Makalah ini disusun guna memenuhi tugas mata kuliah Tradisi Lisan
Disusun oleh:
YOGYAKARTA
2022
KATA PENGANTAR
Dengan menyebut nama Allah swt. Yang Maha Pengasih lagi Maha
Penyayang, kami panjatkan puja dan puji syukur atas kehadiran-Nya yang telah
melimpahkan rahmat serta hidayah-Nya, sehingga kami dapat menyelesaikan
pembuatan makalah dengan judul “Kepercayaan Rakyat Terhadap Tradisi
Dekahan Di Desa Sungelebak, Karanggeneng, Lamongan”.
Makalah ini telah kami susun semaksimal mungkin serta telah mendapat
bantuan dari berbagai pihak yang berguna untuk kelancaran pembuatan makalah.
Untuk itu, kami sampaikan banyak terima kasih pada semua pihak yang telah
berkontribusi baik secara langsung ataupun tidak langsung dalam pembuatan
makalah kami.
Penyusun
i
DAFTAR ISI
LAMPIRAN .............................................................................................................. 10
BAB I
PENDAHULUAN
A. Latar Belakang
Masyarakat Jawa dengan budaya dan bahasa Jawa termasuk salah satu
suku bangsa yang memiliki keunikan. Keunikan ini dapat diamati dari cara
berbahasanya. Setiap penutur berkomunikasi dan menyampaikan ide-ide atau
gagasan dengan caranya sendiri, yang tidak bisa disamakan dengan penutur
bahasa lainnya. Kebudayaan yang dimiliki ada yang tertuang dalam bentuk lisan
ataupun tulis.
Folklore berasal dari bahasa Inggris folklore, yang berasal dari dua kata
yaitu folk dan lore. Folk sama artinya dengan kata kolektif (collectivity),
sedangkan lore adalah tradisi, folk yaitu kebudayaan. Menurut Danandjaja Foklor
adalah sebagian kebudayaan suatu kolektif, yang tersebar dan diwariskan turun-
temurun, diantara kolektif macam apa saja, secara tradisional dalam versi yang
berbeda, baik dalam bentuk lisan maupun contoh yang disertai gerak isyarat atau
alat pembantu pengingat.1
Folklor dikategorikan ke dalam tiga bentuk, yaitu folklor lisan, folklor
setengah lisan, dan bukan lisan. Keseluruhan jenis tersebut memiliki kegunaan
yang sangat penting dalam kehidupan manusia. Pertama, folklor lisan adalah
bentuknya memang murni lisan. Bentuk-bentuk yang termasuk ke dalam
kelompok besar ini antara lain: (1) bahasa rakyat (folkspeech) seperti logat,
julukan, pangkat tradisional, dan titel kebangsawan; (2) ungkapan tradisional,
seperti pepatah, pribahasa, dan pameo; (3) pertanyaan tradisional, seperti teka-
teki; (4) puisi rakyat, seperti pantun, gurindam dan syair; (5) cerita prosa rakyat,
seperti legenda dan dongeng; dan (6) nyanyian rakyat. Kedua, folklor sebagian
lisan adalah folklor yang bentuknya merupakan campuran unsur lisan dan unsur
bukan lisan. Misalnya kepercayaan rakyat yang seringkali disebut takhayul, terdiri
dari pernyataan yang bersifat lisan yang ditambah dengan gerak isyarat yang
dianggap mempunyai makna gaib.Bentuk-bentul folklor yang tergolong ke dalam
kelompok ini, selain kepercayaan rakyat adalah permainan rakyat, teater rakyat,
1
Danandjaja. “Folklor Indonesia: Ilmu Gosip, Dongeng, dan lain-lain”. (Jakarta: Pustaka
Utama Grafiti,1991), hlm. 2.
1
tari rakyat, adat istiadat, upacara, pesta rakyat, dan lain-lain. Ketiga, folklor bukan
lisan adalah folklor yang bentuknya bukan lisan, walaupun cara pembuatannya
diajarkan secara lisan. Folklor ini dapat dibagi menjadi dua bagian, seperti
material dan bukan material. Bentuk folklor yang tergolong ke dalam yang
material antara lain: arsitektur rakyat (bentuk rumah asli derah, bentuk lumbung
padi, dan sebagainya), kerajinan rakyat: pakaian adat, makanan dan minuman
rakyat, dan obat-obatan tradisional.2
Kepercayaan rakyat yang sering disebut takhyul adalah kepercayaan oleh
orang yang berpendidikan Barat dianggap sederhana tidak berdasarkan logika
sehingga secara ilmiah tidak dapat dipertanggungjawabkan. Takhyul mencakup
bukan saja kepercayaan (belief), melainkan juga kelakuan (behavior),
pengalaman-pengalaman (experiences), ada kalanya juga alat, dan biasanya juga
ungkapan serta sajak.3
Folklor sebagian lisan adalah folklor yang bentuknya merupakan
gabungan unsur lisan dan unsur bukan lisan. Ungkapan kepercayaan rakyat dapat
digolongkan kedalam salah satu jenis folklor sebagian lisan yang tumbuh dan
berkembang di daerah-daerah, termasuk di Desa Sungelebak Karanggeneng
Lamongan. Ritual kepercayaan rakyat dalam tradisi dekahan (sedekah bumi) ini
disebabkan karena kepercayaan rakyat itu terdiri dari pernyataan lisan ditambah
dengan gerak-gerik isyarat yang dianggap makna magic.
B. Rumusan Masalah
1. Bagaimna asal usul tradisi Dekahan yang ada di Desa Sungelebak
Karanggeneng Lamongan?
2. Apa Makna tradisi Dekahan bagi masyarakat sekitarnya?
3. Mengapa tradisi Dekahan masih dilakukan dan tetap dilestarikan?
C. Tujuan Penulisan
1. Untuk mengetahui asal usul tradisi di Desa Sungelebak Karanggeneng
Lamongan.
2. Untuk menjelaskan makna dari tradisi Dekahan bagi masyarakat
sekitarnya.
3. Untuk mengetahui alasan masyarakat masih melestarikan tradisi Dekahan.
2
Ibid,.,hlm. 21.
3
Ibid,.,hlm. 53.
2
BAB II
KEPERCAYAAN RAKYAT TERHADAP TRADISI DEKAHAN DI
DESA SUNGELEBAK, KARANGGENENG, LAMONGAN
4
Wahyana Giri, Sajen dan Ritual Orang Jawa, (Jakarta: PT Suka Buku, 2010), hlm. 34.
5
W.J.S. Poerwadarminta, Kamus Umum Bahasa Indonesia, (Jakarta:Balai Pustaka,
1985), hlm. 109.
3
bagi masyarakat Jawa juga tidak terlepas dari hal-hal yang berkaitan dengan
kepercayaan dan mitos-mitos yang berkembang. Dalam masyarakat yang
mempunyai cara berfikir sederhana, kekuatan diluar kemampuan manusia dapat
diartikan sebagi kekuatan roh nenek moyang pendiri desa (dhanyang), roh leluhur
yang dianggap masih memberikan perlindungan kepada keturunannya. Sama
halnya dengan tradisi Dekahan yang juga menyelipkan banyak mitos didalamnya,
seperti jika tidak dilakukan akan terdapat mala petaka dari dhanyang desa.
Kecenderungan tradisi (etos) terlihat disini sementara pandangan dunia terlihat
dari representasi dari figure-figure dalam ritual itu. Lebih dari itu, nilai-nilai
dalam ritual itu dituangkan ke dalam kehidupan masyarakat sehari-hari.6
Ritual Dekahan merupakan salah satu ritual yang masih dilaksanakan oleh
masyarakat Jawa, salah satunya di Desa Sungelebak. Sungelebak merupakan salah
satu desa yang berada di Kecamatan Karanggeneng Kabupaten Lamongan. Jarak
dengan Ibu Kota Kecamatan terdekat adalah 7 km, dengan lama tempuh ke Ibu
Kota Kecamatan terdekat adalah 15 menit. Sedangkan jarak ke Ibu Kota
Kabupaten adalah 18 km, dengan lama tempuh ke Ibu Kota Kabupaten adalah 35
menit. secara geografis memiliki luas wilayah 275 hektar. Secara geografis
wilayah Desa Sungelebak adalah agraris, sehingga sebagian hidupnya adalah
mayoritas bekerja sebagai petani, tetapi ada juga yang bekerja sebagai pedagang
dan wiraswasta. Desa sungelebak terletak di sekitar tambak, dan tempat
penggilingan padi. 7
6
Maria Augristina, “Makana Tradisi Dekahan Bagi Masyarakat Desa Pakel” diakses di
https://www.neliti.com/id/publications/13691/makna-tradisi-dekahan-bagi-masyarakat-desa-pakel-
studi-fenomenologi-tentang-alas pada tanggal 27 February 2022 pukul. 13.00 WIB
7
Hikmah Azizah Ayunita, “ Peningkatan Akhlak Jamaah Ngaji Belajar Urip Malalui
Wirid Di Desa Sungelebak Karangeneng Lamongan” Skripsi Fakultas Ilmu Ushuluddin dan
Filsafat, Universitas Negri Sunan Ampel Surabaya, Surabaya, 2015, hlm. 36.
4
Menurut kepercayaan masyarakat Desa Sungelebak, Kecamatan
Karanggeneng, Kabupaten Lamongan, hal ini adalah sebagai simbol
penghormatan manusia terhadap Tuhan. Sebagai salah satu bentuk rasa syukur
terhadap Tuhan atas hasil panen yang telah diberikan. Ritual Dekahan ini
dilakukan oleh masyarakat yang mayoritas agraris setelah menuai panen raya.
Biasanya tradisi Dekahan ini dilakukan oleh orang-orang yang mata
pencahariannya bercocok tanam, hal ini dilakukan karena orang-orang bersyukur
selama mereka bercocok tanam tidak terjadi longsor dan banjir.8
8
Raharjo, Pengantar Sosiologi Pedesaan dan Pertanian, (Yogyakarta: Gadjah Mada
University Press, 1999), hlm. 123.
9
Muhdofir “Tradisi Dekahan” diakses di
http://muslimlokal.blogspot.com/2014/02/tradisi-dekahan.html pada tanggal 26 February 2022
pukul 15.00 WIB.
5
Bumi yang kerap kali disebut dekahan. Dekahan pada ummunya diadakan pasca
panen. Dekahan juga bisa disebut dengan pesta panen rakyat, karena pada
kegiatan ini para warga desa sungelebak beramai-ramai membawa hasil panen dan
aneka jajanan daerah untuk dibawa ke Makam Umum desa dimana tempat
tersebut dianggap sakral oleh mereka.
Menurut salah satu warga desa yakni Pak Zainali, yang menjabat sebagai
salah satu pemerintah desa mengatakan bahwa Dekahan masih menjadi budaya
eksis dan dilaksanakan dengan hangat oleh masyarakat desa Sungelebak sampai
saat ini, namun mengalami akulturasi yang menjadikan budaya Dekahan tersebut
lebih diterima oleh masyarakat setempat. Dulu, sedekah bumi di Desa Sungelebak
masih identik dengan kegiatan yang mengkonstruk dari ajaran Hindu. Tidak ada
ritual doa bersama untuk mendoakan para leluhur yang sudah mendahului. Acara
dilakukan dengan sesajen yang ditujukan untuk para leluhur desa. Terdapat
pagelaran wayang kulit sebagai hiburan, dan pada saat pagelaran ini berlangsung
para warga berjoget-joget dan pesta minuman keras, dengan rangkaian kegiatan
seperti itu menjadikan budaya tersebut tidak diterima oleh sebagian masyarakat
dalam maupun luar desa. 10
Lain dulu, lain sekarang. Pada saat ini sedekah bumi sudah berganti
menjadi upacara yang bernafaskan Islam. Hal ini sesuai dengan prinsip ajaran
Islam Ahlus Sunnah wal Jama'ah, yaitu: "Melestarikan nilai-nilai lama yang baik,
dan mengambil nilai baru yang lebih baik." Dekahan disana sebagai representasi
dari rasa syukur masyarakat karena hasil panen yang melimpah. Dengan Dekahan
ini masyarakat mempunyai kepercayaan bahwa hasil panen akan terus meningkat
serta masyarakat hidup rukun dan damai. Acara Dekahan ini biasanya dilakukan
setelah panen raya yang biasanya jatuh pada bulan suro selama sehari semalam.
Namun setiap daerah mempunyai ciri khas kegiatan masing-masing dalam
menyambut dan melaksanakan acara ini.
Saat ini acara dilaksanakan di halaman makam umum desa dengan
rangkaian seremonial yang dihadiri masyarakat dalam maupun luar desa,
masyarakat ramai-ramai membawa makanan, minuman, serta jajanan ke lokasi.
10
Wawancara dengan Bapak Zaelani, Warga Desa Sungelebak Kec. Karanggeneng Kab.
Lamongan, pada tanggal 26 february 2022
6
Biasanya acara dimulai dengan menggelar tahlilan dan kirim doa bersama yang
dipimpin oleh tokoh masyarakat setempat untuk para tokoh masyarakat, para
Kyai, para keluarga, kerabat, serta masyarakat yang telah pergi mendahului.
Kemudian berlanjut dengan ceramah dan membagi serta memakan makanan yang
telah dibawa. Acara ini ditutup pagi hari dengan adanya udik-udikan. Udik-udikan
adalah membagikan uang dengan cara dilempar. Uang yang disebar pun
bermacam-macam, ada uang koin dan uang kertas mulai dari seribu hingga
sepuluh ribu.11
Ada beberapa alasan yang diungkapkan oleh informan kenapa tradisi
Dekahan masih dilestariikan hingga sekarang, yaitu: (1) Masyarakat desa
memiliki tujuan untuk mendapatkan keselamatan atas apa yang mereka miliki dan
mereka dapatkan kepada Tuhan Yang Maha Esa dan sekaligus sebagai selamatan
desa. (2) Sebagai tempat berkumpul warga untuk mengungkapan rasa syukur atas
hasil panen yang diperoleh warga masyarakat. Karena hampir sebagian besar
masyarakat desa Sungelebak bermata pencaharian sebagai petani. Maka, salah
satu hal yang penting untuk dilakukan adalah dengan menyelenggarakan tradisi
Dekahan. Bagi warga masyarakat desa Sungelebak melaksanakan tradisi Dekahan
adalah salah satu moment dimana masyarakat bersama-sama berdoa dan
bersyukur atas hasil panen yang mereka peroleh. (3) Menjaga adat istiadat dan
tradisi lokal sebagai warisan nenek moyang. Karena tradisi Dekahan sudah ada
sejak zaman nenek moyang terdahulu, maka masyarakat merasa berkewajiban
untuk melaksanakan dan menjaga tradisi itu supaya tidak hilang. Tradisi Dekahan
merupakan tradisi yang sudah diwariskan oleh para orang tua sebelumnya. (4)
Menjaga kerukunan antar sesama warga masyarakat (5) Kepercayaan masyarakat
terhadap mitos.12
11
Wawancara dengan Ibu Mufridahk, Warga Desa Sungelebak Kec. Karanggeneng Kab.
Lamongan, pada tanggal 26 february 2022
12
Wawancara dengan Bapak Zaelani, Warga Desa Sungelebak Kec. Karanggeneng Kab.
Lamongan, pada tanggal 26 february 2022
7
BAB III
KESIMPULAN
Tradisi Dekahan merupakan sebuah realitas sosial yang telah ada sejak
dahulu yang merupakan wujud warisan budaya leluhur yang hingga kini masih
bertahan dan dilestarikan. Melalui realitas itu, kemudian muncul kepercayaan
bahwa tradisi Dekahan merupakan tradisi yang harus terus dilakukan demi
menjaga kearifan lokal budaya masyarakat desa. Keyakinan itu muncul karena
adanya pemikiran dan pengetahuan yang diperoleh melalui adat dan tradisi yang
berkembang di masyarakat. Setiap generasi baru yang muncul akan memiliki
sebuah konstruksi tersendiri atas pemeikiran mereka terhadap tradisi yang mereka
lakukan.
Akulturasi dari budaya Hindu dan Islam yang menjadikan budaya
Dekahan tersebut lebih diterima oleh masyarakat setempat. Sampai kini, tradisi
Dekahan masih menjadi budaya eksis dan dilaksanakan dengan hangat oleh
masyarakat desa Sungelebak yang dipercaya akan mendatangkan kebaikan bagi
masyarakat dan dipercaya bahwa bumi yang ditempati akan aman dan tidak terjadi
bencana, Apabila “diselameti”.
8
DAFTAR PUSTAKA
A. Buku
Danandjaja, James. 1991. Folklor Indonesia: Ilmu Gosip, Dongeng, dan lainlain.
Jakarta: Pustaka Utama Grafiti.
Giri, Wahyana.2010. Sajen dan Ritual Orang Jawa. Jakarta: PT Suka Buku.
Raharjo. 1999. Pengantar Sosiologi Pedesaan dan Pertanian. Yogyakarta: Gadjah
Mada University Press.
W.J.S. Poerwadarminta. (1985). Kamus Umum Bahasa Indonesia. Jakarta:Balai
Pustaka.
B. Skirpsi
Azizah Ayunita Hikmah, 2015. “ Peningkatan Akhlak Jamaah Ngaji Belajar Urip
Malalui Wirid Di Desa Sungelebak Karangeneng Lamongan”. Skripsi.
Surabya: Fakultas Ilmu Ushuluddin dan Filsafat, Universitas Negri Sunan
Ampel.
C. Jurnal
Maria Augristina. 2014. “Makana Tradisi Dekahan Bagi Masyarakat Desa
Pakel”diakses di https://www.neliti.com/id/publications/13691/makna-tradisi-
dekahan-bagi-masyarakat-desa-pakel-studi-fenomenologi-tentang-alas pada
tanggal 27 February 2022 pukul. 13.00 WIB
D. Internet
Muhdofir. 2014. “Tradisi Dekahan” diakses di
http://muslimlokal.blogspot.com/2014/02/tradisi-dekahan.html pada
tanggal 26 February 2022 pukul 15.00 WIB.
9
LAMPIRAN
Daftar Narasumber
No Narasumber Asal Keterangan
1 Zaelani Sungelebak Aparatur Desa
2 Mufridahk Sungelebak Warga desa
10