Anda di halaman 1dari 15

SEJARAH MATARAM KUNO

Disusun Untuk Memenuhi Tugas Mata Pelajaran


“Sejarah Indonesia”

Oleh :
Kelompok 5
Helvi Aliatul Qudsiah
Hikmah Amaliah
Larasati Andriyani
M Wildan Jamaludin
Mira Desti Aulia
N Zihan Putri A
Sheilla Khoerunisa

X MIA 4

MAN 1 KOTA TASIKMALAYA


TAHUN 2018/2019
KATA PENGANTAR

Puji syukur kehadirat Allah Subhanahu Wata’ala yang telah memberikan rahmat dan
karunia-Nya sehingga makalah ini berhasil selesai dengan baik dan tepat pada waktunya.
Maksud dan tujuan dari penyusunan makalah ini adalah sebagai pemenuhan tugas untuk
mata pelajaran Sejarah Indonesia.
Makalah ini tidak akan berwujud tanpa bantuan dari berbagai pihak. Oleh karena itu,
pada kesempatan ini penyusun menyampaikan terimakasih yang setulusnya kepada
bapak/ibu guru yang sudah memberikan kesempatan dan bimbingannya, serta kepada
rekan-rekan yang sudah membantu dalam menyelesaikan makalah ini.
Penyusun menyadari bahwa makalah ini masih jauh dari sempurna, baik dari segi
penulisan maupun dari segi laporan. Oleh karena itu penyusun sangat mengharapkan kritik
dan saran yang membangun dari pembaca.

Tasikmalaya, Februari 2019

Penyusun
DAFTAR ISI

HALAMAN JUDUL ……………………………………………………………………………..


KATA PENGANTAR ……………………………………………………………………………
DAFTAR ISI …………………………………………………………………………………….

BAB I PENDAHULUAN …………………………………………………………………….


1.1 Latar Belakang ………………………………………………………………………..
1.2 Rumusan masalah …………………………………………………………………….
1.3 Tujuan Penulisan ……………………………………………………………………..
BAB II PEMBAHASAN ……………………………………………………………………..
2.1 Sejarah Berdirinya Kerajaan Mataram Kuno ………………………………………
2.2 Proses Berkembangnya Kerajaan Mataram Kuno …………………………………
2.3 Raja-raja yang Pernah Memimpin Kerajaan Mataran Kuno ……………………....
2.4 Kehidupan Rakyat Kerajaan Mataram Kuno……………………………………….
2.5 Penyebab Runtuhnya Kerajaan Mataram Kuno ..…………………………………..
2.6 Peninggalan-peninggalan Kerajaan Mataram Kuno ……………………………….
BAB III PENUTUP
3.1 Kesimpulan ………………………………………………………………………..
3.2 Saran ………………………………………………………………………………
DAFTAR PUSTAKA ……………………………………………………
BAB I
PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang


Mataram Kuno atau Mataram (Hindu) merupakan sebutan untuk dua dinasti, yakni Dinasti
Sanjaya dan Dinasti Syailendra, yang berkuasa di Jawa Tengah bagian selatan. Dinasti Sanjaya yang
bercorak Hindu didirikan oleh Sanjaya pada tahun 732. Beberapa saat kemudian, Dinasti Syailendra
yang bercorak Buddha Mahayana didirikan oleh Bhanu pada tahun 752. Kedua dinasti ini berkuasa
berdampingan secara damai. Nama Mataram sendiri pertama kali disebut pada prasasti yang ditulis di
masa raja Balitung. Pada umumnya para sejarawan menyebut ada tiga dinasti yang pernah berkuasa
di Kerajaan Medang, yaitu Wangsa Sanjaya dan Wangsa Sailendra pada periode Jawa Tengah, serta
Wangsa Isyana pada periode Jawa Timur.
Istilah Wangsa Sanjaya merujuk pada nama raja pertama Medang, yaitu Sanjaya. Dinasti ini
menganut agama Hindu aliran Siwa. Menurut teori van Naerssen, pada masa pemerintahan Rakai
Panangkaran (pengganti Sanjaya sekitar tahun 770-an), kekuasaan atas Medang direbut oleh Wangsa
Sailendra yang beragama Buddha Mahayana. Mulai saat itu Wangsa Sailendra berkuasa di Pulau
Jawa, bahkan berhasil pula menguasai Kerajaan Sriwijaya di Pulau Sumatra. Sampai akhirnya, sekitar
tahun 840-an, seorang keturunan Sanjaya bernama Rakai Pikatan berhasil menikahi Pramodawardhani
putri mahkota Wangsa Sailendra. Berkat perkawinan itu ia bisa menjadi raja Medang, dan
memindahkan istananya ke Mamrati. Peristiwa tersebut dianggap sebagai awal kebangkitan kembali
Wangsa Sanjaya.

1.2 Rumusan Masalah


1. Bagaimana sejarah berdirinya Kerajaan Mataram Kuno ?
2. Bagaimana proses berkembangnya Kerajaan Mataram Kuno ?
3. Siapa saja raja-raja yang pernah memimpin di Kerajaan Mataram Kuno
4. Bagaimana kehidupan rakyat Kerajaan Mataram Kuno pada saat itu ?
5. Apa penyebab runtuhnya Kerajaan Mataram Kuno ?
6. Apa saja peninggalan - peninggalan Kerajaan Mataram Kuno ?

1.3 Tujuan Penulisan


Makalah ini dibuat dengan tujuan untuk :
1. Mengetahui bagaimana sejarah berdirinya Kerajaan Mataram Kuno.
2. Mengetahui proses berkembangnya Kerajaan Mataram Kuno.
3. Mengetahui tentang raja-raja yang pernah memimpin di Kerajaan Mataram Kuno.
4. Mengetahui bagaiamana kehidupan rakyat kerajaan Mataram Kuno
5. Mengetahui penyebab runtuhnya Kerajaan Mataram Kuno.
6. Mengetahui peninggalan – peninggalan Kerajaan Mataram Kuno.
BAB II
PEMBAHASAN

2.1 Sejarah Berdirinya Kerajaan Mataram Kuno


Kerajaan Mataram Kuno terletak di Jawa tengah dengan intinya yang sering disebut bumi
Mataram. Daerah ini dikelilingi oelh pegunungan dan gunung-gunung, seperti gunung Tangkuban
Perahu, gunung Sindoro, gunung Sumbing, gunung Merapi-Merbabu, gunung Lawu, dan pegunungan
Sewu. Daerah ini juga dialiri oleh banyak sungai, seperti sungai Bongowoto, Sungai Progo, Sungai Elo
dan Sungai Bengawan solo. Itulah sebabnya daerah ini sangat subur. Kerajaan Mataram Kuno atau
juga yang disebut Kerajaan Medang merupakan kerajaan yang bercorak agraris. Tercatat terdapat 3
wangsa (dinasti) yang pernah menguasai Kerajaan Mataram Kuno yaitu Wangsa Sanjaya, Wangsa
Syailendra, dan Wangsa Isana. Wangsa Sanjaya merupakan pemeluk Beragama Hindu beraliran Syiwa
sedangkan Wangsa Syailendra merupakan pengikut Bergama Budha, Wangsa Isana sendiri
merupakan Wangsa baru yag didirikan oleh Mpu Sindok.
Raja pertama Kerajaan Mataram Kuno adalah Raja Sanjaya yang juga merupakan pendiri
Wangsa Sanjaya yang juga menganut agama hindu. Setelah wafat, Sanjaya digantikan oleh Rakai
Panangkaran yang kemudian berpindah Agama Budha beraliran Mahayana. Saat itulah Wangsa
Syailendrs berkuasa. Pada saat itu baik Agama Hindu dan Budha berkembang bersama di Kerajaan
mataram Kuno. Mereka yang beragama hindu tinggal di Jawa Tengah bagian Utara, dan mereka yang
beragama Budha berada di wilayah Jawa Tengah bagian Selatan. Wangsa Sanjaya kembali memegang
tangku kepemerintahan setelah anak Raja Sumaratungga, Pramodawardhani. Balaputradewa
kemudian mengungsi ke Kerajaan Sriwijaya yang kemudian menjadi raja disana. Wangsa Sanjaya
berakhir pada masa Rakai Sumba Dyah Wawa. Berakhirnya kepemerintahan Dyah Wawa masih
diperdebatkan. Terdapat teori yang mengatakan bahwa pada saat itu terjadi bencana alam yang
membuat pusat kerajaan Mataram hancur. Mpu Sindok pun tampil menggantikan Rakai Sumba Dyah
Wawa sebagai raja dan memindahkan pusat Kerajaan Mataram Kuno di Jawa Timur dan membangun
wangsa baru bernama Wangsa Isana. Pusat Kerajaan Mataram Kuno pada awal berdirinya
diperkirakan terletak di daerah Mataram (dekat Yogyakarta sekarang). Kemudian pada masa
pemerintahan Rakai Pikatan dipindahi ke Mamrati (daerah Kedu). Lalu, pada masa pemerintahan
Dyah Balitung sudah pindah lagi ke Poh Pitu (masih disekitar Kedu). Kemudian pada zaman Dyah
Wawa diperkirakan kembali ke daerah Mataram. Mpu Sindok kemudian memindahkan iatana
Medang ke wilayah jawa Timur sekarang.
Kerajaan Mataram Kuno diperkirakan berada di wilayah aliran sungai-sungai Bogowonto,
Progo, Elo, dan Bengawan Solo di Jawa Tengah. Keberadaan kerajaan ini dapat diketahui dari Prasasti
Canggal. Prasasti berangka tahun 732 Masehi ini menyebutkan bahwa kerajaan itu pada awalnya
dipimpin oleh Sana. Setelah kematiannya, tampuk kekuasaan dipegang oleh keponakannya, Sanjaya.
Pada masa pemerintahan Sri Maharaja Rakai Panangkaran berdiri pula sebuah dinasti baru di Jawa
Tengah, yaitu Dinasti Syailendra yang beragama Budha. Perkembangan kekuasaan dinasti tersebut di
bagian selatan Jawa Tengah menggeser kedudukan Dinasti Sanjaya yang beragama Hindu hingga ke
bagian tengah Jawa Tengah. Akhirnya, untuk memperkuat kedudukan masing-masing, kedua dinasti
itu sepakat bergabung. Caranya adalah melalui pernikahan antara Raja Putri Pramodharwani dari
pihak Syailendra dengan Rakai Pikatan dari dinasti saingannya.
Kerajaan Mataram Kuno terkenal keunggulannya dalam pembangunan candi agama Budha dan
Hindu. Candi yang diperuntukan bagi agama Budha antara lain Candi Borobudur, yang dibangun oleh
Samaratungga dari Dinasti Syailendra. Candi Hindu yang dibangun antara lain Candi RoroJongrang
di Prambanan, yang dibangun oleh Raja Pikatan. Pada zaman pemerintahan Raja Rakai Wawa terjadi
banyak kekacauan di daerah-daerah yang berada di bawah kekuasaan Kerajaan Mataram Kuno
sementara ancaman dari luar mengintainya. Keadaan menjadi semakin buruk setelah kematian sang
raja akibat perebutan kekuasaan di kalangan istana. Akhirnya, pengganti Raja Wawa yang bernama
Mpu Sindok mengambil keputusan untuk memindahkan pusat pemerintahannya dari Jawa Tengah ke
Jawa Timur. Di sana ia membangun sebuah dinasti baru yang bernama Isyana.
Kerajaan mataram kuno dipimpin pertama kali oleh Raja Sanjaya yang terkenal sebagai seorang
raja yang besar. Ia adalah penganut Hindu Syiwa yang taat. Setelah Rakai Mataram Sang Ratu Sanjaya
meninggal dunia, beliau kemudian digantikan oleh putranya yang bernama Sankhara yang bergelar
Rakai Panangkaran Dyah Sonkhara Sri Sanggramadhanjaya. Raja Panangkaran lebih progresif dan
bijaksana daripada Sanjaya sehingga Mataram Kuno lebih cepat berkembang. Daerah-daerah sekitar
Mataram Kuno segera ditaklukkan, seperti kerajaan Galuh di Jawa Barat dan Kerajaan Melayu di
Semenanjung Malaya.Ketika Rakai Panunggalan berkuasa, kerajaan Mataram Kuno mulai
mengadakan pembangunan beberapa candi megah seperti candi Kalasan, candi Sewu, candi Sari,
candi Pawon, candi Mendut, dan Candi Borobudur.
Kemudian setelah Rakai Panunggalan meninggal, beliau digantikan oleh Rakai Warak. Pada
zaman pemerintahan Rakai Warak, ia lebih mengutamakan agama Buddha dan Hindu sehingga pada
saat itu banyak masyarakat yang mengenal agama tersebut. Setelah Rakai Warak meninggal kemudian
digantikan oleh Rakai Garung.
Setelah Rakai Garung meninggal ia digantikan oleh Rakai Pikatan. Berkat kecakapan dan
keuletan Rakai Pikatan, semangat kebudayaan Hindu dapat dihidupkan kembali. Kekuasaannya pun
bertambah luas meliputi seluruh Jawa Tengah dan Jawa Timur serta ia pun memulai pembangunan
candi Hindu yang lebih besar dan indah yaitu candi Prambanan (Candi Lara Jonggrang) di desa
Prambanan. Setelah Raja Pikatan wafat ia digantikan oleh Rakai Kayuwangi. Pada masa pemerintahan
Rakai Kayuwangi Kerajaan banyak menghadapi masalah dan berbagai persoalan yang rumit sehingga
timbullah benih perpecahan di antara keluarga kerajaan. Selain itu zaman keemasan Mataram Kuno
mulai memudar serta banyak terjadi perang saudara.

2.2 Proses Berkembangnya Kerajaan Mataram Kuno


Perkembangan Kerajaan Mataram Kuno dibagi menjadi 2 :
a. Dinasti Sanjaya
Istilah Wangsa Sanjaya diperkenalkan oleh sejarawan bernama Dr. Bosch dalam karangannya
yang berjudul Sriwijaya, de Sailendrawamsa en de Sanjayawamsa (1952). Ia menyebutkan bahwa, di
Kerajaan Medang terdapat dua dinasti yang berkuasa, yaitu dinasti Sanjaya dan Sailendra. Istilah
Wangsa Sanjaya merujuk kepada nama pendiri Kerajaan Medang, yaitu Sanjaya yang memerintah
sekitar tahun 732. Berdasarkan Prasasti Canggal (732 M) diketahui Sanjaya adalah penerus raja Jawa
Sanna, menganut agama Hindu aliran Siwa, dan berkiblat ke Kunjarakunja di daerah India, dan
mendirikan Shivalingga baru yang menunjukkan membangun pusat pemerintahan baru.
Menurut penafsiran atas naskah Carita Parahyangan yang disusun dari zaman kemudian,
Sanjaya digambarkan sebagai pangeran dari Galuh yang akhirnya berkuasa di Mataram. Ibu dari
Sanjaya adalah Sanaha, cucu Ratu Shima dari Kerajaan Kalingga di Jepara. Ayah dari Sanjaya adalah
Sena/Sanna/Bratasenawa, raja Galuh ketiga. Sena adalah putra Mandiminyak, raja Galuh kedua (702-
709 M). Dikemudian hari, Sanjaya yang merupakan penerus Kerajaan Galuh yang sah, menyerang
Galuh dengan bantuan Tarusbawa, raja Sunda. Penyerangan ini bertujuan untuk melengserkan
Purbasora. Saat Tarusbawa meninggal pada tahun 723, kekuasaan Sunda dan Galuh berada di tangan
Sanjaya. Di tangannya, Sunda dan Galuh bersatu kembali. Tahun 732, Sanjaya menyerahkan
kekuasaan Sunda-Galuh kepada putranya Rarkyan Panaraban (Tamperan). Di Kalingga, Sanjaya
memegang kekuasaan selama 22 tahun (732-754), yang kemudian diganti oleh puteranya dari Déwi
Sudiwara, yaitu Rakai Panangkaran. Secara garis besar kisah dari Carita Parahyangan ini sesuai
dengan prasasti Canggal. Rakai Panangkaran dikalahkan oleh dinasti pendatang dari Sumatra yang
bernama Wangsa Sailendra. Berdasarkan penafsiran atas Prasasti Kalasan (778 M), pada tahun 778
raja Sailendra yang beragama Buddha aliran Mahayana memerintah Rakai Panangkaran untuk
mendirikan Candi Kalasan.
Sejak saat itu Kerajaan Medang dikuasai oleh Wangsa Sailendra. Sampai akhirnya seorang putri
mahkota Sailendra yang bernama Pramodawardhani menikah dengan Rakai Pikatan, seorang
keturunan Sanjaya, pada tahun 840–an. Rakai Pikatan kemudian mewarisi takhta mertuanya. Dengan
demikian, Wangsa Sanjaya kembali berkuasa di Medang.

b. Dinasti Syailendra
Selama ini kerajaan Medang dianggap diperintah oleh dua wangsa yaitu Wangsa Sailendra yang
beragama Buddha dan Wangsa Sanjaya yang beragama Hindu Siwa, pendapat ini pertama kali
diperkenalkan oleh Bosch. Pada awal era Medang atau Mataram Kuno, wangsa Sailendra cukup
dominan di Jawa Tengah. Menurut para ahli sejarah, wangsa Sanjaya awalnya berada di bawah
pengaruh kekuasaan wangsa Sailendra. Mengenai persaingan kekuasaan tersebut tidak diketahui
secara pasti, akan tetapi kedua-duanya sama-sama berkuasa di Jawa Tengah. Sementara Poerbatjaraka
menolak anggapan Bosch mengenai adanya dua wangsa kembar berbeda agama yang saling bersaing
ini. Menurutnya hanya ada satu wangsa dan satu kerajaan, yaitu wangsa Sailendra dan Kerajaan
Medang. Sanjaya dan keturunannya adalah anggota Sailendra juga. Ditambah menurut Boechari,
melalui penafsirannya atas Prasasti Sojomerto bahwa wangsa Sailendra pada mulanya memuja Siwa,
sebelum Panangkaran beralih keyakinan menjadi penganut Buddha Mahayana.
Raja-raja yang berkuasa dari keluarga Sailendra tertera dalam prasasti Ligor, prasasti Nalanda
maupun prasasti Klurak, sedangkan raja-raja dari keluarga Sanjaya tertera dalam prasasti Canggal dan
prasasti Mantyasih. Berdasarkan candi-candi, peninggalan kerajaan Mataram Kuno dari abad ke-8 dan
ke-9 yang bercorak Budha (Sailendra) umumnya terletak di Jawa Tengah bagian selatan, sedangkan
yang bercorak Hindu (Sanjaya) umumnya terletak di Jawa Tengah bagian utara. Berdasarkan
penafsiran atas prasasti Canggal (732 M) Sanjaya memang mendirikan Shivalingga baru (Candi
Gunung Wukir), artinya ia membangun dasar pusat pemerintahan baru. Hal ini karena raja Jawa
pendahulunya, Raja Sanna wafat dan kerajaannya tercerai-berai diserang musuh. Saudari Sanna
adalah Sannaha, ibunda Sanjaya, artinya Sanjaya masih kemenakan Sanna. Sanjaya mempersatukan
bekas kerajaan Sanna, memindahkan ibu kota dan naik takhta membangun kraton baru di Mdang i
Bhumi Mataram. Hal ini sesuai dengan adat dan kepercayaan Jawa bahwa kraton yang sudah pernah
pralaya, diserang, kalah dan diduduki musuh, sudah buruk peruntungannya sehingga harus pindah
mencari tempat lain untuk membangun kraton baru.
Hal ini serupa dengan zaman kemudian pada masa Mataram Islam yang meninggalkan
Kartasura yang sudah pernah diduduki musuh dan berpindah ke Surakarta. Perpindahan pusat
pemerintahan ini bukan berarti berakhirnya wangsa yang berkuasa. Hal ini sama dengan Airlangga
pada zaman kemudian yang membangun kerajaan baru, tetapi ia masih merupakan keturunan wangsa
penguasa terdahulu, kelanjutan Dharmawangsa yang juga anggota wangsa Isyana. Maka disimpulkan
meski Sanjaya memindahkan ibu kota ke Mataram, ia tetap merupakan kelanjutan dari wangsa
Sailendra yang menurut prasasti Sojomerto didirikan oleh Dapunta Selendra. Pada masa pemerintahan
raja Indra (782-812), puteranya, Samaratungga, dinikahkan dengan Dewi Tara, puteri Dharmasetu,
Maharaja Sriwijaya. Prasasti yang ditemukan tidak jauh dari Candi Kalasan memberikan penjelasan
bahwa candi tersebut dibangun untuk menghormati Tara sebagai Bodhisattva wanita.
Pada tahun 790, Sailendra menyerang dan mengalahkan Chenla (Kamboja Selatan), kemudian
sempat berkuasa di sana selama beberapa tahun. Candi Borobudur selesai dibangun pada masa
pemerintahan raja Samaratungga (812-833). Borobudur merupakan monumen Buddha terbesar di
dunia, dan kini menjadi salah satu kebanggaan bangsa Indonesia. Dari hasil pernikahannya dengan
Dewi Tara, Samaratungga memiliki putri bernama Pramodhawardhani dan putra bernama
Balaputradewa. Balaputra kemudian memerintah di Sriwijaya, maka selain pernah berkuasa di
Medang, wangsa Sailendra juga berkuasa di Sriwijaya.

2.3 Raja-raja yang Pernah Memimpin Kerajaan Mataram Kuno


1. Rakai Mataram Sang Ratu Sanjaya (732-760 M)
2. Sri Maharaja Rakai Panangkaran (760-780 M)
3. Sri Maharaja Rakai Panunggaran (780-800 M)
4. Sri Maharaja Rakai Warak (800-820 M)
5. Sri Maharaja Rakai Garung (820-840 M)
6. Sri Maharaja Rakai Pikatan (840-863 M)
7. Sri Maharaja Rakai Kayuwangi (863-882 M)
8. Sri Maharaja Rakai Watuhumalang (882-898 M)
9. Sri Maharaja Rakai Watukura Dyah Balitung (898-910 M)
Dari raja-raja yang pernah meminpin kerajaan mataram Kuno, erajaan Mataram Kuno mencapai
puncak kejayaan pada masa pemerintahan raja balitung (898-910 M). Di masa kekuasaannya, daerah-
daerah di sebelah Timur Mataram berhasil ditaklukannya. oleh karena itu, daerah kekuasaan mataram
semakin luas,yang meliputi Bagelen (jawa Tengah) sampai Malang (ja wa Timur). Penyebab kejayaan
Kerajaan Mataram Kuno:
 Naik tahtanya Sanjaya yang sangat ahli dalam peperangan pembangunan sebuah waduk
Hujung Galuh di Waringin Sapta Waringin Sapta (Waringin pitu) guna mengatur aliran Sungai
Berangas, sehingga banyak kapal dagang dari Benggala, Sri Lanka, Chola, Champa, Burma,
dan lain-lain datang ke pelabuan itu.
 Pindahnya kekuasaan dari Jawa Tengah ke Jawa Timur yang didasari oleh:
 Adanya sungai-sungai besar,antara lain sungai Brantas dan Bengawan Solo yang
memudahkan bagi lalu lintas perdagangan.
 Adanya dataran rendah yang luas sehingga memungkinkan penanaman padi secara besar-
besaran.
 Lokasi Jawa Timur yang berdekatan dengan jalan perdagangan utama waktu itu,yaitu jalur
perdagangan utama waktu itu, yaitu jalur perdagangan rempah-rempah dari Maluku ke
Malaka.

2.4 Kehidupan Rakyat Mataram Kuno


Rakyat Mataram menggantungkan kehidupannya pada hasil pertanian. Hal ini mengakibatkan
banyak kerajaan-kerajaan serta daerah lain yang saling mengekspor dan mengimpor hasil
pertaniannya.Usaha untuk meningkatkan dan mengembangkan hasil pertanian telah dilakukan sejak
masa pemerintahan Rakai Kayuwangi. Yang diperdagagkan pertama-tama hasil bumi, seperti beras,
buah-buahan, sirih pinang, dan buah mengkudu.Juga hasil industry rumah tangga, seperti alat
perkakas dari besi dan tembaga, pakaian,paying,keranjang, dan barang-barang anyaman, gula, arang,
dan kapur sirih. Binatang ternak seperti kerbau, sapi, kambing, itik, dan ayam serta telurnya juga di
perjual belikan.
Usaha perdagangan juga mulai mendapat perhatian ketika Raja Balitung berkuasa.Raja telah
memerintahkan untuk membuat pusat-pusat perdagangan serta penduduk disekitar kanan-kiri aliran
Sungai Bengawan Solo diperintahkan untuk menjamin kelancaran arus lalu lintas perdagangan
melalui aliran sungai tersebut.Sebagai imbalannya, penduduk desa di kanan-kiri sungai tersebut
dibebaskan dari pungutan pajak.Lancarya pengangkutan perdagangan melalui sungai tersebut dengan
sendirinya akan menigkatkan perekonomian dan kesejahteraan rakyat Mataram Kuno.

2.5 Penyebab runtuhnya Kerjaan Mataram Kuno


Runtuhnya kerajaan Mataram disebabkan oleh beberapa faktor.
1. Disebabkan oleh letusan gunung Merapi yang mengeluarkan lahar. Kemudian lahar tersebut
menimbun candi-candi yang didirikan oleh kerajaan, sehingga candi-candi tersebut menjadi
rusak.
2. Runtuhnya kerajaan Mataram disebabkan oleh krisis politik yang terjadi tahun 927-929 M.
3. Runtuhnya kerajaan dan perpindahan letak kerajaan dikarenakan pertimbangan ekonomi.
Di Jawa Tengah daerahnya kurang subur, jarang terdapat sungai besar dan tidak terdapatnya
pelabuhan strategis.Sementara di Jawa Timur, apalagi di pantai selatan Bali merupakan
jalur yang strategis untuk perdagangan, dan dekat dengan daerah sumber penghasil
komoditi perdagangan.
Mpu Sindok mempunyai jabatan sebagai Rake I Hino ketika Wawa menjadi raja di Mataram,
lalu pindah ke Jawa timur dan mendirikan dinasti Isyana di sana dan menjadikan Walunggaluh sebagai
pusat kerajaan. Mpu Sindok yang membentuk dinasti baru, yaitu Isanawangsa berhasil membentuk
Kerajaan Mataram sebagai kelanjutan dari kerajaan sebelumnya yang berpusat di Jawa Tengah. Mpu
Sindok memerintah sejak tahun 929 M sampai dengan 948 M.Sumber sejarah yang berkenaan dengan
Kerajaan Mataram di Jawa Timur antara lain prasasti Pucangan, prasasti Anjukladang dan Pradah,
prasasti Limus, prasasti Sirahketing, prasasti Wurara, prasasti Semangaka, prasasti Silet, prasasti
Turun Hyang, dan prasasti Gandhakuti yang berisi penyerahan kedudukan putra mahkota oleh
Airlangga kepada sepupunya yaitu Samarawijaya putra Teguh Dharmawangsa.

2.6 Peninggalan – peninggalan Kerajaan Mataram Kuno


Adapun peninggalan-peninggalan kerajaan Mataram Kuno antara lain :
A. Prasasti
1) Prasasti Canggal ditemukan di halaman Candi Gunung Wukir di desa Canggal berangka
tahun 732 M dalam bentuk Candrasangkala.
2) Prasasti Kalasan, ditemukan di desa Kalasan Yogyakarta berangka tahun 778 M, ditulis
dalam huruf Pranagari (India Utara) dan bahasa Sansekerta
3) Prasasti Mantyasih ditemukan di Mantyasih Kedu, Jateng berangka tahun 907 M yang
menggunakan bahasa Jawa Kuno. Isi dari prasasti tersebut adalah daftar silsilah raja-raja
Mataram yang mendahului Bality yaitu Raja Sanjaya, Rakai Panangkaran, Rakai
Panunggalan, Rakai Warak, Rakai Garung, Rakai Pikatan, Rakai Kayuwangi, Rakai
Watuhumalang, dan Rakai Watukura Dyah Balitung. Untuk itu prasasti Mantyasih/Kedu ini
juga disebut dengan prasasti Belitung
4) Prasasti Klurak ditemukan di desa Prambanan berangka tahun 782 M ditulis dalam huruf
Pranagari dan bahasa Sansekerta isinya menceritakan pembuatan arca Manjusri oleh Raja
Indra yang bergelar Sri Sanggramadananjaya.
B. Candi
1) Candi Gatotkaca
Candi Gatotkaca adalah salah satu candi Hindu yang berada di Dataran Tinggi Dieng, di
wilayah Kabupaten Banjarnegara, Provinsi Jawa Tengah. Candi ini terletak di sebelah barat
Kompleks Percandian Arjuna, di tepi jalan ke arah Candi Bima, di seberang Museum Dieng
Kailasa. Nama Gatotkaca sendiri diberikan oleh penduduk dengan mengambil nama tokoh
wayang dari cerita Mahabarata.
2) Candi Bima
Berada di Desa Dieng Kulon, Kecamatan Batur, Kabupaten Banjarnegara, Jawa Tengah, [1]
candi ini terletak paling selatan di kompleks Percandian Dieng. Pintu masuk berada di sisi
timur. Candi ini cukup unik dibanding dengan candi-candi lain, baik di Dieng maupun di
Indonesia pada umumnya, karena kemiripan arsitekturnya dengan beberapa candi di India.
Bagian atapnya mirip dengan shikara dan berbentuk seperti mangkuk yang ditangkupkan. [2]
Pada bagian atap terdapat relung dengan relief kepala yang disebut dengan kudu.
3) Candi Dwarawati
Bentuk Candi Dwarawati mirip dengan Candi Gatutkaca, yaitu berdenah dasar segi empat
dengan penampil di keempat sisinya. Tubuh candi berdiri di atas batur setinggi sekitar 50
cm. Tangga dan pintu masuk, yang terletak di sisi barat, saat ini dalam keadaan polos tanpa
pahatan.
4) Candi Arjuna
Candi ini mirip dengan candi-candi di komples Gedong Sanga. Berdenah dasar persegi
dengan luas sekitar ukuran sekitar 4 m2. Tubuh candi berdiri diatas batur setinggi sekitar 1
m. Di sisi barat terdapat tangga menuju pintu masuk ke ruangan kecil dalam tubuh candi.
Pintu candi dilengkapi dengan semacam bilik penampil yang menjorok keluar sekitar 1 m
dari tubuh candi. Di atas ambang pintu dihiasi dengan pahatan Kalamakara.
5) Candi Semar
Candi ini letaknya berhadapan dengan Candi Arjuna. Denah dasarnya berbentuk persegi
empat membujur arah utara-selatan. Batur candi setinggi sekitar 50 cm, polos tanpa hiasan.
Tangga menuju pintu masuk ke ruang dalam tubuh candi terdapat di sisi timur. Pintu masuk
tidak dilengkapi bilik penampil. Ambang pintu diberi bingkai dengan hiasan pola kertas
tempel dan kepala naga di pangkalnya. Di atas ambang pintu terdapat Kalamakara tanpa
rahang bawah.
6) Candi Puntadewa
Ukuran Candi Puntadewa tidak terlalu besar, namun candi ini tampak lebih tinggi. Tubuh
candi berdiri di atas batur bersusun setinggi sekitar 2,5 m. Tangga menuju pintu masuk ke
dalam ruang dalam tubuh candi dilengkapi pipi candi dan dibuat bersusun dua, sesuai dengan
batur candi. Atap candi mirip dengan atap Candi Sembadra, yaitu berbentuk kubus besar.
Puncak atap juga sudah hancur, sehingga tidak terlihat lagi bentuk aslinya. Di keempat sisi
atap juga terdapat relung kecil seperti tempat menaruh arca. Pintu dilengkapi dengan bilik
penampil dan diberi bingkai yang berhiaskan motif kertas tempel.
7) Candi Sembrada
Batur candi setinggi sekitar 50 cm dengan denah dasar berbentuk bujur sangkar. Di
pertengahan sisi selatan, timur dan utara terdapat bagian yang menjorok keluar, membentuk
relung seperti bilik penampil. Pintu masuk terletak di sisi barat dan, dilengkapi dengan bilik
penampil. Adanya bilik penampil di sisi barat dan relung di ketiga sisi lainnya membuat
bentuk tubuh candi tampak seperti poligon. Di halaman terdapat batu yang ditata sebagai
jalan setapak menuju pintu.
8) Candi Srikandi
Candi ini terletak di utara Candi Arjuna. Batur candi setinggi sekitar 50 cm dengan denah
dasar berbentuk kubus. Di sisi timur terdapat tangga dengan bilik penampil. Pada dinding
utara terdapat pahatan yang menggambarkan Wisnu, pada dinding timur menggambarkan
Syiwa dan pada dinding selatan menggambarkan Brahma. Sebagian besar pahatan tersebut
sudah rusak. Atap candi sudah rusak sehingga tidak terlihat lagi bentuk aslinya.
9) Candi Gedong Songo
Candi Gedong Songo adalah nama sebuah komplek bangunan candi peninggalan budaya
Hindu yang terletak di desa Candi, Kecamatan Bandungan, Kabupaten Semarang, Jawa
Tengah, Indonesia tepatnya di lereng Gunung Ungaran. Di kompleks candi ini terdapat
sembilan buah candi. Candi ini diketemukan oleh Raffles pada tahun 1804 dan merupakan
peninggalan budaya Hindu dari zaman Wangsa Syailendra abad ke-9 (tahun 927 masehi).
Candi ini memiliki persamaan dengan kompleks Candi Dieng di Wonosobo. Candi ini
terletak pada ketinggian sekitar 1.200 m di atas permukaan laut sehingga suhu udara disini
cukup dingin (berkisar antara 19-27 °C)
10) Candi Sari
Candi Sari adalah candi Buddha yang berada tidak jauh dari Candi Sambi Sari, Candi Kalasan
dan Candi Prambanan, yaitu di bagian sebelah timur laut dari kota Yogyakarta, dan tidak
begitu jauh dari Bandara Adisucipto. Candi ini dibangun pada sekitar abad ke-8 dan ke-9
pada saat zaman Kerajaan Mataram Kuno dengan bentuk yang sangat indah. Pada bagian
atas candi ini terdapat 9 buah stupa seperti yang nampak pada stupa di Candi Borobudur, dan
tersusun dalam 3 deretan sejajar.
Bentuk bangunan candi serta ukiran relief yang ada pada dinding candi sangat mirip dengan
relief di Candi Plaosan. Beberapa ruangan bertingkat dua berada persis di bawah masing-
masing stupa, dan diperkirakan dipakai untuk tempat meditasi bagi para pendeta Buddha
(bhiksu) pada zaman dahulunya. Candi Sari pada masa lampau merupakan suatu Vihara
Buddha, dan dipakai sebagai tempat belajar dan berguru bagi para bhiksu.
11) Candi Mendut
Candi Mendut adalah sebuah candi bercorak Buddha. Candi yang terletak di Jalan Mayor
Kusen Kota Mungkid, Kabupaten Magelang, Jawa Tengahini, letaknya berada sekitar 3
kilometer dari candi Borobudur.Candi Mendut didirikan semasa pemerintahan Raja Indra
dari dinasti Syailendra. Di dalam prasasti Karangtengah yang bertarikh 824 Masehi,
disebutkan bahwa raja Indra telah membangun bangunan suci bernama wenuwana yang
artinya adalah hutan bambu. Oleh seorang ahli arkeologi Belanda bernama J.G. de Casparis,
kata ini dihubungkan dengan Candi Mendut.
12) Candi Sewu
Secara administratif, kompleks Candi Sewu terletak di Dukuh Bener, Desa Bugisan,
Kecamatan Prambanan, Kabupaten Klaten, Provinsi Jawa Tengah. Candi Sewu adalah candi
Buddha yang dibangun pada abad ke-8 yang berjarak hanya delapan ratus meter di sebelah
utara Candi Prambanan. Candi Sewu merupakan kompleks candi Buddha terbesar kedua
setelah Candi Borobudur di Jawa Tengah. Candi Sewu berusia lebih tua daripada Candi
Prambanan. Meskipun aslinya terdapat 249 candi, oleh masyarakat setempat candi ini
dinamakan "Sewu" yang berarti seribudalam bahasa Jawa. Penamaan ini berdasarkan kisah
legenda Loro Jonggrang.
13) Candi Pawon
Letak Candi Pawon ini berada di antara Candi Mendut dan Candi Borobudur, tepat berjarak
1750 meter dari Candi Borobudur ke arah timur dan 1150 m dari Candi Mendut ke arah barat.
Nama Candi Pawon tidak dapat diketahui secara pasti asal-usulnya. Ahli epigrafi J.G. de
Casparis menafsirkan bahwa Pawon berasal daribahasa Jawa awu yang berarti 'abu',
mendapat awalan pa- dan akhiran -an yang menunjukkan suatu tempat. Dalam bahasa Jawa
sehari-hari kata pawon berarti 'dapur', akan tetapi de Casparis mengartikannya sebagai
'perabuan' atau tempat abu. Penduduk setempat juga menyebutkan Candi Pawon dengan
nama Bajranalan. Kata ini mungkin berasal dari kata bahasa Sanskerta vajra =yang berarti
'halilintar' dan anala yang berarti 'api'.
14) Candi Borobudur
Borobudur adalah nama sebuah candi Buddha yang terletak di Borobudur, Magelang, Jawa
Tengah, Indonesia. Lokasi candi adalah kurang lebih 100 km di sebelah barat daya Semarang,
86 km di sebelah barat Surakarta, dan 40 km di sebelah barat laut Yogyakarta. Candi
berbentukstupa ini didirikan oleh para penganut agama Buddha Mahayana sekitar tahun 800-
an Masehi pada masa pemerintahan wangsa Syailendra. Monumen ini terdiri atas enam teras
berbentuk bujur sangkar yang diatasnya terdapat tiga pelataran melingkar, pada dindingnya
dihiasi dengan 2.672 panel relief dan aslinya terdapat 504 arca Buddha.[1] Stupa utama
terbesar teletak di tengah sekaligus memahkotai bangunan ini, dikelilingi oleh tiga barisan
melingkar 72 stupa berlubang yang di dalamnya terdapat arca buddha tengah duduk bersila
dalam posisi teratai sempurna dengan mudra (sikap tangan) Dharmachakra mudra (memutar
roda dharma).
BAB III
PENUTUP
3.1 Kesimpulan
Secara umum kerajaan Mataram Kuno pernah di pimpin oleh 3 dinasti yang pernah berkuasa
pada waktu itu, yaitu Wangsa Sanjaya, Wangsa Sailendra, dan Wangsa Isyana.Istilah Isyana berasal
dari nama Sri Isyana Wikramadharmottunggadewa, yaitu gelar Mpu Sindok setelah menjadi raja
Medang (929–947). Silsilah Wangsa Isyana dijumpai dalam prasasti Pucangan tahun 1041 atas nama
Airlangga, seorang raja yang mengaku keturunan Mpu Sindok. Dalam masa 70 tahun itu tercatat
hanya tiga prasasti yang berangka tahun yang ditentuka, yaitu prasasti Hara-Hara tahun 888 Saka (966
M) prasasti Kawambang Kulwan tahun 913 Saka (992 M) dan prasasti ucem tahun 934 Saka (1012-
1013 M).
Usaha untuk meningkatkan dan mengembangkan hasil pertanian telah dilakukan sejak masa
pemerintahan Rakai Kayuwangi. Yang diperdagagkan pertama-tama hasil bumi, seperti beras, buah-
buahan, sirih pinang, dan buah mengkudu. Juga hasil industri rumah tangga, seperti alat perkakas dari
besi dan tembaga, pakaian,paying,keranjang, dan barang-barang anyaman, gula, arang, dan kapur
sirih. Binatang ternak seperti kerbau, sapi, kambing, itik, dan ayam serta telurnya juga di
perjualbelikan.

3.2 Saran
Semoga makalah tersebut dapat bermanfaat dan menambah pengetahuan bagi para pembaca.
Selain itu kita bisa mengetahui lebih dalam tentang kerajaan-kerajaan hindu-budha di Indonesia
khususnya Kerajaan Kalingga.Kita sebagai penerus harus bisa melestarikannya serta menjaga
peninggalan-peninggalannya.
DAFTAR PUSTAKA

http://id.wikipedia.org/wiki/Kerajaan_Medang
http://ayunura.blogspot.com/2014/09/contoh-makalah-sejarah-kerajaan-mataram.html
http://fidrew.blogspot.com/2013/02/contoh-makalah-mataram-kuno-latar_18.html
http://diahnfadhilah.blogspot.com/2014/06/makalah-kerajaan-mataram-kuno.html

Anda mungkin juga menyukai