Anda di halaman 1dari 34

MAKALAH

BUDAYA MELAYU NUSANTARA

Untuk memenuhi tugas mata kuliah Budaya Nusantara

Dosen Pengampuh:

Ulan Dwi Desari,M.Pd

Disusun oleh kelompok 5 :


1. Tahsya gea permatasari 2323250060
2. Vira Veriza 2323250065

PROGRAM STUDI PENDIDIKAN GURU MADRASAH IBTIDAIYAH


(PGMI)
FAKULTAS TARBIYAH DAN TADRIS
UNIVERSITAS ISLAM NEGERI FATMAWATI SUKARNO BENGKULU
TAHUN AJARAN 2024/2025
KATA PENGANTAR

Puji syukur kami panjatkan ke hadirat Allah SWT atas segala


rahmat, karunia, dan hidayah-Nya, sehingga kami dapat menyelesaikan
makalah ini yang berjudul “Budaya Melayu Nusantara”
Dalam penyusunan makalah ini, kami menggunakan referensi,
buku, dan sumber lainnya yang relevan guna menyajikan informasi yang
akurat dan terkini. Namun, kami menyadari bahwa makalah ini mungkin
tidak sempurna. Oleh karena itu, kami sangat terbuka untuk menerima
kritik, saran, dan masukan dari pembaca agar kami dapat memperbaiki dan
meningkatkan kualitas makalah ini di masa mendatang.
Kami mengucapkan terimkasih kepada Ibuk Ulan Dwi
Desari,M.Pd yang sudah bersediah membibing kami dalam matakuliah
metode numerik ini, berserta teman-teman dan pihat-pihak terkait sehinga
makalah ini dapat terselesaikan dengan baik.
Akhir kata, semoga makalah ini dapat memberikan manfaat dan
menjadi kontribusi kecil dalam mengembangkan kemampuan matematika
bagi pembaca.

Bengkulu, 2 Maret 2024

ii
DAFTAR ISI
KATA PENGANTAR ........................................................................................ ii

BAB I PENDAHULAN ...................................................................................... 1

A. Latar Belakang .......................................................................................... 1

B. Rumusan masalah...................................................................................... 2

C. Tujuan Penelitian ...................................................................................... 2

BAB II PEMBAHASAN .................................................................................... 3

1. PEMAHAMAN TERHADAP KEBUDAYAA MELAYU ........................ 3

2. SEJARAH TERBENTUKNYA MELAYU ............................................. 16

3. TEORI-TEORI ASAL-USUL BANGSA MELAYU ............................... 19

4. PERKEMBANGAN KERAJAAN MELAYU ......................................... 23

BAB III PENUTUP .......................................................................................... 28

A. KESIMPULAN ....................................................................................... 28

B. SARAN ................................................................................................... 28

DAFTAR PUSTAKA ....................................................................................... 29

iii
BAB I
PENDAHULAN

A. Latar Belakang
Budaya adalah suatu cara hidup yang berkembang dan dimiliki
bersama oleh sebuah kelompok orang dan di wariskan dari generasi ke
generasi. Budaya terbentuk dari banyak unsur yang rumit, termasuk sistem
agama dan politik, adat istiadat, bahasa, perkakas, pakain, bangunan, dan
karya seni. Bahasa, sebagaimana juga budaya, merpakan bagian tak
terpisahkan dari diri manusia sehingga banyak orang cenderung
menggapnya diwariskan secara genetis. Ketika seseorang berusaha
berkomunikasi dengan orang yang berbeda budaya dan menyesuaikan
perbedaan-perbedaannya, membuktikan bahwa budaya itu dipelajari.
Pada hakikatnya setiap orang berbudaya dan memiliki
kebudayaannya sendiri. Di Indonesia seperti yang kita ketehui memiliki
beragam kebudayaan disetiap daerahnya. Setiap orang yang berbudaya
pasti menunjukan siapa jati dirinya bahwa dari mana dia berasal. Jelas
bahwa budaya menunjukan siapa seseorang sebenarnya dihadapan orang
lain, dan setiapnya memiliki ciri khas masing-masing.
Disamping adanya sebuah kebudayaan di setiap daerah, yang mana
menunjukan ciri khas bagi diri sendiri, di setiap daerah pastinya ada
sebuah sejarah tersimpan yang akan menjadi ciri khas daerah tersebut.
Negara kita sendiri, Indonesia, menyimpan sejarah yang menjadikan
Indonesia memiliki ciri khas sendiri, begitu juga dengan-dengan daerah-
daerahnya. Dari Sabang sampai Merauke pastinya semua daerah memiliki
sebuah sejarah yang mana akan menunjukan sebuah ciri khas.
Didalam makalah ini, penulis akan berusaha menjelaskan mengenai
salah satu kebudayan dan sejarah yang ada di Indonesia yakni Kebudayaan
melayu dan Sejarah Melayu.

1
B. Rumusan masalah
1. Apa arti budaya?
2. Apa saja kebudayaan Melayu?
3. Apa arti Melayu?
4. Bagaimana asal-usul bangsa Melayu?
5. Bagaimana perkembangan kerajaan Melayu?

C. Tujuan Penelitian
Dalam makalah ini adalah untuk memenuhi nilai mata pelajaran
Budaya Melayu Nusantar Selain dari untuk memenuhi nilai mata
pelajaran Budaya Melayu Nusantara makalah ini bertujuan untuk
lmgetahui dan lebih memahami hal-hal yang berhubungan mengenai
kebudayaan Melayu sendiri dan mengetahui lebih dalam tentang sejarah
Melayu.

2
BAB II
PEMBAHASAN

1. PEMAHAMAN TERHADAP KEBUDAYAA MELAYU


a. Pengertian budaya
Seperti yang dijelaskan diatas sebelumnya bahwa Budaya adalah
suatu cara hidup yang berkembang dan dimiliki bersama oleh sebuah
kelompok orang dan diwariskan dari generasi ke generasi. Budaya
terbentuk dari banyak unsur yang rumit, termasuk sistem agama dan
politik, adat istiadat, bahasa, perkakas, pakaian, bangunan, dan karya seni.
Budaya juga merupakan suatu pola hidup menyeluruh. Budaya bersifat
kompleks, abstrak, dan luas. Budaya adalah suatu perangkat rumit nilai-
nilai yang dipolarisasikan oleh suatu citra yang mengandung pandangan
atas keistimewaannya sendiri.”Citra yang memaksa” itu mengambil
bentuk-bentuk berbeda dalam berbagai budaya seperti “individualisme
kasar” di Amerika, “keselarasan individu dengan alam” d Jepang dan
“kepatuhan kolektif” di Cina.
Indonesia memiliki banyak suku bangsa dengan perbedaan-
perbedaan kebudayaan, yang tercermin pada pola dan gaya hidup masing-
masing. Menurut Clifford Geertz, di Indonesia terdapat 300 suku bangsa
dan menggunakan kurang lebih 250 bahasa daerah. Budaya adalah suatu
cara hidup yang berkembang dan dimiliki oleh sebuah kelompok dan
diwariskan dari generasi ke generasi. Budaya terbentuk dari banyak unsur
yang rumit, termasuk sistem agama dan politik, adat istiadat, bahasa,
perkakas, pakaian, bangunan dan karya seni Koentjaraningrat (1958 : 181).

b. Kebudayaan Melayu
 Sistem Kekerabatan dalam Budaya Melayu Riau.
Dalam hal ini kebudayaan erat hubungannya antara kebudayaan
dengan masyarakat dinyatakan dalam kalimat, “masyarakat adalah orang-
orang yang hidup bersama dan menghasilkan kebudayaan, sehingga tidak

3
ada masyarakat yang tidak menghasilkan kebudayaan. Sebaliknya tidak
ada kebudayaan tanpa masyarakat sebagai wadah dan pendukungnya”.
Menurut Selo Soemardjan dan Soelaiman Soemardi Kebudayaan adalah
sarana hasil karya, rasa, dan cipta masyarakat (1980 : 30). Dari beberapa
pendapat di atas bisa kita ambil kesimpulan bahwa Kebudayaan adalah
sesuatu yang dapat mempengaruhi tingkat pengetahuan dan meliputi
sistem ide atau gagasan yang terdapat dalam pikiran manusia, kebudayaan
itu bersifat abstrak. Sedangkan perwujudan dan kebudayaan adalah benda-
benda yang diciptakan oleh manusia sebagai makhluk yang berbudaya,
berupa perilaku dan benda-benda yang bersifat nyata, misalnya pola-pola
perilaku, bahasa, peralatan hidup, organisasi, sosial, religi, yang
kesemuanya ditujukan untuk membantu manusia dalam melangsungkan
kehidupan bermasyarakat.
Pada garis besarnya sistem kekerabatan dalam masyarakat suku-
suku bangsa Indonesia memakai sistem kekerabatan bilateral, yaitu sistem
kekerabatan yang mendasarkan garis keturunan dari ayah dan garis ibu
secara berimbang. Anak-anak yang lahir dapat masuk ke dalam kerabat
ayahnya dan kerabat ibunya secara bersama-sama. Sistem inilah yang
banyak berlaku pada kebudayaan daerah di Indonesia. Sebagian kecil
kebudayaan daerah dalam sistem kekerabatan unilateral matrilineal, yaitu
sistem kekerabatan yang hanya berdasarkan garis ibu saja (contoh
masyarakat Melayu Riau). Kebudayaan daerah lainnya memakai sistem
kekerabatan unilareal patrineal, yaitu sistem kekerabatan yang berdasarkan
garis ayah saja. Lain halnya sistem kekerabatan didaerah Selatpanjang
khususnya masyarakat melayu banyak diantaranya menggunakan sistem
kekerabatan unilareal patrineal. Berbanding terbalik dengan daerah Riau
lainnya yang menggunakan sistem kekerabatan unilateral matrilineal.
 Sistem Perkawinan dalam Budaya Melayu Riau.
Perkawinan merupakan salah satu fase kehidupan manusia yang
bernilai sakral dan amat penting. Dibanding dengan fase kehidupan
lainnya, fase perkawian merupakan fase yang sangat penting dan spesial.

4
Perhatian pihak-pihak yang berkepentingan dengan upacara tersebut akan
banyak yang tertuju padanya, mulai dari memikirkan proses akad nikah,
persiapannya, upacara pada hari pernikahannya, hingga setelah upacara
usai digelar.
Adat pernikahan dalam budaya Melayu Riau terkesan agak rumit
karena banyak tahapan yang harus dilalui. Perkawinan dalam pandangan
melayu harus mendapat restu dari kedua orang tua serta mendapat
pengakuan resmi dari masyarakat. Yang pada dasarnya, Islam juga
mengajarkan hal yang demikian. Dalam upacara adat melayu Riau,
rangkaian upacara perkawinan dilakukan secara terperinci dan tersusun
rapi. Yang mana keseluruhan rangkaian itu wajib dilaksanakan oleh
pasangan calon pengantin beserta keluarganya.
Dalam pandangan budaya melayu, kehadiran keluarga, sedara-
mara, tetangga dan masyarakat di majelis perkawinan tujuannya adalah
untuk mempererat tali silaturahim dan memberikan kesaksian beserta doa
atas perkawinan yang dilangsungkan. Perkawian yang dilakukan tidak
berdasarkan adat istiadat melayu setempat ( kab. Kep. Meranti)
menyebabkan masyarakat tidak merestuinya. Bahkan akan menimbulkan
perkataan-perkataan kurang menyenangkan dari masyarakat, mulai dari
dugaan seperti perzinaan dan lain sebagainya. Untuk itulah, perkawinan
hendaknya dilakukan menurut adat istiadat yang berlaku dalam
masyarakat.
o Proses perkawinan
Ketika seorang lelaki dan perempuan hendak menikah tentu
diawali dengan proses yang panjang. Proses paling awal menuju
perkawinan yang dimaksud adalah penentuan siapa jodoh yang cocok
untuk dirinya yang mana dalam adat Melayu hal itu disebut dengan
merisik atau meninjau. Setelah jodoh yang dipilih itu sesuai, maka
dilanjutkan dengan merasi, yaitu proses mencari tahu apakah jodoh yang
dipilih itu cocok (serasi) ataukah tidak. Jika kedua tahapan tersebut sudah
dilalui dengan baik dan semestinya, maka kemudian dapat dilanjutkan

5
dengan proses melamar, meminang dan bertunangan. Setelah bertunangan,
maka proses perkawinan dapat segera dilakukan. Proses-proses tersebut
ialah sebagai berikut :

1. MERISIK ATAU MENINJAU


Yaitu proses dimana salah satu keluarga atau seseorang diutus oleh
pihak calon pengantin pria untuk meneliti atau mencari informasi
mengenai salah satu keluarga keluarga lain yang mempunyai anak gadis.
Tugas yang diamatkan adalah untuk mengetahui apakah anak gadis
tersebut dapat dilamar, atau belum mempunyai ikatan dengan orag lain.
Selain itu, utusan akan melakukan pembicaraan tentang kemungkinan
pihak pria untuk melamar. Utusan tersebut tentunya menanyakan berapa
mas kawin/mahar dan persyaratan apa saja yang diminta oleh keluarga
wanita. Adat merisik biasanya dilakukan oleh pihak calon pengantin pria,
sedangkan adat meninjau dilakukan oleh kedua belah pihak. Kegiatan
meninjau dilakukan adalah untuk mengetahui tempat asal calon yang akan
dinikahi.
2. MERASI
Kegiatan merasi untuk saat ini jarang dilakukan oleh masyarakat
melayu. Karena pada arti sebenarnya, Merasi adalah kegiatan meramal
atau menilik keserasian antara kedua calon pasangan yang dijodohkan.
Kegiatan ini biasanya dilakukan oleh seorang perantara seorang ahli yang
sudah biasa bertugas melakukan proses perjodohan. Pencari jodoh tersebut
akan memberikan pendapatnya apakah pasangan yang dimaksud tersebut
serasi atau tidak. Pada masyarakat dahulu, proses ini sangat penting untuk
dilakukan karena akan sangat mempengaruhi kehidupan rumah tangga
calon pengantin dimasa depan agar tidak terjadi perceraian, musibah dan
lain sebagainya.
Namun perlahan-lahan proses itu sudah jarang dilakukan oleh
masyarakat melayu khususnya masyarakat di selatpanjang. Semenjak
berkembangnya zaman, proses itu ditinggalkan oleh masyarakat setempat.

6
Menurut pendapat yang ada, pada zaman dulu proses itu dilakukan karena
dulu tidak adanya proses pacaran antara lelaki dan perempuan yang
semestinya sudah mengetahui serasi atau tidaknya hubungan mereka.
Namun sekarang istilah pacaran sudah melekat bagi calon pasangan
pengantin dan kurangnya kepercayaan tentang musibah, perceraian dan
lain sebagainya, sehingga perlahan-lahan proses merasi di Selatpanjang
menghilang dengan sendirinya.
3. MEMINANG
Meminang dalam istilah Melayu sama dengan melamar. Acara ini
diselenggarakan pada hari yang telah disepakati bersama, setelah melalui
penentuan hari baik menurut perhitungan adat serta orangtua. Pihak
keluarga calon pengantin pria yang dipimpin oleh keluarga terdekat akan
melaksanakan lamaran secara resmi kepada keluarga calon pengantin
wanita. Biasanya acara meminang ini diungkapkan dengan berbalas
pantun. Secara tradisi, pihak keluarga pria membawa sejumlah tepak sirih-
paling sedikit 5 buah; terdiri dari tepak pembuka kata, tepak merisik, tepak
meminang, tepak ikat janji, tepak bertukar tanda dan beberapa tepak
pengiring.
4. BERINAI
Biasanya berlangsung pada suatu hari atau satu malam sebelum
acara akad nikah. Melalui serangkaian adat, calon pengantin wanita
didudukan di depan pelaminan. Rangkaian acara ber-inai diawali dengan
pemasangan inai oleh para tetua-tetua yang ada didaerah setempat,
dilanjutkan dengan para sanak keluarga yang ada. Akan tetapi sebelum
acara berinai dimulai sebagian dari keluaraga mempelai wanita
mengantarkan inai yang telah dibuat kerumah mempelai pria untuk
melakukan hal serupa.
Keesokan harinya, dirumah mempelai wanita diadakan upacara
beranda, yaitu upacara mencukur bulu halus yang ada di wajah calon
pengantin wanita, yang di pimpin oleh mak andam. adapun media untuk
berandam adalah :

7
1. pisau silet
2. kain putih 2 meter
3. kelapa tua
4. jeruk purut
5. telur ayam kampung
6. bunga kenanga dan bunga mawar
7. lilin
Upacara berandam juga dilanjutkan dengan tepuk tepung tawar
oleh tetua-tetua wanita yang hadir diacara tersebut. Setelah dilakukan
upacara berandam besok hari nya baru dilanjutkan upacara pernikahan
yaitu pembacaan ijab kabul.
5. MENIKAH
Pada hari yang telah ditentukan, calon mempelai pria diantar oleh
rombongan keluarga menuju ke tempat kediaman calon pengantin wanita.
Biasanya calon mempelai pria berpakaian pakaian adat melayu kurung
pengantin layaknya Raja sehari dan memakai tanjak (semacam topi untuk
mempelai pria). Kedatangan keluarga mempelai pria sambil membawa
mahar atau mas kawin, tepak sirih adat, barang hantaran atau seserahan
yang telah disepakati sebelumnya. Selain itu, juga menyertakan barang-
barang pengiring lainnya seperti kue-kue dan buah-buahan. Prosesi
berikutnya adalah pelaksanaan akad nikah.
Diselatpanjang tepatnya, pelaksanaan akad nikah biasanya
dilaksanakan pada malam hari. Setelah rombongan mempelai pria datang
beserta rombongan mereka disambut langsung masuk kedalam rumah
mempelai wanita. Acara dimulai dengan upacara tukar-menukar tepak sirih
dan juga memakan sirih yang disediakan dari masing-masing mempelai.
Kemudian dilanjut dengan acara ijab qobul oleh pengantin pria dan
upacara tepuk tepung tawar oleh para tetua lelaki maupun perempuan dari
pihak mempelai laki-laki dan perempuan. Setelah acara selesai, pengantin
pria beserta rombongan kembali lagi ke rumah untuk mempersiapkan acara
bersanding keesokan harinya.

8
6. BERSANDING
Upacara ini dilaksanakan setelah resmi akad nikah. Prosesi
bersanding merupakan acara resmi bagi kedua pengantin akan duduk di
atas pelaminan yang sudah dipersiapkan. Terlebih dahulu pengantin wanita
didudukan di atas pelaminan, dan menunggu kedatangan pengantin pria.
Kehadiran pengantin pria diarak dengan upacara penyambutan dan
berbalas pantun.
Rangkaian prosesi bersanding yakni acara penyambutan pengantin pria,
Hampang Pintu, Hampang Kipas, dan Tepung Tawar. Kehadiran
pengantin pria beserta rombongan pengiring dalam jumlah cukup banyak,
terdiri dari :
- Barisan Pulut Kuning beserta hulubalang pemegang tombak kuning.
- Wanita (Ibu) pembawa Tepak Sirih.
- Wanita (Ibu) pembawa beras kuning (Penabur).
- Pengantin pria berpakaian lengkap
- Dua orang pendamping mempelai pria, mengenakan pakaian adat Teluk
Belanga.
- Pemegang payung kuning.
- Orang tua mempelai pria.
- Saudara-saudara kandung pengantin pria.
- Kerabat atau sanak famili.
Kedatangan rombongan disambut pencak silat dan Tarian
Penyambutan. Di pintu gerbang kediaman mempelai wanita, dilaksanakan
ritual saling tukar Tepak Sirih dari kedua pihak keluarga mempelai, sambil
berbalas menaburkan beras kuning. Selanjutnyua, dilakukan acara
‘Hempang Pintu’ (berbalas pantun) oleh kedua juru bicara pengantin. Saat
itu, pihak keluarga mempelai perempuan telah menghempang kain sebagai
‘penghalang’ didepan pintu tempat upacara. selendang baru akan dibuka
setelah pihak mempelai pria terlebih dulu menyerahkan Uncang (kantong
pindit) kepada pihak pengantin wanita. Ritual ini disebut sebagai
‘Hempang Pintu’. sesampainya di depan pelaminan, pihak mempelai pria

9
kembali dihadang oleh pihak mempelai wanita. selanjutnu dilaksanakan
berbalas pantun, yang intinya pihak pria meminta ijin bersanding
dipelaminan bersama pengantin wanita. Setelah menyerahkan uncang
(kanong pindit) berisi uang, maka kain penghalang dibuka, dan mempelai
pria siap bersanding di pelaminan. Kedua mempelai duduk di pelaminan,
selanjutnya dilaksanakan upacara Tepung Tawar.
7. TEPUK TEPUNG TAWAR
Ritual adat ini merupakan ungkapan rasa syukur dan pemberian
doa harapan kepada kedua mempelai, yang dilakukan oleh para sesepuh
keluarga dan tokoh adat. Dengan cara menepukan daun-daunan (antara
lain daun setawar, sedingin, ganda rusa, sirih, hati-hati, sijuang, dan
setetusnya) yang diikat jadi satu dan telah dicelup ke air harum serta beras
kunyit sangrai, lalu ditepukan kepada kedua mempelai. Kelengkapan
pnabur ini biasanya menggunakan bahan seperti beras basuh, beras putih,
beras kunyit, ataupun beras kuning serta bunga rampai. Kesemua bahan ini
digunakan tentunya mengandung makna mulia. Sesuai tradisi, sesepuh
seusai nmelakukan tepuk tepung tawar akan mendapatkan bingkisan
berupa ‘bunga telur’ yakni berupa bunga yang dibuat dari kertas diikatkan
pada sebatang lidi yang telah disertai telur diikat benang merah, sebagai
ungkapan terimakasih dari pihak pengantin. Namun sesuai perkembangan
zaman, ungkapan terimakasih atau souvenir tersebut kini diubah bentuk
maupun jenisnya, disesuaikan dengan kemajuan zaman maupun kondisi
kelurga mempelai.
8. MAKAN NASI HADAP-HADAPAN
Upacara ini dilakukan di depan pelaminan. Hidangan yang
disajikan untuk upacara ini dibuat dalam kemasan seindah mungkin. Yang
boleh menyantap hidangan ini selain kedua mempelai adalah keluarga
terdekat dan orang-orang yang dihormati. Dalam upacara ini juga biasanya
lazim diadakan upacara pembasuhan tangan pengantin laki-laki oleh
pengantin wanita sebagai ungkapan pengabdian seorang istri terhadap
suaminya.

10
9. BERDIMBAR ATAU MANDI TAMAN
Seusai acara bersanding, keesokan harinya diadakan acara Mandi
Berdimbar. Biasanya dilaksanakan pada sore atau malam hari. Mandi
Berdimbar ini dilaksanakan di depan halaman rumah yang dipercantik
dengan hiasan-hiasan dekoratif khas Melayu. Ritual ‘memandikan’ kedua
mempelai ini cukup meriah, karena juga disertai acara saling
menyemburkan air. Undangan yang hadir pun bisa ikut basah, karena
seusai menyirami pengantin kemudian para undangan biasanya juga akan
saling menyiram. Ritual tersebut kini sudah mulai jarang dilakukan.
 Sistem Pembagian Warisan Didalam Budaya Melayu
Adat Melayu mengatakan bahwa orang Melayu menetapkan
identitasnya dengan tiga ciri pokok, yaitu:
1. Berbahasa Melayu
2. Beradat istiadat Melayu, dan
3. Beragama Islam
Dari ungkapan ketiga hal diatas dapat disimpulkan secara umum
bahwa sistem pembagian warisan didalam suku melayu ialah berdasarkan
hukum Islam, sebagaimana diutarakan diatas sebelumnya bahwa Budaya
Melayu sangat menjunjung tinggi agama Islam. Maka dari itu, sistem
pembagian warisan didasari oleh hukum-hukum yang terdapat didalam
ajaran Islam. Didaerah selatpanjang juga menerapkan sistem yang
demikian.

 Bahasa Melayu, Pakaian Adat, Tarian Melayu Riau Dan


Lainnya

1. PAKAIAN ADAT MELAYU


Bagi orang Melayu, pakaian selain berfungsi sebagai penutup aurat
dan pelindung tubuh dari panas dan dingin, juga menyerlahkan lambang-

11
lambang. Lambang-lambang itu mewujudkan nilai-nilai terala (luhur) yang
dijunjung tinggi oleh masyarakatnya.
Dengan bersebatinya lambang-lambang budaya dengan pakaian,
kedudukan dan peran pakaian menjadi sangat mustahak dalam kehidupan
orang Melayu. berbagai ketentuan adat mengatur tentang bentuk, corak
(motif), warna, pemakaian, dan penggunaan pakaian. Ketentuan-
ketentuan adat itu diberlakukan untuk mendidik dan meningkatkan akhlak
orang yang memakainya.
Pakaian Melayu dari ujung kaki sampai ke ujung rambut ada
makna dan gunanya. ”Semuanya dikaitkan dengan norma sosial, agama,
dan adat-istiadat sehingga pakaian berkembang dengan makna yang
beraneka ragam. Makna pakaian melayu juga dikaitkan dengan fungsinya,
yaitu pakaian sebagai penutup malu, pakaian sebagai penjemput budi, dan
pakaian sebagai penolak bala.
Pada kaum laki-laki terdapat tiga jenis pakaian adat melayu.
Pertama, baju melayu cekak musang yang terdiri dari celana, kain dan
songkok. Baju ini biasa digunakan pada acara-acara keluarga seperti
kenduri.
Kedua baju melayu gunting cina, baju ini biasa digunakan dalam
sehari-hari dirumah untuk mengadakan acara yang tak resmi. Dan ketiga,
baju melayu teluk belanga, baju ini terdiri dari celana, kain sampin dan
penutup kepala atau songkok.
Sedang pakaian kaum perempuan ada dua yaitu pertama baju
kurung, yang terdiri atas kain, baju dan selendang. Selendang dipakai
dengan lepas di bahu dan biasanya tak melingkar di leher pemakai. Dan
kedua, baju kebaya labuh, ynag terdiri atas kain, baju dan selendang.
· SENI
Songket adalah salah satu kerajinan budaya melayu yang berupa
kain tenun yang biasanya dipakai pada acara-acara formal. Songket dapat
digunakan oleh wanita maupun pria. untuk membuat songket dibutuhkan

12
alat tenun yang pada umumnya masih dibuat secara tradisional atau
dikerjakan secara manual dengan menggunakan tangan dan kaki.
 TARIAN
Menurut wawancara khusus dengan Daryudi (Seorang ahli musik lokal di
Medan) Amenyebutkan rentak dibagi dalam:
1. Rentak Langgam, metrik 4/4 dengan kecepatan Andante, contoh lagu
Makan Sirih, Kuala Deli, Patah Hati
2. Rentak Inang, metrik 4/4 dengan kecepatan Moderato, sejenis Rumba,
contoh lagu Mak Inang Pulau Kampai, Mak Inang Lenggang, Mak
Inang Selendang. Seperti diketahui bahwa Inang dalam kerajaan
berarti Dayang-dayang
3. Rentak Joget, metrik 2/4, jadi cepat seperti Allegro. Contoh lagu
Tanjung Katung, Selayang Pandang
4. Rentak Zapin, metrik 6/8, dengan kecepatan Moderto, dan istilah Zapin
diambil dari bahasa Arab yang berarti derap kaki, disini petikan
gambus sangat menonjol. Contoh lagu Zapin Sri Gading, Zapin
Sayang Serawak.

 MUSIK
1. Asal Awal Musik Melayu dari Qasidah dan Gurindam
Dengan melihat ke belakang, awal Musik Melayu berakar dari
Qasidah yang berasal sebagai kedatangan dan penyebaran Agama Islam di
Nusantara pada tahun 635 - 1600 dari Arab, Gujarat dan Persia, sifatnya
pembacaan syair dan kemudian dinyanyikan. Oleh sebab itu, awalnya syair
yang dipakai adalah semula dari Gurindam yang dinyanyikan, dan secara
berangsur kemudian dipakai juga untuk mengiringi tarian.
Pada waktu sejak dibuka Terusan Suez terjadi arus migrasi orang
Arab dan Mesir masuk Hindia Belanda tahun 1870 hingga setelah 1888,
mereka membawa alat musik dan bermain musik Gambus. Pengaruh ini
juga bercampur dengan musik tradisional dengan syair Gurindam dan alat
musik tradisional lokal seperti gong, serunai, dlsb.

13
Kemudian sekitar tahun 1940 lahir Musik Melayu Deli, tentu saja
gaya permainan musik ini sudah jauh berbeda dengan asalnya sebagai
Qasidah, karena perkembangan masa ini tidak hanya menyanyikan syair
Gurindam, tetapi sudah jauh berkembang sebagai musik hiburan nyanyian
dan pengiring tarian khas Orang Melayu pesisir timur Sumatera dan
Semenanjung Malaysia.

 Bahasa Melayu Riau


Dapat dikatakan bahwa bahasa Melayu Riau memang masih jauh
dari ancaman kematian atau kepunahan. Bahasa Melayu Riau masih
digunakan secara lisan ataupun tulis, baik dengan aksara Latin maupun
dengan aksara Arab Melayu. Tradisi tulis juga telah menghasilkan naskah
yang kaya, baik yang bersifat sastra maupun nonsastra, yang merupakan
dokumentasi yang dapat dijadikan rujukan. Selain itu, jumlah penutur yang
tergolong besar agaknya juga tidak menyusut drastis dalam hitungan 100
tahun. Apalagi pada praktiknya, penggunaan bahasa Melayu Riau menjadi
suatu kewajiban untuk keperluan-keperluan tertentu, terutama dalam
upacara-upacara adat.
Keadaan dan masalah yang dihadapi bahasa Melayu Riau dewasa
ini sudah banyak diungkapkan dalam berbagai diskusi, baik dalam bentuk
tulisan maupun lisan, di forum akademik maupun nonakademik. Di satu
sisi, dari waktu ke waktu muncul keprihatinan (baik dari pakar, pemerhati,
maupun pecinta bahasa Melayu) akan menyusutnya jumlah penutur dan
pemakaian bahasa Melayu Riau serta menyurutnya minat masyarakat
mempelajari bahasa Melayu Riau. Salah satu penyebab “terpinggirkannya”
bahasa Melayu dalam “pergaulan keseharian” masyarakat Melayu Riau,
terutama generasi mudanya, adalah kekurangmampuan bahasa Melayu
Riau untuk memenuhi kebutuhan penuturnya dalam kehidupan
bermasyarakat dan bernegara. Dengan kondisi seperti itu ada
kecenderungan penutur “lari” ke bahasa lain, biasanya bahasa kedua
(bahasa Indonesia), sebagai wahana penyampai gagasan yang

14
memungkinkan komunikasi berjalan lebih lancar. Jika bahasa kedua yang
dipilih adalah bahasa yang lebih dominan —misalnya, jumlah penuturnya
lebih besar atau fungsi pemakaiannya lebih luas—pergeseran itu dapat
berlangsung sangat intens. Dalam banyak kasus kematian bahasa,
dominasi bahasa besar menjadi faktor penting.

 PANTANG LARANG DALAM BUDAYA MELAYU


1. Pantang Larang Orang Melayu Tradisional
` Pantang Larang Orang Melayu Tradisional merupakan kepercayaan
masyarakat Melayu zaman lampau berkaitan dengan adat dan budaya
warisan nenek moyang. Kebanyakan adalah bertujuan untuk mendidik
masyarakat agar mengamalkan nilai-nilai murni dalam kehidupan. Apa
yang disebut bukan untuk dipercayai tetapi untuk dihayati mesej yang
tersembunyi di sebalik pantang larang yang telah diperturunkan secara
lisan sejak zaman berzaman.
Pantang Larang Wanita Hamil
1. Dilarang bergaduh dengan ibu mertua, dikhuatiri mengalami
kesulitan ketika melahirkan anak.
2. Dilarang makan sotong, dikhuatiri menghadapi masalah ketika
bersalin. Anak mungkin tercerut tali pusatnya.
3. Dilarang mencerca atau melihat sesuatu yang ganjil, dikhawatrikan
akan kenan.
Pantang Larang Ke Atas Lelaki
1.Dilarang bersiul dalam rumah, nanti ular masuk.
2.Dilarang mengintai orang mandi, nanti mata ketumbit.
3.Dilarang ketawa waktu Maghrib, nanti datang hantu.
Pantang Larang Bayi
1. Bayi tak boleh ditegur jika badan gemuk, cuma katakan ‘semangat’
kerana ditakuti menjadi kurus.
2. Dilarang memicit mulutnya, nanti tiada selera makan.
3. Kain lampin tak boleh direndam, nanti kembung perut.

15
Pantang Larang Ketika Makan
1. Makan pisang kembar, akan beranak kembar.
2. Makan sisa anak, anak akan degil.
3. Makan dalam pinggan sumbing, dapat anak bibir sumbing.
Pantang Larang Ke Atas Perempuan
1. Dilarang menyanyi di dapur, nanti kahwin orang tua.
2. Pantang bangun lewat, nanti sukar mendapat jodoh.
3. Dilarang bercakap dalam tandas, nanti mata ketumbit

2. SEJARAH TERBENTUKNYA MELAYU


a. Pengertian Melayu
Istilah melayu cukup banyak ragamnya, seorang cendikiawan
melayu bernama Bahanuddin Elhulaimy yang juga pernah menjadi ketua
umum partai islam tanah melayu dalam bukunya asas falsafah kebangsaan
melayu, terbit pertama kali pada tahun 1950, mencatat beberapa istilah
kata tersebut.
Ada pendapat yang mengatakan kata melayu berasal dari kata mala
(yang berarti mula) yu (yang berarti negeri) seperti dinisbahkan kepada
Ganggayu yang berarti negeri Gangga. Pendapat ini bisa dihubungkan
dengan cerita rakyat Melayu yang paling luas dikenal, yaitu cerita si
Kelambai atau sang Kelambai.
Dalam cerita itu disebutkan berbagai negeri, patung, gua, dan
ukiran dan sebagainya, yang dihuni atau disentuh oleh si kelembai,
semuanya akan mendapat keajaiaban. Ini member petunjuk bahwa negeri
yang mula-mula dihuni oranag melayu pada zaman purba itu, telah
mempunyai peradapan yang cukup tinggi.
Kemudian kata melayu atau melayur dalam bahasa Tamil berarti
tanah tinggi atau bukit, disamping kata mala yang berarti hujan. Ini
bersesuaian dengan negeri-negeri orang melayu pada awalnya terletak
pada perbukitan, seperti tersebut dalam sejarah melayu, bukit Siguntung

16
Mahameru. Negeri ini sebagai negeri yang banyak mendapat hujan,
karena terletak antara dua benua, yaitu Asia dan Australia.
Selanjutnya dalam bahasa jawa, kata melayu berarti lari atau
berjalan cepat. Lalu kita kenal pula ada sungai Melayu, diantara dekat
johor dan Bangkahulu. Semua istilah dan perkataan itu dapat
dirangkumkan sehingga melayu dapat diartikan sebagai suatu negeri yang
mula-mula didiami, dan dilalui oleh sungai, yang diberi pula nama sungai
Melayu.
Mereka membuat negeri diatas bukit, karena ada pencairan es
kutup utara yang menyebabkan sejumlah daratan atau pulau yang rendah
jadi terendam oleh air. Banjir dari es kutub itu lebih dikenal dengan banjir
atau topan Nabi Nuh. Untuk menghindari banjir mereka berlarian mencari
tempat yang tinggi (bukit) lalu disitulah mereka membuat negeri.
Istilah melayu baru dikenal sekitar tahun 644 Masehi, melalui
tulisan Cina yang menyebutkan dengan kata Mo-lo-yeu. Dalam tulisan itu
disebutkan bahwa Mo-lo-yeu menngirimkan utusan ke cina, membawa
barang hasil bumi untuk dipersembahkan kepada kaisar cina. Jadi, kata
melayu menjadi nama sebuah kerajaan dewasa itu. Banyak pertelingkahan,
dimana kerajaan yang bernama melayu itu. Tapi banyak yang berpendapat,
kerajaan itu berada di jambi sekarang ini.
Nenek moyang melayu itu ternyata juga beragam, baik asalnya
yang mungkin dari suku Dravida di india, mungkin juga Mongolia atau
campuran Dravida dengan Aria yang kemudian kawin dengan ras
Mongolia. Kedatangan mereka juga bergelombang ke Nusantara ini.1[1]
Secara umum, dapat dikatakan bahwa pengertian melayu merujuk
kepada bangsa yang berbahasa melayu yang mendalami semenanjung
Tanah Melayu, pantai timur Sumatra, dan beberapa tempat lainya di
wilayah Nusantara. dalam arti sempit yang terdapat dalam pelembagaan

17
Malaysia yakni perkara 153 mengatakan bahwa seseorang itu dapat di
katagorikan sebagai melayu apabila memiliki ciri-ciri seperti :
1. Lazimnya berbahasa melayu
2. Berkebudayaan melayu
3. Beragama islam
Pengertian melayu menurut pengertian suku bangsa lebih
berdasarkan etnis, walupun begitu syarat bangsa melayu dan kebudayaan
melayu masih diperlukan, tetapi tidaklah semestinya beragama islam.
Berdasarkan ini orang-orang melayu adalah :
1. Orang-orang melayu yang mendiami kawasan Thai, pesisir Sumatra
(utara medan, deli, sedang, Palembang, riau lingga)
2. Ada yang beragama budha dan Kristen
3. Orang-orang melayu di Brunai dan sabah
Pengertian melayu berdasarkan Ras, yaitu menerangkan penduduk
seluruh Nusantara berdasarkan kajian Geldara dan Kern. Mereka berasal
dari satu kelompok bangsa kemudian terebar keseluruh nusantara.
pengertian mengikut ras ini lebih bertumpu kepada suatu rumpun bangsa
yang besar berkaitan.
Jadi dapat disimpulkan, sehingga melayui dapat diartikan sebagai
suatu negeri yang pertama didiami oleh seluruh penduduk yang ada di
nusantara oleh sungai yang di beri nama dengan sungai melayu.

 Pengertian Tamadun
Tamadun itu berasal dari kata madina yaitu kota atau Bandar yang
didalam berisikan peradaban sedangkan melayu adalah berasal dari kata
mala (yang berarti mula) dan yu (yang berarti negeri) berarti tamadun
melayu itu ialah kota yang yang penuh dengan peradaban atau tamadun
melayu itu ialah suatu daerah dimana terdapat komunitas ras-ras melayu
ataupun rumpun-rumpun melayu yang telah maju peradabannya dan
kebudayaannya, baik itu di sektor politik atau pemerintahan, teknologi,
okonomi, dan pengolahan di bidang agraris dan maritim, selain itu

18
komunitas ini juga tetap menjunjung tinggi nilai-kebudayaan, agama
(Islam), Sosial yang mencakup pentauhidan kepada Allah SWT, ahklak
dan hubungan antar manusia.

b. Asal-usul Bangsa Melayu


Membicarakan sejarah pasti berkenaan dengan masa lalu atau masa
silam. Sejarah “ tidak terpisah dari “budaya” atau “kebudayaan” (cultural
historiography). Kebuayaan sebagai hasil karya manusia, baik dalam
bentuk material buah pikiran maupun corak hidup manusia. Menurut EB.
Taylor kebudayaan mencakup aspek yang amat luas, yakni pengetahuan.
Kepercayaan, kesenian, moral, dan adat istiadat dan bahkan segala
kebiasaan yang dilakukan dan dimiliki oleh manusia sebagai anggota
masyarakat.
Nenek moyang orang melayu ternyata beragam, ada yang berasal
dari suku Dravida di India, ada juga Mongolia atau campuran dari Dravida
dan Aria kemudian kawin dengan ras Mongolia. Mereka datang kenusantra
dengan cara bergelombang

3. TEORI-TEORI ASAL-USUL BANGSA MELAYU


secara umum terdapat 2 teori mengenai asal usul bangsa melayu yaitu
a. Orang Melayu Berasal dari Yunan ( Teori Yunan)
Berdasarkan teori ini dikatakan orang melayu datang dari Yunan ke
Kepulauan Melayu menerusi tiga gelombang yang utama, yaitu orang
Negrito, melayu proto dan juga melayu Deutro.
b. Melayu Tua (Proto Melayu)
Disebut melayu tua (proto melayu) karena inilah gelombang
perantau pertama datang ke kepulauan melayu. Leluhur melayu tua ini
diperkirakan oleh para ahli arzekeologi dan sejarah tiba sekitar 3000-2500
sebelum masehi.
Adapun tergolong kedalam melayu tua (Proto Melayu) itu antara
lain orang talang mamak, orang sakai, dan suku laut. Keturunan melayu

19
tua ini terkenal amat tradisional, karena mereka amat teguh sekali
memegang adat dan tradisinya. Pemegang teraju adat seperti patih, batin
dan Datuk kayu, amat besar sekali perananynya dalam mengatur lalu lintas
kehidupan. Sementara itu alam pikiran yang masih sederhana dan
kehidupan sangat ditentukan oleh factor alam, sehingga mereka mampu
menghasilkan makanan dengan cara bertani.
Perkampungan puak melayu tua pada masa dulu jauh terpencil dari
perkampungan melayu muda. Ini mungkin berlaku karena mereka ingin
menjaga kelestarian adat dan resam ( tradisi) mereka. Keadaan ini
menyebabkan mereka amat ketinggalan dalam bidang pendidikan sehingga
kemajuan mereka amat lambat sekali.

c. Melayu Muda (Dutro Melayu)


Melayu muda yang disebut juga Deutro Melayu gelombang kedua.
Kedayangan nenek moyang mereka tiba antara 300-250 tahun sebelum
masehi, mereka lebih suka mendiami daerah pantai yang ramai disinggahi
prantau dan daerah aliran sungai-sungai besar yang terjadi lalu lintas
perdagangan, karena itu mereka bersifat lebih terbuka dari melayu tua.
Sytem social dan syteam nilainya punya potensi, menghadapi perubahan
ruang dan waktu serta selera zaman.
Pada masanya baik melayu tua muda sama-sama memegang
kepercayaan nenek moyang yang disebut animisme ( semua benda yang
mempunyai roh) dan dinamismeS (roh-roh nenek moyang) keperccayaan
ini kemudian semakin kental, oleh ajaran hindu dan Budha sebab antara
kedua kepercayaan ini hampir tidak ada bedanya. Keduanya sama-sama
berakar pada alam pikiran leluhur, yang kemudian mereka beri muatan
mitos, sehingga bermuatan spiritual, maka setelah kehadiran agama islam
terutama di daerah pesisir pantai serta daaerah aliran sungai-sungai besar
di Riau. Ternyata melayu muda lebih suka memeluk agama baru yang
tradisional itu. Kedatangan agama islam itu telah membangkitkan

20
semangat bermasyarakat yang lebih kuat dan kokoh, sehingga berdirilah
beberapa kerajaan melayu dengan dasar islam.2[6]
Dengan semakin berkembangnya agama islam lambat laun juga
mempengaruhi Melayu tua, agama islam juga mempengaruhi
kehidupannya. Setelah melayu muda membentuk beberapa kerajaan
melayu dengan dasar islam, maka pemegang kendali kerajaan disebut raja,
sultan yang dipertuakan. Kerajaan dan kesultanan melayu tersebar
diseluruh wilayah pesisir. Kerajaan dan kesultanan melayu inilah yang
menghidupkan kebudayaan melayu. Dengan berkembangnya islam, cara
berpikir mitos terdahulu yang berkembang di masyarakat berubah menjadi
berpikir secara rasional. Begitu juga pengaruh kerajaan kesultanan malaka
diseluruh riau, sehingga tidak ada lagi yang tidak menerima agama isalm.
Ada 6 macam Puak Melayu yang ada di Riau :
1. Puak Melayu Riau-Lingga, mendiami bekas kerajaan Riau-Lingga,
yakni sebagian besar daerah kepulauan Riau yang sekarang terdiri dari
Kabupaten Riau, Karimun, dan Natuna. Mereka sebagian telah kawin
dengan perantau Bugis dalam abad ke-18.
2. Puak Melayu Siak, mendiami bekas kerajaan siak yang sebagian besar
merupakan daerah aliran sungai Siak. Mereka sebagian nikah-kawin
dengan keturunan Arab sehingga sebagian dari sultan Siak keturunan
Arab.
3. Puak Melayu Kampar, mendiami daerah aliran batang Kampar,
mereka ada yang nikah-Kawin dengan perantau minangkabau dan ada pula
dengan orang jawa menjadi Romusha Jepang.
4. Puak Melayu Indragiri, mendiami daerah Indragiri yakni daerah aliran
sungai Indragiri. Mereka ada yang nikah-kawin dengan perantau Banjar
dan juga keturunan Arab.
5. Puak Melayu Rantau Kuantan, mendiami daerah aliran Batang
Kuantan yang telah masuk kedalam kabupaten kuantan Singigi.

21
6. Puak melayu Petalangan, mendiami daerah Belantara yang melalui
beberapa cabang (anak) sungai daerah pangkalan kuras.3[7]

Orang Melayu Berasal dari Nusantara ( Teori Nusantara)


Teori ini disokong oleh sarjana-sarjana seperti
J.Crawfurd,K.Himly,Sutan Takdir Alisjahbana dan juga Gorys Keraf.Teori
ini adalah disokong dengan alasan-alasan seperti di bawah :
1) Bangsa Melayu dan Bangsa Kawa mempunyai tamadun yang tinggi
Pada abab ke 19,Taraf ini hanya dapat dicapai setelah perkembangan
budaya yang lama.pekara ini menunjukan orang Melayu tidak berasal dari
mana-mana,tetapi berasa dan berkembang di Nusantara
2) K.Himly tidak bersetuju dengan pendapat yang mengatakan bahawa
Bahasa Melayu serumpun dengan Bahasa Champa. baginya
Persamaan yang berlaku di kedua-dua bahasa adalah satu fenomena
”ambilan”.
3) Manusia Kuno Homo Soloinensis dan Homo Wajakensis terdapat di
pulau jawa.penemuan manusia kuno ini di pulau jawa menunjukkan
adanya kemungkinan orang melayu itu keturunan daripada manusia kuno
tersebut yakni berasal daripada jawa dan mewujudkan tamadun
bersendirian.
4) Bahasa di Nusantara (Bahasa Austrinesia ) mempunyai perbezaan
yang ketara dengan bahasa di Asia Tengah (Bahasa Indo-Eropah ).

22
4. PERKEMBANGAN KERAJAAN MELAYU

Kerajaan Melayu atau dalam bahasa Cina ditulis Ma-La-Yu (末羅


瑜國) merupakan sebuah nama kerajaan yang berada di Pulau Sumatera.
Dari bukti dan keterangan yang disimpulkan dari prasasti dan berita dari
Cina, keberadaan kerajaan yang mengalami naik turun ini dapat di
diketahui dimulai pada abad ke-7 yang berpusat di Minaga, pada abad ke-
13 yang berpusat di Dharmasraya dan diawal abad ke 15 berpusat di
Suruaso atau Pagaruyung.

Kerajaan ini berada di pulau Swarnadwipa atau Swarnabumi


(Thai:Sovannophum) yang oleh para pendatang disebut sebagai pulau
emas yang memiliki tambang emas, dan pada awalnya mempunyai
kemampuan dalam mengontrol perdagangan di Selat Melaka sebelum
direbut oleh Kerajaan sriwijaya (Thai:Sevichai) pada tahun 682.

Peta Kerajaan Melayu kuno Penggunaan kata Melayu, telah


dikenal sekitar tahun 100-150 seperti yang tersebut dalam buku
Geographike Sintaxis karya Ptolemy yang menyebutkan maleu-kolon. Dan
kemudian dalam kitab Hindu Purana pada zaman Gautama Buddha
terdapat istilah Malaya dvipa yang bermaksud tanah yang dikelilingi air.

a) Kerajaan Melayu Hindu (644 M-1400 M)


Kerajaan Damasraya terletak di Bukit Seguntang Mahameru dan
didirikan oleh Sang Sapurba,sepeninggal Sang Sapurba yang pergi ke
Bintan kerajaan ini di pindahkan ke hulu sungai Jambi dan akhirnya
berpusat di Pagarruyung. Kerajaan Bintan Hindu yang dipimpin oleh Ratu
Wan Sri Beni. Kerajaan Singapura Hindu yang didirikan oleh Sang Nila
Utama di Tumasik. Kerajaan Melayu Hindu berakhir ketika Penguasa
Melaka yang bernama Parameswara memeluk agama Islam pada tahun
1400 M dan bergelar Megat Iskandar Syah.

23
c) Kerajaan Melayu Islam (1400 M-Sekarang)
Meskipun Sultan Malaka yang pertama yaitu Iskandar Syah telah
memeluk agama Islam,agama Islam justru baru menyebar dengan pesat
pada masa kekuasaan Sultan Muhammad Syah yang masuk Islam setelah
melihat seorang Syekh dari maghribi melakukan shalat di pinggir pantai.
Pada umumnya banyak terdapat kerajaan-kerajaan Melayu di
Semenanjung Malaysia seperti Selangor,Sabah,Brunai dan Tempasok
(Terengganu) namun yang menonjol hanyalah kerajaan Melaka,Johor-Riau
dan Lingga-Riau.

d) Kerajaan Melaka (1400 M-1511 M)


Kedaulatan dan kekuasaan ada di tangan Sultan,dalam
pemerintahan Sultan di Bantu oleh Datuk Bendahara dan dewan
permusyawaratan yang disebut Wazir Berempat sedangkan angkatan
perang dipegang oleh seorang Laksamana.

Sultan-Sultannya adalah:

1. Parameswara,bergelar Sultan Iskandar Syah (1400 M-1424 M)


2. Raja Kecil Besar atau Sri Maharaja,bergelar Sultan Muhammad
Syah(1424 M-1444 M)
3. Sultan Muzaffar Syah (1444 M-1458 M)
4. Sultan Mansur Syah (1458 M-1477 M)

e) Kerajaan Johor-Riau (1511 M-1784 M)


Pada tahun 1511 M Portugis datang dan menyerang Malaka akibat
serangan ini Sultan beserta perangkat Pemerintahan terpaksa mengungsi
dan memindahkan pusat kerajaan dari Melaka ke Johor sehingga
Kesultananan ini lebih dikenal sebagai Kerajaan Johor-Riau.

24
Sultan- Sultannya adalah:
1. Sultan Mahmud Syah I (1511 M-1528 M) merupakan Sultan terakhir
Kerajaan Melaka sekaligus Sultan Pertama Kerajaan Johor-
Riau.Sultan ini sangat gigih dalam usaha-usahanya mengusir
Portugis dan memulihkan kedaulatan Kerajaan Melaka.
2. Sultan Alauddin Righayat Syah II (1528 M-1564 M) pada masa ini
Kerajaan Johor-Riau mendapat serangan dari Aceh.Baginda Sultan
beserta istri nya ditawan di Aceh dan meninggal di sana.
3. Sultan Muzaffar Syah (1564 M-1570 M) Bekerjasama dengan
Portugis untuk menangkis serangan dari Aceh.
4. Sultan Abdul Jalil Syah I (1570 M-1571 M) cucu Sultan Muzafar
Syah yang ditunjuk langsung menjadi pewaris ini meninggal pada
umur 9 tahun diduga karena diracun,berhubung pada saat itu terjadi
perselisihan kekuasaan antara Bendahara dan Ibu Sultan.
5. Sultan Ali Jalla Abdul Jalil Syah II (1571 M-1597 M) Ayah dari
Sultan Abdul Jalil Syah I.Sultan ini membantu Pasukan Pati Unus
dari Demak dalam usahanya menyerang Portugis di Malaka.
6. Sultan Alauddin Righayat Syah III (1597 M-1615 M) Sultan ini tidak
mengakui Johor sebagai Kerajaan jajahan Aceh dan akhirnya Johor
di serang oleh Aceh.Sultan di bawa ke Aceh namun dikembalikan
lagi ke Johor dengan isyarat agar mau menjadi jajahan Aceh.Namun
setelah kembali ke Johor Sultan menolak tunduk kepada Aceh dan
berkawan dengan Portugis.Akhirnya Sultan ditangkap lagi di Aceh
dan dibunuh di sana.
7. Sultan Abdul Jalil Syah III (1623 M-1677 M)
8. Sultan Ibrahim Syah (1677 M-1685 M)
9. Sultan Mahmud Syah II (1685 M-1699 M) sultan ini tidak memiliki
putra sehingga berakhirlah dinasti Sultan-Sultan keturunan Melaka.
10. Sultan Abdul Jalil Righayat Syah IV (1699 M-1718 M) sebelumnya
adalah Bendahara,namn setelah Sultan meninggal tapi tidak
mempunyai Putra akhirnya Ia yang ditunjuk menggantikan Sultan.

25
11. Raja Kecil,bergelar Sultan Abdul Jalil Rahmat Syah (1718 M-1722
M) Ia mengaku sebagai putera dari Sultan Mahmud Syah II sehingga
merasa berhak atas tahta kerajaan.Akhirnya Ia menyerang Johor
dengan dibantu oleh Raja Pagarruyung dan menang.Namun 4 tahun
kemudian kekuasaannya digulingkan,Ia pun mengungsi ke Senapelan
dan mendirikan Kerajaan Siak di sana.
12. Sultan Sulaiman Badrul Alam Syah (1722 M-1760 M)Dalam
usahanya menggulingkan Raja Kecil ia dibantu oleh 4 Bangsawan
Bugis yaitu Daeng Marewah,Daeng Cellak dan Daeng Perani.Atas
jasa-jasanya,pihak bugis minta ikut berkuasa sebagai pemerintah di
samping Sultan dengan gelar Yang Dipertuan Muda.Akibatnya
kekuasaan Bugis begitu besar dan Sultan hanya tinggal
lambang.Bahkan banyak intrik-intrik yang memperebutkan
kekuasaan selalu berujung pada meninggalnya Sultan karena
dibunuh oleh Pihak Bugis.
13. Sultan Abdul Jalil Muazzam Syah (1760 M-1761 M)
14. Sultan Ahmad Righayat Syah (1761 M) kematiannya dicurigai
sebagai akibat ada upaya pihak-pihak tertentu yang ingin lebih
leluasa berkuasa.
15. Sultan Mahmud Syah III (1761 M-1784 M) Pada masa ini Raja Haji
Fisabilillah selaku YDM IV melakukan perlawanan terhadap
kekuasaan Belanda yang semakin menekan kerajaan Johor
Riau,namun dalam melakukan pejuangannya beliau gugur.Akhirnya
Belanda dapat menancapkan pengaruhnya dengan leluasa di
Kerajaan Johor-Riau.Hal ini dibuktikan dengan memaksa agar
ibukota Johor di pindahkan ke Lingga dengan alasan lebih dekat ke
Batavia.Dengan dipindahkannya Kerajaan ke Lingga maka
berakhirlah riwayat Kerajaan Johor-Riau.

26
f) Kerajaan Lingga-Riau (1784 M-1913 M)
Pada masa ini kekuasaan Belanda sudah kuat di kerajaan Lingga-
Riau hal ini dapat dilihat dengan penempatan seorang Residen di
tanjungpinang yang di maksudkan untuk dapat mengawasi tindak-tanduk
Sultan. Sultan sebagai kepala negara berkedudukan di Tanjungpinang
sedangkan YDM sebagai jabatan yang turun-temurun dipegang bangsawan
Bugis dan berfungsi sebagai kepala Pemerintahan berkedudukan di Pulau
Penyengat.

Sultan-Sultannya adalah:
1. Sultan Mahmud Syah III (1784 M-1812 M)
2. Sultan Abdurrahnan (1812 M-1824 M) Pada masa ini Inggris berebut
kekuasaan atas Lingga-Riau dengan Belanda.
3. Sultan Abdurrahman II (1824 M-1832 M) Kekuasaan Sultan ini
dimulai setelah Traktat London yang membagi dua kekuasaan Lingga-
Riau dengan wilayahnya yang ada di semenanjung Malaya
diberlakukan
4. Sultan Muhammad Syah (1832 M-1834 M)
5. Sultan Mahmud Muzafar Syah (1834 M-1857 M)
6. Sultan Badrul Alam Syah (1857 M-1883 M)
7. Sultan Abdurrahman Muazam Syah (1883 M-1913 M) Sultan ini diam-
diam sedang merencanakan perlawanan melawan Belanda,namun
rencana nya telah diketahui dan Beliau diturunkan dari
tahtanya.Melalui Surat Keputusan Pemerintah Belanda STBL 1913/19
maka Kesultanan Melayu Lingga-Riau dihapuskan.Dengan ini
berakhir sudah kekuasaan Kerajaan Melayu di Indonesia.

27
BAB III
PENUTUP

A. KESIMPULAN
Kesimpulan yang didapat dari makalah ini adalah sejauh mana
pengetahuan seseorang terhadap kebudayaan sejarah daerahnya sendiri
dipengaruhi oleh berberapa hal dan salah satunya adalah dirinya sendiri.
Besar atau kecilnya nya rasa cinta dan bangga terhadap kebudayaannya(
serta mengetahui sejarah daerahnya) itulah yang nantinya mencerminkan
bahwa sejauh mana seseorang mengenali budayanya sendiri. Jika semakin
kecil rasa kecintaannya maka jelaslah seseorang tersebut belum terlalu
dekat dengan budaya sukunya sendiri, begitu juga sebaliknya.
Mengenali budaya sendiri khususnya melayu merupakan sebuah
keharusan baginya yang mengaku melayu. Sedikit banyaknya pengetahuan
kita mengenai segala sesuatu yang berkaitan dengan budaya melayu
menjadikan kita secara tidak langsung mempelajari budaya itu sendiri.
Seperti yang dikatakan para pakar bahwa seseorang yang mengaku melayu
jikalau ia: 1. Berbahasa melayu, 2. Beradat-istiadat Melayu dan 3.
Beragama Islam. Maka dari itu, ketiga hal inilah menjadi patokan ataupun
barometer sejauh mana kita sudah menjadi bagian dari budaya itu sendiri
khususnya budaya melayu.

B. SARAN
Penulis merekomendasikan pada semua lapisan masyarakat agar
lebih memahami nilai-nilai yang terkandung didalam setiap kebudayaan
masing-masing (disini:_budaya melayu riau). Semua orang pasti memiliki
cara pandang yang berbeda-beda untuk mendeskripsikan bentuk
kebudayaannya. Dan setiap orang memiliki cara masing-masing untuk
mempertahankan dan memajukan kebudayaannya sendiri serta mengingat
sejarahnya. Sebagai seorang melayu hendaknya lebih mengedepankan
kembali apa-apa saja yang berkaitan dengan kebudayaan melayu, termasuk
menanamkan diri sendiri rasa bangga dan cinta kepada budaya melayu itu
sendiri.

28
DAFTAR PUSTAKA

Vickers, Peradaban Pesisir: Menuju Sejarah Budaya Asia Tenggara.


(Denpasar: Pustaka Larasan dan Udayana University Press.2009)

Azra, Jaringan Ulama Timur Tengah dan Kepulauan Nusantara Abad XVII
dan XVIII: Akar
Pembaruan Islam Indonesia. (Jakarta: Kencana Prenadiamedia Grup, 2013)
Vickers, Peradaban Pesisir: Menuju Sejarah Budaya Asia Tenggara.
(Denpasar: Pustaka Larasan dan Udayana University Press.2009)
H.S.M. Umar dalam H.S. Ahimsa-Putra (ed), Masyarakat Melayu dan
Budaya Melayu dalam
Perubahan. (Yogyakarta: Balai Kajian dan Pengembangan Budaya Melayu,
2007)

P. Suparlan dalam H.S. Ahimsa-Putra (ed), Masyarakat Melayu dan


Budaya Melayu dalam
Perubahan. (Yogyakarta: Balai Kajian dan Pengembangan Budaya Melayu,
2007)
P. Suparlan, 2006. Suparlan (2006) mencontohkan orang Dayak di Sambas
yang menikah dan masuk
Islam tidak dikatakan sebagai orang Dayak yang masuk Islam, melainkan
disebutkan sebagai orang Dayak menjadi Melayu.

H.M. Lutfi dalam H.S. Ahimsa-Putra (ed), Masyarakat Melayu dan


Budaya Melayu dalam
Perubahan, (Yogyakarta: Balai Kajian dan Pengembangan Budaya Melayu,
2007)
1 I. Abdullah, Konstruksi dan Reproduksi Kebudayaan, (Yogyakarta: Pustaka
Pelajar 2015), hlm. 44.

Isjoni, Orang Melayu di Zaman yang Berubah. (Yogyakarta: Pustaka Pelajar,


2012), hlm. 35

Abdullah, Berpihak Pada Manusia, Paradigma Nasional Pembangunan


Indonesia Baru. (Yogyakarta: TICI Publications dan Pustaka
Pelajar, 2010)

Isjoni,Orang Melayu di Zaman yang Berubah. (Yogyakarta: Pustaka Pelajar,


2012)

Ritzer dan Goodman, Teori Sosiologi Modern. (Jakarta: Kencana, 2007)

29
30
31

Anda mungkin juga menyukai