Anda di halaman 1dari 13

RENCANA PELAKSANAAN PEMBELAJARAN (RPP)

Satuan Pndidikan : SMK N 1BANTUL


Kelas / semester : X/1
Mata Pelajaran : Sejarah Indonesia
Materi Pokok : Mengkaji proses berkembangnya agama
Hindu Budha di kerajan mataram Kuno
Pertemuan ke : 15
Alokasi Waktu : 2 x (45 menit)

A. Kompetensi dasar
1.2. Menghayati keteladanan para pemimpin dalam toleransi antarumat beragama
dan mengamalkannya dalam kehidupan sehari-hari.
2.1. Menunjukkan sikap tanggung jawab , peduli terhadap berbagai hasil budaya
pada masa pra aksara, Hindu Budha dan Islam.
3.6. Menganalisis karakteristik kehidupan masyarakat, pemerintahan, dan
kebudayaan pada masa kerajaan-kerajaan Hindu Budha di Indonesia serta
menunjukkan contoh-contoh bukti yang masih berlaku pada kehidupan
masyarakat Indonesia masa kini.
4.6. Menyajikan hasil penalaran dalam bentuk tulisan tentang nilai-nilai dan unsur
budaya yang berkembang pada masa kerajaan Hindu Budha dan masih
berkelanjutan dalam kehidupan bangsa Indonesia pada masa kini.

B. Indikator Pencapaian kompetensi


3.6.1. menjelaskan perkembangan kerajaan zaman Hindu Budha di Indonesia.

C. Tujuan Pembelajaran
1. Melalui penayangan gambar candi peserta didik mengidentifikasi tentang bangunan
peninggalan Hindu dan Budha kerajaan Mataram Kuno
2. Melalui membaca peserta didik dapat menggali informasi tentang perkembangan
kerajaan Mataram Kuno
3. Melalui mendengarkan keterangan guru peserta didik memiliki rasa ingin tahu tentang
perkembangan Hindu Budha di kerajaan Mataram Kuno dengan bertanya kepada teman
dan guru lebih jauh
4. Melalui menganalisa perkembangan kerajaan Mataram Kuno peserta didik mampu
menalar perkembangan kerajaan Mataram Kuno
5. Melalui diskusi peserta didik berani bertanya tentang perkembangan kerajaan Mataram
Kuno
6. Melalui Diskusi peserta didik mampu mempresentasikan pendapatnya tentang
keteladanan dan kepedulian para pemimpin dalam mengamalkan ajaran agamanya di
depan kelas.

D. Materi Ajar
a. Kerajaan Mataram Kuno
 perkembangan pemerintahan
 Candi Borobudur mahakarya dinasti Syailendra
 Pesona legenda candi Prambanan

E. Metode Pembelajaran
Pendekatan : Scientific
Metode pembelajaran : Ceramah, diskusi, tanya jawab
Strategi Pembelajaran : Problem base learning

F. Kegiatan Pembelajaran

Kegiatan Deskripsi Alokasi Waktu


Pendahulua  Guru mengajak siswa untuk berdoa 10 Menit
n sebelum memulai pelajaran, menanyakan
kabar hari ini.
 Guru membuka pertemuan dengan salam
 Mengabsensi peserta didik
 Mempersiapkan kelas agar lebih kondusif
untuk memulai proses KBM
 Melakukan apersepsi tentang tentang
indikator yang akan dicapai.

Inti (mengamati) 60 menit


 Peserta didik ditunjukkan media gambar
candi Prambanan dan candi Borobudur .
( Guru membimbing dengan menanyakan
samakah bentuknya,apakah bangunannya
ada pengaruh dari luar atau asli )
 Peserta didik diminta menempatkan diri
dalam kelompoknya.
 Guru membagi tugas untuk diskusi pada
masing-masing kelompok .
Kelompok 1 ( Sistem pemerintahan
kerajaan mataram Kuno).
Kelompok 2 (Ketokohan para pemimpin
Mataram Kuno).
Kelompok 3 (Perkembangan kerajaan
Mataram Kuno).
Kelompok 4 (Mengidentifikasi
peninggalan budaya candi Borobudur)
Kelompok 5 (Mengidentifikasi
peninggalan budaya candi Prambanan)

(Menanya).
 Setiap kelompok mendapatkan tugas
membaca, menggali informasi kemudian
menanyakan yang tidak tahu kepada guru
atau teman

( Menalar)
 menganalisa dan menalar apa yang telah
didiskusikan atau ditanyakan kepada guru
atau siswa
 Setiap peserta didik yang tergabung
dalam kelompok mencatat hasil diskusi.

(Mencoba)
o Peserta didik mempresentasikan hasil
diskusi kelompoknya secara bergantian

(Jejaring)
 Peserta didik melaporkan hasil diskusi
dari masing2 kelompoknya dan
kelompok lain menanggapi
Penutup 20 Menit
 Dengan dibantu guru, peserta didik
menyimpulkan materi yang telah dibahas
 Peserta didik menyimpulkan nilai2 atau
manfaat apa yang didapat dari
pembelajaran yang telah selesai dibahas
( Keteladanan raja Sanjaya yang arif
bijaksana dalam memerintah, terciptanya
toleransi antar umat beragamadll )
 Peserta didik mengerjakan tugas mandiri
sebagai pekerjaan rumah sebagai refleksi
dari materi yang telah dibahas
 Guru mengingatkan materi yang akan
dibahas minggu depan
 Guru menutup pembelajaran dengan doa
penutup.

G. Alat dan Sumber bahan


Alat :
Slide Power Point, Gambar candi-candi peninggalan dari kerajaan Mataram Kuno
Sumber Bahan:
Buku Sejarah Indonesia untuk SMK Kelas X kurikulum 2013
Buku lain yang relevan dengan materi
Download materi di Internet
Peta Indonesia

H. Penilaian Hasil Belajar

1. Teknik
a. Tes tertulis
b. Tes unjuk kerja
2. Bentuk tes
a. Tes uraian

3. Instrumenn

a. Tes tertulis

Jawablah pertanyaan di bawah ini dengan singkat dan jelas!


1. Jelaskan secara singkat pemerintahan kerajaan Mataram Kuno!
2. Uraikan secara singkat sumber-sumber untuk mempelajari sejarah kerajaan
Mataram Kuno!
3. Buatlah mind maping tentang candi-candi yang bercorak Hindu dan Budha
peninggalan kerajaan Mataram Kuno
4. Mengapa banyak ditemukan bangunan candi yang megah padahal di dinegara
asal Hindu dan Budha tidak ditemukan candi semegah Borobudur atau
Prambanan!
5. Jelaskan menurut pendapatmu sebaiknya bagaimana sikap kita terhadap
peninggalan yang berupa candi baik candi Hindu maupun candi Budha !

Kunci Jawaban
1. Raja Sanjaya memerintah secara adil, arif dan berpengetahuan luas.Rakyat dan para pujangga
hormat padanya. Rakyat hidup aman tentram. Penghasilan utama padi. Dibangunnya bangunan
suci untuk pemujaan dll.
2. Prasasti Kalasan , Canggal, Klura, Kedu ( Balitung) dan berita cina.
3. Minmapping candi Hindu dan Budha.
4. Siswa bebas mengemukakan pendapat . poinnya jawaban menggambarkan rakyat cinta damai
terbuka menerima pengaruh luar yang positif, mau belajar dari orang lain tidak pasif/skeptis.
5. Peduli dengan ikut menjaga dan merawat, mempelajari keunikan candi, mengambil pelajaran
dan hikmahnyabagi bangsa Indonesia dll.

b. Tugas
Individu : Buatlah kliping disertai diskripsi peninggalan pengaruh Hindu dan Budha dari
kerajaan Mataram Kuno

c. Form Penilaian

-Format penilaian individu keaktifan siswa dalam diskusi :


ASPEK YANG DINILAI RATA-
NO NAMA SISWA BERTANYA MENJAWAB BERPENDAPAT JUMLAH RATA
SKOR SKOR
Ak Sd Ps Ak Sd Ps Ak Sd Ps
1
2
3
4
dst

Keterangan :
Ak = Aktif Skor : 80 - 100
Sd = Sedang 60 - 79
Ps = Pasif 0 - 59

-Format penilaian kelompok dalam diskusi :


Aspek yang diamati dan dinilai Jumlah Rata-rata
No Nama kelompok A B C D E skor skor

Keterangan :
A : Kelengkapan informasi/data.
B : Kerjasama kelompok, partisipasi.
C : Disiplin waktu.
D : Minat dan antusiasme.
E : Keberanian mengemukakan pendapat.
Skor :
Sangat baik = 81-100
Baik = 75-80
Cukup = 60-74
Kurang = 0 -59

Mengetahui : Diverivikasi Bantul, 15 Juli 2013


Kepala SMK N 1 Bantul Waka 1 Guru Mapel Sejarah

Ir. Retno Yuniar Dwi Aryani Drs. Muh. Hanan Windu Mahmud, S.Pd.,M.Eng.
NIP. 196106221983032005 NIP.196409061991021001 NIP. 197809252005011009
Lampiran 1. Materi Tayangan
Candi Borobudur mahakarya Dinasti Syailendra

Pesona legenda candi Prambanan

mbanan
Candi Prambanan
Lampiran Materi:
Sejarah Lengkap Tentang Kerajaan Mataram Kuno

Kerajaan Mataram Kuno adalah salah satu kerajaan jaman Hindu yang banyak meninggalkan
sejarah melalui prasasti yang ditemukan. Kerajaan ini pada awalnya berdiri di wilayah Jawa
Tengah yang juga dikenal sebagai kerajaan Medang.
Kerajaan mataram kuno atau mataram dengan agama hindu merupakan kerajaan hindu yang
pernah berjaya dengan dua dinasti. Dinasti yang pernah berjaya memimpin mataram kuno adalah
Dinasti Sanjaya dan Dinasti Syailendra. Kerajaan mataram kuno berkuasa di Jawa Tengah
bagian selatan.

Kerajaan Mataram Kuno berdiri pada abad 8. Namun, sejak abad 10 kerajaan ini mengalihkan
pusat kekuasaannya di Jawa Timur. Saat di Jawa Tengah, pusat kekuasaan berada di kawasan
Yogyakarta dan sekitarnya. Hal ini didasarkan pada penemuan prasati Minto dan Prasasti Anjuk
Ladang.

Dalam Prasasti Mantyasih pada tahun 907 disebutkan bahwa raja pertama kerajaan Mataram
Kuno atau kerajaan Medang adalah Rakai Mataram Sang Ratu Sanjaya. Raja ini mengeluarkan
prasasti Canggal pada tahun 732. dalam prasasti tersebut tidak disebutkan dengan jelas nama
kerajaan yang diperintahnya.

Dalam periode Jawa Tengah, ada 12 Raja yang memerintah kerajaan Mataram Kuno. Raja
pertama adalah Sanjaya yang sekaligus pendiri kerajaan Medang. Selanjutnya digantikan oleh
Rakai Panangkaran yang merupakan awal kekuasaan wangsa Syailendra yang mendirikan Candi
Borobudur.

Berikutnya adalah Rakai Panunggalan alias Dharanindra, Rakai Warak alias Samaragrawira,
Rakai Garung alias Samaratungga. Samaratungga digantikan oleh Rakai Pikatan yang
merupakan awal kebangkitan wangsa Sanjaya, Rakai Kayuwangi alias Dyah Pitaloka, Rakai
Watuhumalang, Rakai Watukura, Mpu Daksa, Rakai Layang Dyah Tulodong dan Rakai Sumba
Dyah Wawa.

Sedangkan periode kerajaan Mataram Kuno di Jawa Timur dimulai dari pemerintahan Mpu
Sindok yang kemudian digantikan oleh Sri Lokapala. Selanjutnya adalah
Makuthawangsawardhana. Dan terakhir adalah Dharmawangsa Teguh sebagai penutup di
kerajaan Mataram Kuno atau kerajaan Medang ini.

Nama Kerajaan Mataram Kuno


Secara umum, nama Kerajaan Medang merupakan penyebutan untuk kerajaan mataram hanya
pada masa kerajaan mataram waktu berpusat di Jawat Timur. Namun penyebutan tersebut tidak
benar secara hirtorisnya.

Hal tersebut didasarkan pada adanya penemuan-penemua prasasti yang berisikan tentang
Kerajaan Mataram. Dalam beberapa bukti prasasti tersebut diungkapkan bahwa penggunaan
nama Kerajaan Medang sudah digunakan sejak Kerajaan Mataram ada di Jawa Tengah sebelum
pindah ke Jawa Timur.

Jadi penggunaan istilah Kerajaan Medang yang mengalami penyempitan makna hanya pada
Kerajaan Mataram yang ada di Jawa Timur adalah hal yang keliru. Dan hal tersebut haruslah
dibenarkan supaya tidak terjadi pengkaburan sejarah oleh penggunaan istilah yang tidak tepat.

Penggunaan nama Kerajaan Medang untuk periode yang berkuasa di Jawa Tengah biasa dikenal
dengan sebutan Kerajaan Mataram. Hal tersebut berdasarkan pada daerah yang dijadikan ibu
kota oleh Kerajaan Mataram.

Penggunaan istilah Kerajaan Medang juga biasanya digunakan untuk membedakan Kerajaan
Mataram Islam yang Berjaya pada abada ke-16. Kerajaan Medang yang merupakan Kerajaan
Mataram yang masih berada di Jawa Tengah juga disebut dengan Kerajaan Mataram Kuno atau
Kerajaan Mataram Hindu sebagai pembeda dengan Kerajaan Mataram Islam.

Kerajaan Mataram Kuno - Pusat Kerajaan Medang

Secara umum menurut para ahli sejarah menyatakan bahwa Kerajaan Mataram Kuno pernah
dipimpin oleh tiga dinasti yang pernah berkuasa pada waktu itu. Ketiga dinasti tersebut adalah
Wangsa Sanjaya, Wangsa Sailendra, dan Wangsa Isyana. Wangsa Sanjaya dan Wangsa Sailendra
merupakan dua dinasti dari Kerajaan Mataram Kuno yang masih berpusat di Jawa tengah,
sedangkan Wangsa Isnaya merupakan Kerajaan Maratam Kuno yang sudah berpindah dari Jawa
Tengah ke Jawa Timur.

a. Wangsa Sanjaya

Penggunaan nama Wangsa Sanjaya didasarkan pada nama dari raja pertama Kerajaan Medang.
Nama dari raja tersebut adalah Sanjaya. Raja Kerajaan Medang ini menganut agama hindu yang
menyembah kepada Dewa Siwa atau yang lebih dikenal dengan Hindu aliran Siwa.

Sebagaimana kerajaan lainnya pada umumny bahwa akan ada masa pergantian kedudukan. Hal
tersebut juga berlaku pada Kerajaan Medang pada masa Wangsa Sanjaya. Dalam sebuah kajian
teori yang dikemukan oleh van Naerssen mengatakan bahwa keruntuhan dinasti Sanjaya adalah
pada masa pemerintahan Rakai Panangkaran yang merupakan pengganti dari raja Sanjaya
tepatnya pada tahun 770-an.

b. Wangsa Sailendra

Dinasti Sanjaya kemudian digantikan oleh Dinasti Syailendra yang berhasil merebut kekuasaan
dari Rakai Panangkaran. Raja Syailendra merupakan seorang penganut agama Budha Mahayana.
Sejak saat itu Wangsa Syailendra memimpin di Pulau Jawa.

Tidak hanya memimpin Pulau jawa saja, namun juga mampu menaklukan Kerajaan Sriwijaya
yang berada di Pulau Sumatra. Hingga akhirnya pada tahun 840 putri dari Wangsa Syailendra
yang bernama Pramodawardhani menikah dengan Rakai Pikatan yang merupakan keturunan dari
Wangsa Sanjaya. Dari perkawinannya antara Pramodawardhani maka Rakai Pikatan berhasil
menduduki tahta sebagai raja di Kerajaan Medang.

Kemudian oleh Raja Rakai Pikatan, istana kerajaan dipindahkan ke Mamrati. Peristiwa naiknya
Rakai PIkatan yang merupakan keturunan dari Wangsa Sanjaya dianggap sebagai kebangkitan
dari Wangsa Sanjaya itu sendiri.

Dalam sebuah Prasasti Mantyasih ada perbedaan pendapat mengenai para raja Medang.
Berdasarka teori dari Bosch maka berdsarkan nama yang ada di dalam prasasti tersebut diambil
kesimpulan bahwa raja-raja Medang merupakan keturunan dari Wangsa Sanjaya secara
keseluruhan.

Namun teori itu tidak sejalan dengan pendapat dari Slamet Muljana yang beranggapan bahwa
nama-nama yang ada pada Prasasti Mantyasih adalah daftar nama raja-raja yang pernah berkuasa
di Medang. Jadi bukanlah merupakan daftar silsilah keturunan dari Wangsa Sanjaya.

Sebagai contoh adalah tertolaknya teori van Nersen yang menyatakan kekalahan Rakai
Panangkaran yang merupakan keturunan Sanjaya oleh Raja Syailendra yang menandakan
berpindahnya kekuasaan dari Sanjaya ke Syailendra. Menurut Slamet Muljana bahwa Rakai
Panangkaran dianggap bukan merupakan keturunan dari Sanjaya.

Hal tersebut didasarkan pada temuan prasasti yang ada. Prasasti tersebtu adalah Prasasti Kalasan
yang mengagung-agunkan Rakai Panangkaran sebagai Sailendrawangsasatilaka. Maksud dari
“sailendrawangsasatilaka” adalah permata wangsa Sailendra. Jadi Rakai Panangkaran bukanlah
keturunan sanjaya karena disebut sebagai permata sailendra.

Menurut Slamet juga bahwa berdasarkan Prasasti Matyasih maka Rakai Panangkaran hingga
Rakai Agung merupakan keturunan dari Wangsa Sailendra. Sedangkan bangkitnya Wangsa
Sanjaya setelah Wangsa Sailendra adalah pada waktu Rakai Pikatan menjadi Raja menggantikan
Rakai Garung.

Penggunaan nama “Rakai” pada Kerajaan Medang memiliki makna yang sama dengan istilah
“Bhre” pada Kerajaan Majapahit. Istilah Rakaia pada Kerajaan Medang dan Bhre pada Kerajaan
Majapahit memiliki arti penguasa. Jadi adanya gelar Rakai Panangkaran memiliki arti sebagai
penguasa panangkaran. Dalam sejarah yang ditemukan di Prasati Kalasan ditemukan bahwa
nama asli dari Rakai Panangkaran adalah Dyah Pancapana.

Di lain waktu ada dinasti ketiga yang berkuasa di Kerajaan Medang. Dinasti tersebut adalah
Dinasi Isyana yang merupakan penguasa Kerajaan Mataram setelah pindah dari Jawa Tengah.
Dinasi ini memindahkan pusat Kerajaan Mataram yang semula berada di Jawa Tengah berindah
ke Jawa Timur.

Pendiri dari Dinasi Isyana yang berpusat di Jawa Timur adalah Mpu Sindok. Mpu sindok sendiri
baru membangun kerajaannya di Tamwlang pada tahun 929. Kerajaan yang didirikan oleh Mpu
Sindok merupakan lanjutan dari kerajaan Mataram karena pada prasasti yang ada diketahui
bahwa Mpu Sindok secara tegas menyatakan bahwa kerajaan yang ia bangun merupakan
kelanjutan dari Kadatwan Rahyangta I Medang I Bhumi Mataram.

Itu merupakan bukti bahwa Kerajaan Mataram yang dibangun oleh Mpu Sindok yang berpusat
di Jawa Timur merupakan lanjutan dari Kerajaan Mataram yang sebelumnya ada di Jawa
Tengah.

Kepindahan Kerajaan Mataram Kuno


Ketika pemerintahan Dyah Wawa, pemerintahan Kerajaan Mataram Kuno di Jawa Tengah
berakhir. Tidak ada catatan sejarah yang bisa menjabarkan penyebab kepindahan pusat
pemerintahan ke Jawa Timur tersebut. Termasuk dalam berbagai prasasti yang ditemukan dan
dibuat pada masa pemerintahan kerajaan Mataram Kuno.

Namun ada sebuah pemikiran yang dikemukan seorang ahli sejarah dari Belanda, Van
Bammelen. Menurutnya, kemungkinan penyebab perpindahan pusat kerajaan Mataram Kuno
adalah faktor alam. Dalam hal ini, letusan gunung Merapi kuno yang sangat dahsyat.

Letusan Merapi kuno itulah yang menghancurkan pusat kebudayaan Kerajaan Mataram Kuno
berikut semua fasilitas yang ada. Letusan tersebut menyebabkan adanya perubahan struktur bumi
dengan membentuk wilayah yang bernama Gunung Gendol dan juga Pegunungan menoreh.
Selain itu, dahsyatnya letusan diperkirakan membawa beberapa dampak erupsi seperti terjangan
hujan abu yang cukup pekat dan longsoran batuan vulkanik yang berukuran cukup besar.

Teori ini makin kuat dibenarkan, setelah pada tahun 2010 gunung Merapi meletus yang
menimbulkan efek luar biasa. Kawasan jangkauan dampak Merapi pun sangat luas dan
menimbulkan kerusakan yang luar biasa. Sehingga, diperkirakan letusan dahsyat Merapi kuno
memang merupakan penyebab dipindahnya pusat kerajaan Mataram Kuno tersebut ke kawasan
Jawa Timur.

Kerajaan Mataram Kuno Dan Kebijaksanaan Para Rajanya


Kerajaan Mataram Kuno dipimpin oleh seorang raja. Menjadi raja adalah anugerah. Apalagi
ketika raja diidentikkan dengan sesosok manusia yang berkuasa layaknya dewa. Punya power
luar biasa, kharisma memukau dan kearifan yang tertempa dari pengalaman sarat hikmah. Itulah
sekelumit gambaran para raja zaman dahulu. Khususnya ketika masa Kerajaan Mataram Kuno
memerintah Pulau Jawa, pada abad ke-8 hingga awal abad ke-11 Masehi.
Kerajaan Mataram Kuno - Keagungan Raja Mataram Kuno

Bagi rakyat di Kerajaan Mataram Kuno, sosok raja begitu mengultus. Dihormati bahkan dipuja
keberadaan mereka. Menjadi panutan dalam bersikap maupun berperilaku. Perkataan para raja
adalah sesuatu yang sakral. Sabda pandita ratu.

Kata-kata raja merupakan titah yang tak boleh disangkal atau diragukan kebenarannya, pun
dengan raja yang pernah berkuasa di Kerajaan Mataram Kuno. Wibawa mereka begitu agung.
Bahkan ketika raja tersebut telah mangkat, wibawa mereka tak pudar. Para raja yang telah
meninggal, oleh rakyatnya tetap dipuja. Raja-raja itu dibangunkan makam indah dan patung
yang dikaitkan dengan sosok para dewa (tradisi Hindu) atau sang Budha (tradisi Budha).

Terlepas dari sisi kesakralan para raja Kerajaan Mataram Kuno, mereka sebagai manusia adalah
sosok terpilih. Kematangan dan kedewasaan dalam berperilaku memang di atas rata-rata
masyarakat pada saat itu. Tak heran bila rakyat meletakkan status raja di posisi tertinggi dalam
kasta sosial Kerajaan Mataram Kuno.

Meskipun termasuk dalam kasta ksatria yang secara stratanya di bawah kelas brahmana, tapi
pengecualian bagi raja. Mereka adalah puncak strata atau kasta. Simbol sekaligus wujud nyata
dari keagungan dan kebijaksanaan. Filosofi seperti itu juga berkenaan dengan raja di Kerajaan
Mataram Kuno.

Sekilas Kerajaan Mataram Kuno


Sebelum mengulas lebih jauh bagaimana kebijaksanaan para raja Kerajaan Mataram Kuno, kita
ulas selintas sejarah kerajaan yang punya pengaruh nyata bagi kehidupan suku bangsa Jawa itu.
Suatu bentuk imperium kekuasaan yang membentang dari wilayah Jawa Tengah hingga Jawa
Timur.

Kerajaan Mataram Kuno adalah kerajaan adigdaya yang meninggalkan banyak bukti arkeologis
dari keberadaan mereka. Baik itu berupa prasasti maupun candi-candi megah nan indah yang
hingga kini masih dapat dinikmati. Salah satunya adalah candi Borobudur dan Prambanan. Candi
termegah dan terelok di dunia.

Selain bernama Kerajaan Mataram Kuno, kerajaan ini juga punya dua nama lain yang dikenal
yakni Kerajaan Medang dan Kerajaan Mataram Hindu. Nama Kerajaan Medang banyak
ditemukan di prasasti-prasasti hasil temuan para arkeolog.

Sedangkan nama Kerajaan Mataram Kuno atau Kerajaan Mataram Hindu, mengacu pada salah
satu daerah yang menjadi ibu kota kerajaan tersebut, yaitu Mataram. Ada pun penamaan di
belakangnya yakni ‘Kuno’ atau ‘Hindu’, untuk membedakan dengan kerajan lain yang muncul
beberapa abad kemudian, Kerajaan Mataram Islam.

Lalu, di mana letak wilayah bernama Mataram tersebut? Sebagian besar pakar sejarah menunjuk
Kota Yogyakarta sebagai wilayah yang dikenal bernama Mataram. Dahulunya, daerah ini adalah
pusat pemerintahan dari Kerajaan Mataram Kuno. Pusat kebudayaan dan bertahtanya para raja
dari kerajaan penguasa tanah Jawa tersebut. Ibu kota awal dari berdirinya Kerajaan Mataram
Kuno.

Tetapi, dari beberapa prasasti yang telah ditemukan, ibu kota Kerajaan Mataram Kuno ternyata
tak hanya ada di Mataram. Ada beberapa tempat yang pernah menjadi pusat pemerintahan.
Mulai dari ‘Mamrati’ dan ‘Poh Pitu’, diperkirakan terletak di daerah Kedu. Lalu ‘Tamwlang’
(Tembelang), dan ‘Watugaluh’ (Megaluh). Keduanya nama daerah tersebut terletak di daerah
Jombang, Jawa timur. Daerah terakhir adalah ‘Wwatan’ (Wotani), terletak di daerah Madiun,
Jawa Timur.

Berikut rincian dari nama-nama ibu kota dari Kerajaan Mataram Kuno berdasarkan prasasti-
prasasti yang telah ditemukan dan bisa terbaca:
 Medang i Bhumi Mataram (masa pemerintahan Raja Sanjaya).

 Medang i Mamrati (masa pemerintahan Raja Rakai Pikatan).

 Medang i Poh Pitu (masa pemerintahan Raja Dyah Balitung).

 Medang i Bhumi Mataram (masa pemerintahan Raja Dyah Wawa).

 Medang i Tamwlang (masa pemerintahan Raja Mpu Sindok).

 Medang i Watugaluh (masa pemerintahan raja Mpu Sindok).

 Medang i Wwatan (masa pemerintahan raja Dharmawangsa Teguh).

Meskipun berganti-ganti nama ibu kota atau pusat pemerintahan, nama Mataram adalah nama
yang lazim dipakai untuk menyebut nama kerajaan secara keseluruhan. Mataram pun jadi ikon
dari kemegahan dan keagungan Kerajaan Mataram Kuno. Dari pergantian letak ibu kota
tersebut, Kerajaan Mataram Kuno dibagi ke dalam dua periode, yakni periode Jawa Tengah dan
Jawa Timur.

Sejarah mencatat bahwa selama rentang kejayaan Kerajaan Mataram Kuno, ada tiga dinasti
(wangsa) yang pernah berkuasa. Yaitu Wangsa Sanjaya dan Wangsa Sailendra pada periode Jawa
Tengah, serta Wangsa Isyana pada periode Jawa Timur.

Wangsa Sanjaya mengacu pada nama raja pertama Kerajaan Mataram Kuno, Raja Sanjaya yang
menganut agama Hindu aliran Siwa. Dinasti berikutnya adalah Wangsa Sailendra yang beragama
Buddha Mahayana. Pada masa kedua dinasti ini berkuasa (Wangsa Sanjaya dan Sailendra), pusat
pemerintahan masih di wilayah Jawa Tengah (periode Jawa Tengah).

Adapun pada masa dinasti terakhir yaitu Wangsa Isyana, pusat pemerintahan sudah berada di
kawasan Jawa Timur (periode Jawa Timur). Dinasti yang didirikan oleh Mpu Sindok ini,
membangun pusat pemerintahan di Tamwlang (Tembelang) sekitar tahun 929 Masehi.

Kebijaksanan Para Raja Kerajaan Mataram Kuno


Selama tiga abad, Kerajaan Mataram kuno diperintah oleh 16 raja. Raja-raja ini punya kekhasan
kebijakan dalam memerintah. Pemikiran dan tingkah laku mereka, jadi acuan mayoritas rakyat
Kerajaan Mataram Kuno. Berikut ini nama dari raja-raja tersebut:

1. Sanjaya, pendiri Kerajaan Mataram Kuno.

2. Rakai Panangkaran, awal berkuasanya Wangsa Syailendra.

3. Rakai Panunggalan alias Dharanindra.

4. Rakai Warak alias Samaragrawira.

5. Rakai Garung alias Samaratungga.

6. Rakai Pikatan suami Pramodawardhani, awal kebangkitan Wangsa Sanjaya.

7. Rakai Kayuwangi alias Dyah Lokapala.

8. Rakai Watuhumalang.

9. Rakai Watukura Dyah Balitung.


10. Mpu Daksa.

11. Rakai Layang Dyah Tulodong.

12. Rakai Sumba Dyah Wawa.

13. Mpu Sindok, awal periode Jawa Timur.

14. Sri Lokapala, suami Sri Isanatunggawijaya.

15. Makuthawangsawardhana.

16. Dharmawangsa Teguh, Kerajaan Mataram Kuno berakhir.

Keenambelas raja Kerajaan Mataram Kuno tersebut merupakan sosok yang punya kharisma dan
kebijaksanaan dalam memerintah. Kewibawaan yang terbangun bukan hanya karena statusnya
sebagai raja, namun juga disebabkan kebijaksanaan mereka dalam berpikir dan berbuat.

Mereka pun tak hanya dihormati, tapi juga dicintai oleh rakyatnya. Berikut ini, diambil tiga raja
pertama dari kerajaan Mataram Kuno. Setidaknya mereka bisa mewakili kebijaksaan dari ke-13
raja-raja lainnya. Memberikan contoh bagaimana sosok ideal seorang raja dalam memerintah.

1. Rakai Mataram Sang Ratu Sanjaya, Raja Pertama Kerajaan Mataram Kuno

Raja Sanjaya berkuasa di Mataram Kuno cukup lama, yaitu sekitar 28 tahun (732-760 M).
Selama rentang waktu tersebut, Sanjaya memusatkan perhatiannya pada aspek religiusitas dan
kesusastraan. Maraknya pembangunan candi-candi di Gunung Dieng jadi bukti penguatan sisi
religi.

Untuk bidang kesusastraan, Sanjaya membuka akses seluas-luasnya bagi rakyat Kerajaan
Mataram Kuno untuk mengenal beragam karya sastra dengan baik. Contoh, pengajaran puisi jadi
pendidikan yang wajib diikuti oleh masyarakat umum. Terutama bagi kalangan pegawai istana
dan pemuka masyarakat, mereka harus memahami ilmu pengasah kehalusan jiwa itu.

Sebagai raja pertama Kerajaan Mataram Kuno, Sanjaya terkenal dengan wejangan-wejangan
penuntun kehidupan. Wejangan itu berupa empat macam perbuatan luhur untuk mencapai
kehidupan sempurna, yaitu:

 Tresna (cinta kasih).

 Gumbira (bahagia).

 Upeksa (tidak mencampuri urusan orang lain).

 Mitra (memiliki banyak kawan, sahabat, saudara atau teman).

2. Sri Maharaja Rakai Panangkaran, Raja Kedua Kerajaan Mataram Kuno

Mewarisi kebijaksanaan dari ayahnya, Rakai Panangkaran (760-780 M) melanjutkan kejayaan


dari Kerajaan Mataram Kuno. Tak hanya wilayah kerajaan yang semakin meluas, raja Mataram
Kuno itu pun memerintah dengan kearifan layaknya seorang pemimpin.

Ini dapat dilihat dari nasihat mengenai kebahagiaan hidup manusia. Yaitu hal-hal yang harus
diperjuangkan untuk diperoleh manusia sepanjang hidupnya:

 Kasuran (kesaktian).
 Kagunan (kepandaian).

 Kabegjan (kekayaan).

 Kabrayan (banyak anak cucu).

 Kasinggihan (keluhuran).

 Kasyuwan (panjang umur).

 Kawidagdan (keselamatan).

3. Sri Maharaja Rakai Panaggalan, Raja Ketiga Kerajaan Mataram Kuno

Raja ketiga dari Kerajaan Mataram Kuno ini terkenal dengan kepeduliannya terhadap ilmu
pengetahuan. Termasuk juga memberikan sumbangsih penting dalam penanggalan Jawa Kuno.
Selama masa pemerintahannya, kesadaran akan hukum terjaga dengan baik. Hal ini bukti dari
keberhasilan penerapan dari konsep Catur Guru yang dikembangkan oleh Rakai Pananggalan
(780-800 M).

Catur berarti empat, sedangkan Guru adalah berat. Sehingga Catur Guru berarti empat guru yang
mempunyai tugas berat, terdiri atas:

1. Guru Sudarma, orang tua yang melahirkan manusia.

2. Guru Swadaya, Tuhan.

3. Guru Surasa, bapak dan ibu guru di sekolah.

4. Guru Wisesa, pemerintah pembuat undang-undang untuk kepentingan bersama.

Anda mungkin juga menyukai