SABUMI DI WILAYAH
AWIRARANGAN
Disusun Oleh:
Muhammad Rehan
20231810023
Kelas:
PDKVC-2023-01
Dosen pengampu:
Jerry Dounald Rahajaan, S.Sn., M.Sn
Puji dan Syukur penulis panjatkan kehadirat Allah SWT,dengan Rahmat dan
hidayah-Nya,saya dapat menyelesaikan Makalah tentang Kebudayaan,Adapun
adanya makalah ini dimaksud untuk memenuhi salah satu tugas Akhir Mata Kuliah
Budaya Nusantara Semester 1 Prodi Desain Komunikai visual Fakultas Ilmu
Komputer Universitas kuningan dan Makalah ini juga sebagai bukti bahwa penulis
paham akan materi tentang Budaya Nusantara.Saya ucapkan terimakasih yang
sebesar-besarnya kepada:
1. Allah SWT yg telah memberikan Kesehatan dan kemudahan untuk
menyelesaikan Tugas Akhir Mata Kuliah Budaya Nusantara.
2. Bapak Jerry Dounald Rahajaan, S.Sn., M.Sn. selaku Dosen Mata Kuliah
Budaya Nusantara.
Mungkin dalam pembuatan makalah ini terdapat kesalahan yang belum kami
ketahui. Maka dari itu kami mohon saran & kritik dari teman-teman maupun dosen.
Demi tercapainya makalah yang sempurna
penulis
i
DAFTAR ISI
Halaman
KATA PENGANTAR....................................................................................................i
DAFTAR ISI.................................................................................................................ii
BAB 1............................................................................................................................1
A. Latar Belakang......................................................................................................1
B. Rumusan Masalah.................................................................................................3
C. Tujuan....................................................................................................................3
D. Manfaat..................................................................................................................3
BAB II............................................................................................................................4
A. Sejarah Awirarangan.............................................................................................4
B. Pelaksanaan Sabumi Di Wilayah Awirarangan.....................................................4
C. Mengapa Diadakanya Sabumi...............................................................................5
BAB III PENUTUP.......................................................................................................6
A. Kesimpulan............................................................................................................6
DAFTAR PUSTAKA....................................................................................................7
ii
BAB 1
PENDAHULUAN
A. Latar Belakang
Budaya adalah suatu cara hidup yang berkembang dan dimiliki bersama oleh
sekelompok orang, serta diwariskan dari generasi ke generasi. Membudaya yakni
Budaya yang terbentuk dari banyak unsur yang rumit, termasuk sistem agama dan
politik, adat istiadat, bahasa, perkakas, pakaian, bangunan, dan karya seni. Bahasa
juga sebagian dari budaya, merupakan bagian yang tak terpisahkan dari diri manusia
sehingga banyak orang cenderung menganggapnya diwariskan secara genetis.
Seseorang bisa berkomunikasi dengan orang-orang yang berbeda budaya dan
menyesuaikan perbedaan-perbedaan di antara mereka, sehingga membuktikan bahwa
budaya bisa dipelajari.
Budaya merupakan suatu pola hidup menyeluruh.Budaya bersifat
kompleks,abstrak,dan luas. Banyak aspek budaya turut menentukan perilaku
komunikatif.Unsur-unsur sosial-budaya ini tersebar dan meliputi banyak kegiatan
sosial manusia. Sedangkan kebudayaan berasal dari bahasa latin yaitu colere yang
berarti mengolah atau mengerjakan. Kata culture dalam bahasa inggris juga dapat
diartikan sebagai kultur dalam bahasa Indonesia dan berarti kebudayaan.Selain secara
etimologi,beberapa ahli turut mengemukakan pendapatnya mengenai pengertian
kebudayaan. Berikut pengertian pendapat para ahli, sebagai berikut :
1. E.B Taylor
Menurut Taylor, kebudayaan merupakan hal kompleks yang mencakup
beberapa hal di dalamnya seperti kepercayaan, kesenian, hukum, moral, adat
istiadat serta kemampuan yang dapat diperoleh manusia sebagai bagian dari
kelompok masyarakat tersebut.
2. Selo Seomardjan dan Soelaeman Somardi
Menurut Selo dan Soelaeman, kebudayaan merupakan seluruh hasil karya,
rasa, serta cipta dari masyarakat.
3. Ki Hajar Dewantara
Kebudayaan menurut Ki Hajar Dewantara adalah buah budi dari manusia
yang muncul karena adanya hasil alam serta kodrat masyarakat. Kebudayaan
menurut Ki Hajar Dewantara juga bentuk dari kejayaan dari masyarakat yang
mampu mengatasi kesulitan-kesulitan serta menjadi awal dari munculnya tata
tertib di masyarakat.
4. Koentjaraningrat
Kebudayaan merupakan keseluruhan dari perilaku makhluk seperti manusia
serta hasil yang dapat diperoleh makhluk tersebut melalui berbagai macam
proses belajar serta tersusun dengan sistematis dalam kehidupan
bermasyarakat.
5. Parsudi Suparlan
Kebudayaan didefinisikan sebagai pengetahuan manusia sebagai ciri makhluk
sosial yang dapat digunakan untuk dapat memahami dan menginterpretasikan
berbagai hal di lingkungan, sehingga menciptakan sebuah pengalaman.
Menurut Parsudi Suparlan, kebudayaan juga merupakan sebuah landasan serta
acuan seseorang dalam bertingkah laku.
6. Harjoso
Harjoso mendefinisikan kebudayaan dalam tujuh poin penting, sebagai berikut:
a) Kebudayaan yang dimiliki oleh setiap berbeda dengan daerah lainnya.
b) Kebudayaan telah hadir sejak dahulu kala, serta dipertahankan dengan
cara diajarkan secara turun temurun kepada generasi berikutnya.
c) Kebudayaan memiliki beberapa komponen di dalamnya yang terdiri
dari sosiologis, biologis serta psikologis keberadaan manusia di
berbagai daerah.
d) Kebudayaan dapat disebut sebagai kebudayaan melalui cara serta
ketentuan tertentu.
e) Kebudayaan memiliki beberapa aspek biologis di dalamnya.
f) Kebudayaan bersifat dinamis.
g) Selain bersifat dinamis, kebudayaan juga bersifat relatif serta berbeda-
beda dari masyarakat yang satu ke masyarakat lainnya.
B. Rumusan Masalah
1. Sejarah Awirarangan
2. Kapan diadakanya Sabumi?
3. Bagaimana pelaksanaan tradisi Sabumi
4. Mengapa diadakanya Sabumi?
C. Tujuan
1. Untuk mengetahui Sejarah Awirarangan.
2. Untuk mengetahui budaya wilayah Awirarangan
3. Untuk mengetahui kapan dan apa saja yang di lakukan saat melaksanakan
Sabumi
D. Manfaat
1. Untuk menjadi ajang silaturahmi antar warga wilayah Awirarangan
2. Untuk mengetahui apa itu Upacara Tradisional Babarit
BAB II
PEMBAHASAN
4
5
Sabumi, acara yang kerap digelar di tempat terbuka, terutama menjelang senja
dan menjelang maghrib, menghadirkan suatu pengalaman yang unik. Acara
dimulai dengan sesi mendengarkan pembicara yang memberikan wawasan dan
motivasi kepada peserta, menciptakan suasana yang penuh refleksi dan introspeksi.
Setelah mendengarkan, atmosfer acara bergeser menuju ke nuansa spiritual dengan
dilaksanakannya sesi doa bersama di bawah langit yang mulai menggelap. Momen
doa ini menjadi titik puncak keheningan, di mana peserta saling bersatu dalam
kekhusyukan. Sore yang semakin merangkak ke dalam malam membawa nuansa
yang tenang dan mendalam dalam berdoa.
Usai sesi doa, acara berlanjut dengan makan bersama di luar ruangan. Suasana
alam terbuka menambah kesan hangat dan akrab di antara warga. Hidangan lezat
yang disajikan menjadi kesempatan untuk melanjutkan percakapan dan saling
mengenal lebih dalam.. Suara tawa, obrolan hangat, dan kebersamaan menciptakan
ikatan yang erat di antara warga, dan membawa nuansa kekeluargaan.
Acara Sabumi diadakan sebagai ungkapan syukur atas hasil bumi yang
melimpah, di mana masyarakat berkumpul untuk merayakan keberkahan yang
diberikan oleh alam. Melalui makan bersama, mereka tidak hanya berbagi nikmat
makanan yang diperoleh dari hasil pertanian dan perikanan, tetapi juga mempererat
ikatan sosial antaranggota masyarakat. Acara ini menjadi wadah untuk
meningkatkan rasa solidaritas dan kebersamaan, menciptakan atmosfer keakraban
yang hangat.
Selain itu, momen ini juga dimanfaatkan untuk berdoa bersama sebagai bentuk
penghormatan dan ungkapan terima kasih kepada Tuhan atas segala berkah yang
diterima. Dengan demikian, Sabumi tidak hanya menjadi ajang merayakan hasil
bumi, tetapi juga sebuah ritual yang memperkuat hubungan sosial dan spiritual
dalam komunitas.
BAB III PENUTUP
A. Kesimpulan