Disusun Oleh:
2023
KATA PENGANTAR
Puji syukur kami panjatkan kehadirat Allah SWT, atas berkah rahmat petunjuk dan karunia-
Nya sehingga kami dapat menyelesaikan tugas proposal ini yang berjudul “Penggunaan
Model Pembelajaran Kooperatif Tipe Berkirim Salam Dalam Meningkatkan Minat
Belajar Siswa Pada Pembelajaran Matematika Materi Sifat-sifat Bangun Datar Kelas 3
Sekolah Dasar”. Shalawat serta salam kami haturkan kepada Nabi Muhammad SAW
beserta para keluarga, sahabat, dan para pengikutnya yang setia sampai akhir zaman.
Adapun penulisan laporan ini bertujuan untuk memenuhi salah satu tugas yang uts diberikan
oleh dosen pengampu Diana Ermawati S. Pd., M. Pd. Pada matakuliah PTK Semester 6.
Harapan kami semoga makalah ini dapat bermanfaat dan dapat memberikan wawasan yang
lebih luas kepada pembaca. Walaupun laporan ini memiliki kelebihan dan kekurangan. Oleh
karena itu kami mengharapkan koreksi dan saran yang membangun guna memberi acuan
bekal pengalaman bagi kami untuk lebih baik dimasa yang akan datang.
Penulis
(Devia Keke Aninda)
2
DAFTAR ISI
KATA PENGANTAR……………………………………………………………………….2
DAFTAR ISI…………………………………………………………………………………3
BAB 1 PENDAHULUAN
1.1 Latar Belakang………………………………………………………………………4
1.2 Rumusan Masalah…………………………………………………………………...6
1.3 Tujuan Penelitian……………………………………………………………………6
1.4 Manfaat Penelitian…………………………………………………………………..7
1.5 Ruang Lingkup
Penelitian…………………………………………………………...7
1.5.1 Subjek penelitian…...……………………………………………………….7
1.5.2 Objek penelitian…………………………………………………………….7
1.5.3 Materi/tema…………………………………………………………………7
1.6. Definisi
Operasional…………………………………………………………………8
1.6.1. Metode Pembelajaran Kooperatif Tipe Berkirirm Salam…………………..8
1.6.2. Minat Belajar Siswa………………………………………………………..8
BAB II (KAJIAN TEORI)
2.1 Konsep Teoretik…………………………………………………………………….9
2.1.1 Metode Pembelajaran Kooperatif Tipe Berkirim Salam…………………...9
2.1.2 Minat Belajar Siswa……………………………………………………….12
2.2 Penelitian
Relevan………………………………………………………………….15
2.3 Kerangka Berpikir………………………………………………………………….17
2.4 Hipotesis Tindakan…………………………………………………………………
18
BAB III (METODE PENELITIAN)
3.1 Tempat dan Waktu Pelaksanaan…………………………………………………...19
3.2 Karakteristik Subjek Penelitian……………………………………………………19
3.3 Variabel Penelitian…………………………………………………………………20
3.3.1 Variabel Bebas…………………………………………………………….20
3.3.2 Variabel Terikat…………………………………………………………...20
3.4 Rancangan Penelitian………………………………………………………………21
3.5 Teknik dan Instrumen Pengumpulan Data…………………………………………28
3.6 Validitas dan
Reliabilitas…………………………………………………………...29
3.6.1 Validitas…………………………………………………………………...29
3.6.2 Reliabilitas………………………………………………………………...30
3.7 Teknik Analisis
Data……………………………………………………………….33
3.7.1 Teknik Analisis Data Kualitatif……………………………………………
33
3.7.2 Teknik Analisis Data Kuantitatif………………………………………….34
3.8 Indikator Keberhasilan…………………………………………………………….35
DAFTAR PUSTAKA……………………………………………………………………….37
3
LAMPIRAN…………………………………………………………………………………39
4
BAB 1
PENDAHULUAN
1.6 Latar Belakang
Matematika adalah salah satu mata pelajaran yang penting dalam kurikulum
pendidikan di sekolah dasar. Pada dasarnya bertujuan untuk membantu melatih pola
pikir siswa agar mampu memecahkan masalah baik masalah dalam bidang
Matematika maupun masalah dalah kehidupan sehari-hari. Namun, masih banyak
siswa yang kurang berminat belajar matematika karena siswa memandang bahwa
matematika adalah sebagai mata pelajaran yang abstrak. Minat Belajar merupakan
sesuatu yang penting dalam kelancaran proses belajar mengajar. Siswa yang
mempunyai minat belajar tinggi dalam proses pembelajaran dapat menunjang proses
belajar mengajar untuk semakin baik, begitupun sebaliknya minat belajar siswa yang
rendah maka kualitas pembelajaran akan menurun dan akan berpengaruh pada hasil
belajar.
Sesuai dengan pendapat Menurut Slameto (2010: 57) minat adalah kecenderungan
yang tetap untuk memperhatikan dan mengenang beberapa kegiatan. Kegiatan yang
diminati siswa, diperhatikan terus-menerus yang disertai rasa senang dan diperoleh
rasa kepuasan. Lebih lanjut dijelaskan minat adalah suatu rasa suka dan ketertarikan
pada suatu hal atau aktivitas, tanpa ada yang menyuruh. Minat adalah ketertarikan
atau kecenderungan yang tetap untuk memperhatikan atau terlibat terhadap sesuatu
hal karena menyadari pentingnya atau bernilainya hal tersebut. Salah satu faktor yang
mempengaruhi kurangnya minat belajar siswa adalah metode pengajaran yang kurang
menarik dan kurang interaktif. Selain itu kurang minat belajar siswa disebabkan
karena adanya beberapa sebab, yang diantaranya yaitu metode pengajaran yang
bersifat monoton dan hanya berfokus pada pencerahan teori cenderung membuat
siswa mudah bosan dengan kegiatan belajar mengajar dikarenakan metode yang
digunakan masih konvensional (ceramah) sehingga tidak menarik minat belajar siswa.
Hal ini terbukti ketika guru menjelaskan materi, siswa tidak fokus ke pelajaran
melainkan sibuk dengan kegiatannya masing-masing. Dan ketika guru memberikan.
pertanyaan hanya beberapa siswa saja yang bisa menjawab pertanyaan tersebut,Selain
itu, di beberapa kasus, siswa merasa kesulitan karena materi yang diajarkan sulit
dipahami karena kurangnya media pembelajaran. Hal itu membuat siswa mengalami
kesulitan dalam belajar terutama pada materi sifat-sifat bangun datar. Kesulitan
5
belajar tersebut merupakan suatu kondisi yang mengakibatkan timbulnya hambatan
atau kesukaran siswa dalam menerima atau menyerap pelajaran di sekolah. Siswa
yang sedang mengalami kesulitan dalam belajar merupakan siswa yang secara nyata
mengalami kesulitan dalam tugas-tugas akademik bisa dikarenakan karena landasan
belajar yang kurang kuat, lingkungan belajar yang kurang kondusif, perancangan
pengajaran, penyampaian materi pelajaran maupun sebab-sebab lainnya.
Berdasarkan hasil observasi yang telah saya lakukan siswa kelas 3 SD Negeri 4
Karangbener ini harus menjadi perhatian bagi kedua belah pihak, baik itu dari guru
maupun dari pihak orang tua siswa. Adanya kurangnya minat belajar pada beberapa
siswa terbukti dengan pola pencapaian belajar yang rendah, bisa dideteksi dengan
kesalahan-kesalahan siswa dalam mengerjakan tugas, soal-soal tes dan juga ada
beberapa siswa yang masih sulit memahami dan menghafal sifat bangun datar pada
materi matematika kelas 3 bab 8. Jumlah siswa kelas 3 di SD Negeri 4 Karangbener
sebanyak 18 siswa. Dari jumlah total tersebut, 14 siswa mengalami kesulitan belajar
akibat kurang minat dalam belajar. Bentuk kesulitan belajar yang mereka alami yaitu
kesulitan memahami materi, kesulitan dalam membaca dan kesulitan dalam menulis.
Siswa mengalami kesulitan belajar tidak hanya pada pelajaran matematika saja,
melainkan pada pelajaran bahasa Indonesia, PKN, IPA dan sebagainya.
Kurangnya minat belajar siswa adalah keadaan dimana siswa tidak dapat belajar
sebagaimana mestinya. Hal ini yang menyebabkan kesulitan belajar berupa ancaman,
hambatan ataupun gangguan dalam belajar. Cara untuk meningkatkan kualitas
pendidikan yaitu melalui kegiatan belajar mengajar. Kegiatan belajar mengajar
tersebut bisa berjalan apabila siswa memiliki keinginan yang kuat dalam mengikuti
proses pembelajaran. Kurangnya minat belajar siswa mengakibatkan kesulitan belajar
yang akhirnya membawa negatif terhadap hasil belajarnya. Dalam kondisi tersebut
guru, orang tua, atau orang dewasa yang dekat dengan siswa perlu mengupayakan
bantuan dan pendampingan agar anak yang mengalami kesulitan belajar tersebut
segera mendapatkan penanganan atau pengarahan yang tepat. Masalah ini dapat
menyebabkan kurangnya minat belajar siswa dan berdampak pada rendahnya prestasi
belajar.
Oleh karena itu, diperlukan upaya untuk meningkatkan minat belajar siswa
pada pembelajaran matematika materi sifat-sifat bangun datar sekolah dasar. Salah
6
satu upaya yang dapat dilakukan adalah dengan mengimplementasikan metode
pembelajaran yang lebih kreatif dan interaktif seperti menggunakan media interaktif
dan berbagai metode pembelajaran, agar siswa dapat memahami konsep matematika
dengan lebih mengasyikkan dan efektif. Upaya ini diharapkan dapat meningkatkan
kualitas pembelajaran matematika dan memperbaiki permasalahan kurangnya minat
belajar siswa pada pelajaran matematika. Dan apabila kurangnya minat belajar tidak
ditangani secara baik akan mengakibatkan gangguan emosional pada siswa yang
nantinya dapat berpengaruh terhadap kualitas hidupnya. Permasalahan seperti inilah
yang menjadikan peneliti tertarik untuk menemukan metode-metode yang tepat untuk
digunakan dala mengatasi dan membantu para siswa dalam menghadapi kesulitan-
kesulitan belajar matematika. Untuk itu, peneliti tertarik untuk menerapkan metode
pembelajran kooperatif tipe berkirim salam dalam mata pelajaran matematika yang
harapannya agar siswa mampu menghadapi kesulitan belajar dan menumbuhkan
minat belajar siswa. Maka dari itu disusunlah laporan ini dengan judul “Penggunaan
Model Pembelajaran Kooperatif Tipe Berkirim Salam Dalam Meningkatkan Minat
Belajar Siswa Pada Pembelajaran Matematika Materi Sifat-sifat Bangun Datar
Kelas 3 Sekolah Dasar”.
1.7 Rumusan Masalah
Berdasarkan hasil belajar siswa kelas III SD Negeri 4 Karangbener materi sifat sifat
bangun datar dapat dirumuskan sebagai berikut:
1. Bagaimana penggunaan metode pembelajaran kooperatif tipe berkirim salam
dalam pada materi sifat-sifat bangun datar di kelas III SD Negeri 4 Karangbener?
2. Bagaimana peran dan minat siswa terhadap penggunaan metode pembelajaran
kooperatif tipe berkirim salam pada materi sifat-sifat bangun datar di SD Negeri 4
Karangbener?
3. Bagaimana hasil belajar siswa kelas III SD Negeri 4 Karangbener pada materi
sifat-sifat bangun datar setelah menggunakan metode pembelajaran kooperatif tipe
berkirim salam?
1.8 Tujuan Penelitian
Tujuan penelitian ini diantaranya yaitu:
1. Menerapkan metode pembelajaran kooperatif tipe berkirim salam di kelas III SD
Negeri 4 Karangbener pada materi sifat-sifat bangun datar.
7
2. Mengetahui peran dan minat siswa kelas III SD Negeri 4 Karangbener terhadap
metode pembelajaran kooperatif tipe berkirim salam pada materi sifat-sifat
bangun datar.
3. Mengetahui hasil belajar siswa kelas III SD Negeri 4 Karangbener pada materi
sifat-sifat bangun datar.
1.9 Manfaat Penelitian
Manfaat yang diperoleh dari penelitian ini adalah:
1.9.1 Secara Teoretis
b. Bagi sekolah
c. Bagi pembaca
8
Objek dalam penelitian tindakan kelas ini adalah peningkatan hasil belajar
matematika siswa yang mengalami kesulitan belajar dengan menggunakan
metode joyfull learning pada pelajaran matematika kelas III SD Negeri 4
Karangbener.
1.10.3 Materi/tema
Dalam penelitian tindakan kelas ini, siswa kelas III SD Negeri 4 Karangbener
ini mengalami kesulitan belajar matematika pada materi “Sifat-sifat Bangun
Datar” yaitu pada tema 8 subtema 3.
1.7. Definisi Operasional
Terdapat beberapa definisi operasional dalam penelitian tindakan kelas (PTK)
ini, berikut ini merupakan penjabarannya:
Salah satu strategi pembelajaran yang diharapkan mampu untuk meningkatkan
hasil belajar adalah dengan menggunakan strategi pembelajaran yang
menyenangkan dan tidak membosankan yaitu metode pembelajaran kooperatif
tipe berkirim salam.
1.7.1. Metode Pembelajaran Kooperatif Tipe Berkirirm Salam
Metode pembelajaran kooperatif tipe berkirim salam pada siswa sekolah
dasar adalah suatu cara pembelajaran di mana siswa bekerja sama dalam
kelompok kecil untuk menyelesaikan tugas atau masalah yang diberikan
oleh guru. Metode pembelajaran kooperatif tipe berkirim salam pada
siswa sekolah dasar merupakan suatu strategi belajar yang melibatkan
interaksi sosial antarsiswa dalam kelompok kecil, sehingga dapat
meningkatkan keterlibatan siswa dalam pembelajaran dan memperkuat
kemampuan mereka untuk bekerja sama dan berkomunikasi dengan baik.
1.7.2. Minat Belajar Siswa
Minat belajar siswa adalah kecenderungan atau keinginan siswa untuk
belajar dan mengejar pengetahuan atau keterampilan baru dalam suatu
bidang tertentu. Minat belajar ini dipengaruhi oleh faktor internal dan
eksternal siswa, seperti bakat, minat pribadi, pengalaman, motivasi,
lingkungan belajar, dan pengaruh sosial.
9
10
BAB II
KAJIAN TEORI
11
Teknik Berkirim Salam dan Soal merupakan salah satu teknik pembelajaran
kooperatif yang menarik dan menyenangkan. Pada teknik ini siswa akan diajak untuk
membuat pertanyaan dan menjawab pertanyaaan dari kelompok lain, serta adanya
salam yang berupa yel-yel atau pun nyanyian. Hal tersebut akan meningkatkan
kreatifitas yang dimiliki oleh masing-masing siswa, selain itu dengan adanya salam
yang berupa yel-yel ini akan menghidupakan susana kelas menjadi suasana
pembelajaran yang menyenangkan, santai, dan tidak bosan. Pada pelaksanaannya
teknik Berkirim Salam dan Soal menggabungkan beberapa kemampuan dan
ketrampilan siswa yang diharapakan dapat berdampak baik terhadap hasil belajarnya.
Kemampuan tersebut adalah kemampuan membaca, menulis, mendengar, dan
berbicara, dengan teknik ini siswa akan terdorong untuk membaca sumber belajar
karena pada teknik ini siswa diharuskan untuk membuat pertanyaan dan menjawab
pertanyaan terkait dengan materi pelajaran. Menulis dan mendengar itu sudah pasti,
karena teknik ini dilaksanakan secara kelompok dan gotong royong. Pada akhirnya
teknik ini juga akan mendorong siswa untuk mengembangkan kemampuan
berbicaranya, hal ini terkait dengan adanya proses diskusi dan sesi tanya jawab.
Model pembelajaran teknik Berkirim Salam dan Soal yang digunakan dalam
penelitian ini juga memiliki kelebihan dan kekurangan. Berkaitan dengan hal ini Huda
(2012: 137), mengemukakan bahwa kelebihan dan kekurangan teknik Berkirim Salam
dan Soal, kelebihannya antara lain (1) Melatih pengetahuan peserta didik, (2) Melatih
ketrampilan berpikir peserta didik, (3) Bisa digunakan untuk semua mata pelajaran.
Kekurangannya adalah dalam pembelajaran adalah teknik ini lebih cocok untuk
persiapan menjelang tes.
a. Mendorong kerja sama: Metode ini mendorong siswa untuk bekerja sama
dalam kelompok kecil, sehingga dapat meningkatkan interaksi sosial antar
siswa dan memperkuat kemampuan mereka dalam bekerja sama.
b. Memperhatikan peran setiap anggota kelompok: Dalam metode ini, setiap
siswa memiliki peran yang terdefinisi dengan jelas, misalnya sebagai juru
12
salam, sehingga setiap siswa merasa memiliki tanggung jawab dan
kontribusi dalam kelompok.
c. Meningkatkan keterlibatan siswa: Metode ini dapat meningkatkan
keterlibatan siswa dalam pembelajaran, karena siswa diharuskan untuk aktif
berpartisipasi dalam diskusi dan bertukar informasi dalam kelompok.
d. Meningkatkan pemahaman siswa: Melalui diskusi dan pertukaran informasi
dalam kelompok, siswa dapat saling mengisi kekurangan dan memperkuat
pemahaman mereka terhadap materi yang dipelajari.
e. Meningkatkan keterampilan sosial: Metode ini dapat meningkatkan
keterampilan sosial siswa, seperti kemampuanberkomunikasi, bekerja sama,
memimpin, dan menghargai perbedaan pendapat dalam kelompok.
f. Memperkaya pengalaman belajar: Metode ini dapat memperkaya
pengalaman belajar siswa, karena memberikan kesempatan kepada siswa
untuk belajar dari pengalaman dan perspektif yang berbeda-beda dalam
kelompok.
g. Meningkatkan motivasi belajar: Keterlibatan siswa dalam diskusi dan
pertukaran informasi dalam kelompok, serta kesempatan untuk saling
membantu dan memberikan dukungan, dapat meningkatkan motivasi belajar
siswa dan memperkuat rasa percaya diri mereka.
h. Meningkatkan hasil belajar: Dengan meningkatkan keterlibatan,
pemahaman, dan motivasi belajar siswa, metode pembelajaran kooperatif
tipe berkirim salam dapat meningkatkan hasil belajar siswa secara
keseluruhan.
Dengan demikian, metode pembelajaran kooperatif tipe berkirim salam
merupakan metode yang dapat meningkatkan keterlibatan dan hasil
belajar siswa, serta memperkuat keterampilan sosial dan motivasi
belajar mereka.
6 Langkah-langkah Metode Pembelajaran Kooperatif Tipe Berkirim Salam
13
b. Setiap kelompok diminta untuk memilih seorang juru salam yang
bertugas mengirimkan salam kepada kelompok lain.
c. Guru memberikan tugas atau masalah yang harus diselesaikan oleh
setiap kelompok.
d. Setiap kelompok bekerja sama untuk menyelesaikan tugas atau
masalah tersebut dengan cara saling berdiskusi dan bertukar
informasi melalui juru salam.
e. Jika ada kelompok yang mengalami kesulitan, kelompok lain dapat
memberikan bantuan melalui juru salam mereka.
f. Setelah tugas atau masalah selesai, setiap kelompok diminta untuk
mempresentasikan hasil kerjanya kepada kelas.
g. Guru melakukan evaluasi terhadap hasil kerja setiap kelompok dan
memberikan umpan balik yang konstruktif.
14
belajar. Menurut Lee et al., (2011: 142) minat belajar adalah preferensi
pribadi berkaitan dengan pembelajaran yang berarti individu lebih
mengutamakan suatu hal dibandingkan hal lainnya. Minat belajar berkaitan
dengan fungsi afektif dan pengetahuan yang akan menimbulkan emosi kuat
seperti perasaan positif terhadap sesuatu, rasa terikat, terpesona dan
meningkatkan proses kognitif (Kpolovie et al., 2014: 75). Menurut
Slameto (2010: 180) menyatakan minat belajar adalah minat yang dimiliki
siswa yang dapat diekspresikan sebagai suatu pernyataan yang
menunjukkan bahwa siswa lebih menyukai sesuatu hal daripada hal
lainnya, dimanifestasikan melalui partisipasi dalam suatu aktivitas. Siswa
yang memiliki minat terhadap subyek tertentu cenderung untuk
memberikan perhatian yang lebih besar terhadap subyek tertentu.
Minat belajar siswa adalah kecenderungan atau keinginan siswa untuk
belajar dan mengejar pengetahuan atau keterampilan baru dalam suatu
bidang tertentu. Minat belajar ini dipengaruhi oleh faktor internal dan
eksternal siswa, seperti bakat, minat pribadi, pengalaman, motivasi,
lingkungan belajar, dan pengaruh sosial. Siswa yang memiliki minat
belajar yang tinggi cenderung lebih aktif dan antusias dalam mengikuti
kegiatan pembelajaran, lebih mudah memahami materi pelajaran, dan lebih
giat dalam mengejar prestasi akademik. Sebaliknya, siswa yang kurang
memiliki minat belajar cenderung kurang antusias, kurang fokus dalam
mengikuti kegiatan pembelajaran, dan mungkin mengalami kesulitan
dalam memahami materi pelajaran, serta kurang termotivasi dalam
mengejar prestasi akademik.
Oleh karena itu, penting bagi guru dan orang tua untuk memperhatikan
dan mendorong minat belajar siswa agar mereka dapat mencapai potensi
terbaik dalam belajar dan mengembangkan kemampuan mereka secara
optimal. Hal ini dapat dilakukan dengan memberikan materi pembelajaran
yang menarik, relevan dan bermakna bagisiswa, serta memberikan
dukungan dan motivasi yang positif untuk meningkatkan minat belajar
siswa. Selain itu, guru dan orang tua juga dapat membantu siswa
menemukan minat dan bakat mereka yang terpendam, sehingga mereka
dapat merasa lebih termotivasi dan antusias dalam belajar di bidang yang
mereka sukai.
15
8 Faktor-faktor yang Mempengaruhi Minat Belajar
Minat belajar seseorang tidaklah selalu stabil, melainkan selalu
berubah. Oleh karena itu perlu diarahkan dan dikembangkan kepada
sesuatu pilihan yang telah ditentukan melalui faktor-faktor yang
mempengaruhi minat itu. Mashudi (2015: 85-86) menjabarkan minat
seseorang dipengaruhi oleh beberapa hal berikut ini :
1) Faktor kebutuhan dari dalam. Kebutuhan ini dapat berupa kebutuhan
yang berhubungan dengan jasmani dan kejiwaan.
2) Faktor motif sosial. Timbulnya minat dalam diri seseorang didorong
oleh motif sosial yaitu kebutuhan untuk mendapatkan pengakuan dan
penghargaan dari lingkungan di mana seseorang berada.
3) Faktor emosional. Faktor ini merupakan ukuran intensitas seseorang
dalam menaruh perhatian terhadap suatu pelajaran, maka lebih terpacu
untuk mengupas dan mempelajari pelajaran tersebut dengan giat. Menurut
pendapat Li et al., (2011: 2118) minat dipengaruhi oleh faktor
dari dalam (intrinsik) dan dari luar (ekstrinsik). Sama dengan pendapat
Wiglfiled & Cambria (2010: 9) bahwa minat tidak hanya timbul dari dalam
tapi interaksi dengan aktivitas dan konteks yang dialami yang berarti faktor
personal dan lingkungan dapat meningkatkan atau mengurangi minat
belajar. Katz et al., (2006: 29) menambahkan bahwa minat secara umum
merupakan campuran dari kepentingan intrinsik dan ekstrinsik.
9 Tujuan Meningkatkan Minat Belajar
Tujuan meningkatkan minat belajar pada anak sekolah dasar adalah untuk
membantu mereka membangun fondasi yang kuat dalam pembelajaran
sepanjang hidup mereka. Anak-anak pada usia ini sering kali masih dalam
masa pembentukan, dan memiliki potensi besar untuk belajar dan
mengembangkan keterampilan baru. Meningkatkan minat belajar pada
anak sekolah dasar dapat membantu mereka:
a. Meningkatkan motivasi dan antusiasme dalam pembelajaran: Ketika
anak merasa tertarik dan antusias dalam belajar, mereka lebih mungkin
untuk terlibat dalam proses pembelajaran dan merasa senang dalam
mencoba hal-hal baru.
16
b. Meningkatkan keterampilan sosial: Belajar melalui interaksi sosial dan
kolaborasi dengan teman sekelas dapat membantu anak
mengembangkan keterampilan sosialnya, seperti kemampuan untuk
bekerja dalam tim, berkomunikasi dengan baik, dan memecahkan
masalah bersama-sama.
c. Meningkatkan kemampuan akademik: Ketika anak merasa tertarik dan
antusias dalam belajar, mereka lebih mungkin untuk memperoleh
pemahaman yang lebih baik dalam pelajaran yang mereka pelajari, dan
kemudian meningkatkan kemampuan akademik mereka.
d. Membantu anak membangun rasa percaya diri dan kepercayaan diri:
Ketika anak merasa tertarik dan berhasil dalam belajar, mereka akan
merasa lebih percaya diri dan memiliki kepercayaan diri yang lebih
besar dalam kemampuan akademik mereka. Hal ini dapat membantu
mereka mengatasi tantangan dan kesulitan dalam pembelajaran di masa
depan.
e. Membantu anak menemukan minat dan bakat mereka: Dalam proses
meningkatkan minat belajar, anak dapat menemukan minat dan bakat
mereka dalam berbagai bidang akademik. Hal ini dapat membantu
mereka memperoleh pengalaman berharga dan merencanakan masa
depan mereka dengan lebih baik.
f. Meningkatkan kesejahteraan mental dan emosional: Ketika anak
merasa senang dan tertarik dalam belajar, mereka akan merasa lebih
bahagia dan memiliki kesejahteraan mental dan emosional yang lebih
baik. Hal ini dapat membantu mereka mengatasi stres dan tekanan yang
mungkin terkait dengan tuntutan akademik di masa depan.
17
di SD N Karang Tengah ini dikategorikan sedang. Hal ini terbukti dari hasil
pengolahan angket dan menggunakan kelas interval berupa presentase yaitu
kategori sedang sebesar 54% atau sebanyak 13 siswa. Rata-rata nilai motivasi
belajar matematika siswa sebelum menggunakan model pembelajaraan
tersebut yaitu 66,20 dan nilai rata-rata motivasi belajara matematika siswa
setelah menggunakan model pembelajaran kooperatif tipe berkirim salam dan
soal yaitu 72,70. Jadi kesimpulannya terdapat peningkatan motivasi belajar
matematika siswa setelah menggunakan model pembelajaran tersebut.
Kemudian, dari analisis uji regresi linier sederhana menghasilkan nilai F
hitung 30.321 dengan tingkat signifikan sebesar 0,000<0,05 maka H0 ditolak,
artinya signifikan (nyata), yang menunjukkan adanya pengaruh model
pembelajaran kooperatif tipe berkirim slaam dan soal terhadap motivasi
belajar matematika siswa kelas IV SD N Karng Tengah yang cukup
signifikan.
Penelitian yang dilakukan oleh Artiya Nengseh (2014) yang berjudul
Komparasi Hail Belajar Siswa Menggunakan Metode Ekspositori dengan
Kooperatif Teknik Berkirim Salam dan Soal, PGSD, Universitas Tanjung
Pura Pontianak. Berdasarkan hasil penelitian yang sudah dilakukan oleh
Artiya Nengseh bahwa analisis data yang diperoleh dari hasil tes siswa, dapat
disimpulkan bahwa (1) rata-rata skor hasil belajar siswa kelas IVA Sekolah
Dasar Negeri 2 Sekura (kelas kontrol) pada materi kelipatan persekutuan
terkecil (KPK) dan faktor persekutuan terbesar (FPB) yang diajar dengan
menggunakan metode ekspositori adalah 64,14 dari skor total sebesar 1603,5
dengan standar deviasi 19,50, (2) rata-rata skor hasil belajar siswa kelas IVB
Sekolah Dasar Negeri 2 Sekura (kelas eksperimen) pada materi kelipatan
persekutuan terkecil (KPK) dan faktor persekutuan terbesar (FPB) yang diajar
dengan menggunakan model pembelajaran kooperatif teknik berkirim salam
dan soal adalah 82,7 dari skor total 2067,5 dengan standar deviasi 14,75, (3)
berdasarkan hasil post-test kelas kontrol dan kelas eksperimen terdapat
perbedaan skor rata-rata post-test siswa sebesar 18,56 dan berdasarkan
pengujian hipotesis (uji-t) menggunakan t-tes Polled. Varians diperoleh
thitung data post-test sebesar 3,796 dan ttabel (α = 5% dan dk = 48) sebesar
2,0084 , sehingga thitung > ttabel (3,796 > 2,0084) berarti Ha diterima. Jadi,
dapat disimpulkan bahwa terdapat perbedaan hasil belajar siswa yang diajar
18
dengan menggunakan metode ekspositori (kelas kontrol) dan siswa yang
diajar dengan menggunakan model pembelajaran kooperatif teknik berkirim
salam dan soal (kelas eksperimen).
Penelitian yang dilakukan Nurjanah, Sumarno, Fenny Trisnawati
(2016) yang berjudul Penerapan Model Pembelajaran Kooperatif Teknik
Berkirim Salam Untuk Meningkatkan Hasil Belajar IPS Siswa Kelas IV SD
Negeri 022 Sintong, Pendidikan Ekonomi, Universitas Riau. Berdasarkan
hasil penelitian yang sudah dilakukan bahwa dengan penerapan pembelajaran
kooperatif teknik berkirim salam dapat meningkatkan hasil belajar siswa hal
ini dapat dilihat dari analisis data yang diperoleh :
1. Persentase aktivitas guru pada siklus I adalah sebesar 72,23%, persentase
aktivitas guru pada siklus II adalah sebesar 88,89%. Jadi penigkatan aktivitas
guru dari siklus I ke siklus II sebesar 16,66%.
2. Persentase aktivitas belajar siswa pada siklus I adalah sebesar 72,50%,
persentase aktivitas belajar siswa pada siklus II adalah sebesar 88,93%. Jadi
peningkatan persentase aktivitas belajar siswa dari siklus I ke siklus II sebesar
16,43%.
3. Hasil belajar siswa pada skor dasar mencapai persentase 40%, dan
mengalami peningkatan persentase pada siklus I 70% dan persentase pada
siklus II mencapai 90%. Jadi persentase peningkatan dari skor dasar ke siklus
I adalah sebesar 30% dan peningkatan dari siklus I ke siklus II adalah sebesar
20%. Jadi peningkatan selama proses pembelajaran kooperatif teknik berkirim
salam dari skor dasar ke siklus II adalah sebesar 50%. Dengan demikian
peneliti menyimpulkan bahwa penerapan model pembelajaran kooperatif
teknik berkirim salam dapat meningkatkan hasil belajar pada mata pelajaran
IPS siswa kelas IV SDN 022 Sintong.
19
menunjukkan bahwa minat belajar siswa masih rendah. Pada kondisi awal,
terdapat beberapa siswa yang mengalami kesulitan belajar dalam memahami
materi yang diajarkan. Buktinya ketika mereka diberi pertanyaan tidak bisa
menjawabnya. Kemudian dilihat juga dari hasil belajar siswa yang rendah.
Hal tersebut terjadi kemungkinan karena siswa tidak tertarik dengan metode
ataupun dengan media yang digunakan dalam pembelajaran. Sehingga siswa
mengalami kurang tertarik dengan media dan metode yang digunakan
sehinnga membuat kurangnya minat belajar siswa.
Oleh karena itu, diperlukan adanya suatu metode pembelajaran yang
inovatif yang dapat meningkatkan minat belajar siswa, sehingga dapat
menjadi solusi bagi siswa yang mengalami kesulitan belajar pendekatan
pembelajaran yang cocok dan
dapat digunakan yaitu
metode pembelajaran
kooperatif tipe berkirim
salam. Dengan melalui
metode pembelajaran
Kooperatif tipe berkirim
salam ini diharapkan siswa
dapat meningkatkan
minat belajarnya. Selain
itu dengan metode yang
digunakan siswa menjadi
tertarik dan mempunyai
motivasi semangat belajar
yang tinggi. Adapun alur
berpikir dalam penelitian disederhanakan dalam bagan berikut ini:
20
Gambar 2.3
Bagan Kerangka Berpikir
BAB III
METODE PENELITIAN
21
salam pada mata pelajaran sifat-sifat bangun datar Alasan penulis memilih
lokasi di SDN 4 Karangbener yaitu karena lokasi penelitian tidak jauh dari
tempat penulis, tidak jauh dari kampus, mudah dijangkau dan tidak
menggunakan waktu yang banyak serta tidak mengeluarkan dana yang banyak.
22
kesimpulannya. Variabel dalam penelitian ini terdiri dari dua variabel yaitu
Variabel Bebas (X) dan Variabel Terikat (Y).
23
meningkatkan kemantapan rasional dari tindakan mereka dalam
melaksanakan tugas, memperdalam pemahaman terhadap tindakan-
tindakan yang dilakukan itu, serta memperbaiki kondisi dimana praktek
pembelajaran tersebut dilakukan (Mukhlis, 2000: 3). Sedangkan menurut
Mukhlis (2000: 5) PTK adalah suatu bentuk kajian yang bersifat
sistematis reflektif oleh pelaku tindakan untuk memperbaiki kondisi
pembelajaran yang dilakukan. Adapun tujuan utama dari PTK adalah
untuk memperbaiki/meningkatkan praktek pembelajaran secara
berkesinambungan, sedangkan tujuan penyertaannya adalah
menumbuhkan budaya meneliti dikalangan guru (Mukhlis, 2000: 5).
Menurut Kemmis dan Mc. Taggart penelitian tindakan adalah suatu
bentuk self-inquiry kolektif yang dilakukan oleh para partisipan di dalam
situasi sosial untuk meningkatkan rasionalitas dan keadilan dari praktik
sosial atau pendidikan yang mereka lakukan, serta mempertinggi
pemahaman mereka terhadap praktik dan situasi dimana praktik itu
dilaksanakan.
24
Gambar 3.1
1. Perencanaan (Planning)
Sebelum melaksanakan PTK, seorang guru hendaknya mempersiapkan terlebih
dahulu konsepnya dengan membuat perencanaan dalam bentuk tulisan.
Arikunto (2010: 17) mengemukakan bahwa perencanaan adalah langkah yang
dilaksanakan oleh guruketika akan memulai tindakannya. Ada beberapa
langkah yang dapat dilakukan dalam kegiatan ini yakni :
25
a. Membuat skenario pembelajaran
Skenario pembelajaran merupakan bagian utama yang harus
disiapkan oleh seorang guru dalam penulisan PTK. Hal inilah yang
mendasari konsep PTK itu sendiri karena skenario pembelajaran
mencerminkan upaya atau strategi yang dilakukan oleh guru dalam
pembelajaran yang tertuang dalam serangkaian langkah-langkah
sistematis. Berangkat dari skenario pembelajaran yang sistematis,
PTK tentunya dapat berjalan sesuai dengan rencana. Dengan kata lain
keberhasilan pembelajaran ditentukan oleh baik atau tidaknya skenario
yang dirumuskan. Skenario pembelajaran yang baik setidaknya dibuat
sesuai dengan konsep metode pembelajaran yang akan digunakan dan
memiliki langkah yang sistematis. Bentuk nyata skenario
pembelajaran dalam PTK adalah Rencana Pelaksanaan Pembelajaran
(RPP). Pembehasan tentang RPP akan diuraikan lebih terperinci pada
bab selanjutnya.
b. Membuat lembaran observasi
Menurut Arikunto (2013 : 199) observasi sebagai suatu
aktivitas yang sempit yanki memperhatikan sesuatu dengan mata.
Didalam pengertian psikologi, observasi atau disebut pula pengamatan
meliputi kgiatan pemuatan perhatian terhadap suatu objek dengan
menggunakan seluruh alat indra. Untuk dapat merealisasikan kegiatan
observasi maka dibuatlah lembar observasi. Implikasi pembuatan
lembar observasi dapat mendukung keabsahan dan menghindarkan
hasil PTK dari unsur bias. Secara khusus lembar observasi
dimaksudkan guna mengukur keberhasilan penelitian dalam hal ini
guru dalam melaksanakan proses pembelajaran sehingga diketahui
kelebihan dan kekurangannya.
c. Mendesain alat evaluasi
Untuk dapat mengetahui hasil tindakan pada setiap pertemuan
pembelajaran, seorang guru harus membuat desain alat evaluasi yang
digunakan. Alat evaluasi atau sering disebut “tes” secara umum dibagi
26
menjadi empat yaitu tes lisan, tes objektif, soal uraian, dan soal
terbuka. (Suwarno: 2009: 109). Setiap guru harus cermat dalam
menentukan alat evaluasi yang digunakan. Sejtinya tidak ada alat
evaluasi yang sempurna sehingga ada beberapa peneliti yang
menggunakan kombinasi antara evaluasi dengan lainnya guna
memperoleh data hasil penelitian yang akurat. Perlu diperhatikan
bahwa alat evaluasi yang dibuat harus dapat mengukur apa yang
seharusnya diukur. Untuk itu alat evaluasi tersebut perlu diuji cobakan
terlebih dahulu diluar subjek penelitian. Namun bila waktu tidak
memungkinkan dapat dikoreksi oleh ahlinya dalam hal ini
pembimbing guna memperoleh alat evaluasi yang sahih dan layak
digunakan untuk penelitian.
2. Pelaksanaan Tindakan (Acting)
Tahap ini merupakan pelaksanaan skenario pembelajaran yang
telah dibuat. Seorang guru yang akan melakukan tindakan harus
memahami secara mendalam tentang skenario pembelajaran beserta
dengan langkah-langkah praktisnya. Lebih jauh Arikunto (2010: 18)
memaparkan secara rinci hal-hal yang harus diperhatikan guru antara
lain:
a. Apakah ada kesesuaian antara pelaksanaan dengan perencanaan.
b. Apakah proses tindakan yang dilakukan pada siswa cukup lancar.
c. Bagaimanakah situasi proses tindakan.
d. Apakah siswa-siswa melaksanakan dengan semangat dan,
e. Bagaimanakah hasil keseluruhan dan tindakan itu.
3. Pengamatan (Observing)
Pengamatan adalah proses mencermati jalannya pelaksanaan
tindakan (Arikunto, 2010:18). Kegiatan ini merupakan realisasi dari
lembar observasi yang telah dibuat pada saat tahap perencanaan.
Artinya
Agar hasil PTK yang bebas dari bias atau tidak objektif, guru
sebaiknya menggunakan pengamat dari luar. Pengamat atau disebut
juga observer dari luar seharusnya guru yang memiliki pengelaman
tentang pembelajaran seperti guru senior atau minimal sam masa
kerjanya, mengajar pda mata pelajaran yang sama atau serumpun.
Selain itu memiliki karakter yang baik dalam penelitian yakni jujur
sehingga hasil penelitian objektif dan bukan subjektif. setiap kegiatan
pengamatan wajib menyertakan lembar observasi sebagai bukti
otentik. Ada anggapan yang mengatakan bahwa pengamatan lebih
baik dilakukan oleh orang lain. Arikunto (2010: 19) memaparkan
tentang siapa yang melakukan pengamatan pada pelaksanaan tindakan
sebagai berikut.
c. Pengamatan dilakukan oleh orang lain, yaitu pengamat yang
diminta oleh peneliti untuk mengamati proses pelaksanaan
tindakan yaitu mengamati apa yang dilakukan oleh guru, siswa
maupun peristiwanya.
d. Pengamatan dilakukan oleh guru yang melaksanakan PTK. Dalam
28
hal ni guru tersebut harus sanggup “ngrogoh sukmo”, istilah
bahawa jawa yaitu mencoba mengeluarkan jiwanya dari tubuh
untuk mengamati dirinya, apa yang sedang dilakukan, sekaligus
mengamati apa yang dilakukan oleh siswa dan bagaimana proses
berlangsung.
Agar hasil PTK yang bebas dari bias atau tidak objektif, guru
sebaiknya menggunakan pengamat dari luar. Pengamat atau disebut
juga observer dari luar seharusnya guru yang memiliki pengelaman
tentang pembelajaran seperti guru senior atau minimal sam masa
kerjanya, mengajar pda mata pelajaran yang sama atau serumpun.
Selain itu memiliki karakter yang baik dalam penelitian yakni jujur
sehingga hasil penelitian objektif dan bukan subjektif.
4. Refleksi (Reflecting)
Refleksi atau dikenal dengan peristiwa perenungan adalah
langkah mengingat kembali kegiatan yang sudah lampau yang
dilakukan oleh guru maupun siswa (Arikunto, 2010: 19) pada tahap ini
hasil yang diperoleh pada tahap observasi akan dievaluasi dan
dianalisis. Kemudian guru bersama pengamat dan juga peserta didik
mengadakan refleksi diri dengan melihat data observasi, apakah
kegiatan yang telah dilakukan dapat meningkatkan kualitas
pembelajaran khususnya target yang akan ditingkatkan dalam
penelitian misalnya hasil belajar, motivasi, kemampuan menulis,
kemampuan membaca dan lain sebagainya. Perlu diingat bahwa
refleksi adalah koreksi atas kegiatan tindakan jadi peran pengamat dan
peserta didik sangat membantu keberhasilan penelitian. Dari hasil
refleksi bersama akan diperoleh kelemahan dan cara memperbaikinya
guna diterapkan pada siklus berikutnya.
Jadwal Penelitian:
No Kegiatan Waktu
1. Persiapan Penelitian
29
1. Pengajuan 10 Maret 2023
permohon ijin
3. Pelaksanaan penelitian
siklus 1
4. Pelaksanaan penelitian
sikus 2
30
31
9.8 Teknik dan Instrumen Pengumpulan Data
Dalam penelitian, teknik dan instrumen pengumpulan data digunakan untuk
memperoleh informasi yang dibutuhkan dalam menjawab pertanyaan
penelitian. Berikut ini adalah beberapa teknik dan instrumen pengumpulan
data yang umum digunakan dalam penelitian:
1. Observasi: Teknik observasi digunakan untuk mengamati dan mencatat
perilaku atau kejadian yang terjadi dalam konteks penelitian. Observasi
dapat dilakukan secara langsung atau tidak langsung. Instrumen yang
digunakan dalam observasi dapat berupa daftar periksa, lembar
observasi, atau catatan lapangan.
2. Wawancara: Teknik wawancara digunakan untuk memperoleh
informasi secara verbal dari responden. Wawancara dapat dilakukan
secara tatap muka atau melalui telepon. Instrumen yang digunakan
dalam wawancara dapat berupa daftar pertanyaan terstruktur atau tak
terstruktur.
3. Tes: Teknik tes digunakan untuk mengukur pengetahuan,
keterampilan,atau sikap siswa atau responden terhadap suatu topik atau
materi. Instrumen yang digunakan dalam tes dapat berupa soal pilihan
ganda, esai, atau tes praktik.
4. Dokumentasi: dokumentasi digunakan untuk 1) Mencatat dan merekam
semua proses penelitian yang dilakukan oleh peneliti/guru. Hal ini
penting dilakukan agar semua proses penelitian dapat
dipertanggungjawabkan dan dapat dijadikan panduan bagi peneliti/guru
di masa depan. 2) Mencatat dan merekam data-data hasil penelitian
yang terkumpul. Dokumentasi PTK dapat mencatat dan merekam data-
data hasil penelitian seperti data observasi, data tes, data wawancara,
dan data kuesioner. Hal ini penting dilakukan untuk memudahkan
analisis data dan menghindari kehilangan data. 3) Menyajikan hasil
penelitian secara sistematis dan terarah. Dokumentasi PTK dapat
menyajikan hasil penelitian secara sistematis dan terarah sehingga
mudah dipahami oleh pihak-pihak yang membutuhkan, seperti siswa,
32
guru, dan orang tua. Dokumentasi PTK juga dapat menjadi bahan
evaluasi dan perbaikan praktik pengajaran di masa depan. 4)
Menunjukkan bukti keberhasilan atau kegagalan dari tindakan yang
dilakukan. Dokumentasi PTK dapat menunjukkan bukti keberhasilan
atau kegagalan daritindakan yang dilakukan oleh peneliti/guru. Hal ini
penting dilakukan untuk mengevaluasi efektivitas dari tindakan yang
telah dilakukan dan mencari solusi alternatif jika tindakan yang
dilakukan tidak berhasil. 5) Menjadi bahan perbandingan dengan
penelitian PTK sejenis. Dokumentasi PTK dapat menjadi bahan
perbandingan dengan penelitian PTK sejenis yang dilakukan oleh
peneliti/guru lain di masa depan. Hal ini dapat membantu dalam
pengembangan praktik pengajaran yang lebih baik dan efektif.
mampu mengungkap dengan akurat dan teliti data mengenai atriut yang
valid apabila dapat mengungkap data dari variabel yang diteliti secara tepat
mengukur apa yang diinginkan dan dapat mengungkap dari data variael yang
mana data yang terkumpul tidak menyimpang gambaran tentang validitas yang
dimaksud. Hasil dari expert judgment pada skala minat belajar dan hasil
belajar dengan indikator dari variabel sehingga peneliti perlu memperbaiki lagi
item yang kurang berhubungan dengan indikator pada variabel tersebut barulah
33
instrumen dapat digunakan untuk uji coba.
𝑁 ∑ 𝑋𝑌−(∑ 𝑋) (∑ 𝑌)
rxy =
√{𝑁 ∑ 𝑋2−(∑ 𝑋)2} {𝑁 ∑ 𝑌2−(∑ 𝑌)2}
Keterangan:
rxy = Koefisien korelasi antara X
dan Y N= Jumlah subjek/ responden
ΣXY = Jumlah perkalian X dan
Y ΣX = Jumlah skor butir
pernyataan
ΣY = Jumlah skor total butir
pernyataan ΣX2 = Jumlah kuadrat skor
butir pernyataan
ΣY2 = Jumlah kuadratskor total butir pernyataan
(Arikunto, 2013: 213)
Harga rhitung kemudian akan dikonsultasikan dengan rtabel pada taraf signifikansi
5%. Jika nilai rhitung sama dengan atau lebih besar dari rtabel maka utir dari
instrumen yang dimaksud adalah valid. Sebaliknya jika diketahui r hitung lebih
kecil dari rtabel maka instrumen yang dimaksud adalah tidak valid. Perhitungan
uji validitas dengan bantuan program komputer SPSS for Windows 21 Version.
Selanjutnya setelah uji validitas oleh ahli (expert judgment), dilakukan uji coba
taraf signifikansi 5%. Jika nilai r hitung sama dengan atau lebih besar dari rtabel
maka butir dari instrumen yang dimaksud adalah valid. Sebaliknya jika
diketahui rhitung lebih kecil dari rtabel maka instrumen yang dimaksud adalah
tidak valid.
3.6.2. Reliabilitas
34
Setelah dilakukan uji validitas maka tahapan selanjutnya adalah dilakukan
yaitu:
2
r11 = ( k ) (1 − Z𝜎 ) 𝑏
k−1 𝜎t2
Keterangan:
r11 = Reabilitas instrumen
Z𝜎𝑏 2
= Jumlah varians butir
𝜎𝑡2 = Varians total
k = Banyaknya butir pertanyaan atau banyaknya soal
(Arikunto, 2013: 239)
Instrumen dikatakan reliabel jika, rhitung lebih besar atau sama dengan
rtabel dan sebaliknya jikarhitung lebih kecil rtabel instrumen dikatakan tidak reliabel
35
atau nilai rhitung dikonsultasikan dengan tabelinterpretasi r dengan ketentuan
dikatakan reliabel jika rhitung ≥ 0,600. Reliabilitas item diuji dengan melihat
komputer SPSS for Windows 21 Version. Uji reliabilitas dilihat pada nilai Alpha-
Cronbach untuk reliabilitas keseluruhan item. 21 Version. Uji reliabilitas dilihat pada
36
9.10 Teknik Analisis Data
Teknik analisis data yang digunakan peneliti yaitu menggunkana Teknik analisis
data kualitatif dan kuantitatif
9.10.1 Teknik Analisis Data Kualitatif
Analisis data dalam penelitian kualitatif dilakukan sejak sebelum
memasuki lapangan, selama di lapangan dan setelah selesai di lapangan.
Dalam hal ini Nasution menyatakan: “Analisis telah dimulai sejak
merumuskan dan menjelaskan masalah, sebelum terjun ke lapangan dan
berlangsung terus sampai penulisan hasil penelitian. Analisis data menjadi
pegangan bagi penelitian selanjutnya sampai jika mungkin, teori yang
grounded. Namun dalam penelitian kualitatif, analisis data lebih
difokuskan selama proses di lapangan bersama dengan pengumpulan data.
Analisis data versi Miles dan Huberman, bahwa ada tiga alur kegiatan,
yaitu reduksi data, penyajian data, serta penarikan kesimpulan atau
verifikasi.
1. Reduksi data diartikan sebagai proses pemilihan,
pemusatan perhatian pada penyederhanaan, pengabstrakan, dan
transformasi data “kasar” yang muncul dari catatan lapangan. Reduksi
dilakukan sejak pengumpulan data, dimulai dengan membuat
ringkasan, mengkode, menelusuri tema, menulis memo, dan lain
sebagainya, dengan maksud menyisihkan data atau informasi yang
tidak relevan, kemudian data tersebut diverifikasi.
2. Penyajian data adalah pendeskripsian sekumpulan informasi tersusun
yang memberikan kemungkinan adanya penarikan kesimpulan dan
pengambilan tindakan. Penyajian data kualitatif disajikan dalam
bentuk teks naratif, dengan tujuan dirancang guna menggabungkan
informasi yang tersusun dalam bentuk yang padu dan mudah
dipahami.
3. Penarikan kesimpulan atau verifikasi merupakan kegiatan akhir
penelitian kualitatif. Peneliti harus sampai pada kesimpulan dan
37
melakukan verifikasi, baik dari segi makna maupun kebenaran
kesimpulan yang disepakati oleh tempat penelitian itu dilaksanakan.
Makna yang dirumuskan peneliti dari data harus diuji kebenaran,
kecocokan, dan kekokohannya. Peneliti harus menyadari bahwa
dalam mencari makna, ia harus menggunakan pendektan emik, yaitu
dari kacamata key information, dan bukan penafsiran makna menurut
pandangan peneliti (pandangan etik).
9.10.2 Teknik Analisis Data Kuantitatif
Analisis data secara kuantitatif
Di gunakan untuk menganalisis data tentang hasil penilaian yang berupa
skor (angka) baik melalui rekap nilai yang di peroleh siswa, menghitung
rata-rata atau menghitung presentase. Analisis data dihitung dengan
menggunakan rumus berikut:
a. Nilai individu
Untuk mengetahui nilai yang diperoleh masing-masing siswa/individual
maka digunakan rumus sebagai berikut :
𝑿 = 𝑵𝑹 𝒙 𝟏 𝟎 𝟎 %
Keterangan :
X = Nilai yang dicari
R = Sekor yang diperoleh N = Banyaknya siswa
F
P= X 100 %
N
39
Langkah-langkah analisis data dalam penelitian ini yaitu:
1) Hasil observasi diberi skor (3, 2 atau 1) pada setiap masing-
masing indikator keterampilan berbicara
2) Masing-masing indikator dihitung rata-rata kemampuan anak
pada setiap pertemuan menggunakan rumus di atas (Purwanto
dalam Ramadhani, 2014)
3) Persentase keberhasilan dihitung dengan cara skor pada setiap
indicator dijumlah lalu dibagi dengan skor maksimal
4) Hasil persentase setiap indikator tersebut akan menghasilkan
rata-rata ketercapaian anak pada setiap pertemuannya
5) Analisis data diambil berdasarkan hasil persentase rata-rata
kemampuan sosial emosional anak pada setiap pertemuan
kemudian dipaparkan selisihnya
6) Hasil persentase setiap siklus nya diperjelas dalam bentuk tabel
dan grafik.
40
Gambar 3.8.2 tabel kriteria keberhasilan.
41
DAFTAR PUSTAKA
Emda, A. (2017). Kedudukan motivasi belajar siswa dalam pembelajaran. Lantanida Journal,
5(2), 93-196.
Nana Sudjana. (2011). Penilaian Hasil Proses Belajar Mengajar. Bandung: Remaja
Rosdakarya.
Putri, B. B. A., Muslim, A., & Bintaro, T. Y. (2019). Analisis faktor rendahnya minat belajar
matematika siswa kelas V di SD Negeri 4 Gumiwang. Educatio FKIP UNMA, 5(2), 68-74.
https://doi.org/10.31949/educatio.v5i2.14.
Rahayu Sri Waskitoningtyas, “Analisis Kesulitan Belajar Matematika Siswa Kelas V Sekolah
Dasar Kota Balikpapan Pada Materi Satuan Waktu”, Jurnal Ilmiah Pendidikan Matematika 5,
no. 1 (2016), 25-26.
Sardiman, AM.1992. Interaksi dan Motivasi Belajar Mengajar: Pedoman bagi Guru dan
Calon Guru. Jakarta: Rajawali Pers.
Siagian, R. E. F. (2015). Pengaruh minat dan kebiasaan belajar siswa terhadap prestasi belajar
matematika. Formatif: Jurnal LPP Munindra, 2 (2), 122-131.
Sugiono,Metode Penelitian Kuantitatif Kualitatis dan R&D. Bandung: Alfabeta CV, 2014
42
Sugiyono. (2010). Statistik Penelitian Pendidikan. Bandung: Alfabeta.
Suharsimi Arikunto. (2010). Prosedur Penelitian Suatu Pendekatan Praktik. Jakarta: Rineka
Cipta.
Sri Subarinah. (2006). Inovasi Pembelajaran Matematika Sekolah Dasar. Jakarta: Departemen
Pendidikan Nasional.
Sukmadinata, Nana Syaodih. 2007. Landasan Psikologi Proses Pendidikan. Bandung: Remaja
Rosdakarya.
43
LAMPIRAN 1
JADWAL KEGIATAN PENELITIAN TINDAKAN KELAS
SDN 4 KARANGBENER TAHUN PELAJARAN 2022/2023
No Kegiatan Waktu
1. Persiapan Penelitian
44
DAFTAR NAMA SISWA KELAS III SDN 4 KARANGBENER
TAHUN PELAJARAN 2022/2023
NO NAMA JENIS KELAMIN
1 AK P
2 BAL P
3 DA P
4 DK L
5 FA P
6 FK L
7 GSA L
8 IAP P
9 KP P
10 LW P
11 LY P
12 MAP L
13 MNI L
14 NA P
15 PE L
16 RAN P
17 STA P
18 VT P
(………………….) (…………………..)
NIP………………. NIP………………..
45
DAFTAR NAMA DAN NILAI SISWA KELAS III SDN 4 KARANGBENER
TAHUN PELAJARAN 2022/2023
NO NAMA NILAI
1 AK
2 BAL
3 DA
4 DK
5 FA
6 FK
7 GSA
8 IAP
9 KP
10 LW
11 LY
12 MAP
13 MNI
14 NA
15 PE
16 RAN
17 STA
18 VT
(………………….) (…………………..)
NIP………………. NIP………………..
46
LAMPIRAN 3
SILABUS
Kelas : III
Semester :2
KOMPETENSI INTI
1. Menerima, menjalankan, dan menghargai ajaran agama yang dianutnya.
2. Menunjukkan perilaku jujur, disiplin, tanggung jawab, santun, peduli, percaya diri, dalam berinteraksi dengan keluarga, teman, guru dan tetangga, serta cinta
tanah air.
3. Memahami pengetahuan faktual, konseptual, prosedural, dan metakognitif pada tingkat dasar dengan cara mengamati, menanya, dan mencoba berdasarkan
rasa ingin tahu tentang dirinya, makhluk ciptaan Tuhan dan kegiatannya, serta benda-benda yang dijumpainya di rumah, di sekolah, dan tempat bermain.
4. Menunjukkan keterampilan berpikir dan bertindak kreatif, produktif, kritis, mandiri, kolaboratif, dan komunikatif. Dalam bahasa yang jelas, sistematis, logis
dan kritis, dalam karya yang estetis, dalam gerakan yang mencerminkan anak sehat, dan tindakan yang mencerminkan perilaku anak sesuai dengan tahap
47
perkembangannya
48
LAMPIRAN 4
RENCANA PELAKSANAAN PEMBELAJARAN (RPP)
A. KOMPETENSI INTI
1. Menerima, menjalankan, dan menghargai ajaran agama yang dianutnya.
2. Menunjukkan perilaku jujur, disiplin, tanggung jawab, santun,
peduli, percaya diri, dalam berinteraksi dengan keluarga, teman,
guru dan tetangga, serta cinta tanah air.
3. Memahami pengetahuan faktual, konseptual, prosedural, dan
metakognitif pada tingkat dasar dengan cara mengamati, menanya,
dan mencoba berdasarkan rasa ingin tahu tentang dirinya, makhluk
ciptaan Tuhan dan kegiatannya, serta benda-benda yang
dijumpainya di rumah, di sekolah, dan tempat bermain.
4. Menunjukkan keterampilan berpikir dan bertindak kreatif,
produktif, kritis, mandiri, kolaboratif, dan komunikatif. Dalam
bahasa yang jelas, sistematis, logis dan kritis, dalam karya yang
estetis, dalam gerakan yang mencerminkan anak sehat, dan
tindakan yang mencerminkan perilaku anak sesuai dengan tahap
perkembangannya.
49
berdasarkan sifat-sifat yang berdasarkan sifat-sifatnya
dimiliki dengan
benar.(C5)
4.12 Mengelompokkan berbagai 4.12.1. Menyajikan contoh bangun
bangun datar berdasarkan sifat- datar
sifat yang dimiliki dengan sifat-sifat tertentu
melalui gambar dengan
benar.(P3)
C. TUJUAN PEMBELAJARAN
1. Dengan mengamati materi tentang sifat- sifat bangun datar, siswa dapat
menyimpulkan perbedaan berbagai bangun datar berdasarkan sifat-sifatnya
dengan benar.(Hots-C5, Critical Thinking)
2. Setelah mengerjakan lkpd, siswa dapat menyajikan contoh bangun datar
dengan sifat- sifat tertentu melalui gambar dan atau benda-benda konkret
dengan benar. (Hots-P3, Critical Thinking)
E. MATERI PEMBELAJARAN
Perbedaan dan Sifat- sifat Bangun Datar
Berikut akan dijelaskan tentang ciri-ciri dan berbagai jenis bangun datar.
1.Lingkaran
Lingkaran merupakan bentuk bangun datar yang terdiri dari semua titik dalam
bidang yang berjarak tertentu dari titik pusat. Bangun datar ini tersusun dari kurva
da bukan gari lurus, sehingga bukan termasuk poligon.
Ciri-ciri:
50
Memiliki sudut 180 derajat.
Diameter membagi bangunan menjadi dua sisi yang seimbang.
Jari-jari menghubungkan titik pusat dan titik busur lingkaran.
Memiliki simetri putar dan lipat yang tidak terhingga jumlahnya.
2. Persegi Panjang
Bangun datar persegi panjang merupakan bangun dua dimensi yang dibentuk oleh
dua panjang sisi yang sama panjang dan sejajar dengan pasangannya.
Ciri-ciri:
Memiliki 4 sisi dengan 2 sisi yang saling berhadapan.
Ada 4 sudut dengan besar 90 derajat, atau sudut siku-siku.
Ada 2 sumbu simetri lipat dan putar.
Memiliki 2 diagonal (garis melintang) yang sama panjang.
3. Jajar Genjang
Jajar genjang adalah bangun datar dua dimensi dan dibentuk oleh dua pasang
rusuk. Setiap rusuk, masing-masing memiliki panjang dan sejajar dengan
pasangannya.
Ciri-ciri:
Memiliki 4 sisi dengan 2 sisi yang saling berhadapan dan sejajar.
Secara umum jajar genjang tidak memiliki sumbu simetri.
Setiap 4 sudut, dengan 2 sudut berurutan berjumlah 180 derajat.
Memiliki dua garis diagonal yang sama panjang.
4. Belah Ketupat
Bangun datar ini memiliki bentuk dua dimensi, yang dibentuk dari empat buah
segitiga siku-siku.
Ciri-ciri:
Ada 4 sisi yang memiliki panjang yang sama dan sisi yang berlawanan
sejajar.
Memiliki garis diagonal yang berbentuk sudut siku-siku.
51
Jumlah 2 sudut berturut-turut adalah 180 derajat.
Terdapat 2 sumbu simetri lipat dan putar.
5. Segi Lima (Pentagon)
Bangun 2 dimensi yang memiliki bentuk berupa 5 sisi yang saling berhubungan.
Ciri-ciri:
Ada 5 sisi yang memiliki panjang yang beraturan.
Memiliki 5 sudut yang sama besar pada setiap garis yang beraturan.
Ada 5 sumbu simetri pada bangun segi lima.
Setiap sudut pada pentagon bila dijumlah adalah 540 derajat.
6. Segitiga
Segitiga adalah bentuk bangunan poligon atau bergaris dengan tiga ujung dan tiga
simpul. Bangunan ini adalah salah satu bentuk dasar dalam geometri. Ada 3 jenis
bangun datar segitiga, yaitu segitiga sama sisi, segitiga siku-siku, dan segitiga
sama kaki. Setiap segitiga ini mememiliki perbedaan pada panjang setiap sisi dan
sudut yang berbeda-beda.
Segitiga siku-siku memiliki 3 sisi dengan sudut 90 derajat.
Segitiga sama kaki memiliki 3 sisi. 2 sisi memiliki panjang yang sama
dengan sudut 60 derajat.
Segitiga sama sisi, memiliki 3 sisi yang panjangnya sama.
7. Persegi
Bangun datar persegi atau bujur sangkar merupakan bangunan dua dimensi yang
dibentuk dengan 4 rusuk.
Ciri-ciri:
Miliki 4 sisi yang sama panjang.
Setiap sudut memiliki besar 90 derajat
Memiliki 4 sumbu simetri putar dan lipat.
8. Trapesium
Trapesium merupakan bangun datar dua dimensi yang memiliki bentuk terdiri dari
4 buah rusuk. Pada 2 rusuk bangun ini saling sejajar, namun tidak sama panjang.
52
Ciri-ciri:
Terdapat 4 sisi dengan 2 sisi sejajar.
Miliki 4 sudut, dengan dua sudut yang berdekatan berjumlah 180 derajat.
Pada trapesium sama kaki, memiliki kaki yang panjangnya sama dan
sejajar.
G. KEGIATAN PEMBELAJARAN
53
Tahap Kegiatan Tatap Muka Alokasi
Pembelajaran Waktu
Kegiatan Langkah-Langkah Kegiatan Pembelajaran -
Pendahuluan a. Persiapan Mengajar
Pada unit kegiatan pembelajaran I, beberapa hal yang harus
dipersiapkan guru antara lain:
1) Guru menyiapkan audio garuda pancasila
2) Guru menyiapkan media pembelajaran yang akan
digunakan
3) Guru dapat menyiapkan lembar LKPD
Kegiatan 1) Jika pembelajaran ini dimulai dari jam pertama, maka 5 menit
Pembukaan dalam kegiatan pendahuluan ini diawali dengan
mengucapkan salam dari guru, membaca doa atau
meminta salah satu peserta didik untuk memimpin doa
sesuai agama dan kepercayaan masing-masing (penguatan
elemen akhlak beragama), kemudian guru memberikan
ucapan terimakasih kepada peserta didik yang memimpin
doa.
2. BAHAN:
Youtube: https://youtu.be/TgcxhI1JIow
3. MEDIA PEMBELAJARAN
Alat peraga sifat-sifat bangun datar
55
1. KISI-KISI
FASE / KELAS : FASE C KELAS
MATA PELAJARAN : IPAS
MATERI : SISTEM PENCERNAAN
2.
3.
56
4. SOAL
NAMA :…………………………………………………………………………………….
NO ABSEN : …………………………………………………………………………………….
KELAS : …………………………………………………………………………………….
MATA PELAJARAN : …………………………………………………………………………………….
A. Plihlah jawaban yang benar dengan cara menyilang pada bagian a, b, c, atau d!
1. Perhatikan gambar bangun atar di bawah ini !
I II III
57
6. Tuliskan nama – nama bangun datar di bawah ini!
10. Gambarlah 1 kreasi dari gabungan beberapa bangun datar dan warnai!
Jawab :
.....................................................................................................................................................
.....................................................................................................................................................
.....................................................................................................................................................
.....................................................................................................................................................
58
5. KUNCI JAWABAN
1. A
2. B
3. C
4. A
5. B
6. I = segitiga
II = persegi panjang
III = persegi
7. Gambar A = persegi
Gambar B = segitiga
59
LAMPIRAN 5
ANGKET VALIDASI RESPON SISWA TANGGAPAN SISWA
TERHADAP PEMBELAJARAN MATEMATIKA DENGAN METODE
PEMBELAJARAN KOOPERATIF TIPE BERKIRIM SALAM
MENGGUNAKAN ALAT PERAGA PADA MATERI “SIFAT-SIFAT
BANGUN DATAR”
Nama : .............................................................................
.....
No. Absen : .............................................................................
.....
Kelas : .............................................................................
.....
Petunjuk :
60
Tingkat Persetujuan
No. Pernyataan
STS
SS S KR TS
5 4 3 2 1
61
Komentar dan saran terhadap teknik pembelajaran :
………………………………………………………………………………………
………………………………………………………………………………………
…………………………………………………………............................................
....................................................................................................................................
....................................................................................................................................
…………………………………………………………............................................
....................................................................................................................................
....................................................................................................................................
Kudus,.....................................2023.
62
PEDOMAN PENSKORAN
NILAI TINGKAT
KEPRAKTISAN
85 – 100 Sangat Praktis
70 – 84 Praktis
55 – 69 Cukup Praktis
50 – 54 Kurang Praktis
0 – 49 Tidak Praktis
63