Anda di halaman 1dari 16

SEJARAH INDONESIA

KERAJAAN KALINGGA DAN KERAJAAN SRIWIJAYA

DISUSUN OLEH:

1. Ghania
2. Aisyah
3. Rida
4. Arifki
5. Dito
6. Jefri

GURU PEMBIMBING :

RINA S.PdI

Madrasah Aliyah swasta al-falah

Tahun ajaran 2021/2022


KATA PENGANTAR

Puji syukur kami panjatkan ke hadirat Allah SWT., karena berkat rahmat dan
karunia-Nyalah sehingga kami dapat menyelesaikan makalah sejarah ini sesuai
dengan waktu yang telah ditentukan.
Kami mencoba menyusun makalah ini dengan sedemikian rupa dengan
harapan dapat membatu teman-teman dalam memahami pelajaran sejarah yang
merupakan judul dari makalah kami, yaitu, “Kerajaan Kalingga dan Kerajaan
Sriwijaya” Disamping itu, kami berharap bahwa makalah sejarah ini dapat dijadikan
bekal pengetahuan untuk melangkah ke jenjang pendidikan yang lebih tinggi lagi.
Kami menyadari bahwa dalam pembuatan makalah sejarah ini masih ada
kekurangan, sehingga kami berharap kritik dan saran dari teman-teman, khususnya
dari guru mata pelajaran sejarah, Ibu Hendriyati, agar kami dapat menyajikan
makalah yang lebih baik lagi untuk selanjutnya.
Akhir kata, kami ucapkan terima kasih.

Bungo, 26 januari 2022

Kelompok 3
DAFTAR ISI:

KATA PENGANTAR..............................................................................

DAFTAR ISI………………………………………….…………………………………………

BAB I PENDAHALUAN...........................................................................
1.1 PENGERTIAN KERAJAAN KALINGGA ………………………………………….
1.2 PENGERTIAN KERAJAAN SRIWIJAYA.............................................
1.3TUJUAN MAKALAH........................................................................
1.4 MANFAAT MAKALAH....................................................................
BAB 2 LANDASAN TEORI.....................................................................
1. MENGENAL APA ITU KERAJAAN KALINGGA....................................
2.MASA KEJAYAAN DAN KERUNTUHAN KALINGGA............................
2.1 RAJA RAJA KERAJAAN KALINGGA.................................................
2.2 MENGENAL KERAJAAN SRIWIJAYA...............................................
2.3 MASA KAJAYAN DAN KERUNTUHAN SRIWIJAYA..........................
2.4 RAJA RAJA SRIWIJAYA..................................................................
BAB 3 PENUTUP.................................................................................
KESIMPULAN DAN SARAN .................................................................
BAB 1

PENDAHULUAN

A. Pengertian kerajaan kalingga

Kalingga atau Ho-ling (sebutan dari sumber Tiongkok) adalah sebuah kerajaan
bercorak Budha yang muncul di Jawa Tengah sekitar abad ke-6 Masehi. Letak pusat
kerajaan ini belumlah jelas, kemungkinan berada di suatu tempat antara Kabupaten
Pekalongan dan Kabupaten Jepara sekarang. Kerajaan ini pernah diperintah oleh Ratu
Sima, yang dikenal memiliki peraturan barang siapa yang mencuri, akan dipotong
tangannya.

B. Pengertian kerajaan sriwijaya

Kerajaan Sriwijaya merupakan salah satu kerajaan besar yang pernah berdiri di pulau
Sumatera. Kerajaan yang dikenal dengan kekuatan maritimnya tersebut berhasil
menguasi pulau Sumatera, Jawa, Pesisir Kalimantan, Kamboja, Thailand Selatan, dan
Semenanjung Malaya yang kemudian menjadikan Kerajaan Sriwijaya sebagai
kerajaan yang berhasil menguasai perdagangan di Asia Tenggara pada masa itu.
Dalam bahasa Sansekerta, sri berarti “bercahaya” dan wijaya berarti “kemenangan”.
Jadi Sriwijaya berarti kemenangan yang gemilang

C. Tujuan makalah

Tujuan makalah ini dibikin untuk memenuhi tugas sejarah Indonesia tentang kerajaan
kalingga dan sriwijaya.

D. Manfaat makalah

Manfaat makalah ini semoga wawasan dan pengetahuan kita tentang kerajaan
kalingga dan sriwijaya semakin bertambah dan berkembang

E.
BAB 2

LANDASAN TEORI

1. PENGERTIAN KERAJAAN KALINGGA

Kalingga atau Ho-ling (sebutan dari sumber Tiongkok) adalah sebuah kerajaan
bercorak Budha yang muncul di Jawa Tengah sekitar abad ke-6 Masehi. Letak pusat kerajaan
ini belumlah jelas, kemungkinan berada di suatu tempat antara Kabupaten Pekalongan dan
Kabupaten Jepara sekarang. Kerajaan ini pernah diperintah oleh Ratu Sima, yang dikenal
memiliki peraturan barang siapa yang mencuri, akan dipotong tangannya.

Sumber Sejarah
Nama Kerajaan Ho-ling sempat tercatat dalam kronik dinasti T’ang yang memerintah
Cina pada 618-906 M. Menurut catatan kronik tersebut, penduduk Ho-ling biasa makan tanpa
menggunakan sendok atau cupit, melainkan dengan jari-jari tangannya saja, dan gemar
minum semacam tuak yang mereka buat dari getah bunga pohon kelapa (aren). Ibukota
Kerajaan Ho-ling dikelilingi pagar dari kayu. Raja mendiami istana yang bertingkat dua yang
beratapkan daun palma. Raja duduk di atas bangku yang terbuat dari gading, memergunakan
juga tikar yang terbuat dari kulit bambu. Dicatat pula bahwa Ho-ling mempunyai sebuah
bukit yang disebut Lang-pi-ya, yang sering dikunjungi raja untuk melihat laut (Proyek
Penelitian dan Pencatatan Kebudayaan Daerah, 1978:50).
Mengenai Kerajaan Ho-ling, terdapat sumber lain selain kronik dari Dinasti Tang.
Seorang pendeta Budha bernama I-tsing, menyatakan bahwa dalam tahun 664 M telah datang
seorang pendeta bernama Hwi-Ning di Ho-ling, dan tinggal di situ selama 3 tahun. Dengan
bantuan Pendeta Ho-ling, Jnanabhadra, ia menerjemahkan berbagai kitab suci agama Budha
Hinayana (Soekmono, 1973:37).

A. Pemerintahan Dan Kehidupan Masyarakat


Menurut berita china, Kerajaan Holing atau Kalingga diperintah oleh seorang wanita
bernama Ratu Sima. Masa pemerintahannya dimulai sekitar tahun 674 M.
Kepemimpinan Ratu Sima sangat keras, namun adil dan bijaksana. Setiap pelanggar
diberikan sanksi tegas. Tidak peduli apakah pelanggar tersebut adalah warga istana atau
bukan. Rakyat selau tunduk dan taat pada ratu sima, begitu juga dengan pejabat kerajaan.
Oleh karena itu ketertiban dan ketentraman di Kalingga berjalan dengan baik.
 Menurut naskah Carita Parahyangan, Ratu Sima memiliki cucu bernama Sahana yang
menikah dengan Raja Brantasenawa dari Kerajaan Galuh. Sahana memiliki anak bernama
Sanjaya yang kelak menjadi Dinasti Sanjaya. Sepeninggalan Ratu Sima, Kerajaan Kalingga
ditaklukan oleh Kerajaan Sriwijaya.
Kerajaan kalingga merupakan kerajaan yang sangat terpengaruh oleh ajaran Budha. Oleh
karena itu, Holing menjadi pusat pendidikan agama Budha. Holing memiliki seorang pendeta
yang bernama Jnanabhadra. Hal itu menyebabkan masyarakat Holing mayoritas beragama
Budha.
Pada suatu hari, seorang pendeta Budha dari Cina berkeinginan menuntut ilmu di Holing.
Pendeta itu bernama Hwi-Ning. Ia pergi Holing untuk menerjemahkan kitab Hinayana dari
bahasa sansekerta ke bahasa Cina.
Kehidupan perekonomian masyarakat kerajaan kalingga / holing berkembang pesat.
Masyarakat kerajaan kalingga telah mengenal hubungan perdagangan. Mereka menjalin
hubungan perdagangan pada suatu tempat yang di sebut dengan pasar. Pada pasar itu, mereka
mengadakan hubungan dengan teratur. Selain itu, kegiatan ekonomi masyarakat lainnya, di
antaranya bercocok tanam, menghasilkan kulit, penyu, emas, perak, cula badak, dan gading
serta membuat garam. Kehidupan masyarakat holing tentram. Hal itu di sebabkan karena di
Holing tidak ada kejahatan dan kebohongan. Berkat kondisi itu, rakyat Holing
memperhatikan pendidikan. Hal itu terbukti dengan adanya rakyat Holing telah mengenal
tulisan dan ilmu perbintangan.

B. Masa Kejayaan
Pada tahun 674 Masehi, kerajaan kalingga/holing diperintah oleh seorang raja putri
yang bernama Ratu Sima. Ratu sima merupakan raja yang terkenal di pemerintahan kerajaan
holing. Dibawah kekuasaan Ratu sima ini, kerajaan kalingga/holing mengalami masa
kejayaan. Pada saat itu, semua rakyat hidup dengan tenteram dan makmur. Mereka tunduk
dan patuh terhadap segala perintah ratu sima bahkan tidak ada seorang pun rakyat atau
pejabat kerajaan yang berani melanggarnya.
            Pada suatu hari, ada seorang raja yang sangat penasaran dengan kejujuran rakyat
holing. Raja itu bernama Raja Tache. Ia berkeinginan untuk menguji kejujuran rakyat holing.
Untuk membuktikannya, raja Tache mengirim utusan ke holing. Utusan tersebut
diperintahkan untuk meletakkan pundi-pundi emas secara diam-diam di tengah jalan dekat
keramaian pasar. Tetapi tidak ada seorang pun yang berani menyentuh pundi-pundi emas
tersebut hingga 3 tahun lamanya. Namun, pada suatu hari sang putera mahkota sedang
berjalan-jalan melewati pasar tersebut. Ketika berjalan, kaki putera mahkota tidak sengaja
menyenggol pundi-pundi emas. Salah seorang warga melihat kejadian itu dan ia melaporkan
kepada pemerintah kerajaan. Laporan tersebut terdengar oleh ratu sima. Ia langsung
memerintahkan kepada hakim untuk membunuh anaknya sendiri. Ratu sima menganggap itu
merupakan tindakan kejahatan pencurian. Beberapa patih kerajaan tidak setuju dengan
keputusan yang diambil oleh ratu sima. Mereka mengajukan pembelaan untuk putera
mahkota kepda ratu sima. Mereka meminta agar putera mahkota tidak dibunuh melainkan
hanya dipotong kakinya saja. Pembelaan patih kerajaan disetujui oleh ratu sima. Oleh karena
itu, untuk menebus kesalahan kaki putera mahkota dipotong.

C. Masa Keruntuhan
Keruntuhan kerajaan Ho-ling terjadi pada tahun 752, karena Kerajaan Ho-ling
menjadi wilayah taklukan Sriwijaya dikarenakan kerajaan ini menjadi bagian jaringan
perdagangan Hindu, bersama Malayu dan Tarumanagara yang sebelumnya telah ditaklukan
Sriwijaya. Ketiga kerajaan tersebut menjadi pesaing kuat jaringan perdagangan Sriwijaya-
Buddha
2. PENGERTIAN KERAJAAN SRIWIJAYA
Kerajaan Sriwijaya merupakan salah satu kerajaan besar
yang pernah berdiri di pulau Sumatera. Kerajaan yang
dikenal dengan kekuatan maritimnya tersebut berhasil
menguasi pulau Sumatera, Jawa, Pesisir Kalimantan,
Kamboja, Thailand Selatan, dan Semenanjung Malaya yang
kemudian menjadikan Kerajaan Sriwijaya sebagai kerajaan
yang berhasil menguasai perdagangan di Asia Tenggara
pada masa itu. Dalam bahasa Sansekerta, sri berarti
“bercahaya” dan wijaya berarti “kemenangan”. Jadi
Sriwijaya berarti kemenangan yang gemilang.
Tidak banyak bukti sejarah yang menerangkan kapan
berdirinya Kerajaan Sriwijaya. Bukti tertua datangnya dari
berita dari Cina yaitu pada tahun 682 M terdapat seorang
pendeta Tiongkok bernama I-Tsing yang ingin belajar agama Budha di India, singgah terlebih
dahulu di Sriwijaya untuk mendalami bahasa Sanskerta selama 6 Bulan. Tercatat juga
Kerajaan Sriwijaya pada saat itu dipimpin oleh Dapunta Hyang Sri Jayanasa.
Selain berita dari luar, terdapat juga beberapa prasasti peninggalan Kerajaan Sriwijaya,
diantaranya adalah prasasti Kedukan Bukit (605S/683M) di Palembang. Isi dari prasasti
tersebut adalah Dapunta Hyang Sri Jayanasa mengadakan ekspansi 8 hari dengan membawa
20.000 tentara, kemudian berhasil menaklukkan dan menguasai beberapa daerah seperti
wilayah Kerajaan Melayu, Jambi dan Bengkulu. Dengan kemenangan itu Sriwijaya menjadi
makmur. Dari kedua bukti tertua di atas bisa disimpulkan Kerajaan Sriwijaya berdiri pada
abad ke-7 dengan raja pertamanya adalah Dapunta Hyang Sri Jayanasa.
Cikal bakal keberadaan kerajaan yang terletak di seputar kota Palembang, Sumatera Selatan
sekarang ini menurut catatan sudah ada pada tahun 500-an. Kerajaan ini terdiri atas tiga
daerah utama: daerah ibukota yang berpusatkan di sekitar Palembang, lembah Sungai Musi
dan daerah-daerah muara. Mengingat lokasinya, kerajaan ini diperkirakan menjadi pusat
perdagangan dan merupakan negara maritim penting pada abad keenam.

A. Prasasti-Prasasti Peninggalan Kerajaan Sriwijaya


Sebagai Kerajaan Maritim yang besar, wilayah kekuasaan Sriwijaya juga amat sangat
besar, hal ini dibuktikan dengan peninggalan prasastinya yang dapat ditemukan diberbagai
tempat, seperti yang berikut ini.
1. Prasasti Ligor
Prasasti Ligor merupakan prasasti yang terdapat di Ligor (sekarang Nakhon Si
Thammarat, selatan Thailand). Prasasti ini merupakan pahatan ditulis pada dua sisi, bagian
pertama disebut prasasti Ligor A atau dikenal juga dengan nama manuskrip Viang Sa
sedangkan di bagian lainnya disebut dengan prasasti Ligor B.
Isi: Dari manuskrip Ligor A ini berisikan berita tentang raja Sriwijaya, raja dari segala
raja yang ada di dunia, yang mendirikan Trisamaya caitya untuk Kajara. Sedangkan dari
manuskrip Ligor B berangka tahun 775, berisikan berita tentang nama Visnu yang bergelar
Sri Maharaja, dari keluarga Śailendravamśa serta dijuluki dengan Śesavvārimadavimathana
(pembunuh musuh-musuh yang sombong tidak bersisa).

2. Prasasti Palas Pasemah


Prasasti Palas Pasemah, prasasti pada batu,
ditemukan di Palas Pasemah, di tepi Way (Sungai) Pisang,
Lampung. Ditulis dengan aksara Pallawa dan bahasa
Melayu Kuna sebanyak 13 baris. Meskipun tidak berangka
tahun, namun dari bentuk aksaranya diperkirakan prasasti
itu berasal dari akhir abad ke-7 Masehi.
Isi: Isinya mengenai kutukan bagi orang-orang yang tidak tunduk
kepada Sriwijaya.

3. Prasasti Leiden
Prasasti Leiden merupakan manuskrip yan ditulis pada lempengan tembaga berangka
tahun 1005 yang terdiri dari bahasa Sanskerta dan bahasa Tamil. Prasasti ini dinamakan
sesuai dengan tempat berada sekarang yaitu pada KITLV Leiden, Belanda.
Isi: Prasasti ini memperlihatkan hubungan antara dinasti Sailendra dari Sriwijaya dengan
dinasti Chola dari Tamil, selatan India.

4. Prasasti Kota Kapur


Prasasti ini ditemukan di pesisir barat Pulau Bangka.
Prasasti ini dinamakan menurut tempat penemuannya yaitu
sebuah dusun kecil yang bernama "Kotakapur". Tulisan pada
prasasti ini ditulis dalam aksara Pallawa dan menggunakan
bahasa Melayu Kuna, serta merupakan salah satu dokumen
tertulis tertua berbahasa Melayu. Prasasti ini ditemukan oleh
J.K. van der Meulen pada bulan Desember 1892.
Isi: Prasasti Kota Kapur adalah salah satu dari lima buah batu
prasasti kutukan yang dibuat oleh Dapunta Hiyaŋ, seorang penguasa
dari Kadātuan Śrīwijaya.

5. Prasasti Kedukan Bukit


Prasasti Kedukan Bukit ditemukan
oleh M. Batenburg pada tanggal 29
November 1920 di Kampung Kedukan
Bukit, Kelurahan 35 Ilir,
Palembang,Sumatera Selatan, di tepi
Sungai Tatang yang mengalir ke Sungai
Musi. Prasasti ini berbentuk batu kecil
berukuran 45 × 80 cm, ditulis dalam aksara Pallawa, menggunakan bahasa Melayu Kuna.
Prasasti ini sekarang disimpan di Museum Nasional Indonesia.
Isi: Menyatakan bahwa Dapunta Hyang mengada- kan perjalanan suci (sidhayarta)
dengan perahu dan membawa 2.000 orang. Dalam perjalanan tersebut, ia berhasil
menaklukkan beberapa daerah.

6. Prasasti Hujung Langit


Prasasti Hujung Langit, yang dikenal juga dengan
nama Prasasti Bawang, adalah sebuah prasasti batu
yang ditemukan di desa Haur Kuning, Lampung,
Indonesia. Aksara yang digunakan di prasasti ini
adalah Pallawa dengan bahasa Melayu Kuna.

7. Prasasti Talang Tuwo


Prasasti Talang Tuwo ditemukan
oleh Louis Constant Westenenk
(residen Palembang kontemporer) pada
tanggal 17 November 1920 di kaki
Bukit Seguntang.
Isi: Isi prasasti Talang Tuo adalah berupa
doa-doa dedikasi, dimana hingga kini, doa-doa
demikian masih dijalankan dan diyakini.
Prasasti ini memperkuat bahwa terdapat
pengaruh yang kuat dari cara pandang
Mahayana pada masa tersebut, dengan
ditemukannya kata-kata seperti bodhicitta, mahasattva, vajrasarira,
danannuttarabhisamyaksamvodhi, dimana istilah-istilah bahasa Sanskerta tersebut memang
digunakan secara umum dalam ajaran Mahayana.

8. Prasasti Telaga Batu


Prasasti Telaga Batu 1 ditemukan di
sekitar kolam Telaga Biru (tidak jauh dari
Sabokingking), Kel. 3 Ilir, Kec. Ilir Timur II, Kota
Palembang, Sumatera Selatan, pada tahun 1935.
Prasasti ini sekarang disimpan di Museum Nasional
dengan No. D.155. Di sekitar lokasi penemuan
prasasti ini juga ditemukan prasasti Telaga Batu 2,
yang berisi tentang keberadaan suatu vihara di sekitar
prasasti. Pada tahun-tahun sebelumnya ditemukan
lebih dari 30 buah prasasti Siddhayatra. Bersama-
sama dengan Prasasti Telaga Batu, prasasti-prasasti tersebut kini disimpan di Museum
Nasional, Jakarta.
Isinya tentang kutukan terhadap siapa saja yang melakukan kejahatan di kedatuan
Sriwijaya dan tidak taat kepada perintah dātu. Casparis berpendapat bahwa orang-orang yang
disebut pada prasasti ini merupakan orang-orang yang berkategori berbahaya dan berpotensi
untuk melawan kepada kedatuan Sriwijaya sehingga perlu disumpah.

9. Prasasti Karang Birahi

Prasasti Karang Brahi adalah sebuah prasasti dari zaman


kerajaan Sriwijaya yang ditemukan pada tahun 1904 oleh
Kontrolir L.M. Berkhout di tepian Batang Merangin. Prasasti
ini terletak pada Dusun Batu Bersurat, Desa Karang Berahi,
Kecamatan Pamenang, Kabupaten Merangin, Jambi.

Isinya tentang kutukan bagi orang yang tidak tunduk atau


setia kepada raja dan orang-orang yang berbuat jahat.
Kutukan pada isi prasasti ini mirip dengan yang terdapat pada
Prasasti Kota Kapur dan Prasasti Telaga Batu.

B. Perkembangan Kerajaan Sriwijaya

Beberapa faktor yang mendukung perkembangan kerajaan sriwijaya menjadi kerajaan


yang besar bahkan dapat dikatakan kerajaan maritim nasional :

 Faktor geografis: letak yang strategis dlm jalur dagang antara india dan tiongkok,
bahkan bertambah ramai lagi setelah jalan darat india-tiongkok terputus.
 Muara sungai yang lebar  memudahkan untuk dilayari.
 Faktor ekonomis: di Sumatra banyak menghasilkan penyu, gading, kapur barus dan
lainnya.
 Keruntuhan Kerajaan Funan pada abad ke VII yang dulu berpengaruh di Asia
Tenggara, secara tidak langsung memberikan peluang Sriwijaya untuk menggantikan
posisinya.

C. Perkembangan Politik Dan Pemerintahan

Kehidupan politik kerajaan Sriwijaya dapat ditinjau dari wilayah kekuasaan, dan raja-
raja yang memerintah.
Wilayah Kekuasaan
Kerajaan Sriwijaya mulai berkembang pada abad ke-7. Dalam Prasasti Kedukan Bukit
dan Talang Tuo telah ditulis sebutan Dapunta Hyang. Dapunta Hyang banyak melakukan
usaha perluasan daerah.
Setelah berhasil menguasai Palembang, ibu kota Kerajaan Sriwijaya dipindahakan
dari Muara Takus ke Palembang. Dari Palembang, Kerajaan Sriwijaya dengan mudah dapat
menguasai daerah-daerah di sekitarnya seperti:

 Pulau Bangka yang terletak di pertemuan jalan perdagangan internasional, daerah ini
dikuasai Sriwijaya pada tahun 686 M berdasarkan (Prasasti Kapur).
 Daerah Jambi terletak di tepi Sungai Batanghari. Daerah ini memiliki kedudukan
penting, untuk memperlancar perdagangan di pantai timur Sumatra. Sriwijaya
menaklukan kira-kira tahun 686 M (Prasasti Karang Berahi).
Maka dalam abad ke-7 Kerajaan Sriwijaya telah berhasil menguasai kunci-kunci jalan
perdagangan yang penting seperti Selat Sunda, Selat Bangka, dan Laut Jawa bagian barat.
Pada abad ke-8 M, perluasan Kerajaan Sriwijaya ditujukan ke arah utara, yaitu
menduduki:

 Tanah Genting Kra merupakan tanah genting bagian utara Semenanjung Melayu.
Kedudukan Tanah Genting Kra sangat penting, jarak antara pantai barat dan pantai
timur sangat dekat sehingga para pedagang dari Cina berlabuh dahulu di pantai timur
dan membongkar dagangannya untuk diangkut ke pantai barat. Kemudian berlayar ke
India. Penguasaan Sriwijaya di daerah ini tahun 775 M dari Prasasti Ligor.
Daerah lain yang menjadi kekuasaan Sriwijaya diantaranya:

 Tulang-Bawang yang terletak di daerah Lampung.


 Daerah Kedah yang terletak di pantai barat Semenanjung Melayu. Daerah ini sangat
penting bagi usaha pengembangan perdagangan India. Menurut I-ysing, penaklukan
Sriwijaya atas Kedah pada tahun 682-685 M.
Diketahui pula menurut berita Cina, adanya serangan barat sehingga mendesak Kerajaan
Kalingga pindah ke sebelah timur. Sriwijaya ingin menguasai pantai utara Jawa bagian
tengah karena merupakan jalur perdagangan yang penting.
Pada abad ke-8 Kerajaan Sriwijaya telah berhasil menguasai seluruh jalur perdagangan Asia
Tenggara, melalui Selat Malaka, Selat Karimata, dan Tanah Genting Kra.
Dengan kekuasaan wilayah itu, Kerajaan Sriwijaya menjadi kerajaan laut terbesar di
seluruh Asia Tenggara.

D. Raja – Raja yang Memerintah


Raja – raja yang terkenal dalam masa pemerintahannya di Kerajaan Sriwijaya, antara lain:
1) Dapunta Hyang Srijayanasa
Beliau merupakan pendiri kerajaan Sriwijaya. Pada masa pemerintahannya sejak tahun
671 M, ia berhasil memperluas wilayah kekuasaan sampai wilayah Jambi dengan menduduki
daerah Minangatamwan yang terletak di dekat jalur perhubungan pelayaran perdagangan di
Selat Malaka. Sejak awal ia telah mencita-citakan agar Sriwijaya menjadi kerajaan maritim.
Pada masa pemerintahannya, Kerajaan Sriwijaya mencapai puncak kejayaan.
2) Balaputera Dewa
Awalnya, Balaputradewa adalah raja di Kerajaan Syailendra. Ketika terjadi perang
saudara antara Balaputra Dewa dan Pramodhawardani (kakaknya) yang dibantu oleh Rakai
Pikatan (Dinasti Sanjaya), Balaputra Dewa mengalami kekalahan. Akibatnya ia lari ke
Kerajaan Sriwijaya, dimana Raja Dharma Setru (kakak dari ibu Raja Balaputra Dewa) tengah
berkuasa. Karena ia tak mempunyai keturunan, ia mengangkat Balaputradewa sebagi raja.
Masa pemerintahan Balaputradewa diperkirakan dimulai pada tahun 850 M. Sriwijaya
mengalami perkembangan pesat dengan meingkatkan kegiatan pelayaran dan perdagangan
rakyat. Pada masa pemerintahannya pula, Sriwijaya mengadakan hubungan dengan Kerajaan
Chola dan Benggala (Nalanda) dalam bidang pengembangan agama Buddha, bahkan menjadi
pusat penyebaran agama Buddha di Asia Tenggara.
3) Sri Sanggaramawijayatunggawarman
Beliau memimpin Kerajaan Sriwijaya sejak tahun 1025 M. Pada masa pemerintahannya,
Sriwijaya dikhianati dan diserang oleh Kerajaan Chola. Sang raja ditawan dan baru
dilepaskan pada masa pemerintahan Raja Kulottungga I di Chola.

Perkembangan Ekonomi
Pada awalnya kehidupan ekonomi masyarakat Sriwijaya bertumpu pada bidang
pertanian. Namun dikarenakan letaknya yang strategis, yaitu di persimpangan jalur
perdagangan internasional, membuat hasil bumi menjadi modal utama untuk memulai
kegiatan perdagangan dan pelayaran.
Karena letak yang strategis pula, para pedagang China yang akan ke India bongkarmuat
di Sriwijaya, dan begitu juga dengan pedagang India yang akan ke China. Dengan demikian
pelabuhan Sriwijaya semakin ramai hingga Sriwijaya menjadi pusat perdagangan se-Asia
Tenggara. Perairan di Laut Natuna, Selat Malaka, Selat Sunda, dan Laut Jawa berada di
bawah kekuasaan Sriwijaya.
Selain menjalin hubungan dagang dengan India dan Tiongkok, Sriwijaya juga menjalin
perdagangan dengan tanah Arab. Orang Arab mencatat bahwa Sriwijaya memiliki aneka
komoditas seperti kapur barus, kayu gaharu, cengkeh, pala, kepulaga, gading, emas, dan
timah, yang membuat raja Sriwijaya sekaya raja-raja di India.

Sumber Sejarah

Sumber berita asing tentang kemajuan ekonomi kerajaan sriwijaya:


1. Berita dari Cina 
Karena letaknya yang strategis Kerajaan Sriwijaya menjadi pusat agama Buddha Mahayana
di seluruh Asia Tenggara. Dikatakan dalam perjalanannya untuk menimba ilmu agama
Buddha di India, I-Tsing pendeta dari Cina, singgah di Shi-li-fo-shih (Sriwijaya) selama
enam bulan dan mempelajari parama sastra atau tata bahasa Sanskerta. Kemudian, bersama
guru Buddhis, Sakyakirti, ia menyalin kitab Hastadandasastra ke dalam bahasa Cina.
Kesimpulan I-Tsing mengenai Sriwijaya adalah negara ini telah maju dalam bidang agama
Buddha.
2. Berita Arab 
Menyebutkan adanya negara Zabag (Sriwijaya). Ibu Hordadheh mengatakan bahwa Raja
Zabag banyak menghasilkan emas. Setiap tahunnya emas yang dihasilkan seberat 206 kg.
Berita lain disebutkan oleh Alberuni. Ia mengatakan bahwa Zabag lebih dekat dengan Cina
daripada India. Negara ini terletak di daerah yang disebut Swarnadwipa (Pulau Emas) karena
banyak menghasilkan emas.

5 Faktor Kemunduran Kerajaan Sriwijaya

1. Tidak adanya raja yang cakap memerintah


Setelah Raja Balaputradewa wafat, tidak ada raja yang cakap untuk memerintah Kerajaan
Sriwijaya. Hal tersebut menyebabkan Kerajaan Sriwijaya semakin mengalami kemunduran.

2. Letak Kota Palembang semakin jauh dari laut


       Akibat pengendapan lumpur yang dibawa oleh
Sungai Musi dan sungai lainya, akhirnya Kota
Palembang semakin jauh dari laut.

3. Berkurangnya kapal dagang yang singgah

    Akibat semakin jauhnya Kota Palembang dari laut


menyebabkab daerah tersebut tidak strategis lagi.
Kapal-kapal dagang lebih memilih singgah di tempat
lain. Hal tersebut menyebabkan kegiatan perdagangan
berkunrang dan pendapatan kerajaan dari pajak
menurun.

4. Banyak daerah yang melepaskan diri dari Sriwijaya

Akibat semakin melemahnya perekonomian Kerajaan


Sriwijaya maka penguasa kerajaan tidak mampu lagi
mengontrol daerah kekuasaanya. Daerah kekuasaan
Kerajaan Sriwijaya yang telah melepaskan diri adalah Jawa
Tengah dan Melayu.
5. Terjadinya serangan atas Sriwijaya dari kerajaan lain
 Serangan yang dilakukan oleh Raja Teguh Darmawangsa dari Kerajaan Medang atas
wilayah Sriwijaya bagian selatan pada tahun 992.
 Serangan yang dilakukan oleh Kerajaan Colamandala dari India Selatan atas
Semenanjung Malaka pada tahun 1017.
 Pendudukan yang dilakukan oleh Raja Kertanegara dari Singosari atas wiayah Melayu
pada tahun 1270. Pendudukan ini dikenal sebagai Ekspedisi Pamalayu.
 Pendudukan yang dilakukan Kerajaan Majapahit atas seluruh wilayah Sriwijaya pada
tahun 1377. Pendudukan tersebut dalam upaya mewujudkan kesatuan Nusantara.
 Muncul dan berkembangnya kerajaan Islam Samudra Pasai.
BAB 3

PENUTUP

1. Kesimpulan

 Kalingga atau Ho-ling (sebutan dari sumber Tiongkok) adalah sebuah kerajaan
bercorak Budha yang muncul di Jawa Tengah sekitar abad ke-6 Masehi. Letak pusat
kerajaan ini belumlah jelas, kemungkinan berada di suatu tempat antara Kabupaten
Pekalongan dan Kabupaten Jepara sekarang. Kerajaan ini pernah diperintah oleh Ratu
Sima, yang dikenal memiliki peraturan barang siapa yang mencuri, akan dipotong
tangannya.
 Kerajaan Sriwijaya merupakan salah satu kerajaan besar yang pernah berdiri di pulau
Sumatera. Kerajaan yang dikenal dengan kekuatan maritimnya tersebut berhasil
menguasi pulau Sumatera, Jawa, Pesisir Kalimantan, Kamboja, Thailand Selatan, dan
Semenanjung Malaya yang kemudian menjadikan Kerajaan Sriwijaya sebagai
kerajaan yang berhasil menguasai perdagangan di Asia Tenggara pada masa itu.

2. Saran

 Makalah ini memiliki banyak kekurangan,ada baiknya para pembaca mencari sumber
lain yang lebih lengkap tentang kerajaan kalingga dan sriwijaya.

Anda mungkin juga menyukai