya.

Anda mungkin juga menyukai