Anda di halaman 1dari 32

PENGEMBANGAN PEMBELAJARAN MATEMATIKA SD

ULANGAN TENGAH SEMESTER

DOSEN PENGAMPU MATA KULIAH


KOMANG SUJENDRA DIPUTRA, S.Pd., M.Pd.

OLEH
NAMA : PUTU GDE AGUS JULIARTA
NIM : 1611031401
KELAS : G / 5

JURUSAN PENDIDIKAN GURU SEKOLAH DASAR


FAKULTAS ILMU PENDIDIKAN
UNIVERSITAS PENDIDIKAN GANESHA
TAHUN 2018
DAFTAR ISI

COVER
DAFTAR ISI ........................................................................................................... ii
I. PENDAHULUAN ...............................................................................................1
II. PEMBAHASAN
2.1 Pendekatan, Strategi, Metode, Teknik, Model Pembelajaran ......................1
2.1.1 Model Pembelajaran ...........................................................................3
2.1.2 Teori Belajar yang Melandasi Model Pembelajaran...........................7
2.1.3 Unsur Dasar Model Pembelajaran ....................................................11
2.2 . Lembar Kerja Siswa
2.2.1 Pengertian LKS .................................................................................13
2.2.2 Manfaat LKS.....................................................................................13
2.2.3 Cara Menyusun LKS ........................................................................14
2.2.4 Pengembangan LKS .........................................................................15
2.3 . Model Pembelajaran Matematika Inovatif
2.3.1 Pengertian Model Pembelajaran Think Pair Share (TPS) ................16
2.3.2 Karakteristik Model Pembelajaran Think Pair Share (TPS) ............17
2.3.3 Unsur-Unsur dalam Model Think Pair Share (TPS) ........................17
2.4 Contoh Implementasi Model Think Pair Share
2.4.1 Contoh RPP Matematika ..................................................................18
2.4.2 Lembar Kerja Siswa..........................................................................26
DAFTAR PUSTAKA

ii
I. Pendahuluan
Pendidikan adalah yang sangat penting dan wajib dirasakan oleh seluruh
masyarakat. Di Indonesia dengan tersebarnya pendidikan, maka semua orang bisa
memiliki pengetahuan tentang berbagai bidang ilmu yang sangat berguna bagi
hidup kita. Salah satu bidang ilmu tersebut adalah matematika. Matematika adalah
disiplin ilmu yang umumnya mempelajari tentang perhitungan angka atau bilangan
yang hasilnya pasti atau sering disebut ilmu pasti. Namun matematika sering
menjadi momok yang menakutkan bagi peserta didik di sekolah-sekolah. Hal ini
disebabkan karena berbagai faktor, seperti susahnya materi yang guru ajarkan
kepada peserta didik yang menyebabkan peserta didik tertekan dan kesulitan dalam
menerima materi pelajaran atau bisa karena gaya atau tehnik guru yang kurang
sesuai dengan tingkat belajar siswa yang membuat minat siswa untuk belajar
menjadi rendah. Faktor-faktor ini menimbulkan paradigma bahwa matematika itu
sulit, dan hal inilah yang menjadi tantangan bagi calon-calon guru untuk lebih giat
lagi belajar memahami situasi dikelas dan memahami model-model atau metode
yang sesuai untuk diterapkan pada pembelajaran matematika agar peserta didik
dapat termotivasi untuk semangat belajar.

II. Pembahasan
2.1 Pendekatan, Strategi, Metode, Teknik, Model Pembelajaran
Terdapat beberapa istilah lain dalam pembelajaran yang memiliki kaitan
makna satu sama lain. Istilah-istilah tersebut ialah pendekatan, model, metode, dan
teknik. Dalam pelaksanaan tugas mengajar guru sehari-hari, istilah tersebut kadang-
kadang dipertukar pakaikan penggunanya untuk menunjuk maksud yang sama.
Secara harafiah Dalam konteks pembelajaran, pendekatan menurut J. Raka Joni,
1993 (Sumar, 2016) diartikan sebagai cara umum dalam memandang permasalahan
atau objek kajian, sehingga berdampak ibarat seseorang menggunakan kacamata
dengan warna tertentu di dalam memandang alam. Jadi pendekatan digunakan
apabila bersangkut paut dengan cara-cara umum dan asumsi dalam menyikapi
sesuatu masalah kearah pemecahanya.
Menurut J.R David, 1976 (Sumar, 2016) mengemukakan strategi
pembelajaran dapat diartikan sebagai suatu perancangan yang berisi tentang

1
rangkaian kegiatan-kegiatan yang didesain untuk mencapai tujuan pendidikan.
Kamp, 1995 (Sumar, 2016) juga menjelaskan bahwa strategi pembelajaran adalah
suatu kegiatan pembelajaran yang harus dikerjakan oleh guru dan siswa untuk
mencapai suatu tujuan pembelajaran efektif dan efesien.
Sebenarnya pendekatan berbeda baik dengan strategi maupun metode.
Pendekatan dapat diartikan sebagai titik tolak atau sudut pandang kita terhadap
proses pembelajaran. Istilah pendekatan merujuk kepada pandangan tentang
terjadinya suatu proses yang sifatnya masih sangat umum. Oleh karenanya strategi
dan metode pembelajaran yang digunakan dapat bersumber atau tergantung dari
pendekatan tertentu. Roy Killen, 1998 (Sumar, 2016) mencatat ada dua pendekatan
pembelajaran yaitu pendekatan yang berpusat pada guru (teacher centered) dan
pendekatan yang berpusat pada siswa (student centered).
Pendekatan pembelajaran yang berpusat pada guru memiliki ciri bahwa
manajemen dan pengelolaan pembelajaran ditentukan sepenuhnya oleh guru. Peran
siswa pada pendekatan ini hanya melakukan aktivitas pembelajaran sesuai dengan
petunjuk guru. Siswa hampir tidak memiliki kesempatan untuk melakukan aktivitas
sesuai minat dan keinginannya. Sebaliknya pendekatan pembelajaran yang
berorientasi pada siswa manajemen dan pengelolaan pembelajaran ditentukan oleh
siswa. Siswa pada pendekatan ini memiliki kesempatan yang terbuka untuk
melakukan aktivitas sesuai dengan minat dan keinginannya.
Teknik adalah cara khusus untuk mengimplementasikan metode dalam
sebuah proses pembelajaran. Teknik tergantung kondisi di lapangan, teknik dapat
berubah-ubah tergantung guru dan kondisi pada saat praktek di lapangan. Strategi
merujuk kepada pengaturan memilih, menyusun, cara, sarana dan prasarana dan
tenaga untuk mencapai tujuan. Dan apabila dirancang kerangka konseptual dan
operasionalnya maka akan disebut model pembelajaran. Dengan demikian strategi
pembelajaran adalah suatu rancangan yang dibuat oleh guru yang berisi seluruh
rangkaian kegiatan belajar mengajar yang dilakukan oleh guru di kelas sehingga
proses pembelajaran terjadi interaksi antara guru dengan siswa dengan lingkungan
sebagai sumber belajar yang merupakan media dalam pembelajaran dan dapat
tercipta suasana pembelajaran yang menyenangkan.

2
Strategi merujuk kepada pengaturan memilih, menyusun, cara, sarana dan
prasarana dan tenaga untuk mencapai tujuan. Dan apabila dirancang kerangka
konseptual dan operasionalnya maka akan disebut model pembelajaran. Dengan
demikian strategi pembelajaran adalah suatu rancangan yang dibuat oleh guru yang
berisi seluruh rangkaian kegiatan belajar mengajar yang dilakukan oleh guru di
kelas sehingga proses pembelajaran terjadi interaksi antara guru dengan siswa
dengan lingkungan sebagai sumber belajar yang merupakan media dalam
pembelajaran dan dapat tercipta suasana pembelajaran yang menyenangkan.

Gambar 1. Hubungan Pendekatan, Strategi, Metode, Teknik, dan Model


Pembelajaran
Sumber: http://1.bp.blogspot.com/-jw-...

2.1.1 Model Pembelajaran


Model pembelajaran adalah seluruh rangkaian penyajian materi ajar yang
meliputi segala aspek sebelum sedang dan sesudah pembelajaran yang dilakukan
guru serta segala fasilitas yang terkait yang digunakan secara langsung atau tidak
langsung dalam proses belajar mengajar.
Joyce & Weil (Santyasa, 2007) mendefinisikan model pembelajaran sebagai
kerangka konseptual yang digunakan sebagai pedoman dalam melakukan
pembelajaran. Dengan demikian, model pembelajaran merupakan kerangka

3
konseptual yang melukiskan prosedur yang sistematis dalam mengorganisasikan
pengalaman belajar untuk mencapai tujuan belajar. Jadi model pembelajaran
cenderung preskriptif, yang relatif sulit dibedakan dengan strategi pembelajaran.
Model pembelajaran biasanya disusun berdasarkan berbagai prinsip atau teori
belajar. Para ahli menyusun model pembelajaran berdasarkan prinsip-prinsip
pendidikan, teori-teori psikologis, sosiologis, psikiatri, analisis sistem, atau teori-
teori lain (Joyce & Weil, 1980). Model-model pembelajaran berdasarkan teori
belajar yang dikelompokkan menjadi empat model pembelajaran. Model tersebut
merupakan pola umum perilaku pembelajaran untuk mencapai kompetensi/tujuan
pembelajaran yang diharapkan. Joyce & Weil (Rusman, 2017) berpendapat bahwa
model pembelajaran adalah suatu rencana atau pola yang dapat digunakan untuk
membentuk kurikulum (rencana pembelajaran jangka panjang), merancang
bahanbahan pembelajaran, dan membimbing pembelajaran di kelas atau yang lain.
(Joyce & Weil, 1980:1). Model pembelajaran dapat dijadikan pola pilihan, artinya
para guru boleh memilih model pembelajaran yang sesuai, efektif dan efisien untuk
mencapai tujuan pembelajaran yang diharapkan.
Rusman (2017) menyatakan model pembelajaran memiliki ciri-ciri, sebagai
berikut.
1) Berdasarkan teori pendidikan dan teori belajar dari para ahli tertentu.
2) Sebagai contoh, model penelitian kelompok disusun oleh Herbert Thelen dan
berdasarkan teori John Dewey. Model ini dirancang untuk melatih partisipasi
dalam kelompok secara demokratis.
3) Mempunyai misi atau tujuan pendidikan tertentu.
4) Misalnya model berpikir induktif dirancang untuk mengembangkan proses
berpikir induktif.
5) Dapat dijadikan pedoman untuk perbaikan kegiatan belajar mengajar di kelas.
Misalnya, model synectic dirancang untuk memperbaiki kreativitas dalam
pelajaran mengarang.
6) Memiliki bagian-bagian model yang dinamakan: (1) urutan langkah-langkah
pembelajaran (syntax); (2) adanya prinsip-prinsip reaksi; (3) sistem sosial; dan
(4) sistem pendukung. Keempat bagian tersebut merupakan pedoman praktis bila
guru akan melaksanakan suatu model pembelajaran.

4
7) Memiliki dampak sebagai akibat terapan model pembelajaran.
8) Dampak tersebut meliputi: (1) dampak pembelajaran, yaitu hasil belajar yang
dapat diukur, dan (2) dampak pengiring, yaitu hasil belajar jangka panjang.
Membuat persiapan mengajar (desain instruksional) dengan pedoman model
pembelajaran yang dipilihnya.

Secara kaffah model dimaknakan sebagai suatu objek atau Konsep yang
digunakan untuk merepresentasikan sesuatu hal. Sesuatu yang nyata dan dikonversi
untuk sebuah bentuk yang komprehensif (Meyer, W.J., 1985: 2). Sebagai contoh,
model pesawat terbang, yang terbuat dari kayu, plastik, dan lem adalah model nyata
dari pesawat terbang. Contoh lain adalah ide politik, opini publik diibaratkan
sebagai sebuah pendulum sebab ia berubah-ubah tiap periodiknya dari kiri ke kanan
begitu terus lanjutan. Secara terminologi, kita dapat mengatakan pendulum adalah
sebuah model untuk opini publik.
Dalam matematika kita juga mengenal istilah model matematika yaitu
sebuah model yang bagian-bagiannya terdiri dari konsep matematik, seperti
ketetapan (konstanta), variabel, fungsi persamaan pertidaksamaan, dan sebagainya
(Meyer, W.J.,1985 2). Sebagai contoh model matematika gerak parabola, model
matematika gerak jatuh bebas dan sebagainya (Trianto, 2008: 1)
Model pembelajaran adalah suatu perencanaan atau suatu pola yang
digunakan sebagai pedoman dalam merencanakan pembelajaran di kelas atau
pembelajaran dalam tutorial dan untuk menentukan perangkat-perangkat
pembelajaran termasuk di dalamnya buku-buku, film, komputer, kanalum, dan lain-
lain (Joyce, 1992:4). Selanjutnya, Joyce menyatakan bahwa setiap model
pembelajaran mengarahkan kita ke dalam mendesain pembelajaran untuk
membantu peserta didik sedemikian rupa sehingga tujuan pembelajaran tercapai.
Istilah model pembelajaran mempunyai makna yang lebih daripada strategi,
metode atau prosedur. Model pengajaran mempunyai empat ciri khusus yang tidak
dimiliki oleh strategi. metode atau prosedur. Ciri-ciri tersebut ialah: (1) Rasional
teoretis logis yang disusun oleh para pencipta atau pe ngembangnya; (2) Landasan
pemikiran tentang apa dan bagaimana siswa belajar (tujuan pembelajaran yang akan
dicapai); (3) Tingkah laku mengajar yang diperlukan agar model tersebut dapat

5
dilaksanakan dengan berhasil; dan (4) Lingkungan belajar yang diperlukan agar
tujuan pembelajaran itu dapat tercapai (Kardi dan Nur, 2000: 9).
Istilah model pembelajaran meliputi pendekatan suatu model pembelajaran
yang luas dan menyeluruh. Contohnya pada model pembelajaran berdasarkan
masalah, kelompok-kelompok kecil siswa bekerja sama memecahkan suatu
masalah yang telah disepakati oleh siswa dan guru. Ketika guru sedang menerapkan
model pembelajaran tersebut, sering kali siswa menggunakan bermacam-macam
keterampilan, prosedur pemecahan masalah dan berpikir kritis. Model
pembelajaran berdasarkan masalah dilandasi oleh teori belajar konstruktivis. Pada
model ini pembelajaran dimulai dengan menyajikan permasalahan nyata yang
penyelesaiannya membutuhkan kerja sama di antara siswa-siswa. Dalam model
pembelajaran ini guru memandu siswa menguraikan rencana pemecahan masalah
menjadi tahap-tahap kegiatan; guru memberi contoh mengenai penggunaan
keterampilan dan strategi yang dibutuhkan supaya ugas-tugas tersebut dapat
diselesaikan. Guru menciptakan suasana kelas yang fleksibel dan berorientasi pada
upaya penyelidikan oleh siswa.
Model-model pembelajaran dapat diklasifikasikan berdasar tujuan
pembelajarannya, sintaks (pola urutannya), dan lingkungan belajarnya. Sebagai
contoh pengklasifikasianberdasarkan tujuan adalah pembelajaran langsung, suatu
model pembelajaran yang baik untuk membantu siswa mempelajari keterampilan
dasar seperti tabel perkalian atau untuk topik-topik yang banyak berkaitan dengan
penggunaan alat. Akan tetapi ini tidak sesuai bila digunakan untuk mengajarkan
konsep-konsep matematika tingkat tinggi.
Sintaks (pola urutan) dari suatu model pembelajaran adalah pola yang
menggambarkan urutan alur tahap-tahap keseluruhan yang pada umumnya disertai
dengan serangkaian kegiatan pembelajaran. Sintaks (pola urutan) dari suatu model
pembelajaran tertentu menunjukkan dengan jelas kegiatan-kegiatan apa yang harus
dilakukan oleh guru atau siswa. Sintaks (pola urutan) dari bermacam-macam model
pembelajaran memiliki komponen-komponen yang sama. Contoh, setiap model
pembelajaran diawali dengan upaya menarik perhatian siswa dan memotivasi siswa
agar terlibat dalam proses pembelajaran. Setiap model pembelajaran diakhiri

6
dengan tahap menutup pelajaran, di dalamnya meliputi kegiatan merangkum
pokok-pokok pelajaran yang dilakukan oleh siswadengan bimbingan guru.
Tiap-tiap model pembelajaran membutuhkan sistem pengelolaan dan
lingkungan belajar yang sedikit berbeda. Misalnya, model pembelajaran kooperatif
memerlukan lingkungan belajar yang fleksibel seperti tersedia meja dan kursi yang
mudah dipindahkan. Pada model pembelajaran diskusi para si wa duduk dibangku
yang disusun secara melingkar atau sepe tapal kuda. Sedangkan model
pembelajaran langsung sis duduk berhadap-hadapan dengan guru. Pada model
pembelajaran kooperatif siswa perlu berkomunikasi satu sama Sedangkan pada
model pembelajaran langsung siswa tenang dan memperhatikan guru.
Arends dan pakar model pembelajaran yang lain berpendapat bahwa tidak
ada satu model pembelajaran yang paling baik diantara yang lainnya, karena masing
dirasakan baik, apabila telah diujicobakan untuk mengajarkan materi pelajaran
tertentu (Arends, 1997). Oleh karena itu, dari beberapa model pembelajaran yang
ada perlu kiranya diseleksi model yang mana yang paling baik untuk mengajarkan
suatu materi tertentu. Dalam mengajarkan suatu pokok bahasan (materi) tertentu
harus dipilih model pembelajaran yang paling sesuai dengan tujuan yang akan
dicapai. Oleh karena itu, dalam memilih suatu model pembelajaran harus memiliki
pertimbangan pertimbangan. Misalnya, materi pelajaran, tingkat perkembangan
kognitif siswa, dan sarana atau fasilitas yang tersedia, sehingga tujuan pembelajaran
yang telah ditetapkan dapat tercapai.

2.1.2 Teori Belajar yang Melandasi Model Pembelajaran


Teori belajar pada dasarnya merupakan penjelasan mengenai bagaimana
terjadinya belajar atau bagaimana informasi diproses di dalam pikiran siswa itu.
Berdasarkan suatu teori belajar, diharapkan suatu pembelajaran dapat lebih
meningkatkan perolehan siswa sebagai hasil belajar. Gagne, seperti yang dikutip
oleh Mariana (1999: 25) menyatakan untuk terjadinya belajar pada diri siswa
diperlukan kondisi baik kondisi internal maupun kondisi eksternal. Kondisi internal
merupakan peningkatan memoris siswa yang terdahulu merupakan komponen
terdahulu. Memori siswa yang terdahulu merupakan komponen yang baru dan
ditempatkannya bersama-sama. Kondisi eksternal meliputi aspek dirancang atau

7
ditata dalam suatu pembelajaran. Gagne, seperti yang yang dikutip oleh Mariana
(1999: 25) menyatakan dalam lima kelompok, yaitu intelectual skill, cognitive
strategy, verbal information, motor skill, dan attitude. peroleh hasil belajar yang
diharapkan. Dengan demikian, sebaiknya memperhatikan atau menata
pembelajaran yang memungkinkan mengaktifkan memori siswa yang sesuai agar
informasi yang baru dapat dipahaminya. Kondisi eksternal bertujuan antara lain
merangsang ingatan siswa, penginformasian tujuan pembelajaran membimbing
belajar materi yang baru, memberikan kesempatan kepada siswa
menghubungkannya dengan informasi baru.
a. Teori Belajar Konstruktivisme
Teori-teori baru dalam psikologi pendidikan di kelompok dalam teori
pembelajaran konstruktivis (constructivist theories of learning). Teori konstruktivis
ini menyatakan bahwa siswa harus menemukan sendiri dan mentransformasikan
informasi kompleks, mengecek informasi baru dengan aturan-aturan lama dan
merevisinya apabila aturan-aturan itu tidak lagi sesuai. Bagi siswa agar benar-benar
memahami dan dapat menerapkan pengetahuan, mereka harus bekerja memecahkan
masalah, menemukan segala sesuatu untuk dirinya, berusaha dengan susah payah
dengan ide-ide. Teori ini berkembang dari kerja Piaget, Vygotsky, teori-teori
pemrosesan informasi, dan teori psikologi kognitif yang lain, seperti teori Bruner
(Slavin dalam Nur, 2002: 8).
Menurut teori konstruktivis ini, satu prinsip yang paling penting dalam
psikologi pendidikan adalah bahwa guru tidak hanya sekedar memberikan
pengetahuan kepada siswa. Siswa harus membangun sendiri pengetahuan di dalam
benaknya. Guru dapat memberikan kemudahan untuk proses ini, dengan memberi
kesempatan siswa untuk menemukan atau menerapkan ide-ide dan mengajar siswa
menjadi sadar dan secara sadar menggunakan strategi mereka sendiri untuk belajar.
b. Teori Perkembangan Kognitif Piaget
Teori perkembangan piaget mewakili kontrukstivisme yang memandang
perkembangan kognitif sebagai suatu proses dimana anak secara aktif membangun
sistem makna dan pemahaman realitas melalui pengaaman-pengalaman dan realitas
mereka. Menurut piaget setiap individu pada saat tumbuh mulai dari bayi yang baru
dilahirkan sampai menginjak dewasa. Seperti tabel berikut:

8
Tahap Perkiraan Usia Kemampuan-Kemampuan Utama
Sensorimotor Lahir sampai 2 tahun - Terbentuknya
kepermanenann objek dan
kemajuan gradual.
Praoperasional 2 sampai 7 tahun - Perkembangan kemampuan
menggunakan simbol-simbol
untuk menyatakan objek-
objek dunia.
Operasional 7 sampai 11 tahun - Perbaikan dalam kemampuan
konkrit untuk berpikir secara logis.
Operasional 11 tahun sampai dewasa
formal - Pemikiran abstrak dan murni
simbolis mungkin dilakukan.
Pemecahan masalah melalui
penggunaan eksperimentasi
sistematis.
Tabel 1. Tahap Perkembangan Kognitif Menurut Piaget

Berikut ini implikasi penting dalam model pembelajaran dari teori Piaget, sebagai
berikut:
1) Memusatkan pikiran pada berpikir atau proses mental anak, tidak sekedar
pada hasilnya. Guru harus memahami proses yang digunakan anak sehingga
sampai pada jawaban tersebut.
2) Memperhatikan peranan pelik dari inisiatif anak sendiri, keterlibatan anak
dalam kegiatan pembelajaran. didalam kelas Piaget menyajikan
pengetahuan jadi tidak mendapat penenkanan melainkan anak didorong
menemukan sendiri pengetahuan itu melalui interaksi spontan dengan
lingkungannya.
3) Memaklumi akan adanya perbedaan indiviidual dalam hal kemajuan
perkembangan. Sehingga guru dituntut untuk mengatur kegiatan kelas dalam
bentuk kelompok kecil daripada bentuk kelas yang utuh.

c. Teori Pemrosesan Informasi


Teori ini menjelaskan pemrosesan, penyimpanan, dan pemanggilan kembali
pengetahuan dari otak berupa dari input ke output.
1) Pentingnya pengetahuan awal
Sering seorang pelajar mengalami kesulitan karena pengetahuan baru tidak
sesuai atau tidak ada hubungan dengan pengetahuan sebelumnya. Dalam hal

9
ini, maka pengetahuan awal menjadi syarat utama dan menjadi sangat penting
bagi pelajar untuk dimiliki.
2) Regrister penghindraan
Keberadaan regrister pengindraan mempunyai dua implikasi yang penting
dalam pendidikan. pertama, orang harus menaruh perhatian pada suatu
informasi bila informasi itu harus diingat. Kedua, seseorang memerlukan
waktu untuk membawa semua informasi yang dilihat dalam waktu singkat.
3) Memori jangka pendek
Proses mempertahankan suatu butir informasi adalah dengan cara
mengulang-ulang, menghafal ketika memori jangka pendek.
4) Memori jangka panjang
Memori ini memiliki kapasitas yang sangat besar untuk menympan sejumlah
informasi.

d. Teori Belajar Bermakna David Ausubel


Belajar bermakna merupakan suatu proses dikaitkannya informasi baru pada
konsep-konsep relevan yang terdapat dalam struktur kognitif seseorang (Dahar,
1998: 137).
e. Teori Penemuan Jerome Bruner
Bruner menganggap belajar penemuan sesuai dengan pencarian pengetahuan
secara aktif oleh manusia dan dengan sendirinya memberi hasil yang paling baik.
Bruner menyarankan agar siswa-siswa hendaknya belajar melalui partisipasi secara
aktif dengan konsep konsep dan prinsip-prinsip , agar mereka diajurkan untuk
memperoleh pengalaman.
f. Teori Belajar Sosial Vrgosty
Teori ini lebih menekannkan pada aspek sosial dari pembelajaran. menurut
Vygorsty bahwa proses pembelajaran akan terjadi jika anak bekerja atau
menangami tugas-tugas yang belum dipelajari. Satu lagi ide yang penting dari
Vrygosty adalah Scaffolding yakni pemberian bantuan kepada anak selama tahap-
tahap awal perkembangnya dan mengurangi bantuan tersebut.
g. Teori Pembelajaran Prilaku

10
BF Skinner salah seorang tokoh yang sangat berperan dalam teori
pembelajaran prilaku yang telah mempelajari hubungan antara tingkah laku dan
konsekuensinya mengemukakan bahwa belajar merupakan perubahan prilaku.

2.1.3 Unsur Dasar Model Pembelajaran


Menurut Joyce & Weil (Andayani, 2015) model pembelajaran memiliki lima
unsur dasar (Joyce & Weil, 1987), yaitu (1) syntax pembelajaran adalah langkah-
langkah operasional pembelajaran, (2) social system, adalah suasana dan norma
yang berlaku dalam pembelajaran, (3) principles of reaction, menggambarkan
bagaimana seharusnya guru memandang memperlakukan, dan merespon siswa, (4)
support system, segala sarana, bahan, alat, atau lingkungan belajar yang mendukung
pembelajaran, dan (5) instructional dan nurturant effects - hasil belajar yang
diperoleh langsung berdasarkan tujuan yang ditetapkan (instructional effects) dan
hasil belajar di luar yang ditetapkan (nurturant effects).
Syntax pembelajaran merupakan langkah-langkah operasional pembelajaran
yang sifatnya baku. Langkah-langkah ini dipilih sesuai dengan model yang
dikembangkan. Syntax diperlukan dalam pengembangan sebuah model
pembelajaran supaya langkah-langkah yang dirancang tersebut dapat dijadikan
pedoman bagi guru yang akan menerapkannya.
Social System atau sistem sosial ialah proses belajar mengenali, menganalisis
dan mempertimbangkan eksistensi dan perilaku siswa dan guru sebagai sebuah
institusi sosial dalam berbagai ranah pembelajaran. Peran guru dan siswa di sini
lebih dilihat sebagai makhluk sosial dan bagian dari kelompok kepentingan, bukan
sebagai individu.
Ketika diamati, suatu sistem sosial dalam sebuah model pembelajaran
sebenarnya dapat dicerna dan menggambarkan realitas kehidupan. Realitas inilah
yang membawakan kondisi sistem interaksi belajar mengajar dalam kondisi tertentu
yang sedang bekerja, berusaha tetap baik, dan menjaga agar tidak berbenturan
dengan sistem-sistem lainnya.
Sistem ini mencirikan karakteristik sifat, tata nilai, ukuran, kualitas dan
kedudukan relasional di dalam sistem pembelajaran yang sedang berlangsung. Oleh

11
karenanya, sistem sosial pada hakikatnya adalah proses dialog, transaksi dan
negosiasi dan sejumlah aktivitas pada konteks waktu dan tempat tertentu.
Principles of Reaction atau prinsip reaksi adalah suatu prinsip yang
menggambarkan bagaimana reaksi siswa terhadap aktivitas pembelajaran yang
diterapkan guru. Dalam penerapan sebuah model pembelajaran, reaksi siswa
menjadi aktivitas yang terencana, tidak terjadi secara serta merta. Karena itu guru
dituntut agar mampu merencanakan dan melaksanakan pembelajaran sehingga
tercapai secara tuntas perilaku-perilaku, sikap-sikap yang akan diperoleh pada saat
dan setelah pembelajaran berlangsung. Demikian pula sebaliknya, guru harus
bereaksi terhadap aksi siswa dalam semua peristiwa serta tidak mengarahkan aspek
yang sempit melainkan ke suatu kesatuan yang utuh dan bermakna.
Support System atau sistem pendukung adalah komponen-komponen yang
menjadi pendukung dalam penerapan sebuah model pembelajaran. Sistem
pendukung ini merupakan sebuah sistem yang menyediakan kemampuan untuk
penyelesaian masalah dan menjamin terjadinya interaksi guru-siswa untuk
menyelesaikan permasalahan pembelajaran. Bentuk sistem pendukung dapat
berupa sekumpulan prosedur berbasis model untuk membantu guru dalam
mengambil keputusan dalam pembelajaran.
Instructional Objective dan Nurturant Effect. Instructional objective
seringkali dimaknai sama dengan tujuan pembelajaran. Adapun nurturant effect
dimaknai dengan dampak pengiring dari ketercapaian tujuan pembelajaran tersebut.
Tujuan pembelajaran instructional objective) adalah perilaku hasil belajar yang
diharapkan terjadi, dimiliki, atau dikuasai oleh siswa setelah mengikuti kegiatan
pembelajaran tertentu.
Pengertian lain menyebutkan, tujuan pembelajaran adalah pernyataan
mengenai keterampilan atau konsep yang diharapkan dapat dikuasai oleh siswa
pada akhir periode pembelajaran. Tujuan pembelajaran merupakan arah yang
hendak dituju dari rangkaian aktivitas yang dilakukan dalam proses pembelajaran.
Tujuan pembelajaran dirumuskan dalam bentuk perilaku kompetensi spesifik,
aktual, dan terukur sesuai yang diharapkan terjadi, dimiliki, atau dikuasai siswa
setelah mengikuti kegiatan pembelajaran tertentu.

12
Penyusunan tujuan pembelajaran merupakan tahapan penting dalam
rangkaian pengembangan desain model pembelajaran. Dari tahap inilah ditentukan
apa dan bagaimana harus melakukan tahap lainnya. Apa yang dirumuskan dalam
tujuan pembelajaran menjadi acuan untuk menentukan jenis materi, strategi,
metode, dan media yang akan digunakan dalam proses pembelajaran. Tanpa tujuan
yang jelas, pembelajaran akan menjadi kegiatan tanpa arah, tanpa fokus, dan
menjadi tidak efektif.

2.2 Lembar Kerja Siswa (LKS)


2.2.1 Pengertian LKS
Menurut Hendro Darmodjo dan Jenny R. E. Kaligis 1992 (Das Salirawati,
2006: 2), LKS atau Lembar Kerja Siswa merupakan sarana pembelajaran yang
dapat digunakan guru dalam meningkatkan keterlibatan atau aktivitas siswa dalam
proses belajar-mengajar. Pada umumnya, LKS berisi petunjuk praktikum,
percobaan yang bisa dilakukan di rumah, materi untuk diskusi, Teka Teki Silang,
tugas portofolio, dan soal-soal latihan, maupun segala bentuk petunjuk yang
mampu mengajak siswa beraktivitas dalam proses pembelajaran. Pendapat lainnya
dikemukakan oleh Surachman, 1998 ( Das Salirawati, 2006: 2) yang menyatakan
LKS sebagai jenis hand out yang dimaksudkan untuk membantu siswa belajar
secara terarah (guided discovery activities). Hal ini berarti melalui LKS siswa dapat
melakukan aktivitis sekaligus memperoleh semacam ringkasan dari materi yang
menjadi dasar aktivitas tersebut.

2.2.2 Manfaat LKS


Mengajar dengan menggunakan LKS ternyata semakin populer terutama pada
masa dekade terakhir ini. Manfaat yang diperoleh dengan menggunakan LKS
(Hendro Darmodjo dan Jenny R.E. Kaligis, 1992 (Das Salirawati, 2006: 2), antara
lain :
a. Memudahkan guru dalam mengelola proses belajar, misalnya mengubah
kondisi belajar dari suasana “guru sentris” menjadi “siswa sentris”.
b. Membantu guru mengarahkan siswanya untuk dapat menemukan konsep-
konsep melalui aktivitasnya sendiri atau dalam kelompok kerja.

13
c. Dapat digunakan untuk mengembangkan keterampilan proses,
mengembangkan sikap ilmiah serta membangkitkan minat siswa terhadap
alam sekitarnya.
d. Memudahkan guru memantau keberhasilan siswa untuk mencapai sasaran
belajar.

2.2.3 Cara Menyusun LKS


Menurut Hendro Darmodjo dan Jenny R.E. Kaligis, 1992 (Penggunaan LKS
sangat besar peranannya dalam proses pembelajaran, sehingga seolah-olah
penggunaan LKS dapat menggantikan kedudukan seorang guru. Hal ini dapat
dibenarkan, apabila LKS yang digunakan tersebut merupakan LKS yang
berkualitas baik. LKS dikatakan berkualitas baik bila memenuhi syarat sebagai
berikut:
1) Syarat-syarat Didaktik
LKS sebagai salah satu bentuk sarana berlangsungnya PBM haruslah
memenuhi persyaratan didaktik, artinya LKS harus mengikuti asas-asas
belajar-mengajar yang efektif, yaitu :
a. Memperhatikan adanya perbedaan individual.
b. Tekanan pada proses untuk menemukan konsep-konsep.
c. Memiliki variasi stimulus melalui berbagai media dan kegiatan siswa.
d. Dapat mengembangkan kemampuan komunikasi sosial, emosional,
moral, dan estetika pada diri siswa.
e. Pengalaman belajarnya ditentukan oleh tujuan pengembangan pribadi
siswa dan bukan ditentukan oleh materi bahan pelajaran.
2) Syarat-syarat Konstruksi
Syarat konstruksi ialah syarat-syarat yang berkenaan dengan penggunaan
bahasa, susunan kalimat, kosa-kata, tingkat kesukaran, dan kejelasan yang
pada hakikatnya haruslah tepat guna dalam arti dapat dimengerti oleh
pengguna yaitu siswa.
a. Menggunakan bahasa yang sesuai dengan tingkat kedewasaan siswa.
b. Menggunakan struktur kalimat yang jelas.

14
c. Memiliki tata urutan pelajaran yang sesuai dengan tingkat kemampuan
siswa.
d. Hindarkan pertanyaan yang terlalu terbuka.
e. Tidak mengacu pada buku sumber yang di luar kemampuan keterbacaan
siswa.
f. Menyediakan ruangan yang cukup untuk memberi keleluasaan pada
siswa untuk menuliskan jawaban atau menggambar pada LKS.
g. Menggunakan kalimat yang sederhana dan pendek.
h. Menggunakan lebih banyak ilustrasi daripada kata-kata.
i. Dapat digunakan untuk semua siswa, baik yang lamban maupun yang
cepat.
j. Memiliki tujuan belajar yang jelas serta bermanfaat sebagai sumber
motivasi.
k. Mempunyai identitas untuk memudahkan administrasinya.
3) Syarat-syarat Teknis
a. Menggunakan huruf cetak dan tidak menggunakan huruf Latin atau
Romawi.
b. Gunakan huruf tebal yang agak besar untuk topik, bukan huruf biasa yang
diberi garis bawah.
c. Gunakan tidak lebih dari 10 kata dalam satu baris.
d. Gunakan bingkai untuk membedakan kalimat perintah dengan jawaban
siswa.
e. Usahakan perbandingan besarnya huruf dengan besarnya gambar serasi.

2.2.4 Pengembangan LKS


Pengembangan LKS dapat dilakukan dengan dengan mengadaptasi langkah-
langkah pengembangan Modul / Paket Belajar. Berdasakan langkah-langkah
pengembangan modul dan paket belajar tersebut, maka LKS dapat dikembangkan
melalui langkah-langkah sebagai berikut :
1) Menetapkan judul, dan tujuan pembelajaran (kompetensi dasar) yang ingin
dicapai. Tujuan pembelajaran (kompetensi dasar) merupakan TPU pada
Kurikulum 1994, sedangkan indikator merupakan TPK.

15
2) Menganalisis dan menjabarkan kompetensi dasar menjadi indikator dengan
langkah-langkah sebagai berikut :
a. Merumuskan kompetensi dasar yang ingin dicapai.
b. Memilih dan menjabarkan materi pembelajaran berdasarkan kompetensi
dasar yang ingin dicapai.
c. Membuat indikator pencapaian kompetensi dasar.

2.3 Model Pembelajaran Matematika Inovatif


2.3.1 Pengertian Model Pembelajaran Think Pair Share (TPS)
Model pembelajaran kooperatif terbagi atas beberapa tipe, salah satunya
adalah Think Pair Share. Model pembelajaran kooperatif tipe Think Pair Share
(TPS) adalah salah satu model pembelajaran yang cukup efektif untuk
meningkatkan aktivitas belajar matematika siswa karena siswa dituntut untuk
melakukan aktivitas yang lebih banyak saat belajar. TPS memberikan kesempatan
kepada siswa untuk bekerja sendiri serta bekerja sama dengan orang lain.
Model pembelajaran kooperatif tipe think pair share merupakan model
pembelajaran kooperatif yang efektif untuk membuat variasi suasana pola diskusi.
Prosedur yang digunakan dalam model think pair share dapat memberi siswa lebih
banyak waktu berpikir, merespon dan saling membantu (Trianto, 2010). Menurut
Joyce dkk (2009) latihan bekerja sama bisa dilakukan dengan pengelompokan
sederhana, yakni dengan dua siswa dalam satu kelompok yang ditugaskan untuk
menyelesaikan tugas kognitif. Teknik ini merupakan cara paling sederhana dalam
organisasi sosial. Dengan demikian model pembelajaran think-pair-share sangat
ideal untuk guru dan siswa yang baru belajar kolaboratif. Teknik pembelajaran
think pair share memberi siswa kesempatan untuk bekerja sendiri serta bekerja
sama dengan orang lain. Keunggulan lain dari teknik ini adalah optimalisasi
partisipasi siswa. Teknik ini memberi kesempatan lebih banyak kepada setiap siswa
untuk dikenali dan menunjukkan partisipasi mereka kepada orang lain.
Dengan menerapkan model pembelajaran kooperatif tipe Think Pair Share
diharapkan dapat meningkatkan partisipasi siswa serta memberikan lebih banyak
kesempatan kontribusi pada masing-masing anggota kelompok, hal ini dikarenakan
model pembelajaran kooperatif tipe Think Pair Share ini hanya beranggotakan dua

16
orang siswa. Selain itu Wina Sanjaya mengemukakan bahwa “Pembelajaran
kooperatif dapat merealisasikan kebutuhan siswa dalam berpikir, memecahkan
masalah, dan mengintegrasikan pengetahuan.” Pendapat ini juga dikemukakan oleh
Noraini Idris yang menyatakan bahwa pembelajaran kooperatif merupakan salah
satu kaedah yang sangat berkesan dalam perkembangan kemahiran berpikir. Dalam
kaedah ini siswa yang dikumpulkan dalam tim, berkongsi pengetahuan dan
pengalaman untuk menyelesaikan suatu masalah atau untuk memahami sesuatu.

2.3.2 Karakteristik Model Pembelajaran Think Pair Share (TPS)


Karakteristik model pembelajaran ini terdapat pada langkah-langkah
pembelajarannya yang terdiri dari tiga komponen utama. Tiga komponen dari
model pembelajaran TPS yaitu:
a) Thinking (berpikir), kegiatan pertama dalam Think-Pair-Share yakni guru
mengajukan pertanyaan yang berhubungan dengan topik pelajaran.
Kemudian siswa diminta untuk memikirkan pertanyaan tersebut secara untuk
beberapa saat. Dalam tahap ini siswa dituntut lebih mandiri dalam mengolah
informasi yang dia dapat.
b) Pairing (berpasangan), pada tahap ini guru meminta siswa duduk berpasangan
dengan siswa lain untuk mendiskusikan apa yang telah dipikirkannya pada
tahap pertama. Interaksi pada tahap ini diharapkan dapat membagi jawaban
dengan pasangannya. Biasanya guru memberikan waktu 4-5 menit untuk
berpasangan.
c) Share (berbagi), pada tahap akhir guru meminta kepada pasangan untuk
berbagi jawaban dengan seluruh kelas tentang apa yang telah mereka
diskusikan. Ini efektif dilakukan dengan cara bergiliran pasangan demi
pasangan dan dilanjutkan sampai sekitar seperempat pasangan telah mendapat
kesempatan untuk melaporkan.

2.3.3 Unsur-Unsur dalam Model Think Pair Share (TPS)


Sintaks atau langkah-langkah pembelajaran dari model pembelajaran
kooperatif tipe think pair share (TPS) sudah tercermin dari karakteristik model
pembelajaran ini yaitu ada tiga, think, pair, dan share. Think disini ialah fase

17
dimana guru memancing siswa untuk melakukan proses berpikir untuk memikirkan
permasalahan yang diberikan. Pair adalah fase dimana guru memasangkan siswa
dengan teman sebangku atau siswa lainnya yang bertujuan untuk bekerja sama
dalam memecahkan masalah. Share adalah fase dimana setelah berdiskusi dengan
teman sebangku siswa secara berpasangan mempresentasikan atau menyampaikan
hasil diskusinya dengan teman-teman sekelasnya.
Prinsip reaksi adalah reaksi-reaksi yang ditimbulkan oleh siswa yang akan
ditindaklanjuti oleh pengajar atau guru dimana guru bisa menentukan langkah yang
harus diambil kedepannya atau pada proses pembelajarannya berikutnya.
Sistem sosial model pembelajaran think pair share adalah pada proses
pembelajaran guru lebih berperan sebagai fasilitator atau yang memfasilitasi siswa
untuk melakukan proses pembelajaran. Dan siswa sebagai pembelajar
Dampak instruksional dari model pembelajaran think pair share ini adalah
tercapainya tujuan pembelajaran dan terpenuhinya kompetensi yang sudah
ditetapkan. Pemahaman siswa terhadap kompetensi pembelajaran adalah tujuan
serta dampak instruksional dari model pembelajaran ini.
Dampak pengiring dari model pembelajaran think pair share adalah siswa
bisa berlatih bekerja sama dengan pasangan, dengan demikian bisa memupuk rasa
kebersamaan, dan melatih siswa bertanggung jawab dalam setiap kegiatan.

2.4 Contoh Implementasi Model Think Pair Share


2.4.1 Contoh RPP Matematika
Rencana Pelaksanaan Pembelajaran
(RPP)

Nama Sekolah : SD Negeri 4 Gianyar


Mata Pelajaran : Matematika
Kelas/Semester : V / II (Genap)
Tahun Ajaran : 2018/2019
Materi Pokok : Volume Bangun Ruang
Alokasi Waktu : 5 x 35 Menit

18
A. Kompetensi Inti
1) Menerima, menjalankan, dan menghargai ajaran agama yang dianutnya.
2) Menunjukkan perilaku jujur, disiplin, tanggung jawab, santun, percaya diri,
peduli, dan bertanggung jawab dalam berinteraksi dengan keluarga, teman,
guru tetangga, dan negara.
3) Memahami pengetahuan faktual, konseptual, prosedural, dan metakognitif
pada tingkat dasar dengan cara mengamati, menanya, dan mencoba
berdasarkan rasa ingin tahu tentang dirinya, makhluk ciptaan Tuhan dan
kegiatannya, serta benda-benda yang dijumpainya di rumah, di sekolah, dan
tempat bermain.
4) Menunjukkan keterampilan berpikir dan bertindak kreatif, produktif, kritis,
mandiri, kolaboratif, dan komunikatif. Dalam bahasa yang jelas, sistematis,
logis dan kritis, dalam karya yang estetis, dalam gerakan yang mencerminkan
anak sehat, dan tindakan yang mencerminkan perilaku anak sesuai dengan
tahap perkembangannya.

B. Kompetensi Dasar
Kompetensi Dasar (KD) Indikator Pencapaian Kompetensi (IPK)
3.5 Menjelaskan, dan menentukan 3.5.1 Memahami satuan volume
volume bangun ruang dengan 3.5.2 Menganalisis volume kubus
menggunakan satuan volume 3.5.3 Menganalisis volume balok
(seperti kubus satuan) serta 3.5.4 Memahami cara menentukan volume
hubungan pangkat tiga dengan kubus dan balok
akar pangkat tiga.
4.5 Menyelesaikan masalah yang 4.5.1 Menyelesaikan masalah yang berkaitan
berkaitan dengan volume dengan volume bangun ruang dengan
bangun ruang dengan menggunakan satuan volume
menggunakan satuan volume
(seperti kubus satuan)
melibatkan pangkat tiga dan
akar pangkat tiga.

19
C. Tujuan Pembelajaran
1) Melalui pengamatan, membaca teks dan menyimak penjelasan guru serta
berdiskusi siswa mampu memahami satuan volume dengan benar
2) Melalui pengamatan, membaca teks dan menyimak penjelasan guru serta
berdiskusi siswa mampu menganalisis volume kubus dengan benar
3) Melalui pengamatan, membaca teks dan menyimak penjelasan guru serta
berdiskusi siswa mampu menganalisis volume balok
4) Melalui diskusi dan berlatih secara berkelompok menggunakan LKS siswa
mampu menentukan volume kubus dan balok dengan benar
5) Melalui menyimak penjelasan guru dan diskusi siswa mampu menyelesaikan
masalah yang berkaitan dengan volume ruang dengan menggunakan satuan
volume dengan benar

D. MATERI PEMBELAJARAN
1) Fakta:
Contoh-contoh gambar balok dan kubus
2) Konsep
 Kubus adalah balok atau prisma siku-siku khusus.
 Balok disebut prisma siku-siku. Balok mempunyai 6 sisi, masing-masing
berbentuk persegi panjang.
3) Prinsip
Menyelesaikan masalah yang berkaitan dengan volume bangun ruang dengan
menggunakan satuan volume (seperti kubus satuan)
4) Prosedur
Menyelesaikan masalah yang berkaitan dengan volume bangun ruang dengan
menggunakan satuan volume

E. Model dan Metode Pembelajaran


1) Pendekatan : Pendekatan Saintifik
2) Model : Think Pair Share (TPS)
3) Metode : Tanya Jawab, Diskusi

20
F. MEDIA PEMBELAJARAN
1) Projector
2) Gambar Kubus & Balok

G. SUMBER BELAJAR
1) Buku Siswa Matematika Kelas V
2) LKS
3) Sumber lain yang relevan

H. Langkah Pembelajaran
Kegiatan Deskripsi Kegiatan Alokasi Waktu
Pendahuluan 1) Guru menyapa siswa dan memberi 15 menit
salam
2) Guru membimbing siswa untuk memulai
doa sebelum pembelajaran dimulai
3) Guru melakukan apersepsi
4) Guru memberikan motivasi dengan
menyampaikan semangat pagi
5) Guru menyampaikan tujuan
pembelajaran serta kompetensi dasar
yang akan dicapai
Kegiatan Inti 6) Guru membagi siswa menjadi 150 menit
berpasangan dengan teman sebangkunya
(Pair)
7) Guru menunjukan gambar-gambar
konkrit berbentuk kubus dan balok
(Mengamati)
8) Guru mempersilahkan siswa untuk
mengemukakan pernyataan sebanyak
mungkin
9) Guru meluruskan pernyataan siswa
terkait gambar yang ditunjukan
10) Guru memberikan LKS kepada peserta
didik yang akan dikerjakan secara
berdiskusi berpasangan dengan teman
sebangku (Pair)
11) Guru bertanya jawab dengan siswa
mengenai satuan volume
12) Guru meluruskan jawaban-jawaban
siswa dengan menunjukan definisi
satuan volume serta menjelaskannya
dengan contoh konkrit
13) Guru membimbing siswa untuk
membuka buku siswa

21
14) Guru mempersilahkan siswa bertanya
mengenai kubus dan balok tersebut
(Menanya)
15) Guru meluruskan jawab siswa sambil
mengajak siswa berlatih menghitung
volume kubus dan balok
16) Guru menjelaskan contoh soal pada
buku
17) Guru membuat soal baru lalu
mempersilahkan siswa yang berani
untuk menghitungnya di depan kelas
(Mencoba)
18) Guru memberi tepuk tangan dan
penguatan
19) Guru membagikan LKS kepada siswa
yang berpasangan
20) Guru mempersilahkan siswa bertanya
sebelum memulai mengerjakan LKS
(Menanya)
21) Guru memberikan siswa kesempatan
untuk mengerjakan LKS dengan
pasangannya (Think)
22) Guru memperilahkan siswa bertanya
lagi jika masih ada yang
membingungkan
23) Guru membimbing siswa agar mencatat
atau menulis hasil jawaban LKS yang
nantinya akan di bacakan didepan kelas
24) Setelah waktu yang ditentukan, siswa
bergantian berpasangan maju ke depan
kelas menyampaikan hasil pekerjaan
yang telah dibuat pada LKS (Share)
(Mengkomunikasikan)
25) Guru memberikan tepuk tangan dan
penguatan serta meluruskan jawaban
siswa
Penutup 26) Guru melakukan refleksi terhadap 10 menit
kegiatan pembelajaran hari ini
27) Guru memotivasi siswa agar terus giat
dalam belajar
28) Guru memberikan kesempatan bertanya
lagi untuk siswa bagi yang belum
paham
29) Guru membimbing siswa untuk berdoa
menutup pelajaran

I. Penilaian Hasil Belajar

22
1) Penilaian Aspek Pengetahuan
a. Teknik : Tes Tertulis
b. Bentuk : Uraian
c. Instrumen : Soal Tes

NO SOAL KRITERIA SKOR


1 Hitunglah volume pada
bangun ruang kubus Siswa mampu menjawab soal dengan
berikut! baik dan tepat 20

Siswa tidak mampu menjawab soal 0


2 Hitunglah volume Siswa mampu menjawab soal dengan
bangun ruang balok baik dan tepat 20
berikut!

Siswa tidak mampu menjawab soal


0
3 Berapakah jumlah Siswa mampu menjawab soal dengan 20
kubus pada gambar baik dan tepat
bawah? Jelaskan
bagaimana caramu
Siswa tidak mampu menjawab soal 0
menemukannya!

4 Akuarium memiliki Siswa mampu menjawab soal dengan 20


ukuran panjang 50 cm, baik dan tepat
lebar 30 cm dan tinggi
40 cm. Telah terisi air Siswa tidak mampu menjawab soal 0

setinggi 35 cm. Berapa


liter air yang ada di
dalam akuarium?

23
5 Volume balok 22.500 Siswa mampu menjawab soal dengan 20
cm3. Jika panjang 45 baik dan tepat
cm dan lebarnya 20
cm. Berapacm tinggi
Siswa tidak mampu menjawab soal 0
balok?

Catatan:
Untuk siswa yang tidak memenuhi syarat penilaian KKM maka akan
diadakan remedial.
Skor yang diperoleh
NILAI  X 100
Skor Maksimal Ideal

Konversi Nilai (Skala 0-100) Predikat Keterangan


81-100 A Sangat Baik
66-80 B Baik
51-65 C Cukup
0-50 D Kurang

Kunci Jawaban:
1. Hitunglah volume pada bangun ruang kubus berikut!
Jawab:
V =s×s×s
= 20 cm × 20 cm × 20 cm
= 8000 cm3
20 cm

2. Hitunglah volume pada bangun ruang balok berikut!


Jawab:
V =p×l×t
= 20 cm × 10 cm × 15 cm 15 cm
= 3000 cm3
10 cm
24 20 cm
3. Berapakah jumlah kubus pada gambar bawah? Jelaskan caramu menemukannya!

Jawab: Jumlah kubus pada gambar diatas adalah 27 buat kubus kecil. Caraya
adalah dengan menjumlahkan kubus 9 + 9 +9 karena satu sisi terdiri dari 9 kubus.
Atau dengan mengkalikan rusuk kubus yg terdiri dari 3 kubus, 3 x 3 x 3 yaitu 27
buah.

4. Akuarium memiliki ukuran panjang 50 cm, lebar 30 cm dan tinggi 40 cm. Telah
terisi air setinggi 25 cm. Berapa liter air yang ada di dalam akuarium?
Jawab:
V =p×l×t
= 50 cm × 30 cm × 25 cm
= 37.500 cm3

Sumber: ata:image/webp;base64,UklGRho7A…

5. Volume balok 22.500 cm3. Jika panjang 45 cm dan lebarnya 20 cm. Berapakah
tinggi balok tersebut?
Jawab:
V =p×l×t
22.500 cm3 = 45 cm × 20 cm × t
22.500 = 900 × t
22.500
t= 900

t = 25 cm
Jadi, tinggi balok tersebut adalah 25 cm.

25
2.4.2 Lembar Kerja Siswa

Lembar Kerja Siswa


Kelas/Semester : V / II (Genap)
Topik : Volume Kubus & Balok

Tujuan Pembelajaran

Selama mengerjakan LKS ini kamu mampu:


1. Menentukan volume kubus dan balok dengan kubus satuan
2. Menentukan volume kubus dan balok dengan satuan baku
3. Memecahkan masalah tentang volume kubus atau balok

KEGIATAN 1

Andi memiliki banyak sekali bangun ruang kubus, jika ia menyusun kubus
kubus tersebut bisa membentuk kubus yang lebih besar ataupun bisa membentuk
bangun ruang lain yaitu balok.

Amati gambar berikut!

Berapakah total bangun ruang tersebut? Diskusikan dengan pasanganmu

26
Soal-Soal

Diskusikanlah dengan pasanganmu lalu jawablah soal-soal berikut!


Berapakah jumlah kubus yang tersusun pada gambar dibawah?
1.

2.

3.

Berdasarkan soal-soal diatas jelaskan bagaimana caramu menghitung volume


kubus atau balok diatas!

27
Kegiatan 2

Ayah Andi gemar sekali memelihara ikan. Selain dikolam, Ayah Andi juga
memlihara ikan di Aquarium yang ia tempatkan didalam rumah. Bentuk Aquarium
nya sangat beragam mulai dari yang berbentuk kubus dan juga ada yang berbentuk
balok.

Gambar Aquarium
Sumber: data:image/webp;base64,UklGRho7A…

Soal-Soal

Jika Ayah Andi memiliki aquarium dengan bentuk


balok dengan panjang 50cm, lebar 25cm, dan tinggi
30cm. Berapakah volume aquarium tersebut?
Sumber: i5.walmartimages.com/asr/fa4

28
Kegiatan 3

Ibu Andi sangat gemar membersihkan rumah, hari ini Ibu Andi akan
membersihkan bak kamar mandi. Bak kamar mandi Ibu Andi berbentuk kubus.

Sumber: https://s3-ap-southeast-1.amazonaws.com/images-...

PERMASALAHAN 1
Ibu Andi ingin mengisi bak mandi nya dengan air sampai penuh. Jika bak
mandi Ibu Andi berbentuk kubus dengan panjang rusuk 90cm. Berapakah volume
air yang dapat mengisi bak mandi tersebut?

PERMASALAHAN 2
Ibu Andi memiliki bak mandi lain yang berbentuk balok yang sudah terisi
penuh oleh air, jika volume air pada bak mandi itu 22.500 cm3 dengan panjang
45cm, lebar 20cm. Berapakah tinggi bak mandi tersebut?

29
DAFTAR PUSTAKA

Andayani. 2015. Problema dan Aksioma dalam Metodologi Pembelajaran Bahasa


Indonesia. Yogyakarta: Deepublish
Darmadi, H. 2017. Pengembangan Model dan Metode Pembelajaran Dalam
Dinamika Belajar Siswa. Yogyakarta: Deepublish
Kurniawan, H. & Istingingrum A. A. 2012. Penerapan Metode Pembelajaran
Kooperatif Tipe Think Pair Share untuk Meningkatkan Motivasi Belajar
Akuntasi Kompetensi Dasar Menghitung Mutasi Dana Kas Kecil Siswa Kelas
X Akuntansi 2 SMK Negeri 7 Yogtakarta. Jurnal Pendidikan Akuntansi
Indonesia, 10(1), 114-134
Kusuma, F. W., & Aisyah, M. N. (2012). Implementasi Model Pembelajaran
Kooperatif Tipe think pair share untuk meningkatkan aktivitas belajar
akuntansi siswa kelas XI IPS 1 SMA Negeri 2 Wonosari tahun ajaran
2011/2012. Jurnal Pendidikan Akuntansi Indonesia, 10(2).
Handayani, W. S. 2014. Peningkatan Aktivitas Belajar Akuntansi Melalui Model
Pembelajaran Tipe Think Pair Share Berbantuan Media Modul. Jurnal
Pendidikan Akuntansi Indonesia, 11(1), 12-20
Maulana, dkk. 2015. Ragam Model Pembelajaran di Sekolah Dasar. Sumedang:
UPI Sumedang Press
Rusman. 2017. Belajar dan Pembelajaran Berorientasi Standar Proses
Pendidikan. Jakarta: Kencana
Salirawati, D. (2006). Penyusunan dan Kegunaan LKS dalam Proses
Pembelajaran. Tersedia Staff. uny. ac.
id/sites/default/files/pengabdian/das-salirawati-msidr/19penyusunan-
dan-kegunaan-lks. pdf.
Santyasa, I. W. (2007). Model-model pembelajaran inovatif. Universitas
Pendidikan Ganesha.
Sumar, Warni Tune. 2016. Strategi Pembelajaran dalam Implementasi Kurikulum
Berbasis Soft Skill. Yogyakarta: Deepublish
Surayya, L., Subagia, I. W., Tika, I. N., & Si, M. (2014). Pengaruh model
pembelajaran think pair share terhadap hasil belajar IPA ditinjau dari
keterampilan berpikir kritis siswa. Jurnal Pendidikan dan Pembelajaran IPA
Indonesia, 4(1).
Trianto. 2010. Mendesain Model Pembelajaran Inovatif Progresif. Jakarta:
Kencana
Utomo, Dwi Priyo. 2011. Pengembangan Model Pembelajaran Kooperatif
Matematika yang Berorientasi pada Kepribadian Siswa (Model PKBK) di
Sekolah Dasar. Universitas Muhammadiyah Malang
Zulfah, Z. (2017). Pengaruh Penerapan Model Pembelajaran Kooperatif Tipe Think
Pair Share Dengan Pendekatan Heuristik Terhadap Kemampuan Pemecahan
Masalah Matematis Siswa Mts Negeri Naumbai Kecamatan Kampar. Jurnal
Cendekia: Jurnal Pendidikan Matematika, 1(2), 1-12.

30

Anda mungkin juga menyukai