Anda di halaman 1dari 31

DAFTAR ISI

BAB I

PENDAHULUAN...................................................

A.Latar Belakang...............................................

B.Rumusan Masalah..........................................

C.Tujuan..............................................................

BAB II

PEMBAHASAN........................................................

A.Sumber Sejarah..............................................

B. Letak Kerajaan Kutai....................................

C. Kehidupan Politik..........................................

D. Kehidupan Sosial............................................

E. Kehidupan Agama..........................................

F. Kehidupan Ekonomi.......................................

G. Masa Keruntuhan Kerajaan Kutai...............

BAB III

KESIMPULAN................................................
SARAN.............................................................

BAB I

PENDAHULUAN

   Setelah kedatangan agama dan kebudayaan Hindu Buddha,


terjadi perkembangan dan

perubahan besar dalam kehidupan masyarakat Indonesia, terutama


dalam bidang politik.

Sistem pemerintahan masyarakat Indonesia mengalami perubahan


dari system kesukuan menjadi

kerajaan. Pada system kerajaan, kepala pemerintahan tidak dipegang


oleh kepala suku bergelar

datu/datuk atau ratu/raka,tetapi dipegang oleh seorang


rajamenggunakan gelar prabu, raja, atau 

maharaja. Dalam system ini, raja dianggap keturunan dewa yang


harus disembah oleh bawahan

dan rakyatnya. Oleh karena itu raja memilki hak untuk


menyelenggarakan pemerintahan secara
mutlak dan turun – temurun. System pemerintahan kerajaan
digunakan di wilayah Kalimantan,

Jawa dan Sumatra. Selanjutnya, di daerah tersebut bermunculan


kerajaan yang bercorak

Hindu-Buddha.

A.   LATAR BELAKANG

Kerajaan Kutai merupakan kerajaan tertua di Indonesia yang


terletak di Muara Kaman,
Kalimantan Timur (dekat kota Tenggarong) tepatnya di hulu sungai
Mahakam. Kerajaan
Kutai diperkirakan muncul pada abad 5 M atau ± 400 M.Kerajaan ini
terletak di Muara
Kaman, Kalimantan Timur (dekat kota Tenggarong) Nama Kutai
diambil dari nama tempat
ditemukannya prasasti yang menggambarkan kerajaan tersebut.
Nama Kutai diberikan oleh para
ahli karena tidak ada prasasti yang secara jelas menyebutkan nama
kerajaan ini. Keberadaan
kerajaan tersebut ditandai dengan ditemukannya 7 buah prasasti
berbentuk yupa. Berdasarkan
prasasti yang ditemukan, diperkirakan Kerajaan Kutai berdiri pada
abad ke-4. Yupa tersebut
menggunakan huruf Pallawa dan dengan bahasa Sanskerta. Dalam
yupa tersebut dikatakan bahwa
raja pertama bernama Kudungga. Dilihat dari namanya, Kudungga
adalah orang Indonesia asli.
Kudungga mempunyai putra bernama Aswawarman yang disebut
sebagai wamsakerta
(pembentuk keluarga). Penggunaan nama ‘warman’ pada nama raja
berikutnya merupakan bukti
bahwa Kerajaan Kutai merupakan kerajaan Hindu dan menunjukkan
telah masuknya pengaruh
ajaran Hindu dalam kerajaan.
Dinyatakan pula dalam prasasti yupa, Aswawarman memiliki 3
putra. Yang terkemuka
bernama Mulawarman yang akhirnya diangkat menjadi raja
berikutnya. Pada masa
pemerintahan Mulawarman, Kutai mengalami masa kejayaannya. Hal
ini disebabkan karena
Mulawarman adalah raja yang dermawan, mulia, dan dekat dengan
rakyat. Disebutkan dalam
prasasti yupa, beliau menyedekahkan sapi sebanyak 20.000 ekor
kepada kaum brahmana di
Waprakeswara atau tempat suci untuk memuja dewa Siwa. Dengan
demikian, diketahui
bahwa Mulawarman adalah penganut Hindu-Siwa.

Mulawarman adalah raja terkenal dari Kutai, seperti


diungkapkan pada salah satu yupa

berikut: ”Sang Maharaja Kudungga yang amat mulia mempunyai


putra yang masyur

bernama Aswawarman. (Dia) mempunyai tiga orang putra yang


seperti api. Yang terkemuka

di antara ketiga putranya adalah sang Mulawarman, raja yang besar,


yang berbudi baik, kuat, dan

kuasa, yang telah upacara korban emas amat banyak dan untuk
memperingati upacara korban

itulah tugu ini didirikan.”

Mulawarman, menurut yupa tersebut, sering diwujudkan


dengan Ansuman, yaitu Dewa
Matahari. Raja Mulawarman dikenal sangat dekat dengan rakyatnya.
Ia juga memiliki hubungan

yang baik dengan kaum brahmana yang datang ke Kutai. Diceritakan


bahwa Mulawarman

sangat dermawan. Ia memberikan sedekah berupa minyak dan


lampu. Ia juga memberikan hadiah

20.000 lembu kepada brahmana di suatu tempat yang disebut


Waprakeswara (tempat suci untuk

memuja Dewa Siwa).

Dengan demikian, dapat disimpulkan bahwa Mulawarman


menganut Hindu-Siwa. Dari

besarnya sedekah raja Mulawarman ini memperlihatkan keadaan


masyarakat Kutai yang sangat

makmur. Kemakmuran ini didukung oleh peranan yang besar Kutai


dalam pelayaran dan

perdagangan di sekitar Asia Tenggara. Hal ini disebabkan karena


letak Kutai yang strategis, yaitu

berada dalam jalur perdagangan utama Cina−India.

Sebagaimana telah dikemukakan di atas bahwa raja pertama


Kutai yang bernama Kudungga
diyakini belum dipengaruhi agama Hindu—setidaknya terlihat dari
namanya yang masih asli.

Kudungga diperkirakan adalah seorang pemimpin suku setempat


yang kemudian mendirikan

kerajaan pada saat pengaruh Buddha mulai masuk ke Indonesia.


Putra Kudungga,Hindu−

Aswawarman, kemungkinan adalah raja pertama Kutai yang


beragama Hindu.

Ia juga diketahui sebagai pendiri dinasti sehingga diberi gelar


Wangsakerta yang artinya

pembentuk keluarga. Dalam masa pemerintahannya wilayah Kutai


makin diperluas. Hal ini

diketahui dari diadakannya upacara aswamedha, yaitu upacara


pelepasan kuda.

Setelah Aswawarman, Kutai diperintah oleh Mulawarman,


putra Aswawarman.Dari prasasti

yang ditemukan diketahui bahwa dalam masa pemerintahan


Mulawarman pada abad ke−4 M,

Kutai mengalami masa keemasan. Wilayah kekuasaannya meliputi


hamper seluruh wilayah
Kalimantan Timur. Pada masa pemerintahannya pula, rakyat Kutai
hidup makmur.

B.     RUMUSAN MASALAH


1.    Bagaimana kehidupan ekonomi di Kerajaan Kutai dan
Tarumanegara?
2.    Bagaimana kehidupan sosial di Kerajaan Kutai dan
Tarumanegara?
3.    Bagaimana kehidupan agama di Kerajaan Kutai dan
Tarumanegara?

C.      TUJUAN
1. Memahami kehidupan ekonomi di Kerajaan Kutai dan
Tarumanegara.
2.     Memahami kehidupan sosial di Kerajaan Kutai dan
Tarumanegara.

3.     Memahami kehidupan agama di Kerajaan Kutai dan


Tarumanegara.

Agar lebih paham dan jelas tentang Kerajaan Kutai di Indonesai,


kita akan membahas

tentang:Sumber sejarah kerajaan kutai, letak Kerajaan Kutai,


kehidupan politik, kehidupan
agama, kehidupan sosial dan budaya, kehidupan ekonomi dan masa
keruntuhan.

BAB II

PEMBAHASAN

A.   SUMBER SEJARAH

Sumber yang menyatakan Bahwa di kaltim telah berdiri dan


berkembang krajaan yang

mendapatkan pegaruh Hindu adalah beberapa penemuan berupa


batu bertulis atau Prasasti.

Tulisan itu ada pada tujuh tiang batu yang disebut Yupa. Yupa ini
berfungsi utuk mengikat hewan

Korban. Korban itu merupakan persembahan rakyat kepada para


Dewa yang dipujanya. Tulisan

yang terdapat pada Yupa tersebut menggunakan huruf pallawa dan


berbahasa sansekerta.

Kerajaan Kutai berakhir saat Raja Kutai yang bernama Maharaja


Dharma Setia tewas

dalam peperangan di tangan Raja Kutai Kartanegara ke-13, Aji


Pangeran Anum Panji Mendapa.
Perlu diingat bahwa Kutai ini (Kutai Martadipura) berbeda dengan
Kerajaan Kutai Kartanegara

yang saat itu ibukota di Kutai Lama (Tanjung Kute). Kutai Kartanegara
inilah, di tahun 1365,

yang disebutkan dalam sastra Jawa Negarakertagama. Kutai


Kartanegara selanjutnya menjadi

kerajaan Islam.

Sejak tahun 1735 kerajaan Kutai Kartanegara yang semula


rajanya bergelar Pangeran

berubah menjadi bergelar Sultan (Sultan Aji Muhammad Idris) dan


hingga sekarang disebut

Kesultanan Kutai Kartanegara. Nama Raja Kundungga oleh para ahli


sejarah ditafsirkan sebagai

nama asli orang Indonesia yang belum terpengaruh dengan nama


budaya India.Sementara putranya

yang bernama Asmawarman diduga telah terpengaruh budaya


Hindu.
B.   LETAK KERAJAAN KUTAI

Kerajaan kutai adalah kerajaan tertua di Indonesia. Kerajaan ini


terletak ditepi sungai

Mahakam di Muarakaman, Kalimantan Timur, dekat kota


Tenggarong. Letak geografis

Kerajaan Kutai berada pada jalur perdagangan antara Cina dan India.

C.    KEHIDUPAN POLITIK

Dalam kehidupan politik seperti yang dijelaskan dalam yupa


bahwa raja terbesar Kutai

adalah Mulawarman, putra Aswawarman dan Aswawarman adalah


putra Kudungga. Dalam

yupa juga dijelaskan bahwa Aswawarman disebut sebagai Dewa


Ansuman/Dewa Matahari dan

dipandang sebagai Wangsakerta atau pendiri keluarga raja. Hal ini


berarti Asmawarman sudah

menganut agama Hindu dan dipandang sebagai pendiri keluarga atau


dinasti dalam agama Hindu.

Untuk itu para ahli berpendapat Kudungga masih nama Indonesia asli
dan masih sebagai kepala
suku, yang menurunkan raja-raja Kutai. Dalam kehidupan sosial
terjalin hubungan yang harmonis

/erat antara Raja Mulawarman dengan kaum Brahmana, seperti yang


dijelaskan dalam yupa,

bahwaraja Mulawarman memberi sedekah 20.000 ekor sapi kepada


kaum Brahmana di dalam

tanah yang suci bernama Waprakeswara. Istilah Waprakeswara–


tempat suci untuk memuja Dewa

Siwa di pulau Jawa disebut Baprakewara.

Sejak muncul dan berkembangnya Pengaruh Hindu di Kaltim,


terjadi perubahan dalam

tata pemerintahan, yatu dari sistem pemerintahan kepala suku


menjadi sistem pemerintahan

Raja atau feodal. Raja-raja yang pernah berkuasa pada kerajaan Kutai
adalah sebagai berikut:

1. Kudungga. Raja ini adalah Founding Father kerajaan Kutai, ada yang
unik pada nama raja

pertama ini, karena nama Kudungga merupakan nama Lokal atau


nama yang belum dipengaruhi
oleh budaya Hindu. Hal ini kemudian melahirkan persepsi para ahli
bahwa pada masa kekuasaan

Raja Kudungga, pengaruh Hindubaru masuk ke Nusantara,


kedudukan Kudungga pada awalnya

adalah seorang kepala suku. Dengan masuknya pengaruh Hindu, ia


megubah struktur

pemerintahannya menjadi kerajaan dan mengangkat dirinya mejadi


raja, sehingga pergantian

raja dilakukan secara turun temurun.

2.Aswawarman. Prasasti Yupa menyatakan bahwa Raja aswawarman


merupakan raja yang cakap

dan kuat. Pada masa pemerintahannya, wilayah kekuasaan


Kerajaan Kutai diperluas lagi.

Hal ini dibuktikan dengan pelaksanaan upacara Asmawedha.


Upacara-upacara ini pernah

dilakukan di India pada masa pemerintahan raja Samudragupta,


ketika ingin memperluas

wilayahnya. Dalam upacara itu dilaksanakan  pelepasan kuda


dengan tujuan untuk menentukan
batas kekuasaan kerajaan Kutai. Dengan kata lain, sampai dimana
ditemukan tapak kaki kuda,

maka sampai disitulan batas kerajaan Kutai. Pelepasan kuda-kuda


itu diikuti oleh prajurit kerajaan

Kutai.

3. Mulawarman. Raja ini adalah Putra dari raja Aswawarman, ia


membawa Kerajaan Kutai ke
puncak kejayaan. Pada masa kekuasaannya Kutai mengalami masa
gemilang. Rakyat hidup
tentram dan sejahtera. Dengan keadaan seperti itulah akhirnya Raja
Mulawarman mengadakan
upacara korban emas yang amat banyak.[ps]
4. Raja Marawijaya Warman

5. Raja Gajayana Warman

6. Raja Tungga Warman

7. Raja Jayanaga Warman

8. Raja Nalasinga Warman

9. Raja Nala Parana Tungga

10. Raja Gadingga Warman Dewa

11. Maharaja Indra Warman Dewa


12. Raja Sangga Warman Dewa

13. Raja Candrawarman

14. Raja Sri Langka Dewa

15. Rraja Guna Parana Dewa

16. Raja Wijaya Warman

17. Raja Sri Aji Dewa

18. Raja Mulia Putera

19. Raja Nala Pandita

20. Raja Indra Paruta Dewa

21. Raja Dharma Setia

D.   KEHIDUPAN SOSIAL DAN BUDAYA

Kehidupan sosial di Kerajaan Kutai merupakan terjemahan dari


prasasti-prasasti yang ditemukan

oleh para ahli. Diantara terjemahan tersebut adalah sebagai berikut:

1.      Masyarakat di Kerajaan Kutai tertata, tertib dan teratur.

2.      Masyarakat di Kerajaan Kutai memiliki kemampuan beradaptasi


dengan budaya luar (India), mengikuti pola perubahan zaman
dengan tetap memelihara dan melestarikan budayanya sendiri.
Sementara itu dalam kehidupan budaya dapat dikatakan kerajaan
Kutai sudah maju. Hal ini

dibuktikan melalui upacara penghinduan (pemberkatan memeluk


agama Hindu) yang disebut

Vratyastoma. Vratyastoma dilaksanakan sejak pemerintahan


Aswawarman karena Kudungga

masih mempertahankan ciri-ciri keIndonesiaannya, sedangkan yang


memimpin upacara tersebut,

menurut para ahli, dipastikan adalah para pendeta (Brahmana) dari


India. Tetapi pada masa

Mulawarman kemungkinan sekali upacara penghinduan tersebut


dipimpin oleh kaum Brahmana

dari orang Indonesia asli. Adanya kaum Brahmana asli orang


Indonesia membuktikan bahwa

kemampuan intelektualnya tinggi, terutama penguasaan terhadap


bahasa Sansekerta yang pada

dasarnya bukanlah bahasa rakyat India sehari-hari, melainkan lebih


merupakan bahasa resmi

kaum Brahmana untuk masalah keagamaan.


Kehidupan politik kerajaan-kerajaan Hindu-Buddha membawa
perubahan baru dalam

kehidupan sosial dan ekonomi masyarakat Indonesia. Struktur sosial


dari masa Kutai hingga

Majapahit mengalami perkembangan yang ber-evolusi namun


progresif. Dunia perekonomian

pun mengalami perkembangan: dari yang semula sistem barter


hingga sistem nilai tukar uang.

Dari berbagai peninggalan yang ditemukan diketahui bahwa


kehidupan masyarakatnya Kutai

sudah cukup teratur. Walau tidak secara jelas diungkapkan,


diperkirakan masyarakat Kutai sudah

terbagi dalam pengkastaan meskipun tidak secara tegas. Dari


penggunaan bahasa Sansekerta dan

pemberian hadiah sapi, disimpulkan bahwa dalam masyarakat Kutai


terdapat golongan brahmana,

golongan yang sebagaimana juga di India memegang monopoli


penyebaran dan upacara keagamaan.

Di samping golongan brahmana, terdapat pula kaum ksatria.


Golongan ini terdiri dari kerabat
dekat raja. Di luar kedua golongan ini, sebagian besar masyarakat
Kutai masih menjalankan adat

istiadat dan kepercayaan asli mereka. Jadi, walaupun Hindu telah


menjadi agama resmi kerajaan,

namun masih terdapat kebebasan bagi masyarakat untuk


menjalankan kepercayaan aslinya.

Berdasarkan isi prasasti-prasasti Kutai, dapat diketahui bahwa


pada abad ke -4 M di daerah

Kutai terdapat suatu masyarakat Indonesiayang telah banyak


menerima pengaruh hindu.

Masyarakat tersebut telah dapat mendirikan suatu kerajaan yang


teratur rapi menurut pola

pemerintahan di India. Masyarakat Indonesia menerima unsur-unsur


dari luar dan

mengembangkannya sesuai dengan tradisi bangsa Indonesia

Kehidupan budaya masyarakat Kutai sebagai berikut :

         Masyarakat Kutai adalah masyarakat yang menjaga akar tradisi


budaya nenek moyangnya.

 Masyarakat yang sangat tanggap terhadap perubahan dan


kemajuan kebudayaan.
 Menjunjung tingi semangat keagamaan dalam kehidupan
kebudayaannya.

Masyarakat Kutai juga adalah masyarakat yang respon terhadap


perubahan dankemajuan
budaya. Hal ini dibuktikan dengan kesediaan masyarakat Kutai
yangmenerima dan mengadaptasi

budaya luar (India) ke dalam kehidupan masyarakat.Selain dari itu


masyarakat Kutai dikenal

sebagai masyarakat yang menjunjung tinggispirit keagamaan dalam


kehidupan kebudayaanya.

Penyebutan Brahmana sebagai pemimpin spiritual dan ritual


keagamaan dalam yupa-prasasti yang

mereka tulismenguatkan kesimpulan itu

Bukti sejarah tentang kerajaan Kutai adalah ditemukannya


tujuh prasasti yang berbentuk
yupa (tiang batu) tulisan yupa itu menggunakan huruf pallawa dan
bahasa sansekerta. Informasi
yang ada diperoleh dari Yupa / prasasti dalam upacara pengorbanan
yang berasal dari abad ke-4.
Ada tujuh buah yupa yang menjadi sumber utama bagi para ahli
dalam menginterpretasikan
sejarah Kerajaan Kutai.

1.      Yupa atau Menhir Yupa adalah tugu batu yang berfungsi sebagai
tugu peringatan yang
dibuat oleh para Mulawarman atas kedermawanan raja
Mulawarman. Dalam agama hindu
sapi tidak disembelih seperti kurban yang dilakukan umat islam. Dari
salah satu yupa
tersebut diketahui bahwa raja yang memerintah kerajaan Kutai saat
itu adalah
Mulawarman. Namanya dicatat dalam yupa karena
kedermawanannya menyedekahkan
20.000 ekor sapi kepada kaum brahmana.

2.      Ketopong Sultan Kutai

Ketopong Sultan Kutai Kartanegara


Ketopong atau Mahkota Sultan Kutai Kartanegara terbuat dari emas
dengan berat hampir 2 kg,
yang dihiasi dengan batu-batu permata. Bentuk mahkota
berunjungan dan bagian muka
berbentumeru bertingkat, dihiasi dengan motif ikal atau spiral yang
dikombinasikan dengan
motif sulur. Hiasan belakang berupa garuda mungkur berhiaskan
ukiran motif bunga, kijang
dan burung.
Ketopong Sultan Kutai Kartanegara
Ketopong dari emas ini telah mulai digunakan semenjak Sultan Aji
Muhammad Sulaiman
bertahta ( 1845 - 1899 ). Diperkirakan mahkota ini dibuat pada
pertengahan abad ke-19 oleh
pandai emas dari kerajaan Kutai sendiri. Seperti yang dijelaskan oleh
Carl Bock dalam bukunya
The Head-Hunters of Borneo (1881) bahwa Sultan Sulaiman memiliki
6 hingga 8 pandai emas
yang dipekerjakan khusus untuk membuat barang-barang emas dan
perak bagi Sultan.
Detail Ketopong Sultan KutaiDi Museum Mulawarman Tenggarong
hanya dapat dilihat
duplikat dari Ketopong ini. Mahkota asli yang beratnya hampir 2 kg
tersebut berada di Museum
Nasional Jakarta. Pada saat penobatan Sultan H.A.M. Salehuddin II
sebagai Sultan Kutai
Kartanegara pada tanggal 22 September 2001, Pemerintah
Kabupaten Kutai Kartanegara
meminjam ketopong ini untuk prosesi penobatan sang Sultan.
3.Pedang Sultan Kutai
Pedang Kerajaan Kutai ini terbuat dari emas padat. Pada gagang
pedang terukir
seekor harimau yang sedang siap menerkam, sementara pada ujung
sarung pedang
dihiasi dengan seekor buaya. Pedang Sultan Kutai ini dapat dilihat di
Museum Nasional, Jakarta
4.Tali Juwita

Tali juwita adalahsimbul dari sungai Mahakam yang mempunyai 7


buah
muara sungai dan 3 buah anak sungai (sungai Kelinjau, Belayan dan
Kedang Pahu). Tali Juwita Berbentuk

3 utas tali masing- masing dibuat dari bahan emas, perak dan
perunggu. Berhiasakan 3 buah bandul yang

berbentuk gelang, 2 buah bertatahkan permata mata kucing dan


barjat putih. bandul lainnya berbentuk
lampion yang berhiaskan 2 buah bandul kecil. Tali juwita berasal dari
kata Upavita yakni kalung yang

diberikan kepada seorang Raja. Benda ini merupakan perlengkapan


upacara peobatan Sultan Kutai

Kartanegara.

5. Arca Singa Noleh


Konon, arca Singa Noleh awal mulanya adalah seekor binatang hidup
yang sedang memakan beras

lempukut yang baru ditumbuk oleh seorang wanita. Wanita tersebut


marah dan binatang tersebut

jatuh, terus menjadi batu bercampur porselein seperti keadaannya


sekarang.

E. KEHIDUPAN AGAMA

Agama Hindu di Kerajaan Kutai mulai berkembang pada masa


pemerintahan Raja Aswawarman.
Agama Hindu yang berkembang adalah Hindu Syiwa sebagai dewa
tertinggiTetapi di luar golongan
brahmana dan ksatria, sebagian besar masyarakat Kutai masih
menjalankan adat istiadat dan
kepercayaan asli mereka. Jadi, walaupun Hindu telah menjadi agama
resmi kerajaan, masih
terdapat kebebasan bagi masyarakatnya untuk menjalankan
kepercayaan aslinya.

Dewa Syiwa diyakini sebagai symbol Brahma yang memiliki


kekuatan untuk meleburkan

alam semesta. Perkembangan agama Hindu Syiwa dibuktikan dengan


adanya tempat suci

yang bernama Waprakeswara yang digunakan untuk memuja Dewa


Syiwa. Di Kerajaan Kutai,

agama Hindu Syiwa menjadi agama resmi, walaupun hanya


berkembang di lingkungan istana.

Sedangkan, rakyat Kutai masih pada kepercayaan kaharingan.

Kaharingan adalah kepercayaan suku Dayak di Kalimantan, yang


menyembah Ranying
Hatalla Langit sebagai pencipta alam semesta. Kepercayaan ini
memiliki beberapa persamaan  
dengan agama Hindu satunya penggunaan sesajen. Oleh karena itu,
pada tanggal 20 April 1980,
kaharingan dimasukkan dalam kategori agama Hindu

F. KEHIDUPAN EKONOMI
Kehidupan ekonomi di Kerajaan Kutai dapat diketahui dari hal
berikut ini :

Letak geografis Kerajaan Kutai berada pada jalur perdagangan


antara Cina dan India.
Kerajaan Kutai menjadi tempat yang menarik untuk disinggahi para
pedagang. Hal
tersebut memperlihatkan bahwa kegiatan perdagangan telah
menjadi bagian dari kehidupan
masyarakat Kutai, disamping pertanian. Kehidupan ekonomi
masyarakat Kutai diperkirakan ditunjang
dari sektor pertanian, baik sawah maupun ladang. Selain itu, melihat
letaknya yang strategis, yaitu di sekitar
Sungai Mahakam yang menjadi jalur perdagangan Cina dan India,
membuat Kerajaan Kutai menarik
untuk disinggahi para pedagang. Dengan begitu, bidang perdagangan
telah menjadi bagian dari
kehidupan masyarakat Kutai.
Kehidupan ekonomi masyarakat Kutai meningkat dengan
diangkatnya Raja Mulawarman. Beliau
adalah raja yang mulia dan dermawan. Terbukti dengan memberi
sedekah kepada rakyatnya berupa 20.000
ekor sapi yang diletakkan di Waprakeswara. Keterangan tertulis pada
prasasti yang mengatakan bahwa
Raja Mulawarman pernah memberikan hartanya berupa minyak dan
20.000 ekor sapi kepada
para Brahmana. Diperkirakan bahwa pertanian, baik sawah maupun
ladang, merupakan mata
pencarian utama masyarakat Kutai. Melihat letaknya di sekitar
Sungai Mahakam sebagai jalur
transportasi laut, diperkirakan perdagangan masyarakat Kutai
berjalan cukup ramai. Bagi
pedagang luar yang ingin berjualan di Kutai, mereka harus
memberikan “hadiah” kepada
raja agar diizinkan berdagang.

Pemberian “hadiah” ini biasanya berupa barang dagangan yang


cukup mahal harganya; dan

pemberian ini dianggap sebagai upeti atau pajak kepada pihak


Kerajaan. Melalui hubungan

dagang tersebut, baik melalui jalur transportasi sungai-laut maupan


transportasi darat,

berkembanglah hubungan agama dan kebudayaan dengan wilayah-


wilayah sekitar. Banyak pendeta

yang diundang datang ke Kutai. Banyak pula orang Kutai yang


berkunjung ke daerah asal para

pendeta tersebut.
G. MASA KERUNTUHAN

Berdasarkan yupa yang ditemukan,Kerajaan Kutai berakhir saat Raja


Kutai yang bernama

Maharaja Dharma Setia tewas dalam peperangan di tangan Raja


Kutai Kartanegara ke-13, Aji

Pangeran Anum Panji Mendapa. Perlu diingat bahwa Kutai ini (Kutai
Martadipura) berbeda

dengan Kerajaan Kutai Kartanegara yang saat itu ibukota di Kutai


Lama (Tanjung Kute).

Kutai Kartanegara inilah, di tahun 1365, yang disebutkan dalam


sastra Jawa Negarakertagama.

Kutai Kartanegara selanjutnya menjadi kerajaan Islam.

Sejak tahun 1735 kerajaan Kutai Kartanegara yang semula rajanya


bergelar Pangeran berubah

menjadi bergelar Sultan (Sultan Aji Muhammad Idris) dan hingga


sekarang disebut Kesultanan

Kutai Kartanegara.
Nama Raja Kundungga oleh para ahli sejarah ditafsirkan sebagai
nama asli orang Indonesia yang

belum terpengaruh dengan nama budaya India. Sementara putranya


yang bernama Asmawarman

diduga telah terpengaruh budaya Hindu.

BAB III

PENUTUPAN
A. KESIMPULAN

Kerajaan Kutai berada di kalimantan Timur, yaitu di sungai hulu


Mahakam. Nama kerajaan ini

disesuaikan dengan nama tempat penemuan  prasasti, yaitu


didaerah Kutai.

Kaltim telah berdiri dan berkembang kerajaan yang mendapatkan


pegaruh Hindu adalah

beberapa penemuan berupa batu bertulis atau Prasasti. Tulisan itu


ada pada tujuh tiang batu yang

disebut Yupa. Yupa ini berfungsi utuk mengikat hewan Korban.


Korban itu merupakan

pwersembahan rakyat kepada para Dewa yang dipujanya.

Kehidupan social dan budayanya pun sangat menjujung tinggi nilai


kebudayaan yang ada.

Kehidupan ekonomi masyarakat kutai sangat makmur, dengan bukti


bahwa Kerajaan Kutai berada

pada jalur perdagangan antara Cina dan India. Kerajaan Kutai


menjadi tempat yang menarik

untuk disinggahi para pedagang. Hal tersebut memperlihatkan


bahwa kegiatan perdagangan telah
menjadi bagian dari kehidupan masyarakat Kutai, disamping
pertanian.

Keterangan tertulis pada prasasti yang mengatakan bahwa Raja


Mulawarman pernah memberikan

hartanya berupa minyak dan 20.000 ekor sapi kepada para


Brahmana.

Masa keruntuhan Kerajaan Kutai runtuh ketika Raja Dharma Setia 


tewas ditangan Raja Kutai

Kartanegara.  Raja Dhamarmasetia adalah anak dari Raja


Mulawarman, cucu dari Raja

Asmawarman, buyut dari Raja Kudungga. Dan Raja Dharma Setia


adalah Raja terakhir diKerajaan

Kutai .

B. SARAN

Kita sebagai masyarakat Indonesia harus mencintai budaya budaya


yang ada saat ini.

Peninggalan-peninggalan yang begitu besar di Indonesia


membuktikan bahwa Indonesia adalah
negeri yang kaya akan budaya. Dengan cara merawat,melestarikan
dan tidak merusak budaya yang

ada itu juga merupakan bukti cinta kita terhadapan peninggalan


budaya diIndonesia. Melestarikan

dan mengembangkan Budaya Indonesia adalah hal yang sangat


penting bagi kita anak Indonesia,

supaya Budaya Indonesia tidak hilang dari Indonesia ini.

Anda mungkin juga menyukai