Anda di halaman 1dari 17

Makalah Model Pembelajaran

Pencapaian Konsep
Disusun Guna Memenuhi Tugas Mata Kuliah Teori Belajar dan Pembelajaran
pada Semester Ganjil yang Dibimbing oleh Ibu Dr. Sutji Rochaminah, M.Si

Disusun oleh :
Rahmat Pratama (A 232 19 015)
Indah Suarni (A 232 19 009)
Nina (A 232 19 002)

Progam Studi Magister Pendidikan Matematika


Fakultas Pascasarjana
Universitas Tadulako
Tahun 2019

i
KATA PENGANTAR

Dengan memanjatkan puji syukur kehadirat Allah SWT, Tuhan seruan alam yang selalu
melimpahkan petunjuk, rahmat serta hidayah-Nya sehingga penulis dapat menyelesaikan
makalan ini dengan judul “Model Pembelajaran Pencapaian Konsep”.
Penulisan makalah ini bertujuan dalam rangka menyelesaikan tugas mata kuliah Teori
Belajar dan Pembelajaran dan menambah pengetahuan serta wawasan dalam bidang
pendidikan khususnya dalam bidang pendidikan matematika. Selama proses penulisan
makalah ini hingga selesai banyak sekali kesulitan-kesulitan yang penulis temui baik dalam
proses mencari sumber maupun dalam merangkai kata demi kata. Namun berkat usaha yang
gigih dan tidak pernah menyerah serta kerja sama yang baik dari kelompok, akhirnya penulis
dapat menyelesaikan makalah ini.
Penulis menyadari bahwa masih banyak kekurangan dan kelemahan, baik dari segi
penulisan, penyusunan kata demi kata maupun dalam penyusunan bahasa. Oleh karena itu,
penulis mengharapkan kepada semua pihak untuk memberi sumbangan pemikiran berupa
kritik dan saran dari para pembaca yang sifatnya membangun yang akan penulis terima
dengan senang hati demi penyempurnaan makalah ini dimasa yang akan datang.

ii
DAFTAR ISI

SAMPUL ................................................................................................................................ i
KATA PENGANTAR ........................................................................................................... ii
DAFTAR ISI ......................................................................................................................... iii

BAB I : PENDAHULUAN
1.1 Latar Belakang Masalah ............................................................................ 1
1.2 Rumusan Masalah ...................................................................................... 2
1.3 Tujuan Penulisan......................................................................................... 2

BAB II : PEMBAHASAN
2.1 pengertian model pembelajaran pencapaian konsep ………………..….... 3
2.2 tujuan-tujuan penggunaan model pembelajaran pencapaian konsep ….... 5
2.3 merencanakan pelajaran model pencapaian konsep …..……………....... 6
2.4 sintaks dari model pembelajaran pencapaian konsep ……..……………. 8
2.5 penerapan model pembelajaran pencapaian konsep................................. 11
2.6 kelebihan dan kekurangan model pembelajaran pencapaian konsep........ 12

BAB III : PENUTUP


3.1 Kesimpulan .............................................................................................. 13
3.2 Saran ........................................................................................................ 13

DAFTAR PUSTAKA............................................................................................................ 14

iii
BAB I
PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang Masalah


Guru sebagai salah satu komponen pendidikan dan merupakan suatu bidang
profesi, mempunyai peranan yang sangat vital didalam proses belajar mengajar
untuk membawa anak didiknya kepada kedewasaan dalam arti yang sangat luas.
Bahkan boleh dikatakan bahwa keberhasilan suatu proses belajar mengajar ini
60% terletak ditangan guru. Oleh karena itu proses belajar mengajar yang
dibabaki oleh guru tidak akan pernah tenggelam atau digantikan oleh alat atau
lainnya.
Dizaman modern yang ditandai oleh kemajuan dalam bidang ilmu dan
teknologi telah merambah seluruh sektor kehidupan. Produk iptek telah
menjadikan kehidupan manusia menjadi lebih praktis dan lebih mudah, sesuatu
yang sebelumnya tidak dapat dilakukan dan diperoleh saat ini dengan mudah
dapat segera diwujudkan termasuk didalam dunia pendidikan produk teknologi
telah menjadi guru kedua bagi anak.
Selain dari pada itu, pendidikan yang hanya menggunakan metode-metode
lama yang mana guru hanya menerangkan dan memberi tugas kepada siswa, yang
membuat siswa bosan, akhirnya proses belajar-mengajar menjadi tidak menarik
dan membosankan, yang akhirnya tidak ada kemajuan didalam dunia pendidikan.
Oleh karena itu perlu adanya model-model pembelajaran yang dijadikan pedoman
untuk guru agar proses belajar mengajar lebih menarik yang nantinya mampu
membentuk anak didiknya karena kedewasaan seperti yang diharapkan.
Berdasarkan uraian tersebut diatas, maka kami mengangkat topik masalah
model pembelajaran pencapaian konsep dan mudah-mudahan dapat memperkaya
model pembelajaran sehingga siswa tidak bosan untuk mengikuti pelajaran.

1
1.2 Rumusan Masalah
Berdasarkan latar belakang masalah tersebut diatas maka secara garis besar
masalah yang akan penulis angkat didalam makalah ini dapat dirumuskan sebagai
berikut :
1. Apa pengertian model pembelajaran pencapaian konsep?
2. Apa tujuan-tujuan penggunaan model pembelajaran pencapaian konsep?
3. Bagaimana merencanakan pelajaran model pencapaian konsep?
4. Bagaimana sintaks dari model pembelajaran pencapaian konsep?
5. Bagaimana penerapan model pembelajaran pencapaian konsep?
6. Apa kelebihan dan kekurangan model pembelajaran pencapaian konsep?

1.3 Tujuan Penulisan


Sesuai dengan rumusan masalah yang telah penulis paparkan dimuka, maka tujuan
dari penulisan makalah ini adalah :
1. Untuk mengetahui pengertian model pembelajaran pencapaian konsep.
2. Untuk mengetahui tujuan-tujuan penggunaan model pembelajaran pencapaian
konsep.
3. Untuk mengetahui bagaimana merencanakan pelajaran model pencapaian
konsep
4. Untuk mengetahui sintaks dari model pembelajaran pencapaian konsep
5. Untuk mengetahui penerapan model pembelajaran pencapaian konsep
6. Untuk mengetahui kelebihan dan kekurangan model pembelajaran pencapaian
konsep

2
BAB II
PEMBAHASAN

2.1 Pengertian Model Pembelajaran Pencapaian Konsep


Model pembelajaran pencapaian konsep dikembangkan oleh Bruner (Joyce,
2010:32). Bruner, Goodnow, dan Austin (1967) dalam Joyce (2010:125)
menyatakan bahwa pencapaian konsep merupakan proses menvariasi dan
mendaftar sifat-sifat yang dapat digunakan untuk membedakan contoh-contoh
yang tepat dengan contoh yang tidak tepat dari berbagai kategori. Joyce dan Weil
(Aunurrahman,2008:114) model pencapaian konsep adalah model pembelajaran
yang di rancang untuk menata atau menyusun data sehingga konsep-konsep
penting dapat dipelajari secara tepat dan efisien. Model ini memiliki pendangan
bahwa para siswa tidak hanya di tuntut untuk mampu membentuk konsep melalui
proses pengklasifikasikan data akan tetapi mereka juga harus dapat membentuk
susunan konsep dengan kemampuan sendiri.
Sedangkan Dorin, dan Gabel (1990) menyatakan model pencapaian konsep
sebagai seperangkat prosedur yang berurutan untuk mewujudkan suatu proses,
seperti penilaian kebutuhan, pemilihan media dan evaluasi. Model dapat berupa
skema, bagan, gambar, dan tabel. Model dapat membantu kita melihat kejelasan
keterkaitan secara lebih cepat, utuh, konsisten, dan menyeluruh. Hal ini dapat
disebabkan suatu model disusun dalam upaya mengkongkretkan kaitan hal-hal
abstrak dalam suatu skema, bagan, gambar dan tabel.
Eggen dan Kauchak (2012: 218) menyatakan model pencapaian konsep
adalah model pembelajaran yang dirancang untuk membantu siswa dari semua
usia mengembangkan dan menguatkan pemahaman mereka tentang konsep dan
mempraktikkan kemampuan berpikir kritis. Pada model pembelajaran ini, siswa
tidak disediakan rumusan suatu kosep, tetapi mereka menemukan konsep tersebut
berdasarkan contoh-contoh yang memiliki penekanan-penekanan terhadap ciri
dari konsep itu. Pada pembelajaran peraihan konsep ini, guru menunjukkan
contoh dan noncontoh dari suatu konsep yang dibayangkan. Sementara siswa
membuat hipotesis tentang apa kemungkinan konsepnya, menganalisis hipotesis-

3
hipotesis mereka dengan melihat contoh dan noncontoh, yang pada akhirnya
sampai pada konsep yang dimaksud.
Berdasarkan pendapat beberapa ahli diatas, maka dapat disimpulkan bahwa
model pembelajaran pencapaian konsep adalah suatu model pembelajaran yang
dirancang untuk membantu siswa memahami konsep dengan kemampuan sendiri
berdasarkan contoh-contoh yang memiliki penekanan-penekanan terhadap ciri
dari konsep itu.
Ada dua peran pokok guru dalam pembelajaran model pencapaian konsep
yang perlu diperhatikan, adalah :
1. Menciptakan suatu lingkungan sedemikian hingga siswa merasa bebas untuk
berpikir dan menduga tanpa rasa takut dari kritikan atau ejekan.
2. Menjelaskan dan mengilustrasikan bagaimana model pencapaian konsep itu
seharusnya berlangsung, membimbing siswa dalam proses itu, membantu siswa
menyatakan dan menganalisis hipotesis, dan mengartikulasi pemikiran-
pemikiran mereka.
Dalam membimbing aktifitas itu tiga cara penting yang dapat dilakukan oleh
guru:
 Pertama guru mendorong siswa untuk menyatakan pemikiran mereka dalam
bentuk hipotesis, bukan dalam bentuk observasi.
 Kedua guru menuntun jalan pikiran siswa ketika mereka menetapkan
apakah suatu hipotesis diterima atau tidak.
 Ketiga guru meminta siswa untuk menjelaskan mengapa (Why) mereka
menerima atau menolak suatu hipotesis.
Jarolimek& Parker (1993;36) mengemukakan tiga cara yang dapat
mempengaruhi efektifitas model pencapaian konsep antara lain :
1. Merumuskan konsep dalam istilah yang akrab dengan siswa
2. Memilih materi pelajaran yang secara psikologis dekat dengan siswa
3. Konsep yang di ajarkan dihubungkan dengan pengetahuan yang telah dimiliki
siswa

4
Lebih jauh Joyce (2010:128) mengungkapkan dalam pencapaian
konsep dikenal istilah seperti contoh (exemplar) dan sifat (attribute) dengan
penjelasan sebagai berikut:
 Contoh-contoh, merupakan bagian kecil dari koleksi data atau perangkat data.
 Sifat-sifat, merupakan fitur-fitur atau karakteristik yang melekat pada contoh-
contoh.
Ada dua hal penting dalam pembelajaran yang menggunakan model pembelajaran
pencapaian konsep yaitu;
1. Menentukan Tingkat Pencapaian Konsep
Tingkat pencapaian konsep (concept attainment) yang diharapkan dari siswa
sangat tergantung pada kompleksitas dari konsep, dan tingkat perkembangan
kognitif siswa. Ada siswa yang belajar konsep pada tingkat konkret rendah atau
tingkat identitas, ada pula siswa yang mampu mencapai konsep pada tingkat
klasifikatori atau tingkat formal.
2. Analisis Konsep
Analisis konsep merupakan suatu prosedur yang dikembangkan untuk
membantu guru dalam merencanakan urutan-urutan pengajaran pencapaian
konsep. Untuk melakukan analisis konsep guru hendaknya memperhatikan
beberapa hal antara lain:
(1) nama konsep,
(2) attribute-attribute kriteria dan attribute-attribute variabel dari konsep,
(3) definisi konsep,
(4) contoh-contoh dan noncontoh dari konsep, dan
(5) hubungan konsep dengan konsep-konsep lain.

2.2 Tujuan-tujuan Penggunaan Model Pencapaian Konsep


Penerapan pembelajaran model konsep mengandung dua tujuan utama yaitu :
a) Tujuan Isi
Tujuan isi model konsep menurut Eggen dan Kauchak (1998) bahwa, lebih
efektif untuk memperkaya suatu konsep dari pada belajar pemula (initial
learning). Dan juga akan efektif dalam membantu siswa memahami hubungan-

5
hubungan antara konsep-konsep yang terkait erat dan digunakan dalam bentuk
review. Dengan kata lain, penggunaan model ini akan lebih efektif jika siswa
sudah memiliki pengalaman tentang konsep yang akan dipelajari itu. Bukan siswa
yang benar-benar baru mempelajari konsep tersebut.
Ada dua hal penting yang perlu diperhatikan dalam menerapkan model
pencapaian konsep berkaitan dengan tujuan isi tersebut, yaitu :
 Model pencapaian konsep didesain khusus untuk mengajarkan konsep secara
eksklusif. Jadi berfokus semata-mata pada pembelajaran konsep.
 Siswa yang diajari suatu konsep dengan menggunakan model pencapaian
konsep harus memiliki latar belakang pengetahuan tentang konsep tersebut.
b) Tujuan pengembangan berpikir kritis siswa
Model pencapaian konsep lebih memfokuskan pada pengembangan berpikir
kritis siswa dalam bentuk menguji hipotesis. Dalam pembelajaran harus
ditekankan pada analisis siswa terhadap hipotesis yang ada dan mengapa hipotesis
itu diterima, dimodifikasi, atau ditolak. Siswa harus dilatih dalam menciptakan
jenis-jenis kesimpulan, seperti membuat contoh penyangkal atau non-contoh, dan
sebagainya.
Oleh karena itu, tujuan pembelajaran harus ditekankan pada dua aspek
tersebut, yaitu pengembangan konsep dan relasi-relasi antara konsep yang terkait
erat, serta latihan berpikir keritis terutama salam merumuskan dan menguji
hipotesis. Aspek penting dalam perencanaan pelajaran adalah guru harus
mengetahui persis apa yang diinginkan dari siswanya.

2.3 Merencanakan Pelajaran Model Pencapaian Konsep


Hal-hal yang perlu diperhatikan dalam merancang pelajaran menggunakan
model pencapaian konsep adalah sebagai berikut :
a) Menetapkan materi
Seperti halnya dengan model-model pembelajaran yang lain, ketika akan
menerapkan model pencapaian konsep guru harus menetapkan materi-materi
yang akan diajarkan. Materi dalam hal ini bentuknya adalah konsep (bukan
generalisasi, rumus, atau prinsip). Konsep yang akan dijarkan itu sebaiknya

6
bukan baru sama sekali bagi siswa. Harus diingat bahwa model ini akan lebih
efektif bila siswa yang akan diaja itu memiliki beberapa pengalaman tentang
konsep yang akan diajarkan.
b) Pentingnya tujuan pembelajaran yang jelas
Sebagaimana telah dijelaskan sebelumnya, bahwa tujuan penggunaan model
pencapaian konsep mencakup membantu siswa mengembangkan konsep dan
relasi-relasi antara konsep itu dan memberikan latihan kepada mereka tentang
proses berpikir keritis terutama dalam peumusan dan pengujian hipotesis.
c) Memilih contoh dan non-contoh
Faktor yang paling penting dalam memilih contoh adalah mengidentifikasi
contoh-contoh yang paling baik mengilustrasikan konsep tersebut.
Disamping itu, contoh yang dipih juga harus dapat memprluas pemikiran
siswa tentang konsep yang diajari iru sebagai contoh. Hal yang lain juga perlu
diperhatikan dalam memilih contoh adalah tidak memilih contoh yang
terisolasi dari konteks. Artinya contoh yang dipilih harus ada dalam
lingkungan dimana siswa beraktifitas dalam kehidupan sehari-hari ataupun
yang ada dalam jangkauan pemikirannya. Selain memilih contoh positif, guru
juga menyiapkan contoh-contoh negatif atau non-contoh. Dalam memilih
contoh negatif, diupayakan merubah karakteristikesensial menjadi
karakteristik non esensial pada konsep yang akan diajarkan dan menyajikan
semua hal-hal yang bukan merupakan karakteristik esensial konsep itu.
d) Mengurutkan contoh
Setelah memilih contoh dan non-contoh, tugas akhir dalam merencanakan
pelajaran adalah bagaimana mengurutkan contoh dan non-contoh itu. Jika
pengembangan berpikir keritis menjadi tujuan penting bagi guru, contoh-
contoh itu harus diurutkan sedemikian sehingga para siswa mendapat
kesempatan untuk mengembangkan kemampuan berpikir keritis mereka.
Menunjukkan secara cepat atau lengsung makna dari konsep yang diajarkan,
tidak memberi kesempatan kepada siswa dalam melakukan analisis dan
akibatnya tidak menghasilkan pemahaman yang sangat dalam terhadap konsep
yang dikaji. Dalam mengurutkan contoh, guru dapat melakukan dengan

7
menyajikan dua atau lebih contoh positifm kemudian diikuti dua atau lebih
contoh negatif (non-contoh).

2.4 Sintaks dari Model Pembelajaran Pencapaian Konsep


Model pembelajaran pencapaian konsep dilakukan melalui fase-fase yang
dikemas dalam bentuk sintaks. Adapun sintaksnya dibagi ke dalam tiga fase,
yakni:
Fase I. Presentasi data dan identifikasi konsep
Pada fase I, guru mempresentasikan data kepada siswa. Setiap unit data
contoh dan non-contoh setiap konsep dipisahkan. Unit-unit dipresentasikan
dengan cara berpasangan. Data dapat berupa peristiwa, masyarakat, objek, cerita,
gambar atau unit lain yang dapat dibedakan. Siswa dapat bertanya untuk
membandingkan dan menjastifikasi atribut tentang perbedaan contoh-contoh.
Joyce, dkk (2010: 136) menyatakan bahwa pembelajar (siswa) diberitahu bahwa
seluruh contoh positif memiliki satu gagasan umum, tugas mereka adalah
mengembangkan suatu hipotesis tentang sifat dari konsep tersebut.
Pada tahap ini guru memberikan contoh-contoh dalam bentuk penerapan
konsep. Hal ini dilakukan memunculkan masalah dan pemecahaannnya. Dalam
kegiatan ini siswa harus dilibatkan secara aktif kalau memungkinkan dalam
pemberian contoh, dari konsep yang diajarkan. Ini diperlukan agar para siswa
dapat menjelaskan contoh dari konsep yang sedang mereka pelajari. Setelah
contoh masalah dan pemecahannya dirasa sudah cukup, para siswa disuruh
kembali mengamati contoh-contoh itu untuk membandingkan, serta menentukan
ciri-ciri dan diminta menentukan atau menurunkan definisi konsep.
Pada bagian akhir fase ini siswa dapat ditanya tentang hipotesis yang
disusunnya dan menyatakan aturan yang telah dibuatnya atau mendefinisikan
konsepnya menurut attribute yang bersesuaian dari contoh-contoh yang diberikan.
Hipotesis ini tidak perlu dikonfirmasikan hingga fase berikutnya.
Contoh Langkah-langkah kegiatan guru, antara lain:
1. Guru mempresentasikan contoh-contoh yang sudah diberi nama (berlabel),
2. Guru meminta tafsiran siswa

8
3. Guru meminta siswa untuk mendefinisikan
Contoh Langkah-langkah kegiatan siswa, antara lain:
1. Siswa membandingkan contoh-contoh positif dan contoh-contoh negatif,
2. Siswa mengajukan hasil tafsirannya,
3. Siswa membangkitkan dan menguji hipothesis,
4. Siswa menyatakan suatu definisi menurut atribut essensinya

Fase II. Menguji pencapaian dari suatu konsep


Pada fase II, siswa menguji penemuan konsep mereka, pertama-tama
dengan cara mengidentifikasi secara tepat contoh-contoh tambahan yang belum
diberi nama dan kemudian membangkitkan contoh-contohnya sendiri (Joyce, dkk,
2010:136). Menguji penemuan konsep dapat dilakukan juga melalui sebuah
eksperimen yang akan menunjukkan secara langsung prilaku dari contoh-contoh
yang diuji, sehingga siswa dapat langsung merumuskan kebenaran hipotesis yang
telah dirumuskannya diawal.
Selanjutnya guru (dan siswa) dapat membenarkan atau tidak membenarkan
hipotesis mereka, merevisi pilihan konsep atau sifat-sifat yang mereka tentukan
sebagaimana mestinya. Hal ini dapat dilakukan dengan membandingkan konsep
yang diperoleh dari perumusan hipotesis dan pengujiannya melalui eksperimen
dengan konsep yang dikembangkan ilmuan. Atau dengan kata lain, dilakukan
perbandingan antara ide yang dimunculkan siswa dengan ide ilmuan.
Pada tahap ini siswa disuruh mencari contoh yang berupa masalah lain yang
bisa diselesaikan dengan konsep, berdasarkan yang sudah diidentifikasi. Contoh-
contoh yang dikemukakan oleh para siswa selanjutnya diinformasikan dengan
definisi yang telah diidentifikasi pada tahap satu. Apabila pada tahap ini siswa
belum mampu memberikan contoh yang tepat, maka guru perlu mengarahkan
siswa untuk dapat mencari atau menentukan contoh yang tepat. Pedornan utama
bagi siswa dalam mengidentifikasi contoh ini ciri-ciri atau definisi yang sudah
mereka rumuskan.
Contoh Langkah-langkah kegiatan guru, antara lain:
1. Guru meminta siswa mengidentifikasi contoh tambahan yang tidak bernama,

9
2. Guru menkonfirmasikan hipothesis, nama-nama konsep, dan menyatakan
kembali definisi menurut atribut essensinya,
3. Guru meminta contoh-contoh lain
Contoh Langkah-langkah kegiatan siswa, antara lain:
1. Siswa memberi contoh-contoh,
2. Siswa memberi nama konsep,
3. Siswa mencari contoh lainnya

Fase III. Analisis Strategi – Strategi Berpikir


Pada fase III, siswa menganalisis strategi-strategi dengan segala hal yang
mereka gunakan untuk mencapai konsep (Joyce, dkk, 2010:137). Setelah
membandingkan idenya dengan ide ilmuan, siswa telah mendapatkan gambaran
apakah strategi berpikir yang digunakannya untuk merumuskan hipotesis dan
pengujian akan membawa pemikirannya menuju konsep yang benar. Secara
bertahap siswa dapat membandingkan keefektifan dari berbagai strategi yang telah
digunakannya. Kemudian siswa dapat mengkonstruksikan konsep yang baru
didapatnya kedalam pengetahuannya.
Pada tahap ini guru memberikan masalah baru dan menyuruh siswa
menyelesaikannya dengan menerapkan konsep. Disini guru mencoba melepas
para siswa bekerja sendiri, untuk menerapkan pengetahuan tentang konsep. Pada
akhir ini siswa diwajibkan mengemukakan hasil yang dikerjakan. Disini guru
bersama-sama siswa menganalisis strategi berfikir yang telah digunakan para
siswa dalam menerapkan konsep untuk memecahkan masalah.
Contoh Langkah-langkah kegiatan guru, antara lain:
1. Guru bertanya mengapa dan bagaimana
2. Guru membimbing diskusi
Contoh Langkah-langkah kegiatan siswa, antara lain:
1. Siswa menguraikan pemikirannya,
2. Siswa mendiskusikan peran hipothesis dan atributnya,
3. Siswa mendiskusikan berbagai pemikirannya

10
2.5 Penerapan Model Pencapaian Konsep
Penerapan model pencapaian konsep akan menentukan bentuk aktivitas-
aktivitas dalam pembelajaran tertentu. Jika penekanannya adalah untuk
memperoleh konsep baru guru harus menekankan melalui pertanyaan atau
komentarnya tentang sifat-sifat disetiap contoh. Jika penekananya adalah proses
induktif, guru mungkin dapat menyediakan sedikit tanda atau isyarat dan
mengajak siswa untuk tekun dan berpartisipasi aktif. Jika penekanannya pada
analisis berfikir guru sebaiknya menerapkan latihan pencapaian konsep yang tidak
terlalu lama sehingga siswa akan menghabiskan lebih banyak waktu untuk analisis
berfikir.
Model penemuan konsep bisa diterapkan pada siswa diseluruh tingkatan
umur dan tingkatan kelas. Ketika model ini diterapkan pada anak usia dini materi
untuk membuat contoh-contoh harus selalu tersedia dan perlu sedikit pengubahan
untuk mempermudah mereka menggunakan contoh-contoh itu. Benda-benda dan
bentuk-bentuk di sekitar kelas yang ditemukan di hampir seluruh kelas anak usia
dini dapat digunakan sebagai contoh-contoh.meskipun disadari bahwa membantu
siswa bekerja secara induktif merupakan salah satu tujuan penting, guru
seharusnya memiliki tujuan spesifik lebih banyak dalam menggunakan model ini.
Model penemuan konsep merupakan seperangkat evaluasi unggul saat guru
ingin mengetahui sejauh mana siswa mampu menguasi gagasan penting yang
mereka ajarkan. Model ini juga dapat berguna dalam membuka bidang konseptual
baru dengan cara melakukan rangkaian penelitian pada siswa secara individu atau
kelompok. Model penemuan konsep tidak hanya memperkenalkan perlunya suatu
penelitian untuk bidang materi pelajaran tetapi juga dapat meningkatkan kajian
induktif tanpa henti. Pelajaran- pelajaran penemuan konsep yang menyediakan
konsep-konsep penting dalam unit studi sosial seperti demokrasi, sosialisme hak
asasi dapat diselipkan secara periodik kedalamunit-unit yang berlainan.

11
2.6 Kelebihan dan Kekurangan Model Pembelajaran Pencapaian Konsep
Kelebihan:
1. Siswa dapat lebih memahami konsep
2. Siswa bisa lebih mampu mengerjakan Karya – karya Ilmiah
3. Siswa juga dapat lebih berpikir logis dan mempunyai strategi
Kekurangan:
1. Siswa kurang memahami materi pembelajaran yang didalamnya ada metode
praktikum, karena model ini lebih menguatkan konsep siswa
2. Masih cenderung stunt center learning

12
BAB III
PENUTUP

3.1 Kesimpulan
Pembelajaran model pencapaian konsep suatu strategi mengajar bersifat
induktif didesain untuk membantu siswa dari semua usia dalam mengekuti
pemahman mereka terhadap konsep yang dipelajari dan melatih menguji
hipotesis, Dalam penerapan pembelajaran model pencapaian konsep mengandung
dua tujuan utama yaitu : Tujuan isi dan tujuan pengemabangan berpikir kritis
siswa. Selain itu ada beberapa hal yang perlu diperhatikan dalam merencanakan
pelajaran menggunakan model pencapaian konsep yaitu : Menetapkan materi,
prntingnya tujuan pembelajaran yang jelas, memilih contoh dan non contoh, dan
mengurutkan contoh. Dalam pembelajaran model pencapaian konsep terdapat 3
fase yang harus terpenuhi yaitu : fase 1 (Presentasi data dan identifikasi konsep),
fase 2 (Menguji pencapaian dari suatu konsep), fase 3 (Analisis Strategi –
Strategi Berpikir).

3.2 Saran-saran
Dengan adanya penyusunan makalah ini kami berharap semoga para
pembaca (khusunya siswa) akan semakin menyadari akan peran sertanya dalam
rangka peningkatan prestasi belajar siswa, dan juga perilaku siswa sebagai hasil
belajar.

13
DAFTAR PUSTAKA

Eggen, Paul dan Kauchak donald P. 2012. Strategi dan Model Pembelajaran:
Mengajarkan Konten dan Keterampilan Berpikir. Diterjemahkan Oleh:
Satrio Wahono. Jakarta: Indeks.

Joyce, Bruce; Weil, Marsha; & Showers, B. 1992. Models of Teaching. Fourth
Edition. Boston: Allyn & Bacon.

Joyce, B. R., & Weil, M. (2000). Models of Teaching and Learning; Where Do
They Come From and How Are They Used? In Models of Teaching (6th
ed., pp. 13-28). Boston: Allyn and Bacon.

Ismail, B. 2010. Model Pembelajaran Pencapaian Konsep. Jakarta


https://hbis.wordpress.com/2010/05/29/model-pembelajaran-pencapaian-
konsep/ (diakses pada tanggal 1 November 2019)

http://fisikawansastra.blogspot.com/2015/04/model-pembelajaran-pencapaian-
konsep.html (diakses pada tanggal 31 Oktober 2019)

https://ainamulyana.blogspot.com/2017/09/model-pembelajaran-pencapaian-
konsep.html (diakses pada tanggal 31 Oktober 2019)

http://hadirukiyah.blogspot.com/2009/06/model-pembelajaran-pencapaian-
konsep.html (diakses pada tanggal 30 Oktober 2019)

http://tiocalpucino.blogspot.com/2013/02/model-pencapaian-konsep-dalam.html
(diakses pada tanggal 31 Oktober 2019)

http://goresanpendidikansekolahdasar.blogspot.com/2018/02/model-pencapaian-
konsep.html (diakses pada tanggal 1 November 2019)

https://andiberliana95.blogspot.com/2018/12/makalah-model-pencapaian-
konsep.html (diakses pada tanggal 1 November 2019)

14

Anda mungkin juga menyukai