Anda di halaman 1dari 14

LAPORAN HASIL PENELITIAN

TRADISI RUWATAN DI DAERAH DESA SEGARAN


KECAMATAN GEDANGAN KABUPATEN MALANG
Diajukan untuk memenuhi tugas UAS Kearifan Lokal

Dosen Pengampu:
Dr. Hendra Rustanto, M. P.d

Oleh:
Rifki Ridwan Fauzi (22842071008)

PROGRAM STUDY PENDIDIKAN ILMU PENGETAHUAN SOSIAL


FAKULTAS ILMU PENDIDIKAN
UNIVERSITAS ISLAM RADEN RAHMAT MALANG
JUNI
2023
KATA PENGANTAR
Syukur alhamdulillah senantiasa kami panjatkan kehadiran Allah Swt yang
telah melimpahkan rahmat dan karunia-Nya, sehingga kami dapat menyelesaikan
Laporan Penelitian ini guna memenuhi tugas UAS untuk mata kuliah Kearifan Lokal,
dengan judul: Tradisi Ruwatan”

kami menyadari bahwa penulisan makalah ini tidak terlepas dari bantuan
banyak pihak yang dengan tulus memberikan do’a, saran dan kritik sehingga Laporan
Penelitian ini dapat tersukseskan.

Kami menyadari sepenuhnya bahwa Laporan Penelitian ini masih jauh dari
sempurna dikarenakan terbatasnya pengalaman dan pengetahuan yang kami miliki,
oleh karena itu, kami mengharapkan segala bentuk saran serta masukan bahkan kritik
yang membangun dari berbagai pihak. Akhirnya kami berharap semoga makalah ini
dapat memberikan manfaat bagi perkembangan dunia Pendidikan.

Malang, 13 Juni 2023

Penulis

i
DAFTAR PUSTAKA
KATA PENGANTAR...................................................................................................i
DAFTAR PUSTAKA...................................................................................................ii
BAB I............................................................................................................................1
PENDAHULUAN........................................................................................................1
1.1 Latar Belakang..............................................................................................1
1.2 Rumusan Masalah........................................................................................2
1.3 Tujuan............................................................................................................2
BAB II...........................................................................................................................3
KAJIAN PUSTAKA....................................................................................................3
2.1 Kajian Pustaka..............................................................................................3
BAB III.........................................................................................................................5
METODE PENELITIAN............................................................................................5
3.1 Metode Penelitian..........................................................................................5
3.2 Teknik Pengumpulan Data...........................................................................5
BAB IV..........................................................................................................................7
HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN..........................................................7
4.1 Hasil Penelitian..............................................................................................7
4.2 Konsep Tradisi Ruwatan..............................................................................7
4.3 Orang-orang yang Harus di Ruwat.............................................................8
BAB V...........................................................................................................................9
PENUTUP....................................................................................................................9
5.1 Kesimpulan....................................................................................................9
5.2 Saran..............................................................................................................9
DAFTAR PUSTAKA.................................................................................................10
LAMPIRAN...............................................................................................................11

ii
BAB I

PENDAHULUAN

I.1 Latar Belakang


Indonesia memiliki kekayaan budaya yang patut dijunjung tinggi. Akan
tetapi, perkembangan budaya yang sangat pesat membuat masyarakat Indonesia
menjadi bingung dengan budaya mereka yang sesungguhnya. Realita yang terjadi,
masuknya budaya-budaya luar ke Indonesia sering diterima dengan mudah oleh
masyarakat tanpa menyaringnya. Padahal, banyak budaya-budaya luar yang
bertentangan atau tidak sepaham dengan budaya yang dimiliki oleh Indonesia. Hal ini
yang membuat generasi penerus bangsa menjadi bingung dengan budaya mereka
yang sesungguhnya. Dalam kata lain, cepat atau lambat Indonesia yang unggul dalam
aspek budaya akan kehilangan identitasnya. Oleh sebab itu, budaya yang kita miliki
harus kita lestarikan guna mempertahankan identitas Indonesia sebagai negara yang
memiliki kekayaan budaya. Misalnya saja budaya Jawa. Masyarakat Jawa memiliki
banyak sekali budaya yang erat kaitannya dengan kesakralan. Salah satunya adalah
upacara ritual ruwatan. Ruwatan berasal dari bahasa Jawa, “luwar saka panandhang,
luwar saka wewujudan kang salah” (Poerwadarminta, 1939: 534), artinya “terbebas
dari penderitaan, terbebas dari wujud yang salah”. Ruwat luwar berarti bebas,
sedangkan ruwatan berarti kegiatan untuk membebaskan sesuatu yang dianggap
salah/tidak wajar. Dengan kata lain, masyarakat Jawa juga menganggap bahwa
ruwatan merupakan sebuah kegiatan upacara ritual pembebasan/penghapusan
malapetaka. Malapetaka tersebut bisa ada dalam diri manusia maupun suatu tempat
yang dianggap selalu membawa kesialan/bencana. Misalnya, dalam kepercayaan
masyarakat Jawa, bila seseorang berbuat salah atau dalam kelahirannya tidak wajar
(berlainan dari yang umum), maka orang semacam itu harus diruwat. Orang yang
diruwat disebut sukerta (orang yang kotor/salah).

1
I.2 Rumusan Masalah
1. Bagaimanakah konsep ruwatan?
2. Siapakah orang-orang yang harus diruwat?

I.3 Tujuan
1. Untuk mengetahui konsep ruwatan.
2. Untuk mengetahui orang-orang yang harus diruwat.

2
BAB II

KAJIAN PUSTAKA

II.1 Kajian Pustaka


Sejauh pengamatan penyusun sudah banyak karya yang membahas
tentang tradisi ini, diantaranya adalah:

1. Koentjaraningrat. Tahun 1985. Halaman 376. Dengan judul Ritus Peralihan


di Indonesia.
Dalam bukunya Koentjaningrat berpendapat bahwa: Tradisi Ruwatan
adalah suatu upacara khas agama Jawi, dimaksudkan untuk melindungi anak-
anak terhadap bahaya-bahaya gaib yang dilambangkan oleh Bhatara kala,
yakni Dewa Kehancuran. Berbagai jenis kombinasi dalam keluarga yang
dianggap berbahaya menyebabkan anak-anak tersebut mudah terkena
bahaya, penyakit dan kematian, karena ia adalah mangsa Bhatara kala.
Relevansi dari penelitian Kooentjaningrat adalah sama sama
menuliskan tentang tradisi Ruwatan fokus penelitian Koentjaningrat adalah
pada maksud tujuan dari upacara tradisi Ruwatan.
2. Sarwanto. Tahun 2008. Halaman 90. Dengan judul Pertunjukan Wayang
Kulit Purwa dalam Ritual Bersih Desa Kajian Fungsi dan Makna.
Dalam bukunya Sarwanto berpendapat di antara kesenian-kesenian
yang ada, pada umumnya pertunjukan yang digunakan untuk menyertai
upacara Ruwatan adalah wayang kulit. Adapun lakon yang dipergelarkan
merupakan lakon khusus, yaitu lakon Murwakala atau juga disebut Kala
Takon Bapa.
Relevansi dari penelitian Sarwanto adalah menuliskan tentang tradisi
Ruwatan yang fokus penelitiannya adalah mengacu terhadap pertunjukan
yang digunakan untuk menyertai acara Ruwatan.
3. Andrew Betty. Tahun 2001. Halaman 3. Dalam judul Variasi Budaya Jawa.

3
Dalam bukunya Andrew Betty berpendapat bahwa Ruwatan
merupakan salah satu upacara yang banyak mengundang perdebatan
mengenai apakah di dalamnya terkandung konsensus simbolik yang secara
khas mencerminkan proses sosial budaya menuju pengakuan lebih besar atas
inprovisasi atau penggunaan kreatif simbol-simbol dan fragmentasi makna.
Relevansi dari penelitian Andrew betty adalah menuliskan tentang
tradisi Ruwatan yang fokus penelitiannya terhadap perbedaan cara pandang
dari kalangan masyarakat mengenai tradisi Ruwatan yang selama ini telah
turun temurun dilakukan oleh masyarakat yang kental dengan budaya jawa.
Dari karya yang penulis paparkan di atas belum ada yang secara
khusus belum terlalu membahas tentang tradisi Ruwatan sebagai mana yang
penulis maksud. oleh karena itu penulis tertarik untuk meneliti tradisi
Ruwatan. selain itu, penulis juga memandang perlu meneliti tentang hal
tersebut sebagai sebuah budaya dan juga warisan nenek moyang yang perlu
di pahami maknanya. penelitian ini memfokuskan pada masyarakat yang
masih melestarikan tradisi tersebut di Desa segaran Kecamatan Gedangan
Kabupaten Malang tentang tradisi Ruwatan tersebut.

4
BAB III

METODE PENELITIAN

III.1 Metode Penelitian


Dalam hal ini penulis mengunakan metode pendekatan kualitatif, dengan
bertujuan untuk mendapatkan pemahaman yang komprehensif tentang fenomena
tersebut, dan mengumpulkan data atau informasi melalui observasi, wawancara,
catatan lapangan, dan analisis dokumen atau buku. Data ini kemudian dianalisis
secara sistematis dan mendalam untuk mengidentifikasi pola, tema, dan pembahasan
yang yang sesuai dari data tersebut.

III.2 Teknik Pengumpulan Data


Teknik penelitian merupakan merupakan salah satu unsur penting dalam
melakukan penelitian. Teknik yang penulis gunakan dalam penelitian ini dalam
mengumpulkan data adalah:

1. Wawancara

Dalam metode penelitian kualitatif, wawancara adalah salah satu


teknik pengumpulan data yang sering digunakan. Wawancara merupakan
proses tanya jawab antara peneliti dan responden yang bertujuan untuk
mendapatkan pemahaman yang mendalam tentang perspektif, pengalaman,
dan pandangan individu terkait dengan topik penelitian.

Dalam wawancara kualitatif, peneliti berperan sebagai interviewer


yang memiliki peran aktif dalam mengajukan pertanyaan yang relevan,
mendengarkan dengan cermat, dan merespons tanggapan responden.
Wawancara kualitatif dapat dilakukan secara terstruktur, semi-terstruktur, atau
tidak terstruktur, tergantung pada tingkat kebebasan yang diberikan kepada
responden dalam memberikan tanggapan.

2. Observasi

5
Dalam metode penelitian kualitatif, observasi adalah salah satu teknik
pengumpulan data yang penting. Observasi melibatkan pengamatan langsung
terhadap partisipan dan situasi yang sedang diteliti dengan tujuan memperoleh
pemahaman yang mendalam tentang perilaku, interaksi sosial, dan konteks
sosial yang terkait dengan fenomena yang sedang dipelajari. Dalam observasi
kualitatif, peneliti berperan sebagai pengamat yang aktif.

3. Dokumentasi

Dalam metode penelitian kualitatif, dokumentasi adalah teknik


pengumpulan data yang melibatkan pengumpulan dan analisis dokumen
tertulis yang relevan dengan topik penelitian. Dokumen-dokumen ini dapat
berupa laporan, surat, jurnal, catatan lapangan, kebijakan, atau dokumen
lainnya yang memberikan wawasan tentang fenomena yang sedang diteliti.

6
BAB IV

HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN

IV.1 Hasil Penelitian


Dari hasil data penelitian yang dilakukan dan dari beberapa sumber
informasi yang didapatkan, bahwasannya tradisi Ruwatan masih melekat erat di
daerah Desa Segaran Kecamatan Gedangan Kabupaten Malang masih kerap
dilakukan pada saat acara pernikahan. Hal tersebut telah menjadi tradisi yang
dilestarikan sampai saat ini. Alasan tradisi Ruwatan masih dilestarikan, tidak lain
karena masyarakat di daerah ini masih banyaknya masyarakat yang pekat dengan
budaya-budaya jawa. Oleh karena itu masyarakat sekitar meyakini bahwa tradisi
Ruwatan dapat mengusir mara bahaya ataupun bala bagi orang yang sedang menikah.
Sekaligus ada beberapa golongan kategori orang yang harus diruwat, pada daerah ini
terdapat 7 golongan orang yang harus melaksanakan tradisi Ruwat yang akan penulis
paparkan pada pembahasan dibawah ini.

IV.2 Konsep Tradisi Ruwatan


Tradisi ruwatan adalah salah satu upacara ritual adat yang sangat terkenal
di kalangan masyarakat tradisional suku bangsa Jawa. Upacara ritual adat Ruwatan
ini pada dasarnya bertujuan mengingatkan manusia akan adanya berbagai keburukan
dan resiko yang mungkin ditanggung oleh manusia sebagai akibatnya. Keburukan
yang dimaksud itu berkaitan erat dengan sejumlah prilaku atau kebiasaan tertentu
yang bersifat negatif. Ritual adat Ruwatan sangat erat hubungannya dengan adanya
kepercayaan yang sudah hidup selama beratus-ratus tahun di pulau Jawa. Masyarakat
tradisional suku Jawa sangat mempercayai bahwa kehidupan mereka sangat
dipengaruhi oleh sang kala, yang dalam dunia pewayangan diperankan oleh Bhatara
kala. Bhatara kala adalah Dewa yang dipercaya sebagai pembawa maut, pembawa
sial, atau pembawa malapetaka dalam kehidupan manusia di alam jana loka, baik
manusia, individu maupun kelompok sosial.

7
IV.3 Orang-orang yang Harus di Ruwat
Adapun orang-orang yang harus diruwat menurut keyakinan masyarakat
Jawa karena termasuk golongan orang yang nandang sukerta yang diyakini menjadi
mangsa Bhatara kala sebagai berikut:

1. Sendang kapit pancuran, yaitu tiga anak yang sulung laki-laki, yang
tengah perempuan, dan yang bungsu laki-laki.
2. Pancuran kapit sendhang yaitu satu orang laki-laki mempunyai dua
orang saudara perempuan.
3. Kedana-kedini, yaitu dua bersaudara, yang satu lelaki yang satu
perempuan.
4. Pandawa, yaitu lima orang anak laki-laki semua.
5. Ontang-anting, yaitu anak tunggal baik lelaki maupun perempuan.
6. Kembang sepasang, yaitu anak kandung dua orang, kedua-duanya
perempuan.
7. Uger-uger Lawang, yaitu anak kandung dua orang ke dua-duannya
laki-laki.

8
BAB V

PENUTUP

V.1 Kesimpulan
Masyarakat Jawa mempunyai berbagai macam tradisi yang masih
dilakukan sampai sekarang. Kekayaan tradisi yang masih menonjol dilakukan oleh
masyarakat Jawa adalah tradisi ruwatan. Tradisi ruwatan sudah menjadi sebuah
konstruksi budaya Jawa yang mentradisi sehingga tidak bisa dilepaskan dari
kepercayaan masyarakat Jawa. Pelaksanaan ritual ruwatan merupakan wujud realitas
keyakinan masyarakat Jawa untuk menghindari bahaya dan malapetaka untuk
menumbuhkan dan memantapkan ke empat sikap tersebut. Keempat konsep hidup
masyarakat Jawa merupakan perwujudan nilai kearifan lokal yang dihubungkan
dengan keyakinan leluhur orang Jawa. Di dalam ruwatan terdapat pula dampak
penguatan lokal genius. Tradisi ruwatan merupakan karifan lokal yang memenuhi
delapan kriteria konsep kearifan lokal.

V.2 Saran
Ruwatan merupakan budaya Jawa yang sangat adiluhung sehingga sangat
perlu dilestarikan. Apabila ruwatan ini memudar bahkan hilang dari tradisi
masyarakat Jawa, maka Jawa akan kehilangan salah satu identitasnya. Bagi
masyarakat Jawa tradisi ini merupakan tradisi yang patut diselamatkan sekalipun
sekarang ini sudah masuk zaman modern. Ruwatan dalam masyarakat Jawa sangat
bermanfaat bagi psikologis anak yang diruwat sehingga anak terbantu pikirannya
untuk mengatasi nasibnya dan melakukan perubahan hidup setelah diberikan sugesti
secara religius.

9
DAFTAR PUSTAKA
Sarwanto. 2008. Pertunjukan Wayang Kulit Purwa dalam Ritual Bersih Desa Kajian
Fungsi dan Makna. Surakarta: ISI Pres bekerjasama dengan CV Cendrawasih.
Beatty, Andrew, 2001. Variasi Budaya Jawa. Jakarta: Rajagrafindo Indonesia.

Koentjaraningrat.1985. Ritus Peralihan di Indonesia. Jakarta: Bali Pustaka.

10
LAMPIRAN

Foto wawancara dengan sesepuh desa

Foto acara pelaksanaan ruwatan

11

Anda mungkin juga menyukai