Anda di halaman 1dari 58

MAKALAH

TEORI BELAJAR & PEMBELAJARAN

Konsep dan Model Pembelajaran Serta Penerapan Model


Pembelajaran Berdasarkan Minat AUD

Dosen Pengampu : Dra. Hj. Tri Wahyuningsih, M. Si

Tiara Ferdiyanti, S. Pd, M. Pd

Disusun Oleh:

KELOMPOK 13

1. Angelina Risa Sonia Mita (2205126006)


2. Dini Wulandari (2205126012)
3. Sarmila (2205126018)
4. Wulan Ariyanti (2205126030)

KELAS A PG PAUD
FAKULTAS KEGURUAN DAN ILMU PENDIDIKAN
UNIVERSITAS MULAWARMAN
SAMARINDA
2022
Kata Pengantar

Assalamualaikum warahmatullahi wabarakatuh

Puji syukur alhamdulillah kita panjatkan atas kehadirat Allah Yang Maha
Esa atas karunia-Nya kami dapat menyelesaikan tugas makalah mata kuliah
Konsep Dasar Paud yang berjudul “Konsep dan Model Pembelajaran Serta
Penerapan Model Pembelajaran Berdasarkan Minat AUD”.

Shalawat serta salam senantiasa juga dihaturkan keharibaan junjungan kita


nabi besar Muhammad SAW, yang selalu menjadi suri tauladan bagi kita semua
untuk selalu meninggikan kalimat Allah dibumi ini.

Makalah ini disusun dengan tujuan untuk menambah pengetahuan. Sebab


sampai saat ini, dunia pendidikan di negara kita terus berkembang seiring
perkembangan ilmu pengetahuan dan teknologi.

Kami mengucapkan banyak terimakasih atas bantuan dari para pembaca


dan dosen pembimbing yang telah sabar dan telaten dalam membimbing sekaligus
mengajarkan kepada kami berbagai hal yang belum kami ketahui.

Pada pembahasan ini tentunya masih jauh dari kata sempurna. Sehingga,
untuk itu mohon maaf apabila usaha kami tersebut belum sesuai dengan yang
diharapkan. Serta mohon sumbang saran dan masukan dari pembaca demi
perbaikan penulisan makalah pada masa yang akan datang. Mudah-mudahan apa
yang ada didalam makalah ini dapat memberikan manfaat bagi kita semua.

Aamiin Ya Rabbal ‘aalamin

Samarinda, November 2022

Penulis

i
Kata Pengantar...................................................................................................................

Bab I PENDAHULUAN

A. Latar Belakang.........................................................................................................

B. Rumusan Masalah...................................................................................................

C. Tujuan.......................................................................................................................

Bab II PEMBAHASAN

A. Konsep dan model pembelajaran di

PAUD………………………………

B. Penerapan Model Pembelajaran berdasarkan minat

AUD……………..

BAB III PENUTUP

A. Kesimpulan................................................................................................................

B. Saran ..........................................................................................................................

Daftar Pustaka

ii
iii
BAB I

LATAR BELAKANG

Pendidikan artinya suatu proses bagaimana mengubah kehidupan seseorang

anak menjadi lebih baik, berdikari serta bertanggung jawab. Keberhasilan

lembaga PAUD dalam melaksanakan pembelajaran yang menyenangkan serta

beorientasi di aktivitas bermain tergantung pada sejauh mana lembaga tersebut

bisa merancang dan melaksanakan kegiatan pembelajaran yang efektif,

sebagai akibatnya diharapkan pengelolaan pembelajaran yang dikenal dengan

kata model pembelajaran. Tujuan mempelajari tentang implementasi model

pembelajaran kelompok, sudut, area, dan sentra pada pembelajaran anak usia

dini. Jenis penelitian ini ialah studi pustaka. Akibat penelitian menunjukkan

bahwa pada mengimplementasikan model-model pembelajaran pada

pembelajaran anak usia dini, baik contoh pembelajaran grup, contoh

pembelajaran sudut, contoh pembelajaran area, dan contoh pembelajaran

sentra memerlukan pengelolaan kelas yang dilakukan sang pengajar. Dalam

proses evaluasi pada setiap model-model pembelajaran mempunyai evaluasi

yang sama, yaitu selama aktivitas pembelajaran berlangsung, pengajar

mencatat segala hal yang terjadi baik terhadap perkembangan siswa juga

program kegiatannya menjadi dasar bagi keperluan penilaian.

Model pembelajaran adalah suatu perencanaan atau suatu pola yang

digunakan sebagai pedoman dalam merencanakan pembelajaran dikelas atau

pembelajaran dalam tutorial dan untuk menentukan perangkat-perangkat

1
pembelajaran termasuk didalamnya. Joyce dan Weil (1992) berpendapat

bahwa model pembelajaran adalah suatu rencana atau pola yang dapat

digunakan untuk membentuk kurikulum (rencana pembelajaran jangka

panjang), merancang bahan-bahan pembelajaran dan membimbing

pembelajaran di kelas atau yang lain. 1

Penyusunan model pembelajaran di TK didasarkan pada silabus yang

dikembangkan menjadi Program semester (prosem/Promes), Rencana

Peleaksanaan Pembelajaran Mingguan (RPPM, dan Rencana Pelaksanaan

Pembelajaran Harian (RPPH). Dengan demikian model pembelajaran

merupakan gambaran konkrit yang dilakukan pendidik dan peserta didik

sesuai dengan perencanaan yang telah dibuat.

Ada beberapa model pembelajaran yang dilaksanakan di Taman Kanak-

Kanak, diantaranya adalah Model Pembelajaran Kelompok, Model

Pembelajaran Berdasarkan Sudut-Sudut Kegiatan, Model Pembelajaran Area.

Model-model pembelajaran tersebut pada umumnya menggunakan langkah-

langkah yang relatif sama dalam sehari, yaitu kegiatan pendahuluan/awal,

kegiatan inti, istirahat/makan, dan kegiatan akhir/penutup.

Model pembelajaran menggambarkan keseluruhan urutan alur langkah

yang seharusnya dilakukan oleh guru, siswa, urutan kegiatan-kegiatan dan

tugas-tugas khusus yang harus dilakukan siswa. Sebenarnya dari banyaknya

model pembelajaran tidak ada model yang lebih baik dari model yang lainnya.

1
Academia Edu, Sinurat B, Konsep Model-Model Pembelajaran, 5 November 2022,
https://www.academia.edu/31385781/Konsep_Dasar_Model_Model_Pembelajaran.

2
Maka dari itu seorang guru harus memiliki banyak pertimbangan dalam

memilih model pembelajaran yang akan digunakan.Pertimbangan yang

dimaksud antara lain : materi pelajaran yang akan disampaikan, tingkat

perkembangan kognitif siswa, maupun sarana dan fasilitass yang tersedia

sehingga tujuan pembelajaran dapat dicapai sesuai yang ditetapkan.2

Model pembelajaran berfungsi sebagai pedoman bagi para perancang

pembelajaran dan para pengajar dalam merencanakan aktivitas belajar

mengajar (Harefa, 2020). Dengan adanya konsep dan model pembelajaran

yang efisien bagi peserta didik akan mempengaruhi kemampuan pemahaman

konsep belajar peserta didik dan meningkatkan pemahaman siswa terhadap

masalah belajar. Serta mampu menyelesaikan masalah. Disamping itu dengan

penerapan model pembelajaran juga dapat memudahkan para tenaga pendidik

untuk menganalisa minat peserta didiknya, terlebih kepada peserta didik yang

berusia Dini (Harefa, 2020)

B. Rumusan Masalah :

1. Bagaimana konsep dan model pembelajaran di

PAUD?

2. Bagaimana penerapan model pembelajaran

berdasarkan minat AUD?

2
Academia Edu, Benny Jonthan Sinurat, Konsep Dasar Model-Model Pembelajaran, 5 November
2022, https://www.academia.edu/31385781/Konsep_Dasar_Model_Model_Pembelajaran.

3
C. Tujuan Masalah :

1. Untuk mengetahui konsep dan model pembelajaran

di PAUD

2. Untuk mengetahui bagaimana penerapan model

pembelajaran berdasarkan minat AUD?

4
BAB II

PEMBAHASAN

A. Konsep dan Model Pembelajaran di PAUD

Seperti kita ketahui bahwa pendidikan adalah suatu hal yang penting bagi

manusia. Karena pendidikan ialah interaksi antara anak didik dengan tenaga

pendidik yang dapat menunjang pengembangan manusia seutuhnya yang

berorientasikan pada nilai-nilai dan pelestarian serta pengembangan kebudayaan

yang berhubungan dengan usaha-usaha pengembangan manusia tersebut. Campur

tangan atau pengaruh pemerintah/penguasa terhadap pendidikan ini cukup besar

pula dengan segala kebijakan yang ditempuh demi suksesnya pendidikan seluruh

warga negara. 3

Idealnya, pendidikan seharusnya merupakan gambaran kondisi masyarakat.

Nilai dan tujuan dari pendidikan hanya akan ada apabila pendidikan itu sendiri

dapat menciptakan sesuatu yang memberikan manfaat bagi kehidupan masyarakat

masa kini dan masa mendatang, atau bagi kehidupan di dunia sampai ke

kehidupan akhirat.4 Jadi, pendidikan adalah proses memanusiakan manusia secara

manusiawi. Artinya, melalui proses pendidikan diharapkan terlahir manusia-

manusia yang lebih baik.

Kegiatan analisis kebijakan pendidikan yang dilakukan telah menghasilkan

berbagai usulan kebijakan yang cukup penting, karena analisis kebijakan (public
3
Ary Gunawan, Kebijakan-Kebijakan Pendidikan di Indonesia, (Jakarta: BINA AKSARA, 1986),
h. 1 Dalam Hijriah, Pengembangan Model Pembelajaran AUD hal 75
4
Yoyon, B. I. (2011). Kebijakan Pembaruan Pendidikan: Konsep, Teori, dan Model. Jakarta:
Rajawali Pers., Dalam Hijiriah , (Pengembangan Model Pembelajaran AUD)

5
analysis) merupakan suatu disiplin ilmu yang berupaya memecahkan masalah

dengan menggunakan teori, metode, dan substansi penemuan tingkah laku dan

ilmu-ilmu sosial, profesi sosial, dan filosofi sosial politis.

Setiap lembaga pendidikan dalam menjalankan fungsinya selalu mempunyai

harapan tentang bentuk lulusan yang dihasilkan. Lulusan yang dihasilkan setidak-

tidaknya memiliki pengetahuan, keterampilan dan sikap, sebagai bentuk

perubahan perilaku hasil belajar. Apa yang diharapkan dari hasil pendidikan itu

dalam peristilahan kependidikan disebut dengan tujuan. Hal yang menarik adalah

anak-anak juga ingin mandiri dan tak banyak lagi mau tergantung dengan

oranglain.

Model diartikan sebagai barang atau benda tiruan dari benda sesungguhnya,

seperti globe adalah model dari bumi tempat kita hidup. Model secara sederhana

adalah “gambaran” yang dirancang untuk mewakili kenyataan. Model

didefinisikan sebagai “a replica of the phenomena it attempts to explains”

(Runyon, dalam Rakhmat, dalam Millafaila, 1988 : 59)

Menurut Tan (dalam Koentjaraningrat, 1997:32), mengatakan bahwa “Konsep

atau pengertian adalah unsur pokok di dalam suatu penelitian, kalau masalah dan

kerangka teorinya sudah jelas, biasanya sudah diketahui pula fakta mengenai hal

yang menjadi pokok perhatian dan suatu konsep yang sebenarnya adalah definisi

secara singkat dari sekelompok fakta atau gejala itu”.

6
Menurut Umar (2004:51), “Konsep adalah sejumlah teori yang berkaitan

dengan suatu objek. Konsep diciptakan dengan menggolongkan dan

mengelompokkan objek-objek tertentu yang mempunyai ciri-ciri yang sama”.5

Menurut Soedjadi (2000; 14), Pengertian Konsep adalah “Ide abstrak yang

dapat digunakan untuk mengadakan klasifikasi atau penggolongan yang ada pada

umumnya dinyatakan dengan suatu istilah atau rangkaian kata. Konsep adalah

suatu abstraksi yang mewakili kelas objek-objek , kejadian-kejadian, kegiatan-

kegiatan, atau hubungan-hubungan yang mempunyai atribut yang sama”.

Pembelajaran didefinisikan sebagai sesuatu proses perubahan yaitu perubahan

dalam perilaku sebagai hasil interaksi antara dirinya dengan lingkungannya dalam

memenuhi kebutuhan hidupnya (Millafaila 2011 : 1). Secara lengkap (Surya

2002 : 11) mengarttikan pembelajaran adalah suatu proses suatau proses yang

dilakukan oleh individu untuk memperoleh suatu perubuhan perilaku yang baru

secara keseluruhan, sebagai hasil dari pengalaman individu itu sendiri dalam

berinterkasi dengan lingkungannya.

Model pembelajaran merupakan sebuah bentuk pola yang dilakukan oleh

seorang pendidik dalam menerapkan pembelajaran di kelas. Oleh karena itu,

pembelajaran di kelas akan disesuaikan sesuai dengan model pembelajaran

(Sinurat, 2011)yang akan diterapkan, sehingga anak mampu menganalisa

pelajaran menjadi lebih paham (T, Arifudin O dkk, 2021). Keberhasilan proses

pembelajaran dipengaruhi oleh beberapa faktor yaitu: salah satunya faktor guru.

5
Menurut Ischak, dkk.2004. Pendidikan IPS SD. Jakarta: universitas Terbuka dalam
(KONSEP DASAR PENDIDIKAN ANAK USIA DINI (PAUD), n.d.)

7
Guru merupakan komponen penting dari tenaga kependidikan yang memiliki

tugas untuk melaksanakan proses pembelajaran. Seorang guru diharapkan paham

tentang model pembelajaran. Menurut (Trianto, 2014) model pembelajaran adalah

suatu perencanaan atau suatu pola yang digunakan sebagai pedoman dalam

merencanakan pembelajaran di kelas atau pembelajaran dalam tutorial.

Pembelajaran sendiri memiliki prinsip untuk mengubah individu secara

keseluruhan namun tidak semua perilaku akan berubah. Dalam pembelajaran

sendiri berfokus kepada perubahan yang mengarah kepada kebaikan untuk

individu itu sendiri. Perubahan pada individu itu juga sebenarnya dapat disadari

oleh individu itu sendiri yang dimana individu tersebut menyadari bahwa hasil

dari ia belajar adalah engan bertambahnya pengetahuan, keterampilan dan ia akan

lebih yakin dengan kemampuannya sendiri. Dalam proses pembelajaran juga

bersifat berkesinambungan karena dalam perubahan seseorang itu akan

mempengaruhi juga system kehidupan atau kebiasaannya yang lain dalam

kehidupan sehari-hari. 6

Pembelajaran juga bertujuan untuk merubah kebiasaan yang tidak baik menjadi

baik. Lebih mengarah kepada keadaan individu untuk menjadi pribadi yang

positif. Serta perbedaan itu juga diperoleh dari hasil belajar disetiap harinya.

Perubahan dalam proses pembelajaran juga tidak terjadi dengan sendirinya namun

melainkan dengan aktivitas individu satu dengan individu lainnya sebagai wujud

6
Andhika Devita Sari, Sabyan PAUD, 8 November 2020, Konsep Dasar PAUD
(Pendidikan Anak Usia Dini), 12 November 2022 https://sabyan.org/konsep-dasar-
paud-pendidikan-anak-usia-dini

8
manusia social. Perubahan yang ada juga terlihat terarah karena adanya tujuan

yang akan dicapai oleh individu tersebut.

Proses pembelajaran juga terjadi karena adanya dorongan internal maupun

eksternal serta adanya sesuatu yang ingin dicapai. Individu tersebut merasa

bahwasannya ada kebutuhan yang belum dipenuhi atau terpuaskan. Oleh

karenanya, maka pembelajaran adalah aktivitas untuk memenuhi kebutuhannya

itu. Pembelkajaran juga bagian dari pengalaman dimana pada dasarnya manusia

selalu hidup dalam kenyataan hidup yang real. Pembelajaran individu yang belajar

dengan lingkungannya yang akan menjadikan itu sebagiai pengalaman yang

berarti untuk pembelajaran dikedepannya.

Model pembelajaran adalah suatu perencanaan atau suatu pola yang digunakan

sebagai pedoman dalam merencanakan pembelajaran dikelas atau pembelajaran

dalam tutorial dan untuk menentukan perangkat-perangkat pembelajaran termasuk

didalamnya. Joyce dan Weil (1992) berpendapat bahwa model pembelajaran

adalah suatu rencana atau pola yang dapat digunakan untuk membentuk

kurikulum (rencana pembelajaran jangka panjang), merancang bahan-bahan

pembelajaran dan membimbing pembelajaran di kelas atau yang lain. (Sinurat,

n,.d).

Dalam pembelajaran Anak Usia Dini melihat bagaimana setiap anak memiliki

kepribadian serta karakteristik yang unik dan berbeda-beda. Perilakunya yang

aktif dan energik, egosentris, memiliki rasa ingin tahu yang kuat, berjiwa

petualang yang menjadikan individu satu dengan yang lain berbeda. Hakikat

9
model pembelajaran Anak Usia Dini juga berfokus dan orientasi kepada bermain

sambal belajar atau “study by playing” yang bertujuan untuk mengembangkan 6

aspek perkembangan anak. Serta model pembelajaran pada Anak Usia Dini

berpusat sepenuhnya kepada minat dan keinginan anak. Walau demikian harus

tetap diperhatikan oleh orangtua ataupun gurunya di Taman Kanak-Kanak.

Model dalam konteks pembelajaran, Joyce dan Weil (Udin S. Winataputra),

2001) mendefinisikan model sebagai kerangka konseptual yang digunakan

sebagai pedoman untuk melakukan kegiatan. Model pembelajaran ialah kerangka

konseptual yang melukiskan prosedur yang siistematis dalam mengorganisasikan

pengalaman belajar untuk mencapai tujuan belajar tertentu. Dalam kegiatan

pembelajaran model dapat dimaknai sebagai pola atau gambaran yang

menjelasakan berbagai bentuk pandangan yang terkait dengan kegiatan

pembelajaran. Model pembelajaran Anak Usia Dini dapat diartikan sebagai

serangkaian pola, bentuk, kegiatan, kerangka konseptual yang melukiskan

prosedur yang sistematis dalam mengorganisasikan pengalaman belajar untuk

mencapai tujuan belajar anak Usia Dini (Millafaila : 2011).

Model Pembelajaran yang diterapkan oleh pendidik harus mempunyai misi

atau tujuan pendidikan dan menjadikan pedoman untuk perbaikan kegiatan belajar

mengajar, dan memiliki dampak setelah menggunakan pembelajaran yang dipilih.

Model pembelajaran tidak akan berjalan secara efektif tanpa didukung oleh

kurikulum dan penerapan yang dilaksanakan oleh pendidik. Oleh karena itu,

Model Pembelajaran harus diperbaharui dan memilih konsep sesuai dengan minat

dan efektifitas anak, agar tujuan yang diharapkan terlaksana dengan maksimal.

10
Pendidik harus menciptakan suasana yang menyenangkan agar anak termotivasi

untuk ikut berperan aktif dalam proses pembelajaran dan memberikan informasi

atau pemahaman tentang lingkungan sekitar anak.

Konsep pembelajaran di PAUD sudah jelas bahwasannya berorientasi kepada

minat serta bakat peserta didiknya. Serta memfasilitasi dengan ditunjang

menggunakan berbagai permainan untuk peserta didik agar tetap belajar sembari

bermain hingga perkembangan anak tetap berkembang sesuai dengan usianya. Ki

Hajar Dewantara menjelaskan bahwasannya anak adalah makhluk hidup yang

memiliki kodratnya masing-masing sehingga kita sebagai calon pendidik hanya

berperan sebagai fasilitator serta membantu anak didik untuk mencapai tugas

perkembangannya kelak dengan memperhatikan setiap indivdu yang memiliki

minat dan karakteristiknya yang unik-unik.

Konsep dasar PAUD sendiri mengusung kepada bagaimana penerapan nilai

agama dan moral anak yang dibentuk dari keluarganya sendiri terlebih dahulu.

Yang dimaksud disini ialah bahwa sebelum anak memasuki dunia PAUD dan

diterapkan model dan konsep pembelajaran yang seperti apa, maka peran orangtua

adalah dengan menanamkan nilai agama moral sesuai dengan agama yang dianut.

Keluarga ialah elemen penting dalam pendidikan anak. Sehingga jika anak

dimasukkan didalam Lembaga PAUD dikemudian hari maka anak akan diajarkan

tentang agama dan moral juga untuk menghilangkan sisi negatifnya agar menjadi

individu yang dapat diterima dilingkungannya kelak.

11
Konsep Pendidikan anak sendiri yang dikembangkan ialah dengan membaca,

menulis, berhitung, musik, ataupun dengan kegiatan olahraga. Karena dalam

minat Anak Usia Dini sendiri terdapat perbedaan maka pendidik dapat juga

menciptakan suasana belajar sembari bermain agar anak dapat mengenal

lingkungannya. Karena dapat dikatakan bahwasannya kegiatan bermain sama

halnya dengan bekerja bagi orang dewasa. Dalam bermain anak juga akan

mengembangkan berbagai aspek perkembangannya. Karena konsep belajar pada

PAUD berfokus kepada minat anak, maka dapat kita ambil kesimpulan

bahwasannya anak berminat kepada kegiatan bermain atau dengan permainan

yang dapat meningkatkan kecerdasan anak. Selama bermain juga harus tetap

dibina dan diberi dampingan oleh orang dewasa. Dunia anak adalah dunia yang

isinya hanya tentang bermain dan permainan. Oleh karenanya sebagai pendiidk

maka kita harus betul-betul memahami konsep belajar anak yaitu berfokus kepada

kebutuhan anak dan pemenuhan kebutuhan perkembangan anak secara individu.

Dengan bermain merupakan kebutuhan bagi anak, karena melalui bermain

maka anak akan memperoleh pengetahuan yang dapat mengembangkan

kemampuannya (Docket and Fleur). Dalam bukunya, Hurlock juga berpendapat

bahwasannya dalam konsep dan model pembelajaran anak juga berfokus kepada

bermain aktif dimana rasa senang akan timbul ketika anak sudah melakukan

kegiatan tersebut bersama teman-temannya. Adapun bermain hiburan, karena

sebagai bentuk dari ia belajar di PAUD dengan model yang dikemas secara kreatif

dan menyenangkan oleh tenaga pendidik. Selain konsep bermain ini dapat

memberi kesenangan kepada anak dan menambah pengetahuan anak bermain juga

12
dapat memberikan kebebasan kepada anak agar dapat mengekplorasi minatnya

serta mengeluarkan pendapatnya jika besar nanti.

Dalam konsep pembelajaran PAUD memiliki berbagai aspek yang berkaitan

satu dengan yang lainnya. Terlebih pada prinsip belajar anak usia dini yang harus

sesuai dengan tahap perkembangannya, memnuhi kebuuthan belajar minat anak,

operasionalnya bertujuan dengan jelas dan dapat dilaksanakan dengan baik dan

benar serta tetap mengoptinmalkan potensi lingkungan disekitarnya. Dalam

menentukan Konsep belajar anak juga harus dengan kepercayaan, budaya, yang

berlaku dimasyarakatnya.

Anak pada hakikatnya bersifat unik, relatif spontan dalam mengekspresikan

perilakunya dengan aktif dan energik, bersifat egosentris (rasa ingin tahu yang

besar dan tidak mau tau dari orang lain, atau ingin tau secara sendiri) oleh

karenanya kita sebagai calon pendidik sudah seharusnya mengerti dengan baik

dan benar bagaiamana kita akan menerapkan konsep yang akan diterapkan.

Maksudnya ialah apakah sudah efisienkah jika diterapkan. Serta Anak Usia Dini

memiliki antusias yang besar terhadap banyak hal. Dengan antusiasnya yang besar

maka tidak menutup kemungkinan bahwa anak akan semakin ingin banyak tau

dengan erbagai macam hal. Dengan begitu maka minatnya akan suatu hal akan

terus meningkat dan ini menjadi salah satu factor pendukung untuk

mengoptimalkan perkembangan anak.

Anak cenderung bersifat berpetualang (penasaran), memiliki fantasi yang

besar, mudah frustrasi, kurang lebih mampu untuk mempertimbangkan dalam

13
mengambil tindakan, memiliki daya perhatian yang kecil atau pendek, pada masa

anak umumnya merupakan masa belajar yang paling potensial untul

mengembangkan segala kemampuannya karena masih dimasa Golden Age, serta

anak semakin menunjukkan minatnya terhadap teman-temannya ataupun

lingkungannya.7

Secara umum tujuan paud adalah mengembangkan potensi anak sejak dini

sebagai bekal persiapan hidup serta anak dapat beradaptasi dengan lingkungan

sekitarnya. Tujuan dari adanya konsep pembelajaran di PAUD adalah juga agar

anak memiliki kemampuan dalam mengerti akan agamanya, akan adanya Tuhan,

mengelola keterampilannya yang memang sudah ia bawa sejak dulu karena

mungkin adanya keturunan dari orangtuanya, mengasah pemahaman bahasanya

dengan berinteraksi dengan teman sebayanya atau dengan perintah sederhana dari

guru, serta dapat berfikir secara logis dengan adanya rasa ingin tahu itulah

pemikiran logis seorang anak akan terus berkembang.

Mengajari akan cara memecahkan masalah ketika menghadapi masalah dengan

teman ketika bermain dengan baik dan benar tanpa melakukan kekerasan

tentunya. Mengenalkan terhadap lingkungan sekitar dengan terjun langsung ke

lingkungan sekitarnya seperti menanam pohon atau bunga atau dengan

pemungutan sampah disekitar sekolahnya. Serta memiliki kepekaan terhadap

berbagai musik dan karya, karena disekolah tidak menutup kemungkinan bahwa

di sekolahnya menyediakan alat music sederhana seperti pianika atau dengan

7
Andhika Devita Sari, Sabyan PAUD, 8 November 2020, Konsep Dasar PAUD
(Pendidikan Anak Usia Dini), diakses 12 November 2022 https://sabyan.org/konsep-
dasar-paud-pendidikan-anak-usia-dini

14
bernyanyi lagu anak-anak secara bersama-sama disetiap harinya. Lalu belajar

menggambar dengan menggunakan krayon serta membuat karya kerajinan yang

mendapat membantu perkembangan serta pertumbuhan anak.

PAUD adalah sebagai sarana jenjang pendidikan sebelum jenjang pendidikan

dasar yang merupakan suatu upaya pembinaan yang ditujukan bagi anak sejak

lahir sampai dengan usia enam tahun yang dilakukan melalui pemberian

rangsangan pendidikan untuk membantu pertumbuhan dan perkembangan jasmani

dan rohani agar anak memiliki kesiapan dalam memasuki pendidikan lebih lanjut,

yang diselenggarakan pada jalur formal, nonformal, dan informal.

Agar konsep dan model pembelajaran di PAUD dapat berjalan sesuai dengan

maksimal, maka diperlukan penilaian awal. Karena pada dasarnya proses

pembelajaran di PAUD tak pernah lepas dari penilaian. Penilaian ini dikenal

dengan istrilah assesmen yang artinya proses pengumpulan infrormasi tentang

perkembangan anak didik.  Penilaian ini harus didukung oleh bukti tertentu

sebelum membuat keputusan serta bertujuan untuk  menentukan aktivitas

pembelajaran yang sesuai dengan kebutuhan anak tersebut sebelum menentukan

model pembelajaran yang seperti apa yang sekiranya cocok jika diterapkan

kepada si anak tersebut.

Penilaian awal juga merupakan awal bagaimana untuk mengetahui kemampuan

dasar anak didik, dimana ini bertujuan juga untuk mengetahui kondisi awal anak

didik. Kondisi awal disini berfokus pada kekuatan dan kelemahan setiap anak.

Untuk merancang pelaksanaan pembelajaran dengan tepat, penting bagi tenaga

15
pendidik untuk mengetahui kekuatan ataupun kelemahan peserta didiknya.

Sebagai guru, penting sekali untuk melakukan penilaian awal seperti ini dimana

guru mengamati dan mempelajari setiap perilaku kemampuan atau potensi setiap

anak agar stimulasi yang diberi dapat membantu perkembangannya secara

optimal.

Penilaian awal dapat dilakukan dengan berbagai kegiatan yang menyenangkan.

Anak dapat diberi pilihan kegiatan yang sekiranya mereka sukai. Misalnya,

bermain balok, pasir, menggambar, finger painting, dsb. Guru dapat melakukan

pengamatan sembari memberi pertanyaan yang dapat memancing anak untuk

mendekskripsikan apa yang ia lakukan serta meberikan motivasi atau penguatan

terhadap kegiatan yang ia lakukan. Dalam proses tersebut, guru mendapatkan data

untuk penilaiannya yang berasal dari hasil tanya-jawab atau respon anak,

gesturnya serta hasil karya yang dibuat oleh anak, cara berinteraksinya dan

berkolaborasi dengan lingkungannya lalu menjadi pedoman awal untuk melihat

model pembelajaran apa yang dapat diterapkan kepada anak didiknya.

Penilaian awal ini juga tidak terlepas dari data otentik, seperti data dari

orangtuanya tentang bagaiaman anak ini belajarnya. Sebisa mungkin kita sebagai

calon guru tidak mengabaikan proses dokumentasi seriap perkembangan anak

disetiap usianya, baik melalui hasil karya anak disetiap hari, observasi, catatan

anekdotnya anak dikelas, atau membangun komunikasi dengan orangtua si anak

lalu melakukan wawancara secara menyeluruh untuk menambah wawasan akan

peserta didik disekolah.

16
Anak adalah manusia kecil yang memiliki potensi yang masih harus

dikembangkan. Anak memiliki karakteristik tertentu yang khas dan tidak sama

dengan orang dewasa, mereka selalu aktif, dinamis, antusias dan ingin tahu

terhadap apa yang dilihat, didengar, dirasakan, mereka seolah-olah tak pernah

berhenti bereksplorasi dan belajar.8

Diperlukan pembelajaran yang menarik dan menyenangkan bagi anak-anak

yang bisa “dibungkus” dengan permainan, suasana riang, enteng, bernyanyi dan

menari. Bukan pendekatan pembelajaran yang penuh dengan tugas-tugas berat,

apalagi dengan tingkat pengetahuan, keterampilan, dan pembiasaan yang tidak

sederhana lagi, seperti paksaan untuk membaca, menulis, dan berhitung dengan

segala pekerjaan rumahnya yang melebihi kemampuan anak-anak. Kegiatan

pembelajaran dilakukan oleh dua orang pelaku, yaitu guru dan siswa. Perilaku

guru adalah mengajar dan perilaku siswa adalah belajar. Perilaku mengajar dan

perilaku belajar tersebut terkait dengan bahan pembelajaran. Anak dipahami

secara utuh sebagai pribadi yang berinteraksi dengan lingkungannya.

Karena Konsep dan Model Pembelajaran di PAUD berfokus kepada bermain

sambil belajar, maka ada Model Pembelajaran PAUD di Indonesia yang telah

diterapkan sesuai dengan karakteristik PAUD itu sendiri yaitu, Model

Pembelajaran Kelompok, Model Pembelajaran Area, Model Pembelajaran

Berdasarkan Sudut-Sudut Kegiatan. Model-model pembelajaran tersebut pada

umumnya menggunakan langkah-langkah yang relatif sama dalam sehari, yaitu:

kegiatan awal, kegiatan inti, istirahat, dan kegiatan akhir atau penutup.
8
Yuliani Nurani Sujiono, Konsep Dasar Pendidikan Anak Usia Dini, (Jakarta: Indeks, 2009), h. 6
dalam Hijriati Pengembangan Model Pembelajaran Anak Usia Dini, 2017 hal 75.

17
Kegiatan pendahuluan adalah kegiatan awal dalam pembelajaran yang

ditujukan untuk memfokuskan perhatian, membangkitkan motivasi sehingga

peserta didik siap untuk mengikuti kegiatan pembelajaran. Kegiatan inti,

merupakan proses untuk mencapai kompetensi dasar yang dilakukan secara

interaktif, inspiratif, menyenangkan, menantang, dan partisipatif. Kegiatan inti

dilakukan melalui proses eksplorasi, eksperimen, elaborasi, dan konfirmasi.

Kegiatan penutup adalah kegiatan yang dilakukan untuk mengakhiri aktivitas

pembelajaran. Bentuk kegiatannya berupa menyimpulkan, umpan balik,

dan tindak lanjut. Adapun 3 model pembelajaran yang sudah kami uraikan, yaitu :

1. Model Pembelajaran Kelompok :

Model Pembelajaran Kelompok atau Pembelajaran kooperatif (Cooperative

Learning) adalah strategi pembelajaran yang melibatkan partisipasi siswa dalam

satu kelompok kecil untuk saling berinteraksi. Dengan sistem pembelajran

kooperatif akan memungkinkan guru mengelola kelas dengan lebih efektif dan

siswa dapat saling membelajarkan sesama siswa lainnya. Dalam pembelajaran ini

akan tercipta sebuah interaksi yang lebih luas, yaitu interaksi dan komunikasi

yang dilakukan antara guru dengan siswa, siswa dengan siswa, dan siswa dengan

guru.9

Pandangan Vygotsky juga meyakini bahwa komunikasi atau dialog antara guru

dengan anak sangatlah penting, dan benar-benar menjadi sarana untuk membantu

anak berkembang, atau mengembangkan konsep baru dan memikirkan cara

9
Rusman, Model-Model Pembelajaran (Mengembangkan Profesionalisme Guru)., h. 203. Dalam
Hijriati Pengembangan Model Pembelajaran Pendidikan Anak Usia Dini Vol. 3 Hal- 81.

18
mereka untuk memahami konsep-konsep tingkat tinggi. Dengan kelompok belajar

memberikan kesempatan kepada anak secara aktif dan kesempatan untuk

mengungkapkan sesuatu yang dipikirkan anak kepada teman akan membantunya

untuk melihat sesuatu dengan lebih jelas bahkan melihat ketidaksesuaian

pandangan mereka sendiri.10

Pembelajaran kooperatif akan efektif digunakan apabila: (1) guru menekankan

pentingnya usaha bersama di samping usaha secara individual, (2) guru

menghendaki pemerataan perolehan hasil dalam belajar, (3) guru ingin

menanamkan tutor sebaya atau belajar melalui teman sendiri, (4) guru

menghendaki adanya pemerataan partisispasi aktif siswa, (5) guru menghendaki

kemampuan siswa dalam memecahkan berbagai permasalahan.

Model pembelajaran berdasarkan kelompok masih banyak digunakan TK-TK

di Indonesia, namun perkembangan model pembelajaran selalu berkembang. Kini

sudah banyak TK yang menggunakan model pembelajaran yang lebih variatif.

Dalam model pembelajaran berdasarkan kelompok dengan kegiatan pengaman,

adalah pola pembelajaran dimana anak-anak dibagi menjadi beberapa kelompok,

biasanya anak dibagi menjadi 3 (tiga) kelompok, dan masing-masing kelompok

melakukan kegiatan yang berbeda-beda. Dalam satu kali pertemuan, anak harus

menyelesaikan 2 – 3 kegiatan dalam kelompok secara bergantian.

Apabila dalam pergantian kelompok, terdapat anak-anak yang sudah

menyelesaikan tugasnya lebih cepat dari pada temannya, maka anak tersebut dapat

10
Ibid., Hijriati Pengembangan Model Pembelajaran Pendidikan Anak Usia Dini Vol. 3 Hal- 81.

19
meneruskan kegiatan lain sejauh di kelompok lain tersedia tempat. Namun apabila

tidak tersedia tempat, maka anak tersebut dapat bermain pada tempat tertentu di

dalam kelas yang telah disediakan guru yang disebut dengan kegiatan pengaman.

Pada kegiatan pengaman sebaiknya disediakan alat-alat yang lebih bervariasi dan

sering diganti disesuaikan dengan tema atau sub tema yang dibahas. Pada Model

Pembelajaran Kelompok sendiri memiliki pengelolaan ruang kelas agar peserta

didik merasa nyaman dengan suasananya serta pembelajaran lebih optimal. Untuk

itu hal-hal yang perlu diperhatikan ialah :

a) Penataan perabot di ruangan harus disesuaikan dengan kegiatan yang

akan dilaksanakan pada hari itu. Semisal kegiatan pada hari itu ialah

membuat kerajinan dari bahan bekas, maka perabotan yang disiapkan

harus ada bahan bekas agar menunjang kegiatannya.

b) Pengelompokan meja dan kursi anak disesuaikan dengan kebutuhan

sehingga ruang gerak peserta didik leluasa. Susunan meja kursi dapat

berubah-ubah. Pada waktu mengikuti kegiatan, anak tidak selalu duduk

di kursi, tetapi dapat juga duduk di tikar ataupun karpet. Karena anak

memiliki konsentrasi yang cukup singkat, oleh karenannya guru dikelas

harus memperhatikan bagaimana cara pengelempokkan meja dan kursi

tersebut agar tidak terkesan membosankan bagi peserta didiknya.

c) Dinding dapat digunakan untuk menempelkan informasi yang

dipergunakan sebagai sumber belajar dan hasil kegiatan anak, tetapi

jangan terlalu banyak sehingga dapat mengganggu perhatian anak.

20
Gambar yang dapat ditempel hanya yang berkaitan dengan kegiatan

hari itu.

d) Peletakan dan penyimpanan alat bermain diatur sedemikian rupa sesuai

dengan fungsinya sehingga dapat melatih anak untuk pembiasaan yang

ingin dicapai seperti kemandirian, tanggung jawab, membuat

keputusan, kebiasaan mengatur kembali peralatan dan sebagainya

e) Alat bermain untuk kegiatan pengaman diatur dalam ruangan, sehingga

dapat berfungsi apabila diperlukan oleh peserta didik. Maksudnya agar

peserta didik tidak keluar masuk ruang kelas karena ditakutkan

konsentrasi mereka dopat terganggu. 11

11
Paud.id Jateng, Pembelajaran Model Kelompok, 23 Agustus 2015, Model Pembelajaran
Kelompok, diakses 14 November 2022, https://www.paud.id/pembelajaran-paud-model-kelompok/

21
Dalam Proses pembelajaran model kelompok juga ada menerapkan

langkah-langkahnya sebagai berikut12 :

1) Kegiatan Awal/Pembuka ( 30 menit )

Kegiatan pendahuluan/awal dilaksanakan secara klasikal artinya

kegiatan yang dilakukan oleh seluruh anak dalam satu kelas,

dalam satu satuan waktu dengan kegiatan yang sama dan

sifatnya pemanasan, misalnya berdoa, presensi, bernyanyi

sesuai tema, bertepuk tangan, berdiskusi dan tanya jawab

tentang tema dan sub tema atau pengalaman yang dialami anak.

Jika pada waktu diskusi terjadi kejenuhan diharapkan pendidik

membuat variasi kegiatan, misalnya dilanjutkan dengan

kegiatan fisik/motorik kasar atau permainan yang melatih

pendengaran anak.

2) Kegiatan Inti (60 Menit)

Sifat dari kegiatan ini adalah kegiatan yang mengaktifkan

perhatian, kemampuan dan sosial emosi anak. Kegiatan terdiri

dari bermacam-macam kegiatan bermain yang dipilih dan

disukai anak agar dapat bereksplorasi, bereksperimen,

meningkatkan pengertian-pengertian, konsentrasi,

memunculkan inisiatif, kemandirian dan kreativitasnya serta

dapat membantu dan mengembangkan kebiasaan bekerja yang

baik. Pada kegiatan ini anak terbagi beberapa kegiatan


12
Ibid., Paud.id Jateng, Pembelajaran Model Kelompok, 23 Agustus 2015, Model Pembelajaran
Kelompok, diakses 14 November 2022, https://www.paud.id/pembelajaran-paud-model-
kelompok/

22
kelompok, artinya dalam satu satuan waktu tertentu terdapat

beberapa kelompok anak melakukan kegiatan yang berbeda-

beda. Pengorganisasian anak saat kegiatan pada umumnya

dengan kegiatan kelompok, namun adakalanya diperlukan

menggunakan kegiatan klasikal maupun individual. Sebelum

anak dibagi menjadi kelompok, pendidik menjelaskan kegiatan

atau hal-hal yang berkaitan dengan tugas masing-masing

kelompok secara klasikal. Pada kegiatan inti dalam satu kelas

dibagi menjadi beberapa kelompok.

Pendidik bersama anak dapat memberi nama masing-masing

kelompok. Anak diberi kebebasan untuk memilih kegiatan yang

ada pada kelompok yang diminatinya dan tempat yang

disediakan. Semua anak hendaknya secara bergantian mengikuti

kegiatan-kegiatan yang direncanakan oleh pendidik. Setelah

anak dapat mengikuti secara teratur, maka anak boleh memilih

kegiatan sendiri dengan tertib.

Anak-anak yang sudah menyelesaikan tugasnya lebih cepat dari

pada temannya dapat meneruskan kegiatan di kelompok lain.

Jika tidak tersedia tempat, anak tersebut dapat melakukan

kegiatan di kegiatan pengaman. Kegiatan pengaman sendiri

bertujuan agar dapat memotivasi anak untuk cepat

23
menyelesaikan tugas yang diberikan, dan menjadi tempat bagi

anak yang sudah menyelesaikan tugasnya dan dapat

mengembangkan perkembangan aspek sosial-emosional,

mandiri, kerjasama serta kreativitas anak. Sebaiknya alat-alat

yang disediakan pada kegiatan pengaman lebih bervariasi dan

sering diganti disesuaikan dengan tema atau sub tema yang

dibahas. Dan pada waktu kegiatan kelompok berlangsung,

pendidik tidak berada di satu kelompok saja melainkan juga

memberikan bimbingan kepada peserta didik yang mengalami

kesulitan walaupun peserta didik tersebut berada

di kelompok lain.

3) Istirahat/makan

Kegiatan ini kadang-kadang dapat digunakan untuk mengisi

indikator atau kemampuan yang hendak dicapai yang berkaitan

dengan kegiatan makan, misalnya tata tertib makan, jenis

makanan bergizi, rasa sosial dan kerjasama. Setelah kegiatan

makan selesai, waktu yang tersedia dapat digunakan untuk

bermain dengan alat permainan di luar kelas yang bertujuan

mengembangkan fisik-motorik seperti tikus-kucing, ular naga

panjang atau kegiatan lainnya yang dapat meningkatkan rasa

senang si anak.

4) Penutup/Do’a

24
Kegiatan yang dilaksanakan pada kegiatan penutup bersifat

menenangkan anak dan diberikan secara klasikal, misalnya

membaca cerita dari buku, pantomim, menyanyi, atau apresiasi

musik dari berbagai daerah. Kegiatan ini diakhiri dengan tanya

jawab mengenai kegiatan yang berlangsung, sehingga anak

mengingat dan memaknai kegiatan yang dilaksanakan dan

kemudian dilanjutkan dengan pesan-pesan dan doa pulang yang

disesuaikan agama si anak.

Dalam penerapan Model Pembelajaran Berkelompok juga tidak lepas dalam

kelebihan dan kekurangannya. Kelebihan penerapan model pembelajaran

kelompok ialah :

Kelebihan melalui pembelajaran kooperatif siswa tidak terlalu tergantung pada

guru, keberhasilan dalam penyelesaian tugas tergantung pada usaha yang

dilakukan oleh kelompok tersebut. Memberdayakan setiap siswa untuk lebih

bertanggung jawab kaberhasilan kelompok sangat tergantung dari masing-masing

anggota kelompoknya. Memberikan kesempatan yang luas kepada setiap anggota

kelompok untuk bertatap muka melakukan interaksi dan diskusi untuk saling

memberi dan menerima informasi dari anggota kelompok lain. Partisipasi dan

komusikasi siswa dapat melatih peserta didik untuk dapat bepartisipasi aktif

berkomunikasi dalam kegiatan pembelajaran. Evaluasi proses kelompok, yaitu

menjadwalkan waktu khusus bagi kelompok untuk mengevaluasi proses kerja

25
kelompok dan hasil kerja sama mereka, agar selanjutnya bisa bekerja sama

dengan lebih efektif. Hal ini berguna untuk proses pendidikan jangka panjang13

Disamping adanya kelebihan dalam model pembelajaran kelompok ini, tentu saja

ada kekurangannya juga, yaitu :

Kekurangan model pembelajaran ini, siswa yang mempunyai kelebihan akan

merasa terhambat oleh siswa yang mempunyai kemampuan kurang, akibatnya

keadaan seperti ini dapat mengganggu iklim kerjasama dalam kelompok. Jikalau

pembelajaran sesama siswa tidak efektif, bila dibandingkan dengan pembelajaran

langsung dari guru, bisa terjadi cara belajar yang demikian apa yang harus

dipelajari dan dipahami tidak dicapai oleh siswa. Keberhasilan pembelajaran

kooperatif dalam upaya mengembangkan kesadaran berkelompok memerlukan

periode waktu yang cukup panjang, dan ini tidak mungkin dicapai hanya dalam

waktu satu atau beberapa kali penerapan strategi.Walaupun kemampuan bekerja

sama merupakan kemampuan yang sangat penting untuk siswa, akan tetapi

banyak aktivitas dalam kehidupan yang hanya didasarkan kepada kemampuan

secara individu.

Model pembelajaran ini sangat efektif digunakan di Pendidikan Anak Usia

Dini, karena antara guru dan siswa saling komunikasi dan anak-anak mendapatkan

motivasi untuk belajar bertangggung-jawab secara individual. Akan tetapi, guru

harus membimbing kelompok-kelompok belajar saat mengerjakan tugas mereka

dan menghargai baik upaya maupun hasil belajar individu atau kelompok. Guru

13
Nomor 1, Hijriati, Pengembangan Model Pembelajaran Anak Usia Dini, Vol III, 20406-4063-1-
SM, Juni 2017, Hal-82.

26
yang bertindak sebagai fasilitator atau pemandu memberikan dukungan yang

dibutuhkan anak untuk dapat berkembang secara intelektual. Dan guru harus

mengetahui kelebihan dan kekurangan dari setiap individu. Oleh karena itu,

pembagian kelompok dan diskusi setiap siswa bisa berjalan efektif, karena mereka

saling tukar pikiran untuk mendapatkan informasi yang baru. Guru memberikan

penghargaan terhadap hasil kerja siswa, agar siswa termotivasi. Untuk

mendapatkan hasil pembelajaran yang lebih baik model pembelajaran ini dapat

dikembangkan dengan lebih bervariasi oleh guru yang bersangkutan.

2. Model Pembelajaran Area (Minat)

Model pembelajaran berdasarkan Area (Minat) lebih memberikan kesempatan

kepada anak didik untuk memilih atau melakukan kegiatan sendiri sesuai dengan

minatnya. Pembelajarannya dirancang untuk memenuhi kebutuhan-kebutuhan

spesifik anak dan menghormati keberagaman budaya dan menekankan prinsip,

individualisasi pengalaman bagi setiap anak, membantu anak untuk pilihan-

pilihan melalui kegiatan dan pusat-pusat kegiatan serta peran serta keluarga dalam

proses pembelajaran.14 Pembelajaran dengan melibatkan keluarga adalah dengan

cara sebagai berikut :

a) Dilibatkan secara sukarela dalam kegiatan pembelajaran.

b) Bermitra dengan TK dalam membuat keputusan tentang anak.

c) Dapat berpatisipasi dalam kegiatan di TK.


14
Suyadi, Psikologi Belajar Anak Usia Dini, (Yogyakarta, PT Pustaka Insan Madani, 2010), h. 242
Dalam (Dosen Fakultas Tarbiyah dan Keguruan UIN Ar-Raniry Banda Aceh, 2017).

27
d) Pembelajaran berdasarkan minat menggunakan 10 area, yakni: area

agama, balok, bahasa, drama, berhitung, atau matematika, IPA, seni atau

motorik, pasir dan air, membaca, dan manulis. Dalam satu hari kegiatan

pembelajaran dapat dibuka minimal empat area.

..................... Anggota keluarga dapat berpartisipasi dalam kegiatan-kegiatan di PAUD,

misalnya orang tua diminta membantu persiapan kegiatan tertentu di sekolah.

Dalam menciptakan lingkungan dan bahan ajar yang menunjang pembelajaran,

pendidik mendasarkan diri pada pengetahuan yang dimilikinya tentang

perkembangan anak. Selain itu, dalam menyusun tujuan pembelajaran pendidik

memperhatikan keunikan masing-masing anak, menghargai kelebihan-kelebihan

dan kebutuhan-kebutuhan setiap anak, menjaga keingintahuan alami yang dimiliki

anak dan mendukung pembelajaran bersama. Pembelajaran Area ini mencakup

tiga pilar utama, yaitu; (1) konstruktivitas; (2) sesuai dengan perkembangan, dan

(3) pendidikan progresif. 15

Konstruktivisme meyakini bahwa pembelajaran terjadi saat anak berusaha

memahami dunia di sekelilingnya. Pembelajaran menjadi proses interaktif yang

melibatkan teman sebaya anak, orang dewasa dan lingkungan. Anak membangun

pemahaman mereka sendiri atas dunia dan hal-hal yang terjadi di sekelilingnya

dengan membangun pemahaman-pemahaman baru dan pengalaman dan

pemahaman yang telah mereka miliki sebelumnya.

15
Paud.id Jateng, 31 Mei 2015, 10 Model Pembelajaran Area Pendidikan Anak Usia Dini, diakses
14 November 2022, https://www.paud.id/10-model-pembelajaran-area-pendidikan-anak-paud/

28
Pelaksanaan pembelajaran Area ini menggunakan metode yang selaras dengan

tahap perkembangan anak. Setiap anak berkembang melalui tahapan yang yang

berbeda, namun pada saat yang sama, setiap anak adalah makhluk individu dan

unik. Dengan demikian pendidik harus mencermati dan menyimak perbedaan

antara keterampilan dan minat tertentu dari anak-anak yang berusia sama.

Semua kegiatan dalam pembelajaran ini didasarkan pada minat anak, tingkat

perkembangan kognitif dan kematangan sosio-emosional, mendorong rasa ingin

tahu alamiah anak, kegembiraan terhadap pengalaman-pengalaman panca indera

dan keinginan untuk menjelajahi gagasan-gagasan baru anak itu sendiri.

Pelaksanaan pendidikan progresif dibangun berdasarkan prinsip-prinsip

perkembangan anak dan konstruktivisme ini.16

Penataan ruang kelas PAUD Model Area ialah dengan Alat bermain, sarana

prasarana diatur sesuai dengan area yang diprogramkan pada hari itu. Kegiatan

dapat dilakukan dengan menggunakan meja kursi, karpet, atau tikar sesuai dengan

alat yang digunakan. Pengaturan area memungkinkan pendidik dapat melakukan

pengamatan sehingga dapat memberikan motivasi, pembinaan, dan penilaian.

Pendidik memperhatikan perbedaan individu setiap peserta didik pada saat mereka

melakukan kegiatan di area. Karena dalam modelm area terdapat 10 model, maka

pendidik memang haruslah menyesuaikan dengan apa tema nya hari itu. Mulai

dari perlengkapannya, media belajar hingga alat bermainnya.

16
Ibid., Paud.id Jateng, 31 Mei 2015, 10 Model Pembelajaran Area Pendidikan Anak Usia Dini.

29
Model pembelajaran berdasarkan minat ini terdiri atas tiga kegiatan, yakni

awal, inti, dan akhir. Kegiatan awal disampaikan guru secara klasikal, seperti

salam pembuka, bernyanyi, berdoa, bercerita pengalaman anak, penjelasan tema

materi, dan melakukan kegiatan fisik motorik. Biasanya kegiatan ini memakan

waktu 30 menit. Lalu kegiatan akan dilanjut dengan kegiatan inti yang akan

disampaikan guru individual di area, seperti membicarakan tugas di area

kemudian anak didik bebas memilih area mana yang disukai sesuai dengan

minatnya. Anak dapat berpindah sesuai dengan minatnya tanpa ditentukan oleh

guru, kemudian guru menilai dengan observasi, penugasan, hasil karya, dan unjuk

kerja. Kegiatan inti dilaksanakan kurang lebih 60 menit. Setelah kegiatan Inti

terlaksana maka anak-anak akan diberi waktu istirahat atau makan selama 30

menit. Setelah kegiatan makan dan istirahat selesai maka masuk ke sesi kegiatan

akhir berisi cerita, menyanyi, dan berdoa selama 30 menit yang disampaikan

secara klasikal.17

Sistem area lebih menenkankan pada belajar sambil bermain seraya belajar.

Artinya, aspek pelajaran dikemas dalam bentuk permainan, sehingga anak-anak


17
Suyadi, Psikologi Belajar Anak Usia Dini, h. 243 dalam (Dosen Fakultas Tarbiyah dan Keguruan
UIN Ar-Raniry Banda Aceh, 2017) Hijriati Pengembangan Model Pembelajaran Pendidikan Anak
Usia Dini.

30
belajar dengan cara bermain. Anak didik bermain sesuai dengan minat masing-

masing. Mereka berhak memilih area mana yang akan dilakukan olehnya dari

minimal empat area yang akna disesuaikan oleh guru dalam setiap harinya.

Meskipun anka didik berhak memilih, tetapi mereka diharapkan menyelesaikan

semua area yang disiapkan oleh guru. Model Pembelajaran Area memiliki

kelebihan dan kekurangannya masing-masing. Kelebihannya ialah :

.......................Adapun kelebihan sistem area adalah kebebasan minat anak didik untuk

bermain sesuatu yang mereka inginkan tanpa adanya tekanan yang berarti. Hampir

tidak ada batasan atau tekanan dalam pendekatan dengan model pembelajaran

area ini. Jika guru mampu memfasilitasi setiap permainan yang diminati anka

diidk, mereka akan memperoleh pengalaman belajar yang mendalam atas

permainan yang dipilihnya tersebut. Selain itu juga anak-anak juga akan

mendalami setiap minat ataupun bakat yang sebenarnya mereka miliki. Terlebih

dengan model pembelajaran area ini memiliki banyak Area dalam proses

pembelajarannya.

Disamping dari kelebihan model area ini, Model Pembelajaran ini juga

memiliki kekurangannya juga dalam proses pembelajarannya, yaitu :

Adapun kelemahan pembelajaran sistem area yang menekannkan belajar

berdasarkan minat adalah anak didik hanya memilih satu atau dua area permainan

yang memang benar-benar minatnya. Sementara area permainan lain mungkin

justru sangat penting tidak dipilihnya karena tidak diminati. Kelemahan lain dari

pembelajaran ini adalah terbukanya kemungkinan anak untuk berpindah area

31
mainan berkali-kali sebelum anak tersebut menyelesaikan area permainan

awalnya. Sebab, sistem area memungkinkan untuk menjalankan pembelajaran

pada minimal empat area sekaligus.

Model Pembelajaran Area disebut juga dengan model pembelajaran

berdasarkan minat, karena model pembelajaran ini yang memberi kesempatan

kepada anak didik untuk memilih/melakukan kegiatan sendiri sesuai dengan

minatnya. Tetapi anak-anak tetap harus di bawah pengawasan pendidik, model

pembelajaran ini mengajarkan cara bertanggung jawab dengan merapikan

permainannya setelah bermain, mandiri, kreatif, sehingga anak dapat membuat

kesimpulan sendiri dari setiap hal yang dipelajarinya. Model ini merupakan

pendekatan yang sangat efektif yang dikembangkan dalam pembelajaran secara

individu. Pendekatan ini sangat membantu anak dalam mengumpulkan benda-

benda yang telah disusun disekitar satu atau lebih dimana anak dapat berinteraksi

dengan media tersebut. Dengan demikian kemampuan anak dalam belajar lebih

optimal, anak lebih sibuk bergerak melakukan atau aktif belajar yang telah

dipilihnya. Dengan sistem area ini pengalaman belajar anak lebih banyak dan

anak lebih kreatif.

3. Model Sudut (Model Taman Indria)

Kegiatan belajar mengajar dengan sudut model pembelajaran berdasarkan

sudut-sudut kegiatan, menggunakan langkah-langkah pembelajaran hampir sama

dengan model pembelajaran area, hanya sudut-sudut kegiatan merupakan pusat

32
kegiatan berdasarkan minat anak. Alat-alat yang disediakan pada sudut-sudut

kegiatan selayaknya lebih bervariasi dan sering diganti, disesuaikan dengan tema

atau sub tema yang dibahas. Kegiatan pembelajaran dengan model pembelajaran

berdasarkan sudut-sudut kegiatan, menggunakan langkah-langkah pembelajaran

yang mirip dengan model pembelajaran area, karena memperhatikan minat anak.

Jumlah sudut yang disediakan 5 sudut dalam penggunaannya disesuaikan

dengan program yang direncanakan dengan kisaran 2 samapi 5 sudut. Dalam

kondisi tertentu dimungkinkan 1 sudut lebih dari 1 kegiatan. Alat-alat yang

disediakan pada sudut-sudut kegiatan selayaknya lebih bervariasi dan sering

diganti, disesuaikan dengan tema atau sub tema yang dibahas. Pengelolaan dalam

model pembelajaran area adalah dengan memperhatikan pengaturan alat bermain

dan perabot di ruangan, termasuk meja, kursi dan luasnya ruangan, disesuaikan

dengan kegiatan yang akan dilaksanakan, khususnya pada sudut-sudut kegiatan.18

Sumber belajar dan hasil kegiatan anak dapat dipajang di papan atau didinding

ruangan. Hasil karya anak, dapat juga disimpan di laci masing-masing anak

sebagai portofolio. Setelah digunakan untuk pembelajaran, alat bermain dirapikan

dan disimpan sedemikian rupa sehingga dapat melatih anak untuk pembiasaan

yang ingin dicapai seperti kemandirian, tanggung jawab, membuat keputusan,

kebiasaan mengatur kembali peralatan dan sebagainya. Agar pembelajaran ini

dapat berjalan optimal, sebagai pendidik harus memperhatikan langkah-langkah

kegiatan dari model pembelajaran Area adalah sebagai berikut :

18
Paud.id Jateng, 1 Mei 2015, Pembelajaran Model Sudut Taman Indria, diakses 15 November
2022, Model Pembelajaran PAUD: Model SUDUT (Taman Indria) - PAUD JATENG

33
a) Kegiatan awal (30 menit)

Kegiatan yang dilaksanakan adalah bernyanyi, berdoa, mengucap salam,

membicarakan tema/sub tema, diskusi kegiatan yang akan dilaksanakan,

malakukan kegaitan fisik/ motorik.

b) Kegiatan Inti/ secara individual di sudut-sudut kegiatan (60 menit)

Sebelum melakukan kegiatan inti, pendidik bersama anak membicarakan

tugas-tugas yang diprogramkan di sudut-sudut kegiatan. Setelah itu

pendidik menjelaskan kegiatan-kegiatan yang akan dilaksanakan di setiap

sudut kegiatan yang diprogramkan. Sudut yang dibuka setiap hari

disesuaikan dengan indikator yang dikembangkan dan sarana/alat

pembelajaran yang ada. Kemudian anak dibebaskan untuk memilih sudut

kegiatan yang disukai sesuai dengan minatnya. Anak dapat berpindah

sudut kegiatan sesuai dengan minatnya tanpa ditentukan oleh pendidik,

pendidik memberi motivasi.

c) Istirahat makan (30 menit)

Kegiatan makan bersama menanamkan pembiasaan yang baik, misalnya

mencuci tangan, berdoa sebelum dan sesudah makan, berbagi bekal

dengan teman, membereskan dan merapikan alat-alat makan dan

sebagainya. Setelah kegiatan makan selesai, waktu yang tersedia dapat

digunakan untuk bermain di dalam atau di luar kelas.

d) Kegiatan Akhir (30 menit)

Kegiatan akhir dilaksanakan secara klasikal, misalnya dengan bercerita,

bernyanyi, gotong royong memberikan kelas, diskusi kegiatan sehari yang

34
telah dilakukan, informasi kegiatan esok hari, berdoa, dan

mengucapkan salam.19

Contoh pembelajaran sudut ialah pembelajaran yang memberikan

kesempatan kepada anak didik buat belajar dekat dengan kehidupan

sehari-hari. Model ini bersumber pada teori pendidikan dan perkembangan

Montessori. Model pembelajaran ini menyediakan sudut-sudut aktivitas yg

menjadi sentra aktivitas pembelajaran sesuai di minat anak. Alat-indera

serta media yang disediakan juga harus bervariasi mengingat minat anak

yang majemuk. Media serta alat-indera tadi pula harus sering diganti dan

diperbaharui disesuaikan menggunakan tema dan subtema yang dibahas.

pada model ini acara pembelajaran difokuskan di 5 hal, yakni : praktik

kehidupan, pendidikan kesadaran sensori, seni berbahasa, matematika dan

bentuk geometris., serta budaya.

Kondisi ruangan dan peralatan disesuaikan dengan ukuran anak. Bahan

dan alat main diatur dalam rak-rak yang mudah dijangkauan anak.

Ruang kelas ditata indah dan menarik bagi anak karena pada usia awal

rasa estetika mulai berkembang. Tersedia buku-buku yang dapat diambil

anak kapan saja. Penerapan model ini dibagi menjadi lima sudut (Yusuf,

2018: 3-6), seperti sebagai berikut:

1. Sudut Latihan Kehidupan Praktis

Pada sudut ini anak-anak diberi kesempatan untuk meniru apa yang

19
Ibid., Paud.id Jateng, 1 Mei 2015, Pembelajaran Model Sudut Taman Indria, diakses 15
November 2022.

35
dilakukan oleh orang dewasa di kurang lebih mereka setiap hari.

Contohnya, mereka menyapu, mencuci, memindahkan suatu

barang menggunakan berbagai alat yang berbeda (sendok, sumpit

dan lain-lain), membersihkan kaca, membuka dan menutup

kancing atau resleting, membuka dan menutup botol/kotak/kunci,

mengelap gelas yang sudah dicuci dan sebagainya. Melalui aneka

macam aktivitas

yang menarik ini, anak-anak diajarkan untuk membantu diri

mereka sendiri (self help), berkonsentrasi serta menyebarkan

norma bekerja dengan baik.

2. Sudut Sensorik

Sudut sensorik membuatkan sensitivitas penginderaan anak, yakni

penglihatan, pendengaran, pembau, perabaan, dan pengecapan.

pada sudut sensorik kegiatan berfokus di pengenalan benda mirip

banyak sekali disparitas rona, merasakan berat ringan, banyak

sekali bentuk dan ukuran, mencicipi tekstur halus serta kasar,

tinggi-rendah bunyi, berbagai bebauan asal berbagai benda, dan

mengecap aneka macam rasa dari benda yang dijumpai sehari-hari.

Bahan yang ada di Sudut Sensorik ini antara lain dengan adanya

berbagai bumbu dapur di dalam botol untuk dicium ada berbagai

sumber rasa asin, manis, pahit, asam. Kain dan biji-bijian dengan

berbagai tekstur menara gelang bola palu lonceng tangan, dan lain

sebagainya.

36
3. Sudut Matematika (Pre Math and Perception Corner)

Di sudut ini matematika diperkenalkan kepada anak-anak melalui

konsepkonsep matematika yang jelas dan menarik mulai dari hal

yang konkret hingga abstrak. Anak-anak belajar memahami konsep

dasar kuantitas/jumlah dan hubungannya dengan lambang-lambang

serta mempelajari angka-angka yang lebih besar dan operasi

matematika seperti penjumlahan, pengurangan, perkalian dan

pembagian secara alami. Selain itu, di sudut ini anak dapat belajar

matematika melalui pengukuran, seperti mengukur jarak,

mengukur literan, dan mengukur besar kecil. Bahan dan alat main

yang dapat disediakan dalam model sudut ini ialah : kartu bilangan,

kotak pernak pernik berwarna, papan geobord, gambar - gambar

himpunan sapta, balok –balok, alat bermain konstruksi lotto

berbagai macam puzzle, manik manik, indera untuk meronce,

tempat telur.

4. Sudut Bahasa (Languages and Vocabulary Corner)

Di sudut ini anak-anak belajar mendengar dan menggunakan

kosakata yang tepat untuk seluruh kegiatan, mempelajari nama-

nama susunan, bentuk geometris, komposisi, tumbuh-tumbuhan,

dan sebagainya. Selain itu, anak-anak mulai diperkenalkan tentang

komposisi atau susunan kata, kalimat, dan cerita. Bahan dan alat

main yang disediakan pada sudut ini dapat berupa rak barang, kartu

huruf, folder anak, macam-macam gambar, kartu kata, kertas, alat

37
tulis, gambar seri, karpet puzzle huruf, karpet puzzle benda-benda.

Permainan ini dapat membantu perkembangannya dalam aspek

bahasa akan menjadi terstimulasi dan mengalmai perekembangan

yang optimal.

5) Sudut Kebudayaan (Culture and Library Corner)

pada sudut ini anak-anak diperkenalkan mengkaji Geografi,

Sejarah, iImu perihal tumbuh-tumbuhan serta iImu pengetahuan

yang sederhana. Anak-anak belajar secara individual, grup, dan

diskusi mengenai dunia sekitar mereka pada waktu ini serta

masa kemudian. Pengenalan akan tumbuh-tanaman dan

kehidupan hewan mirip juga pengalaman sederhana buat

mengetahui lebih jauh perihal ilmu pengetahuan alam. Selain

itu, anak-anak pun diperkenalkan tentang masakan khas wilayah

melalui kegiatan memasak. Dalam pembelajaran melalui sudut

itu, tenaga pendidik harus menyiapkan berbagai macam

peralatan bermain untuk menunjang keberhasilan dari

pembelajaran ini yaitu, berbagai macam buku cerita,

ensiklopedia anak, meja, bantal baca, alat gambar/lukis/mencap,

alat pertukangan, alat elektronik, playdough/plastisin, tanah liat,

alat eksperimen tumbuh-tumbuhan, batu-batuan, binatang,

pinset, berbagai jenis botol/tube, corong air.

Sudut-sudut pada atas saling berkaitan serta dibuka secara bersamaan setiap

38
harinya. Anak-anak dibolehkan untuk menentukan sudut mana yang paling

diminatinya. Mereka bisa berpindah ke sudut lainnya dan tidak mewajibkan buat

menguasai sudut sensorik serta kemampuan pada sudut sebelumnya. Sudut latihan

kehidupan mudah adalah fondasi yang mendasar bagi sudut yang lain. Artinya

adalah, anak usia yang lebih belia lebih banyak bermain di 2 sudut tersebut.

Sepanjang hari pada sekolah diperkenalkan juga kegiatan-aktivitas yang

memungkinkan anak-anak untuk menikmati serta membuatkan keahlian dan

kepekaan sosial mereka. Pada Indonesia dibubuhi menggunakan sudut ketuhanan

untuk mengenalkan nilai-nilai dan kegiatan praktis aktivitas kepercayaan dan

agama masing-masing peserta didik.

2. Penerapan Model Pembelajaran berdasarkan Minat Anak Usia Dini

Seperti yang telah dibahas diatas, bahwasannya minat Anak Usia Dini sendiri

terfokus kepada bermain. Karena memang pada hakikatnya anak usia dini

menggangap bermain adalah kebutuhannya dan sebagai kegiatan wajib bagi

mereka. Dengan bermain juga perkembangan anak akan menjadi optimal, terlebih

jika bermainnya terarah sesuai dengan minatnya apa saja serta permainan yang

edukatif. Pembelajaran menyenangkan adalah suatu proses pembelajaran yang

berlangsung dalam suasana menyenangkan dan berkesan. Pembelajaran yang

menyenangkan akan menarik minat peserta didik untuk terlibat aktif dalam

pembelajaran, sehingga tujuan pembelajaran dapat dicapai secara maksimal.

Sebagai guru, kita harus memiliki kemampuan dalam memahami perkembangan

39
setiap murid. Mereka memiliki perbedaan karakteristik, perbedaan potensi, minat

dan bakat yang merupakan anugerah Tuhan Yang maha Esa. Salah satu

karakteristik anak adalah senang bermain. 20

Peserta didik jenjang TK sangat senang bermain dan melakukan kegiatan

bersama teman-temannya. Untuk itu, sebagai pendidik kita harus mendesain

pembelajaran yang menyenangkan untuk merangsang minat belajar anak,

kemudian menuangkan materi sesuai yang diharapkan. Selama ini, pembelajaran

yang berlangsung di kelas sesuai dengan kurikulum dan jadwal pelajaran serta

alokasi waktu yang ditetapkan. Sebagai calon pendidik, kita dapat melakukan

penyederhanaan materi pembelajaran dan membuat media pembelajaran yang

menarik. Metode yang dipilih disesuaikan dengan perkembangan anak sesuai

dengan usianya juga.

Pada pembelajaran dapat diterapkan metode belajar sambil bermain.

Permainan yang dipilih sudah biasa dimainkan anak-anak agar lebih mudah

menerapkannya sesuai waktu yang ditentukan. Kita juga dapat merancang

permainan baru namun harus memperhatikan perkembangan anak didik.

Pembelajaran harus dilakukan dengan cara yang menyenangkan agar materi apa

yang disampaikan dapat dimengerti oleh anak didik, apapun cara yang dilakukan

guru diharapkan memberikan rasa senang. Jika sudah senang anak dapat

15 Nov 2020, Dewi Ritha Drachman, Perapan Pembelajaran yang


20

menyenangkan untuk Mengembangkan Potensi, Minat dan Bakat anak, diakses


pada 17 Nov 2022, https://ayoguruberbagi.kemdikbud.go.id/artikel/penerapan-
pembelajaran-yang-menyenangkan-untuk-mengembangkan-potensi-minat-dan-
bakat-anak/

40
memahami pelajaran dengan baik dan mampu menerapkannya dalam

kehidupan sehari-hari.

Agar anak tumbuh dengan kreatif, maka anak perlu diberi waktu seluas-

luasnya. Perlu tahu banyak hal dan mengerti banyak hal serta perlu adanya kerja

kreatif berkelompok. Dalam bermain hendaknya menjadikan diri orang dewasa

sebagai anak-anak kembali (jadi teman bagi anak); sadari anak itu profesional

(main profesional) dan yakinkan diri dan mungkin bagi anak bahwa bermain itu

adalah belajar. Buat anak mau bercerita: bercerita kapan saja; bercerita di mana

saja; bercerita tentang apa saja dan pancing imajinasi mereka, caranya dengan

mengajari anak bermimpi, tentukan tujuan spesifik, belajar dari mentor yang

antusias, selalu mulai dari gambaran yang menyeluruh serta perlu banyak

bertanya.21

Karena setiap anak memiliki kepribadian dan karakteristik yang berbeda-beda

maka. Namun karakteristik Anak Usia Dini sendiri memiliki kesamaan yang

relatif sama jika dinilai secara umum. Yaitu, anak usia dini bersifat unik ; ditahap

usia yang potensial untuk mengembangkan segala kemampuan bawaannya dengan

stimulasi yang diberikan oleh lingkungannya ; Anak Usia Dini juga bersifst relatif

spontan dengan apa yang dia pikirkan ; cendrung cerboh dan juga kurang

perhatian terhadap hal yang menurutnya tidak menarik baginya atau bahkan jika

kegiatan tersebut bahaya atau tidak maka Anak Usia Dini tidak

mempertimbangkan perilakunya tersebut ; selain itu Anak Usia dini juga bersifat

aktif dan energik disetiap kegiatannya, mereka hanya akan diam jika mereka
21
Ulfiani Rahman, Karakteristik Pengembangan Anak Usia Dini, Lentera Pendidikan, VOL. 12 No 1.
Juni 2009 Hal- 47.

41
tertidur ; Anak Usia Dini juga memiliki sifat egosentris dimana ia akan

memandang segala sesuatu hanya dari sudut pandangnya sendiri serta

pemahamannya ; sifat yang melekat dari anak Usia Dini adalah rasa ingin tahu

yang tinggi karena ia memiliki pemikiran yang masih abstrak ; jiwa anak usia dini

juga dalam tahap yang suka berpetualang kesana kemari dan ini ditunjukkan

dengan ia yang sangat suka bermain terus ; selain itu Anak Usia Dini juga

memiliki imajinasi yang tinggi ; Cenderung cepat bosan dengan apa yang ia

kerjakan dan putus asa dengan kegiatannya jika ia tidak bisa menyelesaikan

kegiatan tersebut ; Anak Usia Dini juga memiliki konsentrasi yang rendah

terhadap oranglain kecuali jika kegiatan itu menyenangkan bagi dirinya.

Oleh karena karakteristik Anak Usia Dini yang cenderung berorientasi pada

kegiatan bermain yang menurutnya menyenangkan maka kita sebagai pendidik

harus lebih memperhatikan minatnya. Adapun minat yang disukai anak usia dini

adalah dengan menerapkan model pembelajaran yang sudah kami uraikan diatas

sebelumnya. Karena dalam penerapan model pembelajaran diatas memang sudah

dilakukan oleh satuan lembaga PAUD di Indonesia untuk menunjang

perkembangan serta pertumbuhannya.

Model pembelajaran berdasarkan Area (Minat) lebih memberikan kesempatan

kepada anak didik untuk memilih atau melakukan kegiatan sendiri sesuai dengan

minatnya. Pembelajarannya dirancang untuk memenuhi kebutuhan-kebutuhan

spesifik anak dan menghormati keberagaman budaya dan menekankan prinsip,

individualisasi pengalaman bagi setiap anak, membantu anak untuk pilihan-

42
pilihan melalui kegiatan dan pusat-pusat kegiatan serta peran serta keluarga dalam

proses pembelajaran.

Model ini dikembangkan oleh Highscope di Amerika Serikat dan dikenalkan di

Indonesia oleh Children Resources International. Model area memfasilitasi

kegiatan anak secara individu dan kelompok untuk pengembangan semua aspek

(Yusuf, 2018: 6). Model pembelajaran area adalah model pembelajaran yang lebih

menyediakan kesempatan kepada anak untuk memilih kegiatan sendiri sesuai

dengan minatnya dan mengutamakan pengalaman belajar secara bermakna

(Suyadi & Dahlia, 2014: 71). Tujuan pembelajaran area adalah untuk memberi

kesempatan anak agar memperoleh berbagai pengalaman bermain dengan

menggunakan berbagai alat atau sumber belajar dari memberi bantuan bimbingan

pada saat diperlukan anak. Kegiatan pembelajaran pada anak yang berdasarkan

minat atau area, anak secara individual memilih kegiatan yang sesuai dengan

minat dan keinginannya (Kurotun, 2013: 70). Model pembelajaran ini

menggunakan area-area seperti sebagai berikut (Yusuf, 2018: 6-10):

A). Area Balok

Area balok memfasilitasi anak untuk mengembangkan pengetahuan dan

keterampilan berpikir matematika, pola, bentuk geometris, hubungan satu dengan

yang lain, penambahan, pengurangan, pengalian, dan pembagian melalui kegiatan

membangun dengan balok. Saat anak menggunakan balok, ia akan merasakan

beratringan, panjang pendek, dengan tanpa dipaksa anak mengenal bentuk dan

konsep-konsep lainnya. Alat yang dibutuhkan dalam Area Balok ialah balok

43
dengan berbagai bentuk dan ukuran, asesoris balok sebagai pelengkap, misalnya

balok berwarna benda asesoris lainnya seperti, mobil-mobilan, binatang, orang,

pesawat, atau pohon-pohonan, alat tulis menulis untuk membangun keaksaraan

anak.

B). Area Drama

Victoria Brown dan Sara Pleydell menyatakan bahwa bermain drama penting

untuk anak usia dini sebagai proses melatih fungsi kognitif seperti; mengingat,

mengatur diri sendiri, mengembangkan kemampuan berbahasa, meningkatkan

kemampuan fokus atau konsentrasi, merencanakan, menentukan strategi,

menentukan prioritas, mengembangkan gagasan, dan keterampilanketerampilan

lain yang diperlukan untuk menunjang keberhasilan di sekolah nanti.

44
Alat serta bahan yang disiapkan di area drama adalah alat-alat dapur untuk

mendalami kiprah menjadi koki atau pekerjaan yang berkaitan dengan itu dan buat

mengenal alat alat dapur. alat- alat rumah tangga, baju-baju buat aneka macam

profesi, boneka berbagai bentuk dan lainnya yang bisa dijadikan indera main.

C). Area Seni

Area seni mendukung pengembangan kreativitas anak ketika sedang belajar

didalam area ini serta pengalaman strategi anak dalam menggunakan aneka

macam bahan dan alat. Inti asal aktivitas seni merupakan anak-anak

mengekspresikan apa yang mereka amati dilingkungan sekitarnya, apa yang

dipikirkan dengan imajinasi si anak, serta membayangkan apa yang mereka

inginkan, dan rasakan melalui indera dan bahan yang digunakan. Alat yang harus

disiapkan oleh tenaga pendidik ialah: kertas serta aneka macam berukuran,

kuas, serta cat air warna-warni, krayon, spidol dan alat menggambar lainnya,

tanah liat playdough atau plastisin, Kayu, dedaunan, kain, kaleng,

45
kertas rona warni gunting, lem, serta berbagai pita, bahan-bahan daur ulang

lainnya.

D). Area Keaksaraan

Didalam Area Keaksaraan ini mengajarkan anak utnuk membaca dan menulis

seperti layaknya kegiatan membaca dan menulis di Sekolah Dasar. Area mebaca

dan menulis dimulai dengan simbol-simbol sederhana dari benda yang ada

disekelilingnya, serta membuat coretan di atas kertas. Kegiatan melihat-lihat buku

atau membacakan cerita adalah kegiatan yang dilakukan di area ini. Alat dan

bahan yang harus ada di Area ini adalah berbagai kartu gambar, kata serta huruf.

46
Peserta didik juga harus menyiapkan alat tulis untuk menunjang kegiatan di Area

ini, dan juga buku gambar untuk peserta didik jika mereka ingin menggambar.

E). Area Pasir dan Air

Area pasir dan air lebih kepada pengembangan sensori-motorik. Namun, area

ini sangat kaya dengan konsep-konsep matematika dan sains. Anak belajar penuh-

kosong, berat-ringan, volume, dan sebagainya. Anak juga dapat belajar tentang

perubahan bentuk, perubahan warna, dan sebagainya. Area pasir dan air sangat

diminati anak. Untuk kelompok anak yang lebih kecil biasanya belum dapat

mengendalikan diri sehingga perlu membawa baju ganti untuk digunakan setelah

selesai bermain. Alat dan bahan yang disediakan di area pasir dan air, di

antaranya: botol-botol dengan gelas-gelas plastik dan corong, baskom dengan alat

kocokan, alat pemompa air, berbagai alat dapur mainan untuk belajar mencuci,

baju-baju atau kain kecil dengan penggilas untuk mencuci, berbagai bentuk

cetakan kue untuk main pasir.

47
F). Area Gerak dan Musik

Gerak dan musik untuk anak usia dini sangat penting untuk membangun

kesadaran akan gerakan diri sendiri, melatih kelenturan, mengikuti irama musik,

mengenal bunyi alat musik, mengeksplorasi alat-alat sederhana menjadi alat

musik bebas. Kegiatan gerak dan lagu merupakan kebutuhan seharihari untuk

anak usia dini. Dengan berkegiatan yang menyenangkan di area gerak dan lagu,

akan berpengaruh pada: kemampuan berpikir dan berbahasa, kemampuan

memecahkan masalah, kemampuan fokus, membangun kesadaran spasial,

mengembangkan rasa percaya diri, melatih kekuatan, kelenturan, dan koordinasi

fisik, serta membangun keterampilan sosial. Alat dan bahan di area gerak dan lagu

: Tape recorder dan kaset instrumen atau lagu-lagu untuk mendegarkan lagu-lagu,

Alat musik tradisional, alat musik modern (organ, gitar, dll. untuk ukuran mini),

Alat musik dari bahan daur ulang dari botol plastik atau bahan lainnya.

48
G). Area Sains

Area Sains menyediakan banyak kesempatan bagi anak-anak untuk

menggunakan panca indera dan menyalurkan langsung minat mereka terhadap

kejadian-kejadian alamiah dan kegiatan-kegiatan manipulatif. Area Sains juga

dapat dilakukan di luar ruangan dengan tanaman, binatang, dan benda-benda di

sekitar. Karena pada area Sains sendiri mengajarkan anak untuk mengenal

lingkungan sekitarnya, misal dengan bagaimana terjadinya pelangi, hujan, ataupun

mengenal bagaimana tumbuh-tumbuhan dapat berkembang.

H). Area Matematika

Area matematika sangat kental dengan kegiatan manipulatif. Di area ini anak

dapat belajar tentang bentuk, hitungan, angka, jumlah, pengelompokkan, ukuran,

pola, memasangkan. Di area ini juga anak belajar pengembangan bahasa, sosial,

emosional, dan aspek perkembangan lainnya.

I). Area Imtaq (Iman dan Taqwa)

49
Di Indonesia ditambah dengan area imtaq. Area imtaq memfasilitasi anak

belajar tentang kegiatan ibadah sesuai dengan agama yang dianut anak. Alat dan

bahan untuk menunjnag area ini adalah miniatur rumah ibadah sesuai dengan

agama yang di anut di Indonesia, perlengkapan ibadah, buku-buku bacaan ringan

yang dapat dimengerti oleh anak PAUD, kertas gambar dan alat-alat gambar yang

berkaitan dengan agama.

BAB III

KESIMPULAN DAN SARAN

KESIMPULAN

Dalam penerapan Model Pembelajaran untuk Anak Usia Dini memang harus

diperhatikan dalam berbagai aspek. Pada penjelasan sudah dipaparkan

50
bahwasannya sebelum menerapkan konsep dan model pembelajaran yang tepat

maka para tenaga pendidik harus melakukan penilaian terhadap karakteristik serta

minat anak. Sehingga ketika materi itu dituangkan dalam metode pembelajaran

bermain sambil bermain maka materi itu akan terimplementasi kepoada setiap

peserta didik.

Model pembelajaran kelompok ialah salah satu strategi pembelajaran yang

melibatkan siswa dalam satu kelompok kecil untuk saling berinteraksi dan

melakukan kegiatan yang sudah dibagi oleh guru. Model pembelajaran ialah

pembelajaran yang memberikan kesempatan kepada anak didik untuk belajar lebih

dekat dengan kehidupan sehari-harinya dan tenaga pendidik menyiapkan sudutu-

sudut kegiatan berdasarkan minat anak itu sendiri juga serta anak tidak diwajibkan

untuk menguasai satu sudut saja. Sedang dalam model pembelajaran Area adalah

pembelajaran yang menyediakan kesempatan kepada anak untuk memilih

kegiatan sendiri sesuai dengan minatnya dan mengutamakan pengalaman belajar

secara bermakna. Kegiatan pembelajaran pada anak yang berdasarkan minat atau

area, anak secara individual memilih kegiatan yang sesuai dengan minat dan

keinginannya. Model pembelajaran ini menggunakan sembilan area, yaitu: area

balok, area drama, area seni, area. Keaksaraan, area pasir dan air, area gerak dan

musik, area sains, area matematika, dan area imtaq.

Disetiap model pembelajaran memang memiliki kekurangan dan kelebihannya

masing-masing. Terlebih jika memang beorientasi kepada minat anak didiknya.

Dimana jelas sekali bahwasannya untuk membantu perkembangan dan

pertumbuhan anak dari berbagai aspek dibutuhkan banyak kerja sama dari

51
berbagai pihak. Model pembelajaran yang dugunakan dalam metode pembelajaran

kelompok, sudut, area pada umumnya memiliki kegiatan yang sama yaitu

kegiatan awal atau pendahuluan, kegiatan inti, istirahat/makan, dan akhiran atau

penutup.

SARAN

Guru harus dapat menurunkan dalam tingkat yang kongkrit sesuai dengan

tahap perkembangan anak pada masa usia dini yaitu praoperasional apa yang

dimaksud dalam pendidikan media tersebut, mencari contoh-contoh yang

melingkupinya memilih topik-topik apa saja yang bisa dan bermakna bagi anak di

tingkat usia dini.

Pengembangan model-model pembelajaran merupakan suatu proses yang

harus dipersiapkan dan dilakukan guru dalam kegiatan pembelajaran. Guru

merupakan ujung tombak keberhasilan kegiatan pembelajaran di sekolah yang

terlibat langsung dalam merencanakan dan melaksanakan kegiatan pembelajaran.

Berdasarkan pembahasan diatas, penulis menyarankan beberapa kebijakan kepada

pemerintah: Impelementasi model pembelajaran yang dilaksanakan di

Pendidikan Anak Usia Dini hendaknya memberikan pelatihan yang berhubungan

dengan model pembelajaran PAUD dengan meningkatkan kualitas

pembelajaran.

Model pembelajaran perlu pengembangan seiring perkembangan zaman,

agar terjadi belajar bermakna. Guru harus selalu berusaha mengetahui dan

52
menggali konsep-konsep yang telah dimilki anak dengan menggunakan

model yang sesuai dengan minat anak didiknya. Membantu memadukannya

secara serasi dengan kosnep dan model pembelajaran tadi dengan menggunakan

pengetahuan baru yang akan diajarkan diterapkan kepada peserta didik. Sebagai

calon peserta didik juga harus mengetahui potensi setiap individu anak dan

hendaknya dikemudian hari dapat berkerja sama pula dengan orangtua peserta

didik guna meningkatkan kualitas pembelajaran ke arah yang lebih baik. Serta

proses pembelajaran akan lebih menarik dan menyenangkan. Dari setiap

kebijakan yang telah didesain, sebaiknya dievaluasi secara terus menerus agar

tujuan yang diinginkan dapat dicapai dan terealisasi dengan maksimal.

Daftar Pustaka

Dosen Fakultas Tarbiyah dan Keguruan UIN Ar-Raniry Banda Aceh, H. (2017).
PENGEMBANGAN MODEL PEMBELAJARAN PENDIDIKAN ANAK USIA
DINI.
KONSEP DASAR PENDIDIKAN ANAK USIA DINI (PAUD). (n.d.).

53
Sinurat, B. J. (2011). Konsep Dasar Model-Model Pembelajaran.
https://www.academia.edu/31385781/Konsep_Dasar_Model_Model_Pembelajaran
Sinurat B, Academia Edu, Konsep Model-Model Pembelajaran, 5 November 2022
Ary Gunawan, Kebijakan-Kebijakan Pendidikan di Indonesia, h. 1 Dalam Hijriah,
Pengembangan Model Pembelajaran AUD hal 75
Yoyon, B. I. (2011). Kebijakan Pembaruan Pendidikan: Konsep, Teori, dan
Model. Jakarta: Rajawali Pers., Dalam Hijiriah , (Pengembangan Model
Pembelajaran AUD
Menurut Ischak, dkk.2004. Pendidikan IPS SD. Jakarta: universitas Terbuka
dalam (KONSEP DASAR PENDIDIKAN ANAK USIA DINI (PAUD), n.d.)
Andhika Devita Sari, Sabyan PAUD, 8 November 2020, Konsep Dasar PAUD
(Pendidikan Anak Usia Dini), 12 November 2022 https://sabyan.org/konsep-
dasar-paud-pendidikan-anak-usia-dini
Yuliani Nurani Sujiono, Konsep Dasar Pendidikan Anak Usia Dini, (Jakarta:
Indeks, 2009), h. 6 dalam Hijriati Pengembangan Model Pembelajaran Anak
Usia Dini, 2017 hal 75
Paud.id Jateng, Pembelajaran Model Kelompok, 23 Agustus 2015, Model
Pembelajaran Kelompok, diakses 14 November 2022,
https://www.paud.id/pembelajaran-paud-model-kelompok/
Suyadi, Psikologi Belajar Anak Usia Dini, h. 243 dalam (Dosen Fakultas
Tarbiyah dan Keguruan UIN Ar-Raniry Banda Aceh, 2017) Hijriati
Pengembangan Model Pembelajaran Pendidikan Anak Usia Dini.
Paud.id Jateng, 1 Mei 2015, Pembelajaran Model Sudut Taman Indria, diakses 15
November 2022, Model Pembelajaran PAUD: Model SUDUT (Taman
Indria) - PAUD JATENG
15 Nov 2020, Dewi Ritha Drachman, Perapan Pembelajaran yang
menyenangkan untuk Mengembangkan Potensi, Minat dan Bakat anak,
diakses pada 17 Nov 2022,
https://ayoguruberbagi.kemdikbud.go.id/artikel/penerapan-pembelajaran-
yang-menyenangkan-untuk-mengembangkan-potensi-minat-dan-bakat-anak/
Ulfiani Rahman, Karakteristik Pengembangan Anak Usia Dini, Lentera Pendidikan,
VOL. 12 No 1. Juni 2009 Hal- 47.

54

Anda mungkin juga menyukai