Anda di halaman 1dari 19

PENGARUH MODEL PEMBELAJARAN KOOPERATIF TIPE JIGSAW TERHADAP

PENINGKATAN HASIL BELAJAR SISWA SMPN 2 LAPANDEWA PADA MATA


PELAJARAN MATEMATIKA

Oleh :

ANITA

A1I117144

JURUSAN PENDIDIKAN MATEMATIKA

FAKULTAS KEGURUAN DAN ILMU PENDIDIKAN

UNIVERSITAS HALU OLEO

2019

1
Kata Pengantar

Segala puji penulis ucapkan ke hadirat Allah SWT atas segala nikmat dan karunia yang telah diberikan,
sehingga tugas membuat proposal penelitian yang berjudul “ Pengaruh Metode Kooperatif Tipe Jigsaw
Untuk Meningkatkan Hasil Belajar Siswa SMP Negeri 2 Lapandewa pada Mata Pelajaran Matematika ” ini
bisa terselesaikan dengan baik.

Penulis menyadari bahwa dalam pembuatan tugas Proposal ini masih banyak terdapat kekurangan
bahkan kesalahan, untuk itu penulis sangat mengharapkan kritik dan saran dari pembaca.

2
DAFTAR ISI

Bab I : Pendahuluan

A. Latar Belakang . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . .. . . . . . . . . . . . . . . . .. . . . . .. . . . . . . . . . . .

B. Rumusan Masalah . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . .. . . . . . . . . . . . . . . . .. . . . . .. . . . . . . . .

C. Tujuan Penelitian . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . .. . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . .. . . . . . . . .

D. Manfaat Penelitian . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . .. . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . .. . .. . . . .

Bab II : Kajian Teori . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . .. . . . . . . . . . . . . . . . .. . . . . .. . . . . . . . . .

A. Deskripsi Teori . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . .. . . . . . . . . . . . . . . . .. . . . . .. . . . . . . . . . . .

1. Belajar dan Pembelajaran . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . .. . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . .

a. belajar . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . .. . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . .

b. pembelajaran . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . .. . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . .

2. Model Pembelajaran . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . .. . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . .

a. pengertian model pembelajaran . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . .. . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . .

b. model pembelajaran kooperatif . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . .. . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . .

3. Model Pembelajaran Kooperatif Tipe Jigsaw . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . .. . . . . . . . . . . . . . . . .

c. tipe-tipe model pembelajaran kooperatif . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . .. . . . . . . . . . . . . . . . . . . . .

a. Pengertian Metode Kooperatif Tipe Jigsaw . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . .. . . .. . . . .

b. Tujuan Metode Kooperatif Tipe Jigsaw ................................

c. Langkah - Langkah Pembelajaran Kooperatif Tipe Jigsaw . . . . . . . . . . . . . . . . .

B. Penelitian Relevan . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . .. . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . .

3
C. Kerangka Pemikiran . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . .. . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . .

D. Merumuskan Hipotesis . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . .. . . . . . . . .

Daftar Pustaka

4
BAB 1

PENDAHULUAN

A. Latar Belakang

Salah satu kebutuhan manusia yang sangat mendasar dalam upaya memanusiakan
manusia adalah pendidikan. Pendidikan diamanatkan dalam konstitusi pada Pasal 31 Ayat (1)
yang menyatakan bahwa “Setiap warga negara berhak mendapat pendidikan” (Hasil
Amandemen UUD 1945 Tahun 2002). Pendidikan nasional berfungsi mengembangkan
kemampuan dan membentuk watak serta peradaban bangsa yang bermartabat. Pendidikan
nasional harus mampu menjamin pemerataan kesempatan pendidikan, peningkatan mutu dan
relevansi serta efisiensi manajemen pendidikan.Undang-undang Sistem Pendidikan RI Nomor 20
Tahun 2003 bertujuan bahwa semua peserta didik diharap menjadi manusia beriman dan
bertakwa terhadap Tuhan Yang Maha Esa, berakhlak mulia, sehat, berilmu, cakap, kreatif,
mandiri, dan menjadi warga Negara yang demokratif serta bertanggungjawab. Untuk
mewujudkan tujuan pendidikan itu, di sekolah perlu dilaksanakan pembelajaran yang
komprehensif yang mengarah pada bagaimana kehidupan manusia pada masa kini maupun
masa depan ada dalam semua mata pelajaran.

Pelajaran matematika merupakan salah satu mata pelajaran yang dirasa cukup sulit
dan tidak menarik bagi banyak peserta didik di sekolah. Hal ini berdampak buruk bagi hasil
belajar peserta didik. Adanya bukti dari hasil evaluasi pelajaran matematika tiap semester
maupun ujian akhir masih sering di bawah standart mata pelajaran lain. Keadaan ini sungguh
sangat memprihatinkan. Salah satu cara dalam mengatasi keadaan ini adalah bagaimana agar
peserta didik mampu berperan secara aktif dalam mengembangkan kemampuan yang
dimilikinya untuk bisa memahami, mengerti, mengamati, merencanakan, melaksanakan,
mengkomunikasikan hasil dan lain sebagainya. Dalam mengelola pembelajaran di dunia
pendidikan diperlukan suatu keterampilan tertentu oleh guru untuk menyampaikan sesuatu
materi pelajaran. Keterampilan guru sangat diperlukan karena setiap peserta didik memiliki
kemampuan dan pemahaman yang berbeda sehingga peserta didik dapat menguasai materi

5
pelajaran sesuai dengan target yang telah ditetapkan kurikulum.Penyampaian materi oleh guru
supaya berhasil mencapai tujuannya perlu memperhatikan masalah yang paling penting
disamping materi pelajaran yaitu penggunaan model pembelajaran. Model pembelajaran
merupakan faktor yang sangat penting dan sering dijadikan bahan pembicaraan dalam dunia
pendidikan. Model pembelajaran adalah suatu perencanaan atau suatu pola yang digunakan
sebagai pedoman dalam merencanakan pembelajaran kelas atau pembelajaran dalam totorial
dan untuk menentukan perangkat-perangkat pembelajaran termasuk di dalamnya buku-buku,
komputer, kurikulum, dan lain-lain. Joyce menyatakan bahwa setiap model pembelajaran
mengarahkan kita ke dalam desain pembelajaran untuk membantu peserta didik sedemikian
rupa sehingga tujuan pembelajaran tercapai.

Adapun Soekamto,dkk dalam Trianto mengemukakan maksud dari model pembelajaran


adalah:”Kerangka konseptual yang melukiskan prosedur yang sistematis dalam
mengornasasikan pengalaman belajar untuk mencapai tujuan belajar tertentu ,dan berfungsi
sebagai pedoman bagi para perancang pembelajaran dan pengajar dalam merencanakan
aktivitas belajar mengajar". Cara mengajar memang sangat diperlukan oleh seorang guru dalam
kegiatan pembelajaran. Menggunakan model pembelajaran harus sesuai dengan bahan
pelajaran yang diterapkan menurut keahlian khusus, karena tidak semua model pembelajaran
dapat diterapkan dan digunakan untuk menyampaikan bahan pelajaran bagi peserta didik.

Berdasarkan pengamatan selama ini guru dalam menyampaikan materi pelajaran


masih banyak menggunakan metode caramah. Adapun metode ceramah yaitu guru
menerangkan materi pelajaran dengan lisan, sedangkan peserta didik mendengarkan, mencatat
uraian dari guru. Hal ini bertentangan dengan prinsip belajar yakni pelajar harus aktif. Dengan
kebiasaan peserta didik yang hanya mendengar, mencatat, maka peserta didik akan kurang bisa
untuk mengemukakan pendapat, bekerja secara kelompok, memecahkan masalah, baik secara
individu maupun secara kelompok.

Situasi dan kondisi belajar yang tidak nyaman dan kurang variatif seperti penggunaan
metode ceramah yang kerap digunakan guru, minimnya penggunaan media, dan lain-lain juga
semakin memperparah keadaan. Rasa tidak suka yang dimiliki oleh peserta didik secara
otomatis menyebabkan motivasi belajar menurun dan mengakibatkan kesulitan untuk
memahami pelajaran Matematika semakin bertambah. Jika diadakan evaluasi para peserta didik

6
merasa kesulitan/bahkan tidak mengerti sama sekali, sehingga pada akhirnya peserta didik
menyimpulkan bahwa mata pelajaran Matematika sulit dan menjenuhkan. Oleh karena itu,
seorang guru harus pandai-pandai memilih model pembelajaran dalam proses belajar mengajar.
Berdasarkan latar belakang di atas, guna meningkatkan hasil belajar peserta didik pada mata
pelajaran Matematika, maka penulis bemaksud mengadakan penelitian dengan judul "
Pengaruh Model Pembelajaran Kooperatif Tipe Jigsaw Terhadap Peningkantan Hasil Belajar
Siswa SMPN 2 Lapandewa pada Mata Pelajaran Matematika "

B. Rumusan Masalah

Berdasarkan latar belakang di atas maka dapat dirumuskan masalah penelitian yaitu

1. Bagaimana pengaruh model kooperatif tipe jigsaw terhadap peningkatkan hasil belajar siswa
SMPN 2 Lapandewa pada mata pelajaran Matematika?

2. Bagaimana hasil belajar Matematika pada Peserta Didik SMPN 2 Lapandewa setelah
digunakan metode pembelajaran kooperatif tipe Jigsaw?

3. Apakah terdapat peningkatan hasil belajar Matematika setelah digunakan metode


pembelajaran kooperatif tipe Jigsaw pada peserta didik SMPN 2 Lapandewa?

C. Tujuan Penelitian

7
Adapun tujuan dari penelitian ini adalah untuk mengetahui pengaruh model
pembelajaran kooperatif tipe jigsaw terhadap kemampuan belajar peserta didik SMPN 2
Lapandewa pada mata pelajaran Matematika

D. Manfaat Penelitian

Adapun manfaat dari penelitian ini adalah sebagai bserikut :

1. Bagi siswa. Hasil penelitian ini akan sangat bermanfaat bagi siswa yang mengalami
kemampuan belajar rendah pada mata pelajaran matematika

2. Bagi guru. Dengan dilaksanakannya penelitian ini diharapkan guru dapat mengetahui
metode-metode belajar yang sesuai untuk siswa pada mata pelajaran matematika sehingga
guru dapat menerapkan metode belajar yang tepat pada pembelajaran matematika

3. Bagi peneliti. Hasil penelitian ini memberikan bekal, wawasan dan pengetahuan bagi peneliti
sebagai calon guru untuk menjalani profesinya sebagai seorang guru. Dengan demikian, anak
didik yang dibinanya nanti dapat meningkatkan hasil belajarnya dalam proses belajar
mengajar matematika

BAB II

KAJIAN TEORI

8
A. Deskripsi Teori

1. Belajar dan Pembelajaran

a. Belajar

Belajar merupakan proses seseorang untuk memperoleh ilmu pengetahuan.


Seseorang dikatakan belajar apabila terjadi perubahan dalam dirinya. Perubahan tersebut
menyangkut perubahan yang bersifat pengetahuan (kognitif), keterampilan (psikomotor),
maupun perubahan nilai dan sikap (afektif). Hanafiah dan Suhana dalam Kasmadi dan Sunariah
(2014: 29) menyatakan belajar adalah proses perubahan perilaku berkat adanya interaksi
dengan lingkungan pembelajar. Perubahan perilaku tersebut mencakup aspek kognitif, afektif,
dan psikomotorik.

Gagne dalam Susanto (2014: 1) menyatakan belajar adalah suatu proses dimana
suatu organisme berubah perilakunya sebagai akibat pengalaman. Belajar dimaknai sebagai
suatu proses untuk memperoleh motivasi dalam pengetahuan, keterampilan, kebiasaan, dan
tingkah laku. Sunaryo dalam Komalasari (2010: 2) menyatakan belajar merupakan suatu
kegiatan dimana seseorang membuat atau menghasilkan suatu perubahan tingkah laku yang
ada pada dirinya dalam pengetahuan, sikap, dan keterampilan.

b. Pembelajaran

Pembelajaran merupakan proses, cara, dan perbuatan yang menjadikanvorang atau


makhluk hidup belajar. Degeng dalam Fathurrohman (2015:17) menyatakan pembelajaran
adalah upaya untuk membelajarkan peserta didik. Sementara itu, Nata dalam Fathurrohman
(2015: 17) menyebutkan bahwa pembelajaran adalah usaha membimbing peserta didik dan
menciptakan lingkungan yang memungkinkan terjadinya proses belajar untuk belajar. Susanto
(2014: 19) menyatakan bahwa pembelajaran adalah proses untuk membantu peserta didik agar
dapat belajar dengan baik. Masitoh (2009: 8) menyatakan bahwa didalam pembelajaran
terdapat interaksi siswa dan guru, melibatkan unsur-unsur yang saling mempengaruhi untuk
mencapai tujuan atau kompetensi yang diharapkan.

Berdasarkan pendapat dari beberapa ahli, peneliti menyimpulkan


bahwavpembelajaran merupakan usaha membantu siswa belajar dengan melibatkan unsur-
unsur pembelajaran untuk mencapai tujuan.

9
2. Model Pembelajaran

a. Pengertian Model Pembelajaran

Model pembelajaran digunakan untuk mempermudah proses pembelajaran dalam mencapai


tujuan pembelajaran. Menurut Arends dalam Fathurrohman (2015: 30) model pembelajaran adalah
suatu rencana atau pola yang disiapkan untuk membantu peserta didik mempelajari secara lebih spesifik
berbagai ilmu pengetahuan, sikap, dan keterampilan.

Menurut Suprijono (2015: 65) model pembelajaran ialah pola yang digunakan sebagai
pedoman dalam merencanakan pembelajaran di kelas maupun tutorial. Joyce dan Weill dalam Huda
(2014: 73) mendefinisikan model pengajaran sebagai rencana atau pola yang dapat digunakan untuk
membentuk kurikulum, mendesain materi-materi intruksional, dan memandu proses pengajaran di
ruang kelas atau di setting yang berbeda.

b. Model Pembelajaran Kooperatif

Model pembelajaran kooperatif merupakan model pembelajaran yang dilakukan secara


berkelompok. Rusman (2014: 202) menyatakan pembelajaran kooperatif (cooperative learning)
merupakan bentuk pembelajaran dengan cara siswa belajar dan bekerja dalam kelompok kelompok kecil
secara kolaboratif yang anggotanya terdiri dari empat sampai enam orang dengan sruktur kelompok
yang bersifat heterogen. Nur dalam Isjoni (2013: 26) mengemukakan bahwa pembelajaran kooperatif
adalah model pembelajaran yang mengelompokkan siswa untuk tujuan menciptakan pendekatan
pembelajaran yang berhasil mengintegrasikan keterampilan sosial yang bermuatan akademik.

Bern dan Erickson dalam Komalasari (2010: 62) mengemukakan bahwa cooperative learning
(pembelajaran kooperatif) merupakan strategi pembelajaran yang mengorganisir pembelajaran dengan
menggunakan kelompok belajar kecil di mana siswa bekerja bersama untuk mencapai tujuan
pembelajaran. Slavin dalam Komalasari (2010: 62) menjelaskan keberhasilan belajar dari kelompok
tergantung pada kemampuan dan aktivitas anggota kelompok, baik secara individual maupun secara
berkelompok.

c. Tipe-tipe Model Pembelajaran Kooperatif

Ada beberapa tipe dalam model pembelajaran kooperatif. Isjoni (2013: 73) membagi model
pembelajaran kooperatif menjadi beberapa variasi, yaitu Student Team Achievement Division (STAD),
Jigsaw, Teams- Games-Tournaments (TGT), Group Investigation (GI), Rotating Tri Exchange, Group
Resume. Komalasari (2010: 62) membagi pembelajaran kooperatif menjadi beberapa model atau tipe,
yaitu Number Head Together (NHT), Cooperatif Script, Group Investigation, Think Pair Share (TPS),

10
Jigsaw, Snow Ball Throlling, Team Game Tournament(TGT), Think-Talk-Writte (TTW) dan Two Stay Two
Stray (TS-TS).

3. Model Pembelajaran Kooperatif Tipe Jigsaw

a. Pengertian Model Pembelajaran Tipe Jigsaw

Jigsaw pertama kali dikembangkan dan diujicobakan oleh Elliot Aronson dan teman-teman di
Universitas Texas dan kemudian diadaptasi oleh Slavin dan teman-temannya di Universitas John Hopkins
(Fathurrohman, 2015: 62). Model pembelajaran kooperatif tipe jigsaw didesain untuk meningkatkan rasa
tanggung jawab siswa terhadap pembelajarannya sendiri dan juga pembelajaran orang lain. Siswa tidak
hanya mempelajari materi yang diberikan, tetapi mereka juga harus siap memberikan dan mengajarkan
materi tersebut pada anggota kelompok yang lain, sehingga baik kemampuan secara kognitif maupun
sosial siswa sangat diperlukan.

Teori yang melandasi pembelajaran cooperative learning adalah teori konstruktivisme.


Pada dasarnya, pendekatan teori konstruktivisme dalam belajar adalah suatu pendekatan di
mana siswa harus secara individual menemukan dan menstransformasikan informasi yang
kompleks, memeriksa informasi dengan aturan yang ada dan merevisi nya bila perlu. Soejadi I
Teti Sobari dalam Rusman (2014,. 201). Menurut Slavin dalam Rusman (2014, h. 201),
pembelajaran kooperatif menggalakan siswa berinteraksi secara aktif dan positif dalam
kelompok.

Model pembelajaran Cooperative Learning Teknik Jigsaw merupakan salah satu model
pembelajaran yang mendukung pembelajaran kontekstual. Sistem pengajaran Cooperative
Learning Teknik Jigsaw dapat didefinisikan sebagai sistem kerja/belajar kelompok terstruktur.
Yang termasuk di dalam struktur itu adalah lima unsur pokok yaitu saling ketergantungan positif,
tanggung jawab individual, interaksi personal, keahlian bekerja sama, dan proses kelompok.

Jhonson dalam Rusman (2014, h. 204) mengemukakan, “cooperative learning adalah


teknik pengelompokan yang didalamnya siswa bekerja terarah pada tujuan belajar bersama
dalam kelompok kecil yang umumnya terdiri dari 4-5 orang. belajar cooperative adalah
pemanfaatan kelompok kecil dalam pembelajaran yang memungkinkan siswa bekerja bersama
untuk memaksimalkan belajar mereka dan belajar anggota lainnya dalam kelompok tersebut ”.

Falsafah yang mendasari pembelajaran Cooperative Learning Teknik Jigsaw (pembelajaran


gotong-royong) dalam pendidikan adalah “homo homoni socius” yang menekankan bahwa
manusia adalah makhluk sosial.

11
Cooperative Learning Teknik Jigsaw adalah suatu strategi belajar mengajar yang
menekankan pada sikap atau perilaku bersama dalam belajar atau membantu di antara sesama
dalam struktur kerja sama yang teratur dalam kelompok yang terdiri dari dua orang atau lebih.
Pembelajaran kooperatif adalah salah satu bentuk pembelajaran yang berdasarkan paham
konstruktivis. Pembelajaran kooperatif merupakan strategi belajar dengan sejumlah siswa
sebagai anggota kelompok kecil yang tingkat kemampuannya berbeda. Dalam menyelesaikan
tugas kelompoknya, setiap siswa anggota kelompok harus saling bekerja sama dan saling
membantu untuk memahami materi pembelajaran. Dalam pembelajaran kooperatif, belajar
dikatakan belum selesai jika salah satu teman dalam kelompok belum menguasai bahan-bahan
pelajaran.

Menurut Anita Lie (2008:18) dalam bukunya “Cooperative Learning Teknik Jigsaw ”, bahwa
model pembelajaran Cooperative Learning Teknik Jigsaw tidak sama dengan sekedar belajar
kelompok, tetapi ada unsur-unsur dasar yang membedakannya dengan pembagian kelompok
yang dilakukan asal-asalan. Roger dan David Johnson mengatakan bahwa tidak semua kerja
kelompok bisa dianggap Cooperative Learning Teknik Jigsaw.

Untuk itu harus diterapkan lima unsur model pembelajaran gotong- royong yaitu :

(1) Saling ketergantungan positif.

(2) Tanggung jawab perseorangan.

(3) Tatap muka.

(4) Komunikasi antar anggota.

(5) Evaluasi proses kelompok

Dibandingkan dengan pembelajaran lainnya pembelajaran kooperatif memiliki ciri-ciri sebagai


berikut :

(1) Siswa bekerja dalam kelompok secara kooperatif untuk menuntaskan materi belajar

(2) Kelompok di betuk dari siswa yang mempunyai kemampuan tinggi, sedang, dan rendah.

(3) Bila memungkinkan anggota kelompok berasal dari ras, budaya, suku jenis kelamin beragam
(4) Penghargaan lebih berorientasi kepada kelompok dari pada individu (Trianto, 2007:47)

12
Seperti yang diungkapkan oleh Anita Lie dalam Rusman (2014, h. 218) bahwa,
“pembelajaran kooperatif model jigsaw ini merupakan model belajar kooperatif dengan cara
siswa belajar dalam kelompok kecil yang terdiri dari empat sampai enam orang secara
heterogen dan siswa bekerja sama saling ketergantungan positif dan tanggung jawab secara
mandiri”. Model pembelajaran Jigsaw merupakan salah satu variasi model Collaborative
Learning yaitu proses belajar kelompok dimana setiap anggota menyumbangkan informasi,
pengalaman, ide, sikap, pendapat, kemampuan, dan keterampilan yang dimilikinya, untuk
secara bersama-sama saling meningkatkan pemahaman seluruh anggota

b. Tujuan Pembelajaran Kooperatif tipe jigsaw

Menurut eggen, dkk dalam Trianto, pembelajaran koperatif merupakan sebuah


kelompok strategi pengajaran yang melibatkan peserta didik bekerja secara berkolaborasi untuk
mencapai tujuan bersama. Pembelajaran kooperatif disusun dalam sebuah usaha untuk
meningkatkan pastisipasi peserta didik, mempasilitasi peserta didik dengan pengalaman sikap
kepemimpinan dan membuat keputusan dalam kelompok, serta memberikan kesempatan
kepada peserta didik untuk beinteraksi dan belajar bersama-sama peserta didik yang berbeda-
beda latar belakangnya. Jadi dalam pembelajaran kooperatif peserta didik berperan ganda yaitu
sebagai peserta didik ataupun sebagai guru. Dengan bekerja secara kolaboratif untuk mencapai
sebuah tujuan bersama, maka peserta didik akan mengembangkan keterampilan berhubung

dengan sesama manusia yang akan sangat bermamfaat bagi kehidupan diluar
sekolah.pembelajaran penting, yaitu hasil belajar akademik, penerimaan terhadap keragaman,
dan pengembangan keterampilan sosial.

Pembelajaran cooperative learning tipe jigsaw disusun dalam sebuah usaha untuk
meningkatkan partisipasi siswa, memfasilitasi siswa dengan pengalaman sikap kepemimpinan
dan membuat keputusan dalam kelompok, serta memberikan kesempatan pada siswa untuk
berinteraksi dan belajar bersama-sama siswa yang berbeda latar belakangnya. Jadi dalam
pemberlajaran cooperative tipe jigsaw ini siswa berperan ganda yaitu sebagai siswa ataupun
sebagai guru.

Tujuan penting dari pembelajaran kooperatif tipe jigsaw adalah untuk mengajarkan kepada
siswa untuk mengajarkan kepada siswa keterampilan kerja sama dan kolaborasi. Keterampilan
ini penting dimiliki di dalam masyarakat di mana banyak kerja orang dewasa sebagian besar
dilakukan dalam organisasi yang saling bergantung sama lain dan di mana masyarakat secara
budaya semakin beragam.

13
c. Langkah-langkah Model Pembelajaran Kooperatif Jigsaw

Menurut Rusman (2008 : 205) model pembelajaran jigsaw ini dikenal juga dengan
kooperatif para ahli. Karena anggota setiap kelompok dihadapkan pada permasalahan yang
berbeda. Namun, permasalahan yang dihadapi setiap kelompok sama, kita sebut sebagai team
ahli yang bertugas membahas permasalahan yang dihadapi. Selanjutnya, hasil pembahasan itu
di bawah kekelompok asal dan disampaikan pada anggota kelompoknya. Prosedur atau langkah-
langkah pembelajaran cooperative pada prinsipnya terdiri atas empat tahap, yaitu sebagai
berikut :

1) Penjelasan materi, tahap ini merupakan tahap penyampaian pokok-pokok materi pelajaran
sebelum siswa belajar dalam kelompok. Tujuan utama pada tahapan ini adalah
pemahaman siswa terhadap materi pelajaran.

2) Belajar kelompok, tahapan ini dilakukan setelah guru memberikan penjelasan materi, siswa
bekerja dalam kelompok yang telah dibentuk sebelumnya.

3) Penilaian, penilaian dalam pembelajaran cooperative bisa dilakukan melalui tes atau kuis,
yang dilakukan secara individu atau kelompok. Tes individu akan memberikan penilaian
kemmapuan individu, sedangkan kelompok akan memberikan penilaian pada kemampuan
kelompoknya, seperti dijelaskan Sanjaya dalam Rusman (2014, h. 213), “Hasil akhir setiap
siswa adalah penggabungan keduanya dan dibagi dua. Nilai setiap kelompok memiliki nilai
sama dalam kelompoknya. Hal ini disebabkan nilai kelompok adalah nilai bersama dalam
kelompoknya yang merupakan hasil kerja sama setiap anggota kelompoknya”.

4) Pengakuan tim, adalah peetapan tim yang dianggap paling menonjol atau tim yang paling
berprestasi untuk kemudian diberikan penghargaan atau hadiah, dengan harapan dapat
memotivasi tim untuk berprestasi lebih baik lagi.

Berikut ini beberapa kegiatan yang harus dilakukan oleh siswa dan guru dalam penerapan
model pembelajaran cooperative learning tipe jigsaw:
1) Melakukan menbaca untuk menggali informasi. Siswa memperoleh topictopik permasalahan
untuk dibaca, sehingga mendapatkan informasi dari permasalahan tersebut.

2) Diskusi kelompok ahli. Siswa yang telah mendapat topic permasalahan yang sama bertemu
dalam satu kelompok atau kita sebut dengan kelompok ahli untuk membicarakan topik
permasalahan tersebut.

14
3) Laporan kelompok, kelompok ahli kembali ke kelompok asal dan menjelaskan hasil yang di
dapat dari hasil diskusi tim.

4) Kuis dilakukan mencangkup semua topic permasalahan yang dibicarakan tadi.

5) Perhitungan skor kelompok untuk menentukan penghargaan kelompok.

B. Penelitian Relevan

Berikut ini beberapa hasil penelitian yang relevan dengan penelitian ini:

1. Jaya (2016) dalam penelitiannya yang berjudul “Pengaruh Model Pembelajaran Tipe Jigsaw
terhadap Hasil Belajar Geografi Siswa Kelas XI IPS SMA Negeri 1 Tulang Bawang Tengah Tahun
Pelajaran 2015/2016”. Berdasarkan penelitian yang dilakukan diperoleh kesimpulan ada pengaruh
penerapan pengaruh model pembelajaran tipe jigsaw terhadap hasil belajar Geografi siswa kelas XI
IPS SMA Negeri 1 Tulang Bawang Tengah tahun pelajaran 2015/2016. Penelitian tersebut memiliki
persamaan dengan penelitian yang peneliti lakukan yaitu melihat pengaruh model pembelajaran
kooperatif tipe jigsaw terhadap hasil belajar siswa. Namun terdapat perbedaan pada mata pelajaran
dan subjek penelitian yaitu pada penelitian tersebut mengambil mata pelajaran geografi dan sampel
siswa SMA kelas XI, sedangkan peneliti mengambil mata pelajaran matematika dan sampel siswa
SMPN 2 Lapandewa

2. Satyawan (2011) dalam penelitiannya yang berjudul “Pengaruh Pembelajaran Kooperatif Tipe Jigsaw
terhadap Prestasi Belajar Matematika Siswa Pada Materi Pokok Kubus Dan Balok Kelas VIII MTs

15
Assyafi’iyah Gondang Tulungagung Tahun Ajaran 2010/2011”. Berdasarkan hasil penelitian yang
dilakukan diperoleh kesimpulan bahwa ada pengaruh yang signifikan pembelajaran kooperatif tipe
Jigsaw terhadap prestasi belajar matematika siswa kelas VIII MTs. Assyafi’iyah Gondang. Penelitian
tersebut memiliki kesamaan terhadap penelitian yang akan peneliti lakukan. Kesamaannya yaitu
kedua penelitian menggunakan model pembelajaran kooperatif tipe jigsaw dan mengambil mata
pelajaran matematika.

C. Kerangka Berpikir

Penggunaan metode pembelajaran yang kurang bervariasi dan kurang melibatkan


siswa dapat meneyebabkan siswa menjadi seseorang yang pasif, bosan dan jenuh dalam
mengikuti pelajaran. Model atau metode pembelajaran yang digunakan oleh guru dalam
mengajar mempunyai peranan yang sangat penting dalam pencapaian keberhasilan belajar.
Salah satu faktor yang mempengaruhi pencapaian belajar adalah keaktifan belajar siswa.
Pemilihan metode yang tepat dan sesuai dengan materi yang akan disampaikan akan membawa
peran serta siswa dan dapat mebangkitkan keaktifan belajar siswa.Pembelajaran yang masih
berpusat pada guru dengan bercerita atau berceramah, yang selama ini dilakukan dalam proses
pembelajaran sedikit sekali melibatkan siswa dalam belajar sehingga mengakibatkan kurangnya
keaktifan belajar siswa khususnya siswa SMPN 2 Lapandewa. Solusi untuk mengatasi
permasalahan tersebut yakni dilakukan penerapan model pembelajaran kooperatif tipe jigsaw.

Pembelajaran kooperatif perlu diterapkan dalam proses pembelajaran dikelas. Sesuai


dengan pengalaman ketika masih bersekolah di SMPN 2 Lapandewa , guru masih menggunakan
model pembelajaran ceramah dengan media papan tulis untuk menerangkan pelajaran kepada

16
siswa. Hal tersebut karena kurang adanya sarana dan prasarana di ruang kelas seperti layar LCD,
maupun model pembelajaran. Selama proses pembelajaran, penggunaan model pembelajaran
yang konvensional menyebabkan siswa kurang antusias terhadap pelajaran yang disampaikan
oleh guru, beberapa siswa ada yang mengobrol dengan teman disampingnya, ada juga siswa
yang sibuk bermain handphone saat guru mengajukan pertanyaan seputar materi yang
disampaikan, banyak siswa tidak bisa menjawab pertanyaan yang di ajukan guru, dan tidak ada
siswa yang bertanya apabila ada materi yang belum jelas. Hal ini menyebabkan kurangnya
pemahaman siswa terhadap materi yang disampaikan.

Oleh karena itu perlu adanya penerapan model pembelajaran yang lebih bervariasi,
salah satunya yaitu model pembelajaran kooperatif tipe jigsaw, dengan diterapkannya model
pembelajaran kooperatif tipe jigsaw ini diharapkan akan membantu siswa agar lebih aktif dalam
belajar. Pembelajaran kooperatif tipe jigsaw menuntut siswa menjadi lebih aktif, karena adanya
interaksi antara siswa satu dengan siswa yang lain atau kelompok satu dengan kelompok yang
lain serta guru dengan siswa, diharapkan dari interaksi tersebut dapat meningkatkan keaktifan
dan hasil belajar siswa.

D.Merumuskan Hipotesis

Berdasarkan kondisi peserta didik yang cenderung pasif dalam mengikuti kegiatan
pembelajaran Matematika , maka penelitian ini untuk mengetahui pengaruh model
pembelajaran kooperatif tipe jigsaw terhadap peningkatkan hasil belajar siswa SMPN 2
Lapandewa pada mata pelajaran Matematika. Adapun rumusan hipotesisnya sebagai berikut :

H0 : Ada pengaruh yang signifikan model pembelajaran kooperatif jigsaw terhadap peningkatan
hasil belajar siswa SMPN 2 Lapandewa pada mata pelajaran Matematika

H1 : Tidak ada pengaruh yang signifikan model pembelajaran kooperatif jigsaw terhadap
peningkatan hasil belajar siswa SMPN 2 Lapandewa pada mata pelajaran Matematika

17
DAFTAR PUSTAKA

Aqib, Zainal. 2010. Penelitian Tindakan Kelas Untuk SD, SLB, TK. Yrama

Widya. Bandung. Arikunto, Suharsini. 2006. Prosedur Penelitian Suatu Pendekatan Praktik (Edisi

Revisi VD). PT Renika Cipta. Jakarta.

Djamarah dan Zain, Aswan. 2013. Strategi Belajar Mengajar. PT Rineka Cipta.Jakarta.

Fathurrohman, Muhammad. 2015. Model-model Pembelajaran Inovatif. Ar-ruzz Media. Yogyakarta.

Gunawan, Muhamamad Ali. 2013. Statistik Penelitian Pendidikan. Parama Publishing. Yogyakarta.

Hamdayana, Jumanta. 2015. Model dan Metode Pembelajaran Kreatif dan Berkarakter. Ghalia Indonesia.
Bogor.

Abu Hamid dan Widodo Supriyono. Psikologi Belajar. PT. Rineka Cipta, Jakarta: 1991.

Anita Lie. Cooperative Learning. Jakarta : Grasindo, 2007.

18
Baharuddin, dkk, Teori Belajar & Pembelajaran, Malang: AR-Rusmedia, 2007.

Abustam Idrus, Rahman Asfah, Djaali, 2006 ; Pedoman Praktis Penelitian dan Penulisan Karya
Ilmiah,. Badan Penerbit UNM.

Arikunto, Suharsimi, dkk. 2011.Penelitian Tindakan Kelas.Jakarta:Pt Bumi AksaraDarmadi,


Hamid.2011. Metode Peneltian Pendidikan. Bandung: ALVABETA

19

Anda mungkin juga menyukai