Anda di halaman 1dari 59

Home IPS Akulturasi Kebudayaan Nusantara Dan Hindu Buddha

Akulturasi Kebudayaan Nusantara Dan


Hindu Buddha
bayu setiawan
Add Comment
IPS
Thursday, September 04, 2014
Akulturasi Kebudayaan Nusantara Dan Hindu Buddha

Akulturasi kebudayaan yaitu suatu proses percampuran antara unsur-unsur kebudayaan yang
satu dengan kebudayaan yang lain, sehingga membentuk kebudayaan baru. Kebudayaan baru
yang merupakan hasil percampuran itu masing-masing tidak kehilangan kepribadian/ciri
khasnya. Oleh karena itu, untuk dapat berakulturasi, masing-masing kebudayaan harus
seimbang. Begitu juga untuk kebudayaan Hindu-Buddha dari India dengan kebudayaan
Indonesia asli.
Contoh hasil akulturasi antara kebudayaan Hindu-Buddha dengan kebudayaan Indonesia asli
sebagai berikut.

1. Seni Bangunan
Bentuk-bentuk bangunan candi di Indonesia pada umumnya merupakan bentuk akulturasi
antara unsur-unsur budaya Hindu-Buddha dengan unsur budaya Indonesia asli. Bangunan yang
megah, patung-patung perwujudan dewa atau Buddha, serta bagian-bagian candi dan stupa
adalah unsur-unsur dari India. Bentuk candi-candi di Indonesia pada hakikatnya adalah punden
berundak yang merupakan unsur Indonesia asli. Candi Borobudur merupakan salah satu contoh
dari bentuk akulturasi tersebut.

2. Seni Rupa dan Seni Ukir


Masuknya pengaruh India juga membawa perkembangan dalam bidang seni rupa, seni
pahat, dan seni ukir. Hal ini dapat dilihat pada relief atau seni ukir yang dipahatkan pada bagian
dinding-dinding candi. Misalnya, relief yang dipahatkan pada dinding-dinding pagar langkan di
Candi Borobudur yang berupa pahatan riwayat Sang Buddha. Di sekitar Sang Buddha terdapat
lingkungan alam Indonesia seperti rumah panggung dan burung merpati. Pada relief kala makara
pada candi dibuat sangat indah. Hiasan relief kala makara, dasarnya adalah motif binatang dan
tumbuh-tumbuhan. Hal semacam ini sudah dikenal sejak masa sebelum Hindu. Binatangbinatang itu dipandang suci, maka sering diabadikan dengan cara di lukis.

3. Seni Sastra dan Aksara


Pengaruh India membawa perkembangan seni sastra di Indonesia. Seni sastra waktu itu ada
yang berbentuk prosa dan ada yang berbentuk tembang (puisi). Berdasarkan isinya,
kesusasteraan dapat dikelompokkan menjadi tiga, yaitu tutur (pitutur kitab keagamaan), kitab
hukum, dan wiracarita (kepahlawanan).Bentuk wiracarita ternyata sangat terkenal di Indonesia,
terutama kitab Ramayana dan Mahabarata. Kemudian timbul wiracarita hasil gubahan dari para
pujangga Indonesia. Misalnya, Baratayuda yang digubah oleh Mpu Sedah dan Mpu Panuluh.
Juga munculnya cerita-cerita Carangan.
Berkembangnya karya sastra terutama yang bersumber dari Mahabarata dan Ramayana,
melahirkan seni pertunjukan wayang kulit (wayang purwa). Pertunjukan wayang kulit di
Indonesia, khususnya di Jawa sudah begitu mendarah daging. Isi dan cerita pertunjukan wayang
banyak mengandung nilai-nilai yang bersifat edukatif (pendidikan). Cerita dalam pertunjukan
wayang berasal dari India, tetapi wayangnya asli dari Indonesia. Seni pahat dan ragam luas yang
ada pada wayang disesuaikan dengan seni di Indonesia.
Di samping bentuk dan ragam hias wayang, muncul pula tokoh-tokoh pewayangan yang
khas Indonesia. Misalnya tokoh-tokoh punakawan seperti Semar, Gareng, dan Petruk. Tokohtokoh ini tidak ditemukan di India. Perkembangan seni sastra yang sangat cepat didukung oleh
penggunaan huruf pallawa, misalnya dalam karya-karya sastra Jawa Kuno. Pada prasasti-prasasti
yang ditemukan terdapat unsur India dengan unsur budaya Indonesia. Misalnya, ada prasasti
dengan huruf Nagari (India) dan huruf Bali Kuno (Indonesia).

4. Sistem Kepercayaan
Sejak masa praaksara, orang-orang di Kepulauan Indonesia sudah mengenal simbolsimbol yang bermakna filosofis. Sebagai contoh, kalau ada orang meninggal, di dalam kuburnya
disertakan benda-benda. Di antara benda-benda itu ada lukisan seorang naik perahu, ini
memberikan makna bahwa orang yang sudah meninggal rohnya akan melanjutkan perjalanan ke
tempat tujuan yang membahagiakan yaitu alam baka. Masyarakat waktu itu sudah percaya
adanya kehidupan sesudah mati, yakni sebagai roh halus.Oleh karena itu, roh nenek moyang
dipuja oleh orang yang masih hidup (animisme).Setelah masuknya pengaruh India kepercayaan
terhadap roh halus tidak punah. Misalnya dapat dilihat pada fungsi candi. Fungsi candi atau kuil
di India adalah sebagai tempat pemujaan.
Di Indonesia, disamping sebagai tempat pemujaan, candi juga sebagai makam raja atau
untuk menyimpan abu jenazah raja yang telah meninggal. Itulah sebabnya peripih tempat
penyimpanan abu jenazah raja didirikan patung raja dalam bentuk mirip dewa yang dipujanya.
Ini jelas merupakan perpaduan antara fungsi candi di India dengan tradisi pemakaman dan
pemujaan roh nenek moyang di Indonesia. Bentuk bangunan lingga dan yoni juga merupakan
tempat pemujaan terutama bagi orang-orang Hindu penganut Syiwaisme. Lingga adalah lambang
Dewa Syiwa. Secara filosofis lingga dan
yoni adalah lambang kesuburan dan lambang kemakmuran. Lingga lambang laki-laki dan yoni
lambang perempuan.

5. Sistem Pemerintahan
Setelah datangnya pengaruh India di Kepulauan Indonesia, dikenal adanya sistem
pemerintahan secara sederhana. Pemerintahan yang dimaksud adalah semacam pemerintah di
suatu desa atau daerah tertentu. Rakyat mengangkat seorang pemimpin atau semacam kepala

suku. Orang yang dipilih sebagai pemimpin biasanya orang yang sudah tua (senior), arif, dapat
membimbing, memiliki kelebihan-kelebihan tertentu termasuk dalam bidang ekonomi,
berwibawa, serta memiliki semacam kekuatan gaib (kesaktian).
Setelah pengaruh India masuk, maka pemimpin tadi diubah menjadi raja dan wilayahnya
disebut kerajaan. Hal ini secara jelas terjadi di Kutai. Salah satu bukti akulturasi dalam bidang
pemerintahan, misalnya seorang raja harus berwibawa dan dipandang memiliki kekuatan gaib
seperti pada pemimpin masa sebelum Hindu-Buddha. Karena raja memiliki kekuatan gaib, maka
oleh rakyat raja dipandang dekat dengan dewa. Raja kemudian disembah, dan kalau sudah
meninggal, rohnya dipuja-puja.

http://www.seputarpendidikan.com/2014/09/akulturasi-kebudayaan-nusantaradan.html

Makalah tentang Akultrasi Budaya Hindu Buddha Di Indonesia Lengkap


Posted by : wahyu ramadan Rabu, 29 Januari 2014
BAB 1
PENDAHULUAN
Latar Belakang
Fakta tentang Proses Interaksi Masyarakat Indonesia sebagai daerah yang dilalui jalur
perdagangan memungkinkan bagi para pedagang India untuk sungguh tinggal di kota pelabuhanpelabuhan di Indonesia guna menunggu musim yang baik. Mereka pun melakukan interaksi
dengan penduduk setempat di luar hubungan dagang. Masuknya pengaruh budaya dan agama
Hindu-Budha di Indonesia dapat dibedakan atas 3 periode sebagai berikut.
1. Periode Awal (Abad V-XI M)
Pada periode ini, unsur Hindu-Budha lebih kuat dan lebih terasa serta menonjol sedang unsur/
ciri-ciri kebudayaan Indonesia terdesak. Terlihat dengan banyak ditemukannya patung-patung
dewa Brahma, Wisnu, Siwa, dan Budha di kerajaan-kerajaan seperti Kutai, Tarumanegara dan
Mataram Kuno.
2. Periode Tengah (Abad XI-XVI M)
Pada periode ini unsur Hindu-Budha dan Indonesia berimbang. Hal tersebut disebabkan karena
unsur Hindu-Budha melemah sedangkan unsur Indonesia kembali menonjol sehingga
keberadaan ini menyebabkan munculnya sinkretisme (perpaduan dua atau lebih aliran). Hal ini
terlihat pada peninggalan zaman kerajaaan Jawa Timur seperti Singasari, Kediri, dan Majapahit.
Di Jawa Timur lahir aliran Tantrayana yaitu suatu aliran religi yang merupakan sinkretisme
antara kepercayaan Indonesia asli dengan agama Hindu-Budha.
Raja bukan sekedar pemimpin tetapi merupakan keturunan para dewa. Candi bukan hanya rumah
dewa tetapi juga makam leluhur.
3. Periode Akhir (Abad XVI-sekarang)
Pada periode ini, unsur Indonesia lebih kuat dibandingkan dengan periode sebelumnya,
sedangkan unsur Hindu-Budha semakin surut karena perkembangan politik ekonomi di India. Di
Bali kita dapat melihat bahwa Candi yang menjadi pura tidak hanya untuk memuja dewa. Roh
nenek moyang dalam bentuk Meru Sang Hyang Widhi Wasa dalam agama Hindu sebagai
manifestasi Ketuhanan Yang Maha Esa. Upacara Ngaben sebagai objek pariwisata dan sastra
lebih banyak yang berasal dari Bali bukan lagi dari India.
1.2 Rumusan Masalah
Apa yang dimaksud akultrasi?
Mengapa akultrasi dapat terjadi?
1.3 Tujuan makalah
Mengetahui apa arti akultrasi
Mengetahui Mengapa akultrasi dapat terjadi?
Bab 2
Pembahasan
2.1 Mengenal Akulturasi Budaya Hindu Buddha di Indonesia
Salah satu materi sejarah yang juga harus dipahami dan terkadang menjadi tugas adalah
mengenai akulturasi kebudayaan Hindu Budha, untuk memberikan pemahaman tentang materi
akulturasi yang terjadi di Indonesia tersebut berikut ini akan kita rangkum secara singkat
mengenai materi akulturasi Budaya Hindu Budha.
Pengertian Akulturasi Budaya
Sperti kita ketahui akulturasi merupakan suatu perpaduan dua kebudayaan yang berbeda yang
langsung bertemu secara damai dan serasi. Unsur kebudayaan yang bertemu tersebut hidup
berdampingan dan saling mengisi satu sama lain tetapi tidak sedikitpun menghilangkan unsur-

unsur kebudayaan asli yang telah lebih dahulu ada.


Sebelum masuknya kebidayaan Hindu Budha di Indonesia, kebudayaan asli Indonesia telah
tumbuh dan berkembang dengan pesat. Masuknya pengaruh Hindu Budha tersebut kemudian
memberikan dampak dan pengaruh tersendiri terhadap perkembangan budaya yang ada. Unsurunsur kebudayaan Hindu Buhda tersebut kemudian diserap dan disesuaikan dengan kebudayaan
asli yang sebelumnya sudah ada sehingga terciptalah kebudayaan akulturasi.
Beberapa hal yang menjadi alasan diterimanya kebudayaan lain dari Hindu Budha ini adalah
sebagai berikut:
Masyarakat Indonesia memiliki dasar-dasar kebudayaan yang cukup tinggi sehingga masuknya
kebudayaan asing ke Indonesia menambah perbendaharaan kebudayaan Indonesia.
Bangsa Indonesia memiliki apa yang disebut dengan istilah Local Genius, yaitu kecakapan suatu
bangsa untuk menerima unsur-unsur kebudayaan asing dan mengolahnya sesuai dengan
kepribadian bangsa Indonesia.
Akulturasi dari kebudayaan lama dengan Hindu-Budha dapat dilihat dari :
1. Segi Sosial
Sebelum masuknya Hindu-Budha ke Nusantara masyarakat belum mengenal dengan apa yang
namanya sistem pembagian masyarakat atau kasta. Semua masyarakat pada masa itu memiliki
kedudukan yang sama dan masih hidup dalam suatu kelompok-kelompok tertentu. Namun
setelah masuknya unsur baru yang berupa Hindu-Budha ini kemudian masyarakat pada masa itu
kehidupan sosialnya berubahdan dibedakan atas sistem kasta.
2. Sistem Pemerintahan
Pada masa sebelum masuknya Hindu-Budha masyarakat Nusantara mengenal sistem
pemerintahan yang dipimpin oleh kepala suku dan juga keturunannya. Kepala suku dipilih
masyarakat atas kemampuannya dalam berbagai hal misalnya kemampuan untuk mengalahkan
musuh ataupun juga dalam berburu hewan.Namun setelah masuknya pengaruh Hindu-Budha
kemudian sistem pemerintahan berubah namun masih juga memiliki unsur budaya lokal,
perubahan ini menjadi seorang raja yang memimpin sebuah wilayah atau negara. Perkembangan
itu menyesuaikan dengan yang ada di India karena India merupakan daerah awal dimana HinduBudha tumbuh.Contohnya ialah nama Raja Kutai yang pertama pada saat itu adalah Kudungga
yang merupakan nama orang asli penduduk pribumi pada masa itu, Kudungga merupakan
seorang kepala suku. Namun setelah itu nama anak dari Kudungga yaitu Aswawarman
merupakan nama yang sudah mendapat pengaruh India. Selain pemerintahan juga mendapat
pengaruh dari India yang dari kesukuan menjadi sebuah kerajaan.
3. Kesenian
Di dalam kesenian ini akulturasi sangat terlihat jelas seperti contohnya pada seni rupa atapun
patung dan juga relief yang ada di Nusantara dulu sepeti pada relief di Candi Borobudur yang
menceritakan tentang bagaimana perjalanan Sang Budha Gautama. Bentuk akulturasi dari
kebudayaan ini dapat dilihat dari relief yang menggambarkan tentang keadaan alam dan
geografis dari wilayah Nusantara sendiri di masa lalu seperti adanya hiasan burung merpati
ataupun juga hiasan tentang gambar dari perahu bercadik yang tidak kita temukan di India.
Dalam seni sastra akulturasi nampak jelas seperti pada Sastra Jawa yang mengalami proses
akulturasi dengan kebudayaan India. Proses ini terjadi dengan penyerapan unsur-unsur
kebudayaan India terlihat dari prasasti yang menggunakan huruf Pallawa dan Bahasa Sansekerta.
Namun seiring dengan bentuk akulturasinya dengan budaya lokal kemudian dari huruf Pallawa
dan Bahasa Sansekerta ini dikembangkan ke dalam Bahasa Jawa Kuna ataupun bahasa yang
lainnya yang masih dalam satu konteks bahasa.
4. Sistem Penanggalan

Kalender atau sistem penanggalan yang ada di Nusantara yaitu yang menggunakan tahun Saka
merupakan sistem penanggalan yang mendapat pengaruh dari budaya yang ada di India.Tidak
diketahui pasti kapan nenek moyang mengenal sistem pertanggalan dengan tahun saka ini.
Namun diduga orang India mengenalkan unsur-unsur kebudayaan tentang pertanggalan ini sejak
menjelang abad ke 5 M yang kemudian di terapkan dalam kehidupan sehari-hari. Ini dapat
dilihat Prasasti Tugu yang dikeluarkan Raja Purnawarman dari Tarumanegara yang menyebutkan
unsur-unsur pertanggalan yakni tanggal 8 paruh gelap, bulan Phalgina dan 13 paruh terang bulan
Caitra. Pertanggalan yang dilakukan oleh Purnawarman adalah untuk menandai pembangunan
Sungai Gomati.Sebelum mengenal sistem penanggalan Saka, nenek moyang dulu menggunakan
rasi bintang sebagai penanda misalnya para petani dulu untuk melihat perubahan musim dalam
setahun biasanya menggunakan gugusan bintang Weluku yang biasanya sekarang ini nampak
pada Bulan September sampai Maret. Namun setelah masuknya Hindu-Budha, sistem
penanggalan kemudian mendapat pengaruh yang signifikan yakni dengan menggunakan tahun
Saka sebagai sistem penanggalan yang digunakan oleh masyarakat setempat.
5. Arsitektur
Dalam segi arsitektur yang ada semacam penyempurnaan bangunan setelah masuknya budaya
Hindu-Budha. Pada awalnya masyarakat Indonesia sebelum masuknya budaya Hindu-Budha
sudah mengenal tentang sistem arsitektur atau bangunan. Ini dapat dilihat dari adanya punden
berundak yang sering dikaitkan dengan budaya Animisme dan Dinamisme atau pemujaan
terhadap leluhur mereka. Namun seiring dengan adanya budaya Hindu-Budha yang masuk ke
wilayah Nusantara, budaya nenek moyang itu mengalami perkembangan yang signifikan.
Perkembangan itu dapat dilihat dari Candi Borobudur ataupun juga bangunan di akhir masa
Majapahit (abad 14 candi-candi di lereng Penanggungan, Arjuna, Lawu) dibangun dengan
mengambil bentuk pundek berundak meskipun Majapahit merupakan kerajaan bercorak Budha.
Ini dapat membuktikan adanya suatu bentuk akulturasi antara budaya asli nenek moyang dengan
pengaruh Hindu-Budha.
2.2 Contoh Wujud Akulturasi Budaya Hindu Buddha di Indonesia
Ada tiga hal mencolok yang dapat kita lihat sebagai wujud akultusai antara nilai kebudayaan
Hindu Budha dan nilai-nilai kebudayaan Indonesia asli yaitu seni bangunan, kepercayaan dan
juga sistem pemerintahan.
Munculnya budaya Hindu-Buddha (India) di Indonesia sangat besar pengaruhnya terhadap seni
bangunan, terutama pada bangunan candi. Candi Hindu dan Buddha yang ditemukan di
Indonesia pada dasarnya merupakan wujud akulturasi. Dasar bangunan candi itu merupakan
hasil pembangunan bangsa Indonesia dari zaman Megalitikum, yaitu dari bangunan punden
berundak-undak. Punden berundak-undak ini mendapat pengaruh Hindu-Buddha, sehingga
menjadi wujud sebuah candi. Seni Rupa/ Seni Lukis Unsur seni rupa atau seni lukis India telah
masuk ke Indonesia. Hal ini terbukti dengan ditemukannya patung Budhha berlanggam Gandara
di kota Bangun, Kutai. Juga patung Buddha berlanggam Amarawati ditemukan di Sikadeng
(Sulawesi Selatan). Pada Candi Borobudurtampak adanya seni rupa India, dengan ditemukannya
relief-relief ceritasang Buddha Gautama. Relief pada Candi Borobudur umumnya menunjukkan
suasana alam Indonesia, terlihat dengan adanya lukisan rumah panggung dan hiasan burung
merpati.
Masuk dan berkembangnya pengaruh Hindu-Buddha ke Indonesia mengakibatkan terjadinya
percampuran antara kedua kepercayaan itu, namun tidak meninggalkan kepercayaan asli
Indonesia, terutama dilihat dari segi pemujaan terhadap roh nenek moyang dan pemujaan
terhadap dewa-dewa alam. Sosial Dalam bidang sosial, terjadi bentuk perubahan dalam tata
kehidupan sosial masyarakat. Misalnya, dalam masyarakat Hindu diperkenalkan adanya sistem
kasta . Ekonomi Dalam bidang ekonomi, tidak begitu besar pengaruhnya dan tidak begitu banyak
terjadi perubahan, karena masyarakat Indonesia telah mengenal aktivitas perekonomian melalui
pelayaran dan perdagangan jauh sebelum masuknya pengaruh Hindu-Buddha. Pemerintahan
Sebelum masuknya pengaruh Hindu-Buddha ke Indonesia, bangsa Indonesia telah mengenal

sistem pemerintahan seorang kepala suku.


Sistem pemerintahan seorang kepala suku berlangsung secara demokratis, dimana salah seorang
kepala suku merupakan pimpinan yang dipilih dari kelompok sukunya, karena memiliki
kelebihan dari anggota suku lain. Akan tetapi, setelah masuknya pengaruh Hindu-Buddha, tata
pemerintahan disesuaikan dengan sistem pemerintahan yang berkembang di India. Seorang
kepala suku, melainkan seorang raja yang memerintah atas wilayah kerajaannya secara turun
temurun. Bukan lagi ditentukan oleh kemampuan, melainkan keturunan.
Demikianlah tadi pembahasan kita dengan tema Mengenal Akulturasi Budaya Hindu Buddha di
Indonesia. Dengan mempelajari dan mengenal lebih dalam mengenai berbagai nilai budaya
hasil akulturasi budaya asli Indonesia dengan nilai budaya Hindu Budha tersebut kita akan lebih
paham lagi tentang sejarah budaya-budaya yang ada di Indonesia khususnya yang lahir dari
proses akultuasi ini.
Akulturasi adalah perpaduan antara kebudayaan yang berbeda yang langsung bertemu secara
damai dan serasi. Kedua unsur kebudayaan yang bertemu hidupberdampingan dan saling
mengisi, namun perpaduan tersebut tidak menghilangkan unsur-unsur asli dari kebudayaan.
Indonesia. Jauh sebelum masuknya kebudayaan Hindu, masyarakat Indonesia telah memiliki
kebudayaan yang cukup maju. Unsur-unsur kebudayaan asli Indonesia telah tumbuh dan
berkembang dalam kehidupan masyarakat Indonesia. Masuknya pengaruh Hindu-Buddha ke
Indonesia telah membawa perubahan dalam berbagai aspek kehidupan masyarakat Indonesia.
Kebudayaan Hindu-Buddha yang masuk ke Indonesia tidak diterima begitu saja. Unsur-unsur
kebudayaan tersebut diterima dan diolah serta disesuaikan dengan kehidupan masyarakat
Indonesia. Hal ini disebabkan Pertama, masyarakat Indonesia memiliki dasar-dasar kebudayaan
yang cukup tinggi sehingga masuknya kebudayaan asing ke Indonesia menambah
perbendaharaan kebudayaan Indonesia. Kedua, bangsa Indonesia memiliki apa yang disebut
dengan istilah Local Genius, yaitu kecakapan suatu bangsa untuk menerima unsur-unsur
kebudayaan asing dan mengolahnya sesuai dengan kepribadian bangsa Indonesia. Seni
Bangunan Munculnya budaya Hindu-Buddha (India) di Indonesia sangat besar pengaruhnya
terhadap seni bangunan, terutama pada bangunan candi. Candi Hindu dan Buddha yang
ditemukan di Indonesia pada dasarnya merupakan wujud akulturasi. Dasar bangunan candi itu
merupakan hasil pembangunan bangsa Indonesia dari zaman Megalitikum, yaitu dari bangunan
punden berundak-undak. Punden berundak-undak ini mendapat pengaruh Hindu-Buddha,
sehingga menjadi wujud sebuah candi. Seni Rupa/ Seni Lukis Unsur seni rupa atau seni lukis
India telah masuk ke Indonesia. Hal ini terbukti dengan ditemukannya patung Budhha
berlanggam Gandara di kota Bangun, Kutai. Juga patung Buddha berlanggam Amarawati
ditemukan di Sikadeng (Sulawesi Selatan). Pada Candi Borobudurtampak adanya seni rupa
India, dengan ditemukannya relief-relief ceritasang Buddha Gautama. Relief pada Candi
Borobudur umumnya menunjukkan suasana alam Indonesia, terlihat dengan adanya lukisan
rumah panggung dan hiasan burung merpati. Di samping itu, terdapat hiasan perahu bercadik.
Lukisan tersebut merupakan lukisan asli Indonesia dan tidak pernah ditemukan pada candi-candi
yang terdapat di India. Juga relief pada candi Prambanan yang memuat cerita Ramayana. Seni
Sastra Seni sastra India turut memberi corak dalam seni sastra Indonesia. Bahasa Saskreta sangat
besar pengaruhnya terhadap perkembangan sastra Indonesia. Prsasti-prasasti awal menunjukkan
pengaruh Hindu-Buddha di Indonesia, seperti yang ditemukan di Kalimantan Timur, Sriwijaya,
Jawa Barat, dan Jawa Tengah. Prasasti itu ditulis dengan bahasa Sanskreta sangat dominan
terutama dalamistilah-istilah pemerintahan. Juga kitab-kitab kuno di Indonesia banyak yang
mempergunakan bahasa Sanskreta. Kalender Wujud akulturasi kebudayaan Hindu ke dalam
kehidupan masyarakat Indonesia adalah dengan diadopsinya sistem kalender atau penanggalan
India. Sistem kalender yang menggunakan tahun saka telah dipakai dalam sistem penanggalan.
Disamping itu, ditemukan Candra Sangkala (kronogram) dalam usaha memperingati peristiwa
sengan tahun atau kalender saka. Kepercayaan Filsafat Sebelum masuknya pengaruh HinduBuddha ke Indonesia, bangsa Indonesia telah mengenal dan memiliki kepercayaan, yaitu

pemujaan terhadap roh nenek moyang. Kepercayaan itu bersifat animisme dan dinamisme.
Kemudian, mengakibatkan terjadinya akulturasi. Masuk dan berkembangnya pengaruh HinduBuddha ke Indonesia mengakibatkan terjadinya percampuran antara kedua kepercayaan itu,
namun tidak meninggalkan kepercayaan asli Indonesia, terutama dilihat dari segi pemujaan
terhadap roh nenek moyang dan pemujaan terhadap dewa-dewa alam. Sosial Dalam bidang
sosial, terjadi bentuk perubahan dalam tata kehidupan sosial masyarakat. Misalnya, dalam
masyarakat Hindu diperkenalkan adanya sistem kasta . Ekonomi Dalam bidang ekonomi, tidak
begitu besar pengaruhnya dan tidak begitu banyak terjadi perubahan, karena masyarakat
Indonesia telah mengenal aktivitas perekonomian melalui pelayaran dan perdagangan jauh
sebelum masuknya pengaruh Hindu-Buddha. Pemerintahan Sebelum masuknya pengaruh HinduBuddha ke Indonesia, bangsa Indonesia telah mengenal sistem pemerintahan seorang kepala
suku. Sistem pemerintahan seorang kepala suku berlangsung secara demokratis, dimana salah
seorang kepala suku merupakan pimpinan yang dipilih dari kelompok sukunya, karena memiliki
kelebihan dari anggota suku lain. Akan tetapi, setelah masuknya pengaruh Hindu-Buddha, tata
pemerintahan disesuaikan dengan sistem pemerintahan yang berkembang di India. Seorang
kepala suku, melainkan seorang raja yang memerintah atas wilayah kerajaannya secara turun
temurun. Bukan lagi ditentukan oleh kemampuan, melainkan keturunan.
Fakta tentang Proses Interaksi Masyarakat
Indonesia sebagai daerah yang dilalui jalur perdagangan memungkinkan bagi para pedagang
India untuk sungguh tinggal di kota pelabuhan-pelabuhan di Indonesia guna menunggu musim
yang baik. Mereka pun melakukan interaksi dengan penduduk setempat di luar hubungan
dagang. Masuknya pengaruh budaya dan agama Hindu-Budha di Indonesia dapat dibedakan atas
3 periode sebagai berikut.
1. Periode Awal (Abad V-XI M)
Pada periode ini, unsur Hindu-Budha lebih kuat dan lebih terasa serta menonjol sedang unsur/
ciri-ciri kebudayaan Indonesia terdesak. Terlihat dengan banyak ditemukannya patung-patung
dewa Brahma, Wisnu, Siwa, dan Budha di kerajaan-kerajaan seperti Kutai, Tarumanegara dan
Mataram Kuno.
2. Periode Tengah (Abad XI-XVI M)
Pada periode ini unsur Hindu-Budha dan Indonesia berimbang. Hal tersebut disebabkan karena
unsur Hindu-Budha melemah sedangkan unsur Indonesia kembali menonjol sehingga
keberadaan ini menyebabkan munculnya sinkretisme (perpaduan dua atau lebih aliran). Hal ini
terlihat pada peninggalan zaman kerajaaan Jawa Timur seperti Singasari, Kediri, dan Majapahit.
Di Jawa Timur lahir aliran Tantrayana yaitu suatu aliran religi yang merupakan sinkretisme
antara kepercayaan Indonesia asli dengan agama Hindu-Budha.
Raja bukan sekedar pemimpin tetapi merupakan keturunan para dewa. Candi bukan hanya rumah
dewa tetapi juga makam leluhur.
3. Periode Akhir (Abad XVI-sekarang)
Pada periode ini, unsur Indonesia lebih kuat dibandingkan dengan periode sebelumnya,
sedangkan unsur Hindu-Budha semakin surut karena perkembangan politik ekonomi di India. Di
Bali kita dapat melihat bahwa Candi yang menjadi pura tidak hanya untuk memuja dewa. Roh
nenek moyang dalam bentuk Meru Sang Hyang Widhi Wasa dalam agama Hindu sebagai
manifestasi Ketuhanan Yang Maha Esa. Upacara Ngaben sebagai objek pariwisata dan sastra
lebih banyak yang berasal dari Bali bukan lagi dari India.
AKULTURASI
Masuknya budaya Hindu-Budha di Indonesia menyebabkan munculnya Akulturasi. Akulturasi
merupakan perpaduan 2 budaya dimana kedua unsur kebudayaan bertemu dapat hidup
berdampingan dan saling mengisi serta tidak menghilangkan unsur-unsur asli dari kedua
kebudayaan tersebut. Kebudayaan Hindu-Budha yang masuk di Indonesia tidak diterima begitu
saja melainkan melalui proses pengolahan dan penyesuaian dengan kondisi kehidupan
masyarakat Indonesia tanpa menghilangkan unsur-unsur asli. Hal ini disebabkan karena:

1.
Masyarakat Indonesia telah memiliki dasar-dasar kebudayaan yang cukup tinggi sehingga
masuknya kebudayaan asing ke Indonesia menambah perbendaharaan kebudayaan Indonesia.
2.
Kecakapan istimewa yang dimiliki bangsa Indonesia atau local genius merupakan
kecakapan suatu bangsa untuk menerima unsur-unsur kebudayaan asing dan mengolah unsurunsur tersebut sesuai dengan kepribadian bangsa Indonesia.
Pengaruh kebudayaan Hindu hanya bersifat melengkapi kebudayaan yang telah ada di Indonesia.
Perpaduan budaya Hindu-Budha melahirkan akulturasi yang masih terpelihara sampai sekarang.
Akulturasi tersebut merupakan hasil dari proses pengolahan kebudayaan asing sesuai dengan
kebudayaan Indonesia. Hasil akulturasi tersebut tampak pada.
1. Bidang Sosial
Setelah masuknya agama Hindu terjadi perubahan dalam tatanan sosial masyarakat Indonesia.
Hal ini tampak dengan dikenalnya pembagian masyarakat atas kasta.
2. Ekonomi
Dalam ekonomi tidak begitu besar pengaruhnya pada masyarakat Indonesia. Hal ini disebabkan
karena masyarakat telah mengenal pelayaran dan perdagangan jauh sebelum masuknya pengaruh
Hindu-Budha di Indonesia.
3. Sistem Pemerintahan
Sebelum masuknya Hindu-Budha di Indonesia dikenal sistem pemerintahan oleh kepala suku
yang dipilih karena memiliki kelebihan tertentu jika dibandingkan anggota kelompok lainnya.
Ketika pengaruh Hindu-Budha masuk maka berdiri Kerajaan yang dipimpin oleh seorang raja
yang berkuasa secara turun-temurun. Raja dianggap sebagai keturuanan dari dewa yang memiliki
kekuatan, dihormati, dan dipuja. Sehingga memperkuat kedudukannya untuk memerintah
wilayah kerajaan secara turun temurun. Serta meninggalkan sistem pemerintahan kepala suku.
4. Bidang Pendidikan
Masuknya Hindu-Budha juga mempengaruhi kehidupan masyarakat Indonesia dalam bidang
pendidikan. Sebab sebelumnya masyarakat Indonesia belum mengenal tulisan. Namun dengan
masuknya Hindu-Budha, sebagian masyarakat Indonesia mulai mengenal budaya baca dan tulis.
Bukti pengaruh dalam pendidikan di Indonesia yaitu :

Dengan digunakannya bahasa Sansekerta dan Huruf Pallawa dalam kehidupan sebagian
masyarakat Indonesia. Bahasa tersebut terutama digunakan di kalangan pendeta dan bangsawan
kerajaan. Telah mulai digunakan bahasa Kawi, bahasa Jawa Kuno, dan bahasa Bali Kuno yang
merupakan turunan dari bahasa Sansekerta.
Telah dikenal juga sistem pendidikan berasrama (ashram) dan didirikan sekolah-sekolah
khusus untuk mempelajari agama Hindu-Budha. Sistem pendidikan tersebut kemudian diadaptasi
dan dikembangkan sebagai sistem pendidikan yang banyak diterapkan di berbagai kerajaan di
Indonesia.

Bukti lain tampak dengan lahirnya banyak karya sastra bermutu tinggi yang merupakan
interpretasi kisah-kisah dalam budaya Hindu-Budha. Contoh :
Empu Sedah dan Panuluh dengan karyanya Bharatayudha
Empu Kanwa dengan karyanya Arjuna Wiwaha
Empu Dharmaja dengan karyanya Smaradhana
Empu Prapanca dengan karyanya Negarakertagama
Empu Tantular dengan karyanya Sutasoma.

Pengaruh Hindu Budha nampak pula pada berkembangnya ajaran budi pekerti berlandaskan
ajaran agama Hindu-Budha. Pendidikan tersebut menekankan kasih sayang, kedamaian dan
sikap saling menghargai sesama manusia mulai dikenal dan diamalkan oleh sebagian masyarakat
Indonesia saat ini.
Para pendeta awalnya datang ke Indonesia untuk memberikan pendidikan dan pengajaran
mengenai agama Hindu kepada rakyat Indonesia. Mereka datang karena berawal dari hubungan
dagang. Para pendeta tersebut kemudian mendirikan tempat-tempat pendidikan yang dikenal
dengan pasraman. Di tempat inilah rakyat mendapat pengajaran. Karena pendidikan tersebut
maka muncul tokoh-tokoh masyarakat Hindu yang memiliki pengetahuan lebih dan

menghasilkan berbagai karya sastra.


Rakyat Indonesia yang telah memperoleh pendidikan tersebut kemudian menyebarkan pada yang
lainnya. Sebagian dari mereka ada yang pergi ke tempat asal agama tersebut. Untuk menambah
ilmu pengetahuan dan melakukan ziarah. Sekembalinya dari sana mereka menyebarkan agama
menggunakan bahasa sendiri sehingga dapat dengan mudah diterima oleh masyarakat asal.
Agama Budha tampak bahwa pada masa dulu telah terdapat guru besar agama Budha, seperti di
Sriwijaya ada Dharmakirti, Sakyakirti, Dharmapala. Bahkan raja Balaputra dewa mendirikan
asrama khusus untuk pendidikan para pelajar sebelum menuntut ilmu di Benggala (India)
5. Kepercayaan
Sebelum masuk pengaruh Hindu-Budha ke Indonesia, bangsa Indonesia mengenal dan memiliki
kepercayaan yaitu pemujaan terhadap roh nenek moyang (animisme dan dinamisme). Masuknya
agama Hindu-Budha mendorong masyarakat Indonesia mulai menganut agama Hindu-Budha
walaupun tidak meninggalkan kepercayaan asli seperti pemujaan terhadap arwah nenek moyang
dan dewa-dewa alam. Telah terjadi semacam sinkritisme yaitu penyatuaan paham-paham lama
seperti animisme, dinamisme, totemisme dalam keagamaan Hindu-Budha.
Contoh :
Di Jawa Timur berkembang aliran Tantrayana seperti yang dilakukan Kertanegara dari Singasari
yang merupakan penjelmaaan Siwa. Kepercayaan terhadap roh leluhur masih terwujud dalam
upacara kematian dengan mengandakan kenduri 3 hari, 7 hari, 40 hari, 100 hari, 1 tahun, 2 tahun
dan 1000 hari, serta masih banyak hal-hal yang dilakukan oleh masyarakat Jawa.
6. Seni dan Budaya
Pengaruh kesenian India terhadap kesenian Indonesia terlihat jelas pada bidang-bidang dibawah
ini:
Seni Bangunan
Seni bangunan tampak pada bangunan candi sebagai wujud percampuran antara seni asli bangsa
Indonesia dengan seni Hindu-Budha. Candi merupakan bentuk perwujudan akulturasi budaya
bangsa Indonesia dengan India. Candi merupakan hasil bangunan zaman megalitikum yaitu
bangunan punden berundak-undak yang mendapat pengaruh Hindu Budha. Contohnya candi
Borobudur. Pada candi disertai pula berbagai macam benda yang ikut dikubur yang disebut bekal
kubur sehingga candi juga berfungsi sebagai makam bukan semata-mata sebagai rumah dewa.
Sedangkan candi Budha, hanya jadi tempat pemujaan dewa tidak terdapat peti pripih dan abu
jenazah ditanam di sekitar candi dalam bangunan stupa.
Seni Rupa
Seni rupa tampak berupa patung dan relief.
Patung dapat kita lihat pada penemuan patung Budha berlanggam Gandara di Bangun Kutai.
Serta patung Budha berlanggam Amarawati di Sikending (Sulawesi Selatan). Selain patung
terdapat pula relief-relief pada dinding candi seperti pada Candi Borobudur ditemukan relief
cerita sang Budha serta suasana alam Indonesia.

Bab 3
Penutup
3.1 Kesimpulan
Sperti kita ketahui akulturasi merupakan suatu perpaduan dua kebudayaan yang berbeda yang
langsung bertemu secara damai dan serasi. Unsur kebudayaan yang bertemu tersebut hidup
berdampingan dan saling mengisi satu sama lain tetapi tidak sedikitpun menghilangkan unsurunsur kebudayaan asli yang telah lebih dahulu ada.
Sebelum masuknya kebidayaan Hindu Budha di Indonesia, kebudayaan asli Indonesia telah
tumbuh dan berkembang dengan pesat. Masuknya pengaruh Hindu Budha tersebut kemudian
memberikan dampak dan pengaruh tersendiri terhadap perkembangan budaya yang ada. Unsurunsur kebudayaan Hindu Buhda tersebut kemudian diserap dan disesuaikan dengan kebudayaan

asli yang sebelumnya sudah ada sehingga terciptalah kebudayaan akulturasi.


3.2 Saran
Dalam laporan ini mungkin banyak kekurangan ataupun keslahan untuk itu kami
menginginkan saran dan masukan dari pembaca.

http://wahyu97-blog.blogspot.com/2014/01/makalah-tentang-akultrasi-budayahindu.html

http://www.slideshare.net/wiwwin27/akulturasi-kebudayaan-asli-hindhu-buddhadan-islam-di-indonesia-sejarah

Transcript of Akulturasi Kebudayaan Nusantara dan Hindu-Buddha


Pengaruh India yang masuk ke Indonesia membawa perkembangan dalam bidang
seni rupa, seni pahat, dan seni ukir. Contohnya yaitu relief yang dipahatkan pada
dinding-dinding pagarlongkan di Candi Borobudur yang berupa pahatan riwayat
Sang Buddha.
Sejak masa praaksara, orang-orang di Kepulauan Indonesia sudah mengenal
simbol-simbol yang bermakna filosofis. Sebagai contoh, kalau ada orang
meninggal, di dalam kuburnya disertakan benda-benda.
Pengaruh India juga membawa perkembangan seni Sastra di Indonesia.
Berdasarkan isinya, kesusteraan dapat dikelompokkan menjadi 3, yaitu tutur, kitab
hukum, dan wiracarita.
Bentuk wiracarita sangat terkenal di Indonesia, terutama kitab Ramayana dan
Mahabarata. Dari kitab tersebut, lahirlah seni wayang.
Terima Kasih
2. Seni Rupa dan Seni Ukir
3. Seni Sastra dan Aksara
4. Sistem Kepercayaan
Masyarakat waktu itu juga sudah percaya adanya kehidupan setelah mati, yakni
sebagai roh halus. Oleh karena itu, roh nenek moyang dipuja oleh orang yang
masih hidup (animisme).
Setelah masuknya pengaryh India kepercayaan terhadap roh halus tidak punah.
Misalnya dapat dilihat pada fungsi candi, yaitu dimanfaatkan sebagai tempat
pemujaan atau untuk menyimpan abu jenazah raja yang telah meninggal.
$1.25
Monday, February 17, 2014
Vol XCIII, No. 311
Contoh hasil akulturasi antara kebudayaan Hindu-Buddha dengan kebudayaan
Indonesia asli yaitu sebagai berikut :
Akulturasi kebudayaan yaitu suatu proses pencampuran antara unsur-unsur
kebudayaan yang satu dengan kebudayaan yang lain, sehingga membentuk
kebudayaan baru.
Setelah datangnya pengaruh India di kepulauan Indonesia, dikenal adanya sistem
pemerintahan secara sederhana. Rakyat mengangkat seorang pemimpin yang
biasanya orang yang sudah tua, arif, dapat membimbing, memiliki kelebihan
tertentu, berwibawa, serta memiliki semacam kekuatan gaib.
5. Sistem Pemerintahan
1. Seni Bangunan
Bentuk-bentuk bangunan candi di Indonesia pada umumnya merupakan bentuk
akulturasi antara unsur-unsur budaya Hindu-Buddha dengan unsur budaya
Indonesia asli. Bentuk candi-candi di Indonesia pada hakikatnya adalah punden
berundak. Contohnya adalah Candi Borobudur.
Akulturasi Kebudayaan Nusantara dan Hindu-Buddha

Kesimpulan :
Interaksi antara budaya Nusantara dengan budaya dominanHindu-Buddha saat it,
menunjukkan budaya Indonesia bukanlah penerima yang pasif, melainkan aktif.
Proses tersebut dinamakan proses akulturasi budaya. bangsa Indonesia juga
melahirkan modifikasi local genius, yaitu semacam kritik dan mempertanyakan
budaya yang lama sambil memperbarui dan memperkuatnya sehingga mampu
menghasilkan peradapan tinggi
Popular presentations
See more popular or the latest prezis

https://prezi.com/kogvg5aijzui/akulturasi-kebudayaan-nusantara-dan-hindubuddha/

Wujud Akulturasi Kebudayaan Hindu-Budha dengan Kebudayaan Indonesia

Pengertian Akulturasi:
Banyak para ahli yang memberikan definisi tentang akulturasi, antara lain menurut pendapat
Harsoyo.
Akulturasi adalah fenomena yang timbul sebagai hasil jika kelompok-kelompok manusia yang
mempunyai kebudayaan yang berbeda-beda bertemu dan mengadakan kontak secara langsung
dan terus-menerus; yang kemudian menimbulkan perubahan dalam pola kebudayaan yang
original dari salah satu kelompok atau kedua-duanya (Harsoyo).
Dari definisi di atas, maka dapat disimpulkan bahwa akulturasi sama dengan kontak budaya
yaitu bertemunya dua kebudayaan yang berbeda melebur menjadi satu menghasilkan
kebudayaan baru tetapi tidak menghilangkan kepribadian/sifat kebudayaan aslinya.
Dengan adanya kontak dagang antara Indonesia dengan India, maka mengakibatkan adanya
kontak budaya atau akulturasi yang menghasilkan bentuk-bentuk kebudayaan baru tetapi tidak
melenyapkan kepribadian kebudayaan sendiri.
Hal ini berarti kebudayaan Hindu Budha yang masuk ke Indonesia tidak diterima seperti apa
adanya, tetapi diolah, ditelaah dan disesuaikan dengan budaya yang dimiliki penduduk
Indonesia, sehingga budaya tersebut berpadu dengan kebudayaan asli Indonesia menjadi bentuk
akulturasi kebudayaan Indonesia Hindu Budha.
Wujud akulturasi tersebut dapat diamati pada uraian materi unsur-unsur budaya berikut ini:

1. Bahasa
Wujud akulturasi dalam bidang bahasa, dapat dilihat dari adanya penggunaan bahasa sansekerta
yang dapat ditemukan sampai sekarang dimana bahasa Sansekerta tersebut memperkaya
perbendaharaan bahasa Indonesia.
Penggunaan bahasa Sansekerta pada awalnya banyak ditemukan pada prasasti (batu bertulis)
peninggalan kerajaan Hindu Budha pada abad 5 7 M,
Contohnya: prasasti Yupa dari Kutai, prasasti peninggalan Kerajaan Tarumanegara. Tetapi
untuk perkembangan selanjutnya bahasa Sansekerta di gantikan oleh bahasa Melayu Kuno
seperti yang ditemukan pada prasasti peninggalan kerajaan Sriwijaya 7 13 M.
Sedangkan untuk aksara, dapat dibuktikan dengan adanya penggunaan huruf Pallawa,tetapi
kemudian huruf Pallawa tersebut juga berkembang menjadi huruf Jawa Kuno (kawi) dan huruf
(aksara) Bali dan Bugis. Hal ini dapat dibuktikan melalui Prasasti Dinoyo (Malang) yang
menggunakan huruf Jawa Kuno.
2. Religi/Kepercayaan
Sistem kepercayaan yang berkembang di Indonesia sebelum agama Hindu-Budha masuk ke
Indonesia adalah kepercayaan yang berdasarkan pada Animisme dan Dinamisme.
Dengan masuknya agama Hindu Budha ke Indonesia, maka masyarakat Indonesia mulai
menganut/mempercayai agama-agama tersebut.
Tetapi agama Hindu dan Budha yang berkembang di Indonesia sudah mengalami perpaduan
dengan kepercayaan Animisme dan Dinamisme, atau dengan kata lainmengalami Sinkritisme.
Sinkritisme adalah bagian dari proses akulturasi, yang berarti perpaduan dua kepercayaan yang
berbeda menjadi satu.
Untuk itu agama Hindu dan Budha yang berkembang di Indonesia, berbeda dengan agama Hindu
Budha yang dianut oleh masyarakat India. Perbedaaan-perbedaan tersebut misalnya dapat
dilihat dalam upacara ritual yang diadakan oleh umat Hindu atau Budha yang ada di Indonesia.
Contohnya, upacara Nyepi yang dilaksanakan oleh umat Hindu Bali, upacara tersebut tidak
dilaksanakan oleh umat Hindu di India.

Demikianlah penjelasan tentang contoh wujud akulturasi dalam bidang religi/kepercayaan,untuk


lebih memahaminya dapat Anda meminta penjelasan atau mencari contoh-contoh lain kepada
Guru bina Anda. Selanjutnya simak uraian materi berikutnya.
3. Organisasi Sosial Kemasyarakatan
Wujud akulturasi dalam bidang organisasi sosial kemasyarakatan dapat dilihat dalam organisasi
politik yaitu sistem pemerintahan yang berkembang di Indonesia setelah masuknya pengaruh
India.
Dengan adanya pengaruh kebudayaan India tersebut, maka sistem pemerintahan yang
berkembang di Indonesia adalah bentuk kerajaan yang diperintah oleh seorang raja secara turun
temurun.
Raja di Indonesia ada yang dipuja sebagai dewa atau dianggap keturunan dewa yang keramat,
sehingga rakyat sangat memuja Raja tersebut, hal ini dapat dibuktikan dengan adanya raja-raja
yang memerintah di Singosari seperti Kertanegara diwujudkan sebagai Bairawa dan R Wijaya
Raja Majapahit diwujudkan sebagai Harihari (dewa Syiwa dan Wisnu jadi satu).
Permerintahan Raja di Indonesia ada yang bersifat mutlak dan turun-temurun seperti di India dan
ada juga yang menerapkan prinsip musyawarah. Prinsip musyawarah diterapkan terutama
apabila raja tidak mempunyai putra mahkota yaitu seperti yang terjadi pada masa
berlangsungnya kerajaan Majapahit, dalam hal pengangkatan Wikramawardana.
Wujud akulturasi di samping terlihat dalam sistem pemerintahan juga terlihat dalam sistem
kemasyarakatan, yaitu pembagian lapisan masyarakat berdasarkan sistem kasta.
Sistem kasta menurut kepercayaan Hindu terdiri dari kasta :

kastaBrahmana (golongan Pendeta),


kasta Ksatria (golongan Prajurit, Bangsawan),

kasta Waisya (golongan pedagang) dan

kasta Sudra (golongan rakyat jelata).

Kasta-kasta tersebut juga berlaku atau dipercayai oleh umat Hindu Indonesia tetapi tidak sama
persis dengan kasta-kasta yang ada di India karena kasta India benar-benar diterapkan dalam
seluruh aspek kehidupan, sedangkan di Indonesia tidak demikian,karena di Indonesia kasta
hanya diterapkan untuk upacara keagamaan.

4. Sistem Pengetahuan
Wujud akulturasi dalam bidang pengetahuan, salah satunya yaitu perhitungan waktu berdasarkan
kalender tahun saka, tahun dalam kepercayaan Hindu.
Menurut perhitungan satu tahun Saka sama dengan 365 hari dan perbedaan tahun saka dengan
tahun masehi adalah 78 tahun sebagai contoh misalnya tahun saka 654,maka tahun masehinya
654 + 78 = 732 M

Di samping adanya pengetahuan tentang kalender Saka, juga ditemukan perhitungan tahun Saka
dengan menggunakan Candrasangkala.
Candrasangkala adalah susunan kalimat atau gambar yang dapat dibaca sebagai angka.
Candrasangkala banyak ditemukan dalam prasasti yang ditemukan di pulau Jawa, dan
menggunakan kalimat bahasa Jawa salah satu
Contohnya yaitu kalimat Sirna ilang kertaning bhumi apabila diartikan sirna = 0, ilang = 0,
kertaning = 4 dan bhumi = 1,maka kalimat tersebut diartikan dan belakang sama dengan tahun
1400 saka atau sama dengan 1478 M yang merupakan tahun runtuhnya Majapahit .
5. Peralatan Hidup dan Teknologi
Salah satu wujud akulturasi dari peralatan hidup dan teknologi terlihat dalam seni bangunan
Candi.
Seni bangunan Candi tersebut memang mengandung unsur budaya India tetapi keberadaan
candi-candi di Indonesia tidak sama dengan candi-candi yang ada di India,karena Indonesia
hanya mengambil unsur teknologi perbuatannya melalui dasar-dasar teoritis yang tercantum
dalam kitab Silpasastra yaitu sebuah kitab pegangan yang memuat berbagai petunjuk untuk
melaksanakan pembuatan arca dan bangunan.
Untuk itu dilihat dari bentuk dasar maupun fungsi candi tersebut terdapat perbedaan dimana
bentuk dasar bangunan candi di Indonesia adalah punden berundak-undak,yang merupakan salah
satu peninggalan kebudayaan Megalithikum yang berfungsi sebagai tempat pemujaan.
Sedangkan fungsi bangunan candi itu sendiri di Indonesia sesuai dengan asal kata candi tersebut.
Perkataan candi berasal dari kata Candika yang merupakan salah satu nama dewi Durga atau
dewi maut, sehingga candi merupakan bangunan untuk memuliakan orang yang telah wafat
khususnya raja-raja dan orang-orang terkemuka.
Di samping itu juga dalam bahasa kawi candi berasal dari kata Cinandi artinya yang dikuburkan.
Untuk itu yang dikuburkan didalam candi bukanlah mayat atau abu jenazah melainkan berbagai
macam benda yang menyangkut lambang jasmaniah raja yangdisebut dengan Pripih.
Dengan demikian fungsi candi Hindu di Indonesia adalah untuk pemujaan terhadap roh nenek
moyang atau dihubungkan dengan raja yang sudah meninggal. Hal ini terlihat dari adanya
lambang jasmaniah raja sedangkan fungsi candi di India adalah untuk tempat pemujaan terhadap
dewa, contohnya seperti candi-candi yang terdapat di kota Benares merupakan tempat pemujaan
terhadap dewa Syiwa.

Gambar 1.2. Candi Jago


Gambar 1.2. adalah gambar candi juga salah satu peninggalan kerajaan Singosari yang
merupakan tempat dimuliakannya raja Wisnuwardhana yang memerintah tahun 1248 1268.
Dilihat dari gambar candi tersebut, bentuk dasarnya adalah punden berundak- undak dan pada
bagian bawah terdapat kaki candi yang di dalamnya terdapat sumuran candi,di mana di dalam
sumuran candi tersebut tempat menyimpan pripih (lambang jasmaniah raja Wisnuwardhana).
Dari penjelasan tersebut di atas, apakah Anda sudah memahami? Kalau Anda sudah paham,
simaklah urutan materi berikutnya.
Untuk candi yang bercorak Budha fungsinya sama dengan di India yaitu untuk memuja Dyani
Bodhisattwa yang dianggap sebagai perwujudan dewa, maka untuk memperjelas pemahaman
candi Budha berikut ini .

Gambar 1.3. Candi Borobudur


Gambar 1.3. candi Borobudur adalah candi Budha yang terbesar sehingga merupakan salah satu
dari 7 keajaiban dunia dan merupakan salah satu peninggalan kerajaan Mataram, dilihat dari 3
tingkatan, pada tingkatan yang paling atas terdapat patung Dyani Budha.
Patung-patung Dyani Budha inilah yang menjadi tempat pemujaan umat Budha.
Di samping itu juga pada bagian atas, juga terdapat atap candi yang berbentuk stupa.
Untuk candi Budha di India hanya berbentuk stupa, sedangkan di Indonesia stupa merupakan ciri
khas atap candi-candi yang bersifat agama Budha. Dengan demikian seni bangunan candi di
Indonesia memiliki kekhasan tersendiri karena Indonesia hanya mengambil intinya saja dari
unsur budaya India sebagai dasar ciptaannya dan hasilnya tetap sesuatu yang bercorak Indonesia.

6. Kesenian
Wujud akulturasi dalam bidang kesenian terlihat dari seni rupa, seni sastra dan seni pertunjukan .
Dalam seni rupa contoh wujud akulturasinya dapat dilihat dari relief dinding candi (gambar
timbul), gambar timbul pada candi tersebut banyak menggambarkan suatu kisah/cerita yang
berhubungan dengan ajaran agama Hindu ataupun Budha.
Contoh dapat Anda amati gambar 1.4.

Gambar 1.4. Relief Candi Borobudur

Gambar 1.4 adalah relief dari candi Borobudur yang menggambarkan Budha sedang digoda oleh
Mara yang menari-nari diiringi gendang, hal ini menunjukkan bahwa relief tersebut mengambil
kisah dalam riwayat hidup Sang Budha seperti yang terdapat dalam kitab Lalitawistara.
Demikian pula di candi-candi Hindu, relief yang juga mengambil kisah yang terdapat dalam
kepercayaan Hindu seperti kisah Ramayana. Yang digambarkan melalui relief candi Prambanan
ataupun candi Panataran.
Dari relief-relief tersebut apabila diamati lebih lanjut, ternyata Indonesia juga mengambil kisah
asli ceritera tersebut, tetapi suasana kehidupan yang digambarkan oleh relief tersebut adalah
suasana kehidupan asli keadaan alam ataupun masyarakat Indonesia.
Dengan demikian terbukti bahwa Indonesia tidak menerima begitu saja budaya India, tetapi
selalu berusaha menyesuaikan dengan keadaan dan suasana di Indonesia.
Untuk wujud akulturasi dalam seni sastra dapat dibuktikan dengan adanya suatu ceritera/kisah
yang berkembang di Indonesia yang bersumber dari

kitab Ramayana yang ditulis oleh Walmiki dan


kitab Mahabarata yang ditulis oleh Wiyasa.

Kedua kitab tersebut merupakan kitab kepercayaan umat Hindu. Tetapi setelah berkembang di
Indonesia tidak sama proses seperti aslinya dari India karena sudah disadur kembali oleh
pujangga-pujangga Indonesia, ke dalam bahasa Jawa kuno. Dan,tokoh-tokoh cerita dalam kisah
tersebut ditambah dengan hadirnya tokoh punokawan seperti Semar, Bagong, Petruk dan Gareng.
Bahkan dalam kisah Bharatayuda yang disadur dari kitab Mahabarata tidak menceritakan perang
antar Pendawa dan Kurawa,melainkan menceritakan kemenangan Jayabaya dari Kediri melawan
Jenggala.
Di samping itu juga, kisah Ramayana maupun Mahabarata diambil sebagai suatu ceritera dalam
seni pertunjukan di Indonesia yaitu salah satunya pertunjukan Wayang.

Seni pertunjukan wayang merupakan salah satu kebudayaan asli Indonesia sejak zaman
prasejarah dan pertunjukan wayang tersebut sangat digemari terutama oleh masyarakat Jawa.
Untuk itu wujud akulturasi dalam pertunjukan wayang tersebut terlihat dari pengambilan lakon
ceritera dari kisah Ramayana maupun Mahabarata yang berasal dari budaya India, tetapi tidak
sama persis dengan aslinya karena sudah mengalami perubahan.
Perubahan tersebut antara lain terletak dari karakter atau perilaku tokoh-tokoh ceritera misalnya
dalam kisah Mahabarata keberadaan tokoh Durna, dalam cerita aslinya Dorna adalah seorang
maha guru bagi Pendawa dan Kurawa dan berperilaku baik, tetapi dalam lakon di Indonesia
Dorna adalah tokoh yang berperangai buruk suka menghasut.
Demikian penjelasan tentang wujud akulturasi dalam bidang kesenian. Dan yang perlu dipahami
dari seluruh uraian tentang wujud akulturasi tersebut bahwa unsur budaya India tidak pernah
menjadi unsur budaya yang dominan dalam kerangka budaya Indonesia, karena dalam proses
akulturasi tersebut, Indonesia selalu bertindak selektif.
Untuk memudahkan Anda dalam memahami uraian materi wujud akulturasi Kebudayaan
Indonesia dengan Kebudayaan India, maka simaklah ikhtisar dari wujud akulturisasi tersebut
seperti pada tabel 1.3 berikut ini.
Tabel 1.3. Ikhtisar wujud kulturasi kebudayaan Indonesia dengan

https://togapardede.wordpress.com/2013/02/20/wujud-akulturasi-kebudayaanhindu-budha-dengan-kebudayaan-indonesia/

AKULTURASI BUDAYA HINDU-BUDHA DAN TRADISI LOKAL DI


NUSANTARA

Munculnya budaya Hindu-Buddha (India) di Indonesia sangat besar


pengaruhnya terhadap seni bangunan, terutama pada bangunan candi.
Candi Hindu dan Buddha yang ditemukan di Indonesia pada dasarnya
merupakan wujud akulturasi. Dasar bangunan candi itu merupakan hasil
pembangunan bangsa Indonesia dari zaman Megalitikum, yaitu dari
bangunan punden berundak-undak. Punden berundak-undak ini mendapat
pengaruh Hindu-Buddha, sehingga menjadi wujud sebuah candi. Seni
Rupa/ Seni Lukis Unsur seni rupa atau seni lukis India telah masuk ke
Indonesia. Hal ini terbukti dengan ditemukannya patung Budhha
berlanggam Gandara di kota Bangun, Kutai. Juga patung Buddha
berlanggam Amarawati ditemukan di Sikadeng (Sulawesi Selatan). Pada
Candi Borobudurtampak adanya seni rupa India, dengan ditemukannya
relief-relief ceritasang Buddha Gautama. Relief pada Candi Borobudur
umumnya menunjukkan suasana alam Indonesia, terlihat dengan adanya
lukisan rumah panggung dan hiasan burung merpati.

Masuk dan berkembangnya pengaruh Hindu-Buddha ke Indonesia


mengakibatkan terjadinya percampuran antara kedua kepercayaan itu,
namun tidak meninggalkan kepercayaan asli Indonesia, terutama dilihat
dari segi pemujaan terhadap roh nenek moyang dan pemujaan terhadap
dewa-dewa alam. Sosial Dalam bidang sosial, terjadi bentuk perubahan
dalam tata kehidupan sosial masyarakat. Misalnya, dalam masyarakat
Hindu diperkenalkan adanya sistem kasta . Ekonomi Dalam bidang
ekonomi, tidak begitu besar pengaruhnya dan tidak begitu banyak terjadi
perubahan, karena masyarakat Indonesia telah mengenal aktivitas
perekonomian melalui pelayaran dan perdagangan jauh sebelum
masuknya pengaruh Hindu-Buddha. Pemerintahan Sebelum masuknya
pengaruh Hindu-Buddha ke Indonesia, bangsa Indonesia telah mengenal
sistem pemerintahan seorang kepala suku.
Sistem pemerintahan seorang kepala suku berlangsung secara demokratis,
dimana salah seorang kepala suku merupakan pimpinan yang dipilih dari
kelompok sukunya, karena memiliki kelebihan dari anggota suku lain.
Akan tetapi, setelah masuknya pengaruh Hindu-Buddha, tata
pemerintahan disesuaikan dengan sistem pemerintahan yang berkembang
di India. Seorang kepala suku, melainkan seorang raja yang memerintah

atas wilayah kerajaannya secara turun temurun. Bukan lagi ditentukan


oleh kemampuan, melainkan keturunan.
Dengan mempelajari dan mengenal lebih dalam mengenai berbagai nilai
budaya hasil akulturasi budaya asli Indonesia dengan nilai budaya Hindu
Budha tersebut kita akan lebih paham lagi tentang sejarah budaya-budaya
yang ada di Indonesia khususnya yang lahir dari proses akultuasi ini.
Akulturasi adalah perpaduan antara kebudayaan yang berbeda yang
langsung bertemu secara damai dan serasi. Kedua unsur kebudayaan yang
bertemu hidupberdampingan dan saling mengisi, namun perpaduan
tersebut tidak menghilangkan unsur-unsur asli dari kebudayaan.
Indonesia. Jauh sebelum masuknya kebudayaan Hindu, masyarakat
Indonesia telah memiliki kebudayaan yang cukup maju. Unsur-unsur
kebudayaan asli Indonesia telah tumbuh dan berkembang dalam
kehidupan masyarakat Indonesia. Masuknya pengaruh Hindu-Buddha ke
Indonesia telah membawa perubahan dalam berbagai aspek kehidupan
masyarakat Indonesia. Kebudayaan Hindu-Buddha yang masuk ke
Indonesia tidak diterima begitu saja.
Unsur-unsur kebudayaan tersebut diterima dan diolah serta disesuaikan
dengan kehidupan masyarakat Indonesia. Hal ini disebabkan Pertama,
masyarakat Indonesia memiliki dasar-dasar kebudayaan yang cukup tinggi
sehingga masuknya kebudayaan asing ke Indonesia menambah
perbendaharaan kebudayaan Indonesia. Kedua, bangsa Indonesia memiliki
apa yang disebut dengan istilah Local Genius, yaitu kecakapan suatu
bangsa untuk menerima unsur-unsur kebudayaan asing dan mengolahnya
sesuai dengan kepribadian bangsa Indonesia. Seni Bangunan Munculnya
budaya Hindu-Buddha (India) di Indonesia sangat besar pengaruhnya
terhadap seni bangunan, terutama pada bangunan candi. Candi Hindu dan
Buddha yang ditemukan di Indonesia pada dasarnya merupakan wujud
akulturasi.
Dasar bangunan candi itu merupakan hasil pembangunan bangsa Indonesia
dari zaman Megalitikum, yaitu dari bangunan punden berundak-undak.
Punden berundak-undak ini mendapat pengaruh Hindu-Buddha, sehingga
menjadi wujud sebuah candi. Seni Rupa/ Seni Lukis Unsur seni rupa atau
seni lukis India telah masuk ke Indonesia. Hal ini terbukti dengan
ditemukannya patung Budhha berlanggam Gandara di kota Bangun, Kutai.
Juga patung Buddha berlanggam Amarawati ditemukan di Sikadeng
(Sulawesi Selatan). Pada Candi Borobudurtampak adanya seni rupa India,
dengan ditemukannya relief-relief ceritasang Buddha Gautama. Relief
pada Candi Borobudur umumnya menunjukkan suasana alam Indonesia,
terlihat dengan adanya lukisan rumah panggung dan hiasan burung

merpati. Di samping itu, terdapat hiasan perahu bercadik. Lukisan


tersebut merupakan lukisan asli Indonesia dan tidak pernah ditemukan
pada candi-candi yang terdapat di India. Juga relief pada candi
Prambanan yang memuat cerita Ramayana. Seni Sastra Seni sastra India
turut memberi corak dalam seni sastra Indonesia. Bahasa Saskreta sangat
besar pengaruhnya terhadap perkembangan sastra Indonesia. Prsastiprasasti awal menunjukkan pengaruh Hindu-Buddha di Indonesia, seperti
yang ditemukan di Kalimantan Timur, Sriwijaya, Jawa Barat, dan Jawa
Tengah. Prasasti itu ditulis dengan bahasa Sanskreta sangat dominan
terutama dalamistilah-istilah pemerintahan. Juga kitab-kitab kuno di
Indonesia banyak yang mempergunakan bahasa Sanskreta. Kalender
Wujud akulturasi kebudayaan Hindu ke dalam kehidupan masyarakat
Indonesia adalah dengan diadopsinya sistem kalender atau penanggalan
India. Sistem kalender yang menggunakan tahun saka telah dipakai dalam
sistem penanggalan. Disamping itu, ditemukan Candra Sangkala
(kronogram) dalam usaha memperingati peristiwa sengan tahun atau
kalender saka. Kepercayaan Filsafat Sebelum masuknya pengaruh HinduBuddha ke Indonesia, bangsa Indonesia telah mengenal dan memiliki
kepercayaan, yaitu pemujaan terhadap roh nenek moyang. Kepercayaan
itu bersifat animisme dan dinamisme. Kemudian, mengakibatkan
terjadinya akulturasi. Masuk dan berkembangnya pengaruh Hindu-Buddha
ke Indonesia mengakibatkan terjadinya percampuran antara kedua
kepercayaan itu, namun tidak meninggalkan kepercayaan asli Indonesia,
terutama dilihat dari segi pemujaan terhadap roh nenek moyang dan
pemujaan terhadap dewa-dewa alam. Sosial Dalam bidang sosial, terjadi
bentuk perubahan dalam tata kehidupan sosial masyarakat. Misalnya,
dalam masyarakat Hindu diperkenalkan adanya sistem kasta .
Ekonomi Dalam bidang ekonomi, tidak begitu besar pengaruhnya dan
tidak begitu banyak terjadi perubahan, karena masyarakat Indonesia
telah mengenal aktivitas perekonomian melalui pelayaran dan
perdagangan jauh sebelum masuknya pengaruh Hindu-Buddha.
Pemerintahan Sebelum masuknya pengaruh Hindu-Buddha ke Indonesia,
bangsa Indonesia telah mengenal sistem pemerintahan seorang kepala
suku. Sistem pemerintahan seorang kepala suku berlangsung secara
demokratis, dimana salah seorang kepala suku merupakan pimpinan yang
dipilih dari kelompok sukunya, karena memiliki kelebihan dari anggota
suku lain. Akan tetapi, setelah masuknya pengaruh Hindu-Buddha, tata
pemerintahan disesuaikan dengan sistem pemerintahan yang berkembang
di India. Seorang kepala suku, melainkan seorang raja yang memerintah
atas wilayah kerajaannya secara turun temurun. Bukan lagi ditentukan
oleh kemampuan, melainkan keturunan.

Pada awal masuknya pengaruh asing seperti Hindu-Budha ataupun Islam


di wilayah Nusantara tidak langsung begitu saja para pendatang tersebut
menanam kebudayaan yang mereka bawa kepada masyarakat
sekitar.Mereka awalnya beradaptasi dengan kebudayaan lokal terlebih dulu
baru setelah itu mereka menanamkan budaya mereka. Dalam proses
penanaman itu tidak jarang menemui kendala seperti kuatnya pengaruh
kebudayaan lama dan tidak bisa digeser dengan budaya yang mereka
bawa. Maka dari itu mereka melakukan suatu pencampuran antara budaya
mereka dengan budaya lokal atau yang lebih dikenal dengan akulturasi.
Akulturasi adalah perpaduan yang terjadi antara dua kebudayaan
berbeda atau lebih yang kemudian bertemu dan menghasilkan suatu
kebudayaan yang baru tanpa menghilangkan unsur dari kedua
kebudayaan yang bertemu tadi. Unsur kebudayaan baru yang masuk
kemudian bercampur dengan kebudayaan lama yang kemudian
menghasilkan kebudayaan baru tanpa menghilangkan unsur-unsur
kebudayaan lama. Seperti pada unsur kebudayaan lama dari masyarakat
Nusantara yang berakulturasi dengan unsur kebudayaan baru yakni HinduBudha dan keduanya menghasilkan unsur kebudayaan baru.memang dulu
sebelum adanya agama yang masuk dari luar, di Nusantara ini masih
menggunakan sistem kepercayaan lama yakni Animisme dan Dinamisme.
Namun setelah masuknya agama-agama dari luar terutama Hindu-Budha
kemudian sistem kepercayaan tadi bercampur atau berpadu dengan Hindu
Budha yang kemudian menghasilkan suatu kebudayaan yang baru.

Kepercayaan baru itu tidak meninggalkan kepercayaan asli dari


masyarakat Nusantara dan bahkan kepercayaan itu bercampur dengan
baik. Ini dapat dilihat dari pemujaan yang tetap dilakukan oleh masyarakat
terhadap nenek moyang maupun juga terhadap dewa-dewa yang ada
dalam Agama Hindu yang notabenya kepercayaan baru yang berkembang
ke Nusantara.
Memang didalam unsur budaya baru itu tidak bisa begitu saja masuk ke
Nusantara. Ini dikarenakan masyarakat Nusantara tidak mudah begitu saja
dalam menerima unsur kebudayaan baru karena mereka masih memiliki
unsur kebudayaan lama yang tetap mereka pertahankan hingga setelah
budaya baru itu masuk. Selain itu yang menyebabkan terjadinya akulturasi
budaya adalah sikap dari masyarakat Nusantara yang tidak bisa menerima
unsur budaya begitu saja dan juga harus disesuaikan dengan unsur
kebudayaan lama mereka. Tidak mudah begitu saja meninggalkan unsur

kebudayaan lama yang telah mereka peroleh dari nenek moyang. Harus
ada suatu kecakapan lokal dari masyarakat untuk memerima budaya baru
dan kemudian mengolahnya dan disesuaikan dengan budaya lama,
kecakapan lokal itu dapat disebut dengan local genius. yaitu kecakapan
suatu bangsa untuk menerima unsur-unsur kebudayaan asing dan
mengolahnya sesuai dengan kepribadian bangsa Indonesia.. Fakta
tentang Proses Interaksi Masyarakat Indonesia sebagai daerah yang dilalui
jalur perdagangan memungkinkan bagi para pedagang India untuk
sungguh tinggal di kota pelabuhan-pelabuhan di Indonesia guna menunggu
musim yang baik. Mereka pun melakukan interaksi dengan penduduk
setempat di luar hubungan dagang. Masuknya pengaruh budaya dan
agama Hindu-Budha di Indonesia dapat dibedakan atas 3 periode sebagai
berikut;

1.
Periode Awal (Abad V-XI M)
Pada periode ini, unsur Hindu-Budha lebih kuat dan lebih terasa serta
menonjol sedang unsur/ ciri-ciri kebudayaan Indonesia terdesak. Terlihat
dengan banyak ditemukannya patung-patung dewa Brahma, Wisnu, Siwa,
dan Budha di kerajaan-kerajaan seperti Kutai, Tarumanegara dan
Mataram Kuno.
2.
Periode Tengah (Abad XI-XVI M)
Pada periode ini unsur Hindu-Budha dan Indonesia berimbang. Hal
tersebut disebabkan karena unsur Hindu-Budha melemah sedangkan unsur
Indonesia kembali menonjol sehingga keberadaan ini menyebabkan
munculnya sinkretisme (perpaduan dua atau lebih aliran). Hal ini terlihat
pada peninggalan zaman kerajaaan Jawa Timur seperti Singasari, Kediri,
dan Majapahit. Di Jawa Timur lahir aliran Tantrayana yaitu suatu aliran
religi yang merupakan sinkretisme antara kepercayaan Indonesia asli
dengan agama Hindu-Budha.
Raja bukan sekedar pemimpin tetapi merupakan keturunan para dewa.
Candi bukan hanya rumah dewa tetapi juga makam leluhur.
3.
Periode Akhir (Abad XVI-sekarang)
Pada periode ini, unsur Indonesia lebih kuat dibandingkan dengan periode
sebelumnya, sedangkan unsur Hindu-Budha semakin surut karena
perkembangan politik ekonomi di India. Di Bali kita dapat melihat bahwa
Candi yang menjadi pura tidak hanya untuk memuja dewa. Roh nenek
moyang dalam bentuk Meru Sang Hyang Widhi Wasa dalam agama Hindu
sebagai manifestasi Ketuhanan Yang Maha Esa. Upacara Ngaben sebagai
objek pariwisata dan sastra lebih banyak yang berasal dari Bali bukan lagi
dari India.

Akulturasi dari kebudayaan lama dengan Hindu-Budha dapat dilihat dari :


1.Segi Sosial
Sebelum masuknya Hindu-Budha ke Nusantara masyarakat belum
mengenal dengan apa yang namanya sistem pembagian masyarakat atau
kasta. Semua masyarakat pada masa itu memiliki kedudukan yang sama
dan masih hidup dalam suatu kelompok-kelompok tertentu. Namun
setelah masuknya unsur baru yang berupa Hindu-Budha ini kemudian
masyarakat pada masa itu kehidupan sosialnya berubahdan dibedakan
atas sistem kasta

2.Sistem Pemerintahan
Pada masa sebelum masuknya Hindu-Budha masyarakat Nusantara
mengenal sistem pemerintahan yang dipimpin oleh kepala suku dan juga
keturunannya. Kepala suku dipilih masyarakat atas kemampuannya dalam
berbagai hal misalnya kemampuan untuk mengalahkan musuh ataupun
juga dalam berburu hewan.Namun setelah masuknya pengaruh HinduBudha kemudian sistem pemerintahan berubah namun masih juga memiliki
unsur budaya lokal, perubahan ini menjadi seorang raja yang memimpin
sebuah wilayah atau negara. Perkembangan itu menyesuaikan dengan
yang ada di India karena India merupakan daerah awal dimana HinduBudha tumbuh.Contohnya ialah nama Raja Kutai yang pertama pada saat
itu adalah Kudungga yang merupakan nama orang asli penduduk pribumi
pada masa itu, Kudungga merupakan seorang kepala suku. Namun
setelah itu nama anak dari Kudungga yaitu Aswawarman merupakan nama
yang sudah mendapat pengaruh India. Selain pemerintahan juga
mendapat pengaruh dari India yang dari kesukuan menjadi sebuah

kerajaan.

3.Kesenian
Di dalam kesenian ini akulturasi sangat terlihat jelas seperti contohnya
pada seni rupa atapun patung dan juga relief yang ada di Nusantara dulu
sepeti pada relief di Candi Borobudur yang menceritakan tentang
bagaimana perjalanan Sang Budha Gautama. Bentuk akulturasi dari
kebudayaan ini dapat dilihat dari relief yang menggambarkan tentang
keadaan alam dan geografis dari wilayah Nusantara sendiri di masa lalu
seperti adanya hiasan burung merpati ataupun juga hiasan tentang gambar
dari perahu bercadik yang tidak kita temukan di India.
Dalam seni sastra akulturasi nampak jelas seperti pada Sastra Jawa yang
mengalami proses akulturasi dengan kebudayaan India. Proses ini terjadi
dengan penyerapan unsur-unsur kebudayaan India terlihat dari prasasti
yang menggunakan huruf Pallawa dan Bahasa Sansekerta. Namun seiring
dengan bentuk akulturasinya dengan budaya lokal kemudian dari huruf
Pallawa dan Bahasa Sansekerta ini dikembangkan ke dalam Bahasa Jawa
Kuna ataupun bahasa yang lainnya yang masih dalam satu konteks
bahasa.

4.Sistem Penanggalan
Kalender atau sistem penanggalan yang ada di Nusantara yaitu yang
menggunakan tahun Saka merupakan sistem penanggalan yang mendapat
pengaruh dari budaya yang ada di India.Tidak diketahui pasti kapan nenek
moyang mengenal sistem pertanggalan dengan tahun saka ini. Namun
diduga orang India mengenalkan unsur-unsur kebudayaan tentang
pertanggalan ini sejak menjelang abad ke 5 M yang kemudian di terapkan
dalam kehidupan sehari-hari. Ini dapat dilihat Prasasti Tugu yang
dikeluarkan Raja Purnawarman dari Tarumanegara yang menyebutkan

unsur-unsur pertanggalan yakni tanggal 8 paruh gelap, bulan Phalgina dan


13 paruh terang bulan Caitra. Pertanggalan yang dilakukan oleh
Purnawarman adalah untuk menandai pembangunan Sungai
Gomati.Sebelum mengenal sistem penanggalan Saka, nenek moyang dulu
menggunakan rasi bintang sebagai penanda misalnya para petani dulu
untuk melihat perubahan musim dalam setahun biasanya menggunakan
gugusan bintang Weluku yang biasanya sekarang ini nampak pada Bulan
September sampai Maret. Namun setelah masuknya Hindu-Budha, sistem
penanggalan kemudian mendapat pengaruh yang signifikan yakni dengan
menggunakan tahun Saka sebagai sistem penanggalan yang digunakan
oleh masyarakat setempat.
5.Arsitektur
Dalam segi arsitektur yang ada semacam penyempurnaan bangunan
setelah masuknya budaya Hindu-Budha. Pada awalnya masyarakat
Indonesia sebelum masuknya budaya Hindu-Budha sudah mengenal
tentang sistem arsitektur atau bangunan. Ini dapat dilihat dari adanya
punden berundak yang sering dikaitkan dengan budaya Animisme dan
Dinamisme atau pemujaan terhadap leluhur mereka. Namun seiring
dengan adanya budaya Hindu-Budha yang masuk ke wilayah Nusantara,
budaya nenek moyang itu mengalami perkembangan yang signifikan.
Perkembangan itu dapat dilihat dari Candi Borobudur ataupun juga
bangunan di akhir masa Majapahit (abad 14 candi-candi di lereng
Penanggungan, Arjuna, Lawu) dibangun dengan mengambil bentuk
pundek berundak meskipun Majapahit merupakan kerajaan bercorak
Budha.
Ini dapat membuktikan adanya suatu bentuk akulturasi antara budaya asli
nenek moyang dengan pengaruh Hindu-Budha.
Contoh Wujud Akulturasi Budaya Hindu Buddha di Indonesia
Ada tiga hal mencolok yang dapat kita lihat sebagai wujud akultusai antara
nilai kebudayaan Hindu Budha dan nilai-nilai kebudayaan Indonesia asli
yaitu seni bangunan, kepercayaan dan juga sistem pemerintahan.
Munculnya budaya Hindu-Buddha (India) di Indonesia sangat besar
pengaruhnya terhadap seni bangunan, terutama pada bangunan candi.
Candi Hindu dan Buddha yang ditemukan di Indonesia pada dasarnya
merupakan wujud akulturasi. Dasar bangunan candi itu merupakan hasil
pembangunan bangsa Indonesia dari zaman Megalitikum, yaitu dari
bangunan punden berundak-undak. Punden berundak-undak ini mendapat
pengaruh Hindu-Buddha, sehingga menjadi wujud sebuah candi. Seni
Rupa/ Seni Lukis Unsur seni rupa atau seni lukis India telah masuk ke
Indonesia. Hal ini terbukti dengan ditemukannya patung Budhha

berlanggam Gandara di kota Bangun, Kutai. Juga patung Buddha


berlanggam Amarawati ditemukan di Sikadeng (Sulawesi Selatan). Pada
Candi Borobudurtampak adanya seni rupa India, dengan ditemukannya
relief-relief ceritasang Buddha Gautama. Relief pada Candi Borobudur
umumnya menunjukkan suasana alam Indonesia, terlihat dengan adanya
lukisan rumah panggung dan hiasan burung merpati.
Masuk dan berkembangnya pengaruh Hindu-Buddha ke Indonesia
mengakibatkan terjadinya percampuran antara kedua kepercayaan itu,
namun tidak meninggalkan kepercayaan asli Indonesia, terutama dilihat
dari segi pemujaan terhadap roh nenek moyang dan pemujaan terhadap
dewa-dewa alam. Sosial Dalam bidang sosial, terjadi bentuk perubahan
dalam tata kehidupan sosial masyarakat. Misalnya, dalam masyarakat
Hindu diperkenalkan adanya sistem kasta . Ekonomi Dalam bidang
ekonomi, tidak begitu besar pengaruhnya dan tidak begitu banyak terjadi
perubahan, karena masyarakat Indonesia telah mengenal aktivitas
perekonomian melalui pelayaran dan perdagangan jauh sebelum
masuknya pengaruh Hindu-Buddha. Pemerintahan Sebelum masuknya
pengaruh Hindu-Buddha ke Indonesia, bangsa Indonesia telah mengenal
sistem pemerintahan seorang kepala suku.
Sistem pemerintahan seorang kepala suku berlangsung secara
demokratis, dimana salah seorang kepala suku merupakan pimpinan yang
dipilih dari kelompok sukunya, karena memiliki kelebihan dari anggota suku
lain. Akan tetapi, setelah masuknya pengaruh Hindu-Buddha, tata
pemerintahan disesuaikan dengan sistem pemerintahan yang berkembang
di India. Seorang kepala suku, melainkan seorang raja yang memerintah
atas wilayah kerajaannya secara turun temurun. Bukan lagi ditentukan oleh
kemampuan, melainkan keturunan.
Akulturasi adalah perpaduan antara kebudayaan yang berbeda yang
langsung bertemu secara damai dan serasi. Kedua unsur kebudayaan
yang bertemu hidupberdampingan dan saling mengisi, namun perpaduan
tersebut tidak menghilangkan unsur-unsur asli dari kebudayaan. Indonesia.
Jauh sebelum masuknya kebudayaan Hindu, masyarakat Indonesia telah
memiliki kebudayaan yang cukup maju. Unsur-unsur kebudayaan asli
Indonesia telah tumbuh dan berkembang dalam kehidupan masyarakat
Indonesia. Masuknya pengaruh Hindu-Buddha ke Indonesia telah
membawa perubahan dalam berbagai aspek kehidupan masyarakat
Indonesia. Kebudayaan Hindu-Buddha yang masuk ke Indonesia tidak
diterima begitu saja. Unsur-unsur kebudayaan tersebut diterima dan diolah
serta disesuaikan dengan kehidupan masyarakat Indonesia. Hal ini
disebabkan Pertama, masyarakat Indonesia memiliki dasar-dasar
kebudayaan yang cukup tinggi sehingga masuknya kebudayaan asing ke
Indonesia menambah perbendaharaan kebudayaan Indonesia. Kedua,

bangsa Indonesia memiliki apa yang disebut dengan istilah Local Genius,
yaitu kecakapan suatu bangsa untuk menerima unsur-unsur kebudayaan
asing dan mengolahnya sesuai dengan kepribadian bangsa Indonesia.
Seni Bangunan Munculnya budaya Hindu-Buddha (India) di Indonesia
sangat besar pengaruhnya terhadap seni bangunan, terutama pada
bangunan candi. Candi Hindu dan Buddha yang ditemukan di Indonesia
pada dasarnya merupakan wujud akulturasi. Dasar bangunan candi itu
merupakan hasil pembangunan bangsa Indonesia dari zaman Megalitikum,
yaitu dari bangunan punden berundak-undak. Punden berundak-undak ini
mendapat pengaruh Hindu-Buddha, sehingga menjadi wujud sebuah candi.
Seni Rupa/ Seni Lukis Unsur seni rupa atau seni lukis India telah masuk ke
Indonesia. Hal ini terbukti dengan ditemukannya patung Budhha
berlanggam Gandara di kota Bangun, Kutai. Juga patung Buddha
berlanggam Amarawati ditemukan di Sikadeng (Sulawesi Selatan). Pada
Candi Borobudurtampak adanya seni rupa India, dengan ditemukannya
relief-relief ceritasang Buddha Gautama. Relief pada Candi Borobudur
umumnya menunjukkan suasana alam Indonesia, terlihat dengan adanya
lukisan rumah panggung dan hiasan burung merpati. Di samping itu,
terdapat hiasan perahu bercadik. Lukisan tersebut merupakan lukisan asli
Indonesia dan tidak pernah ditemukan pada candi-candi yang terdapat di
India. Juga relief pada candi Prambanan yang memuat cerita Ramayana.
Seni Sastra Seni sastra India turut memberi corak dalam seni sastra
Indonesia. Bahasa Saskreta sangat besar pengaruhnya terhadap
perkembangan sastra Indonesia. Prsasti-prasasti awal menunjukkan
pengaruh Hindu-Buddha di Indonesia, seperti yang ditemukan di
Kalimantan Timur, Sriwijaya, Jawa Barat, dan Jawa Tengah. Prasasti itu
ditulis dengan bahasa Sanskreta sangat dominan terutama dalamistilahistilah pemerintahan. Juga kitab-kitab kuno di Indonesia banyak yang
mempergunakan bahasa Sanskreta. Kalender Wujud akulturasi
kebudayaan Hindu ke dalam kehidupan masyarakat Indonesia adalah
dengan diadopsinya sistem kalender atau penanggalan India. Sistem
kalender yang menggunakan tahun saka telah dipakai dalam sistem
penanggalan. Disamping itu, ditemukan Candra Sangkala (kronogram)
dalam usaha memperingati peristiwa sengan tahun atau kalender saka.
Kepercayaan Filsafat Sebelum masuknya pengaruh Hindu-Buddha ke
Indonesia, bangsa Indonesia telah mengenal dan memiliki kepercayaan,
yaitu pemujaan terhadap roh nenek moyang. Kepercayaan itu bersifat
animisme dan dinamisme. Kemudian, mengakibatkan terjadinya akulturasi.
Masuk dan berkembangnya pengaruh Hindu-Buddha ke Indonesia
mengakibatkan terjadinya percampuran antara kedua kepercayaan itu,
namun tidak meninggalkan kepercayaan asli Indonesia, terutama dilihat
dari segi pemujaan terhadap roh nenek moyang dan pemujaan terhadap

dewa-dewa alam. Sosial Dalam bidang sosial, terjadi bentuk perubahan


dalam tata kehidupan sosial masyarakat. Misalnya, dalam masyarakat
Hindu diperkenalkan adanya sistem kasta . Ekonomi Dalam bidang
ekonomi, tidak begitu besar pengaruhnya dan tidak begitu banyak terjadi
perubahan, karena masyarakat Indonesia telah mengenal aktivitas
perekonomian melalui pelayaran dan perdagangan jauh sebelum
masuknya pengaruh Hindu-Buddha. Pemerintahan Sebelum masuknya
pengaruh Hindu-Buddha ke Indonesia, bangsa Indonesia telah mengenal
sistem pemerintahan seorang kepala suku. Sistem pemerintahan seorang
kepala suku berlangsung secara demokratis, dimana salah seorang kepala
suku merupakan pimpinan yang dipilih dari kelompok sukunya, karena
memiliki kelebihan dari anggota suku lain. Akan tetapi, setelah masuknya
pengaruh Hindu-Buddha, tata pemerintahan disesuaikan dengan sistem
pemerintahan yang berkembang di India. Seorang kepala suku, melainkan
seorang raja yang memerintah atas wilayah kerajaannya secara turun
temurun. Bukan lagi ditentukan oleh kemampuan, melainkan keturunan.
http://tidelpunya.blogspot.com/2014/04/akulturasi-budaya-hindu-budha-dan.html

MAKALAH AKULTURASI KEBUDAYAAN INDONESIA ASLI DAN HINDU


BUDDHA

MAKALAH

AKULTURASI KEBUDAYAAN INDONESIA ASLI


DAN HINDU BUDDHA

Kata Pengantar
Segala puji bagi Tuhan YME karena dengan rahmat dan perkenaannya kami
dapat menyelesaikan penyusunan makalah yang berjudul : Akulturasi kebudayaan
indonesia asli dengan hindu-buddha.
Penyusunan makalah ini dengan maksud untuk menjelaskan tentang suatu
proses percampuran antara unsur unsur kebudayaan indonesia asli dengan
kebudayaan hindu-buddha sehingga membentuk kebudayaan baru.
Adapun penjabaran makalah ini mengacu pada konsep kpnsep sejarah dan
ditekankan pada hal hal berikut ini:
1. Pengertian dari akulturasi kebudaya indonesia asli dengan kebudayaan hindubuddha
2. Contoh contoh hasil akulturasi kebudayaan indonesia asli dengan hindu-buddha.
Kami berharap makalah ini dapat bermanfaat bagi semua pihak. Dan kami
menyadari bahwa makalah ini tidak luput dari kekurangan,oleh karena itu,segala
kritik dan saran yang kami terima akan kami jadikan masukan yang berharga untuk
perbaikan makalah ini.
Purworejo, 18 Januari 2014
Penyusun

DAFTAR ISI
Halaman
HALAMAN JUDUL...........................................................................

KATA PENGANTAR..........................................................................

ii

DAFTAR ISI.......................................................................................

iii

BAB I

PENDAHULUAN...............................................................

A. Latar Belakang....................................................................................

B. Tujuan

........................................................................................2

BAB II PEMBAHASAN .................................................................

A. AKULTURASI BUDAYA .................................................................

B. Wujud Akulturasi Kebudayaan Indonesia dengan Hindu-Buddha.....

BAB III PENUTUP ...........................................................................

10

A. Kesimpulan ........................................................................................

10

B. Kritik dan Saran ................................................................................ 10


DAFTAR PUSTAKA .......................................................................... 11

BAB I
PENDAHULUAN
A.

Latar Belakang

Dalam kehidupan sehari-hari, orang tidak terlepas dari hasil-hasil


kebudayaan. Setiap orang melihat, mempergunakan, meyakini, bahkan merusak
kebudayaan yang ada. Masyarakat adalah orang atau manusia yang hidup bersama
menghasilkan kebudayaan, keduanya tidak dipisahkan dan merupakan dwitunggal
(Jacobus, 2006:20). E. b. Taylor (1994:1) menmemberika definisi mengenai
kebudayaan bahwa kebudayaan merupakan hal kompleks yang mencakup
pengetahuan, kepercayaan, kesenian, moral, hukum, adat istiadat, dan lain
kemampuan-kemanpuan serta kebiasaan-kebiasaan yang didapat manusia sebagai
anggota masyarakat. Denga kata lain, kebudayaan mencakup kesemuanya, yang
didapatkan atau dipelajari oleh manusia sebagai anggota masyarakat. Kebudayaan
terdiri atas segala sesuatu yang dipelajari oleh pola-pola berfikir, merasakan, dan
bertindak (Jacobus, 2006:21)
Bangsa Indonesia adalah bangsa yang besar. Bangsa yang besar berarti
bangsa yang berbudi luhur dan menghargai kebudayaan. Kebudayaan dapat berupa
kebendendaan dan dapat pula berupa cerita. Salah satu contoh bentuk budaya
berupa cerita yaitu kisah dari pewayangan yang sangat terkenal di Indonesia.
Kebudayaan Indonesia tidak lepas dari pembauran dengan budaya lain, yang
menciptakan suatu kebudayaan baru yang dari masing-masing kebudayaan tersebut
tidak menghilangkan ciri khas masing-masing atau yang sering disebut dengan
akulturasi budaya. Yang hingga kini sebagian dari bukti nyata adanya akulturasi
budaya asli Indonesia dengan kebudayaan Hindu-Budha masih dapat kita saksikan.
Oleh karena itu,kelestarian segala peninggalan yang hingga saat ini masih
berlangsung di tengah-tengah masyarakat, baik berupa kebudayaan material
(material cultur) dan kebudayaan kerohanian (spiritual cultur). Maka sebab itu,
kita perlu mengkaji ulang Akulturasi Kebudayaan Indonesia Asli dengan HinduBudha secara lebih dalam. Baik penyebab, dampak, maupun dukti peninggalan
dari akulturasi kebudayaan tersebut.

B.
Tujuan
Tujuan diadakannya pembuatan makalah ini:
1) Mengetahui apa makna akulturasi kebudayaan.
2) Mengetahui proses akulturasi.
3) Mengetahui bentuk-bentuk peninggalan atau hasil akulturasi budaya Indonesia
dengan hindu budha.

BAB II
PEMBAHASAN
Akulturasi Kebudayaan Indonesia Asli dan Hindu-Buddha
A. AKULTURASI BUDAYA
Dalam bahasa Inggris kebudayaan disebut culture yang berasal dari
kata Latin Colere yaitu mengolah atau mengerjakan. Kata culture juga kadang
diterjemahkan sebagai "kultur" dalam bahasa Indonesia.
Akulturasi adalah bertemunya dua kebudayaan yang berbeda dan melebur
menjadi satu yang menghasilkan kebudayaan baru tetapi tidak menghilangkan sifat
kebudayaan aslinya. Kebudayaan baru hasil akulturasi tersebut masing-masing
tidak kehilangan kepribadian atau ciri khasnya. Oleh karena itu, untuk dapat
berakulturasi, masing-masing kebudayaan harus seimbang.
Sedangkan Budaya berasal dari bahasa Sanskerta yaitu buddhayah, yang
merupakan bentuk jamak dari buddhi (budi atau akal) diartikan sebagai hal-hal
yang berkaitan dengan budi dan akal manusia. Budaya adalah suatu cara hidup
yang berkembang dan dimiliki bersama oleh sebuah kelompok orang dan
diwariskan dari generasi ke generasi. Budaya terbentuk dari banyak unsur yang
rumit, meliputi dalam bidang sistem agama dan politik, adat istiadat, bahasa,
perkakas, pakaian, bangunan, dan karya seni.
Jauh sebelum masuknya kebudayaan Hindu, masyarakat Indonesia telah
memiliki kebudayaan yang cukup maju. Unsur-unsur kebudayaan asli Indonesia
telah tumbuh dan berkembang dalam kehidupan masyarakat Indonesia. Masuknya
pengaruh Hindu-Buddha ke Indonesia telah membawa perubahan dalam berbagai
aspek kehidupan masyarakat Indonesia. Kebudayaan Hindu-Buddha yang masuk
ke Indonesia tidak diterima begitu saja. Kebudayaan Hindu Budha yang masuk
ke Indonesia tidak diterima seperti apa adanya, tetapi diolah, ditelaah dan
disesuaikan dengan budaya yang dimiliki penduduk Indonesia, sehingga budaya
tersebut berpadu dengan kebudayaan asli Indonesia menjadi bentuk akulturasi
kebudayaan Indonesia Hindu Budha.
Hal ini disebabkan, pertama, masyarakat Indonesia memiliki dasar-dasar
kebudayaan yang cukup tinggi sehingga masuknya kebudayaan asing ke Indonesia
menambah perbendaharaan kebudayaan Indonesia. Kedua, bangsa Indonesia
memiliki apa yang disebut dengan istilah Local Genius, yaitu kecakapan suatu

bangsa untuk menerima unsur-unsur kebudayaan asing dan mengolahnya sesuai


dengan kepribadian bangsa Indonesia.
Masuknya pengaruh budaya dan agama Hindu-Budha di Indonesia dapat
dibedakan atas 3 periode, yaitu :
Pertama
Periode Awal (Abad V-XI M) unsur kebudayaan Hindu-Budha lebih kuat dan
lebih terasa serta menonjol sedang unsur/ ciri-ciri kebudayaan Indonesia terdesak.
Kedua
Periode Tengah (Abad XI-XVI M) Pada periode ini unsur kebudayaan HinduBudha dan kebudayaan Indonesia berimbang. Dan selanjutnya, unsure kebudayaan
Hindu-Budha Melemah aliran Tantrayana (perpaduan antara budaya lokal
dengan Hindu-budha).
Ketiga
Periode Akhir (Abad XVI-sekarang) Pada periode ini, unsur kebudayaan
Indonesia lebih kuat dibandingkan dengan periode sebelumnya, sedangkan unsure
kebudayaan Hindu-Budha semakin surut.
Di bawah ini beberapa faktor-faktor yang menyebabkan timbulnya suatu proses
Akulturasi. Diantaranya:
Faktor Intern (dalam), antara lain:

3.

Bertambah dan berkurangnya penduduk (kelahiran, kematian, migrasi)

Adanya Penemuan Baru:

1.
ada

Discovery: penemuan ide atau alat baru yang sebelumnya belum pernah

2.

Invention : penyempurnaan penemuan baru

Innovation /Inovasi: pembaruan atau penemuan baru yang diterapkan dalam


kehidupan masyarakat sehingga menambah, melengkapi atau mengganti yang telah
ada. Penemuan baru didorong oleh : kesadaran masyarakat akan kekurangan
unsure dalam kehidupannya, kualitas ahli atau anggota masyarakat

Konflik yang terjadii dalam masyarakat

Pemberontakan atau revolusi

Faktor Ekstern (luar), antara lain:


1. Perubahan alam
2. Peperangan

3. Pengaruh kebudayaan lain melalui difusi(penyebaran kebudayaan), akulturasi


( pembauran antar budaya yang masih terlihat masing-masing sifat khasnya),
asimilasi (pembauran antar budaya yang menghasilkan budaya yang sama sekali
baru batas budaya lama tidak tampak lagi)
Beberapa faktor pendorong perubahan sosial:
1. Sikap menghargai hasil karya orang lain
2. Keinginan untuk maju
3. System pendidikan yang maju
4. Toleransi terhadap perubahan
5. System pelapisan yang terbuka
6. Penduduk yang heterogen
7. Ketidak puasan masyarakat terhadap bidang kehidupan tertentu
8. Orientasi ke masa depan
9. Sikap mudah menerima hal baru.

UNSUR BUDAYA INDIA


TIDAK PERNAH MENJADI UNSUR BUDAYA YANG DOMINAN DALAM
KERANGKA BUDAYA INDONESIA, KARENA DALAM PROSES
AKULTURASI TERSEBUT, INDONESIA SELALU
BERTINDAK SELEKTIF

B. WUJUD AKULTURASI KEBUDAYAAN INDONESIA DENGAN HINDUBUDDHA


Wujud akulturasi kebudayaan Indonesia dengan kebudayaan Hindu-Buddha
tersebut dapat Anda simak pada uraian materi unsur-unsur budaya berikut ini:
1. BAHASA
Wujud akulturasi dalam bidang bahasa, dapat dilihat dari adanya
penggunaan bahasa Sansekerta yang dapat Anda temukan sampai sekarang
dimana bahasa Sansekerta memperkaya perbendaharaan bahasa Indonesia.
Penggunaan bahasa Sansekerta pada awalnya banyak ditemukan pada
prasasti (batu bertulis) peninggalan kerajaan Hindu Budha pada abad 5 7 M,
contohnya prasasti Yupa dari Kutai, prasasti peninggalan Kerajaan Tarumanegara.
Tetapi untuk perkembangan selanjutnya bahasa Sansekerta di gantikan oleh bahasa
Melayu Kuno seperti yang ditemukan pada prasasti peninggalan kerajaan
Sriwijaya 7 13 M. Untuk aksara, dapat dibuktikan adanya penggunaan huruf
Pallawa, kemudian berkembang menjadi huruf Jawa Kuno (kawi) dan huruf
(aksara) Bali dan Bugis. Hal ini dapat dibuktikan melalui Prasasti Dinoyo
(Malang) yang menggunakan huruf Jawa Kuno.
2. RELIGI / KEPERCAYAAN
Sistem kepercayaan yang berkembang di Indonesia sebelum agama HinduBudha masuk ke Indonesia adalah kepercayaan yang berdasarkan pada Animisme
dan Dinamisme.
Dengan masuknya agama Hindu Budha ke Indonesia, masyarakat Indonesia
mulai menganut/mempercayai agama-agama tersebut. Agama Hindu dan Budha
yang berkembang di Indonesia sudah mengalami perpaduan dengan kepercayaan
animisme dan dinamisme, atau dengan kata lain mengalami Sinkritisme.
Sinkritisme adalah bagian dari proses akulturasi, yang berarti perpaduan dua
kepercayaan yang berbeda menjadi satu. Untuk itu agama Hindu dan Budha yang
berkembang di Indonesia, berbeda dengan agama Hindu Budha yang dianut oleh
masyarakat India. Perbedaaan-perbedaan tersebut dapat Anda lihat dalam upacara
ritual yang diadakan oleh umat Hindu atau Budha yang ada di Indonesia.
Contohnya, upacara Nyepi yang dilaksanakan oleh umat Hindu Bali, upacara
tersebut tidak dilaksanakan oleh umat Hindu di India.
3. SISTEM PEMERINTAHAN
Sistem pemerintahan yang berkembang di Indonesia adalah bentuk kerajaan
yang diperintah oleh seorang raja secara turun temurun.

Raja di Indonesia ada yang dipuja sebagai dewa atau dianggap keturunan dewa
yang keramat, sehingga rakyat sangat memuja Raja tersebut, hal ini dapat
dibuktikan dengan adanya raja-raja yang memerintah di Singosari seperti
Kertanegara diwujudkan sebagai Bairawa dan R Wijaya Raja Majapahit
diwujudkan sebagai Harhari (dewa Syiwa dan Wisnu jadi satu).
Pemerintahan Raja di Indonesia ada yang bersifat mutlak dan turun-temurun
seperti di India dan ada juga yang menerapkan prinsip musyawarah yang
merupakan kebudayaan asli Indonesia. Prinsip musyawarah diterapkan terutama
apabila raja tidak mempunyai putra mahkota yaitu seperti yang terjadi di kerajaan
Majapahit, pada waktu pengangkatan Wikramawardana.
4. SISTEM KEMASYARAKATAN
Wujud akulturasi di samping terlihat dalam sistem pemerintahan juga terlihat
dalam sistem kemasyarakatan, yaitu pembagian lapisan masyarakat berdasarkan
sistem kasta.
Sistem kasta menurut kepercayaan Hindu terdiri dari kasta Brahmana (golongan
Pendeta), kasta Ksatria (golongan Prajurit, Bangsawan), kasta Waisya (golongan
pedagang) dan kasta Sudra (golongan rakyat jelata).
Kasta-kasta tersebut juga berlaku atau dipercayai oleh umat Hindu Indonesia
tetapi tidak sama persis dengan kasta-kasta yang ada di India karena kasta India
benar-benar diterapkan dalam seluruh aspek kehidupan, sedangkan di Indonesia
tidak demikian, karena di Indonesia kasta hanya diterapkan untuk upacara
keagamaan.
5. EKONOMI
Dalam bidang ekonomi, tidak begitu besar pengaruhnya dan tidak begitu
banyak terjadi perubahan, karena masyarakat Indonesia telah mengenal aktivitas
perekonomian melalui pelayaran dan perdagangan jauh sebelum masuknya
pengaruh Hindu-Buddha. Namun, datangnya kebudayaan Hindu-Buddha membuat
masyarakat kuno Indonesia mulai mengenal Mata Uang / alat tukar.
6. PENGETAHUAN / TEKNOLOGI
Wujud akulturasi dalam bidang pengetahuan, salah satunya yaitu perhitungan
waktu berdasarkan kalender tahun saka, tahun dalam kepercayaan Hindu. Kalender
Saka merupakan kalender yang mengacu pada perputaran Bulan mengelilingi
Bumi untuk satu bulan. Kata Saka merupakan nama sebuah suku di India.
Menurut perhitungan satu tahun Saka sama dengan 365 hari dan perbedaan
tahun saka dengan tahun masehi adalah 78 tahun sebagai contoh misalnya tahun
saka 654, maka tahun masehinya 654 + 78 = 732 M. Dimasa Majapahit Kalender
Saka sudah menjadi Kalender Kerajaan.
Di samping adanya pengetahuan tentang kalender Saka, juga ditemukan
perhitungan tahun Saka dengan menggunakan Candrasangkala. Candrasangkala
adalah susunan kalimat atau gambar yang dapat dibaca sebagai angka.

Candrasangkala banyak ditemukan dalam prasasti yang ditemukan di pulau Jawa,


dan menggunakan kalimat bahasa Jawa salah satu contohnya yaitu kalimat Sirna
ilang kertaning bhumi apabila diartikan sirna = 0, ilang = 0, kertaning = 4 dan
bhumi = 1, maka kalimat tersebut diartikan dan belakang sama dengan tahun 1400
saka atau sama dengan 1478 M yang merupakan tahun runtuhnya Majapahit.
7. SENI BANGUNAN
Salah satu wujud akulturasi dalam seni bangunan terlihat dalam seni bangunan
Candi. Seni bangunan Candi tersebut memang mengandung unsur budaya India
tetapi keberadaan candi-candi di Indonesia tidak sama dengan candi-candi yang
ada di India, karena candi di Indonesia hanya mengambil unsur teknologi
perbuatannya melalui dasar-dasar teoritis yang tercantum dalam kitab Silpasastra
yaitu sebuah kitab pegangan yang memuat berbagai petunjuk untuk melaksanakan
pembuatan arca dan bangunan.
Untuk itu dilihat dari bentuk dasar maupun fungsi candi tersebut terdapat
perbedaan. Bentuk dasar bangunan candi di Indonesia adalah punden
berundak-undak yang merupakan bentuk asli dari Indonesia dan juga
merupakan salah satu peninggalan kebudayaan Megalithikum yang berfungsi
sebagai tempat pemujaan. Sedangkan yang khas dari India yaitu Stupa.
Fungsi bangunan candi itu sendiri di Indonesia sesuai dengan asal kata candi
tersebut. Perkataan candi berasal dari kata Candika yang merupakan salah satu
nama dewi Durga atau dewi maut, sehingga candi merupakan bangunan untuk
memuliakan orang yang telah wafat khususnya raja-raja dan orang-orang
terkemuka.
Di samping itu, dalam bahasa kawi candi berasal dari kata Cinandi artinya
yang dikuburkan. Untuk itu yang dikuburkan didalam candi bukanlah mayat atau
abu jenazah melainkan berbagai macam benda yang menyangkut lambang
jasmaniah raja yang disimpan dalam Pripih.
Dengan demikian fungsi candi Hindu di Indonesia adalah untuk pemujaan
terhadap roh nenek moyang atau dihubungkan dengan raja yang sudah meninggal.
Hal ini terlihat dari adanya lambang jasmaniah raja sedangkan fungsi candi di
India adalah untuk tempat pemujaan terhadap dewa, contohnya seperti candi-candi
yang terdapat di kota Benares merupakan tempat pemujaan terhadap dewa Syiwa.
Dalam seni bangunan juga terdapat bentuk Yupa yang terdapat di Kutai.
Bentuk Yupa mendapat unsur kebudayaan asli Indonesia yaitu menhir, sedangkan
unsur budaya India yaitu prasasti dan tiang adalah untuk menambatkan binatang
kurban.
Ada juga Lingga dan Yoni (lambang kesuburan), dengan unsure budaya India
adalah Lingga Yoni sedangkan unsure budaya Indonesia asli adalah Alu dan
Lumpang.
8. SENI RUPA DAN SENI UKIR

Pengaruh Hindhu-Buddha juga berkembang dalam bidang seni rupa, seni


pahat, dan seni ukir. Hal ini dapat dilihat pada relief atau seni ukir yang dipahatkan
pada bagian dinding candi. Misalnya, relief yang dipahatkan pada dinding-dinding
pagar langkan di Candi Borobudur yang berupa pahatan riwayat sang Buddha. Di
sekitar relief Sang Buddha terdapat relief lingkungan alam Indonesia seperti rumah
panggung dan burung merpati. Di samping itu, terdapat hiasan perahu bercadik.
Relief tersebut merupakan asli Indonesia dan tidak pernah ditemukan pada candicandi yang terdapat di India. Juga relief pada candi Prambanan yang memuat cerita
Ramayana.
Pada relief kala makara yang dasarnya adalah motif binatang dan tumbuhtumbuhan. Hal ini sudah di kenal sejak masa sebelum Hindu. Binatang-binatang
tersebut dianggap suci, maka sering diabadikan dengan cara dilukis.
9. SENI SASTRA
Seni sastra pada waktu Hindu-Buddha ada yang berbentuk prosa dan ada yang
berbentuk tembang (puisi). Berdasarkan isinya kasusteraan dapat dikelompokan
menjadi tiga, yaitu tutur (pitutur kitab keagamaan), kitab hukum, dan wiracarita
(kepahlawanan).
Bentuk wiracarita sangat terkenal di Indonesia, terutama kitab Ramayana dan
Mahabarata. Kemudian muncul wiracarita hasil gubahan para pujangga Indonesia.
Misalnya, Baratayuda yang digubah oleh Mpu Sedah dan Mpu Panuluh. Juga
munculnya cerita Carangan.
Berkembangnya karya sastra Ramayana dan Mahabarata, melahirkan seni
pertunjukan wayang kulit (wayang purwa). Isi dan cerita wayang banyak
mengandung nilai-nilai yang bersifat edukatif. Cerita wayang berasal dari budaya
Hindu-Buddha, tapi wayangnya asli dari Indonesia.
Di samping bentuk dan ragam hias wayang, muncul pula tokoh-tokoh
pewayangan yang khas Indonesia. Misalnya tokoh-tokoh punakawan seperti
Semar, Gareng, dan Petruk. Tokoh-tokoh ini tidak ditemukan di India.

BAB III
PENUTUP
A. Kesimpulan
1. Akulturasi adalah bertemunya dua kebudayaan yang berbeda dan melebur
menjadi satu yang menghasilkan kebudayaan baru tetapi tidak menghilangkan sifat
kebudayaan aslinya.

2. Kebudayaan baru hasil akulturasi tersebut masing-masing tidak kehilangan


kepribadian atau ciri khasnya. Oleh karena itu, untuk dapat berakulturasi, masingmasing kebudayaan harus seimbang.
3. Kebudayaan Hindu Budha yang masuk ke Indonesia tidak diterima seperti apa
adanya, tetapi diolah, ditelaah dan disesuaikan dengan budaya yang dimiliki
penduduk Indonesia, sehingga budaya tersebut berpadu dengan kebudayaan asli
Indonesia menjadi bentuk akulturasi kebudayaan Indonesia Hindu Budha.
4. Wujud akulturasi budaya dapat berupa bahasa, religi/kepercayaan, sistem
pemerintahan, sistem kemasyarakatan, ekonomi, pengetahuan/teknologi, seni
bangunan, seni rupa & seni ukir serta seni sastra.
5. Unsur budaya India tidak pernah menjadi unsur budaya yang dominan dalam
kerangka budaya Indonesia, karena dalam proses akulturasi tersebut, Indonesia
selalu bertindak selektif.
B. Kritik dan Saran
Demikian yang dapat kami paparkan mengenai materi yang menjadi pokok
bahasan dalam makalah ini, tentunya masih banyak kekurangan dan
kelemahannya, kerena terbatasnya pengetahuan dan kurangnya rujukan atau
referensi yang ada hubungannya dengan judul makalah ini.
Penulis banyak berharap para pembaca yang budiman dusi memberikan kritik
dan saran yang membangun kepada penulis demi sempurnanya makalah ini di
kesempatan kesempatan berikutnya.
Semoga makalah ini berguna bagi penulis pada khususnya juga para pembaca
yang budiman pada umumnya.
http://defajha.blogspot.com/2014/02/makalah-akulturasi-kebudayaanindonesia.html

Akulturasi Budaya Hindu-Budha

Pengertian Akulturasi Kebudayaan


Akuturasi adalah perpaduan antara kebudayaan yang berbeda yang berlangsung

dengan damai dan serasi. Contohnya, perpaduan kebudayaan antara Hindu-Budha


dengan kebudayaan Indonesia, dimana perpaduan antara dua kebudayaan itu tidak
menghilangkan unsur-unsur asli dari kedua kebudayaan tersebut.
Oleh karena itu, kebudayaan Hindu-Budha yang masuk ke Indonesia tidak diterima
begitu saja. Hal ini disebabkan:

Masyarakat Indonesia telah memiliki dasar-dasar kebudayaan yang cukup


tinggi, sehingga masuknya kebudayaan asing ke Indonesia menambah
perbendaharaan kebudayaan Indonesia.
Kecakapan istimewa. Bangsa Indonesia memiliki apa yang disebut dengan
istilah local genius, yaitu kecakapan suatu bangsa untuk menerima unsurunsur kebudayaan asing dan mengolah unsur-unsur tersebut sesuai dengan
kepribadian bangsa Indonesia.

Perwujudan Akulturasi Hindu-Budha di Indonesia dalam bentuk:


Seni Bangunan
Dasar bangunan candi itu merupakan hasil pembangunan bangsa Indonesia dari
zaman Megalitikum, yaitu bangunan punden berundak-undak. Punden berundakundak ini mendapat pengaruh Hindu-Budha, sehingga menjadi wujud sebuah
candi, seperti Candi Borobudur.
Seni rupa/Seni lukis
Unsur seni rupa dan seni lukis India telah masuk ke Indonesia.hal ini terbukti
dengan ditemukannya patung Budha berlanggam Gandara di kota Bangun, Kutai.
Juga patung Budha berlanggam Amarawati ditemukan di Sikendeng (Sulawesi
Selatan). Pada Candi Borobudur tampak adanya seni rupa India, dengan
ditemukannya relief-relief ceritera Sang Budha Gautama. Relief pada Candi
Borobudur pada umumnya lebih menunjukan suasana alam Indonesia, terlihat
dengan adanya lukisan rumah panggung dan hiasan burung merpati. Di samping
itu, juga terdapat hiasan perahu bercadik. Lukisan-lukisan tersebut merupakan
lukisan asli Indonesia, karena tidak pernah ditemukan pada candi-candi yang
terdapat di India. Juga relief pada Candi Prambanan yang memuat cerita
Ramayana.
Seni sastra
Prasasti-prasasti awal menunjukkan pengaruh Hindu-Budha di Indonesia, seperti
yang ditemukan di Kalimantan Timur, Sriwijaya, Jawa Barat, dan Jawa Tengah.
Prasasti itu ditulis dalam bahasa Sansekerta dan huruf Pallawa.
Kalender
Diadopsinya sistem kalender atau penanggalan India di Indonesia merupakan
wujud dari akulturasi, yaitu terlihat dengan adanya penggunaan tahun Saka di
Indonesia. Di samping itu, juga ditemukan Candra Sangkala atau konogram dalam

usaha memperingati peristiwa dengan tahun atau kalender Saka. Candra Sangkala
adala angka huruf berupa susunan kalimat atau gambar kata. Contoh tahun Candra
Sangkala adalah "Sirna Ilang Kertaning Bumi" sama dengan 1400 (tahun saka) dan
sama dengan 1478 Masehi.
Kepercayaan dan Filsafat
Masuk dan berkembangnya pengaruh Hindu-Budha tidak meninggalkan
kepercayaan asli bangsa Indonesia, terutama terlihat dari segi pemujaan terhadap
roh nenek moyang dan pemujaan terhadap dewa-dewa alam.
Pemerintahan
Setelah masuknya pengaruh Hindu-Budha, tata pemerintahan disesuaikan dengan
sistem kepala pemerintahan yang berkembang di India. Seorang kepala
pemerintahan bukan lagi seorang kepala suku, melainkan seorang raja, yang
memerintah wilayah kerajaannya secara turun temurun.
Desakan Budaya
Desakan suatu budaya pada budaya lain disebut dominasi. Contohnya masyarakat
Betawi, Aborigin dan Irian.
http://serbasejarah.blogspot.com/2011/03/akulturasi-budaya-hindu-budha.html

Anda mungkin juga menyukai