Anda di halaman 1dari 18

MODEL PEMBELAJARAN PROJECT BASED LEARNING

disusun untuk memenuhi salah satu tugas mata kuliah Kajian Teknologi dan Vokasi

Dosen : Drs. Karpin, M.Pd.


Dra. Elly Lasmanawati W., M.Si.

Disusun oleh :

Dewi Nafisah (2001469)

Nanda Ayu Putri (2009476)

Stefani Triana (2006068)

PROGRAM STUDI PENDIDIKAN TATA BOGA

DEPARTEMEN PENDIDIKAN KESEJAHTERAAN KELUARGA

FAKULTAS PENDIDIKAN TEKNOLOGI DAN KEJURUAN

UNIVERSITAS PENDIDIKAN INDONESIA

2021
KATA PENGANTAR

Puji syukur Penulis panjatkan kepada Allah SWT atas rahmat dan karunia-Nya
sehingga makalah Mata Kuliah Kajian Teknologi dan Vokasi yang diampu oleh Drs.
Karpin, M.Pd. dan Dra. Elly Lasmanawati W., M.Si.dapat selesai dengan tepat waktu
dengan judul “Model Pembelajaran Project Based Learning”.

Makalah ini disusun sebagai salah satu tugas di Universitas Pendidikan Indonesia
Program Studi Pendidikan Tata Boga tahun pelajaran 2021. Penulis mengucapkan terima
kasih kepada dosen pembimbing mata kuliah Kajian Teknologi dan Vokasi atas
bimbingannya dan teman-teman yang telah memberikan bantuan dan dukungan serta saran
sehingga terwujudnya makalah ini. Penulis menyadari bahwa makalah yang ditulis ini
masih jauh dari kata sempurna. Oleh karena itu, kritik dan saran yang membangun Penulis
nantikan demi kesempurnaan makalah ini. Penulis berharap makalah ini dapat memberi
manfaat bagi kita semua, terutama dapat menambah pengetahuan bagi pembaca.

Penulis,

i
DAFTAR ISI

KATA PENGANTAR ……………………………………………………….. i

DAFTAR ISI …………………………………………………………………. ii

BAB I PENDAHULUAN ……………………………………………………. 1

1.1 Latar Belakang …………………………………………………………….. 1

1.2 Rumusan Masalah …………………………………………………………. 1

1.3 Tujuan ……………………………………………………………………... 2

BAB II Kajian Teori ….. …………………………………………………….. 3

2.1 Definisi Model Pembelajaran Project Based Learning ………………........ 3

2.2 Kriteria Model Pembelajaran Project Based Learning ………………..…... 3

2.3 Langkah Operasional/Model Pembelajaran Project Based Learning ……... 4

2.4 Peran Guru dalam Model Pembelajaran Project Based Learning ……….... 7

2.5 Peran Siswa dalam Model Pembelajaran Project Based Learning ………... 7

2.6 Sistem Penilaian pada Model Pembelajaran Project Based Learning …..… 8

2.7 Prinsip Model Pembelajaran Project Based Learning …………………….. 8

2.8 Kelebihan Model Pembelajaran Project Based Learning ………………….. 10

2.9 Kekurangan Model Pembelajaran Project Based Learning ………………… 11

BAB III PENUTUP …………………………………………………………… 13

3.1 Kesimpulan ………………………………………………………………… 13

3.2 Saran ………………………………………………………………………... 13

DAFTAR PUSTAKA …………………………………………………………. iii

ii
BAB I
PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang


Model pembelajaran pada dasarnya adalah bentuk pembelajaran yang tergambar dari
awal hingga akhir yang disajikan dengan khas oleh seorang guru. Guru hendaknya
merancang pembelajaran yang efektif dengan memperhatikan karakteristik materi
pembelajaran yang diajarkan. Guru perlu mempertimbangkan hal-hal dalam merancang
pembelajaran dengan memilih pendekatan, strategi, metode, dan teknik pembelajaran.
Kesatuan yang utuh antara pendekatan, strategi, metode, dan teknik pembelajaran akan
membentuk suatu model pembelajaran. Oleh sebab itu, model pembelajaran adalah bingkai
dari penerapan pendekatan, metode, dan teknik pembelajaran.
Mencermati pembelajaran yang berkembang di Indonesia, guru ditawari berbagai
pilihan model pembelajaran sesuai dengan kurikulum nasional. Apabila guru telah
memahami karakteristik materi ajar dan siswa, maka pemilihan model pembelajaran
diharapkan dapat merealisasikan tujuan pembelajaran yang ingin dicapai. Kurikulum 2013
telah memberikan beberapa acuan dalam pemilihan model pembelajaran. Salah satu model
pembelajaran yang dimaksud adalah pembelajaran berbasis proyek (project based
learning) yang akan dibahas pada makalah ini.
Model pembelajaran berbasis proyek (project based learning) adalah model
pembelajaran yang memberikan kesempatan kepada guru untuk mengelola pembelajaran di
kelas dengan melibatkan kerja proyek (Thomas 2000, hlm. 144). Artinya, model
pembelajaran ini terpusat pada siswa untuk membangun dan mengaplikasikan konsep dari
proyek yang dihasilkan dengan mengeksplorasi dan memecahkan masalah di dunia nyata
secara mandiri (Afriana, 2015). Dimana kemandirian siswa dalam belajar untuk
menyelesaikan tugasnya tersebut adalah tujuan dari model pembelajaran ini. Tujuan
tersebut perlu bimbingan guru untuk mengarahkan siswa agar proses pembelajarannya
dapat berjalan sesuai dengan alur pembelajaran.

1.2 Rumusan Masalah


Rumusan masalah dalam makalah ini adalah sebagai berikut.
1. Apa yang dimaksud dengan model pembelajaran project based learning?
2. Bagaimana kriteria model pembelajaran project based learning?
3. Apa saja prinsip dari model pembelajaran project based learning?

1
4. Bagaimana langkah operasional/model pembelajaran project based learning?
5. Bagaimana peran guru dalam model pembelajaran project based learning?
6. Bagaimana peran siswa dalam model pembelajaran project based learning?
7. Bagaimana sistem penilaian pada model pembelajaran project based learning?
8. Apa saja kelebihan model pembelajaran project based learning?
9. Apa saja kekurangan model pembelajaran project based learning?

1.2 Tujuan
Tujuan dari penulisan makalah ini adalah untuk mengetahui apa yang dimaksud dengan
model pembelajaran project based learning, kriteria, prinsip, model pembelajaran, peran
guru, peran siswa, sistem penilaian, kelebihan, dan kekurangan model pembelajaran
project based learning.

2
BAB II
KAJIAN TEORI

2.1 Definisi Model Pembelajaran Project Based Learning


Goodman dan Stivers (2010) mendefinisikan Project Based Learning (PjBL)
merupakan pendekatan pengajaran yang dibangun di atas kegiatan pembelajaran dan
tugas nyata yang memberikan tantangan bagi peserta didik yang terkait dengan
kehidupan sehari-hari untuk dipecahkan secara berkelompok.
Menurut Afriana (2015), pembelajaran berbasis proyek merupakan model
pembelajaran yang berpusat pada peserta didik dan memberikan pengalaman belajar
yang bermakna bagi peserta didik. Pengalaman belajar peserta didik maupun konsep
dibangun berdasarkan produk yang dihasilkan dalam proses pembelajaran berbasis
proyek. Grant (2002) mendefinisikan project based learning atau pembelajaran berbasis
proyek merupakan model pembelajaran yang berpusat pada peserta didik untuk
melakukan suatu investigasi yang mendalam terhadap suatu topik. Peserta didik secara
konstruktif melakukan pendalaman pembelajaran dengan pendekatan berbasis riset
terhadap permasalahan dan pertanyaan yang berbobot, nyata, dan relevan. Sedangkan
Made Wena (dalam Lestari, 2015: 14) menyatakan bahwa model Project Based
Learning adalah model pembelajaran yang memberikan kesempatan kepada pendidik
untuk mengelola pembelajaran dikelas dengan melibatkan kerja proyek. Kerja proyek
merupakan suatu bentuk kerja yang memuat tugas-tugas kompleks berdasarkan kepada
pertanyaan dan permasalahan yang sangat menantang dan menuntun peserta didik
untuk merancang, memecahkan masalah, membuat keputusan, melakukan kegiatan
investigasi, serta memberikan kesempatan peserta didik untuk bekerja secara mandiri.
Pendekatan pembelajaran berbasis proyek (PjBL) menciptakan lingkungan belajar
"konstruktivis" dimana peserta didik membangun pengetahuan mereka sendiri dan
pendidik menjadi fasilitator. (Goodman dan Stivers, 2010)

2.2 Kriteria Model Pembelajaran Project Based Learning


Menurut Daryanto dan Raharjo (2012: 162), Model pembelajaran Project Based
Learning mempunyai karakteristik sebagai berikut:
a. Peserta didik membuat keputusan tentang sebuah kerangka kerja.
b. Adanya permasalahan atau tantangan yang diajukan kepada peserta didik.

3
c. Peserta didik mendesain proses untuk menentukan solusi atas permasalahan.atau
tantangan yang diajukan.
d. Peserta didik secara kolaboratif bertanggungjawab untuk mengakses dan mengelola
informasi untuk memecahkan permasalahan.
e. Proses evaluasi dijalankan secara kontinyu.
f. Peserta didik secara berkala melakukan refleksi atas aktivitas yang sudah
dijalankan.
g. Produk akhir aktivitas belajar akan dievaluasi secara kualitatif.
h. Situasi pembelajaran sangat toleran terhadap kesalahan dan perubahan.
Berdasarkan penjelasan diatas maka dapat disimpulkan bahwa model pembelajaran
PJBL (Project Based Learning) mempunyai karekteristik yaitu guru mengajukan
permasalahan yang harus diselesaikan oleh peserta didik, yang kemudian psersta didik
harus mendesain proses dan kerangka kerja untuk membuat solusi dar permasalahan
tersebut. Peserta didik harus berkerja sama mencari informasi dan mengevaluasi hasil
kerjanya supaya masalah tersebut dapat terselesaikan, sehingga peserta didik dapat
menghasilkan produk dar latar belakang msalah tersebut.

2.3 Langkah Operasional/ Model Pembelajaran


Tahapan PjBL dikembangkan oleh dua ahli, The George Lucas Education Foundation
dan Dopplet. Sintaks PjBL (Kemdikbud, 2014, hlm. 34) yaitu :
1. Fase 1 : Penentuan pertanyaan mendasar (start with essential question)
Pembelajaran dimulai dengan pertanyaan esensial, yaitu pertanyaan yang
dapat memberi penugasan siswa dalam melakukan suatu aktivitas. Pertanyaan
disusun dengan mengambil topik yang sesuai dengan realitas dunia nyata dan
dimulai dengan sebuah investigasi mendalam. Pertanyaan yang disusun hendaknya
tidak mudah untuk dijawab dan dapat mengarahkan siswa untuk membuat proyek.
Pertanyaan seperti itu pada umumnya bersifat terbuka (divergen), provokatif,
menantang, membutuhkan keterampilan berpikir tingkat tinggi (high order
thinking), dan terkait dengan kehidupan siswa. Guru berusaha agar topik yang
diangkat relevan untuk para siswa.
2. Fase 2: Menyusun perencanaan proyek (design project)
Perencanaan dilakukan secara kolaboratif antara guru dan siswa. Dengan
demikian siswa diharapkan akan merasa “memiliki” atas proyek tersebut.

4
Perencanaan berisi tentang aturan main, pemilihan kegiatan yang dapat mendukung
dalam menjawab pertanyaan penting, dengan cara mengintegrasikan berbagai
materi yang mungkin, serta mengetahui alat dan bahan yang dapat diakses untuk
membantu penyelesaian proyek.
3. Fase 3: Menyusun jadwal (create schedule)
Guru dan siswa secara kolaboratif menyusun jadwal kegiatan dalam
menyelesaikan proyek. Aktivitas pada tahap ini antara lain: membuat jadwal untuk
menyelesaikan proyek, (2) menentukan waktu akhir penyelesaian proyek, (3)
membawa siswa agar merencanakan cara yang baru, (4) membimbing siswa ketika
mereka membuat cara yang tidak berhubungan dengan proyek, dan (5) meminta
siswa untuk membuat penjelasan (alasan) tentang cara pemilihan waktu. Jadwal
yang telah disepakati harus disetujui bersama agar guru dapat melakukan
monitoring kemajuan belajar dan pengerjaan proyek di luar kelas.
4. Fase 4: Memantau siswa dan kemajuan proyek (monitoring the students and
progress of project)
Guru bertanggung jawab untuk memantau kegiatan siswa selama
menyelesaikan proyek. Pemantauan dilakukan dengan cara memfasilitasi siswa
pada setiap proses. Dengan kata lain guru berperan menjadi mentor bagi aktivitas
siswa. Agar mempermudah proses pemantauan, dibuat sebuah rubrik yang dapat
merekam keseluruhan kegiatan yang penting.
5. Fase 5: Penilaian hasil (assess the outcome)
Penilaian dilakukan untuk membantu guru dalam mengukur ketercapaian
standar kompetensi, berperan dalam mengevaluasi kemajuan masing-masing siswa,
memberi umpan balik tentang tingkat pemahaman yang sudah dicapai siswa,
membantu guru dalam menyusun strategi pembelajaran berikutnya.
6. Fase 6: Evaluasi Pengalaman (evaluation the experience)
Pada akhir proses pembelajaran, guru dan siswa melakukan refleksi
terhadap kegiatan dan hasil proyek yang sudah dijalankan. Proses refleksi
dilakukan baik secara individu maupun kelompok. Pada tahap ini siswa diminta
untuk mengungkapkan perasaan dan pengalamannya selama menyelesaikan proyek.
Guru dan siswa mengembangkan diskusi dalam rangka memperbaiki kinerja
selama proses pembelajaran, sehingga pada akhirnya ditemukan suatu temuan baru

5
(new inquiry) untuk menjawab permasalahan yang diajukan pada tahap pertama
pembelajaran.
Menurut Doppelt (2005), PjBL yang berkaitan dengan kehidupan nyata
siswa memungkinkan pembelajaran sains dan teknologi kepada siswa dari berbagai
latar belakang. Doppelt (2005) dalam hasil penelitiannya lebih menekankan pada
Creative Design Prosess (CDP). CDP ini memilki enam tahapan, yaitu:
- Tahap 1: Merancang tujuan (Design Purpose) Langkah pertama dalam
merancang proses adalah menentukan rancangan masalah. Tiga langkah penting
dalam langkah pertama ini adalah :
a. The Problem and The Need, siswa mendeskripsikan alasan yang
memotivasi mereka untuk memilih proyek. Mereka juga menetapkan
masalah dan menentukan kebutuhan untuk mendapatkan solusi masalah.
b. The Target Clientele and Restrictions, siswa mendeskripsikan target
clientele dan menetapkan pembatasan yang mereka ambil dalam
pertimbangan.
c. The design goals, siswa menetapkan permintaan kebutuhan yang mereka
harapkan.
- Tahap 2: Mengajukan pertanyaan/ inquiry (Field of Inquiry) Langkah kedua
dalam proses desain adalah untuk menentukan bidang penyelidikan di mana
masalah berada. Berdasarkan definisi masalah dan tujuan dari langkah pertama.
Siswa harus meneliti dan menganalisis sistem yang ada yang mirip dengan apa
dikembangkan. Langkah pada tahap 2 termasuk dalam:
a. Information Sources
b. Identification of Engineering, Scientific, and Societal Aspects
c. Organization of the Information and its Assessment
- Tahap 3: Mengajukan alternatif solusi (Solution Alternatives)
Mempertimbangkan solusi alternatif untuk rancangan masalah. Langkah ini
memungkinkan siswa untuk membuat keputusan berbagai macam kemungkinan
atau ide kreatif yang tak pernah dicoba sebelumnya. Siswa diberikan saran dan
petunjuk dalam:
a. Ideas Documentation
b. Consider All Factors
c. Consequence and Sequel d. Other People’s View

6
- Tahap 4: Memilih solusi (Choosing the Preferred Solution) Memilih salah satu
solusi alternatif yang dibuat, pilihan dilakukan dengan mempertimbangkan
gagasan yang didokumentasikan dalam tahap mengajukan solusi alternatif.
Solusi yang dipilih mengikuti kriteria:
a. Mempunyai lebih banyak poin positif dan sedikit poin negatif.
b. Berdasarkan banyak faktor dan pandangan yang mungkin c. Terlihat solusi
yang baik di antara solusi yang lain
c. Memenuhi persyaratan dalam menyelesaikan masalah.
- Tahap 5: Melaksanakan kegiatan (Operation Steps) Merencanakan metode
untuk implementasi solusi yang dipilih misalnya jadwal, ketersediaan bahan,
komponen, bahan, alat dan menciptakan prototype.
- Tahap 6: Evaluasi (Evaluation) Tahap evaluasi terjadi pada akhir proses
kegiatan, tujuannya untuk refleksi kegiatan berikutnya.

2.4 Peran Guru dalam Pembelajaran Project Based Learning


Peran guru secara umum yaitu sebagai komunikator, sahabat yang dapat
memberikan nasihat-nasihat, motivator sebagai pemberi inspirasi dan dorongan,
pembimbing dalam pengembangan sikap dan tingkahlaku serta nilai-nilai, orang yang
menguasai bahan yang di ajarkan (Prety Katz). Pada pembelajaran project based
learning ini guru mempunyai peran yaitu sebagai berikut :
a. Terampil mengidentifikasi kompetensi dasar yang lebih menekankan pada aspek
keterampilan atau pengetahuan pada tingkat penerapan, analisis, sintesis, dan
evaluasi;
b. Terampil menumbuhkan motivasi peserta didik dalam mengerjakan proyek;
c. Menyiapkan fasilitas dan sumber belajar yang menarik
d. Pendidik harus melihat kesesuaian waktu proyek dengan kalender akademik
sehingga kegiatan proyek memungkinkan akan dilakukan.
e. Memastikan siswa tetap bersemangat selama melaksanakan proyek

2.5 Peran Peserta didik dalam Pembelajaran Project Based Learning


MacDonell dalam Abidin (2007:168) Model pembelajaran Project Based Learning
merupakan model pembelajaran yang dikembangkan berdasarkan tingkat
perkembangan berfikir siswa dengan berpusat pada aktivitas belajar siswa sehingga

7
memungkinkan mereka untuk menentukan sendiri proyek yang akan dikerjakannya
dengan demikian peserta didik mempunyai peran sebagai berikut :
1. Menggunakan kemampuan bertanya dan berpikir
2. Melakukan riset sederhana
3. Mempelajari ide dan konsep baru
4. Belajar mengatur waktu dengan baik
5. Melakukan kegiatan belajar sendiri atau kelompok
6. Mengaplikasikanhasil belajar lewat tindakan
7. Melakukan interaksi sosial (wawancara, survey dan observasi)

2.6 Sistem Penilaian Pembelajaran Project Based Learning


Menurut Widiasworo (2016: 187) Penilaian proyek merupakan penilaian terhadap
suatu tugas yang harus diselesaikan dalam periode/ waktu tertentu. Tugas tersebut
berupa investigasi sejak dari perencanaan, pengumpulan data, pengorganisasian,
pengolahan, dan penyajian data. Penilaian proyek dapat dikakukan untuk mengetahui
pemahaman, kemampuan pengapliasian, kemampuan penyelidikan dan kemampuan
menginformasikan peserta didik pada mata pelajaran tertentu secara jelas. Pada
penilaian proyek ada tiga hal yang harus dipertimbangkan yaitu :
a) Kemampuan pengelolaan
Peserta didik mampu memiliki topik, mencari informasi, menuliskan laporan dan
mengelola waktu pengumpulan
b) Relevansi
Menyeseuaikan dengan mata pelajaran dengan mempertimbangkan pengetahuan,
pemahaman, dan keterampilan dalam pembelajaran.
c) Keaslian
Proyek yang dilakukan oleh peserta didik merupakan hasil karya sendiri. Penilaian
proyek dilakukan mulai dari perencanaan, proses pengerjaan dan hasil akhir
proyek. Hal yang harus diperhatikan guru saat penilaian :
- Menyusun desain
- Mengumpulkan data
- Menganalisis data
- Menyiapkan laporan tertulis.

2.7 Prinsip-Prinsip Model Pembelajaran Project Based Learning

8
Sebagai sebuah model pembelajaran, menurut Thomas (2000) sebagaimana yang
telah dikutip oleh Wena (2013, hlm. 145) pembelajaran berbasis proyek mempunyai
beberapa prinsip, yaitu :
1. Prinsip sentralistik (centrality)
Prinsip ini menegaskan bahwa kerja proyek merupakan esensi dari
kurikulum. Model ini merupakan pusat strategi pembelajaran, dimana para siswa
belajar konsep utama dari suatu pengetahuan melalui kerja proyek. Oleh karena
itu, kerja proyek merupakan sentral kegiatan pembelajaran di kelas, bukan hanya
praktik tambahan dan aplikasi praktik dari konsep yang sedang dipelajari. Oleh
sebab itu, kegiatan pembelajaran akan dapat dilaksanakan secara optimal. Dalam
model pembelajaran berbasis proyek, proyek adalah strategi pembelajaran, dimana
siswa mengalami dan belajar konsep-konsep inti suatu disiplin ilmu melalui
proyek.
2. Prinsip pertanyaan mendorong/penuntun (driving question)
Kerja proyek berfokus pada “pertanyaan atau permasalahan” yang dapat
mendorong siswa untuk berjuang untuk memperoleh konsep atau prinsip utama
suatu bidang tertentu.
3. Prinsip investigasi konstruktif (constructive investigation)
Proses yang mengarah kepada pencapaian tujuan, melalui kegiatan inkuiri,
pembangunan konsep, dan resolusi. Dalam investigasi, dilakukan pembuatan
proses perancangan, pembuatan keputusan, penemuan masalah, pemecahan
masalah, discovery, dan pembentukan model. Penentuan jenis proyek harus
mendorong siswa untuk mengontruksi pengetahuan sendiri untuk memecahkan
persoalan yang dihadapi siswa. Dalam hal ini, guru harus mampu merancang suatu
kerja proyek yang mampu menumbuhkan rasa ingin meneliti, rasa untuk berusaha
memecahkan masalah, dan rasa ingin tahu yang tinggi.
4. Prinsip otonomi (autonomy)
Pembelajaran berbasis proyek dapat diartikan sebagai kemandirian siswa
dalam melaksanakan proses pembelajaran, yaitu bebas menentukan pilihannya
sendiri, bekerja minimal dengan supervisi, dan bertanggung jawab. Oleh karena
itu, lembar kerja siswa, petunjuk kerja pratikum, dan sejenisnya bukan merupakan
aplikasi dari prinsip pembelajaran berbasis proyek. Dalam hal itu, guru hanya
berperan sebagai fasilitator dan motivator untuk mendorong tumbuhnya
kemandirian siswa.

9
5. Prinsip realistis (realism)
Proyek merupakan sesuatu yang nyata. Pembelajaran berbasis proyek harus
dapat memberikan perasaan realistis kepada siswa, termasuk dalam memilih topik,
tugas, dan peran konteks kerja, kolaborasi kerja, produk, pelanggan, maupun
standar produknya. Pembelajaran berbasis proyek mengandung tantangan nyata
yang berfokus pada permasalahan yang autentik (bukan simulasi), bukan dibuat-
buat, dan solusinya dapat diimplementasikan di lapangan. Oleh sebab itu, guru
harus mampu merancang proses pembelajaran yang nyata dengan mengajak siswa
belajar pada dunia kerja yang sesungguhnya.

2.8 Kelebihan Model Pembelajaran Project Based Learning


Keunggulan model pembelajaran project based learning menurut Moursund (dalam
Wena, 2013, hlm. 147) dan Kemdikbud (2014, hlm. 33) adalah sebagai berikut.
a. Increased motivation. Meningkatkan motivasi belajar siswa untuk belajar
mendorong kemampuan mereka untuk melakukan pekerjaan penting, dan mereka
perlu dihargai. Siswa tekun dan berusaha keras untuk belajar yang lebih mendalam
dan mencari jawaban atas keingintahuan dalam menyelesaikan proyek.
b. Increased problem-solving ability. Meningkatkan kemampuan pemecahan masalah.
Siswa menjadi lebih aktif dan berhasil memecahkan problem-problem yang
kompleks, menyelidiki topik yang berkaitan dengan masalah dunia nyata, bertukar
pendapat antar kelompok, mempresentasikan proyek atau hasil diskusinya.
c. Increased collaborative. Meningkatkan kolaborasi siswa. Kerja kelompok dalam
proyek, mendorong siswa untuk mengembangkan dan mempraktikkan keterampilan
berkomunikasi,
d. Improved library research skills. Meningkatkan keterampilan siswa agar mampu
secara cepat memperoleh informasi dan mengelola sumber informasi.
e. Increased resource-management skills. Memberikan pengalaman kepada siswa
dalam pembelajaran dan praktik, seperti mengorganisasi proyek, mengalokasi
waktu dan mengelola sumber daya seperti perlengkapan untuk menyelesaikan
tugas.
f. Menyediakan pengalaman belajar yang melibatkan siswa secara kompleks dan
dirancang berkembang sesuai dunia nyata.
g. Melibatkan para siswa untuk belajar mengambil informasi dan menunjukkan
pengetahuan yang dimiliki, kemudian diimplementasikan dengan dunia nyata.

10
h. Membuat suasana belajar menjadi menyenangkan, sehingga siswa maupun
pendidik menikmati proses pembelajaran.
Selain itu, Boss dan Kraus dalam Abidin (2007:170) menyatakan keunggulan
model pembelajaran ini sebagai berikut.
a. Model ini bersifat terpadu dengan kurikulum sehingga tidak memerlukan tambahan
apapun dalam pelaksanaannya.
b. Siswa terlibat dalam kegiatan dunia nyata dan mempraktikan strategi otentik secara
disiplin.
c. Siswa bekerja secara kolaboratif untuk memecahkan masalah yang penting
baginya.
d. Teknologi terintegrasi sebagai alat untuk penemuan, kolaborasi, dan komunikasi
dalam mencapai tujuan pembelajaran penting dalam cara-cara baru.
e. Meningkatkan kerja sama guru dalam merancang dan mengimplementasikan
proyek-proyek yang melintasi batas-batas geografis atau bahkan melompat zona
waktu.
Menurut MacDonnell (dalam Abidin, 2007, hlm. 170), model ini diyakini mampu
meningkatkan kemampuan sebagai berikut.
a. Mengajukan pertanyaan, mencari informasi dan menginterpretasikan informasi
(visual dan tekstual) yang mereka lihat, dengar, atau baca.
b. Membuat rencana penelitian, mencatat temuan, berdebat, berdiskusi, dan membuat
keputusan.
c. Bekerja untuk menampilkan dan mengontruksi informasi secara mandiri.
d. Berbagi pengetahuan dengan orang lain, bekerja sama untuk mencapai tujuan
bersama, dan mengakui bahwa setiap orang memiliki keterampilan tertentu yang
berguna untuk proyek yang sedang dikerjakan.
e. Menampilkan semua disposisi intelektual dan sosial yang penting dibutuhkan untuk
memecahkan masalah dunia nyata.
Berdasarkan keunggulan tersebut, maka dapat disimpulkan bahwa model
pembelajaran ini sangat menekankan pada keterampilan siswa untuk mampu
menciptakan atau menghasilkan suatu poyek dan membuat siswa seolah-olah bekera di
dunia nyata dan menghasilkan sesuatu.

2.9 Kekurangan Model Pembelajaran Project Based Learning

11
Disamping kelebihan dari model pembelajaran project based learning, model
pembelajaran ini memiliki kekurangan menurut Kementrian Pendidikan dan
Kebudayaaan (2014, hlm. 35) yaitu sebagai berikut.
a. Memerlukan banyak waktu untuk menyelesaikan masalah.
b. Membutuhkan biaya yang cukup banyak
c. Banyak instruktur yang merasa nyaman dengan kelas tradisional, di mana
instruktur memegang peran utama di kelas.
d. Banyaknya peralatan yang harus disediakan.
e. Siswa yang memiliki kelemahan dalam percobaan dan pengumpulan informasi
akan mengalami kesulitan.
f. Ada kemungkinan siswa yang kurang aktif dalam kerja kelompok.
g. Ketika topik yang diberikan kepada masing-masing kelompok berbeda,
dikhawatirkan siswa tidak bisa memahami topik secara keseluruhan.
Walaupun demikian, model pembelajaran ini menjadi salah satu alternatif yang
ditawarkan dalam kurikulum 2013. Terdapat banyak macam proyek yang dapat
dilakukan oleh guru dan siswa yang dapat meningkatkan ketertarikan siswa, karena
siswa memecahkan masalah autentik, bekerja sama dengan kelompok, dan mencari
solusi atas masalah yang nyata.

12
BAB III
PENUTUP
3.1 Kesimpulan
Project based learning merupakan model pembelajaran yang berpusat pada peserta
didik untuk melakukan suatu investigasi yang mendalam terhadap suatu topik. Peserta
didik secara konstruktif melakukan pendalaman pembelajaran dengan pendekatan berbasis
riset terhadap permasalahan dan pertanyaan yang berbobot, nyata, dan relevan. Dalam
project based learning, siswa dapat berperan aktif pembelajaran dan guru sebagai
pendamping dan memberikan arahan dalam penugasan proyek
Model pembelajaran project based learning mempunyai beberapa prinsip yaitu prinsip
sentralistik, prinsip pertanyaan mendorong atau penuntun, prinsip konstruktif, prinsip
otonomi dan prinsip realitas. Kelebihan dari project based learning adalah siswa menjadi
lebih mandiri dan lebih aktif juga kreatif dalam mengerjakan proyek. Disamping itu,
terdapat juga kekurangannya seperti membutuhkan banyak waktu dalam proses
pengerjaan, butuh biaya yang banyak, dan terjadinya hambatan dalam praktek dan
pengumpulan data.

3.2 Saran
Dalam pelaksanaan pembelajaran, sebaiknya guru menggunakan model pembelajaran
project based learning pada saat proses pembelajaran materi yang memberi solusi terhadap
keluhan dan keberatan yang mampu membuat siswa aktif dalam mengembangkan
pengetahuan dan keterampilannya. Selain itu, dalam penerapan model pembelajaran ini
perlu memperhatikan beberapa hal, yaitu dalam pemilihan proyek harus relevan dengan
dunia nyata dan setelah siswa melaksanakannya perlu dilakukan pengerjaan lembar kerja
siswa yang berkaitan dengan hasil proyek, sehingga siswa dapat mengkontruksi
pengetahuannya sendiri.

13
14
DAFTAR PUSTAKA
Afriana, J. (2015). Project based learning (PjBL). Bandung: Sekolah Pascasarjana UPI.
Nurzaman, A. (2016). PENERAPAN MODEL PROJECT BASED LEARNING TIPE ROLE
PLAYING UNTUK MENINGKATKAN PERCAYA DIRI DAN PRESTASI BELAJAR
DALAM PELAJARAN IPS (Doctoral dissertation, FKIP UNPAS).
Solekha, R. A. N. (2015). PENINGKATAN KETERAMPILAN MEMBERI SOLUSI
TERHADAP KELUHAN DAN KEBERATAN PELANGGAN DENGAN MODEL
PEMBELAJARAN PROJECT BASED LEARNING (PjBL) PADA SISWA KELAS XI
PM 2 SMK PGRI BATANG (Doctoral dissertation, UNIVERSITAS NEGERI
SEMARANG).
ADY NURZAMAN. (2016). PENERAPAN MODEL PROJECT BASED LEARNING TIPE
ROLE PLAYING UNTUK MENINGKATKAN PERCAYA DIRI DAN PRESTASI
BELAJAR DALAM PELAJARAN IPS. Skripsi(S1) thesis, FKIP UNPAS.
Wicaksono, Dedy. (2019). PENGARUH MODEL PEMBELAJARAN PROJECT BASED
LEARNING TERHADAP KEAKTIFAN DAN HASIL BELAJAR KOGNITIF SISWA
KELAS XI JURUSAN TKRO SMKN 2 YOGYAKARTA. S1 thesis, Universitas
Negeri Yogyakarta.

iii

Anda mungkin juga menyukai