Anda di halaman 1dari 21

MAKALAH

ANALISIS JURNAL PERMASALAHAN PEMBELAJARAN


MATEMATIKA KELAS IV
Disusun untuk Memenuhi Tugas Mata Kuliah Kolokium Matematika SD Dosen
Pengampu Esti Triyani, M.Pd.

Oleh:
1. Irfan Fathur Rahman (171330000051)
2. Ahmad Mastur (171330000153)
3. Saidatul Irfana (171330000168)
4. Durrotun Nasihah (171330000179)
5. Kholida Firdausia (171330000181)
6. Tri Diansari (171330000182)

Kelas: 6PGSDA4

PROGRAM STUDI PENDIDIKAN GURU SEKOLAH DASAR


FAKULTAS TARBIYAH DAN ILMU KEGURUAN
UNIVERSITAS ISLAM NAHDLATUL ULAMA JEPARA
2020
KATA PENGANTAR

Puji dan syukur kehadirat Allah swt. yang telah memberikan


rahmat dan hidayah-Nya, sehingga kami dapat menyelesaikan tugas
makalah yang bertema “Analisis Jurnal Permasalahan Pembelajaran
Matematika Kelas IV” hingga akhir. Makalah ini telah disusun dengan
maksimal dan mendapatkan bantuan dari berbagai pihak, sehingga dapat
memperlancar pembuatan makalah ini. Untuk itu kami mengucapkan
terima kasih kepada semua pihak yang telah berkontribusi dalam
pembuatan makalah ini. Kami berharap semoga makalah ini dapat
menambah pengetahuan dan bermanfaat bagi para pembaca.
Karena keterbatasan pengetahuan maupun pengalaman yang kami
miliki, kekurangan pasti masih ada dalam makalah ini. Oleh karena itu,
kami sangat mengharapkan kritik dan saran yang membangun dari
pembaca demi kesempurnaan makalah ini.

Jepara, 12 Juni 2020

Penulis

i
DAFTAR ISI

HALAMAN JUDUL

KATA PENGANTAR............................................................................................... i

DAFTAR ISI ......................................................................................................... ii

BAB I PENDAHULUAN ........................................................................................1

1.1 Latar Belakang..........................................................................................1

1.2 Rumusan Masalah ....................................................................................2

1.3 Tujuan .......................................................................................................2

BAB II PEMBAHASAN..........................................................................................4

2.1 Permasalahan Pada Jurnal ........................................................................4

2.2 Solusi Pada Jurnal.....................................................................................4

2.3 Alternatif Solusi Lain dari Permasalahan pada Jurnal .............................6

BAB III PENUTUP ..................................................................................................9

3.1 Simpulan ...................................................................................................9

3.2 Saran .........................................................................................................9

ii
BAB I
PENDAHULUAN
1.1 Latar Belakang
Pendidikan memiliki peranan yang sangat penting dalam proses
peningkatan kualitas sumber daya manusia. Oleh karena itu sudah sepatutnya
pendidikan mendapat perhatian yang mendalam tentang nilai-nilai dan dasar-dasar
untuk meningkatkan kualitas sumber daya manusia. Salah satu cara meningkatkan
kualitas sumber daya manusia yakni dengan memperbaiki kualitas pembelajaran
di sekolah. Matematika merupakan salah satu mata pelajaran yang memegang
peranan sangat penting dalam pendidikan. Hal ini sejalan dengan pendapat
Susanto (2013:183) yang menyatakan bahwa dengan belajar matematika, kita
akan belajar bernalar kritis, kreatif, dan aktif yang sangat dibutuhkan orang dalam
menyelesaikan berbagai masalah.
Matematika merupakan salah satu mata pelajaran yang mempunyai
manfaat bagi kehidupan seseorang. Perkembangan Ilmu Pengetahuan dan
Teknologipun tidak terlepas dari peran matematika (Muijs & Reynolds, 2005:
212). Ini berarti bahwa fokus dari pembelajaran matematika di sekolah adalah
terbentuknya kemampuan peserta didik untuk memecahkan masalah karena
kemampuan tersebut merupakan bagian yang tidak dapat dipisahkan dari
pembelajaran matematika. Kemampuan memecahkan masalah yang diperoleh
peserta didik dalam matematika merupakan kemampuan yang akan digunakan
dalam memecahkan masalah- masalah keseharian peserta didik dan merupakan
sarana mempelajari ide matematika dan membentuk kemampuan matematis
lainnya.
Setyabukti (dalam Handayani, 2015: 144) mengemukakan bahwa
pembelajaran matematika di Indonesia memang masih menekankan menghapal
rumus-rumus dan menghitung, hal tersebut yang menyebabkan kemampuan
pemahaman peserta didik kurang berkembang. Kurangnya kemampuan
pemahaman konsep di Indonesia diindikasikan bahwa terjadi permasalahan pada
saat proses pembelajaran matematika. Pernyataan peserta didik bahwa pelajaran
matematika merupakan pelajaran yang menakutkan, guru matematika merupakan

1
guru yang killer. Peserta didik malas masuk pelajaran matematika, banyak peserta
didik yang cabut ketika jam pelajaran matematika, merupakan kenyataan yang
sudah sering kita jumpai dalam dunia pendidikan kita, baik di sekolah dasar
maupun perguruan tinggi.
Gambaran singkat di atas, menggambarkan persepsi masyarakat tentang
matematika merupakan pelajaran yang sulit. Persepsi negatif itu ikut dibentuk
oleh anggapan matematika sebagai ilmu yang kering, abstrak, teoritis, penuh
dengan lambang-lambang dan rumus-rumus yang sulit dan membingungkan, yang
muncul atau pengalaman kurang menyenangkan ketika belajar matematika di
sekolah. Akibatnya matematika tidak dipandang secara objektif lagi. Repotnya
lagi kejadian tersebut sering diperparah dengan masih adanya guru yang mengajar
matematika sering menceramahkan kepada peserta didiknya bahwa matematika
itu merupakan pelajaran yang sulit, hanya peserta didik yang pandai dan serius
belajar yang bisa menguasai matematika. Selain itu guru terkadang juga
berprilaku killer, galak, cepat marah, suka mencela, sering menghukum peserta
didik, kalau mengajar terlalu cepat karena harus mengejar materi, dan monoton.
Beberapa permasalahan di atas, mencerminkan kompleksitas permasalahan
pendidikan matematika. Persoalan pendidikan matematika di sekolah pun
akhirnya tidak hanya menyangkut masalah pedagogis, metodologis, tapi juga
masalah psikologis. Akibat yang muncul dari persoalan-persoalan tersebut, sering
menimbulkan miskonsepsi pada siswa, yang terbawa sampai perguruan tinggi.
Adanya permasalahan-permasalahan tersebut maka dibutuhkan suatu solusi untuk
pembelajaran matematika agar membuat peserta didik menjadi mudah memahami
dan berpengaruh pada hasil belajarnya, solusi tersebut meliputi penerapan metode,
model, strategi, pendekatan maupun media pembelajaran yang sesuai.
1.2 Rumusan Masalah
1. Bagaimana permasalahan yang ada pada jurnal?
2. Bagaimana solusi permasalahan sesuai jurnal?
3. Bagaimana alternatif solusi lain terhadap permasalahan pada jurnal?
1.3 Tujuan
1. Untuk mengetahui permasalahan yang ada pada jurnal.

2
2. Untuk mengetahui solusi permasalahan sesuai jurnal.
3. Untuk mengetahui alternatif solusi lain terhadap permasalahan pada jurnal.

3
BAB II
PEMBAHASAN
2.1 Permasalahan Pada Jurnal
Permasalahan yang terdapat pada jurnal yang berjudul “Upaya
Meningkatkan Pemahaman Pengukuran Sudut Pelajaran Matematika Melalui
Penerapkan Pembelajaran Two Stray Two Stay Siswa kelas IV SD Negeri 03
Merigi Kabupaten Kepahiang” yaitu: Berdasarkan penelitian ditemukan siswa
yang kurang bersemangat dalam proses pembelajaran dikarenakan
aktivitasnya sangat terbatas hal ini terjadi karena kurang maksimalnya guru
menerapkan metode pembelajaran. Guru tidak memberikan kesempatan
kepada siswa untuk aktif secara fisik dan emosionalnya. Ini dapat berakibat
pada pengetahuan yang diperolehnya hanya berasal dari guru dan buku yang
dibacanya. Potensi anak tidak bisa berkembang secara optimal.
Pada hasil observasi juga ditemukan beberapa masalah yang dapat
mengganggu keberhasilan proses pembelajaran siswa di kelas IV. Guru
kurang dalam memotivasi siswa dan dalam penyampaian tujuan
pembelajaran, hal ini dapat membuat siswa menjadi kurang bersemangat pada
saat proses pembelajaran berlangsung, dan juga guru kurang maksimal dalam
mengelola waktu belajar mengajar. Siswa juga dirasa menjadi kurang aktif
selama pembelajaran berlangsung. Aspek – aspek tersebut menjadi kriteria
kurang baik dalam terlaksananya tujuan pembelajaran.
2.2 Solusi Pada Jurnal
Permasalahan yang ada dalam jurnal tersebut dapat diatasi dengan
menggunakan model pembelajaran kooperatif, model pembelajaran
kooperatif adalah model Two Stray Two Stay (TSTS) yang dikembangkan
oleh Spencer Kagan 1992. Struktur TSTS yaitu salah satu tipe pembelajaran
kooperatif yang memberikan kesempatan kepada kelompok membagikan
hasil dan informasi kepada kelompok lain. Hal ini dilakukan karena banyak
kegiatan belajar mengajar yang diwarnai dengan kegiatan-kegiatan individu.
Metode Two Stray Two Stay merupakan sistem pembelajaran
kelompok dengan tujuan agar siswa dapat saling bekerjasama,

4
bertanggungjawab, saling membantu memecahkan masalah, dan saling
mendorong satu sama lain untuk berprestasi. Metode ini juga melatih siswa
untuk bersosialisasi dengan baik (Huda, 2014: 207). Sementara menurut
Berdiati, Ika (2010: 92) model pembelajaran Two Stray Two Stay merupakan
bagian dari pembelajaran kooperatif yang memberi pengalaman kepada siswa
untuk berbagi pengetahuan baik di dalam kelompok maupun dalam kelompok
lainnya.
Pada tahapan pelaksanaan penelitian ini dilakukan selama tiga siklus.
Setiap siklus tingkat keberhasilannya diukur menggunakan tes formatif. Dari
hasil Rekapitulasi hasil tes Formatif pada siklus I dapat dijelaskan bahwa
dengan menerapkan pembelajaran dengan Metode pembelajaran Two Stray
Two Stay diperoleh nilai rata-rata prestasi belajar siswa adalah 6.3 dan
ketuntasan belajar mencapai 35 % atau ada 7 siswa dari 20 siswa sudah tuntas
belajar. Hasil tersebut menunjukkan bahwa pada siklus pertama secara
klasikal siswa belum tuntas belajar, karena siswa yang memperoleh nilai ≥ 65
hanya sebesar 35% lebih kecil dari persentase ketuntasan yang dikehendaki
yaitu sebesar 85%. Hal ini disebabkan karena siswa masih merasa baru dan
belum mengerti apa yang dimaksudkan dan digunakan guru dengan
menerapkan pembelajaran dengan Metode pembelajaran Two Stray Two Stay.
Dari hasil Rekapitulasi hasil tes Formatif pada siklus II dapat dijelaskan
bahwa nilai rata-rata prestasi belajar siswa adalah 75 dan ketuntasan belajar
mencapai 75 % atau ada 15 siswa dari 20 siswa sudah tuntas belajar. Hasil ini
menunjukkan bahwa pada siklus II ini ketuntasan belajar secara klasikal telah
mengalami peningkatan sedikit lebih baik dari siklus I. Adanya peningkatan
kemampuan berbicara siswa ini karena setelah guru menginformasikan bahwa
setiap akhir pelajaran akan selalu diadakan tes sehingga pada pertemuan
berikutnya siswa lebih termotivasi untuk belajar. Selain itu siswa juga sudah
mulai mengerti apa yang dimaksudkan dan diinginkan guru dengan
menerapkan pembelajaran dengan Metode pembelajaran Two Stray Two Stay.
Penyempurnaan aspek-aspek diatas dalam menerapkan metode pembelajaran
kooperatif Two Stray Two Stay diharapkan dapat berhasil semaksimal

5
mungkin. Nilai rata-rata tes formatif sebesar 86 dan dari 20 siswa telah tuntas
sebanyak 19 siswa dan 1 siswa belum mencapai ketuntasan belajar. Maka
secara klasikal ketuntasan belajar yang telah tercapai sebesar 95% (termasuk
kategori tuntas). Hasil pada siklus III ini mengalami peningkatan lebih baik
dari siklus II. Adanya peningkatan kemampuan berbicara pada siklus III ini
dipengaruhi oleh adanya peningkatan kemampuan guru dalam menerapkan
pembelajaran dengan metode pembelajaran Two Stray Two Stay sehingga
siswa menjadi lebih terbiasa dengan pembelajaran seperti ini sehingga siswa
lebih mudah dalam memahami materi yang telah diberikan.
2.3 Alternatif Solusi Lain dari Permasalahan pada Jurnal
Beberapa alternatif solusi lain untuk mengatasi permasalahan pada
jurnal adalah dengan membiasakan siswa untuk belajar matematika
merupakan salah satu cara agar siswa menyenangi pelajaran matematika.
Kesan matematika yang dianggap sulit menimbulkan rasa malas terhadap
siswa. Rasa malas yang timbul dari diri siswa dapat menghambat proses
belajarnya. Sebagai orang tua siswa di sekolah guru juga dapat memberi
dorongan belajar berupa motivasi.
Menurut Mike Ollerton (2010: 25), guru memotivasi siswa untuk
belajar matematika dengan mengkaitkan konteks dalam kehidupan sehari-
hari. Saat siswa mengalami kesulitan belajar guru dapat memotivasi untuk
tidak menyerah. Guru dapat memberikan solusi kepada siswa untuk
menyelesaikan suatu masalah dengan kehidupan sehari-hari. Guru hendaknya
membantu siswa agar dapat mengatasi rasa sulit yang dialami siswa.
Menurut Pitadjeng (2006: 49-50), ada beberapa cara yang dapat
dilakukan oleh guru untuk mengatasi kesulitan belajar yang dialami siswa,
yaitu:
a. Memastikan kesiapan siswa untuk belajar matematika
Kesiapan siswa untuk belajar perlu diperhatikan karena siswa dapat
termotivasi untuk mengikut kegiatan belajar. Jika siswa bersungguh-
sungguh dalam belajar maka hasil belajar yang dicapai maksimal.

6
Untuk membelajarkan matematika, guru hendaknya memastika
kesiapan siswa untuk belajar.

b. Pemakaian media belajar yang mempermudah pemahaman anak.


Media belajar salah satu alat untuk membantu siswa dalam memahami
materi. Media belajar memudahkan siswa dalam belajar karena siswa
dapat melihat, meraba, dan menggunakan secara langsung. Pemilihan
media belajar yang tepat memudahkan siswa memahami materi.
Sebaliknya jika pemilihan media belajar kurang tepat maka dapat
membingungkan siswa bahkan menimbulkan salah konsep. Terkait
pemahaman materi pengukuran sudut, terdapat salah satu media
pembelajaran yang menarik dan dapat meningkatkan pemahaman
peserta didik, yaitu media pembelajaran jam sudut.

7
c. Permasalahan yang diberikan merupakan permasalahan dalam
kehidupan sehari-hari.
Permasalahan matematika yang ditemui dalam kehidupan sehari-hari
siswa memudahkan siswa untuk memecahkan masalah. Hal ini karena
permasalah tersebut nyata dan dapat dibayangkan oleh siswa sehingga
lebiuh mudah untuk mencari penyelesaian masalah dengan
kemampuan matematika yang telah dimiliki.

d. Tingkat kesulitan masalah sesuai dengan kemampuan anak.


Pembelajaran matematika memiliki kesan sulit bagi siswa yang
mengalami kesulitan belajar matematika. Guru dapat memberikan
solusi, salah satunya dengan memberikan suatu masalah atau soal
berdasarkan tingkat kemampuan siswa. Jika guru memberikan soal
tidak disesuaikan dengan kemampuan siswa menimbulkan kesulitan
bagi siswa.

e. Memberi kebebasan kepada anak untuk menyelesaikan masalah


menurut caranya, atau sesuai dengan kemampuannya.
Pengalaman belajar siswa antara yang satu dengan lainnya berbeda
begitu pula dengan kemampuan yang dimiliki setiap siswa.
Kemampuan setiap siswa berbeda dalam menyelesaikan suatu
masalah. Guru dalam hal ini perlu memberikan kebebasan bagi siswa
untuk dapat menyelesaikan masalah dengan caranya sendiri.
Menghilangkan rasa takut anak untuk belajar matematika. Belajar
matematika salah satu kegiatan yang menyenangkan jika siswa tidak
memiliki kesan matematika sulit. Siswa yang merasa takut dengan
matematika akan merasa kesulitan dalam memahami materi sehingga
menghambat proses belajarnya. Sebaliknya, siswa yang tidak merasa
takut akan merasa tertantang untuk menyelesaikan masalah, siswa
aktif bertanya jika tidak paham, bahkan siswa berani menyampaikan
gagasan di depan kelas.

8
BAB III
PENUTUP
3.1 Simpulan
Pada hasil observasi ditemukan beberapa masalah yang dapat mengganggu
keberhasilan proses pembelajaran siswa di kelas IV. Guru kurang dalam
memotivasi siswa dan dalam penyampaian tujuan pembelajaran, hal ini dapat
membuat siswa menjadi kurang bersemangat pada saat proses pembelajaran
berlangsung, dan juga guru kurang maksimal dalam mengelola waktu belajar
mengajar. Salah satu penyelesaian masalah tersebut adalah dengan
menggunakan model pembelajaran Two Stray Two Stay yang dapat
meningkatkan kualitas pembelajaran Matematika. Pembelajaran dengan
Metode pembelajaran Two Stray Two Stay memiliki dampak positif dalam
meningkatkan prestasi belajar siswa yang ditandai dengan peningkatan
ketuntasan belajar siswa dalam setiap siklus, yaitu siklus I ( 35% ), siklus II (
75% ), siklus III ( 95% ).
3.2 Saran
Saran yang dapat kami sampaikan, sebagai calon guru harus mengetahui dan
memahami problematika pembelajaran matematuka SD. Serta mengetahui
solusi atau upaya yang dapat diterapkan dalam mengatasi problematika
pembelajaran matematika SD, agar nantinya kita dapat meng
implementasikan pembelajaran matematika dengan baik dan benar serta
menyenangkan bagi peserta didik.

9
Daftar Pustaka

Berdiati, I. 2010. Model Pakem Pembelajaran Bahasa Indonesia. Bandung:


Widyaiswara BDK.
Handayani, H. 2015. Pengaruh Pembelajaran Kontekstual Terhadap Kemampuan
Pemahaman dan Representasi Matematika Siswa Sekolah Dasar. Jurnal
Pendidikan Guru Sekolah Dasar, 1(1): 142-149.
Huda, M. 2014. Model-model Pengajaran danPembelajaran. Yogyakarta:
PustakaPelajar.
Mike Ollerton. 2010. Panduan Guru Mengajar Matematika. Jakarta: Erlangga.
Muijs, D. & Reynolds, D. 2005. Effective teaching evidence and practice.
London: SAGE Publications.
Pitadjeng. 2006. Pembelajaran Matematika yang Menyenangkan. Jakarta:
Departemen Pendidikan Nasional.
Susanto, A. 2013. Teori Belajar dan Pembelajaran di Sekolah Dasar. Jakarta:
Kencana.
Jurnal PGSD p-ISSN1693-8577
e-ISSN 2599-0691
Jurnal Pendidikan Guru Sekolah
Dasar

Upaya Meningkatkan Pemahaman


Pengukuran Sudut Pelajaran Matematika
Melalui Penerapkan Pembelajaran Two
Stray Two Stay Siswa Kelas IV SD Negeri
03 Merigi Kabupaten Kepahiang
Misyani
SDN 03 Merigi, Kepahiang
misyaniy@yahoo.com

Abstrak

Tujuan dari penelitian ini adalah: (a) Untuk mengungkap pengaruh


pembelajaran Two Stray Two Stayterhadap hasil belajar Matematika.
(b) Ingin mengetahui seberapa jauh pemahaman dan penguasaan mata
pelajaran Matematika setelah diterapkannya pembelajaran Two Stray
Two Stay Penelitian ini menggunakan penelitian tindakan (action
research) sebanyak tiga putaran. Setiap putaran terdiri dari empat
tahap yaitu: rancangan, kegiatan dan pengamatan, refleksi, dan refisi.
Sasaran penelitian ini adalah siswa Kelas IV SD Negeri 03 Merigi. Data
yang diperoleh berupa hasil tes formatif, lembar observasi kegiatan
belajar mengajar.Dari hasil analis didapatkan bahwa prestasi belajar
siswa mengalami peningkatan dari siklus I sampai siklus III yaitu,
siklus I 35%), siklus II (75 %), siklus III ( 95 %). Pembelajaran Two
Stray Two Stay dapat berpengaruh positif terhadap motivasi belajar
Siswa kelas IV SD Negeri 03 Merigi. Sehingga dapat disimpulkan bahwa
model pembelajaran Two Stray Two Stay dapat digunakan sebagai
salah satu alternativ model dalam pembelajaran Matematika.

Kata Kunci: Pembelajaran, Two Stray Two Stay, Pengukuran Sudut

Pendahuluan

Belajar memerlukan keterlibatan mental dan kerja siswa sendiri. Penjelasan dan
pemeragaan semata tidak akan membuahkan hasil belajar yang langgeng. Yang bisa
membuahkan hasil belajar yang langgeng hanyalah kegiatan belajar aktif. Belajar
tindakan dan perilaku siswa yang kompleks. Sebagai tindakan, maka belajar hanya
dialami oleh siswa sendiri. Siswa adalah penentu terjadinya atau tidak terjadinya
proses belajar. Proses belajar terjadi karena siswa memperoleh sesuatu yang ada di
lingkungan sekitar. Lingkungan yang dipelajari oleh siswa berupa keadaan alam,
benda-benda, hewan, tumbuhan dan manusia atau hal-hal yang dijadikan bahan
belajar.

Tindakan belajar tentang suatu hal tersebut tampak sebagai perilaku belajar yang
tampak dari luar. secara legal di sekolah. Tujuan kurikulum sekolah tersebut
dijabarkan dari tujuan pendidikan nasional yang terumus di dalam Undang-Undang
Pendidikan yang berlaku. Acuan pada kurikulum yang berlaku tersebut, berarti juga
mengaitkan pada bahan belajar yang harus diajarkan oleh guru. bahan belajar
tersebut ditentukan oleh ahli kurikulum.

120 Jurnal Pendidikan Guru Sekolah Dasar, 11 (2) : 120-127


Upaya Meningkatkan Pemahaman Pengukuran Sudut

Siswa dalam pembelajaran kurang bersemangat, karena aktifitasnya sangat terbatas


dikarenakan penggunaan metode oleh guru. Siswa tidak diberi kesempatan untuk
aktif baik secara fisik dan emosionalnya. Ini berakibat pengetahuan yang
diperolehnya hanya berasal dari guru dan buku yang dibacanya. Potensi anak tidak
bisa berkembang secara optimal. Padahal sebenarnya setiap siswa memiliki potensi
yang besar apabila potensi itu dikembangkan dengan diberi kesempatan untuk
mengembangkan potensi melalui aktifitas yang dirancang oleh Guru.

Metode

PTK dapat membantu dalam pengembangan kompetensi guru dalam penyelesaikan


masalah. Dalam PTK pembelajaran mencakup kualitas isi, fisiensi, dan efektivitas
pembelajaran, proses, dan hasil belajar siswa, serta peningkatan kemampuan
pembelajaran akan berdampak pada peningkatan kompetensi kepribadian, sosial,
dan profesional guru (Prendergast, 2002).Menurut pengertiannya, penelitian
tindakan adalah penelitian tentang hal-hal yang terjadi di sekelompok masyarakat
atau sasaran, dan hasilnya langsung dapat dikenakan pada masyarakat yang
bersangkutan (Arikunto, Suharsimi, 2002: 82). Ciri atau karakteristik utama dalam
penelitian tindakan adalah adanya partisipasi dan kolaborasi antara peneliti dengan
anggota kelompok sasaran.

Lewin (dalam Prendergast, 2002:2) secara tegas menyatakan, bahwa penelitian


tindakan kelas merupakan cara guru untuk mengorganisasikan pembelajaran
berdasarkan pengalamannya sendiri atau pengalamannya berkolaborasi dengan
guru lain. Sementara itu, Calhoun dan Glanz (dalam Prendergast, 2002:2)
menyatakan, bahwa penelitian tindakan kelas merupakan suatu metode untuk
memberdayakan guru yang mampu mendukung kinerja kreatif sekolah. Di samping
itu, Prendergast (2002:3) juga menyatakan, bahwa penelitian tindakan kelas
merupakan wahana bagi guru untuk melakukan refleksi dan tindakan secara
sistematis dalam pengajarannya untuk memperbaiki proses dan hasil belajar siswa.

Cole dan Knowles (Prendergast (2002:3-4) menyatakan bahwa, penelitian tindakan


kelas dapat mengarahkan para guru untuk melakukan kolaborasi, efleksi, dan
bertanya satu dengan yang lain dengan tujuan tidak hanya tentang program dan
metode mengajar, tetapi juga membantu para guru mengembangkan hubungan-
hubungan personal. Pernyataan Knowles tersebut juga didukung oleh Noffke
(Prendergast (2002:5), bahwa penelitian tindakan kelas dapat mendorong para guru
melakukan refleksi terhadap praktek pembelajarannya untuk membangun
pemahaman mendalam dan mengembangkan hubungan-hubungan personal dan
sosial antar guru. Whitehead (1993) menyatakan, bahwa penelitian tindakan kelas
dapat memfasilitasi guru untuk mengembangkan pemahaman tentang pedagogi
dalam rangka memperbaiki pemberlajarannya.

Sesuai dengan jenis penelitian yang dipilih, yaitu penelitian tindakan, maka
penelitian ini menggunakan model penelitian tindakan dari kemmis dan Taggert
(dalam Arikunto, Suharsimi, 2002: 83) yaitu berbentuk spiral dari siklus yang satu
ke siklus yang berikutnya. Setiap siklus meliputi planning (rencana), action
(tindakan), observation (pengamatan), dan reflection (refleksi). Langkah pada siklus
berikutnya adalah perencanaan yang sudah direvisi, tindakan, pengamatan, dan
refleksi. Sebelum masuk pada siklus I dilakukan tindakan pendahuluan yang berupa
identifikasi permasalah.

Tempat penelitian adalah tempat yang digunakan dalam melakukan penelitian


untuk memperoleh data yang diinginkan. Penelitian ini bertempat di SD Negeri 03
Merigi Kabupaten Kepahiang.Waktu Penelitian ini dilaksanakan pada bulan

Jurnal Pendidikan Guru Sekolah Dasar, 11 (2) : 120-127 121


Misyani

September s/d Desember 2015 semester ganjil tahun pelajaran 2015/2016. Subyek
Penelitian ini Siswa-siswi Kelas IV SD Negeri 03 Merigi Kabupaten Kepahiang.

Siklus spiral dari tahap-tahap penelitian tindakan kelas adalah :


1. Rancangan/rencana awal, sebelum mengadakan penelitian peneliti
menyusun rumusan masalah, tujuan dan membuat rencana tindakan,
termasuk di dalamnya instrumen penelitian dan perangkat pembelajaran.
2. Kegiatan dan pengamatan, meliputi tindakan yang dilakukan oleh peneliti
sebagai upaya membangun pemahaman konsep siswa serta mengamati hasil
atau dampak dari diterapkannya metode pembelajaran model TSTS.
3. Refleksi, peneliti mengkaji, melihat dan mempertimbangkan hasil atau
dampak dari tindakan yang dilakukan berdasarkan lembar pengamatan
yang diisi oleh pengamat.
4. Rancangan/rencana yang direvisi, berdasarkan hasil refleksi dari pengamat
membuat rancangan yang direvisi untuk dilaksanakan pada siklus
berikutnya.

Observasi dibagi dalam tiga putaran, yaitu putaran 1, 2 dan 3, dimana masing
putaran dikenai perlakuan yang sama (alur kegiatan yang sama) dan membahas
satu sub pokok bahasan yang diakhiri dengan tes formatif di akhir masing putaran.
Dibuat dalam tiga putaran dimaksudkan untuk memperbaiki sistem pengajaran
yang telah dilaksanakan.Data-data yang diperlukan dalam penelitian ini diperoleh
melalui observasi pengolahan belajar aktif, observasi aktivitas siswa dan guru, dan
tes formatif.

Hasil

Siklus I

a. Tahap Perencanaan
Pada tahap ini peneliti mempersiapkan perangkat pembelajaran yang terdiri dari
rencana pelajaran 1, soal tes formatif 1 dan alat-alat pengajaran yang
mendukung. Selain itu juga dipersiapkan lembar observasi pengelolaan metode
pembelajaran Two Stray Two Stay , dan lembar observasi aktivitas guru dan
siswa.

b. Tahap Kegiatan dan Pelaksanaan


Pelaksanaan kegiatan belajar mengajar untuk siklus I dilaksanakan pada tanggal
26 September Tahun 2015 di Kelas IV jumlah siswa 20 orang. Dalam hal ini
peneliti bertindak sebagai pengajar. Adapun proses belajar mengajar mengacu
pada rencana pelajaran yang telah dipersiapkan. Pengamatan (observasi)
dilaksanakan bersamaan dengan pelaksanaan belajar mengajar.
Pada akhir proses belajar mengajar siswa diberi tes formatif I dengan tujuan
untuk mengetahui tingkat keberhasilan siswa dalam proses belajar mengajar
yang telah dilakukan. Adapun data hasil penelitian pada siklus I adalah sebagai
berikut:
Aspek-aspek yang mendapatkan kriteria kurang baik adalah memotivasi siswa,
menyampaikan tujuan pembelajran, pengelolaan waktu, dan siswa antusias.
Keempat aspek yang mendapat nilai kurang baik di atas, merupakan suatu
kelemahan yang terjadi pada siklus I dan akan dijadikan bahan kajian untuk
refleksi dan revisi yang akan dilakukan pada siklus II.
Dari hasil Rekapitulasi hasil tes Formatif pada siklus I dapat dijelaskan bahwa
dengan menerapkan pembelajaran dengan Metode pembelajaran Two Stray Two
Stay diperoleh nilai rata-rata prestasi belajar siswa adalah 6.3 dan ketuntasan
belajar mencapai 35 % atau ada 7 siswa dari 20 siswa sudah tuntas belajar. Hasil
tersebut menunjukkan bahwa pada siklus pertama secara klasikal siswa belum

122 Jurnal Pendidikan Guru Sekolah Dasar, 11 (2) : 120-127


Upaya Meningkatkan Pemahaman Pengukuran Sudut

tuntas belajar, karena siswa yang memperoleh nilai  65 hanya sebesar 35%
lebih kecil dari persentase ketuntasan yang dikehendaki yaitu sebesar 85%. Hal
ini disebabkan karena siswa masih merasa baru dan belum mengerti apa yang
dimaksudkan dan digunakan guru dengan menerapkan pembelajaran dengan
Metode pembelajaran Two Stray Two Stay.

c. Refleksi
Dalam pelaksanaan kegiatan belajar mengajar diperoleh informasi dari hasil
pengamatan sebagai berikut:

1) Guru kurang maksimal dalam memotivasi siswa dan dalam menyampaikan


tujuan pembelajaran
2) Guru kurang maksimal dalam pengelolaan waktu
3) Siswa kurang aktif selama pembelajaran berlangsung

Siklus II

a. Tahap perencanaan
Pada tahap ini peneliti mempersiapkan perangkat pembelajaran yang terdiri dari
rencana pelajaran 2, soal tes formatif 2 dan alat-alat pengajaran yang
mendukung.

b. Tahap kegiatan dan pelaksanaan


Pelaksanaan kegiatan belajar mengajar untuk siklus II dilaksanakan pada
tanggal 15 Oktober 2015 di Kelas IV dengan jumlah siswa 20 siswa. Dalam hal ini
peneliti bertindak sebagai pengajar. Adapun proses belajar mengajar mengacu
pada rencana pelajaran dengan memperhatikan revisi pada siklus I, sehingga
kesalahan atau kekurangan pada siklus I tidak terulang lagi pada siklus II.
Pengamatan (observasi) dilaksanakan bersamaan dengan pelaksanaan belajar
mengajar.

Pada akhir proses belajar mengajar siswa diberi tes formatif II dengan tujuan
untuk mengetahui tingkat keberhasilan siswa dalam proses belajar mengajar
yang telah dilakukan. Instrumen yang digunakan adalah tes formatif II. Adapun
data hasil pengolahan data penelitian pada siklus II adalah sebagai berikut.
Aspek-aspek yang diamati pada kegiatan belajar mengajar (siklus II) yang
dilaksanakn oleh guru dengan menerapkan metode pembelajarn kooperatif Two
Stray Two Stay mendapatkan penilaian yang cukup baik dari pengamat.
Maksudnya dari seluruh penilaian tidak terdapat nilai kurang. Namun demikian
penilaian tesebut belum merupakan hasil yang optimal, untuk itu ada beberapa
aspek yang perlu mendapatkan perhatian untuk penyempurnaan penerapan
pembelajaran selanjutnya. Aspek-aspek tersebut adalah memotivasi siswa,
membimbing siswa merumuskan kesimpulan/ menemukan konsep, dan
pengelolaan waktu.

Dari hasil Rekapitulasi hasil tes Formatif pada siklus II dapat dijelaskan bahwa
nilai rata-rata prestasi belajar siswa adalah 75 dan ketuntasan belajar mencapai
75 % atau ada 15 siswa dari 20 siswa sudah tuntas belajar. Hasil ini
menunjukkan bahwa pada siklus II ini ketuntasan belajar secara klasikal telah
mengalami peningkatan sedikit lebih baik dari siklus I. Adanya peningkatan
kemampuan berbicara siswa ini karena setelah guru menginformasikan bahwa
setiap akhir pelajaran akan selalu diadakan tes sehingga pada pertemuan
berikutnya siswa lebih termotivasi untuk belajar. Selain itu siswa juga sudah
mulai mengerti apa yang dimaksudkan dan diinginkan guru dengan menerapkan
pembelajaran dengan Metode pembelajaran Two Stray Two Stay.

Jurnal Pendidikan Guru Sekolah Dasar, 11 (2) : 120-127 123


Misyani

c. Refleksi
Dalam pelaksanaan kegiatan belajar diperoleh informasi dari hasil pengamatan
sebagai berikut.
1) Memotivasi siswa
2) Membimbing siswa merumuskan kesimpulan/menemukan konsep
3) Pengelolaan waktu

Siklus III
a. Tahap perencanaan
Pada tahap ini peneliti mempersiapkan perangkat pembelajaran yang terdiri dari
rencana pelajaran 3, soal tes formatif 3 dan alat-alat pengajaran yang
mendukung.

b. Tahap kegiatan dan pengamatan


Pelaksanaan kegiatan belajar mengajar untuk siklus III dilaksanakan pada
tanggal 27 Oktober 2015 di Kelas IV dengan jumlah siswa 20 siswa. Dalam hal
ini peneliti bertindak sebagai pengajar. Adapun proses belajar mengajar mengacu
pada rencana pelajaran dengan memperhatikan revisi pada siklus II, sehingga
kesalahan atau kekurangan pada siklus II tidak terulang lagi pada siklus III.
Pengamatan (observasi) dilaksanakan bersamaan dengan pelaksanaan belajar
mengajar.

Pada akhir proses belajar mengajar siswa diberi tes formatif III dengan tujuan
untuk mengetahui tingkat keberhasilan siswa dalam proses belajar mengajar
yang telah dilakukan. Instrumen yang digunakan adalah tes formatif III. Adapun
data hasil penelitian pada siklus III adalah sebagai berikut.

Dari hasil pengolahan penelitian dapat dilihat aspek-aspek yang diamati pada
kegiatan belajar mengajar (siklus III) yang dilaksanakan oleh guru dengan
menerapkan metode pembelajaran kooperatif model Advokasi mendapatkan
penilaian cukup baik dari pengamat adalah memotivasi siswa, membimbing siswa
merumuskan kesimpulan /menemukan konsep, dan pengelolaan waktu.

Penyempurnaan aspek-aspek diatas dalam menerapkan metode pembelajaran


kooperatif Two Stray Two Stay diharapkan dapat berhasil semaksimal mungkin.
Nilai rata-rata tes formatif sebesar 86 dan dari 20 siswa telah tuntas sebanyak 19
siswa dan 1 siswa belum mencapai ketuntasan belajar. Maka secara klasikal
ketuntasan belajar yang telah tercapai sebesar 95 % (termasuk kategori tuntas).
Hasil pada siklus III ini mengalami peningkatan lebih baik dari siklus II. Adanya
peningkatan kemampuan berbicara pada siklus III ini dipengaruhi oleh adanya
peningkatan kemampuan guru dalam menerapkan pembelajaran dengan metode
pembelajaran Two Stray Two Stay sehingga siswa menjadi lebih terbiasa dengan
pembelajaran seperti ini sehingga siswa lebih mudah dalam memahami materi
yang telah diberikan.

c. Refleksi
Pada tahap ini akan dikaji apa yang telah terlaksana dengan baik maupun yang
masih kurang baik dalam proses belajar mengajar dengan penerapan
pembelajaran dengan Metode pembelajaran Two Stray Two Stay . Dari data-data
yang telah diperoleh dapat diuraikan sebagai berikut:
1) Selama proses belajar mengajar guru telah melaksanakan semua
pembelajaran dengan baik. Meskipun ada beberapa aspek yang belum
sempurna, tetapi persentase pelaksanaannya untuk masing-masing aspek
cukup besar.
2) Berdasarkan data hasil pengamatan diketahui bahwa siswa aktif selama
proses belajar berlangsung.

124 Jurnal Pendidikan Guru Sekolah Dasar, 11 (2) : 120-127


Upaya Meningkatkan Pemahaman Pengukuran Sudut

3) Kekurangan pada siklus-siklus sebelumnya sudah mengalami perbaikan dan


peningkatan sehingga menjadi lebih baik.
Kemampuan berbicara siswa pada siklus III mencapai ketuntasan

Pembahasan

Salah satu model pembelajarankooperatifadalah model Two Stray Two Stay (TSTS)
yang dikembangkan oleh Spencer Kagan 1992. Struktur TSTS yaitu salah satu tipe
pembelajaran kooperatif yang memberikan kesempatan kepada kelompok
membagikan hasil dan informasi kepada kelompok lain. Hal ini dilakukan karena
banyak kegiatan belajar mengajar yang diwarnai dengan kegiatan – kegiatan
individu.

MetodeTwo Stray Two Stay merupakan system pembelajaran kelompok dengan


tujuan agar siswa dapat saling bekerjasama, bertanggungjawab, saling membantu
memecahkan masalah, dan saling mendorong satu sama lain untuk berprestasi.
Metode ini juga melatih siswa untuk bersosialisasi dengan baik (Huda, 2014:207).

Sementara menurut Berdiati, Ika (2010:92) model pembelajaran Two Stray Two Stay
merupakan bagian dari pembelajaran kooperatif yang member pengalaman kepada
siswa untuk berbagi pengetahuan baik di dalam kelompok maupun dalam kelompok
lainnya.

Dari uraian pengertian di atas dan hasil penelitian yang sudah dilakukan, maka
dapat dilihat bahwa:
1. Ketuntasan Kemampuan Berbicara Siswa

Melalui hasil penelitian ini menunjukkan bahwa pembelajaran dengan Metode


pembelajaran Two Stray Two Stay memiliki dampak positif dalam meningkatkan
prestasi belajar siswa. Hal ini dapat dilihat dari semakin mantapnya pemahaman
siswa terhadap materi yang disampaikan guru (ketuntasan belajar meningkat dari
siklus I, II, dan III) yaitu masing-masing 35 %, 75 %, dan 95 %. Pada siklus III
ketuntasan belajar siswa secara klasikal telah tercapai.

2. Kemampuan Guru dalam Mengelola Pembelajaran

Berdasarkan analisis data, diperoleh aktivitas siswa dalam proses belajar mengajar
dengan menerapkan model pengajaran Metode pembelajaran Two Stray Two Stay
dalam setiap siklus mengalami peningkatan. Hal ini berdampak positif terhadap
prestasi belajar siswa yaitu dapat ditunjukkan dengan meningkatnya nilai rata-rata
siswa pada setiap siklus yang terus mengalami peningkatan.

3. Aktivitas Siswa Dalam Pembelajaran

Berdasarkan analisis data, diperoleh aktivitas siswa dalam proses pembelajaran


Matematikapada pokok bahasan pengukuran sudut dengan model pengajaran
Metode pembelajaran Two Stray Two Stay yang paling dominan adalah,
mendengarkan/memperhatikan penjelasan guru, dan diskusi antar siswa/antara
siswa dengan guru. Jadi dapat dikatakan bahwa aktivitas siswa dapat dikategorikan
aktif.

Sedangkan untuk aktivitas guru selama pembelajaran telah melaksanakan langkah-


langkah kegiatan belajar mengajar dengan menerapkan pengajaran konstekstual
model pengajaran berbasis masalah dengan baik. Hal ini terlihat dari aktivitas guru
yang muncul di antaranya aktivitas membimbing dan mengamati siswa dalam

Jurnal Pendidikan Guru Sekolah Dasar, 11 (2) : 120-127 125


Misyani

menemukan konsep, menjelaskan materi yang sulit, memberi umpan


balik/evaluasi/tanya jawab, dimana prosentase untuk aktivitas di atas cukup besar.

Kesimpulan

Berdasarkan hasil penelitian yang telah dipaparkan selama tiga siklus, hasil seluruh
pembahasan serta analisis yang telah dilakukan dapat disimpulkan sebagai berikut:
1. Model pengajaran Metode pembelajaran Two Stray Two Stay dapat
meningkatkan kualitas pembelajaran Matematika.
2. Pembelajaran dengan Metode pembelajaran Two Stray Two Stay memiliki
dampak positif dalam meningkatkan prestasi belajar siswa yang ditandai
dengan peningkatan ketuntasan belajar siswa dalam setiap siklus, yaitu
siklus I ( 35% ), siklus II ( 75% ), siklus III ( 95% ).
3. Model pengajaran Metode pembelajaran Two Stray Two Stay dapat
menjadikan siswa merasa dirinya mendapat perhatian dan kesempatan
untuk menyampaikan pendapat, gagasan, ide dan pertanyaan.
4. Siswa dapat bekerja secara mandiri maupun kelompok, serta mampu
mempertanggungjawabkan segala tugas individu maupun kelompok.
5. Penerapan pembelajaran dengan Metode pembelajaran Two Stray Two Stay
mempunyai pengaruh positif, yaitu dapat meningkatkan kreatifitas belajar
siswa.

Saran

Dari hasil penelitian yang diperoleh dari uraian sebelumnya agar proses belajar
mengajar Matematikalebih efektif dan lebih memberikan hasil yang optimal bagi
siswa, maka disampaikan saran sebagai berikut:
1. Untuk melaksanakan model pengajaran Metode pembelajaran Two Stray
Two Stay memerlukan persiapan yang cukup matang, sehingga guru harus
mampu menentukan atau memilih topik yang benar-benar bisa diterapkan
dengan pembelajaran dengan Metode pembelajaran Two Stray Two Stay
dalam proses belajar mengajar sehingga diperoleh hasil yang optimal.
2. Dalam rangka meningkatkan prestasi belajar siswa, guru hendaknya lebih
sering melatih siswa dengan berbagai metode pengajaran, walau dalam taraf
yang sederhana, dimana siswa nantinya dapat menemukan pengetahuan
baru, memperoleh konsep dan keterampilan, sehingga siswa berhasil atau
mampu memecahkan masalah-masalah yang dihadapinya.
3. Perlu adanya penelitian yang lebih lanjut, karena hasil penelitian ini hanya
dilakukan di SD Negeri 03 Merigi Kabupaten Kepahiang tahun pelajaran
2015/2016.
4. Untuk penelitian yang serupa hendaknya dilakukan perbaikan-perbaikan
agar diperoleh hasil yang lebih baik.

Referensi

Abdurrahman. (2004). Two Stay Two Stray Sebuah Model Pembelajaran. Bandung:
KAIFA

Berdiati, I. (2010). Model PakemPembelajaran Bahasa Indonesia. Bandung:


Widyaiswara BDK

Arikunto, S. (2006). Prosedur Penelitian Suatu Pendekatan Praktik. Edisi ke 3.


Jakarta : Asdi Mahastya.

126 Jurnal Pendidikan Guru Sekolah Dasar, 11 (2) : 120-127


Upaya Meningkatkan Pemahaman Pengukuran Sudut

Huda, M. (2014). Model-model PengajarandanPembelajaran. Yogyakarta


:PustakaPelajar

Keraf, G. (2007). Argumentasi Dan Narasi. Jakarta: Gramedia Pustaka Utama.

Kurikulum SD Negeri 03 Merigi Kabupaten Kepahiang Tahun 2015

Lie, A. (2008). Cooperatif Learning. Jakarta: Gramedia Widiasarana Indonesia.

Wiriaatmadja, R. (2009). Penelitian Tindakan Kelas. Bandung: Rosdakarya.

Nurhadi, dkk (2006), Pembelajaran Kooperatif. Bandung : Transito

Jurnal Pendidikan Guru Sekolah Dasar, 11 (2) : 120-127 127

Anda mungkin juga menyukai