Anda di halaman 1dari 15

MAKALAH PENGKAJIAN KESENIAN TRADISIONAL

TRADISI OGOH-OGOH
Dosen Pengampu: Drs. Huhamad Hermintoyo, M. Hum.

Disusun Oleh:

Nazilatun Al Azizah (13010121130032)


Nabila Nur Salma (13010121130033)
Syifa Nuramalia Salmaa (13010121130034)
Wahyu Kartika Putra (13010121130035)
Alya Widiastya (13010121130036)

PROGRAM STUDI SASTRA INDONESIA


FAKULTAS ILMU BUDAYA
UNIVERSITAS DIPONEGORO
SEMARANG
2022
KATA PENGANTAR

Puji syukur kami ucapkan kepada Tuhan Yang Maha Esa atas segala rahmat dan
karunia-Nya kami dapat menyelesaikan makalah ini untuk memenuhi tugas kelompok mata
kuliah Pengkajian Kesenian Tradisional, yang berjudul “Tradisi Ogoh-Ogoh”.
Dalam makalah ini kami menguraikan mengenai Pengertian dan Sejarah Ogoh-Ogoh,
Makna dan Tujuan Ogoh-Ogoh, Proses Pembuatan Patung Ogoh-Ogoh, serta Tahapan Tradisi
Ogoh-Ogoh. Dalam penyelesaian makalah ini, kami mendapatkan bantuan serta bimbingan
dari beberapa pihak. Oleh karena itu, sudah sepantasnya kami haturkan terima kasih kepada :
1) Bapak Drs. Huhamad Hermintoyo, M. Hum selaku Dosen mata kuliah Pengkajian
Kesenian Tradisional Fakultas Ilmu Budaya Universitas Diponegoro.
2) Semua rekan-rekan mahasiswa/i Kelas A Program Studi Sastra Indonesia Fakultas
Ilmu Budaya Universitas Diponegoro.
3) Semua pihak yang tidak dapat kami rinci satu per satu yang telah membantu dalam
proses penyusunan makalah ini.
Kami menyadari sepenuhnya bahwa makalah ini masih jauh dari kata sempurna, baik dari
segi materi maupun susunan makalah ini. Oleh karena itu, kami mengharapkan kritik dan
saran yang membangun atas makalah yang telah kami buat demi perbaikan makalah di masa
mendatang. Akhir kata, semoga makalah ini bermanfaat bagi para pembaca khusunya
mahasiswa/i Sastra Indonesia Fakultas Ilmu Budaya Universitas Diponegoro dan besar
keinginan kami dapat menginspirasi para pembaca untuk mengangkat permasalahan lain yang
relevan pada makalah-makalah selanjutnya, serta mampu bermanfaat.

Semarang, 24 Maret 2022

Penyusun

ii
DAFTAR ISI
KATA PENGANTA...............................................................................................................ii
DAFTAR ISI...........................................................................................................................iii
BAB I.......................................................................................................................................1
PENDAHULUAN...................................................................................................................1
A. Latar Belakang...................................................................................................................1
B. Rumusan Masalah..............................................................................................................2
C. Tujuan Penelitian................................................................................................................2
BAB II......................................................................................................................................3
PEMBAHASAN......................................................................................................................3
A. Pengertian dan Sejarah Ogoh-Ogoh.............................................................................3
B. Makna dan Tujuan Ogoh-Ogoh....................................................................................4
C. Proses Pembuatan Ogoh-Ogoh.....................................................................................5
D. Tahapan Tradisi Ogoh-Ogoh........................................................................................7
BAB III..................................................................................................................................10
PENUTUP.............................................................................................................................10
Kesimpulan......................................................................................................................10
DAFTAR PUSTAKA...........................................................................................................11

iii
BAB I
PENDAHULUAN
A. Latar Belakang
Indonesia adalah negara yang telah dikenal oleh dunia sebagai negara yang
memiliki keanekaragaman dari Sabang sampai Merauke. Diantara banyaknya
keanekaragaman yang dimiliki Indonesia seperti suku, bahasa, ras, etnis, kebudayaan,
dan lainnya. Salah satunya adalah kebudayaan yang dimiliki Indonesia sangat
melimpah dan masing-masing kebudayaan memiliki keunikan tersendiri.
Keberagaman kebudayaan yang ada di Indonesia memiliki banyak faktor penyebab
yaitu, kondisi negara Indonesia yang terdiri dari banyak pulau, perbendaan kondisi
alam, sejarah, dan kepercayaan. Selain faktor-faktor yang telah disebutkan
sebelumnya, keberagaman kebudayan bisa tercipta pula karena adanya campur tangan
pemikiran nenek moyang yang menghasilkan kebudayaan yang ada hingga saat ini,
yang dapat dilihat dalam berbagai wujud seperti upacara adat, nyayian, tari, senjata,
rumah adat, dan lainnya.
Karena kebudayaan yang dimiliki bangsa Indonesia banyak dan sangat
beragam wujudnya, salah satu daerah yang memiliki kebudayaan yang unik dan masih
dilestarikan hingga saat ini berasal dari pulau di sebelah Timur Pulau Jawa yang
sudah tersohor namanya di mata dunia. Bali atau dijuliki Pulau Dewata dikenal
dengan pesona keindahahan alam yang tiada duanya, selain pesona wisata alamnya
Bali juga dikenal memiliki daya tarik kebudayaan yang kuat. Bali juga terkenal
sebagai daerah yang masih memiliki masyarakat yang menjunjung tinggi nilai
kebudayaan nenek moyang mereka. Oleh karena itu, kebudayaan yang ada di Bali
terlihat menonjol dan beragam karena memang masih dilestarikan hingga saat ini oleh
berbagai generasi.
Salah satu kebudayaan khas Pulau Bali yang masih dilestarikan dan dapat
dinikmati keindahannya oleh masyarakat adalah Ogoh-Ogoh, yaitu patung raksasa
yang terbuat dari bambu dan kertas lalu dihias sedemikian rupa agar mirip dengan
perwujudan Bhutakala atau sosok yang menakutkan. Ogoh-Ogoh biasanya dapat
dilihat pada hari raya Nyepi, patung ini akan diarak oleh masyarakat mengelilingi
desa atau wilayah tertentu dengan tujuan akhir untuk dibakar sebagai pelambang
untuk memusnahkan energi negatif yang ada pada diri manusia agar mereka
setelahnya dapat menjalani hidup dengan diri yang bersih.

1
B. Rumusan Masalah
1. Apa itu pengertian dan sejarah dari Ogoh-Ogoh?
2. Apa makna dan tujuan yang ada pada tradisi patung Ogoh-Ogoh?
3. Bagaimana proses pembuatan Ogoh-Ogoh?
4. Bagaimana proses tahapan tardisi Ogoh-Ogoh berlangsung?

C. Tujuan Penulisan
1. Untuk memberi informasi tentang pengertian dan sejarah adanya Ogoh-Ogoh.
2. Untuk memberi informasi tentang makna dan tujuan dari Ogoh-Ogoh.
3. Untuk memberi gambaran tentang proses pembuatan Ogoh-Ogoh.
4. Untuk memaparkan tentang tahapan tradisi Ogoh-Ogoh.

2
BAB II

PEMBAHASAN

A. Pengertian dan Sejarah Ogoh-Ogoh


Menurut kamus Bali, ogoh-ogoh merupakan arti sejenis patung yang terbuat
dari bambu dan kertas berbentuk Buthakala atau raksasa. Pada dasarnya, ogoh-ogoh
merupakan sebuah replika patung raksasa atau boneka yang besar sebagai perwujudan
dari roh jahat atau sifat jahat. Ogoh-ogoh juga merupakan sebuah tradisi yang
dilakukan oleh suatu masyarakat dengan suatu bentuk perwujudan roh jahat pada
patung atau boneka yang besar. Ogoh-ogoh dapat dijumpai pada suatu acara tertentu,
misalnya saat perayaan tahun baru Saka, upacara bersih desa, dan lain sebagainya.
Dinamakan ogoh-ogoh karena diambil dari gerak-gerik patung bhutakala pada saat
diarak, yang mana para pengusungnya melakukan gerakan menggoyang-goyang
selaras dengan ritme dinamik alunan keras dan cepat tetabuhan balaganjur sebagai
pengiringnya. Sehingga tampak seperti sosok (orang besar) atau gede-mokoh jika
berjalan oleh orang Bali umumnya disebut dengan istilah ogoh-ogoh atau egeh-egeh
(bayangkan saat orang gemuk (mokoh) berjalan: pelan, lamban, seperti tak bertenaga,
dan tampak kelelahan.
Dalam ajaran Hindu Dharma, Bhutakala menampilkan kekuatan (Bhu) alam
semesta dan waktu (Kala) yang tak terukur dan tak terbantahkan. Dalam perwujudan
patung yang dimaksud, Bhutakala digambarkan sebagai sosok yang besar dan
menakutkan biasanya dalam wujud Rakshasa. Ogoh-ogoh memiliki peranan sebagai
simbol prosesi penetralisiran kekuatan-kekuatan negatif atau kekuatan Bhuta
(kekuatan alam). Ogoh-ogoh yang dibuat pada perayaan Nyepi ini merupakan
perwujudan Bhutakala yakni perwujudan makhluk yang besar dan menyeramkan.
Tentang munculnya ogoh-ogoh ada yang mengatakan cikal bakalnya ogoh-
ogoh adalah patung lelakut yang berguna untuk mengusir burung yang memakan hasil
tani pada persawahan. Ada juga yang berpendapat bahwa pada mulanya ogoh-ogoh
merupakan tradisi ngelawang oleh kesenian Ndong-nding yang ada di daerah
Karangasem dan Gianyar Bali (Widnyani, 2012). Sejarah tradisi ogoh-ogoh sendiri
muncul pada tahun 1983. Pada tahun itu merupakan bagian penting dalam sejarah
ogoh-ogoh di Bali, hal ini karena pada tahun tersebut mulai dibuat wujud-wujud
Bhutakala berkenaan dengan ritual Nyepi di Bali. Pada saat itu muncul keputusan

3
presiden yang menyatakan Nyepi sebagai hari libur nasional. Semenjak saat itu
masyarakat mulai membuat perwujudan onggokan yang kemudian disebut ogoh-ogoh,
di beberapa tempat di Denpasar. Budaya baru ini semakin menyebar ketika ogoh-ogoh
diikutkan dalam Pesta Kesenian Bali ke XII.

B. Makna Dan Tujuan Ogoh-Ogoh


Ogoh-ogoh adalah boneka raksasa yang merupakan rupa perwujudan dari
kepribadian Bhutakala atau roh jahat yang suka menganggu mansuia yang mana
dalam ajaran Hindu Dharma, Bhutakala adalah kekuatan Bhu atau alam semesta dan
Kala (waktu) yang tak terukur.
Ogoh-ogoh biasa diarak dijalan pada saat ritual pembersihan alam yang mana
sebetulnya cukup hanya dengan sesajen dan pemuka agama yang melafalkan doa-doa
pengusir hal buruk pada umumnya khusus bagi masyarakat pemeluk kepercayaan
agama Hindu. Namun seiring berjalannya waktu masyarakat ingin ada variasi atau
simbolik dari simbol jahat tersebut, yaitu buthakala. Di era saat ini, masyarakat
memaknai bahwa akan terasa ada yang kurang kalau tidak adanya simbolik dan
variasi maka, dibuatlah patung raksasa yang di cat warna-warni. Jadi, saat ini ogoh-
ogoh dianggap sebagai inovasi dan membangun anggapan kalau budaya itu terus
berkembang, mengikuti kualitas dan bentuk ogoh-ogoh yang semakin beragam, akan
tetapi semua itu tak ada masalah selama tidak menyimpang dari makna sebenarnya
dari ogoh-ogoh.
Di balik pemaknaannya oleh masyarakt modern, Ogoh-ogoh sebenarnya
memiliki makna sebagai pelambang pengakuan dari manusia akan kekuasaan alam
semesta dan waktu yang merupakan representasi dari Bhutakala yang dapat dibagi
dua. Pertama, kekuatan Bhuana Agung yang artinya kekuatan alam semesta. Kedua,
Bhuana Alit yang berarti kekuatan yang ada dalam diri manusia. Kedua kekuatan
tersebut dipercaya dapat digunakan untuk menghancurkan serta merusak atau
sebaliknya membuat dunia menajdi lebih baik. Masyarakat Bali percaya bahwa Ogoh-
ogoh merupakan boneka raksasa yang bermakna sebagai cerminan dari sifat buruk
yang dimiliki oleh manusia.
Karena Ogoh-ogoh merupakan cerminan dari sifat-sifat negatif yang dimiliki
manusia oleh karena itu, setelah upacara Tawur Agung Kesanga atau biasa dikenal
dengan nama pengerupukan, Ogoh-Ogoh diarak keliling desa oleh perwakilan warga
yang telah meminum arak sebagai simbol “perwakilan” dari segala sifat buruk dan

4
kekuatan negatif yang berada di sekeliling desa itu agar dapat ikut menyertai Ogoh-
Ogoh yang diarak. Beban berat yang orang-orang rasakan saat menggiring Ogoh-
Ogoh tersebut bermakna sebagai kumpulan dari sifat atau energi negatif yang ada di
sekitarnya. Di akhir tujuan lokasi pengarakan, Ogoh-ogoh akan dibakar oleh
masyarakat sebagai pelambang bahwa semua beban dan sifat negatif yang selama ini
mengambil begitu banyak energi dari kehidupan masyarakat akan hilang bersama
kobaran api dan mereka akan siap untuk memulai sebuah babak yang baru yang
bersih dari segala sifat negatif.
Ogoh-ogoh yang berbentuk raksasa jelek sebagai perwujudan dari segala sifat
buruk dan negatif yang harus dihilangkan dalam diri manusia dengan cara membakar
Ogoh-ogoh maka tujuan yang diharapkan dari pembuatan dan pawai pengarakan yang
pada akhirnya akan dibakar adalah tentang kembali mengingatkan kepada proses
hidup mansuia untuk menuju pada keinsyafan serta takluk akan kekuatan alam
semesta dan waktu.

C. Proses Pembuatan Ogoh-Ogoh


Proses pertama, kerangka patung ogoh-ogoh dibuat dengan bahan bambu atau
kayu dan juga kertas. Dibuat dengan cara dianyam kemudian dilapisi dengan kertas
koran bekas. Dan juga untuk menyempurnakan kerangka patung ogoh-ogoh
digunakannya kawat alumunium dan besi Batangan.

5
(proses pembuatan kerangka Ogoh-Ogoh)

Setelah membuat kerangka, dilakukannya proses pewarnaan. Proses warna pertama


yang diberikan yaitu warna putih sebagai warna dasar, lalu barulah diberikan warna
tambahan sesuai dengan tema ogoh-ogoh.

(proses pewarnaan Ogoh-Ogoh)

Lalu setelah proses pewarnaan selesai, patung ogoh-ogoh diberikannya


pakaian dan perhiasan-perhiasan yang sesuai terhadap tema ogoh-ogoh.

6
(proses pemberian pakaian dan perhiasan kepada Ogoh-Ogoh)

D. Tahapan Tradisi Ogoh-Ogoh


Setelah mengetahui pengertian dan tujuan diselenggarakannya tradisi ogoh-
ogoh ini, maka perlu diketahui pula tahapan apa saja yang ada di tradisi upacara ogoh-
ogoh. Menurut Alfattah (2017) dalam jurnalnya bahwa Tradisi ogoh-ogoh yang
merupakan peringatan tahun baru Nyepi bagi umat Hindu berisi lima tahapan acara. 5
tahapan itu antara lain :
1. Upacara Melasti
Upacara melasti adalah upacara yang digelar oleh umat Hindu sebelum
melaksanakan ibadah Nyepi. Melasti di gelar minimal dua hari sampai tujuh hari
sebelum dilaksanakannya catur brata penyepian. Waktu pelaksanaan Melasti tiap
daerah berbeda, hal ini disebabkan karena penentuan waktu pelaksanaan melati
ini ditentukan oleh para tokoh agama Hindu pada suatu wilayah. Upacara ini pula
bersimbol sebagai pembersihan jiwa manusia dan benda-benda sakral yang ada di
dalam Pura.
Langkah awal tahap ini adalah dengan membawa pusaka-pusaka pada suatu
pantai, danau atau sumber air, yang kemudian pusaka tersebut akan dibersihkan
oleh para Mangku (orang yang disucikan) melalui beberapa prossi ritual
keagamaan. Jempono, lencingan, senjata nawa sanga, canang rebon, cecepan,
rantasan, dan suguhan, adalah benda0benda pusaka yang sering di bawa pada
upacara melati.

7
2. Upacara Tawur Kesanga
Upacara Tawur Kesanga adalah tingkatan upacara yang dilaksanakan pada
sehari sebelum ibadah Nyepi. Dan pelaksanaan Upacara ini tidak tidak diikuti
oleh seluruh warga, melainkan hanya diwakilkan oleh para mangku yang
membawa sesaji-sesaji yang didoakan. Upacara ini berlangsung sekitar kurang
lebih tiga puluh menit. Setelah melakukan upacara Tawur Kesangga, masyarakat
melaksanakan sembahyang Tilem.

3. Pawai Ogoh-Ogoh
Setelah Upacara Melasti dan Upacara Tawur Kesanga, tahap selanjutnya
atau tahap ketiga adalah pawai ogoh-ogoh. Pawai ini digelar pada waktu sore hari
setelah serangkain upacara tawur kesangga. Pawai ini lah yang ditunggu-tunggu
oleh para masyarakat. Berbeda dengan tahpan-tahapan tradisi ogoh-ogoh yang
lain, tahapan pawai ogoh-ogoh ini diikuti oleh seluruh warga setempat tanpa
membedakan latar belakang agama. Ogoh-ogoh ini simbol dari kejahatan sifat-
sifat yang ada pada diri manusia. Penampakan ogoh-ogoh ini seperti butakala,
dengan mata lebar, gigi yang tajam, lidah panjang, dan membawa aksesoris yang
menyeramkan seperti pisau dan dibalut dengan warna-warna yang mencolok
seperti merah, hijau, biru dan lain sebagianya.
Para pemuda pemanggul ogoh-ogoh berpakaian seragam dengan atribut
kental dengan agama Hindu, yakni dengan memakai blangkon, dan jarik batik.
Setelah itu, ogoh-ogoh pawai ke tempat yang sudah ditentukan. Ogoh-ogoh
dihentakkan ke bawah lalu ke atas serta digoyang-goyangkan. Maksud dari
gerakan itu ialah, guna memanggil roh-roh jahat yang ada disekitar. Lalu setelah
sampai pada ttik terakhir dan sudah pada waktu matahari sudah tenggelam. Ogoh-
ogoh dibakar, pembakaran ini bermaksud untuk melenyapkan kejelekkan dan
keburukan pada wilayah tersebut.

4. Catur Brata Penyepian


Catur brata penyepian atau bisa disebut dengan upacara Nyepi merupakan
Langkah ke empat berisi peribadahan yang dilaksanakan pada saat tahun baru
Saka. Catur brata penyepian merupakan kegiatan untuk pengendalian diri agar
masyarakat Hindu di Bali bisa berkonsentrasi atau focus dengan tenang dan

8
khusuk untuk kembali ke jati diri, yang ditempuh dengan cara meditasi, shamadi,
perenungan diri sendiri di suasana yang sunyi-senyap atau “keheningan”.
Catur brata penyepian (pengendalian diri) dilaksanakan selama 24 jam,
yakni sehari setelah Tilem Sasih Kasanga (Tilem Kasanga), tepatnya pada paroh
terang pertama masa kesepuluh/panaggal sasih kadasa. Waktu pelaksanaaan
Catur brata penyepian dimulai dari terbitnya matahari sampai terbitnya matahari
keesokan harinya. Umat Hindu akan melakukan Nyepi dan akan mencegah diri
dari empat hal berikut :
a) Amati geni, Dalam bahasa Bali, geni artinya api. Dengan demikian, amati
geni berarti tidak menyalakan api atau lampu dan tidak boleh
mengumbar/mengobarkan hawa nafsu.
b) Amati lelungan, Kata lelungan berasal dari bahasa Bali, yakni dari akar kata
lunga yang berarti pergi. Oleh karena itu, amati lelungan mengandung arti
tidak berpergian kemana-mana, melainkan senantiasa mawas diri di rumah
serta melakukan pemusatan pikiran ke hadapan Tuhan, dalam berbagai
prabawa-Nya (perwujudan-Nya) yang telah disemayamkan di dalam organ-
organ manusia sepeti telah disebutkan di atas.
c) Amati lelangenan, Kata lelanguan juga termasuk bahasa Bali, yakni berasal
dari kata langu yang berarti hiburan atau rekreasi. Dengan demikian, amati
23 lelanguan berarti tidak mengadakan hiburan/rekreasi atau
bersenangsenang, termasuk tidak makan dan tidak minum.
d) Amati karya. Kata karya diterjemahkan dalam bahasa Indonesia berarti
kerja. Amati karya berarti tidak melakukan kerja/kegiatan fisik, tidak
bersetubuh, melainkan tekun melakukan penyucian rohani.
e) Kegiatan peribadahan tersebut akan dilaksanakan dalam Pura maupun
dalam rumah masing-masing.

5. Ngambek Geni
Ngambek geni merupakan upacara kelima dari serangkaian acara
peringatan tahun baru Saka yang sekaligus perayaan Hari Raya Nyepi bagi umat
Hindu. Hari Ngembak Geni ini yang dirayakan pinanggal ping kalih (tanggal 2)
Sasih Kadasa (bulan X), yaitu pada ini Tahun Caka ini memasuki hari kedua.
Ngambek geni mempunyai arti menyambut api, api dan cahaya yang dipadamkan
pada saat Nyepi kembali dinyalakan setelah mereka selesai melaksanakan Catur

9
brata penyepian. Ngambek geni dilaksanakan Bersama-sama di Pura Sweta Maha
Suci Lamongan. Upacara dilaksanakan pagi hari setelah matahari terbit. Umat
Hindu merayakan keberhasilan mereka dalam menjalankan ibadah Nyepi dengan
berkunjung kepadda sanak saudara maupun tetangga terdekat setelah mereka
selesai melaksankan upacara Ngambek geni.

BAB III
PENUTUP

Kesimpulan
Ogoh-Ogoh merupakan patung raksasa yang merupakan pengambaran dari
Bhutakala atau bisa dikatakan Ogoh-Ogoh adalah lambang dari pengakuan dari manusia
akan kekuasaan alam semesta dan waktu. Dibuatnya ogoh-ogoh bukan tanpa alasan
yaitu, bertujuan untuk mengingigatkan kembali pada proses hidup manusia untuk menuju
pada keinsyafan serta takluk akan keuatan alam semesta dan waktu. Ogoh-Ogoh dapat
dijumpai pada saat peringatan tahu baru Nyepi bagi para pemeluk umat Hindu memiliki
lima tahapan yaitu, Upacara Melasti, Upacara Tawur Kesanga, Pawai Ogoh-Ogoh, Catur
Brata Penyepian, dan ngambek Geni.

10
DAFTAR PUSTAKA

Alfattah, M. S. (2017). [Online]. “Tradisi Upacara Ogoh-Ogoh”. Jurnal Antro,


4(3),289-300. Diakses dari
http://journal.unair.ac.id/download-fullpapers-
aun2299ea3239full.pdf , pada 22 Maret 2022.
Alit Kumala, D. (2015). [Online]. Karya Seni Monumental “Ogoh-ogoh Festival”.
Diakses dari http://repo.isi-dps.ac.id/id/eprint/2344 , pada 22
Maret 2022.
Alyaa, M, N. (2022). [Online]. Sejarah, Tujuan, dan Simbol Ogoh-ogoh: “Ketahui
Ogoh-ogoh Berasal dari hingga Pawai Ogoh-ogoh adalah
Tradisi”. Diakses dari
https://beritadiy.pikiran-rakyat.com/citizen/pr-703869237/seja
rah-tujuan-dan-simbol-ogoh-ogoh-ketahui-ogoh-ogoh-berasal-
dari-hingga-pawai-ogoh-ogoh-adalah-tradisi, pada 22 Maret
2022.
Camelia. (2022). [Online]. “Arti, Sejarah, Serta Fungsi Ogoh-Ogoh dalam Peringatan
Hari Raya Nyepi”. Diakses dari
https://www.liputan6.com/citizen6/read/4901301/arti-sejarah-serta-
fungsi-ogoh-ogoh-dalam-peringatan-hari-raya-nyepi, pada 22 Maret
2022.
REYOGNESIA. (2022). [Online]. “Makna Ogoh-Ogoh sebenernya Bukan Syarat
Upacara Nyepi, TETAPI”. Diakses dari
https://www.youtube.com/watch?v=iprD6nmxrVM ,pada
22 Maret 2022.

11
12

Anda mungkin juga menyukai