Anda di halaman 1dari 41

Pengembangan Media Pembelajaran Matematika Pada Materi

Pengurangan untuk Meningkatkan Hasil Belajar Matematika Siswa/I


Kelas II SD Negeri 1 Kota Bengkulu

Diajukan guna memenuhi tugas Mata Kuliah Metodologi Penelitian R & D

Disusun Oleh :
Dea Fatmawati (2111280032)

Dosen Pengampuh :

Resti Komala Sari, M.Pd

PROGRAM STUDI TADRIS MATEMATIKA


FAKULTAS TARBIYAH DAN ILMU KEGURUAN
UNIVERSITAS ISLAM NEGERI (UIN)
FATMAWATI SUKARNO BENGKULU
2023/2024
KATA PENGANTAR

Assalamualaikum warahmatulahi wabarakatuh.

Alhamdulillah saya ucapkan atas kesehatan yang diberikan oleh


Allah Swt. Karena atas rahmat-Nya lah saya sebagai penulis dapat
menyelesaikan tugas yang diberikan oleh dosen kami Ibu Resti Komala
Sari, M.Pd. yang merupakan dosen pengampu Mata Kuliah Metodologi
Penelitian R & D.

Saya juga mengucapkan terima kasih kepada teman-teman


yang terlibat dalam pembuatan proposal penelitian saya yang berjudul
"Pengembangan Media Pembelajaran Matematika pada Materi
Pengurangan untuk Meningkatkan Hasil Belajar Matematika Siswa
Kelas II SD Negeri 1 Kota Bengkulu".Disini saya selaku penulis
proposal riset ini mengetahui jika proposal riset ini masih jauh dari
kata bagus, oleh sebab itu saya sebagai penulis mengharap kritik serta
masukan supaya saya sanggup mengatasi kekurangan dari proposal riset
ini.

Wassalammualaikum warahmatullahi wabarakatuh

Bengkulu,3 November 2023

Dea Fatmawati
2111280032
DAFTAR ISI

KATA PENGANTAR............................................................................................................... 2

BAB I PENDAHULUAN.......................................................................................................... 4
A. Latar Belakang Masalah.............................................................................................4
B. Identifikasi Masalah...................................................................................................11
C. Batasan Masalah.......................................................................................................... 11
D. Rumusan Masalah....................................................................................................... 12
E. Tujuan Penelitian........................................................................................................ 12
F. Manfaat Penelitian......................................................................................................12

BAB II LANDASAN TEORI................................................................................................. 14


A. Kajian Teori.................................................................................................................... 14
B. Penelitian Relevan......................................................................................................28

BAB III METODE PENELITIAN......................................................................................... 32


A. Jenis Penelitian.............................................................................................................32
B. Prosedur Pengembangan Media Ajar..............................................................34
C. Jenis Data......................................................................................................................... 39
D. Instrumen Pengumpulan Data............................................................................40
E. Analisis Data...................................................................................................................41

DAFTAR PUSTAKA........................................................................................................... 115


BAB I

PENDAHULUAN

A. Latar Belakang Masalah

Pendidikan adalah dapat diartikan sebuah pemberian , bantuan ataupun

bimbingan yang telah diberikan oleh orang-orang yang bersedia mencurahkan

segenap kemampuannya untuk menghasilkan karakter siswa agar di setiap

generasi selalu ada penemuan, perubahan, serta kemajuan.

Sekolah merupakan sebuah lembaga pendidikan formal yang secara

terstruktur menyelenggarakan program studi, pengajaran, dan latihan dengan

tujuan mendukung pengembangan penuh potensi siswa. Ini mencakup aspek

moral, spiritual, intelektual, emosional, sosial, dan fisik. Peran sekolah sangat

signifikan dalam perkembangan anak, tidak hanya dalam pembelajaran

keterampilan dasar seperti membaca, menulis, dan lainnya, tetapi juga dalam

membentuk karakter mereka. Sekolah tidak hanya berfungsi sebagai tempat

pembelajaran, tetapi juga sebagai pengganti keluarga dan guru sebagai figur

orang tua dalam mendidik dan membimbing siswa..1

Menjadi fasilitator penting di sekolah dalam pelaksanaan program

pendidikan, pengajar mempunyai kiprah yg sangat strategis untuk mencapai

tujuan pendidikan yang diharapkan. dalam hal ini, pengajar dilihat menjadi

faktor penentu terhadap kemampuan peserta didik dalam belajar. Faktor primer

pada keseluruhan proses pendidikan pengajar


1
Syamsu Yusuf dan Nani M. Sugandhi, Perkembangan Peserta Didik (Jakarta:

Rajawali Pers, 2011), h. 30


Dengan kata lain, agar siswa dapat mencapai tujuan mereka, guru harus

menyediakan lingkungan belajar yang sebaik mungkin dalam pembelajaran. 2

Guru adalah elemen yang tidak mudah terputus, tanpa guru, kegiatan

sekolah menjadi sebuah proses yang sulit sehingga akan merugikan anak.

Kemudian Peran seorang guru sangat penting dalam proses pembelajaran.3

Menjadi subsistem pendidikan, pembelajaran juga memiliki dampak

yang signifikan terhadap bidang pendidikan lainnya seperti pembelajaran,

lingkungan pengajaran, penggunaan media, metode pengajaran, kurikulum, dan

bidang lain dalam sistem sekolah.

Pendidikan matematika dapat diibaratkan sebagai suatu bahasa simbolis

yang tidak menawarkan jawaban secara eksplisit, namun memiliki tujuan yang

sangat jelas yang harus dipahami oleh setiap siswa. Untuk memperkuat daya

ingat mereka, pendekatan yang melibatkan latihan menggambar dan menulis

menjadi esensial. Di lingkungan Sekolah Dasar (SD), siswa sering dibagi ke

dalam kelompok berdasarkan rentang usia, mulai dari enam atau tujuh tahun

hingga dua belas atau tiga belas tahun, tergantung pada kapan mereka

merencanakan untuk memasuki fase operasional yang lebih konkret. 4

2
Ondi Saondi dan Aris Suherman, Etika Profesi Keguruan (Bandung:PT Repika
Aditama 2012), h. 19
3
Nuni Yusvavera Syatra, Desain Relasi Efektif Guru Dan Murid (Yogyakarta: BukuBiru,
2013), h. 55
4
Heruman, Model Pembelajaran Matematika di Sekolah Dasar (Bandung: PT
Remaja Rosda Karya, 2007), h.1
Anak-anak pada tahap Sekolah Dasar menunjukkan kemampuan

responsif terhadap stimulus intelektual, serta mampu mengeksekusi tugas-tugas

belajar yang memerlukan kemampuan kognitif dan kecerdasan. Mereka mampu

menangani aktivitas seperti menulis, membaca, menghitung, dan calistung. Pada

usia SD/MI, daya pikir anak-anak telah mengalami perkembangan menuju

berpikir konkret dan rasional..5

Penelitian yang dilakukan di Almeria, Spanyol, terhadap para siswa

Sekolah Dasar (SD) mengungkapkan temuan yang menarik dan berpotensi

mengubah perspektif terhadap pendidikan.Matematikan dan bahasa adalah dua

bidang studi yang secara signifikan memengaruhi hasil akademik. Seseorang

akan memiliki konsep diri yang lebih baik dan prestasi akademik yang lebih baik

jika mereka mahir dalam matematika dan bahasa.6

Setiap jenjang pendidikan mengajarkan matematika. Matematika yang

abstrak membutuhkan banyak perhatian dan konsentrasi, dan terkadang sulit

dipahami jika terlalu banyak simbol digunakan. Peserta didik diharuskan

memahami setiap materi pembelajaran, yang menjadi tujuan primer dalam

proses pembelajaran. Sehingga demikian, pemanfaatan dari media interaktif

sebagai inovasi didalam media pembelajaran wajib dilakukan.

5
Syamsu Yusuf dan Nani M. Sugandhi, Perkembangan Peserta Didik (Jakarta:Rajawali
Pers, 2011), h. 61
6
Adi W. Gunawan, Cara Genius Menguasai Tabel Perkalian (Jakarta:PT Gramedia
Pustaka Utama, 2007), h. 7
Media sangatlah krusial didalam proses pendidikan karena membantu

guru menyampaikan pelajaran dengan cepat dan membuatnya mudah diterima

siswa.Media pengajaran dapat digunakan untuk menyalurkan pesan (pesan),

merangsang pikiran, perasaan, perhatian, dan keinginan siswa untuk

mendorong proses belajar. Agar pengalaman belajar lebih konkret, bentuk

media digunakan untuk meningatkannya. Oleh karena itu, kita dapat

mengantisipasi bahwa pengalaman belajar akan menjadi lebih signifikan bagi

siswa.8

Media pembelajaran memainkan peran sentral dalam dunia pendidikan,

menjadi elemen kunci yang membantu meningkatkan kelancaran dan efektivitas

kegiatan belajar mengajar. Peran tersebut menjadi semakin menonjol, terutama

ketika diterapkan dalam konteks pembelajaran matematika.9

Setiap materi pembelajaran mengusung tingkatan kesulitan yang unik.

Ada yang bisa disampaikan tanpa memerlukan bantuan media pembelajaran,

sementara sebagian membutuhkan pendekatan visual yang lebih kuat. Dalam

konteks tantangan seperti ini, pengajar memiliki opsi menggunakan berbagai

media untuk mendukung peserta didik dalam memahami dan menguasai

pelajaran matematika.10

7
Rubhan Masyur, Pengembangan Media Pembelajaran Dengan Macromedia Flash, Vol.
8, No. 2 (2017), h. 178
8
Zainal Aqib, Profesionalisme Guru Dalam Pembelajaran (Surabaya:Insan
Cendekia, 2010), h. 58
9
Masykur Arif Rhman, Kesalahan-Kesalahan Guru Saat Mengajar (Jakarta:Laksana,
2013), h. 179
10
Sitiatava Rizema Putra, Berbagai Alat Bantu Memudahkan Untuk Belajar Matematika
(Yogyakarta: Diva Press, 2012), h. 20
Guru menggunakan berbagai media untuk mengajar, terutama

matematika. Tangga Pintar ialah salah satu media yang dirancang sedemikian

khusus untuk mendorong siswa kelas II untuk belajar berhitung.11

Dengan menggunakan tangga pintar matematika, pembelajaran

matematika tidak hanya membuat pelajaran menyenangkan, tetapi juga

mendorong peserta didik untuk belajar serta bekerja sama pada grup buat

meningkatkan kreativitas, kecepatan berpikir, dan semangat.

Selain itu, tangga pintar menciptakan keasyikkan tersendiri dalam

belajar matematika, yang membuat siswa tertarik dan membuat pelajaran

mudah diterima, dipahami, dan dipahami.

Tangga pintar matematika adalah media pembelajaran yang dirancang

seperti tangga untuk menarik semua minat siswa dalam pelajaran matematika.

Bukan tangga yang digunakan untuk mendaki.12

Rostina Sundayana, Media Pembelajaran Matematika (Bandung:Alfabeta, 2013), h.151


11

12
Eti Herawati, Upaya Meningkatkan Motivasi dan Hasil Belajar Siswa Menggunakan
Media Pembelajaran Kartu Domino Matematika Pada Materi Pangkat Tak Sebenarnya dan
Bentuk Akar Kelas IX SMP Negeri Unggulan Sindang Kbupaten Indramayu, Vol. 1, No. 1 (Maret,
2017), h. 72
Sehingga dengan memakai media pembelajaran ini, peserta didik akan

dapat lebih memahami apa yang diajarkan guru dan pembelajaran tidak hanya

berpusat pada guru.

Berdasarkan temuan penelitian di SD Negeri 1 Kota Bengkulu. Terdapat

25 siswa laki-laki dan perempuan di Kelas II A, dan 15 siswa perempuan di Kelas

II B.13

Pendidik yang mengandalkan metode ceramah tanpa variasi dan tanpa

memanfaatkan media pembelajaran cenderung kurang memikat minat siswa

dalam mengikuti pelajaran. Sebaliknya, penggunaan media sebagai pendukung

dalam proses pembelajaran dapat membantu pengajar menyampaikan materi

secara lebih dinamis dan efektif tanpa memanjangkan uraian. Tidak hanya itu,

situasi kelas menjadi gaduh efek cara pembelajaran yang tidak mendukung

karna tampak separuh murid yang tidak meneladan cara pembelajaran dengan

bagus. sedangkan itu, berlandaskan pengamatan awal yang dijalani oleh

pengamat , sedang banyak murid yang belum ketika menjalankan proses

pembelajaran .

Siswa sering merasa cemas ketika wali kelas meminta mereka untuk

menyelesaikan soal latihan matematika. Rasa takut ini muncul karena mereka

merasa bosan dengan pelajaran matematika, menganggap konsepnya sulit untuk

dipahami, dan merasa banyak hal yang masih belum mereka mengerti

sepenuhnya.

Obsevasi Awal tanggal 23 Juli 202


13
Selain itu, ada beberapa siswa mengatakan tentang matematika

merupakan pelajaran yang sangat buruk. Ini terlihat dari fakta bahwa meskipun

beberapa siswa diminta untuk maju, mereka menolak..14

Selain itu, siswa mengatakan bahwa orang tua mereka tidak memberikan

dorongan atau insentif kepada mereka karena kebanyakan dari mereka tidak

diberikan perhatian atau ditanya tentang apa yang telah mereka pelajari setelah

pulang sekolah. Akibatnya, peserta didik sangat mudah melupakan pelajaran

yang diajarkan ketika pelajaran itu tidak diulang di rumah.

Isu ini menyebabkan performa belajar dalam pelajaran matematika

menjadi kurang memuaskan, terlihat dari beberapa nilai ujian mereka yang

berada di bawah standar kelulusan minimal (KKM). SD Negeri 1 Kota Bengkulu

menetapkan KKM sebesar 65. Dari berbagai aspek yang diidentifikasi oleh

peneliti, tampak bahwa kurangnya pemanfaatan media pembelajaran menjadi

faktor paling mencolok yang berkontribusi pada masalah tersebut.

Sehingga berdasarkan uraian dan penerangan dari latar belakang di

atas, tindakan guru wajib diambil untuk menemukan serta menerapkan media

pembelajaran yang bisa meningkatkan akibat belajar peserta didik di mata

pelajaran Matematika, dalam rangka itu peniliti melakukan penelitian dengan

judul “Pengembangan Media Pembelajaran Matematika di Materi

Pengurangan untuk menaikkan hasil Belajar Matematika peserta didik/I

Kelas 2 SD Negeri 1 Kota Bengkulu”

Obervasi Awal di Sekolah


14
B. Identifikasi Masalah

Berdasarkan kerangka masalah yang telah diuraikan, peneliti memiliki


kesempatan untuk mengidentifikasi sejumlah permasalahan yang mencakup;

1. Guru sedikit memvariasikan metode dan media pembelaran dalam proses belajar
pelajaran matematika.

2. Siswa masih sangat tidak tertarik untuk belajar

3. Nilai ulangan harian menunjukkan bahwa siswa memiliki hasil belajar matematika
yang buruk.

4. Ketiadaan penggunaan media yg inovatif dan kreatif.

5. Kurangnya harapan orang tua buat membantu anak mereka belajar di rumah

6. Tidak ada penggunaan alat tangga pintar matematika didalam proses


pembelajaran

C. Batasan Masalah

Melalui analisis latar belakang permasalahan di atas, peneliti dapat

mengidentifikasi sejumlah isu yang mendalam. Dengan demikian, penelitian ini akan

membatasi fokusnya pada permasalahan yang akan diinvestigasi, yaitu:

1. Tangga pintar matematika akan digunakan untuk mengajar peserta didik kelas II
Sekolah Dasar Negeri 1 Kota Bengkulu.

2. Materi matematika akan difokuskan pada pengurangan.

3. Guru mengevaluasi siswa dengan soal pilihan ganda.


D. Rumusan Masalah

Masalah penelitian ini adalah apakah ada hubungan antara hasil belajar

matematika siswa kelas II SD Negeri 1 Kota Bengkulu dan media Tangga pintar

Matematika?

E. Tujuan Penelitian

Studi ini bertujuan untuk mengetahui bagaimana tangga pintar

matematika mensugesti hasil belajar matematika peserta didik kelas II Sekolah

Dasar Negeri 1 Kota Bengkulu.

F. Manfaat Penelitian

Adapun manfaat penelitian ini ialah :

1) Manfaat Teoritis

a. Guna digunakan sebagai referensi ataupun bahan pertimbangan bagi

peneliti berikutnya.

b. Ada kemungkinan untuk meningkatkan tentang pengetahuan .mengenai

media dan hasil belajar siswa, terutama dalam hal pelajaran matematika.

2) Manfaat praktis

a. Bagi guru

Dalam ranah ilmu pengetahuan, serta melibatkan pemahaman dan

pengalaman matematika, penekanan khusus diberikan pada pengajaran operasi

pengurangan.
b. Bagi sekolah

Pendekatan peningkatan berbasis sekolah telah terbukti menjadi

model efektif dalam meningkatkan pencapaian belajar peserta didik,

terutama ketika diterapkan dengan memanfaatkan media dalam konteks

mata pelajaran matematika. Hal ini mencerminkan upaya serius dalam

meningkatkan kualitas pendidikan di tingkat sekolah. Bagi siswa

1) Menumbuhkan ketertarikan peserta didik pada pembelajaran

matematika.

2) Menaikkan kemampuan pelajaran matematika peserta didik didalam

materi pengurangan.

c. Bagi Peneliti
Memberi inspirasi kepada peneliti untuk menggunakan media

lainnya, serta untuk menerapkan dan menggunakan Tangga pintar

Matematika dengan cara yang optimal


BAB II

LANDASAN TEORI

A. Kajian Teori
1. Media Pembelajaran

a. Pengertian Media Pembelajaran

"Media" atau "Penyalur" merupakan bentuk jamak dari kata Latin

"media". Dalam konteks ini, media menjadi alat untuk menyampaikan

pesan atau informasi pembelajaran. Media dapat diartikan sebagai entitas

manusia, materi, atau peristiwa yang membentuk suatu lingkungan,

memungkinkan siswa untuk memperoleh pengetahuan, keterampilan,

atau sikap. Sebagai contoh, buku teks dan lingkungan pendidikan sendiri

dapat dianggap sebagai media.15

Media disebut media pengajaran jika ia mengandung informasi atau

pesan yang dimaksudkan untuk mengajar atau memiliki tujuan

instruksional. Dengan istilah lain, istilah "media pembelajaran" mengacu

di alat yang secara fisik dipergunakan buat memberikan bahan ajar,

seperti buku, tape recorder, kaset, film, slide (gambar bingkai), foto,

gambar, grafik, televisi, serta personal komputer instruksional

dilingkungan peserta didik yg dapat merangsang peserta didik untuk

belajar.16

//
15
Rostina Sundayana, Media Pembelajaran Matematika, (Bandung:Alfabeta, 2013), h. 4.
Rostina Sundayana, Media Pembelajaran Matematika, (Bandung:Alfabeta, 2013), h. 5
16
b. Manfaat dari Media Pembelajaran

Dalam beragam manfaat media pembelajaran dalam konteks kegiatan


belajar-mengajar, aspek-aspek berikut menjadi sorotan:

1. Membuat penyampaian materi menjadi lebih mudah;

2. Menjadikan aktivitas pembelajaran lebih menarik dan jelas;

3. Mendorong interaktivitas dalam komunikasi;

4. Efisiensi waktu dan energi dalam pembelajaran;

5. Meningkatkan kualitas dan prestasi belajar;

6. Memberikan fleksibilitas kepada siswa untuk belajar di waktu dan tempat


yang nyaman;

7. Meningkatkan motivasi belajar siswa;

8. Membuat guru lebih produktif dalam penyampaian materi.17

c. Ciri-ciri dari Media Pembelajaran

Adapun beberapa ciri-ciri media pembelajaran ialah:

1) Ciri-ciri Fiksatif
Ciri ini merujuk pada kapabilitas media untuk merekam,

menyimpan, dan merekonstruksi peristiwa atau objek yang diabadikan

melalui berbagai bentuk media, seperti fotografi, rekaman video, disket

pada komputer pribadi, dan medium film.

17
Masykur Arif Rhman, Kesalahan-Kesalahan Guru Saat Mengajar
(Jakarta:Laksana, 2013), h. 180-183
2) Ciri-ciri Manipulatif
Melalui pendekatan manipulatif, suatu kejadian yang

membutuhkan waktu berhari-hari dapat dihadirkan kepada peserta

didik dalam kurun waktu 2 atau 3 menit, melibatkan teknik rekaman

video time-lapsee

3) Ciri-ciri Distributif

Karakteristik distributif artinya saat sesuatu objek bisa bergerak

melalui ruang secara bersamaan dan sejumlah besar peserta didik

diberikan stimulus pengalaman yang relatif lama tentang insiden tadi 18

d. Pengelompokkan Media Pembelajaran

Beberapa kategori dalam mengelompokkan media pembelajaran melibatkan:

1) Media menggunakan Visual

Media visual melibatkan semua bentuk media yang dapat

diterima oleh indra penglihatan. Kategori-kategori media ini

melibatkan:

a) Media menggunakan gambar diam (still picture) dan grafis

Media ini menggambarkan potret berbagai peristiwa atau objek

dalam bentuk gambar, garis, kata-kata, simbol, dan ilustrasi. Beberapa

contoh dari media ini meliputi grafik, peta, diagram, poster, serta

berbagai jenis bagan.

Rostina Sundayana, Media Pembelajaran Matematika, (Bandung:Alfabeta, 2013), h.


18

17-18
b) Media menggunakan Papan
Media papan, yang meliputi papan tulis, papan flanel, papan

tempel, serta papan pameran, adalah media pelajaran yang memakai

papan menjadi bahan standar utamanya. Papan ini dapat didesain

sepanjang atau melebar.

c) Media menggunakan proyeksi

Dalam Media ini merupakan penggunaan media dengan

menggunakan proyektor oleh karena itu gambar timbul di layar.

Ada beberapa yang termasuk pada media ini misalnya slide, film

strip, overhead projector, transparansi, dan mikro film serta

mikrofische.

2) Media menggunakan Audio

Dalam Media audio merupakan jenis- jenis media yang dapat

didengar dengan memanipulasi pesan melalui bunyi ataupun suara.

Radio, kaset, dan rekaman tape termasuk dalam kategori ini.

3) Media menggunakan Audio Visual

Media ini berupa objek nyata yang memberikan pengalaman

konkret kepada siswa. Beberapa contoh media ini melibatkan

perangkat seperti televisi dan video.19

Nunuk Suyani dan Leo Agung, Strategi Belajar Mengajar (Yogyakarta:Penerbit


19

Ombak, 2012), h. 141


e. Syarat dan Kriteria Media

1) Menawarkan ketahanan yang luar biasa, bertahan lama dalam penggunaan.

2) Memiliki bentuk dan warna yang sangat menarik, memberikan daya tarik
visual yang signifikan.

3) Kesederhanaan dan kemudahan dalam pengelolaan menjadi karakteristik


khususnya.

4) Ukurannya yang sinkron, memberikan keseimbangan yang baik dalam


presentasi.

5) Mampu menggambarkan konsep pembelajaran matematika dengan jelas, baik


melalui gambar, diagram, maupun ilustrasi.

6) Sinkron dengan konsep matematika yang diajarkan, memberikan konsistensi


dalam penyampaian materi.

7) Mendorong aktifitas dan kemandirian peserta didik dalam proses belajar.


2. Media Tangga Pintar Matematika

1. Pengertian Media. Tangga pintar Matematika


Media tangga pintar merupakan jenis media yang dirancang

sebagai tangga tiga dimensi, menghadirkan dimensi ketiga melalui

kelompok media yang tidak memiliki proyeksi dan disajikan secara

visual tiga dimensi. Kelompok media ini memiliki kemampuan untuk

merepresentasikan objek yang nyata, baik itu benda hidup maupun mati,

atau bahkan sebagai replika dari objek aslinya 21. Dalam konteks

penggunaannya sebagai media untuk pembelajaran matematika, media

tangga pintar dilengkapi dengan stik bergambar yang berfungsi sebagai

alat bantu dalam proses penghitungan. Pendekatan ini bertujuan untuk

membuat peserta didik lebih terlibat dan aktif dalam proses belajar.

Karo-karo, Isran Rasyid, and Rohani Rohani.” Manfaat media dalam pembelajaran”
20

Jurnal pendidikan dan matematika 7.1


(2018)
21
Daryanto, Media Pembelajaran, 29.
Akan berperan aktif d i dalam . pembelajaran y a n g melalaui adanya

media pembelajaran yang sangat menarik.

1. Langkah-Langkah dari Penggunaan Tangga Pintar

a. Langkah-Langkah Secara Umum

Tangga pintar ini beroperasi dengan .cara yang sama seperti

tangga konvensional, menuruni setiap anak .tangga artinya mengurangi

jumlah. dilengkapi dengan .foto-foto menarik yang disesuaikan dengan

.materi serta menggunakan warna-warna menarik yang sangat sesuai.

dengan sifat siswa kelas II22.

a. Langkah-Langkah .Secara pengoprasionalan

a. Menyiapkan peralatan yang akan diperlukan ,seperti papan tangga

.pintar tiga dimensi, beberapa pertanyaan tentang pengurangan,

dan seorang operator

b. Pertama, tunjukkan 1 atau 2 contoh .penggunaan media tangga

pintar tersebut.

c. Kemudian Secara bertahap .maju ke kelas satu per satu.

d. Soal tentang pengurangan diberikan saat dimulainya permainan.

Vera Yuli, Muslimah, Pengembangan Media Pembelajaran Tangga Pintar Materi Penjumlahan
22

dan Pengurangan Kelas 1 Sekolah Dasar, Jurnal Penelitian Ilmu Pendidikan , Vol. 11 No, 1, 2018,hal 60.
b. Langkah-Langkah Secara pengoprasionalan

a. Menyediakan peralatan yang akan diperlukan seperti papan

tangga pintar .tiga dimensi, pertanyaan penjumlahan dan

pengurangan, dan operator

b. Menunjukkan beberapa contoh penggunaan. Awal dari media

tangga pintar.

c. Beralih ke kelas. satu per satu secara bergantian.

d. Satu tugas penjumlahan dan. pengurangan diberikan kepada

permainan.

e. Cara menghitung soal .pengurangan dari atas ke bawah dengan

memasukkan stik lalu menguranginya

f. Kemudian Setiap pemain memiliki dua. kesempatan dalam

menjawab pertanyaan, serta setiap pemain memiliki waktu

tiga .menit agar berpikir tentang jawaban mereka.

g. Apabila permainan tersebut .memiliki jawaban, sehingga

permainan dapat diganti dengan soal-soal lain.

h. Jika waktu habis, pemain dapat kembali .ke kursinya masing-

masing.

2. Kelebihan dan .Kekurangan Media Tangga Pintar

. Jika dalam pelajaran berhitung .guru akan hanya bergantung

pada setaip metode konversional, seperti ceramah, pelajaran akan

terlihat membosankan. Karena itu, media belajar tangga pintar

dirancang khusus untuk menarik perhatian siswa.


1) Kelebihan Media Pembelajaran .Tangga Pintar

Beberapa keunggulan dari penggunaan media tangga pintar matematika


melibatkan:
a. Mampu menciptakan pembelajaran yang lebih menarik,
memberikan motivasi kepada seluruh peserta didik untuk terlibat
dan berpartisipasi aktif dalam proses belajar matematika.
b. Membuat pembelajaran lebih beragam, menghindarkan monoton
dan membantu menjaga ketertarikan peserta didik serta mencegah
terjadinya kebosanan.
c. Mempermudah proses pembelajaran bagi peserta didik,
menjadikannya lebih aksesibel dan dapat dipahami dengan lebih
baik.
d. Merangsang rasa ingin tahu peserta didik dan meningkatkan
motivasi mereka untuk belajar matematika dengan lebih serius.
e. Menyajikan media pembelajaran yang inovatif dan sangat
menyenangkan, menciptakan suasana belajar yang dinamis dan
kreatif bagi peserta didik.
2) Kekurangan Media .Pembelajaran Tangga Pintar
Beberapa aspek yang mungkin dianggap sebagai kekurangan
dari penggunaan media tangga pintar melibatkan:
a. Material atau alatnya terbuat dari bahan yang tidak
mudah didapat dan relatif mahal.
b. Meskipun mudah digunakan, namun memiliki
keterbatasan dalam portabilitas atau kemampuan untuk
dibawa-bawa.
c. Karena terbuat dari styrofoam, media ini rentan
terhadap kerusakan yang mungkin timbul.
d. Keterbatasan jumlah materi pembelajaran yang dapat
diakomodasi oleh media ini, sehingga cakupan
pembelajaran menjadi terbatas.
e. Biaya pembuatan media yang cenderung mahal.

23
Vera Yuli, Muslimah, Pengembangan Media Pembelajaran Tangga Pintar
Materi Penjumlahan dan penguragan kelas 1 Sekolah Dasar, 61
f. Pengertian Hasil Belajar

Salah satu elemen yang amat bernilai serta taktis dalam metode

pembelajaran merupakan penghitungan hasil membiasakan murid.

penghitungan ini sanggup untuk menyeleksi seberapa besar

keberhasilan peserta didik dalam memahami kompetensi maupun materi

yang diajarkan oleh pengajar . tidak hanya itu, penghitungan ini pula

dapat sebagai sertifikat guna menyeleksi tingkat keberhasilan maupun

kemampuan guru dalam membimbing ..

Sehingga karena itu, penilaian dari hasil belajar sangat harus

dilakukan secara sangat menyeluruh sejak ketika penentuan instrumen,

penyusunan instrumen, telaah instrumen, pelaksanaan instrumen, analisis

instrumen, serta pengembangan program tindak lanjut.24

Variabel yang akan terjadi sama dengan variabel metode serta

kondisi pembelajaran. Pembelajaran pula dapat dikategorikan

menggunakan cara yang sama. Secara umum , hasil pembelajaran bisa

dibagi menjadi 3 kategori, yaitu:

1) Keefektifan

2) Efesiensi

3) Daya tarik

24
Nunuk Suyani dan Leo Agung, Strategi Belajar Mengajar (Yogyakarta:Penerbit Ombak,
2012), h. 34-35
Kemudian salah satu cara untuk mengukur mengenai efektivitas

pembelajaran adalah dengan menilai tingkat dari pencapaian siswa. Ada

empat komponen.penting yang dapat digunakan dalam .mengukur

keefektivitas pembelajaran, yakni::

1. Akurasi dalam menetapkan perilaku yang dipelajari, atau tingkat

keakuratan dalam menangani kesalahan.

2. Efisiensi dalam menunjukkan keterampilan kerja.

3. Intensitas dalam memahami materi pembelajaran.

4. Kapasitas untuk menyimpan dan mengingat materi pelajaran dalam

jangka waktu tertentu.

Keefektifan pembelajaran dapat dihitung dengan cara

membandingkan rasio antara waktu yang dihabiskan dalam untuk belajar

ataupun biaya yang akan digunakan. Dengansecara melihat

kecenderungan siswa .untuk tetap belajar, kemudian daya tarik

pembelajaran dapat diukur. Daya tarik pembelajaran .erat sekali

kaitannya dengan daya tarik bidang studi, dan keduanya biasanya sangat

.akan dipengaruhi oleh kualitas pembelajaran.:25

25
Amiruddin, Perencanaan . Pembelajaran (Konsep dan Implementasi), (Yogyakarta:
Parama Ilmu, 2016), h. 31-32
g. Fungsi Penilaian .Hasil Belajar

Fungsi-fungsi dalam menilai hasil belajar peserta didik oleh pendidik

dapat dirinci sebagai berikut:

1. Mengukur sejauh mana peserta didik mampu menguasai suatu

kompetensi tertentu;

2. Mengevaluasi seluruh hasil belajar peserta didik untuk membantu

mereka memahami diri sendiri dan membuat keputusan terkait

langkah berikutnya;

3. Mengidentifikasi kesulitan belajar dan peluang prestasi siswa,

berperan sebagai alat diagnostik untuk membantu guru menentukan

apakah siswa memerlukan remedial atau pengayaan;

4. Mengungkapkan kelemahan dan kekurangan siswa;

5. Menyediakan kontrol terhadap kemajuan siswa oleh pendidik dan

sekolah.26

h. Faktor-Faktor Yang .Mempengaruhi Hasil Belajar

Faktor-faktor yang .mempengaruhi hasil belajar terbagi menjadi dua

kelompok: Faktor intern (di dalam siswa) dan faktor ekstren (di luar

siswa).

1. Faktor intern akan terbagi .menjadi dua kelompok yaitu.

26
Kunandar. Penilaian Autentik (Penilaian Hasil Belajar . Peserta Didik Berdasarkan
Kurikulum 2013). ( Jakarta:PT RajaGrafindo, 2013), h.62-69.
a. Faktor fisikologis terdiri dari syarat fisikologis serta syarat

pancaindra. Faktor psikologis jua berpengaruh di proses serta

akibat belajar.

b. Faktor psikologis pula berpengaruh pada proses serta yang akan

terjadi belajar. seorang yang belajar tidak hanya wajib sehat secara

fisik, namun juga harus mempunyai kesehatan mental yang ideal.

2. Faktor eksternal memperlihatkan sejumlah aspek yang turut berperan

dalam membentuk hasil belajar, dan faktor tersebut dibagi menjadi dua

kategori utama:

a. Faktor lingkungan: Terdiri dari dua faktor lingkungan yang

memberikan dampak pada proses dan hasil belajar, yaitu

lingkungan alam dan lingkungan sosial budaya.

b. Faktor instrumental: Mempengaruhi hasil belajar siswa melalui

berbagai instrumen, seperti kurikulum, program, sarana dan

fasilitas, serta elemen-elemen lainnya.

Matematika jauh lebih dari sekadar kata aritmatika, karena

sebenarnya matematika adalah ilmu yang mengeksplorasi segala bentuk

bilangan dan hubungannya. Di sisi lain, aritmatika hanya merupakan operasi

perhitungan yang diajarkan di sekolah-sekolah.

Dalam proses pengajaran, guru biasanya menyampaikan konsep dan

operasi matematika, memberikan contoh soal sebagai model, dan

mendorong siswa untuk mengerjakan latihan serupa. Pendekatan ini

menitikberatkan pada pemahaman konsep dan operasi matematika

daripada sekadar menyampaikan informasi dan memberikan latihan


penerapan algoritma. Pandangan ini menunjukkan bahwa ketika

anak-anak belajar matematika terkait dengan aktivitas sehari-hari mereka,

pemahaman konsep dan operasi tersebut akan lebih tahan dan tidak mudah

terlupakan.

Media pembelajaran untuk membuat hubungan .antara konsep

matematika dan kehidupan sehari-hari lebih kuat. Sementara siswa biasanya

berpikir .dari hal-hal konkret ke hal-hal abstrak, menggunakan media

pendidikan membantu mereka berpikir abstrak tentang matematika. Peserta

didik tingkat SD bisa menerima SEMUA konsep matematika yang tak

berbentuk melalui beberapa benda-benda konkret sebab taraf

perkembangan intelektual mereka masih pada termin operasi nyata. untuk

membantu hal ini, media, yang dipergunakan buat belajar matematika,

dimanipulasi.

Media sangat penting untuk meningkatkan .pendidikan, termasuk

meningkatkan pendidikan matematika. Media pendidikan akan dapat

membantu siswa guna memahami dan menguasai .materi pembelajaran.

Konsep serta simbol matematika yang sebelumnya sanagt abstrak menjadi

konkret dengan penggunaan media pemebelajaran. untuk membantu anak-

anak belajar konsep dan. simbol matematika sejak dini, sesuai dengan

tingkat pemikiran mereka.27

Rostina Sundayana, Media Pembelajaran Matematika (Bandung;Alfabeta, 2013), h.23-29


27
B. Penelitian Relevan

Untuk meraih hasil penelitian ilmiah, data dipergunakan secara

komprehensif, mengambil langkah-langkah pencegahan terhadap plagiasi

dan pengulangan penelitian pada topik yang sama. Namun, beberapa

referensi tetap terkait dengan penelitian ini.

Penelitian bertujuan untuk memahami bagaimana media pembelajaran dan

motivasi belajar berpengaruh terhadap hasil belajar matematika. Lokasi

penelitian adalah di SDN 001 Sesayap, Kabupaten Tana Tidung, Provinsi

Kalimantan Utara, dengan 28 siswa kelas IV sebagai sampel yang diambil

melalui teknik pengambilan sampel acak berulang. Desain faktorial dua kali

dua digunakan dalam penelitian ini. Variabel terikat mencakup media

berbasis kearifan lokal dan media berbasis presentasi, sedangkan variabel

moderator adalah tingkat motivasi (tinggi dan rendah), dan variabel bebas

adalah hasil belajar matematika.

Melalui analisis ANOVA dua arah pada variabel Media Pembelajaran (A),

hasilnya menunjukkan bahwa fhitung lebih besar dari ftabel (4,789 lebih

besar dari 4,260), sehingga Ho ditolak. Kesimpulannya, dapat disarankan

bahwa penggunaan media berbeda secara signifikan mempengaruhi hasil

belajar siswa.

28
Desi Sasmita Nugraha, Penggunaan Media Edukatif .Permainan Domino Sebagai
Upaya Meningkatkan Hasil .Belajar Biologi Siswa Kelas XE SMA Taruna Nusa Harapan
Mojokerto Pada Materi Plantae Tahun 2019 (Skripsi S1Fakultas Keguruan dan Ilmu
Pendidikan Universitas Sanata Dharma Yogyakarta 2016).
Demikian, Ho diterima dan menyatakan bahwa interaksi antara media

pembelajaran dan motivasi belajar tidak memiliki dampak signifikan

terhadap hasil belajar siswa. Hasil analisis menunjukkan bahwa nilai Fhitung

(2,628) lebih kecil daripada Ftabel (4,260). Temuan ini mengindikasikan

bahwa penggunaan media berbasis kearifan lokal menghasilkan performa

belajar yang lebih baik dibandingkan dengan media berbasis presentasi

dalam konteks pembelajaran matematika bagi siswa kelas IV.

Perbedaan utama dengan penelitian Musakkir adalah bahwa

penelitian ini menggunakan media tangga pintar dan melibatkan siswa kelas

II SD, sehingga tidak bersifat duplikasi. Hasil penelitian ini juga relevan

dengan penelitian sebelumnya, seperti yang dilakukan oleh Kandit Birowati

(2013) dengan judul "Penerapan Media Visual untuk Meningkatkan Prestasi

Belajar Siswa dalam Pembelajaran Kelas VI di SDN 03 Yogyakarta". Kesamaan

antara keduanya termasuk tujuan meningkatkan hasil belajar siswa melalui

penggunaan media yang disesuaikan dengan kemampuan anak, seperti media

gambar. Pemanfaatan media pembelajaran juga diakui memiliki dampak

positif terhadap perkembangan siswa dan kreativitas guru, memberikan

pengalaman belajar langsung kepada siswa, sehingga mereka dapat melihat

hubungan langsung antara teori dan praktik serta memahami aplikasi ilmu di

lapangan..29

29
Kandit Birowati, Penerapan Media Visual .untuk Meningkatkan Prestasi Belajar
Siswa dalam Pembelajaran Siswa Kelas VI di SDN 03 .Yogyakarta, http://www.m-
edukasi.web.id/2013/08/pedoman-penilaian-.projek-project-work.html,diakses pada
Musyarofah, dalam penelitiannya berjudul "Upaya Meningkatkan

Hasil Belajar Melalui Media Variasi Gambar Pada Kelas IV/B Cilacap Tahun

Ajaran 2008/2009", berhasil membuktikan bahwa penerapan media

variasi gambar dapat meningkatkan hasil belajar siswa kelas IV/B di SD

Negeri Cilacap pada tahun pelajaran tersebut. Studi awal menunjukkan

tingkat kelulusan hanya sebesar 16,67%, namun setelah penerapan media

variasi gambar, terjadi peningkatan yang signifikan hingga mencapai

100%. Selain itu, juga terlihat adanya peningkatan keaktifan siswa dalam

proses pembelajaran.29

Melalui tiga penelitian yang telah diuraikan, terlihat bahwa

penggunaan media pembelajaran, seperti variasi gambar, memberikan

dampak positif yang signifikan terhadap hasil belajar siswa. Pembelajaran

menjadi lebih menarik, dan nilai anak-anak cenderung meningkat.

Perbedaan utama dengan penelitian yang akan dilakukan peneliti terletak

pada lokasi penelitian. Penelitian ini akan dilakukan di Kabupaten Lebong

Utara, sementara penelitian Musyarofah dilaksanakan di Kabupaten Tanah

Tidung, Daerah Yogyakarta, dan Cilacap.

Musyarofah, Upaya Meningkatkan hasil belajar .Melalui Media Variasi Gambar Pada
30

Kelas1V/BCilacap,http://eprints.uny.ac.id/20615/1/Umi%20Nur%20Achidatun%2009206241016.
pdf,diaksespadatanggal8juli2016
BAB III

METODE PENELITIAN

A. Jenis Penelitian

Penelitian dan pengembangan adalah jenis penelitian yang

digunakan untuk membuat produk dan menguji seberapa efektif

produk tersebut.31Tujuan utama dari penelitian dan pengembangan

bukanlah untuk mengembangkan teori atau menguji seberapa

efektif produk tersebut; tujuan utamanya adalah untuk membuat

produk yang dapat digunakan di institusi seperti sekolah atau

lembaga lainnya.32Pemilihan metode, model desain pembelajaran,

dan media pembelajaran yang tepat adalah semua faktor yang

berkontribusi pada kualitas pembelajaran yang efektif.

Produk yang dihasilkan dalam penelitian serta

pengembangan( Reseach and Development) terdapat yang

berbentuk barang( hardware) ataupun berbentuk fitur

lunak( aplikasi). Dalam riset ini produk yang dihasilkan berbentuk

barang( hardware), ada pula produk yang dimaksud berbentuk

Tangga Pintar Matematika yang diperuntukkan untuk siswa Kelas II

SD Negeri 1 Kota Bengkulu pada mata pelajaran Matematika materi

operasi pengurangan, perihal ini dicoba guna menunjang guru

supaya lebih gampang da;am mengujarkan materi pelajaran kepada

siswa serta peneliti berharap dengan terdapatnya media Tangga

angka Matematika ini, siswa sanggup memanfaatkannya.

31
Sugiyono, Metode Penelitian Kuantitatif dan Kualitatif dan R&D, hlm: 297
32
Hamid Darmadi, Metode Penelitian Pendidikan, hlm: 6
Oleh sebab itu, riset pengembangan ialah salah satu tipe riset

yang berkaitan dengan kenaikan mutu pembelajaran, baik dari segi

proses ataupun hasil pembelajaran. Perihal ini sejalan dengan riset

yang bertujuan guna meningkatkan produk yang diteliti.

“Pengembangan Media Pembelajaran Matematika Berdasarkan

Materi Pengurangan untuk Meningkatkan Hasil Belajar

Matematika Siswa/I Kelas II SD Negeri 1 Kota Bengkulu.”

B. Model Pengembangan

Model Model pengembangan Borg and Gall digunakan untuk

mengembangkan dan memvalidasi produk pendidikan. Dalam

model pengembangan ini, ada tiga tahap yang harus dilalui.33

1. Penelitian dan pengumpulan informasi awal

2. Perencanaan

3. Pengembangan format produk awal

4. Uji coba awal

5. Validasi

6. Revisi produk

7. Uji coba lapangan

8. Revisi produk akhir

33
Punaji Setyosari, Metode Penelitian Pendidikan dan Pengembangan,hlm: 228
C. Prosedur Pengembangan Media Ajar

Berdasarkan model penelitian Borg dan Gall, para peneliti

melewati empat tahap: pra-pengembangan, pengembangan, uji

coba, dan pasca-pengembangan.

1. Tahap Pra Pengembangan Produk

Pada langkah pra pengembangan produk, yakni

mendalami serta meneladan spesifik materi yang dibuat

guna materi ajar yang direncanakan, dan mengakulasi

materi-bahan modul yang d/igabungkan guna mengonsep

bahan ajar . Saat ini, hal-hal berikut mesti dilakukan :

a. Mengkaji Kurikulum

Tujuan dari analisa kurikulum yakni guna

memastikan kompetensi dasar. Pada fase ini, jumlah

kompetensi dasar yang hendak dibesarkan dalam materi

pelajaran ditetapkan . Kompetensi dasar yang diseleksi

yakni penjelasan mengenai konsep pengurangan .

b. Melakukan Studi Lapangan

Tujuan dari riset lapangan ini merupakan untuk

mengenali sikap serta kekhususan murid di kelas II,

menyurvei kesulitan membiasakan murid, serta

menyurvei keterampilan murid dalam memahami materi

pengurangan . tindakan ini dijalani dengan melaksanakan

konsultasi dengan guru.

c. Pengumpulan dan Pemilihan Bahan

Pada langkah ini, materi dikumpulkan dan dipilih

untuk digunakan dalam pembuatan bahan ajar. Materi


yang dipilih disesuaikan dengan kemampuan dan kondisi

siswa di tingkat sekolah dasar, dan hasilnya adalah

materi yang berkaitan dengan materi pengurangan.

d. Menyusun Kerangka Bahan Ajar

Membuat kerangka bahan ajar yang

mengkategorikan indikator, materi, evaluasi, dan proses

pembelajaran keterampilan pengurangan.

2. Tahap Pengembangan Produk

Dalam hal ini media pembelajaran untuk Tangga Pintar

Matematika materi pengurangan dibuat. Peneliti

berkonsultasi dengan guru kelas II di SD N 1 Kota Bengkulu,

serta pakar pembelajaran tematik.

3. Tahap Uji Coba Produk


Pada tahap ini dimaksudkan untuk mengetahui tingkat

kelayakan media awal yang diberikan dari tahap

pengembangan sehingga dapat dilakukan perbaikan untuk

produk media pembelajaran yang lebih baik. Pada tahap ini

terdapat tiga kelompok yaitu ahli, guru, dan siswa. Produk

divalidasi terlebih dahulu dengan mengkonsultasikannya

kepada kelompok ahli-ahli materi, ahli desain media

pembelajaran, serta praktisi dan guru.

Hasil penelitian dan juga kevalidan para ahli dan

praktisi sehingga digunakan untuk merevisi produk.

Selanjutnya, uji lapangan dilaksanakan untuk mengetahui

apakah media pembelajaran berbentuk Tangga angka

Matematika berguna atau tidak.


4. Tahap Pasca Pengembangan

Pada tahap pasca pengembangan, produk yang

dikembangkan dievaluasi berdasarkan data uji coba ahli. Pada

tahap ini diketahui apakah produk akan diubah atau

diimplementasikan. Sedangkan produk yang belum

memenuhi syarat akan diperbaiki.

D. Instrumen Pengumpulan Data

Daftar pertanyaan yang ditunjukkan pada subjek percobaan

coba ialah perlengkapan pengumpul data yang dalam

pengembangan ini. Tujuan dari pemanfaatan angket ini ialah guna

memperoleh data kuantitatif serta kualitatif tentang kelayakan

serta keutuhan produk yang diperoleh dari pengembangan ini.

Guna menciptakan data kuantitatif, periset memanfaatkan

angket. Berikut ini akan dijelaskan skala penghitungan menurut

sebagian penilaian validasi yang dipakai dalam studi

pengembangan ini:

a) Skor 1, jika tidak terlalu cocok, tidak terlalu menarik,

tidak terlalu mudah.

b) Skor 2, jika kurang sesuai, kurang menarik, kurang

mudah.

c) Skor 3, jika sesuai, menarik, dan mudah.

d) Skor 4, jika sangat sesuai, sangat menarik, dan sangat

mudah.

Kemudian langkah kedua merupakan instrumen

pengumpulan data kualitatif seperti lembaran yang berisi saran


serta komentar dari tim validator.

E. Analisis Data

Teknik yang digunakan dalam penelitian dan pengembangan

ini menggunakan beberapa tekni seperti : :

1. Analisis data pada tingkat kevalidan produk.

Untuk mengetahui tingkat kevalidan dari hasil

pengembangan media pembelajaran sehingga digunakan

teknik analisis ,dengan menggunakan rumus ini:

P= ∑x × 100%
∑ x1

Penjelasan :

P : persentase kelayakan

∑x : jumlah keseluruhan skor jawaban validator (nilai asli)

∑ x1 : jumlah keseluruhan total skor jawaban tertinggi (nilai


keinginan)

100 : Angka konstanta

Selain itu, kriteria kualifikasi penilaian berikut

digunakan sebagai asas pengambilan keputusan guna

merevisi media pembelajaran dan sehingga menentukan

tingkat kevaliditasan.34

34
Suharsimi Arikunto, Dasar-Dasar Evaluasi Pendidikan. hlm. 31
Tabel Penskoran Kevalidan Produk

NO Tingkat Pencapaian(%) Kualifikasi Keterangan


1 84% < skor ≤ 100% Sangat Valid Tidak revisi
2 68% < skor ≤ 83% Valid Tidak revisi
3 52% < skor ≤ 67% Cukup Valid Perlu revisi
4 36% < skor ≤ 51% Kurang Valid Revisi
5 20% < skor ≤ 36% Sangat kurang valid Revisi

Berasas tolok ukur di atas, evaluasi didapati benar bila

melengkapi ketentuan perolehan mulai dari nilai 76 sampai

100 guna tiap komponen dalam angket evaluasi guna ahli

materi , ahli media , ahli pembelajaran , serta anak didik. jika

belum melengkapi ketentuan , sehingga evaluasi akan

diulang sampai melengkapi ketentuan .

2. Analisis Data untuk uji coba

Analisa data hasil pengecekan guna mengukur jenjang

dismilaritas hasil berlatih anak didik. perihal ini dilakukan

dengan metode mengambil data uji coba coba ilmu dengan

pengecekan dini (pre-tes t) serta tes akhir (post-test) buat

mengenal dismilaritas hasil berlatih anak didik saat sebelum

serta setelah memakai bentuk pre-test post-test. Dalam

perihal ini, pengukuran dijalani sebanyak 2 kali, ialah saat

sebelum serta setelah perlakuan.

Rumus berikut digunakan, yaitu:35

Sugiyono, Metode Penelitian Kuantitatif dan Kualitatif dan R&D. hlm. 415
35

R = O1 X O2
R = O3 X O3
Keterangan:

O1 : p o i n s a a t s e b e l u m p e l a j a r d i b e r i k a n

perlakuan dengan memakai produk

berbentuk perantara pembelajaran

(kategori penelitian ).

O2 : Poin saat sesudah diberikan perlakuan dengan

menggunakan produk berbentuk perantara

pembelajaran(Kategori penelitian)

O3 : p o i n saat sebelum pelajar diberi

perlakuan tanpa memakai produk

berwujud alat pembelajaran

(kategori pengawasan).

O4 : Poin saat sesudah diberikan perlakuan dengan

tanpa menggunakan produk berbentuk perantara

pembelajaran(Kategori pengawasan)

X : Perlakuan

Nilai tes pertama dan kedua adalah sumber data yang

dikumpulkan. Peneliti kemudian memeriksa data dan

membandingkan kedua nilai tersebut. Untuk

membandingkan hasil belajar siswa dari kelompok uji coba

lapangan, yaitu siswa kelas II, hanya pengajuan perbedaan

nilai terhadap rerata kedua nilai. Hasil ini dihitung melalui

metode yang dikenal sebagai uji-t (t-test). Oleh karena itu,

prosedur yang digunakan untuk menganalisis data

eksperimen menggunakan model pre-test dan post-test


design adalah sebagai berikut:

1. Mencari rerata nilai tes awal (01)

2. Mencari rerata nilai tes akhir (02)

3. Menghitung perbedaan rerata dengan uji-t yang

rumusnya adalah sebagai berikut:

D
𝑡=
𝑑²
√ − 1)
𝑁 (𝑁

Keterangan:

t = harga t untuk sampel

berkorelasi D = difference

(X2 – X1)

d2 = variansi

N = jumlah sampel
DAFTAR PUSTAKA

Syamsu Yusuf dan Nani M. Sugandhi, Perkembangan Peserta Didik (Jakarta:


Rajawali Pers, 2011), h. 30
Ondi Saondi dan Aris Suherman, Etika Profesi Keguruan (Bandung:PT Repika
Aditama 2012), h. 19
Nuni Yusvavera Syatra, Desain Relasi Efektif Guru Dan Murid (Yogyakarta:
BukuBiru, 2013), h. 55
Heruman, Model Pembelajaran Matematika di Sekolah Dasar (Bandung: PT
Remaja Rosda Karya, 2007), h.1
Syamsu Yusuf dan Nani M. Sugandhi, Perkembangan Peserta Didik
(Jakarta:Rajawali Pers, 2011), h. 61
Adi W. Gunawan, Cara Genius Menguasai Tabel Perkalian (Jakarta:PT
Gramedia Pustaka Utama, 2007), h. 7
Rubhan Masyur, Pengembangan Media Pembelajaran Dengan Macromedia Flash, Vol.
8, No. 2 (2017), h. 178
Zainal Aqib, Profesionalisme Guru Dalam Pembelajaran (Surabaya:Insan
Cendekia, 2010), h. 58
Masykur Arif Rhman, Kesalahan-Kesalahan Guru Saat Mengajar
(Jakarta:Laksana, 2013), h. 179
Sitiatava Rizema Putra, Berbagai Alat Bantu Memudahkan Untuk Belajar Matematika
(Yogyakarta: Diva Press, 2012), h. 20
Rostina Sundayana, Media Pembelajaran Matematika (Bandung:Alfabeta, 2013), h.151
Eti Herawati, Upaya Meningkatkan Motivasi dan Hasil Belajar Siswa
Menggunakan Media Pembelajaran Kartu Domino Matematika Pada Materi Pangkat
Tak Sebenarnya dan Bentuk Akar Kelas IX SMP Negeri Unggulan Sindang Kbupaten
Indramayu, Vol. 1, No. 1 (Maret, 2017), h. 72
Rostina Sundayana, Media Pembelajaran Matematika (Bandung:Alfabeta, 2013), h.151
Eti Herawati, Upaya Meningkatkan Motivasi dan Hasil Belajar Siswa
Menggunakan Media Pembelajaran Kartu Domino Matematika Pada Materi Pangkat
Tak Sebenarnya dan Bentuk Akar Kelas IX SMP Negeri Unggulan Sindang Kbupaten
Indramayu, Vol. 1, No. 1 (Maret, 2017), h. 72
Rostina Sundayana, Media Pembelajaran Matematika, (Bandung:Alfabeta, 2013), h. 5
Masykur Arif Rhman, Kesalahan-Kesalahan Guru Saat Mengajar
(Jakarta:Laksana, 2013), h. 180-183
Rostina Sundayana, Media Pembelajaran Matematika, (Bandung:Alfabeta, 2013), h.
17-18
Nunuk Suyani dan Leo Agung, Strategi Belajar Mengajar
(Yogyakarta:Penerbit Ombak, 2012), h. 141-142
Karo-karo, Isran Rasyid, and Rohani Rohani.” Manfaat media dalam
pembelajaran” AXIOM:
Jurnal pendidikan dan
matematika 7.1 (2018)
Daryanto, Media
Pembelajaran, 29.
Vera Yuli, Muslimah, Pengembangan Media Pembelajaran Tangga Pintar Materi
Penjumlahan dan Pengurangan Kelas 1 Sekolah Dasar, Jurnal Penelitian Ilmu Pendidikan , Vol.
11 No, 1, 2018,hal 60.

Vera Yuli, Muslimah, Pengembangan Media Pembelajaran Tangga Pintar


Materi Penjumlahan dan penguragan kelas 1 Sekolah Dasar, 61
Nunuk Suyani dan Leo Agung, Strategi Belajar Mengajar
(Yogyakarta:Penerbit Ombak, 2012), h. 34-35
Amiruddin, Perencanaan Pembelajaran (Konsep dan Implementasi),
(Yogyakarta: Parama Ilmu, 2016), h. 31-32
Kunandar. Penilaian Autentik (Penilaian Hasil Belajar Peserta Didik Berdasarkan
Kurikulum 2013). ( Jakarta:PT RajaGrafindo, 2013), h.62-69.
Kunandar. Penilaian Autentik (Penilaian Hasil Belajar Peserta Didik Berdasarkan
Kurikulum 2013). ( Jakarta:PT RajaGrafindo, 2013), h.62-69.
Rostina Sundayana, Media Pembelajaran Matematika (Bandung;Alfabeta, 2013), h.23-
29
Desi Sasmita Nugraha, Penggunaan Media Edukatif Permainan Domino Sebagai
Upaya Meningkatkan Hasil Belajar Biologi Siswa Kelas XE SMA Taruna Nusa Harapan
Mojokerto Pada Materi Plantae Tahun 2019 (Skripsi S1Fakultas Keguruan dan Ilmu
Pendidikan Universitas Sanata Dharma Yogyakarta 2016).
Roni Ruseno, Penggunaan Media Kartu Domino Untuk Meningkatkan Keterampilan
Berhitung Pecahan Siswa Kelas III SDN 2 Kalang Klaten Tahun Pelajaran 2010/2011 (Skripsi
S1 Fakultas Keguruan dan Ilmu Pendidikan Sebelas-Maret Surakarta 2011).

Sugiyono, Metode Penelitian Kuantitatif dan Kualitatif dan R&D, hlm: 297

Hamid Darmadi, Metode Penelitian Pendidikan, hlm: 6

Punaji Setyosari, Metode Penelitian Pendidikan dan Pengembangan,hlm: 228

Suharsimi Arikunto, Dasar-Dasar Evaluasi Pendidikan. hlm. 313

Sugiyono, Metode Penelitian Kuantitatif dan Kualitatif dan R&D. hlm. 415

Suharsimi Arikunto, Manajemen Penelitian. hlm. 508-509

Anda mungkin juga menyukai