Anda di halaman 1dari 15

MAKALAH

ILMU SOSIAL DAN BUDAYA DASAR

MANUSIA DAN KEBUDAYAAN

Disusun oleh:

Kelompok 1

Radhiyatul Aisyah (105131118923)


Purnamasari (105131119733)
Dian Indra Aulia (105131120623)
Nur Farahdila Fandi (105131121523
Salmayana (105131122223)

PROGRAM STUDI FARMASI


FAKULTAS KEDOKTERAN DAN ILMU KESEHATAN
UNIVERSITAS MUHAMMADIYAH
MAKASSAR

2024
KATA PENGANTAR

Alhamdulillah, puji syukur kami hantarkan kepada Allah SWT, Tuhan


yang maha Esa, karena atas berkat rahmat, hidayah dan izin-Nyalah, maka kami
dapat menyelesaikan makalah ini dengan baik. Tak lupa pula, shalawat serta
salam kepada junjungan Nabi Muhammad S.A.W karena telah membawa umatnya
dari zaman jahiliyah ke zaman yang bergelimangan pengetauan seperti saat ini.
Makalah yang berjudul “MANUSIA DAN KEBUDAYAAN” ini disusun
oleh kami sebagai pemenuhan tugas dalam mata kuliah Ilmu Sosial dan Budaya
Dasar. Penulis mengucapkan terima kasih kepada Bapak Hadisaputra, S.Pd., M.Si.
yang merupakan dosen pada mata kuliah ini atas ilmu yang telah diberikan kepada
kami.
Kami berharap semoga makalah ini dapat memberikan kontribusi yang
nyata terhadap ruang lingkup manusia dan kebudayaan, salah satunya digunakan
sebagai referensi tambahan kepada pembaca. Di sisi lain, kami juga menyadari
bahwa makalah ini masih memiliki banyak kekurangan dan keterbatasan. Oleh
karena itu kami mengharapkan kritik dan saran demi pengembangan dan
perbaikan di masa depan.

Penulis

Kelompok 1

ii
DAFTAR ISI
Hal
SAMPUL...............................................................................................................i
KATA PENGANTAR...........................................................................................ii
DAFTAR ISI.........................................................................................................iii
BAB I PENDAHULUAN.....................................................................................1
1.1 Latar Belakang.........................................................................................1
1.2 Rumusan Masalah....................................................................................2
1.3 Tujuan Makalah........................................................................................2
BAB II PEMBAHASAN.......................................................................................3
2.1 Hubungan Manusia Dengan Kebudayaan................................................3
2.2 Kepercayaan Masyarakat Tentang Budaya Toraja Ma’nene...................4
2.3 Budaya Toraja Ma’nene Masih Bertahan Hingga Saat Ini.......................7
2.4 Keterkaitan Antara Manusia dan Kebudayaan Mengenai Tradisi
Pemakaman Ma’nene Suku Toraja.................................................................9
BAB III PENUTUP...............................................................................................10
3.1 Kesimpulan...............................................................................................10
3.2 Saran.........................................................................................................10
DAFTAR PUSTAKA............................................................................................11

iii
BAB I

PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang


Indonesia adalah negara yang terdapat banyak potensi dalam
berkembangnya pluralitas budaya, ras, suku dan agama dalam masyarakat. Selain
itu bangsa Indonesia memiliki identik dengan berbagai macam suku bangsa, adat
istiadat, tradisi, bahasa dan agamanya yang dapat dipandang sebagai perwujudan
suatu kebu- dayaan.
Tana Toraja merupakan salah satu Kabupaten yang terletak di Sulawesi
Selatan yang masih berpegang erat pada adat istiadat dan terkenal dengan
budayanya yang unik. Masyarakat Toraja masih tetap mempertahankan adat
istiadat dan budaya warisan nenek moyangnya hingga zaman modern seperti
sekarang ini. Bagi masyarakat Toraja, riwayat panjang leluhur mereka harus
dijaga dengan menghormati mereka yang sudah meninggal. Upacara kematian
untuk menghormati jenaza keluarga atau tetua adat.
Tradisi unik yang ada di Tana Toraja adalah Ma’Nene. Dalam bahas
Bugis, Toraja diartikan sebagai seseorang yang berdiam diri di pegunungan atau
dataran tinggi. Namun, masyarakat Toraja lebih suka disebut Maraya, artinya
keturunan bangsawan bernama Sawerigading. Tradisi Ma’Nene menjadi warisan
leluhur yang masih bertahan hingga saat ini meskipun sudah banyak yang
menganut agama samawi. Kesetiaan masyarakat Toraja terhadap amanah
leluhurnya melekat kuat dalam jiwa setiap insan. Terdapat kepercayaan bahwa
jika warga suku melanggar ketentuan adat yang diwariskan maka akan
mendatangkan musibah yang bisa melanda seisi desa, seperti gagal panen atau
wabah penyakit.
Suku Toraja memegang teguh doktrin bahwa hidup manusia adalah untuk
mati, menuju alam keabadian. Guna mencapai ketentraman di Puya, setiap mayat
harus melakukan pembersihan diri sebagai penebus dosa. Untuk itu, setiap mayat
yang akan dikuburkan, mungkin diberi bekal sebanyak-banyaknya sesuai dengan
kemampuan keluarga. Bekal yang dimaksud ialah roh sejumlah hewan yang akan
dikurbankan saat ritual pemakaman dilaksanakan.

iv
Dalam Aluk Todolo tradisi Ma’Nene masih masuk dalam rangkaian
upacara Rambu Solo’ialah upacara membawa kurban babi atau kerbau yang
bertempat di pekuburan. Waktu pelaksanaan upacara Ma’Nene ini harus di-
lakukan setelah musim panen selesai karena menurut pesan nenek moyang, dewa
tanaman akan datang dan merusak semua tanaman jika masyarakat Toraja tidak
melakukan syukuran atas keberhasilan panen setiap tahunnya.
Adat sebagai tata tertib masyarakat perlu dipelihara karena tiap-tiap daerah
mempunyai adat- nya sendiri. Dalam agama Kristen upacara Ma’Nene yang
dilakukan tidaklah seperti upacara Ma’Nene yang dilakukan dalam Aluk Todolo,
akan tetapi dalam pelaksananya masih mengikuti tata cara yang diizinkan dalam
agama Kristen. Sebagaimana yang dilihat pada sekarang ini bahwa yang melak-
sanakan upacara Ma’Nene ialah orang-orang yang beragama Aluk Todolo, namun
yang menghadiri- nya adalah sebagian besar orang- orang yang memeluk agama
Kristen
1.2 Rumusan Masalah
1. Apa hubungan manusia dengan kebudayaan?
2. Bagaimana kepercayaan masyarakat tentang budaya toraja ma’nene?
3. Mengapa budaya toraja ma’nene masi bertahan sampai sekarang ?
4. Bagaimana keterkaitan manusia dan kebudayaan tentang tradisi
pemakaman ma’nene toraja?
1.3 Tujuan
1. Untuk mengetahui apa hubungan manusia dengan kebudayaan
2. Untuk mengetahui bagaimana kepercayaan masyarakat tentang budaya
toraja ma’nene
3. Untuk mengetahui mengapa budaya toraja ma’nene masi bertahan sampai
sekarang
4. Untuk mengetahui bagaimana keterkaitan manusia dan kebudyaan tentang
tradisi pemakaman ma’nene toraja

v
BAB II
PEMBAHASAN

2.1 Hubungan Manusia Dengan Kebudayaan

Manusia dan kebudayaan merupakan salah satu ikatan yang tak bisa
dipisahkan dalam kehidupan ini. Manusia sebagai makhluk Tuhan yang paling
sempurna menciptakan kebudayaan mereka sendiri dan melestarikannya secara
turun menurun. Budaya tercipta dari kegiatan sehari hari dan juga dari kejadian-
kejadian yang sudah diatur oleh Yang Maha Kuasa. Selain itu manusia merupakan
makhluk sosial yang berinteraksi satu sama lain dan melakukan suatu kebiasaan-
kebiasaan tertentu yang pada akhirnya menjadi budaya yang biasa mereka
lakukan. Kebudayaan adalah produk manusia, namun manusia itu sendiri adalah
produk kebudayaan.
Hubungan antara manusia dan kebudayaan sangat kompleks dan
fundamental dalam kehidupan manusia. Kebudayaan mencakup semua aspek
kehidupan manusia yang bersifat non-biologis, termasuk nilai, keyakinan, tradisi,
bahasa, seni, dan institusi sosial. Hubungan ini membentuk landasan yang kuat
bagi identitas individu dan kolektif manusia.
Pertama-tama, manusia adalah makhluk sosial yang secara alami terlibat
dalam interaksi dengan sesama manusia. Kebudayaan memberikan kerangka bagi
interaksi ini dengan memberikan norma-norma sosial, aturan, dan nilai-nilai yang
mengatur perilaku manusia dalam masyarakat. Misalnya, bahasa adalah bagian
penting dari kebudayaan yang memungkinkan komunikasi dan pertukaran ide
antarindividu.
Selain itu, kebudayaan memainkan peran kunci dalam pembentukan
identitas individu. Manusia membangun identitas mereka melalui identifikasi
dengan nilai-nilai, tradisi, dan simbol-simbol budaya tertentu. Sebagai contoh,
seseorang yang mengidentifikasi dirinya sebagai anggota suatu kelompok etnis
mungkin memperkuat identitasnya dengan merayakan tradisi kultural kelompok
tersebut.
Kebudayaan juga merupakan cara bagi manusia untuk mengekspresikan
diri. Melalui seni, sastra, musik, dan bentuk-bentuk ekspresi kreatif lainnya,

vi
manusia dapat memanifestasikan gagasan, emosi, dan pengalaman mereka.
Ekspresi kultural ini tidak hanya menghasilkan karya seni yang indah, tetapi juga
memungkinkan manusia untuk memahami diri mereka sendiri dan dunia di sekitar
mereka.
Selanjutnya, kebudayaan memainkan peran penting dalam evolusi
manusia. Manusia tidak hanya menyesuaikan diri dengan lingkungan fisik
mereka, tetapi juga dengan lingkungan budaya mereka. Proses belajar budaya,
yang meliputi pengetahuan, keterampilan, dan nilai-nilai yang ditransmisikan dari
satu generasi ke generasi berikutnya, memungkinkan manusia untuk berkembang
dan beradaptasi dengan perubahan lingkungan dan sosial.
Dengan kata lain, Manusia dan kebudayaan merupakan salah satu ikatan
yang tak bisa dipisahkan dalam kehidupan ini. Manusia sebagai makhluk Tuhan
yang paling sempurna menciptakan kebudayaan mereka sendiri dan
melestarikannya secara turun menurun. Budaya tercipta dari kegiatan sehari hari
dan juga dari kejadian-kejadian yang sudah diatur oleh Yang Maha Kuasa. Selain
itu manusia merupakan makhluk sosial yang berinteraksi satu sama lain dan
melakukan suatu kebiasaan-kebiasaan tertentu yang pada akhirnya menjadi
budaya yang biasa mereka lakukan. Kebudayaan adalah produk manusia, namun
manusia itu sendiri adalah produk kebudayaan.

2.2 Kepercayaan Masyarakat Tentang Budaya Toraja Ma’nene

Kebudayaan adalah serangkaian pemahaman dan kesadaran yang sedang


dikonstruksi yang dipakai anggota-anggota masyarakat untuk menginterpretasi
dunia sekelilingnya. Semacam alat atau serangkaian skenario yang anggota
anggota masyarakat pakai untuk melaksanakan kehidupan sehari-harinya.
Setiap kebudayaan bersifat kompleks. Kompleksitas kebudayaan dapat
dilihat dalam hal-hal berikut ini. Setiap kebudayaan terdiri atas lapisan lapisan
yang dibedakan ke dalam tiga sistem yang saling berhubungan yaitu sistem
pengetahuan dan kepercayaan, sistem nilai dan sistem makna, serta sistem
perilaku sebagai perwujudan pengetahuan dan nilai. Sistem pengetahuan dan
kepercayaan mengarahkan seseorang bagaimana memandang, dunia hidupnya dan

vii
memaknainya. Misalnya apakah dunia sekedar materi atau dunia idea, tempat
tinggal sementara atau hunian tetap yang perlu dikelola
Kebudayaan Toraja menduduki posisi strategis baik di Indonesia maupun
di dunia karena ia mengandung sejumlah kearifan lokal yang menjadi modal
bangsa dan nilai-nilai universal yang dapat diklaim dunia sebagai miliknya.
Makalah ini akan membahas budaya Toraja dalam perspektif antropologi dimana :
a. Sistem pengetahuan dan kepercayaan tentang kebudayaan Toraja tallu lolona.
b. Perubahan-perubahan kebudayaan Toraja karena arus globalisasi, dan
c. Pengelolaan budaya Toraja.
Kebudayaan Toraja telah mengalami perubahan kebudayaan yang drastis.
Sejak dahulu kita sudah hidup di kampung global, karena itu kita memiliki dua
tipe warisan budaya yang saling pengaruh. Yang pertama adalah warisan budaya
nenek moyang Toraja dan tiap kelompok etnis di Indonesia yang ratusan
jumlahnya. Yang kedua adalah warisan budaya dunia yang mengglobal. Salah
satu contoh kebudayaan dan tradisi masyarakat toraja yang sampai sekarang
masih di terapkan yaitu tradisi ma’nene.
Tradisi unik yang ada di Tana Toraja adalah Ma'Nene. Dalam bahas
Bugis, Toraja diartikan sebagai seseorang yang berdiam diri di pegunungan atau
dataran tinggi. Namun, masyarakat Toraja lebih suka disebut Maraya, artinya
keturunan bangsawan bernama Sawerigading. Tradisi Ma'Nene menjadi warisan
leluhur yang masih bertahan hingga saat ini meskipun sudah banyak yang
menganut agama samawi. Kesetiaan masyarakat Toraja terhadap amanah
leluhurnya melekat kuat dalam jiwa setiap insan. Terdapat kepercayaan bahwa
jika warga suku melanggar ketentuan adat yang diwariskan maka akan
mendatangkan musibah yang bisa melanda seisi desa, seperti gagal panen atau
wabah penyakit.
Ma'nene merupakan salah satu tradisi suku Toraja, yakni ritual
membersihkan mumi leluhur yang telah berusia puluhan hingga ratusan tahun.
Rupanya terdapat cerita rakyat yang diyakini sebagai awal dilakukannya tradisi ini
oleh orang suku Toraja terdahulu.

viii
Tradisi ritual Ma'nene merupakan salah satu tradisi warisan nenek moyang
Suku Toraja yang hingga kini masih dilestarikan. Konon, tradisi ini diturunkan
dari kisah seorang pemburu Toraja bernama Pong Rumase.
Tradisi unik yang ada di Tana Toraja Ma'Nene. Dalam bahas Bugis,
Toraja diartikan sebagai seseorang yang berdiam diri di pegunungan atau dataran
tinggi. Namun, masyarakat Toraja lebih suka disebut Maraya, artinya keturunan
bangsawan bernama Sawerigading. Tradisi Ma'Nene menjadi warisan leluhur
yang masih bertahan hingga saat ini meskipun sudah banyak yang menganut
agama samawi. Kesetiaan masyarakat Toraja terhadap amanah leluhurnya melekat
kuat dalam jiwa setiap insan. Terdapat kepercayaan bahwa jika warga suku
melanggar ketentuan adat yang diwariskan maka akan mendatangkan musibah
yang bisa melanda seisi desa, seperti gagal panen atau wabah penyakit.
Suku Toraja memegang teguh doktrin bahwa hidup manusia adalah untuk
mati, menuju alam keabadian. Guna mencapai ketentraman di Puya, setiap mayat
harus melakukan pembersihan diri sebagai penebus dosa. Untuk itu, setiap mayat
yang akan dikuburkan, mungkin diberi bekal sebanyak-banyaknya sesuai dengan
kemampuan keluarga. Bekal yang dimaksud ialah roh sejumlah hewan yang akan
dikurbankan saat ritual pemakaman dilaksanakan.
Dalam Aluk Todolo tradisi Ma'Nene masih masuk dalam rangkaian
upacara Rambu Solo' ialah upacara membawa kurban babi atau kerbau yang
bertempat di pekuburan. Waktu pelaksanaan upacara Ma'Nene ini harus dilakukan
setelah musim panen selesai karena menurut pesan nenek moyang, dewa tanaman
akan datang dan merusak semua tanaman jika masyarakat Toraja tidak melakukan
syukuran atas keberhasilan panen setiap tahunnya.
Tetapi jika upacara pema- kamannya sederhana maka acara di pekuburan
hanya memotong babi dan kuburan tidak boleh dibuka. Pada waktu acara
Ma'Nene diadakan pula acara permainan kaki atau sisemba. Namun, saat padi
belum dipetik serta saat benih dihambur pantangan sekali mengunjungi kuburan
kecuali jika ada orang yang meninggal dikuburkan.
Akan tetapi, pada zaman modern ini upacara ini tidak lagi termasuk dalam
rangkaian upacara Rambu Solo, tetapi lebih hanya upacara ritual yang harus dilak-
sanakan setiap sesudah panen padi tepatnya pada bulan Agustus. Upacara ini

ix
diawali dengan mengunjungi lokasi tempat dimakamkan para leluhur dari
masyarakat setempat. Tempat tersebut biasa disebut Patane atau Liang. Patene dan
Liang adalah dua tempat penguburan yang sangat berbeda.
Adat sebagai tata tertib masyarakat perlu dipelihara karena tiap-tiap daerah
mempunyai adat- nya sendiri. Dalam agama Kristen upacara Mo'Nene yang
dilakukan tidaklah seperti upacara Ma'Nene yang dilakukan dalam Aluk Todolo,
akan tetapi dalam pelaksananya masih mengikuti tata cara yang diizinkan dalam
agama Kristen. Sebagaimana yang dilihat pada sekarang ini bahwa yang melak-
sanakan upacara Ma'Nene ialah orang-orang yang beragama Aluk Todolo, namun
yang menghadirinya adalah sebagian besar orang- orang yang memeluk agama
Kristen.

2.3 Budaya Toraja Ma’nene Masih Bertahan Hingga Saat Ini

Kabupaten Tana Toraja merupakan salah satu Kabupaten yang terletak di


Sulawesi Selatan yang masih berpegang erat pada adat istiadat dan terkenal
dengan budayanya yang unik. Masyarakat Toraja masih tetap mempertahankan
adat istiadat dan budaya warisan nenek moyangnya hingga zaman modern seperti
sekarang ini. Bagi masyarakat Toraja, riwayat panjang leluhur mereka harus
dijaga dengan menghormati me- reka yang sudah meninggal. Upacara kematian
untuk meng hormati jenazah keluarga atau tetua adat.
Masyarakat Toraja masih tetap mem- pertahankan adat istiadat dan budaya
warisan nenek moyangnya hingga zaman modern seperti sekarang ini. Bagi
masyarakat Toraja, riwayat panjang leluhur mereka harus dijaga dengan
menghormati mereka yang sudah meninggal. Di dalamnya terdapat banyak
upacara kematian untuk menghormati jenazah keluarga atau tetua adat. Adapun
tradisi- tradisi yang masih bertahan sampai sekarang ini ialah dalam perkawinan
dan kematian. Masyarakat Toraja juga memiliki berbagai tradisi yang sangat
terkenal dengan unsur upacara yang berunsur mistik. Akan tetapi dalam
masyarakat Toraja tradisi yang paling terkenal adalah upacara kematiannya.
Budaya Toraja, salah satunya tradisi ma'nene, telah bertahan hingga saat
ini karena sejumlah alasan yang berakar dalam kepercayaan, nilai, dan praktik

x
masyarakatnya. Berikut adalah beberapa alasan utama mengapa budaya Toraja,
khususnya tradisi ma'nene, masih bertahan:
a. Ketahanan Tradisional: Budaya Toraja telah berkembang selama berabad-abad
dan telah menjadi bagian integral dari identitas masyarakat setempat. Tradisi-
tradisi seperti ma'nene telah diturunkan dari generasi ke generasi, diwariskan
melalui cerita-cerita lisan, ritual, dan pengalaman langsung. Sebagai hasilnya,
mereka telah menjadi bagian tak terpisahkan dari kehidupan sehari-hari
masyarakat Toraja.
b. Nilai Budaya dan Spiritual: Tradisi ma'nene tidak hanya merupakan upacara
pemakaman biasa, tetapi juga memegang makna spiritual yang dalam bagi
masyarakat Toraja. Mereka percaya bahwa dengan menghormati mayat
leluhur, mereka dapat memperkuat hubungan dengan dunia roh dan
memastikan keselamatan dan kesejahteraan bagi komunitas mereka. Nilai-
nilai ini mendorong mereka untuk terus mempertahankan tradisi ma'nene
sebagai bagian dari upaya menjaga harmoni antara dunia nyata dan dunia roh.
c. Kepentingan Sosial dan Kultural: Tradisi ma'nene juga memiliki peran penting
dalam kehidupan sosial dan kultural masyarakat Toraja. Selain sebagai
upacara penghormatan terhadap leluhur, ma'nene juga menjadi ajang
berkumpulnya keluarga besar dan komunitas, memperkuat ikatan antara
anggota keluarga dan memperkokoh solidaritas sosial. Oleh karena itu, tradisi
ini tidak hanya dianggap sebagai kewajiban spiritual, tetapi juga sebagai
bagian integral dari jaringan hubungan sosial dan budaya masyarakat Toraja.
d. Pentingnya Warisan Budaya: Masyarakat Toraja memiliki kesadaran yang
kuat akan pentingnya mempertahankan warisan budaya mereka. Mereka
bangga akan identitas budaya mereka dan berkomitmen untuk menjaga tradisi-
tradisi tersebut agar tetap hidup dan relevan di tengah arus modernisasi dan
globalisasi. Dengan demikian, ada dorongan yang kuat dari masyarakat Toraja
sendiri untuk melestarikan tradisi ma'nene sebagai bagian penting dari warisan
budaya mereka.
e. Dukungan dan Perhatian Pemerintah: Pemerintah daerah dan nasional juga
memberikan dukungan terhadap pelestarian budaya Toraja, termasuk tradisi
ma'nene. Mereka menyadari pentingnya mempertahankan kekayaan budaya

xi
Indonesia dan telah mengambil langkah-langkah untuk melindungi dan
mempromosikan warisan budaya Toraja melalui kebijakan dan program-
program pelestarian budaya.
Dengan kombinasi faktor-faktor ini, tradisi ma'nene dan budaya Toraja secara
keseluruhan telah berhasil bertahan dan terus hidup hingga saat ini. Meskipun
menghadapi tantangan dari perubahan sosial, ekonomi, dan lingkungan,
masyarakat Toraja terus mempertahankan dan merayakan warisan budaya mereka
sebagai bagian penting dari identitas dan kebanggaan mereka.

2.4 Keterkaitan Antara Manusia dan Kebudayaan Mengenai Tradisi


Pemakaman Ma’nene Suku Toraja

Tradisi pemakaman Ma'nene adalah praktik budaya unik dari masyarakat


Toraja di Sulawesi, Indonesia. Keterkaitan antara manusia dan kebudayaan dalam
tradisi ini terlihat dalam keyakinan dan nilai-nilai budaya yang mendasarinya.
a. Pentingnya Keluarga: Tradisi Ma'nene mencerminkan pentingnya hubungan
keluarga bagi masyarakat Toraja. Proses pemakaman yang melibatkan
penghormatan terhadap leluhur dan keluarga meningkatkan solidaritas dan
kebersamaan di antara anggota masyarakat.
b. Hubungan dengan Alam: Ritual pemakaman Ma'nene juga menunjukkan
hubungan yang dalam antara manusia dan alam. Masyarakat Toraja percaya
bahwa roh-roh leluhur masih berada di sekitar mereka setelah kematian, dan
upacara pemakaman membantu menjaga keseimbangan antara dunia roh dan
dunia fisik.
c. Penghormatan terhadap Leluhur: Tradisi Ma'nene merupakan ekspresi dari
penghormatan yang mendalam terhadap leluhur. Melalui upacara pemakaman
dan perawatan kembali jenazah, masyarakat Toraja memperkuat ikatan
emosional dan spiritual dengan leluhur mereka.
d. .Identitas Budaya: Praktik ini juga membantu mempertahankan dan
mengidentifikasi budaya Toraja. Tradisi ini telah menjadi bagian integral dari
identitas budaya mereka selama berabad-abad, menunjukkan nilai-nilai yang
mereka anut serta cara pandang mereka terhadap kehidupan dan kematian.

xii
Dengan demikian, tradisi pemakaman Ma'nene tidak hanya merupakan
upacara pemakaman, tetapi juga merupakan cerminan dari keterkaitan yang erat
antara manusia dan kebudayaan dalam masyarakat Toraja.

xiii
BAB III

PENUTUP
3.1 Kesimpulan
Tana Toraja merupakan salah satu Kabupaten yang terletak di Sulawesi
Selatan yang masih berpegang erat pada adat istiadat dan terkenal dengan
budayanya yang unik. Tradisi unik yang ada di Tana Toraja adalah Ma’Nene.
Dalam bahas Bugis, Toraja diartikan sebagai seseorang yang berdiam diri di
pegunungan atau datarantinggi. Hubungan antara manusia dan kebudayaan sangat
kompleks dan fundamental dalam kehidupan manusia. Kebudayaan mencakup
semua aspek kehidupan manusia yang bersifat non-biologis, termasuk nilai,
keyakinan, tradisi, bahasa, seni, dan institusi sosial. Hubungan ini membentuk
landasan yang kuat bagi identitas individu dan kolektif manusia. Kebudayaan juga
merupakan cara bagi manusia untuk mengekspresikan diri. Melalui seni, sastra,
musik, dan bentuk-bentuk ekspresi kreatif lainnya, manusia dapat
memanifestasikan gagasan, emosi, dan pengalaman mereka. Ekspresi kultural ini
tidak hanya menghasilkan karya seni yang indah, tetapi juga memungkinkan
manusia untuk memahami diri mereka sendiri dan dunia di sekitar mereka.
3.2 Saran
1. Bagi pembaca, agar kiranya dapat menambah wawasan dan memahami
mengenai manusia dan kebudayaan terhadap budaya yang dimiliki setiap
daerah.
2. Bagi penulis, kiranya kami sadar bahwa didalam penulisan makalah ini
masih jauh dari sempurna dan akan memperbaiki lebih baik lagi.

xiv
DAFTAR PUSTAKA

xv

Anda mungkin juga menyukai