Anda di halaman 1dari 13

BAB I

PENDAHULUAN

A. Latar Belakang Masalah


Kerajaan Mataram kuno adalah kerajaan zaman hindu yang banyak
meninggalkan sejarah melalui prasasti yang ditemukan. Sejak abad 10 kerajaan
Mataram Kuno di Jawa Timur dimulai dari pemerintahan Mpu Sindok yang
kemudian di gantikan oleh Sri Lokapala. Selanjutnya adalah Makuthawangsa
Wardhana, terakhir adalah Dharmawangsa Teguh sebagai penutup Kerajaan
Mataram Kuno atau medang.
Secara umun kerajaan Mataram Kuno pernah di pimpin oleh 3 dinasti yang
pernah berkuasa pada waktu itu, yaitu Wangsa Sanjaya, Wangsa Sailendra, dan
Wangsa Isyana. Wangsa Isyana merupakan dinasti yang berkuasa di Kerajaan
Mataram Kuno setelah berpindah dari Jawa Tengah ke Jawa Timur.
Mataram Kuno atau Mataram (Hindu) merupakan sebutan untuk dua dinasti,
yakni Dinasti Sanjaya dan Dinasti Syailendra, yang berkuasa di Jawa Tengah bagian
selatan. Dinasti Sanjaya yang bercorak Hindu didirikan oleh Sanjaya pada tahun 732.
Beberapa saat kemudian, Dinasti Syailendra yang bercorak Buddha Mahayana
didirikan oleh Bhanu pada tahun 752. Kedua dinasti ini berkuasa berdampingan
secara damai.
Nama Mataram sendiri pertama kali disebut pada prasasti yang ditulis di masa
raja Balitung. Pada umumnya para sejarawan menyebut ada tiga dinasti yang pernah
berkuasa di Kerajaan Medang, yaitu Wangsa Sanjaya dan Wangsa Sailendra pada
periode Jawa Tengah, serta Wangsa Isyana pada periode Jawa Timur.
Istilah Wangsa Sanjaya merujuk pada nama raja pertama Medang, yaitu Sanjaya.
Dinasti ini menganut agama Hindu aliran Siwa. Menurut teori van Naerssen, pada
masa pemerintahan Rakai Panangkaran (pengganti Sanjaya sekitar tahun 770-an),
kekuasaan atas Medang direbut oleh Wangsa Sailendra yang beragama Buddha
Mahayana.
Mulai saat itu Wangsa Sailendra berkuasa di Pulau Jawa, bahkan berhasil pula
menguasai Kerajaan Sriwijaya di Pulau Sumatra. Sampai akhirnya, sekitar tahun
840-an, seorang keturunan Sanjaya bernama Rakai Pikatan berhasil menikahi

1
Pramodawardhani putri mahkota Wangsa Sailendra. Berkat perkawinan itu ia bisa
menjadi raja Medang, dan memindahkan istananya ke Mamrati. Peristiwa tersebut
dianggap sebagai awal kebangkitan kembali Wangsa Sanjaya.
Kerajaan Mataram Kuno diperkirakan berdiri sejak awal abad ke-8, Pada awal
berdirinya, kerjaan ini berpusat di Jawa Tengah. Akan tetapi, pada abad ke-10 pusat
Kerajaan Mataram Kuno pindah ke Jawa Timur. Kerajaan Mataram Kuno
mempunyai dua latar belakang keagamaan yang berbeda, yakni agama Hindu dan
Buddha.
Peninggalan bangunan suci dari keduanya, antara lain Candi Gedong Sanga,
Kompleks Candi Dieng, dan Kompleks Candi Prambanan yang berlatar belakang
Hindu. Adapun yang berlatar belakang agama Buddha, antara lain Candi Kalasan,
Candi Borobudur, Candi Mendut, Candi Sewu, dan Candi Plaosan.

B. Rumusan Masalah
1. Bagaimana sejarah berdirinya Kerajaan Mataram Kuno ?
2. Bagaimana proses berkembangnya Kerajaan Mataram Kuno ?
3. Bagaimana kehidupan rakyat Kerajaan Mataram Kuno pada saat itu ?
4. Apa penyebab runtuhnya Kerajaan Mataram Kuno ?
5. Apa saja peninggalan - peninggalan Kerajaan Mataram Kuno?

C. Tujuan Masalah
1. Mengetahui sejarah berdirinya Kerajaan Mataram Kuno
2. Mengetahui proses berkembangnya Kerajaan Mataram Kuno
3. Mengetahui kehidupan rakyat Kerajaan Mataram Kuno pada saat itu
4. Mengetahui penyebab runtuhnya Kerajaan Mataram Kuno
5. Mengetahui peninggalan - peninggalan Kerajaan Mataram Kuno

2
BAB II
PEMBAHASAN

A. Sejarah Berdirinya Kerajaan Mataram Kuno


Kerajaan Mataram Kuno diperkirakan berada di wilayah aliran sungai-sungai
Bogowonto, Progo, Elo, dan Bengawan Solo di Jawa Tengah. Keberadaan kerajaan
ini dapat diketahui dari Prasasti Canggal. Prasasti berangka tahun 732 Masehi ini
menyebutkan bahwa kerajaan itu pada awalnya dipimpin oleh Sana. Setelah
kematiannya, tampuk kekuasaan dipegang oleh keponakannya, Sanjaya. Pada masa
pemerintahan Sri Maharaja Rakai Panangkaran berdiri pula sebuah dinasti baru di
Jawa Tengah, yaitu Dinasti Syailendra yang beragama Budha. Perkembangan
kekuasaan dinasti tersebut di bagian selatan Jawa Tengah menggeser kedudukan
Dinasti Sanjaya yang beragama Hindu hingga ke bagian tengah Jawa Tengah.
Akhirnya, untuk memperkuat kedudukan masing-masing, kedua dinasti itu sepakat
bergabung. Caranya adalah melalui pernikahan antara Raja Putri Pramodharwani dari
pihak Syailendra dengan Rakai Pikatan dari dinasti saingannya.
Kerajaan Mataram Kuno terkenal keunggulannya dalam pembangunan candi
agama Budha dan Hindu. Candi yang diperuntukan bagi agama Budha antara lain
Candi Borobudur, yang dibangun oleh Samaratungga dari Dinasti Syailendra. Candi
Hindu yang dibangun antara lain Candi RoroJongrang di Prambanan, yang dibangun
oleh Raja Pikatan. Pada zaman pemerintahan Raja Rakai Wawa terjadi banyak
kekacauan di daerah-daerah yang berada di bawah kekuasaan Kerajaan Mataram
Kuno sementara ancaman dari luar mengintainya. Keadaan menjadi semakin buruk
setelah kematian sang raja akibat perebutan kekuasaan di kalangan istana. Akhirnya,
pengganti Raja Wawa yang bernama Mpu Sindok mengambil keputusan untuk
memindahkan pusat pemerintahannya dari Jawa Tengah ke Jawa Timur. Di sana ia
membangun sebuah dinasti baru yang bernama Isyana.
Kerajaan mataram kuno dipimpin pertama kali oleh Raja Sanjaya yang terkenal
sebagai seorang raja yang besar. Ia adalah penganut Hindu Syiwa yang taat. Setelah
Rakai Mataram Sang Ratu Sanjaya meninggal dunia, beliau kemudian digantikan
oleh putranya yang bernama Sankhara yang bergelar Rakai Panangkaran Dyah
Sonkhara Sri Sanggramadhanjaya. Raja Panangkaran lebih progresif dan bijaksana

3
daripada Sanjaya sehingga Mataram Kuno lebih cepat berkembang. Daerah-daerah
sekitar Mataram Kuno segera ditaklukkan, seperti kerajaan Galuh di Jawa Barat dan
Kerajaan Melayu di Semenanjung Malaya.Ketika Rakai Panunggalan berkuasa,
kerajaan Mataram Kuno mulai mengadakan pembangunan beberapa candi megah
seperti candi Kalasan, candi Sewu, candi Sari, candi Pawon, candi Mendut, dan
Candi Borobudur.
Kemudian setelah Rakai Panunggalan meninggal, beliau digantikan oleh Rakai
Warak. Pada zaman pemerintahan Rakai Warak, ia lebih mengutamakan agama
Buddha dan Hindu sehingga pada saat itu banyak masyarakat yang mengenal agama
tersebut. Setelah Rakai Warak meninggal kemudian digantikan oleh Rakai Garung.
Setelah Rakai Garung meninggal ia digantikan oleh Rakai Pikatan. Berkat
kecakapan dan keuletan Rakai Pikatan, semangat kebudayaan Hindu dapat
dihidupkan kembali. Kekuasaannya pun bertambah luas meliputi seluruh Jawa
Tengah dan Jawa Timur serta ia pun memulai pembangunan candi Hindu yang lebih
besar dan indah yaitu candi Prambanan (Candi Lara Jonggrang) di desa Prambanan.
Setelah Raja Pikatan wafat ia digantikan oleh Rakai Kayuwangi. Pada masa
pemerintahan Rakai Kayuwangi Kerajaan banyak menghadapi masalah dan berbagai
persoalan yang rumit sehingga timbullah benih perpecahan di antara keluarga
kerajaan. Selain itu zaman keemasan Mataram Kuno mulai memudar serta banyak
terjadi perang saudara.

B. Proses Berkembangnya Kerajaan Mataram Kuno


Perkembangan Kerajaan Mataram Kuno dibagi menjadi 2 :
1. Dinasti Sanjaya
Istilah Wangsa Sanjaya diperkenalkan oleh sejarawan bernama Dr. Bosch dalam
karangannya yang berjudul Sriwijaya, de Sailendrawamsa en de Sanjayawamsa
(1952). Ia menyebutkan bahwa, di Kerajaan Medang terdapat dua dinasti yang
berkuasa, yaitu dinasti Sanjaya dan Sailendra. Istilah Wangsa Sanjaya merujuk
kepada nama pendiri Kerajaan Medang, yaitu Sanjaya yang memerintah sekitar tahun
732. Berdasarkan Prasasti Canggal (732 M) diketahui Sanjaya adalah penerus raja
Jawa Sanna, menganut agama Hindu aliran Siwa, dan berkiblat ke Kunjarakunja di

4
daerah India, dan mendirikan Shivalingga baru yang menunjukkan membangun pusat
pemerintahan baru.
Menurut penafsiran atas naskah Carita Parahyangan yang disusun dari zaman
kemudian, Sanjaya digambarkan sebagai pangeran dari Galuh yang akhirnya
berkuasa di Mataram. Ibu dari Sanjaya adalah Sanaha, cucu Ratu Shima dari
Kerajaan Kalingga di Jepara. Ayah dari Sanjaya adalah Sena/Sanna/Bratasenawa,
raja Galuh ketiga. Sena adalah putra Mandiminyak, raja Galuh kedua (702-709 M).
Dikemudian hari, Sanjaya yang merupakan penerus Kerajaan Galuh yang sah,
menyerang Galuh dengan bantuan Tarusbawa, raja Sunda. Penyerangan ini bertujuan
untuk melengserkan Purbasora. Saat Tarusbawa meninggal pada tahun 723,
kekuasaan Sunda dan Galuh berada di tangan Sanjaya. Di tangannya, Sunda dan
Galuh bersatu kembali. Tahun 732, Sanjaya menyerahkan kekuasaan Sunda-Galuh
kepada putranya Rarkyan Panaraban (Tamperan). Di Kalingga, Sanjaya memegang
kekuasaan selama 22 tahun (732-754), yang kemudian diganti oleh puteranya dari
Déwi Sudiwara, yaitu Rakai Panangkaran. Secara garis besar kisah dari Carita
Parahyangan ini sesuai dengan prasasti Canggal. Rakai Panangkaran dikalahkan oleh
dinasti pendatang dari Sumatra yang bernama Wangsa Sailendra. Berdasarkan
penafsiran atas Prasasti Kalasan (778 M), pada tahun 778 raja Sailendra yang
beragama Buddha aliran Mahayana memerintah Rakai Panangkaran untuk
mendirikan Candi Kalasan.
Sejak saat itu Kerajaan Medang dikuasai oleh Wangsa Sailendra. Sampai
akhirnya seorang putri mahkota Sailendra yang bernama Pramodawardhani menikah
dengan Rakai Pikatan, seorang keturunan Sanjaya, pada tahun 840–an. Rakai Pikatan
kemudian mewarisi takhta mertuanya. Dengan demikian, Wangsa Sanjaya kembali
berkuasa di Medang.

2. Dinasti Syailendra
Selama ini kerajaan Medang dianggap diperintah oleh dua wangsa yaitu Wangsa
Sailendra yang beragama Buddha dan Wangsa Sanjaya yang beragama Hindu Siwa,
pendapat ini pertama kali diperkenalkan oleh Bosch. ada awal era Medang atau
Mataram Kuno, wangsa Sailendra cukup dominan di Jawa Tengah. Menurut para ahli
sejarah, wangsa Sanjaya awalnya berada di bawah pengaruh kekuasaan wangsa

5
Sailendra. Mengenai persaingan kekuasaan tersebut tidak diketahui secara pasti, akan
tetapi kedua-duanya sama-sama berkuasa di Jawa Tengah. Sementara Poerbatjaraka
menolak anggapan Bosch mengenai adanya dua wangsa kembar berbeda agama yang
saling bersaing ini. Menurutnya hanya ada satu wangsa dan satu kerajaan, yaitu
wangsa Sailendra dan Kerajaan Medang. Sanjaya dan keturunannya adalah anggota
Sailendra juga. Ditambah menurut Boechari, melalui penafsirannya atas Prasasti
Sojomerto bahwa wangsa Sailendra pada mulanya memuja Siwa, sebelum
Panangkaran beralih keyakinan menjadi penganut Buddha Mahayana.
Raja-raja yang berkuasa dari keluarga Sailendra tertera dalam prasasti Ligor,
prasasti Nalanda maupun prasasti Klurak, sedangkan raja-raja dari keluarga Sanjaya
tertera dalam prasasti Canggal dan prasasti Mantyasih. Berdasarkan candi-candi,
peninggalan kerajaan Mataram Kuno dari abad ke-8 dan ke-9 yang bercorak Budha
(Sailendra) umumnya terletak di Jawa Tengah bagian selatan, sedangkan yang
bercorak Hindu (Sanjaya) umumnya terletak di Jawa Tengah bagian utara.
Berdasarkan penafsiran atas prasasti Canggal (732 M) Sanjaya memang mendirikan
Shivalingga baru (Candi Gunung Wukir), artinya ia membangun dasar pusat
pemerintahan baru. Hal ini karena raja Jawa pendahulunya, Raja Sanna wafat dan
kerajaannya tercerai-berai diserang musuh. Saudari Sanna adalah Sannaha, ibunda
Sanjaya, artinya Sanjaya masih kemenakan Sanna. Sanjaya mempersatukan bekas
kerajaan Sanna, memindahkan ibu kota dan naik takhta membangun kraton baru di
Mdang i Bhumi Mataram. Hal ini sesuai dengan adat dan kepercayaan Jawa bahwa
kraton yang sudah pernah pralaya, diserang, kalah dan diduduki musuh, sudah buruk
peruntungannya sehingga harus pindah mencari tempat lain untuk membangun
kraton baru.
Hal ini serupa dengan zaman kemudian pada masa Mataram Islam yang
meninggalkan Kartasura yang sudah pernah diduduki musuh dan berpindah ke
Surakarta. Perpindahan pusat pemerintahan ini bukan berarti berakhirnya wangsa
yang berkuasa. Hal ini sama dengan Airlangga pada zaman kemudian yang
membangun kerajaan baru, tetapi ia masih merupakan keturunan wangsa penguasa
terdahulu, kelanjutan Dharmawangsa yang juga anggota wangsa Isyana. Maka
disimpulkan meski Sanjaya memindahkan ibu kota ke Mataram, ia tetap merupakan
kelanjutan dari wangsa Sailendra yang menurut prasasti Sojomerto didirikan oleh

6
Dapunta Selendra. Pada masa pemerintahan raja Indra (782-812), puteranya,
Samaratungga, dinikahkan dengan Dewi Tara, puteri Dharmasetu, Maharaja
Sriwijaya. Prasasti yang ditemukan tidak jauh dari Candi Kalasan memberikan
penjelasan bahwa candi tersebut dibangun untuk menghormati Tara sebagai
Bodhisattva wanita.
Pada tahun 790, Sailendra menyerang dan mengalahkan Chenla (Kamboja
Selatan), kemudian sempat berkuasa di sana selama beberapa tahun. Candi
Borobudur selesai dibangun pada masa pemerintahan raja Samaratungga (812-833).
Borobudur merupakan monumen Buddha terbesar di dunia, dan kini menjadi salah
satu kebanggaan bangsa Indonesia. Dari hasil pernikahannya dengan Dewi Tara,
Samaratungga memiliki putri bernama Pramodhawardhani dan putra bernama
Balaputradewa. Balaputra kemudian memerintah di Sriwijaya, maka selain pernah
berkuasa di Medang, wangsa Sailendra juga berkuasa di Sriwijaya.

C. Kehidupan Rakyat Mataram Kuno


Rakyat Mataram menggantungkan kehidupannya pada hasil pertanian. Hal ini
mengakibatkan banyak kerajaan-kerajaan serta daerah lain yang saling mengekspor
dan mengimpor hasil pertaniannya.Usaha untuk meningkatkan dan mengembangkan
hasil pertanian telah dilakukan sejak masa pemerintahan Rakai Kayuwangi. Yang
diperdagagkan pertama-tama hasil bumi, seperti beras, buah-buahan, sirih pinang,
dan buah mengkudu.Juga hasil industry rumah tangga, seperti alat perkakas dari besi
dan tembaga, pakaian,paying,keranjang, dan barang-barang anyaman, gula, arang,
dan kapur sirih. Binatang ternak seperti kerbau, sapi, kambing, itik, dan ayam serta
telurnya juga di perjual belikan.
Usaha perdagangan juga mulai mendapat perhatian ketika Raja Balitung
berkuasa.Raja telah memerintahkan untuk membuat pusat-pusat perdagangan serta
penduduk disekitar kanan-kiri aliran Sungai Bengawan Solo diperintahkan untuk
menjamin kelancaran arus lalu lintas perdagangan melalui aliran sungai
tersebut.Sebagai imbalannya, penduduk desa di kanan-kiri sungai tersebut
dibebaskan dari pungutan pajak.Lancarya pengangkutan perdagangan melalui sungai
tersebut dengan sendirinya akan menigkatkan perekonomian dan kesejahteraan
rakyat Mataram Kuno.

7
D. Penyebab runtuhnya Kerjaan Mataram Kuno
Runtuhnya kerajaan Mataram disebabkan oleh beberapa faktor :
1. Pertama, disebabkan oleh letusan gunung Merapi yang mengeluarkan lahar.
Kemudian lahar tersebut menimbun candi-candi yang didirikan oleh
kerajaan, sehingga candi-candi tersebut menjadi rusak.
2. Kedua, runtuhnya kerajaan Mataram disebabkan oleh krisis politik yang
terjadi tahun 927-929 M.
3. Ketiga, runtuhnya kerajaan dan perpindahan letak kerajaan dikarenakan
pertimbangan ekonomi. Di Jawa Tengah daerahnya kurang subur, jarang
terdapat sungai besar dan tidak terdapatnya pelabuhan strategis.Sementara
di Jawa Timur, apalagi di pantai selatan Bali merupakan jalur yang strategis
untuk perdagangan, dan dekat dengan daerah sumber penghasil komoditi
perdagangan.
Mpu Sindok mempunyai jabatan sebagai Rake I Hino ketika Wawa menjadi raja
di Mataram, lalu pindah ke Jawa timur dan mendirikan dinasti Isyana di sana dan
menjadikan Walunggaluh sebagai pusat kerajaan. Mpu Sindok yang membentuk
dinasti baru, yaitu Isanawangsa berhasil membentuk Kerajaan Mataram sebagai
kelanjutan dari kerajaan sebelumnya yang berpusat di Jawa Tengah. Mpu Sindok
memerintah sejak tahun 929 M sampai dengan 948 M.Sumber sejarah yang
berkenaan dengan Kerajaan Mataram di Jawa Timur antara lain prasasti Pucangan,
prasasti Anjukladang dan Pradah, prasasti Limus, prasasti Sirahketing, prasasti
Wurara, prasasti Semangaka, prasasti Silet, prasasti Turun Hyang, dan prasasti
Gandhakuti yang berisi penyerahan kedudukan putra mahkota oleh Airlangga kepada
sepupunya yaitu Samarawijaya putra Teguh Dharmawangsa.

E. Peninggalan Kerajaan Mataram


Candi Sewu Terletak di kawasan sekitar candi Prambanan, tepatnya di Desa
Bugisan, Kec. Prambanan, Kab. Klaten, Jawa Tengah. Candi Sewu adalah candi
Budha terbesar kedua setelah Borobudur.
Candi Arjuna Terletak di kompleks Percandian Arjuna,tepatnya di Dataran
Tinggi Dieng, Kab. Banjarnegara, Jawa Tengah. Candi Hindu satu ini mirip dengan
candi-candi di kompleks Gedong Sanga.

8
Candi Bima Terletak di Desa Dieng Kulon, Kecamatan Batur, Kab.
Banjarnegara, Jawa Tengah. Candi ini dikatakan memiliki banyak keunikan,
misalnya dalam hal arsitekturnya yang mirip dengan candi-candi yang ada di India.
Candi Borobudur Candi peninggalan Kerajaan Mataram Lama yang satu ini
sudah terkenal ke seluruh penjuru dunia sebagai candi Budha terbesar yang pernah
ada. Candi Borobudur terletak di Magelang, Jawa Tengah dan diperkirakan berasal
dari ke 8 Masehi.
Candi Mendut merupakan candi peninggalan Agama Budha yang diperkirakan
dibangun sejak Mataram berada di bawah kepemimpinan Raja Indra dari Dinasti
Syailendra. Candi ini terletak di Magelang, Jawa Tengah.
Candi Pawon Jika Borobudur, Mendut, dan Pawon dilihat dari atas, ketiganya
terletak di satu garis lurus. Inilah yang membuat para ahli merasa keheranan. Candi
pawon masih belum diketahui secara jelas asal-usulnya karena bukti sejarah yang
ditemukan masih sangat terbatas.
Candi Puntadewa Candi yang terletak di kompleks candi Arjuna ini juga
merupakan candi peninggalan kerajaan Mataram Kuno. Candi bercorak Hindu ini
mempunyai ukuran kecil tapi terlihat tinggi.
Candi Semar Candi Semar terletak berhadapan langsung dengan Candi Arjuna.
Bentuknya segiempat membujur arah Utara – Selatan dengan tangga masuknya
berada di sisi Timur dan Barat.

F. Prasasti Kerajaan Mataram


Prasasti Sojomerto ( sekitar Abad ke 7) Prasasti berbahasa Melayu Kuno yang
ditemukan di desa Sojomerto, Kabupaten Pekalongan ini menjelaskan bahwa
Syailendra adalah penganut agama Budha. Prasasti Sojomerto.
Prasasti Kalasan (778 M) Prasasti ini berisi tentang kabar seorang raja Dinasti
Syailendra yang membujuk Rakai Panangkaran agar mendirikan bangunan suci
untuk Dewi Tara dan sebuah vihara bagi para pendeta Budha.
Prasasti Klurak (782 M) Prasasti yang ditemukan di daerah Prambanan ini
berisi tentang berita pembuatan arca Manjusri sebagai wujud Sang Budha, Wisnu,
dan Sanggha. Prasasti peninggalan Kerajaan Mataram Kuno ini juga menyebut nama
Raja Indra sebagai raja yang berkuasa pada saat itu.

9
Prasasti Ratu Boko (856 M) Prasasti ini berisi berita kekalahan Balaputra
Dewa dalam perang melawan kakaknya Rakai Pikatan atau Pramodhawardani dalam
perebutan kekuasaan.
Prasasti Nalanda (860 M) Prasasti ini berisi tentang asal-usul Balaputra Dewa
yang adalah cucu dari Raja Indra dan putra dari Raja Samarottungga.
Prasasti Cangal (732 M) Prasasti ini ditemukan di Gunung Wukir, Desa
Canggal. Isinya berupa peringatan pembuatan lingga di Desa Kunjarakunja oleh Raja
Sanjaya.

10
BAB III
PENUTUP

A. Kesimpulan
1. Sejarah berdirinya Kerajaan Mataram Kuno diperkirakan berada di wilayah
aliran sungai-sungai Bogowonto, Progo, Elo, dan Bengawan Solo di Jawa
Tengah. Keberadaan kerajaan ini dapat diketahui dari Prasasti Canggal.
Prasasti berangka tahun 732 Masehi ini menyebutkan bahwa kerajaan itu
pada awalnya dipimpin oleh Sana. Setelah kematiannya, tampuk kekuasaan
dipegang oleh keponakannya, Sanjaya. Pada masa pemerintahan Sri
Maharaja Rakai Panangkaran berdiri pula sebuah dinasti baru di Jawa
Tengah, yaitu Dinasti Syailendra yang beragama Budha. Perkembangan
kekuasaan dinasti tersebut di bagian selatan Jawa Tengah menggeser
kedudukan Dinasti Sanjaya yang beragama Hindu hingga ke bagian tengah
Jawa Tengah. Akhirnya, untuk memperkuat kedudukan masing-masing,
kedua dinasti itu sepakat bergabung. Caranya adalah melalui pernikahan
antara Raja Putri Pramodharwani dari pihak Syailendra dengan Rakai
Pikatan dari dinasti saingannya.
2. proses berkembangnya Kerajaan Mataram Kuno
a.  Dinasti Sanjaya
b. Dinasti Syailendra
3. Rakyat Mataram menggantungkan kehidupannya pada hasil pertanian. Hal
ini mengakibatkan banyak kerajaan-kerajaan serta daerah lain yang saling
mengekspor dan mengimpor hasil pertaniannya.Usaha untuk meningkatkan
dan mengembangkan hasil pertanian telah dilakukan sejak masa
pemerintahan Rakai Kayuwangi. Yang diperdagagkan pertama-tama hasil
bumi, seperti beras, buah-buahan, sirih pinang, dan buah mengkudu.Juga
hasil industry rumah tangga, seperti alat perkakas dari besi dan tembaga,
pakaian,paying,keranjang, dan barang-barang anyaman, gula, arang, dan
kapur sirih. Binatang ternak seperti kerbau, sapi, kambing, itik, dan ayam
serta telurnya juga di perjual belikan.

11
4. Runtuhnya kerajaan Mataram disebabkan oleh beberapa faktor :
Pertama, disebabkan oleh letusan gunung Merapi yang mengeluarkan lahar.
Kemudian lahar tersebut menimbun candi-candi yang didirikan oleh
kerajaan, sehingga candi-candi tersebut menjadi rusak.
Kedua, runtuhnya kerajaan Mataram disebabkan oleh krisis politik yang
terjadi tahun 927-929 M.
Ketiga, runtuhnya kerajaan dan perpindahan letak kerajaan dikarenakan
pertimbangan ekonomi. Di Jawa Tengah daerahnya kurang subur, jarang
terdapat sungai besar dan tidak terdapatnya pelabuhan strategis.Sementara
di Jawa Timur, apalagi di pantai selatan Bali merupakan jalur yang strategis
untuk perdagangan, dan dekat dengan daerah sumber penghasil komoditi
perdagangan.
5. Peninggalan Kerajaan Mataram Kuno
CANDI
 Candi Sewu
 Candi Arjuna
 Candi Bima
 Candi Borobudur
 Candi Mendut
 Candi Pawon
 Candi Puntadewa
 Candi Semar
PRASASTI
 Prasasti Kerajaan Mataram
 Prasasti Sojomerto
 Prasasti Kalasan
 Prasasti Klurak
 Prasasti Ratu Boko
 Prasasti Nalanda
 Prasasti Cangal

12
13

Anda mungkin juga menyukai