Akulturasi kebudayaan yaitu suatu proses percampuran antara unsur-unsur kebudayaan yang
satu dengan kebudayaan yang lain, sehingga membentuk kebudayaan baru. Kebudayaan baru
yang merupakan hasil percampuran itu masing-masing tidak kehilangan kepribadian/ciri
khasnya. Oleh karena itu, untuk dapat berakulturasi, masing-masing kebudayaan harus
seimbang. Begitu juga untuk kebudayaan Hindu-Buddha dari India dengan kebudayaan
Indonesia asli.
Contoh hasil akulturasi antara kebudayaan Hindu-Buddha dengan kebudayaan Indonesia asli
sebagai berikut.
1. Seni Bangunan
Bentuk-bentuk bangunan candi di Indonesia pada umumnya merupakan bentuk akulturasi
antara unsur-unsur budaya Hindu-Buddha dengan unsur budaya Indonesia asli. Bangunan yang
megah, patung-patung perwujudan dewa atau Buddha, serta bagian-bagian candi dan stupa
adalah unsur-unsur dari India. Bentuk candi-candi di Indonesia pada hakikatnya adalah punden
berundak yang merupakan unsur Indonesia asli. Candi Borobudur merupakan salah satu contoh
dari bentuk akulturasi tersebut.
4. Sistem Kepercayaan
Sejak masa praaksara, orang-orang di Kepulauan Indonesia sudah mengenal simbolsimbol yang bermakna filosofis. Sebagai contoh, kalau ada orang meninggal, di dalam kuburnya
disertakan benda-benda. Di antara benda-benda itu ada lukisan seorang naik perahu, ini
memberikan makna bahwa orang yang sudah meninggal rohnya akan melanjutkan perjalanan ke
tempat tujuan yang membahagiakan yaitu alam baka. Masyarakat waktu itu sudah percaya
adanya kehidupan sesudah mati, yakni sebagai roh halus.Oleh karena itu, roh nenek moyang
dipuja oleh orang yang masih hidup (animisme).Setelah masuknya pengaruh India kepercayaan
terhadap roh halus tidak punah. Misalnya dapat dilihat pada fungsi candi. Fungsi candi atau kuil
di India adalah sebagai tempat pemujaan.
Di Indonesia, disamping sebagai tempat pemujaan, candi juga sebagai makam raja atau
untuk menyimpan abu jenazah raja yang telah meninggal. Itulah sebabnya peripih tempat
penyimpanan abu jenazah raja didirikan patung raja dalam bentuk mirip dewa yang dipujanya.
Ini jelas merupakan perpaduan antara fungsi candi di India dengan tradisi pemakaman dan
pemujaan roh nenek moyang di Indonesia. Bentuk bangunan lingga dan yoni juga merupakan
tempat pemujaan terutama bagi orang-orang Hindu penganut Syiwaisme. Lingga adalah lambang
Dewa Syiwa. Secara filosofis lingga dan
yoni adalah lambang kesuburan dan lambang kemakmuran. Lingga lambang laki-laki dan yoni
lambang perempuan.
5. Sistem Pemerintahan
Setelah datangnya pengaruh India di Kepulauan Indonesia, dikenal adanya sistem
pemerintahan secara sederhana. Pemerintahan yang dimaksud adalah semacam pemerintah di
suatu desa atau daerah tertentu. Rakyat mengangkat seorang pemimpin atau semacam kepala
suku. Orang yang dipilih sebagai pemimpin biasanya orang yang sudah tua (senior), arif, dapat
membimbing, memiliki kelebihan-kelebihan tertentu termasuk dalam bidang ekonomi,
berwibawa, serta memiliki semacam kekuatan gaib (kesaktian).
Setelah pengaruh India masuk, maka pemimpin tadi diubah menjadi raja dan wilayahnya
disebut kerajaan. Hal ini secara jelas terjadi di Kutai. Salah satu bukti akulturasi dalam bidang
pemerintahan, misalnya seorang raja harus berwibawa dan dipandang memiliki kekuatan gaib
seperti pada pemimpin masa sebelum Hindu-Buddha. Karena raja memiliki kekuatan gaib, maka
oleh rakyat raja dipandang dekat dengan dewa. Raja kemudian disembah, dan kalau sudah
meninggal, rohnya dipuja-puja.
http://www.seputarpendidikan.com/2014/09/akulturasi-kebudayaan-nusantaradan.html
Kalender atau sistem penanggalan yang ada di Nusantara yaitu yang menggunakan tahun Saka
merupakan sistem penanggalan yang mendapat pengaruh dari budaya yang ada di India.Tidak
diketahui pasti kapan nenek moyang mengenal sistem pertanggalan dengan tahun saka ini.
Namun diduga orang India mengenalkan unsur-unsur kebudayaan tentang pertanggalan ini sejak
menjelang abad ke 5 M yang kemudian di terapkan dalam kehidupan sehari-hari. Ini dapat
dilihat Prasasti Tugu yang dikeluarkan Raja Purnawarman dari Tarumanegara yang menyebutkan
unsur-unsur pertanggalan yakni tanggal 8 paruh gelap, bulan Phalgina dan 13 paruh terang bulan
Caitra. Pertanggalan yang dilakukan oleh Purnawarman adalah untuk menandai pembangunan
Sungai Gomati.Sebelum mengenal sistem penanggalan Saka, nenek moyang dulu menggunakan
rasi bintang sebagai penanda misalnya para petani dulu untuk melihat perubahan musim dalam
setahun biasanya menggunakan gugusan bintang Weluku yang biasanya sekarang ini nampak
pada Bulan September sampai Maret. Namun setelah masuknya Hindu-Budha, sistem
penanggalan kemudian mendapat pengaruh yang signifikan yakni dengan menggunakan tahun
Saka sebagai sistem penanggalan yang digunakan oleh masyarakat setempat.
5. Arsitektur
Dalam segi arsitektur yang ada semacam penyempurnaan bangunan setelah masuknya budaya
Hindu-Budha. Pada awalnya masyarakat Indonesia sebelum masuknya budaya Hindu-Budha
sudah mengenal tentang sistem arsitektur atau bangunan. Ini dapat dilihat dari adanya punden
berundak yang sering dikaitkan dengan budaya Animisme dan Dinamisme atau pemujaan
terhadap leluhur mereka. Namun seiring dengan adanya budaya Hindu-Budha yang masuk ke
wilayah Nusantara, budaya nenek moyang itu mengalami perkembangan yang signifikan.
Perkembangan itu dapat dilihat dari Candi Borobudur ataupun juga bangunan di akhir masa
Majapahit (abad 14 candi-candi di lereng Penanggungan, Arjuna, Lawu) dibangun dengan
mengambil bentuk pundek berundak meskipun Majapahit merupakan kerajaan bercorak Budha.
Ini dapat membuktikan adanya suatu bentuk akulturasi antara budaya asli nenek moyang dengan
pengaruh Hindu-Budha.
2.2 Contoh Wujud Akulturasi Budaya Hindu Buddha di Indonesia
Ada tiga hal mencolok yang dapat kita lihat sebagai wujud akultusai antara nilai kebudayaan
Hindu Budha dan nilai-nilai kebudayaan Indonesia asli yaitu seni bangunan, kepercayaan dan
juga sistem pemerintahan.
Munculnya budaya Hindu-Buddha (India) di Indonesia sangat besar pengaruhnya terhadap seni
bangunan, terutama pada bangunan candi. Candi Hindu dan Buddha yang ditemukan di
Indonesia pada dasarnya merupakan wujud akulturasi. Dasar bangunan candi itu merupakan
hasil pembangunan bangsa Indonesia dari zaman Megalitikum, yaitu dari bangunan punden
berundak-undak. Punden berundak-undak ini mendapat pengaruh Hindu-Buddha, sehingga
menjadi wujud sebuah candi. Seni Rupa/ Seni Lukis Unsur seni rupa atau seni lukis India telah
masuk ke Indonesia. Hal ini terbukti dengan ditemukannya patung Budhha berlanggam Gandara
di kota Bangun, Kutai. Juga patung Buddha berlanggam Amarawati ditemukan di Sikadeng
(Sulawesi Selatan). Pada Candi Borobudurtampak adanya seni rupa India, dengan ditemukannya
relief-relief ceritasang Buddha Gautama. Relief pada Candi Borobudur umumnya menunjukkan
suasana alam Indonesia, terlihat dengan adanya lukisan rumah panggung dan hiasan burung
merpati.
Masuk dan berkembangnya pengaruh Hindu-Buddha ke Indonesia mengakibatkan terjadinya
percampuran antara kedua kepercayaan itu, namun tidak meninggalkan kepercayaan asli
Indonesia, terutama dilihat dari segi pemujaan terhadap roh nenek moyang dan pemujaan
terhadap dewa-dewa alam. Sosial Dalam bidang sosial, terjadi bentuk perubahan dalam tata
kehidupan sosial masyarakat. Misalnya, dalam masyarakat Hindu diperkenalkan adanya sistem
kasta . Ekonomi Dalam bidang ekonomi, tidak begitu besar pengaruhnya dan tidak begitu banyak
terjadi perubahan, karena masyarakat Indonesia telah mengenal aktivitas perekonomian melalui
pelayaran dan perdagangan jauh sebelum masuknya pengaruh Hindu-Buddha. Pemerintahan
Sebelum masuknya pengaruh Hindu-Buddha ke Indonesia, bangsa Indonesia telah mengenal
pemujaan terhadap roh nenek moyang. Kepercayaan itu bersifat animisme dan dinamisme.
Kemudian, mengakibatkan terjadinya akulturasi. Masuk dan berkembangnya pengaruh HinduBuddha ke Indonesia mengakibatkan terjadinya percampuran antara kedua kepercayaan itu,
namun tidak meninggalkan kepercayaan asli Indonesia, terutama dilihat dari segi pemujaan
terhadap roh nenek moyang dan pemujaan terhadap dewa-dewa alam. Sosial Dalam bidang
sosial, terjadi bentuk perubahan dalam tata kehidupan sosial masyarakat. Misalnya, dalam
masyarakat Hindu diperkenalkan adanya sistem kasta . Ekonomi Dalam bidang ekonomi, tidak
begitu besar pengaruhnya dan tidak begitu banyak terjadi perubahan, karena masyarakat
Indonesia telah mengenal aktivitas perekonomian melalui pelayaran dan perdagangan jauh
sebelum masuknya pengaruh Hindu-Buddha. Pemerintahan Sebelum masuknya pengaruh HinduBuddha ke Indonesia, bangsa Indonesia telah mengenal sistem pemerintahan seorang kepala
suku. Sistem pemerintahan seorang kepala suku berlangsung secara demokratis, dimana salah
seorang kepala suku merupakan pimpinan yang dipilih dari kelompok sukunya, karena memiliki
kelebihan dari anggota suku lain. Akan tetapi, setelah masuknya pengaruh Hindu-Buddha, tata
pemerintahan disesuaikan dengan sistem pemerintahan yang berkembang di India. Seorang
kepala suku, melainkan seorang raja yang memerintah atas wilayah kerajaannya secara turun
temurun. Bukan lagi ditentukan oleh kemampuan, melainkan keturunan.
Fakta tentang Proses Interaksi Masyarakat
Indonesia sebagai daerah yang dilalui jalur perdagangan memungkinkan bagi para pedagang
India untuk sungguh tinggal di kota pelabuhan-pelabuhan di Indonesia guna menunggu musim
yang baik. Mereka pun melakukan interaksi dengan penduduk setempat di luar hubungan
dagang. Masuknya pengaruh budaya dan agama Hindu-Budha di Indonesia dapat dibedakan atas
3 periode sebagai berikut.
1. Periode Awal (Abad V-XI M)
Pada periode ini, unsur Hindu-Budha lebih kuat dan lebih terasa serta menonjol sedang unsur/
ciri-ciri kebudayaan Indonesia terdesak. Terlihat dengan banyak ditemukannya patung-patung
dewa Brahma, Wisnu, Siwa, dan Budha di kerajaan-kerajaan seperti Kutai, Tarumanegara dan
Mataram Kuno.
2. Periode Tengah (Abad XI-XVI M)
Pada periode ini unsur Hindu-Budha dan Indonesia berimbang. Hal tersebut disebabkan karena
unsur Hindu-Budha melemah sedangkan unsur Indonesia kembali menonjol sehingga
keberadaan ini menyebabkan munculnya sinkretisme (perpaduan dua atau lebih aliran). Hal ini
terlihat pada peninggalan zaman kerajaaan Jawa Timur seperti Singasari, Kediri, dan Majapahit.
Di Jawa Timur lahir aliran Tantrayana yaitu suatu aliran religi yang merupakan sinkretisme
antara kepercayaan Indonesia asli dengan agama Hindu-Budha.
Raja bukan sekedar pemimpin tetapi merupakan keturunan para dewa. Candi bukan hanya rumah
dewa tetapi juga makam leluhur.
3. Periode Akhir (Abad XVI-sekarang)
Pada periode ini, unsur Indonesia lebih kuat dibandingkan dengan periode sebelumnya,
sedangkan unsur Hindu-Budha semakin surut karena perkembangan politik ekonomi di India. Di
Bali kita dapat melihat bahwa Candi yang menjadi pura tidak hanya untuk memuja dewa. Roh
nenek moyang dalam bentuk Meru Sang Hyang Widhi Wasa dalam agama Hindu sebagai
manifestasi Ketuhanan Yang Maha Esa. Upacara Ngaben sebagai objek pariwisata dan sastra
lebih banyak yang berasal dari Bali bukan lagi dari India.
AKULTURASI
Masuknya budaya Hindu-Budha di Indonesia menyebabkan munculnya Akulturasi. Akulturasi
merupakan perpaduan 2 budaya dimana kedua unsur kebudayaan bertemu dapat hidup
berdampingan dan saling mengisi serta tidak menghilangkan unsur-unsur asli dari kedua
kebudayaan tersebut. Kebudayaan Hindu-Budha yang masuk di Indonesia tidak diterima begitu
saja melainkan melalui proses pengolahan dan penyesuaian dengan kondisi kehidupan
masyarakat Indonesia tanpa menghilangkan unsur-unsur asli. Hal ini disebabkan karena:
1.
Masyarakat Indonesia telah memiliki dasar-dasar kebudayaan yang cukup tinggi sehingga
masuknya kebudayaan asing ke Indonesia menambah perbendaharaan kebudayaan Indonesia.
2.
Kecakapan istimewa yang dimiliki bangsa Indonesia atau local genius merupakan
kecakapan suatu bangsa untuk menerima unsur-unsur kebudayaan asing dan mengolah unsurunsur tersebut sesuai dengan kepribadian bangsa Indonesia.
Pengaruh kebudayaan Hindu hanya bersifat melengkapi kebudayaan yang telah ada di Indonesia.
Perpaduan budaya Hindu-Budha melahirkan akulturasi yang masih terpelihara sampai sekarang.
Akulturasi tersebut merupakan hasil dari proses pengolahan kebudayaan asing sesuai dengan
kebudayaan Indonesia. Hasil akulturasi tersebut tampak pada.
1. Bidang Sosial
Setelah masuknya agama Hindu terjadi perubahan dalam tatanan sosial masyarakat Indonesia.
Hal ini tampak dengan dikenalnya pembagian masyarakat atas kasta.
2. Ekonomi
Dalam ekonomi tidak begitu besar pengaruhnya pada masyarakat Indonesia. Hal ini disebabkan
karena masyarakat telah mengenal pelayaran dan perdagangan jauh sebelum masuknya pengaruh
Hindu-Budha di Indonesia.
3. Sistem Pemerintahan
Sebelum masuknya Hindu-Budha di Indonesia dikenal sistem pemerintahan oleh kepala suku
yang dipilih karena memiliki kelebihan tertentu jika dibandingkan anggota kelompok lainnya.
Ketika pengaruh Hindu-Budha masuk maka berdiri Kerajaan yang dipimpin oleh seorang raja
yang berkuasa secara turun-temurun. Raja dianggap sebagai keturuanan dari dewa yang memiliki
kekuatan, dihormati, dan dipuja. Sehingga memperkuat kedudukannya untuk memerintah
wilayah kerajaan secara turun temurun. Serta meninggalkan sistem pemerintahan kepala suku.
4. Bidang Pendidikan
Masuknya Hindu-Budha juga mempengaruhi kehidupan masyarakat Indonesia dalam bidang
pendidikan. Sebab sebelumnya masyarakat Indonesia belum mengenal tulisan. Namun dengan
masuknya Hindu-Budha, sebagian masyarakat Indonesia mulai mengenal budaya baca dan tulis.
Bukti pengaruh dalam pendidikan di Indonesia yaitu :
Dengan digunakannya bahasa Sansekerta dan Huruf Pallawa dalam kehidupan sebagian
masyarakat Indonesia. Bahasa tersebut terutama digunakan di kalangan pendeta dan bangsawan
kerajaan. Telah mulai digunakan bahasa Kawi, bahasa Jawa Kuno, dan bahasa Bali Kuno yang
merupakan turunan dari bahasa Sansekerta.
Telah dikenal juga sistem pendidikan berasrama (ashram) dan didirikan sekolah-sekolah
khusus untuk mempelajari agama Hindu-Budha. Sistem pendidikan tersebut kemudian diadaptasi
dan dikembangkan sebagai sistem pendidikan yang banyak diterapkan di berbagai kerajaan di
Indonesia.
Bukti lain tampak dengan lahirnya banyak karya sastra bermutu tinggi yang merupakan
interpretasi kisah-kisah dalam budaya Hindu-Budha. Contoh :
Empu Sedah dan Panuluh dengan karyanya Bharatayudha
Empu Kanwa dengan karyanya Arjuna Wiwaha
Empu Dharmaja dengan karyanya Smaradhana
Empu Prapanca dengan karyanya Negarakertagama
Empu Tantular dengan karyanya Sutasoma.
Pengaruh Hindu Budha nampak pula pada berkembangnya ajaran budi pekerti berlandaskan
ajaran agama Hindu-Budha. Pendidikan tersebut menekankan kasih sayang, kedamaian dan
sikap saling menghargai sesama manusia mulai dikenal dan diamalkan oleh sebagian masyarakat
Indonesia saat ini.
Para pendeta awalnya datang ke Indonesia untuk memberikan pendidikan dan pengajaran
mengenai agama Hindu kepada rakyat Indonesia. Mereka datang karena berawal dari hubungan
dagang. Para pendeta tersebut kemudian mendirikan tempat-tempat pendidikan yang dikenal
dengan pasraman. Di tempat inilah rakyat mendapat pengajaran. Karena pendidikan tersebut
maka muncul tokoh-tokoh masyarakat Hindu yang memiliki pengetahuan lebih dan
Bab 3
Penutup
3.1 Kesimpulan
Sperti kita ketahui akulturasi merupakan suatu perpaduan dua kebudayaan yang berbeda yang
langsung bertemu secara damai dan serasi. Unsur kebudayaan yang bertemu tersebut hidup
berdampingan dan saling mengisi satu sama lain tetapi tidak sedikitpun menghilangkan unsurunsur kebudayaan asli yang telah lebih dahulu ada.
Sebelum masuknya kebidayaan Hindu Budha di Indonesia, kebudayaan asli Indonesia telah
tumbuh dan berkembang dengan pesat. Masuknya pengaruh Hindu Budha tersebut kemudian
memberikan dampak dan pengaruh tersendiri terhadap perkembangan budaya yang ada. Unsurunsur kebudayaan Hindu Buhda tersebut kemudian diserap dan disesuaikan dengan kebudayaan
http://wahyu97-blog.blogspot.com/2014/01/makalah-tentang-akultrasi-budayahindu.html
http://www.slideshare.net/wiwwin27/akulturasi-kebudayaan-asli-hindhu-buddhadan-islam-di-indonesia-sejarah
Kesimpulan :
Interaksi antara budaya Nusantara dengan budaya dominanHindu-Buddha saat it,
menunjukkan budaya Indonesia bukanlah penerima yang pasif, melainkan aktif.
Proses tersebut dinamakan proses akulturasi budaya. bangsa Indonesia juga
melahirkan modifikasi local genius, yaitu semacam kritik dan mempertanyakan
budaya yang lama sambil memperbarui dan memperkuatnya sehingga mampu
menghasilkan peradapan tinggi
Popular presentations
See more popular or the latest prezis
https://prezi.com/kogvg5aijzui/akulturasi-kebudayaan-nusantara-dan-hindubuddha/
Pengertian Akulturasi:
Banyak para ahli yang memberikan definisi tentang akulturasi, antara lain menurut pendapat
Harsoyo.
Akulturasi adalah fenomena yang timbul sebagai hasil jika kelompok-kelompok manusia yang
mempunyai kebudayaan yang berbeda-beda bertemu dan mengadakan kontak secara langsung
dan terus-menerus; yang kemudian menimbulkan perubahan dalam pola kebudayaan yang
original dari salah satu kelompok atau kedua-duanya (Harsoyo).
Dari definisi di atas, maka dapat disimpulkan bahwa akulturasi sama dengan kontak budaya
yaitu bertemunya dua kebudayaan yang berbeda melebur menjadi satu menghasilkan
kebudayaan baru tetapi tidak menghilangkan kepribadian/sifat kebudayaan aslinya.
Dengan adanya kontak dagang antara Indonesia dengan India, maka mengakibatkan adanya
kontak budaya atau akulturasi yang menghasilkan bentuk-bentuk kebudayaan baru tetapi tidak
melenyapkan kepribadian kebudayaan sendiri.
Hal ini berarti kebudayaan Hindu Budha yang masuk ke Indonesia tidak diterima seperti apa
adanya, tetapi diolah, ditelaah dan disesuaikan dengan budaya yang dimiliki penduduk
Indonesia, sehingga budaya tersebut berpadu dengan kebudayaan asli Indonesia menjadi bentuk
akulturasi kebudayaan Indonesia Hindu Budha.
Wujud akulturasi tersebut dapat diamati pada uraian materi unsur-unsur budaya berikut ini:
1. Bahasa
Wujud akulturasi dalam bidang bahasa, dapat dilihat dari adanya penggunaan bahasa sansekerta
yang dapat ditemukan sampai sekarang dimana bahasa Sansekerta tersebut memperkaya
perbendaharaan bahasa Indonesia.
Penggunaan bahasa Sansekerta pada awalnya banyak ditemukan pada prasasti (batu bertulis)
peninggalan kerajaan Hindu Budha pada abad 5 7 M,
Contohnya: prasasti Yupa dari Kutai, prasasti peninggalan Kerajaan Tarumanegara. Tetapi
untuk perkembangan selanjutnya bahasa Sansekerta di gantikan oleh bahasa Melayu Kuno
seperti yang ditemukan pada prasasti peninggalan kerajaan Sriwijaya 7 13 M.
Sedangkan untuk aksara, dapat dibuktikan dengan adanya penggunaan huruf Pallawa,tetapi
kemudian huruf Pallawa tersebut juga berkembang menjadi huruf Jawa Kuno (kawi) dan huruf
(aksara) Bali dan Bugis. Hal ini dapat dibuktikan melalui Prasasti Dinoyo (Malang) yang
menggunakan huruf Jawa Kuno.
2. Religi/Kepercayaan
Sistem kepercayaan yang berkembang di Indonesia sebelum agama Hindu-Budha masuk ke
Indonesia adalah kepercayaan yang berdasarkan pada Animisme dan Dinamisme.
Dengan masuknya agama Hindu Budha ke Indonesia, maka masyarakat Indonesia mulai
menganut/mempercayai agama-agama tersebut.
Tetapi agama Hindu dan Budha yang berkembang di Indonesia sudah mengalami perpaduan
dengan kepercayaan Animisme dan Dinamisme, atau dengan kata lainmengalami Sinkritisme.
Sinkritisme adalah bagian dari proses akulturasi, yang berarti perpaduan dua kepercayaan yang
berbeda menjadi satu.
Untuk itu agama Hindu dan Budha yang berkembang di Indonesia, berbeda dengan agama Hindu
Budha yang dianut oleh masyarakat India. Perbedaaan-perbedaan tersebut misalnya dapat
dilihat dalam upacara ritual yang diadakan oleh umat Hindu atau Budha yang ada di Indonesia.
Contohnya, upacara Nyepi yang dilaksanakan oleh umat Hindu Bali, upacara tersebut tidak
dilaksanakan oleh umat Hindu di India.
Kasta-kasta tersebut juga berlaku atau dipercayai oleh umat Hindu Indonesia tetapi tidak sama
persis dengan kasta-kasta yang ada di India karena kasta India benar-benar diterapkan dalam
seluruh aspek kehidupan, sedangkan di Indonesia tidak demikian,karena di Indonesia kasta
hanya diterapkan untuk upacara keagamaan.
4. Sistem Pengetahuan
Wujud akulturasi dalam bidang pengetahuan, salah satunya yaitu perhitungan waktu berdasarkan
kalender tahun saka, tahun dalam kepercayaan Hindu.
Menurut perhitungan satu tahun Saka sama dengan 365 hari dan perbedaan tahun saka dengan
tahun masehi adalah 78 tahun sebagai contoh misalnya tahun saka 654,maka tahun masehinya
654 + 78 = 732 M
Di samping adanya pengetahuan tentang kalender Saka, juga ditemukan perhitungan tahun Saka
dengan menggunakan Candrasangkala.
Candrasangkala adalah susunan kalimat atau gambar yang dapat dibaca sebagai angka.
Candrasangkala banyak ditemukan dalam prasasti yang ditemukan di pulau Jawa, dan
menggunakan kalimat bahasa Jawa salah satu
Contohnya yaitu kalimat Sirna ilang kertaning bhumi apabila diartikan sirna = 0, ilang = 0,
kertaning = 4 dan bhumi = 1,maka kalimat tersebut diartikan dan belakang sama dengan tahun
1400 saka atau sama dengan 1478 M yang merupakan tahun runtuhnya Majapahit .
5. Peralatan Hidup dan Teknologi
Salah satu wujud akulturasi dari peralatan hidup dan teknologi terlihat dalam seni bangunan
Candi.
Seni bangunan Candi tersebut memang mengandung unsur budaya India tetapi keberadaan
candi-candi di Indonesia tidak sama dengan candi-candi yang ada di India,karena Indonesia
hanya mengambil unsur teknologi perbuatannya melalui dasar-dasar teoritis yang tercantum
dalam kitab Silpasastra yaitu sebuah kitab pegangan yang memuat berbagai petunjuk untuk
melaksanakan pembuatan arca dan bangunan.
Untuk itu dilihat dari bentuk dasar maupun fungsi candi tersebut terdapat perbedaan dimana
bentuk dasar bangunan candi di Indonesia adalah punden berundak-undak,yang merupakan salah
satu peninggalan kebudayaan Megalithikum yang berfungsi sebagai tempat pemujaan.
Sedangkan fungsi bangunan candi itu sendiri di Indonesia sesuai dengan asal kata candi tersebut.
Perkataan candi berasal dari kata Candika yang merupakan salah satu nama dewi Durga atau
dewi maut, sehingga candi merupakan bangunan untuk memuliakan orang yang telah wafat
khususnya raja-raja dan orang-orang terkemuka.
Di samping itu juga dalam bahasa kawi candi berasal dari kata Cinandi artinya yang dikuburkan.
Untuk itu yang dikuburkan didalam candi bukanlah mayat atau abu jenazah melainkan berbagai
macam benda yang menyangkut lambang jasmaniah raja yangdisebut dengan Pripih.
Dengan demikian fungsi candi Hindu di Indonesia adalah untuk pemujaan terhadap roh nenek
moyang atau dihubungkan dengan raja yang sudah meninggal. Hal ini terlihat dari adanya
lambang jasmaniah raja sedangkan fungsi candi di India adalah untuk tempat pemujaan terhadap
dewa, contohnya seperti candi-candi yang terdapat di kota Benares merupakan tempat pemujaan
terhadap dewa Syiwa.
6. Kesenian
Wujud akulturasi dalam bidang kesenian terlihat dari seni rupa, seni sastra dan seni pertunjukan .
Dalam seni rupa contoh wujud akulturasinya dapat dilihat dari relief dinding candi (gambar
timbul), gambar timbul pada candi tersebut banyak menggambarkan suatu kisah/cerita yang
berhubungan dengan ajaran agama Hindu ataupun Budha.
Contoh dapat Anda amati gambar 1.4.
Gambar 1.4 adalah relief dari candi Borobudur yang menggambarkan Budha sedang digoda oleh
Mara yang menari-nari diiringi gendang, hal ini menunjukkan bahwa relief tersebut mengambil
kisah dalam riwayat hidup Sang Budha seperti yang terdapat dalam kitab Lalitawistara.
Demikian pula di candi-candi Hindu, relief yang juga mengambil kisah yang terdapat dalam
kepercayaan Hindu seperti kisah Ramayana. Yang digambarkan melalui relief candi Prambanan
ataupun candi Panataran.
Dari relief-relief tersebut apabila diamati lebih lanjut, ternyata Indonesia juga mengambil kisah
asli ceritera tersebut, tetapi suasana kehidupan yang digambarkan oleh relief tersebut adalah
suasana kehidupan asli keadaan alam ataupun masyarakat Indonesia.
Dengan demikian terbukti bahwa Indonesia tidak menerima begitu saja budaya India, tetapi
selalu berusaha menyesuaikan dengan keadaan dan suasana di Indonesia.
Untuk wujud akulturasi dalam seni sastra dapat dibuktikan dengan adanya suatu ceritera/kisah
yang berkembang di Indonesia yang bersumber dari
Kedua kitab tersebut merupakan kitab kepercayaan umat Hindu. Tetapi setelah berkembang di
Indonesia tidak sama proses seperti aslinya dari India karena sudah disadur kembali oleh
pujangga-pujangga Indonesia, ke dalam bahasa Jawa kuno. Dan,tokoh-tokoh cerita dalam kisah
tersebut ditambah dengan hadirnya tokoh punokawan seperti Semar, Bagong, Petruk dan Gareng.
Bahkan dalam kisah Bharatayuda yang disadur dari kitab Mahabarata tidak menceritakan perang
antar Pendawa dan Kurawa,melainkan menceritakan kemenangan Jayabaya dari Kediri melawan
Jenggala.
Di samping itu juga, kisah Ramayana maupun Mahabarata diambil sebagai suatu ceritera dalam
seni pertunjukan di Indonesia yaitu salah satunya pertunjukan Wayang.
Seni pertunjukan wayang merupakan salah satu kebudayaan asli Indonesia sejak zaman
prasejarah dan pertunjukan wayang tersebut sangat digemari terutama oleh masyarakat Jawa.
Untuk itu wujud akulturasi dalam pertunjukan wayang tersebut terlihat dari pengambilan lakon
ceritera dari kisah Ramayana maupun Mahabarata yang berasal dari budaya India, tetapi tidak
sama persis dengan aslinya karena sudah mengalami perubahan.
Perubahan tersebut antara lain terletak dari karakter atau perilaku tokoh-tokoh ceritera misalnya
dalam kisah Mahabarata keberadaan tokoh Durna, dalam cerita aslinya Dorna adalah seorang
maha guru bagi Pendawa dan Kurawa dan berperilaku baik, tetapi dalam lakon di Indonesia
Dorna adalah tokoh yang berperangai buruk suka menghasut.
Demikian penjelasan tentang wujud akulturasi dalam bidang kesenian. Dan yang perlu dipahami
dari seluruh uraian tentang wujud akulturasi tersebut bahwa unsur budaya India tidak pernah
menjadi unsur budaya yang dominan dalam kerangka budaya Indonesia, karena dalam proses
akulturasi tersebut, Indonesia selalu bertindak selektif.
Untuk memudahkan Anda dalam memahami uraian materi wujud akulturasi Kebudayaan
Indonesia dengan Kebudayaan India, maka simaklah ikhtisar dari wujud akulturisasi tersebut
seperti pada tabel 1.3 berikut ini.
Tabel 1.3. Ikhtisar wujud kulturasi kebudayaan Indonesia dengan
https://togapardede.wordpress.com/2013/02/20/wujud-akulturasi-kebudayaanhindu-budha-dengan-kebudayaan-indonesia/
kebudayaan lama yang telah mereka peroleh dari nenek moyang. Harus
ada suatu kecakapan lokal dari masyarakat untuk memerima budaya baru
dan kemudian mengolahnya dan disesuaikan dengan budaya lama,
kecakapan lokal itu dapat disebut dengan local genius. yaitu kecakapan
suatu bangsa untuk menerima unsur-unsur kebudayaan asing dan
mengolahnya sesuai dengan kepribadian bangsa Indonesia.. Fakta
tentang Proses Interaksi Masyarakat Indonesia sebagai daerah yang dilalui
jalur perdagangan memungkinkan bagi para pedagang India untuk
sungguh tinggal di kota pelabuhan-pelabuhan di Indonesia guna menunggu
musim yang baik. Mereka pun melakukan interaksi dengan penduduk
setempat di luar hubungan dagang. Masuknya pengaruh budaya dan
agama Hindu-Budha di Indonesia dapat dibedakan atas 3 periode sebagai
berikut;
1.
Periode Awal (Abad V-XI M)
Pada periode ini, unsur Hindu-Budha lebih kuat dan lebih terasa serta
menonjol sedang unsur/ ciri-ciri kebudayaan Indonesia terdesak. Terlihat
dengan banyak ditemukannya patung-patung dewa Brahma, Wisnu, Siwa,
dan Budha di kerajaan-kerajaan seperti Kutai, Tarumanegara dan
Mataram Kuno.
2.
Periode Tengah (Abad XI-XVI M)
Pada periode ini unsur Hindu-Budha dan Indonesia berimbang. Hal
tersebut disebabkan karena unsur Hindu-Budha melemah sedangkan unsur
Indonesia kembali menonjol sehingga keberadaan ini menyebabkan
munculnya sinkretisme (perpaduan dua atau lebih aliran). Hal ini terlihat
pada peninggalan zaman kerajaaan Jawa Timur seperti Singasari, Kediri,
dan Majapahit. Di Jawa Timur lahir aliran Tantrayana yaitu suatu aliran
religi yang merupakan sinkretisme antara kepercayaan Indonesia asli
dengan agama Hindu-Budha.
Raja bukan sekedar pemimpin tetapi merupakan keturunan para dewa.
Candi bukan hanya rumah dewa tetapi juga makam leluhur.
3.
Periode Akhir (Abad XVI-sekarang)
Pada periode ini, unsur Indonesia lebih kuat dibandingkan dengan periode
sebelumnya, sedangkan unsur Hindu-Budha semakin surut karena
perkembangan politik ekonomi di India. Di Bali kita dapat melihat bahwa
Candi yang menjadi pura tidak hanya untuk memuja dewa. Roh nenek
moyang dalam bentuk Meru Sang Hyang Widhi Wasa dalam agama Hindu
sebagai manifestasi Ketuhanan Yang Maha Esa. Upacara Ngaben sebagai
objek pariwisata dan sastra lebih banyak yang berasal dari Bali bukan lagi
dari India.
2.Sistem Pemerintahan
Pada masa sebelum masuknya Hindu-Budha masyarakat Nusantara
mengenal sistem pemerintahan yang dipimpin oleh kepala suku dan juga
keturunannya. Kepala suku dipilih masyarakat atas kemampuannya dalam
berbagai hal misalnya kemampuan untuk mengalahkan musuh ataupun
juga dalam berburu hewan.Namun setelah masuknya pengaruh HinduBudha kemudian sistem pemerintahan berubah namun masih juga memiliki
unsur budaya lokal, perubahan ini menjadi seorang raja yang memimpin
sebuah wilayah atau negara. Perkembangan itu menyesuaikan dengan
yang ada di India karena India merupakan daerah awal dimana HinduBudha tumbuh.Contohnya ialah nama Raja Kutai yang pertama pada saat
itu adalah Kudungga yang merupakan nama orang asli penduduk pribumi
pada masa itu, Kudungga merupakan seorang kepala suku. Namun
setelah itu nama anak dari Kudungga yaitu Aswawarman merupakan nama
yang sudah mendapat pengaruh India. Selain pemerintahan juga
mendapat pengaruh dari India yang dari kesukuan menjadi sebuah
kerajaan.
3.Kesenian
Di dalam kesenian ini akulturasi sangat terlihat jelas seperti contohnya
pada seni rupa atapun patung dan juga relief yang ada di Nusantara dulu
sepeti pada relief di Candi Borobudur yang menceritakan tentang
bagaimana perjalanan Sang Budha Gautama. Bentuk akulturasi dari
kebudayaan ini dapat dilihat dari relief yang menggambarkan tentang
keadaan alam dan geografis dari wilayah Nusantara sendiri di masa lalu
seperti adanya hiasan burung merpati ataupun juga hiasan tentang gambar
dari perahu bercadik yang tidak kita temukan di India.
Dalam seni sastra akulturasi nampak jelas seperti pada Sastra Jawa yang
mengalami proses akulturasi dengan kebudayaan India. Proses ini terjadi
dengan penyerapan unsur-unsur kebudayaan India terlihat dari prasasti
yang menggunakan huruf Pallawa dan Bahasa Sansekerta. Namun seiring
dengan bentuk akulturasinya dengan budaya lokal kemudian dari huruf
Pallawa dan Bahasa Sansekerta ini dikembangkan ke dalam Bahasa Jawa
Kuna ataupun bahasa yang lainnya yang masih dalam satu konteks
bahasa.
4.Sistem Penanggalan
Kalender atau sistem penanggalan yang ada di Nusantara yaitu yang
menggunakan tahun Saka merupakan sistem penanggalan yang mendapat
pengaruh dari budaya yang ada di India.Tidak diketahui pasti kapan nenek
moyang mengenal sistem pertanggalan dengan tahun saka ini. Namun
diduga orang India mengenalkan unsur-unsur kebudayaan tentang
pertanggalan ini sejak menjelang abad ke 5 M yang kemudian di terapkan
dalam kehidupan sehari-hari. Ini dapat dilihat Prasasti Tugu yang
dikeluarkan Raja Purnawarman dari Tarumanegara yang menyebutkan
bangsa Indonesia memiliki apa yang disebut dengan istilah Local Genius,
yaitu kecakapan suatu bangsa untuk menerima unsur-unsur kebudayaan
asing dan mengolahnya sesuai dengan kepribadian bangsa Indonesia.
Seni Bangunan Munculnya budaya Hindu-Buddha (India) di Indonesia
sangat besar pengaruhnya terhadap seni bangunan, terutama pada
bangunan candi. Candi Hindu dan Buddha yang ditemukan di Indonesia
pada dasarnya merupakan wujud akulturasi. Dasar bangunan candi itu
merupakan hasil pembangunan bangsa Indonesia dari zaman Megalitikum,
yaitu dari bangunan punden berundak-undak. Punden berundak-undak ini
mendapat pengaruh Hindu-Buddha, sehingga menjadi wujud sebuah candi.
Seni Rupa/ Seni Lukis Unsur seni rupa atau seni lukis India telah masuk ke
Indonesia. Hal ini terbukti dengan ditemukannya patung Budhha
berlanggam Gandara di kota Bangun, Kutai. Juga patung Buddha
berlanggam Amarawati ditemukan di Sikadeng (Sulawesi Selatan). Pada
Candi Borobudurtampak adanya seni rupa India, dengan ditemukannya
relief-relief ceritasang Buddha Gautama. Relief pada Candi Borobudur
umumnya menunjukkan suasana alam Indonesia, terlihat dengan adanya
lukisan rumah panggung dan hiasan burung merpati. Di samping itu,
terdapat hiasan perahu bercadik. Lukisan tersebut merupakan lukisan asli
Indonesia dan tidak pernah ditemukan pada candi-candi yang terdapat di
India. Juga relief pada candi Prambanan yang memuat cerita Ramayana.
Seni Sastra Seni sastra India turut memberi corak dalam seni sastra
Indonesia. Bahasa Saskreta sangat besar pengaruhnya terhadap
perkembangan sastra Indonesia. Prsasti-prasasti awal menunjukkan
pengaruh Hindu-Buddha di Indonesia, seperti yang ditemukan di
Kalimantan Timur, Sriwijaya, Jawa Barat, dan Jawa Tengah. Prasasti itu
ditulis dengan bahasa Sanskreta sangat dominan terutama dalamistilahistilah pemerintahan. Juga kitab-kitab kuno di Indonesia banyak yang
mempergunakan bahasa Sanskreta. Kalender Wujud akulturasi
kebudayaan Hindu ke dalam kehidupan masyarakat Indonesia adalah
dengan diadopsinya sistem kalender atau penanggalan India. Sistem
kalender yang menggunakan tahun saka telah dipakai dalam sistem
penanggalan. Disamping itu, ditemukan Candra Sangkala (kronogram)
dalam usaha memperingati peristiwa sengan tahun atau kalender saka.
Kepercayaan Filsafat Sebelum masuknya pengaruh Hindu-Buddha ke
Indonesia, bangsa Indonesia telah mengenal dan memiliki kepercayaan,
yaitu pemujaan terhadap roh nenek moyang. Kepercayaan itu bersifat
animisme dan dinamisme. Kemudian, mengakibatkan terjadinya akulturasi.
Masuk dan berkembangnya pengaruh Hindu-Buddha ke Indonesia
mengakibatkan terjadinya percampuran antara kedua kepercayaan itu,
namun tidak meninggalkan kepercayaan asli Indonesia, terutama dilihat
dari segi pemujaan terhadap roh nenek moyang dan pemujaan terhadap
MAKALAH
Kata Pengantar
Segala puji bagi Tuhan YME karena dengan rahmat dan perkenaannya kami
dapat menyelesaikan penyusunan makalah yang berjudul : Akulturasi kebudayaan
indonesia asli dengan hindu-buddha.
Penyusunan makalah ini dengan maksud untuk menjelaskan tentang suatu
proses percampuran antara unsur unsur kebudayaan indonesia asli dengan
kebudayaan hindu-buddha sehingga membentuk kebudayaan baru.
Adapun penjabaran makalah ini mengacu pada konsep kpnsep sejarah dan
ditekankan pada hal hal berikut ini:
1. Pengertian dari akulturasi kebudaya indonesia asli dengan kebudayaan hindubuddha
2. Contoh contoh hasil akulturasi kebudayaan indonesia asli dengan hindu-buddha.
Kami berharap makalah ini dapat bermanfaat bagi semua pihak. Dan kami
menyadari bahwa makalah ini tidak luput dari kekurangan,oleh karena itu,segala
kritik dan saran yang kami terima akan kami jadikan masukan yang berharga untuk
perbaikan makalah ini.
Purworejo, 18 Januari 2014
Penyusun
DAFTAR ISI
Halaman
HALAMAN JUDUL...........................................................................
KATA PENGANTAR..........................................................................
ii
DAFTAR ISI.......................................................................................
iii
BAB I
PENDAHULUAN...............................................................
A. Latar Belakang....................................................................................
B. Tujuan
........................................................................................2
10
A. Kesimpulan ........................................................................................
10
BAB I
PENDAHULUAN
A.
Latar Belakang
B.
Tujuan
Tujuan diadakannya pembuatan makalah ini:
1) Mengetahui apa makna akulturasi kebudayaan.
2) Mengetahui proses akulturasi.
3) Mengetahui bentuk-bentuk peninggalan atau hasil akulturasi budaya Indonesia
dengan hindu budha.
BAB II
PEMBAHASAN
Akulturasi Kebudayaan Indonesia Asli dan Hindu-Buddha
A. AKULTURASI BUDAYA
Dalam bahasa Inggris kebudayaan disebut culture yang berasal dari
kata Latin Colere yaitu mengolah atau mengerjakan. Kata culture juga kadang
diterjemahkan sebagai "kultur" dalam bahasa Indonesia.
Akulturasi adalah bertemunya dua kebudayaan yang berbeda dan melebur
menjadi satu yang menghasilkan kebudayaan baru tetapi tidak menghilangkan sifat
kebudayaan aslinya. Kebudayaan baru hasil akulturasi tersebut masing-masing
tidak kehilangan kepribadian atau ciri khasnya. Oleh karena itu, untuk dapat
berakulturasi, masing-masing kebudayaan harus seimbang.
Sedangkan Budaya berasal dari bahasa Sanskerta yaitu buddhayah, yang
merupakan bentuk jamak dari buddhi (budi atau akal) diartikan sebagai hal-hal
yang berkaitan dengan budi dan akal manusia. Budaya adalah suatu cara hidup
yang berkembang dan dimiliki bersama oleh sebuah kelompok orang dan
diwariskan dari generasi ke generasi. Budaya terbentuk dari banyak unsur yang
rumit, meliputi dalam bidang sistem agama dan politik, adat istiadat, bahasa,
perkakas, pakaian, bangunan, dan karya seni.
Jauh sebelum masuknya kebudayaan Hindu, masyarakat Indonesia telah
memiliki kebudayaan yang cukup maju. Unsur-unsur kebudayaan asli Indonesia
telah tumbuh dan berkembang dalam kehidupan masyarakat Indonesia. Masuknya
pengaruh Hindu-Buddha ke Indonesia telah membawa perubahan dalam berbagai
aspek kehidupan masyarakat Indonesia. Kebudayaan Hindu-Buddha yang masuk
ke Indonesia tidak diterima begitu saja. Kebudayaan Hindu Budha yang masuk
ke Indonesia tidak diterima seperti apa adanya, tetapi diolah, ditelaah dan
disesuaikan dengan budaya yang dimiliki penduduk Indonesia, sehingga budaya
tersebut berpadu dengan kebudayaan asli Indonesia menjadi bentuk akulturasi
kebudayaan Indonesia Hindu Budha.
Hal ini disebabkan, pertama, masyarakat Indonesia memiliki dasar-dasar
kebudayaan yang cukup tinggi sehingga masuknya kebudayaan asing ke Indonesia
menambah perbendaharaan kebudayaan Indonesia. Kedua, bangsa Indonesia
memiliki apa yang disebut dengan istilah Local Genius, yaitu kecakapan suatu
3.
1.
ada
Discovery: penemuan ide atau alat baru yang sebelumnya belum pernah
2.
Raja di Indonesia ada yang dipuja sebagai dewa atau dianggap keturunan dewa
yang keramat, sehingga rakyat sangat memuja Raja tersebut, hal ini dapat
dibuktikan dengan adanya raja-raja yang memerintah di Singosari seperti
Kertanegara diwujudkan sebagai Bairawa dan R Wijaya Raja Majapahit
diwujudkan sebagai Harhari (dewa Syiwa dan Wisnu jadi satu).
Pemerintahan Raja di Indonesia ada yang bersifat mutlak dan turun-temurun
seperti di India dan ada juga yang menerapkan prinsip musyawarah yang
merupakan kebudayaan asli Indonesia. Prinsip musyawarah diterapkan terutama
apabila raja tidak mempunyai putra mahkota yaitu seperti yang terjadi di kerajaan
Majapahit, pada waktu pengangkatan Wikramawardana.
4. SISTEM KEMASYARAKATAN
Wujud akulturasi di samping terlihat dalam sistem pemerintahan juga terlihat
dalam sistem kemasyarakatan, yaitu pembagian lapisan masyarakat berdasarkan
sistem kasta.
Sistem kasta menurut kepercayaan Hindu terdiri dari kasta Brahmana (golongan
Pendeta), kasta Ksatria (golongan Prajurit, Bangsawan), kasta Waisya (golongan
pedagang) dan kasta Sudra (golongan rakyat jelata).
Kasta-kasta tersebut juga berlaku atau dipercayai oleh umat Hindu Indonesia
tetapi tidak sama persis dengan kasta-kasta yang ada di India karena kasta India
benar-benar diterapkan dalam seluruh aspek kehidupan, sedangkan di Indonesia
tidak demikian, karena di Indonesia kasta hanya diterapkan untuk upacara
keagamaan.
5. EKONOMI
Dalam bidang ekonomi, tidak begitu besar pengaruhnya dan tidak begitu
banyak terjadi perubahan, karena masyarakat Indonesia telah mengenal aktivitas
perekonomian melalui pelayaran dan perdagangan jauh sebelum masuknya
pengaruh Hindu-Buddha. Namun, datangnya kebudayaan Hindu-Buddha membuat
masyarakat kuno Indonesia mulai mengenal Mata Uang / alat tukar.
6. PENGETAHUAN / TEKNOLOGI
Wujud akulturasi dalam bidang pengetahuan, salah satunya yaitu perhitungan
waktu berdasarkan kalender tahun saka, tahun dalam kepercayaan Hindu. Kalender
Saka merupakan kalender yang mengacu pada perputaran Bulan mengelilingi
Bumi untuk satu bulan. Kata Saka merupakan nama sebuah suku di India.
Menurut perhitungan satu tahun Saka sama dengan 365 hari dan perbedaan
tahun saka dengan tahun masehi adalah 78 tahun sebagai contoh misalnya tahun
saka 654, maka tahun masehinya 654 + 78 = 732 M. Dimasa Majapahit Kalender
Saka sudah menjadi Kalender Kerajaan.
Di samping adanya pengetahuan tentang kalender Saka, juga ditemukan
perhitungan tahun Saka dengan menggunakan Candrasangkala. Candrasangkala
adalah susunan kalimat atau gambar yang dapat dibaca sebagai angka.
BAB III
PENUTUP
A. Kesimpulan
1. Akulturasi adalah bertemunya dua kebudayaan yang berbeda dan melebur
menjadi satu yang menghasilkan kebudayaan baru tetapi tidak menghilangkan sifat
kebudayaan aslinya.
usaha memperingati peristiwa dengan tahun atau kalender Saka. Candra Sangkala
adala angka huruf berupa susunan kalimat atau gambar kata. Contoh tahun Candra
Sangkala adalah "Sirna Ilang Kertaning Bumi" sama dengan 1400 (tahun saka) dan
sama dengan 1478 Masehi.
Kepercayaan dan Filsafat
Masuk dan berkembangnya pengaruh Hindu-Budha tidak meninggalkan
kepercayaan asli bangsa Indonesia, terutama terlihat dari segi pemujaan terhadap
roh nenek moyang dan pemujaan terhadap dewa-dewa alam.
Pemerintahan
Setelah masuknya pengaruh Hindu-Budha, tata pemerintahan disesuaikan dengan
sistem kepala pemerintahan yang berkembang di India. Seorang kepala
pemerintahan bukan lagi seorang kepala suku, melainkan seorang raja, yang
memerintah wilayah kerajaannya secara turun temurun.
Desakan Budaya
Desakan suatu budaya pada budaya lain disebut dominasi. Contohnya masyarakat
Betawi, Aborigin dan Irian.
http://serbasejarah.blogspot.com/2011/03/akulturasi-budaya-hindu-budha.html