Anda di halaman 1dari 10

Model Pembelajaran Terpadu Tingkat SLTP

(Metode Kontekstual dan Simulasi)

Di ajukan untuk memenuhi tugas Mata Kuliah

“PEMBELAJARAN TERPADU”

Dosen Pengampu:
Ismail, S.Th.I. M.Pd

Oleh
Alifudin Al Amin
Nim: 20162404872

PROGRAM STUDI
PENDIDIKAN AGAMA ISLAM
SEKOLAH TINGGI ILMU TARBIYAH
RADEN WIJAYA MOJOKERTO
TAHUN 2022
KATA PENGANTAR

Assalamualaikum wr.wb
Segala puji bagi Allah SWT atas segala rahmat dan hidayahNya, sehingga
penyusun dapat menyelesaikan makalah dengan judul “Model Pembelajaran Terpadu
Jenjang SLTP dengan Mengunakan Metode Kontekstual dan Simulasi”. Makalah ini
dikerjakan dengan tujuan untuk memenuhi tugas individu pada mata kuliah pembelajaran
terpadu.
Semoga Makalah ini bermanfaat dan menambah referensi baru bagi pembaca,
terkhusus mahasiswa-mahasiswi kampus STIT Raden Wijaya Mojokerto.
Jika ada kesalahan dalam penulisan dari makalah ini, diucapkan mohon maaf
yang sebesar-besarnya. Oleh karena itu saya mengharapkan kritik atau saran dari para
pembaca guna untuk koreksi makalah ( tugas ) kedepannya agar lebih baik.

Wassalamualaikum wr.wb

Mojokerto, 03 Januari 2022


Penulis.
DAFTAR ISI

Halaman
KATA PENGANTAR .......................................................................................... i
DAFTAR ISI ......................................................................................................... ii
BAB I PENDAHULUAN ..................................................................................... 1
A. LATAR BELAKANG…………………………………………… ......... 1
B. RUMUSAN MASALAH………………………………………… ......... 1
C. TUJUAN PEMBAHASAN……………………………………….......... 1

BAB II PEMBAHASAN ....................................................................................... 2


A. Definisi Pembelajaran terpadu……………………………. .................... 2
B. Model-Model Pembelajaran …………………………… .................... … 2
C. Contoh Metode Kontekstual dan Simulasi………………………........... 5

BAB III PENUTUP……………………………………………………….......... .. 6

A. Kesimpulan……………………………………………………….. ........ 6
B. Saran………………………………………………………………......... 6

DAFTAR PUSTAKA……………………………………………………... ......... 7


BAB I
PENDAHULUAN

A. Latar Belakang
Pembelajaran terpadu merupakan suatu pendekatan dalam pembelajaran yang
secara sengaja mengaitkan beberapa aspek dalam intra mata pelajaran maupun antar
mata pelajaran, dengan adanya pemaduan itu siswa akan memperoleh pengetahuan dan
keterampilan secara utuh sehingga pembelajaran menjadi bermakna bagi siswa.
Untuk meningkatkan efektivitas pembelajaran terpadu, metode kontekstual dan
simulasi dapat digunakan sebagai salah satu metode pembelajaran yang efektif. Metode
kontekstual adalah metode pembelajaran yang mengajarkan konsep-konsep dengan
cara memberikan contoh-contoh yang relevan dengan konsep tersebut. Metode ini
sangat efektif karena siswa dapat memahami konsep tersebut dengan lebih mudah
karena konsep tersebut disajikan dalam konteks yang relevan dengan kehidupan sehari-
hari siswa.
Simulasi adalah metode pembelajaran yang menggunakan model atau replika suatu
sistem atau kejadian untuk mempelajari cara kerja suatu sistem atau kejadian tersebut.
Metode ini sangat efektif karena siswa dapat memahami konsep tersebut dengan lebih
mudah dengan cara mengalami sendiri bagaimana cara kerja suatu sistem atau kejadian
tersebut.

B. RUMUSAN MASALAH
1. Apa yang dimaksud Pembelajaran Terpadu tingkat SLTP dengan Metode
Kontekstual dan Simulasi?
2. Apa saja kelemahan dan kelebihan metode Kontekstual dan simulasi?
3. Bagaimana contoh dari Metode Kontekstual dan Simulasi?
C. Tujuan Masalah
1. Untuk mengetahui pembelajaran terpadu tingkat SLTP dengan menggunakan
metode kontekstual dan simulasi?
2. Untuk mengidentifikasi kelebihan dan kekurangan dari metode kontekstual
dan simulasi?
3. Untuk mempelajari contoh dari metode kontekstual dan simulasi?
BAB II
PEMBAHASAN

A. Pengertian
Pembelajaran terpadu merupakan suatu pendekatan dalam pembelajaran yang
secara sengaja mengaitkan beberapa aspek, baik intra mata pelajaran maupun antar
mata pelajaran. Dengan adanya pemaduan itu siswa akan memperoleh pengetahuan
dan ketrampilan secarah utuh, sehingga pembelajaran lebih bermakna bagi siswa.
Pembelajaran terpadu sangat memperhatikan kebutuhan peserta didik sesuai dengan
perkembangan holistic dengan melibatkan secara aktif dalam pembelajaran fisik
maupun emosionalnya. 1 Menurut Sri Anitah ( dalam Malawi,dkk,2019:1-2),
pembelajaran terpadu merupakan suatu gambaran tentang pembelajaran yang
mengkoneksikan gagasan, konsep, ketrampilan, sikap dan nilai antar mata pelajaran.
Pembelajaran terpadu memberi konsep yang merujuk pada pendekatan pembelajaran
yang melibatkan beberapa mata pelajaran untuk memberikan pengalaman yang
bermakna kepada siswa, sehingga siswa akan memahami konsep-konsep yang mereka
pelajari melalui pengalaman secara langsung dan dapat menghubungkannya dengan
konsep lain yang sudah mereka pahami.
Sedangkan Sekolah menengah pertama (disingkat SMP) adalah jenjang
pendidikan dasar pada pendidikan formal di Indonesia yang ditempuh setelah
lulus sekolah dasar (atau sederajat). Sekolah menengah pertama ditempuh dalam
waktu 3 tahun, mulai dari kelas 7 sampai kelas 9. Pada tahun
ajaran 1994/1995 hingga 2003/2004, sekolah ini pernah disebut sekola lanjutan tingkat
pertama (SLTP).2 Menurut stage dari teori psikologi Pendidikan, pada jenjang ini siswa
sudah mampu untuk diajak berfikir lebih lanjut. Dengan kata lain, siswa sudah bisa
diajak menggunakan logika mereka dalam penyelesaian masalah. Adapun perbedaan
budaya antara SD dan SLTP, Pertama mengenai Penggunaan Seragam dan kedua
adalah adanya upacara bendera.
B. Model-Model Pembelajaran
1. Model Kontekstual
Pengertian Pembelajaran Kontekstual (CTL) Pembelajaran kontekstual
atau Contextual Teaching and Learning (CTL) adalah kegiatan pembelajaran yang
menyampaikan materi dengan cara mengaitkannya dengan kehidupan nyata sehari-
hari dari peserta didik. Seperti yang diungkapkan Komalasari (2017, hlm. 7) bahwa
pembelajaran kontekstual adalah pendekatan pembelajaran yang mengaitkan
antara materi yang dipelajari dengan kehidupan nyata siswa sehari-hari, baik dalam
lingkungan keluarga, sekolah, masyarakat maupun warga negara, dengan tujuan
untuk menemukan makna materi tersebut bagi kehidupannya. Sejalan dengan
Komalasari, Suprijono (2015, hlm. 79) menjelaskan bahwa pembelajaran
kontekstual merupakan konsep yang membantu guru mengaitkan antara materi
yang diajarkan dengan situasi dunia nyata dan mendorong siswa membuat
hubungan antara pengetahuan yang dimilikinya dengan penerapannya dalam
kehidupan mereka sebagai anggota keluarga dan masyarakat. Selanjutnya,

1
Abdul Majid, Implementasi kurikulum 2013, (bandung: Interest 2004, hlm.132
2
https://id.wikipedia.org/wiki/sekolah_menengah_pertama
Komalasari (2017, hlm. 10) menjelaskan bahwa ciri utama atau karakteristik
pembelajaran kontekstual adalah sebagai berikut: 1. Berbasis masalah (Problem
based), 2.Menggunakan berbagai konteks (Using multiple contexts),
3.Menggambarkan keanekaragaman siswa (Drawing upon student diversity),
4.Mendukung pembelajaran mandiri (supporting self-regulated learning),
5.Menggunakan kelompok belajar dalam suasana saling ketergantungan (using
independent learning groups), 6.Memanfaatkan penilaian asli (employing
authentic assessment).
Sehingga bukan hanya berdasarkan konteks, namun CTL juga menerapkan
pemecahan masalah, kerja sama, dan pembelajaran yang berbasis pada siswa
seperti model pembelajaran mutakhir lainnya. Dapat disimpulkan bahwa model
pembelajaran CTL adalah kegiatan pembelajaran yang mengaitkan materi dengan
kehidupan nyata sehari-hari siswa yang dilaksanakan dengan suasana kerja sama
dalam menyelesaikan suatu masalah dengan penilaian asli (bukan sekedar skor).
➢ Kelebihan Pembelajaran Kontekstual
Menurut Putra (2015, hlm. 259) penerapan pendekatan CTL memiliki
beberapa kelebihan sebagai berikut:
1. Pembelajaran menjadi lebih bermakna dan riil (nyata). Siswa dituntut untuk
dapat menangkap hubungan antara pengalaman belajar di sekolah dengan
kehidupan nyata, sehingga materi yang dipelajarinya akan tertanam erat dalam
memori siswa dan lebih sulit untuk dilupakan.
2. Pembelajaran lebih produktif dan mampu menumbuhkan penguatan konsep
kepada siswa karena CTL menganut aliran kontruktivisme. Siswa dituntut
untuk menemukan pengetahuannya sendiri. Melalui landasan filosofis
kontruktivisme, siswa diharapkan belajar melalui “ mengalami” dan bukan dari
“menghafal”.
3. Model pembelajaran yang menekankan pada aktivitas siswa secara penuh, baik
fisik maupun mental.
4. Kelas dalam pembelajaran kontekstual bukan sebagai tempat untuk
memperoleh informasi, tetapi sebagai tempat untuk menguji data hasil temuan
di lapangan.
5. Penerapan pembelajaran kontekstual bisa menciptakan suasana pembelajaran
yang bermakna.
➢ Kelemahan Pembelajaran Kontekstual
Sedangkan kekurangan CTL yang disampaikan oleh Putra (2015, hlm. 259)
adalah sebagai berikut:
1. Diperlukan waktu yang cukup lama saat proses pembelajaran kontekstual
berlangsung.
2. Jika guru tidak dapat mengendalikan kelas, maka bisa menciptakan situasi
kelas yang kurang kondusif.
3. Guru lebih intensif dalam membimbing, karena dalam CTL guru tidak lagi
berperan sebagai pusat informasi. Tugas guru adalah mengelola kelas sebagai
sebuah tim yang bekerja bersama untuk menemukan pengetahuan dan
keterampilan yang baru.
4. Guru memberikan kesempatan siswa untuk menemukan atau menerapkan
sendiri ide-ide serta mengajak siswa menggunakan strateginya sendiri dalam
belajar.
Dengan demikian Pembelajaran kontekstual atau contextual teaching and
learning merupakan hasil dari buah pemikiran meaningful learning dari Teori
Belajar Ausubel. Meaningful learning ini berarti pembelajaran seharusnya
bermakna atau bermanfaat bagi siswa, tidak hanya sekedar hafalan, pelatihan, atau
persyaratan akademik saja, Namun siswa mendapatkan ketrampilan dunia nyata
yang dihadirkan dalam pembelajaran.
2. Model Simulasi
Model Simulasi merupakan sebuah replica atau visualiasasi dari prilaku
system, misalkan sebuah perencanaan Pendidikan yang berjalan pada kurun waktu
tertentu. Jadi dapat dikatakan bahwa simulasi itu adalah sebuah model yang berisi
seperangkat variable yang menampilkan ciri utama dari system kehidupan yang
sebenarnya. Simulasi memungkinkan keputusan-keputusn yang menentukan ciri-
ciri utama itu bisa dimodifikasi secara nyata 3 . Sehingga dapat diartikan bahwa
simulasi termasuk metode pelatihan yang memperagakan sesuatu dalam bentuk
tiruan yang mirip dengan keadaan sebenarnya.
Model pembelajaran simulasi adalah suatu metode pembelajaran yang
dilakukan dengan cara meniru atau mengolah situasi yang bedasarkaan realita
kenyataan atau menunjukkan suatu proses, kondisi atau benda tertentu yang sedang
dipelajari dan disertai penjelasan secara lisan. Menurut Djamarah (2006), metode
simulasi merupakan cara penyajian pelajaran dengan meragakan atau
mempertunjukan pada siswa suatu proses, situasi atau benda tetentu yang sedang
dipelajari, baik sebenarnya maupun tiruan yang sering disertai penjelasan lisan.
Dengan demikian dapat dipahami bahwa metode simulasi merupakan suatu model
mpembelajaran yang dilaksanakan guru (Pendidik) dengan cara penyajikan
pengalaman belajar dengan menggunakan system tiruan untuk memahami tentang
konsep, prinsip, atau ketrampilan tertentu.
➢ Kelebihan
1. Simulasi dapat dijadikan sebagai bekal bagi siswa dalam menghadapi situasi
yang sebenarnya kelak; baik dalam kehidupan keluarga, masyarakat, maupun
menghadapi dunia kerja.
2. Simulasi dapat mengembangkan krwativitas siswa, karena melalui simulasi
siswa diberi kesempatan untuk memainkan peranan sesuai dengan topik yang
disimulasikan.
3. Simulasi dapat memupuk keberanian dan percaya diri siswa.
4. Memperkaya pengetahuan, sikap dan keterampilan yang diperlukan dalam
menghadapi berbagai situasi sosial yang problematis.
5. Simulasi dapat meningkatkan gairah siswa dalam proses pembelajaran.

3
Udin Saefudun Sa’udand Abin Samsuddin Makmun,”perencanaan Pendidikan
suatu pendekatan Komprehensif,” Bandung: Remaja Rosdakarya (2005).
➢ Kelemahan
1. Pengalaman yang diperoleh melalui simulasi tidak selalu tepat dan sesuai
dengan kenyataan di lapangan.
2. Pengelolaan yang kurang baik. sering simulasi dijadikan sebagai alat hiburan,
sehingga tujuan pembelajaran menjadi terabaikan.
3. Faktor psikologis seperti rasa malu dan takut sering mempenggaruhi siswa
dalam melakukan simulasi.4
C. Contoh Model Pembelajaran Terpadu
1. Metode pembelajaran kontekstual
a. Contoh 1.(Jual-beli)
✓ Guru memberi konsep pengertian laba harga beli-harga jual
✓ Mempelajari dan Memahami uraian tentang jua-beli
✓ Siswa mencari informasi harga pembelian kulak
✓ Guru melakukan pelajaran secara modelling dan roll Play yang seolah-olah
kelas seperti pasar, sedangkan siswa disilahkan melakukan transaksi jual-beli
✓ Siswa ditugaskan mencatat hasil transaksi jual-beli
✓ Guru memberi pertanyaan
✓ Siswa mempresentasikan hasil kegiatan
✓ Guru memgevaluasi kembali
b. Contoh 2. (Pertumbuhan biji kecamba)
✓ Guru memberi konsep tentang masa pertumbuhah kecambah mulai dari biji
✓ Siswa menaruh biji kacang hijau ditaruh dibeberapa botol gelas atau tempat
lainnya yang digunakan untuk proses penelitian dan didalamnya terdapat
kapas dan air.
✓ Siswa mengamati dari proses awal sampai menjadi kecambah
✓ Siswa mempresentasikan
✓ Guru memberi apersepsi
✓ Mengevaluasi Bersama dari mulai proses awal, kendala-kendala, dan sampai
beberapa hari biji tersebut menjadi kecambah.
2. Metode Simulasi
Contoh Topik Sedekah
✓ Guru memberi tema tentang sedekah di jalan Alloh
✓ Guru memberi konsep pengertian laba harga beli-harga jual
✓ Mempelajari dan Memahami uraian tentang sedekah
✓ Siswa membuat naskah tentang sedekah yang akan dipelajari
✓ Guru melakukan pelajaran secara simulasi seolah-olah kelas seperti panggung
pertunjukan,atau pembelajaran di aula sedangkan siswa disilahkan melakukan
simulasi dipanggung yang disediakan.
✓ Memberikan apersepsi
✓ Siswa yang tidak berperan dipanggung ditugaskan mencatat hasil penampilan
(simulasi).
✓ Guru memgevaluasi kembali hasil simulasi

4
Trianto, M.Pd (2010) berjudul Mengembangkan Model Pembelajaran
Tematik. Penerbit : PT. Prestasi Pustakaraya – Jakarta. Hal.140
PENUTUP
BAB III
A. Kesimpulan
Model Pembelajaran terpadu Berdasarkan hasil makalah ini, dapat
disimpulkan bahwa model pembelajaran terpadu jenjang SLTP dengan
menggunakan metode kontekstual dan simulasi dapat meningkatkan hasil belajar
siswa. Siswa yang mengikuti pembelajaran dengan model tersebut memperoleh
pembelajaran secara langsung lebih bermakna, karena dengan metode kontekstual
siswa tidak hanya belajar secara konteks. Namun melakukan pembelajaran
langsung dengan melakukan pengamatan langsung dan melakukannya. Sedangkan
dalam model pembelajaran terpadu dengan metode simulasi siswa melakukan
kreatifitas mengolah teks dialog yang akan di jadikan bahan simulasi, serta
mempelajari karakter dari peran atau tokoh yang dimainkan. Selain itu, siswa juga
lebih terlibat dan menunjukkan minat yang lebih tinggi dalam pembelajaran
dengan menggunakan model pembelajaran terpadu ini. Oleh karena itu, model
pembelajaran terpadu ini dapat dijadikan salah satu alternatif dalam pembelajaran
di jenjang SLTP.
B. Saran
1. Model pembelajaran terpadu jenjang SLTP dengan menggunakan metode
kontekstual dan simulasi dapat dijadikan salah satu alternatif dalam
pembelajaran di jenjang SLTP, terutama untuk mata pelajaran yang memiliki
keterkaitan dengan konteks yang relevan bagi siswa.
2. Guru dapat memanfaatkan model pembelajaran terpadu ini untuk
meningkatkan motivasi dan minat siswa dalam belajar, sehingga siswa lebih
terlibat dalam pembelajaran.
3. Guru dapat mengikuti pelatihan atau workshop tentang model pembelajaran
terpadu dan metode kontekstual dan simulasi agar lebih terampil dalam
menerapkan model pembelajaran terpadu ini dalam pembelajaran.
DAFTAR PUSTAKA
Abdul Majid, Implementasi kurikulum 2013, (bandung: Interest 2004, hlm.132
https://id.wikipedia.org/wiki/sekolah_menengah_pertama
https://www.kajianpustaka.com/2021/05/model-pembelajaran-simulasi.html?m=1
https://www.asikbelajar.com/kelebihan-dan-kelemahan-metode-simulasi/

Anda mungkin juga menyukai