Anda di halaman 1dari 15

Kerajaan Pajajaran

Oleh :
1. Aulia Rahmaniarsih
2. Naim Kharima Saraswati
3. Rizka Lintang Peksiwari
Catatan Sejarah
• Catatan Sejarah dari Cina

Buku perjalanan Cina Shunfeng xiangsong dari sekitar 1430

mengatakan ”dalam perjalanan ke arah timur dari Shun-t'a, sepanjang

pantai utara Jawa, kapal dikemudikan 97 1/2 derajat selama tiga jam

untuk mencapai Kalapa, mereka kemudian mengikuti pantai (melewati

Tanjung Indramayu), akhirnya dikemudikan 187 derajat selama empat jam

untuk mencapai Cirebon. Kapal dari Banten berjalan ke arah timur

sepanjang pantai utara Jawa, melewati Kalapa, melewati Indramayu,

melewati Cirebon."
• Catatan sejarah dari Eropa
Laporan Eropa berasal dari periode berikutnya
menjelang jatuhnya Kerajaan Sunda oleh kekuatan
Kesultanan Banten. Salah satu penjelajah itu adalah
Tomé Pires dari Portugal. Dalam bukunya Suma
Oriental (1513 - 1515) ia menulis bahwa: beberapa
orang menegaskan bahwa kerajaan Sunda luasnya
setengah dari seluruh pulau Jawa; sebagian lagi
mengatakan bahwa Kerajaan Sunda luasnya sepertiga
dari pulau Jawa dan ditambah seperdelapannya.
Sejarah
• Kerajaan Pajajaran adalah sebuah kerajaan Hindu yang
diperkirakan beribukotanya di Pakuan (Bogor) di Jawa
Barat. Dalam naskah-naskah kuno nusantara, kerajaan ini
sering pula disebut dengan nama Negeri Sunda, Pasundan,
atau berdasarkan nama ibukotanya yaitu Pakuan Pajajaran.
Beberapa catatan menyebutkan bahwa kerajaan ini
didirikan tahun 923 oleh Sri Jayabhupati, seperti yang
disebutkan dalam prasasti Sanghyang Tapak.
• Kerajaan Pajajaran berdiri setelah Wastu Kancana wafat tahun
1475. Karena sepeninggal Rahyang Wastu Kencana kerajaan
Galuh dipecah dua diantara Susuktunggal dan Dewa Niskala
dalam kedudukan sederajat. Pajajaran atau Pakuan Pajajaran
beribukota di Pakuan (Bogor) di bawah kekuasan Prabu
Susuktunggal (Sang Haliwungan) dan Kerajaan Galuh yang
meliputi Parahyangan tetap berpusat di Kawali di bawah
kekuasaan Dewa Niskala (Ningrat Kancana). Oleh sebab itu pula
Prabu Susuk Tunggal dan Dewa Niskala tidak mendapat gelar
“Prabu Siliwangi”, karena kekuasan keduanya tidak meliputi
seluruh tanah Pasundan sebagaimana kekuasan Prabu Wangi
dan Rahyang Wastu Kancana (Prabu Siliwangi I).
Peninggalan
• Prasasti Batu Tulis, Bogor
• Prasasti Sanghyang Tapak, Sukabumi
• Prasasti Kawali, Ciamis
• Tugu Perjanjian Portugis (padraõ), Kampung
Tugu, Jakarta
• Taman perburuan, yang sekarang menjadi
Kebun Raya Bogor.
• Selain dari beberapa prasasti dan berita dari
luar, beberapa karya sastra dan karya bentuk
lainnya dari naskah lama juga digunakan
dalam merunut keberadaan Kerajaaan Sunda,
antaranya naskah Carita Parahyangan,
Pararaton, Bujangga Manik, naskah didaktik
Sanghyang siksakandang karesian, dan naskah
sejarah Sajarah Banten
• Di wilayah Jawa Barat ditemukan beberapa candi, antara lain Percandian
Batujaya di Karawang (abad ke-2 sampai ke-12) yang bercorak Buddha,
serta percandian Hindu yaitu Candi Bojongmenje di Kabupaten Bandung
yang berasal dari abad ke-7 (sezaman dengan percandian Dieng), dan Candi
Cangkuang di Leles, Garut yang bercorak Hindu Siwa dan diduga berasal
dari abad ke-8 Masehi. Siapa yang membangun candi-candi ini masih
merupakan misteri, namun umumnya disepakati bahwa candi-candi ini
dikaitkan dengan kerajaan Hindu yang pernah berdiri di Jawa Barat, yaitu
Tarumanagara, Sunda dan Galuh.

• Di situs purbakala Banten Girang, yang terletak kira-kira 10 km di sebelah


selatan pelabuhan Banten sekarang, terdapat reruntuhan dari satu istana
yang diperkirakan didirikan di abad ke-10. Banyak unsur yang ditemukan
dalam reruntuhan ini yang menunjukkan pengaruh Jawa Tengah.
Palangka Sriman Sriwacana tersebut saat ini bisa
ditemukan di depan bekas Keraton Surasowan di
Banten. Orang Banten menyebutnya Watu Gigilang,
berarti mengkilap atau berseri, sama artinya dengan
kata Sriman.
Saat itu diperkirakan terdapat sejumlah punggawa
istana yang meninggalkan kraton lalu menetap di
wilayah yang mereka namakan Cibeo Lebak Banten.
Mereka menerapkan tata cara kehidupan lama yang
ketat, dan sekarang mereka dikenal sebagai orang
Baduy.
Raja
• Prabu Susuktunggal (1475-1482)
• Jaya Dewata / Prabu Siliwangi II (1482 – 1521)
• Surawisesa (1521 – 1535)
• Ratu Dewata (1535 – 1543)
• Ratu Sakti (1543 – 1551)
• Raga Mulya (1567 – 1579)
Kemunduran
Kerajaan Pajajaran runtuh pada tahun 1579 akibat serangan kerajaan
Sunda lainnya, yaitu Kesultanan Banten. Berakhirnya jaman Pajajaran
ditandai dengan diboyongnya Palangka Sriman Sriwacana (singgahsana
raja), dari Pakuan ke Surasowan di Banten oleh pasukan Maulana Yusuf.
Batu berukuran 200x160x20 cm itu diboyong ke Banten karena tradisi
politik agar di Pakuan tidak mungkin lagi dinobatkan raja baru, dan
menandakan Maulana Yusuf adalah penerus kekuasaan Pajajaran yang sah
karena buyut perempuannya adalah puteri Sri Baduga Maharaja (Prabu
Siliwangi II).

Anda mungkin juga menyukai