Oleh :
Kelompok 5
Helvi Aliatul Qudsiah
Hikmah Amaliah
Larasati Andriyani
M Wildan Jamaludin
Mira Desti Aulia
N Zihan Putri A
Sheilla Khoerunisa
X MIA 4
Puji syukur kehadirat Allah Subhanahu Wata’ala yang telah memberikan rahmat dan
karunia-Nya sehingga makalah ini berhasil selesai dengan baik dan tepat pada waktunya.
Maksud dan tujuan dari penyusunan makalah ini adalah sebagai pemenuhan tugas untuk
mata pelajaran Sejarah Indonesia.
Makalah ini tidak akan berwujud tanpa bantuan dari berbagai pihak. Oleh karena itu,
pada kesempatan ini penyusun menyampaikan terimakasih yang setulusnya kepada
bapak/ibu guru yang sudah memberikan kesempatan dan bimbingannya, serta kepada
rekan-rekan yang sudah membantu dalam menyelesaikan makalah ini.
Penyusun menyadari bahwa makalah ini masih jauh dari sempurna, baik dari segi
penulisan maupun dari segi laporan. Oleh karena itu penyusun sangat mengharapkan kritik
dan saran yang membangun dari pembaca.
Penyusun
DAFTAR ISI
b. Dinasti Syailendra
Selama ini kerajaan Medang dianggap diperintah oleh dua wangsa yaitu Wangsa Sailendra yang
beragama Buddha dan Wangsa Sanjaya yang beragama Hindu Siwa, pendapat ini pertama kali
diperkenalkan oleh Bosch. Pada awal era Medang atau Mataram Kuno, wangsa Sailendra cukup
dominan di Jawa Tengah. Menurut para ahli sejarah, wangsa Sanjaya awalnya berada di bawah
pengaruh kekuasaan wangsa Sailendra. Mengenai persaingan kekuasaan tersebut tidak diketahui
secara pasti, akan tetapi kedua-duanya sama-sama berkuasa di Jawa Tengah. Sementara Poerbatjaraka
menolak anggapan Bosch mengenai adanya dua wangsa kembar berbeda agama yang saling bersaing
ini. Menurutnya hanya ada satu wangsa dan satu kerajaan, yaitu wangsa Sailendra dan Kerajaan
Medang. Sanjaya dan keturunannya adalah anggota Sailendra juga. Ditambah menurut Boechari,
melalui penafsirannya atas Prasasti Sojomerto bahwa wangsa Sailendra pada mulanya memuja Siwa,
sebelum Panangkaran beralih keyakinan menjadi penganut Buddha Mahayana.
Raja-raja yang berkuasa dari keluarga Sailendra tertera dalam prasasti Ligor, prasasti Nalanda
maupun prasasti Klurak, sedangkan raja-raja dari keluarga Sanjaya tertera dalam prasasti Canggal dan
prasasti Mantyasih. Berdasarkan candi-candi, peninggalan kerajaan Mataram Kuno dari abad ke-8 dan
ke-9 yang bercorak Budha (Sailendra) umumnya terletak di Jawa Tengah bagian selatan, sedangkan
yang bercorak Hindu (Sanjaya) umumnya terletak di Jawa Tengah bagian utara. Berdasarkan
penafsiran atas prasasti Canggal (732 M) Sanjaya memang mendirikan Shivalingga baru (Candi
Gunung Wukir), artinya ia membangun dasar pusat pemerintahan baru. Hal ini karena raja Jawa
pendahulunya, Raja Sanna wafat dan kerajaannya tercerai-berai diserang musuh. Saudari Sanna
adalah Sannaha, ibunda Sanjaya, artinya Sanjaya masih kemenakan Sanna. Sanjaya mempersatukan
bekas kerajaan Sanna, memindahkan ibu kota dan naik takhta membangun kraton baru di Mdang i
Bhumi Mataram. Hal ini sesuai dengan adat dan kepercayaan Jawa bahwa kraton yang sudah pernah
pralaya, diserang, kalah dan diduduki musuh, sudah buruk peruntungannya sehingga harus pindah
mencari tempat lain untuk membangun kraton baru.
Hal ini serupa dengan zaman kemudian pada masa Mataram Islam yang meninggalkan
Kartasura yang sudah pernah diduduki musuh dan berpindah ke Surakarta. Perpindahan pusat
pemerintahan ini bukan berarti berakhirnya wangsa yang berkuasa. Hal ini sama dengan Airlangga
pada zaman kemudian yang membangun kerajaan baru, tetapi ia masih merupakan keturunan wangsa
penguasa terdahulu, kelanjutan Dharmawangsa yang juga anggota wangsa Isyana. Maka disimpulkan
meski Sanjaya memindahkan ibu kota ke Mataram, ia tetap merupakan kelanjutan dari wangsa
Sailendra yang menurut prasasti Sojomerto didirikan oleh Dapunta Selendra. Pada masa pemerintahan
raja Indra (782-812), puteranya, Samaratungga, dinikahkan dengan Dewi Tara, puteri Dharmasetu,
Maharaja Sriwijaya. Prasasti yang ditemukan tidak jauh dari Candi Kalasan memberikan penjelasan
bahwa candi tersebut dibangun untuk menghormati Tara sebagai Bodhisattva wanita.
Pada tahun 790, Sailendra menyerang dan mengalahkan Chenla (Kamboja Selatan), kemudian
sempat berkuasa di sana selama beberapa tahun. Candi Borobudur selesai dibangun pada masa
pemerintahan raja Samaratungga (812-833). Borobudur merupakan monumen Buddha terbesar di
dunia, dan kini menjadi salah satu kebanggaan bangsa Indonesia. Dari hasil pernikahannya dengan
Dewi Tara, Samaratungga memiliki putri bernama Pramodhawardhani dan putra bernama
Balaputradewa. Balaputra kemudian memerintah di Sriwijaya, maka selain pernah berkuasa di
Medang, wangsa Sailendra juga berkuasa di Sriwijaya.
3.2 Saran
Semoga makalah tersebut dapat bermanfaat dan menambah pengetahuan bagi para pembaca.
Selain itu kita bisa mengetahui lebih dalam tentang kerajaan-kerajaan hindu-budha di Indonesia
khususnya Kerajaan Kalingga.Kita sebagai penerus harus bisa melestarikannya serta menjaga
peninggalan-peninggalannya.
DAFTAR PUSTAKA
http://id.wikipedia.org/wiki/Kerajaan_Medang
http://ayunura.blogspot.com/2014/09/contoh-makalah-sejarah-kerajaan-mataram.html
http://fidrew.blogspot.com/2013/02/contoh-makalah-mataram-kuno-latar_18.html
http://diahnfadhilah.blogspot.com/2014/06/makalah-kerajaan-mataram-kuno.html