Anda di halaman 1dari 18

MAKALAH

METODE DAN MODEL PEMBELAJARAN SEBAGAI


SALAH SATU FAKTOR DALAM PEMBELAJARAN PENJASOREKS

Dosen Pengampu :

1. Dr. Sulaiman, M. Pd.

2. Dr.Bambang Priyono, M. Pd

Di Susun Oleh :

Chandra Triadi (0602521081)


Angger Widorotama (0602521082)

JURUSAN PENDIDIKAN OLAHRAGA


FAKULTAS PASCASARJANA
UNIVERSITAS NEGERI SEMARANG
TAHUN 2022
DAFTAR ISI

DAFTAR ISI.........................................................................................................................................1

BAB I PENDAHULUAN......................................................................................................................2

1.1 LATAR BELAKANG.................................................................................................................2

1.2 RUMUSAN MASALAH.............................................................................................................3

1.3 TUJUAN MASALAH.................................................................................................................3

BAB II PEMBAHASAN.......................................................................................................................4

2.1 Pengertian Strategi Pembelajaran -Istilah Dalam Strategi Pembelajaran.....................................4

2.2 Model Pembelajaran Penjasoreks................................................................................................5

2.2.1 Model pembelajaran konsteptual..........................................................................................6

2.2.2 Model Pembelajaran Kooperatif...........................................................................................7

2.2.3 Perkembangan Kognitif ( Piaget ).........................................................................................8

2.2.4 Model Jigsaw Model.............................................................................................................8

2.2.5 Investigasi Kelompok ( Group Investiglion )........................................................................8

2.2.6 Model Struktural Menurut....................................................................................................9

2.2.7 Model Pembelajaran Berbasis Masalah ( PBM )...................................................................9

2.2.8 Model Pembelajaran Problem Based Instruction ( PBI ).......................................................9

2.2.9 Model Pembelajaran Berbasis Komputer............................................................................10

2.2.10 Model PAKEM ( Partisipatif , Aktif , Kreatif , dan Menyenangkan )...............................11

2.2.11 Model Pembelajaran Berbasis WEB ( E - Learning )........................................................11

2.2.12 Model Pembelajaran Tematik...........................................................................................11

BAB III PENUTUP.............................................................................................................................15

3.1 KESIMPULAN.........................................................................................................................15

REFRENSI..........................................................................................................................................16

1
2
BAB I
PENDAHULUAN

I.1 LATAR BELAKANG

Kecenderungan masa depan yang semakin rumit dan kompleks tampaknya


mengharuskan pendidikan untuk mampu menyiapkan siswa dalam menghadapi dunia nyata.
Di sekolah, siswa perlu disadarkan tentang harapan yang mereka pikul, tantangan yang
mereka hadapi dan kemampuan yang perlu mereka kuasai. Akan tetapi upaya perbaikan
apapun yang dilakukan untuk meningkatkan kualitas pendidikan tidak akan memberikan
sumbangan yang signifikan tanpa didukung oleh guru yang berkualitas. Masyarakat/ orang
tua murid pun kadang-kadang mencemoohkan dan menuding guru tidak kompeten, tidak
berkualitas, manakala putra-putrinya tidak bisa menyelesaikan persoalan yang ia hadapi
sendiri atau memiliki kemampuan tidak sesuai dengan kemampuannya. Rendahnya
pengakuan masyarakat terhadap profesi guru sudah sampai pada titik nadir.
Salah satu faktor yang mengakibatkan rendahnya pengakuan masyarakat terhadap
profesi guru yakni kelemahan yang terdapat pada diri guru itu sendiri, diantaranya rendahnya
tingkat kompetensi profesionalisme mereka. Penguasaan guru terhadap materi dan metode
pengajaran masih berada dibawah standar(Gustiawati, 2016). Hal tersebut didukung dengan
hasil penelitian Balitbang Kemendikbud RI diantaranya menunjukkan bahwa kemampuan
membaca para siswa kelas VI SD di Indonesia masih rendah. Kegagalan tersebut disebabkan
pengajaran guru hanya mementingkan penguasaan huruf tanpa penguasaan makna.
Kemudian dalam survey tentang pendekatan metode pembelajaran yang di gunakan oleh guru
pada proses pembelajaran, guru sebagian besar tampaknya cenderung menjawab bahwa
pendekatan yang sering digunakan adalah pendekatan pembelajaran konvensional dengan
kekuatan intinya pada penggunaan metode ceramah (Chalk and Talk Approach).
Pendidikan jasmani olahraga dan kesehatan (penjasorkes) merupakan bagian penting
dari kurikulum menurut (Gandasari, 2019) sehingga ada beberapa alasan penjasorkes perlu
mendapat penekanan di sekolah dasar yaitu: (1) bermain merupakan dunia anak, (2)
pendidikan jasmani berhubungan dengan kesehatan anak, (3) pendidikan jasmani
berhubungan dengan prestasi pelajaran lain di sekolah, (4) pendidikan jasmani berhubungan
dengan perkembangan sosial. Dalam pelaksanaan pendidikan jasmani seperti mata pelajaran
lainnya keempat faktor tidak bolah dilupakan yaitu: tujuan, materi, metode dan evaluasi.

3
“salah satu prinsip pentingnya pendidikan jasmani adalah partisipasi peserta didik secara
penuh dan merata.
Kegiatan pembelajaran, dalam implementasinya mengenal banyak istilah untuk
menggambarkan cara mengajar yang akan dilakukan oleh guru. Saat ini, begitu banyak
macam strategi ataupun metode pembelajaran yang bertujuan untuk meningkatkan kualitas
pembelajaran menjadi lebih baik. Berkaitan dengan permasalahan implementasi pendekatan
dan metode pembelajaran mutakhir (model-model pembelajaran siswa aktif) dalam KBK dan
KTSP, setidaknya saya melihat ada dua sisi permasalahan yang berbeda, tetapi tidak bisa
dipisahkan, yaitu, masalah keterbatasan keterampilan (kemampuan) dan masalah keterbatasan
motivasi (kemauan).
Berdasarkan kondisi tersebut, masalah pelakasanaan Implementasi model- model
pembelajaran yang bervariasi dengan konsep yang berbeda-beda yang sangat bermanfaat bagi
perkembangan siswa dalam aspek kognitif, afektif dan psikomotornya. Sehingga guru perlu
menerapkan model-model pembelajaran penjas yang cocok sesuai dengan materi ajarnya.
Sedangkan ada sebagian guru yang belum memiliki kemampuan dalam memilih dan
mengembangkan suatu strategi mengajar, dengan belum mengetahui dan memahami model-
model pembelajaran penjas yang bervariasi tersebut, dan sebagian lagi guru yang sudah
mampu menerapkan model-model tersebut, namun enggan untuk melaksanakannya,
dikarenakan dengan alasan beberapa faktor.

I.2 RUMUSAN MASALAH


Bagaimana Metode Dan Model Pembelajaran Sebagai Salah Satu Faktor Dalam Pembelajaran
Penjasoreks ?

I.3 TUJUAN MASALAH


Untuk mengetahui Metode Dan Model Pembelajaran Sebagai Salah Satu Faktor Dalam
Pembelajaran Penjasoreks..

4
BAB II
PEMBAHASAN

II.1 Pengertian Strategi Pembelajaran -Istilah Dalam Strategi Pembelajaran


Secara spesifik guru harus memiliki kemampuan dalam mengembangkan strategi
pembelajaran, serta dapat memilih strategi yang tepat dalam kegiatan pembelajaran. Strategi
merupakan usaha untuk memperoleh kesuksesan dan keberhasilan dalam mencapai tujuan. Dalam
dunia pendidikan strategi dapat diartikan sebagai a plan, method, or series of activities designed to
achieves a particular educational goal (J. R. David, 1976). Strategi pembelajaran dapat diartikan
sebagai perencanaan yang berisi tentang rangkaian kegiatan yang didesain untuk mencapai tujuan
pendidikan tertentu. Strategi pembelajaran merupakan rencana tindakan (rangkaian kegiatan)
termasuk penggunaan metode dan pemanfaatan berbagai sumber daya atau kekuatan dalam
pembelajaran yang disusun untuk mencapai tujuan tertentu. Dalam hal ini adalah tujuan pembelajaran.
Begitu juga seorang guru yang mengharapkan hasil baik dalam proses pembelajaran juga akan
menerapkan suatu strategi agar hasil belajar siswanya mendapat prestasi yang terbaik. Strategi
pembelajaran adalah suatu kegiatan pembelajaran yang harus dikerjakan guru dan siswa agar tujuan
pembelajaran dapat dicapai secara efektif dan efisien. Kemp (1995). Dilain pihak Dick & Carey
(1985) menyatakan bahwa strategi pembelajaran adalah suatu set materi dan prosedur pembelajaran
yang digunakan secara bersama-sama untuk menimbulkan hasil belajar pada siswa. Strategi
pembelajaran merupakan hal yang perlu di perhatikan oleh seorang instruktur, guru, widyaiswara
dalam proses pembelajaran. Paling tidak ada 3 jenis strategi yang berkaitan dengan pembelajaran,
yakni: (a) strategi pengorganisasian pembelajaran, (b) strategi penyampaian pembelajaran, dan (c)
strategi pengelolaan pembelajaran.
Memiliki kemiripan makna, sehingga seringkali orang merasa bingung untuk
membedakannya. Istilah-istilah tersebut adalah: (1) pendekatan pembelajaran, (2) strategi
pembelajaran, (3) metode pembelajaran, (4) teknik pembelajaran, (5) taktik pembelajaran, dan (6)
model pembelajaran. Berikut ini akan dipaparkan pengertian istilah – istilah tersebut, dengan harapan
dapat memberikan kejelasaan tentang penggunaan istilah tersebut.Beberapa istilah yang hampir sama
dengan strategi yaitu metode, pendekatan, teknik atau taktik dalam pembelajaran. Apabila antara
pendekatan, strategi, metode, teknik dan bahkan taktik pembelajaran sudah terangkai menjadi satu
kesatuan yang utuh maka terbentuklah apa yang disebut dengan model pembelajaran. Jadi, model
pembelajaran pada dasarnya merupakan bentuk pembelajaran yang tergambar dari awal sampai akhir
yang disajikan secara khas oleh guru. Dengan kata lain, model pembelajaran merupakan bungkus atau
bingkai dari penerapan suatu pendekatan, metode, dan teknik pembelajaran. Berkenaan dengan model
pembelajaran, Bruce Joyce dan Marsha Weil (Dedi Supriawan dan A. Benyamin Surasega, 1990)
mengetengahkan 4 (empat) kelompok model pembelajaran, yaitu: (1) model interaksi sosial; (2)
model pengolahan informasi; (3) model personal-humanistik; dan (4) model modifikasi tingkah laku.

5
Kendati demikian, seringkali penggunaan istilah model pembelajaran tersebut diidentikkan dengan
strategi pembelajaran.
Berdasarkan uraian di atas, bahwa untuk dapat melaksanakan tugasnya secara profesional,
seorang guru dituntut dapat memahami dan memliki keterampilan yang memadai dalam
mengembangkan berbagai model pembelajaran yang efektif, kreatif dan menyenangkan, sebagaimana
diisyaratkan dalam Kurikulum Tingkat Satuan Pendidikan(Gustiawati, 2016).

II.2 Model Pembelajaran Penjasoreks


Pendidikan jasmani olahraga dan kesehatan yang diajarkan disekolah memiliki peranan
sangat penting, yaitu memberikan kesempatan kepada perserta didik. Untuk terlibat langsung dalam
berbagai pengalaman belajar melalui aktivitas jasmani, olahraga, dan kesehatan yang terpilih yang
dilakukan secara sistematis. Namun demikian pemahaman yang mendalam dan menyeluruh terhadap
konsep saja ternyata tidak cukup untuk dapat mengajar pendidikan jasmani secara efektif. Para guru
harus juga memahami model pembelajaran. Model pembeljaran sebernarnya adalah model belajar
(models of teaching are really models of learning) Bruce and Marsa (1996). Mereka mendefinisikan
model pembelajaran sebagai pengorganisasian lingkungan yang dapat menggiring siswa berinteraksi
dan mempelajari bagaimana belajar. Oleh karena setiap siswa adalah unik memiliki cara belajar yang
beragam sesuai dengan perkembangan dan latar belajar sejarahnya, maka model pembeljaran yang
berkembang sangat beragam. Bruce and Marsha (1996), mengungkap tidak kurang dari 12 model
pembelajaran, model-model tersebut dapat dipilih atau dikombinasikan untuk diterapkan dalam proses
pembelajaran pendidikan jasmani.
Tulisan sederhana yang berisikan uraian singkat tentang contoh implementasi beberapa model
pembelajaran pendidikan jasmani ini diharapkan dapat menjadi inspirasi bagi para pembaca,
khususnya para mahasiswa calon guru pendidikan jasmani dalam mengembangkan, memodifikasi,

6
dan mengimplementasi model pembelajaran pendidikan jasmani sesuai tujuan, kebutuhan, dan
konteksnya.
Mneurut (Dharma Utamayasa, 2021) Proses pembelajaran pada dasarnya merupakan interaksi
pedagogis antara guru, siswa, materi, dan lingkungannya. Muara dari proses pembelajaran adalah
siswa belajar. Secara garis besar proses ini dapat dibagi ke dalam tiga kategori pengelolahan yaitu
pengelolaan rutinitas, pengelolaan inti proses belajar, serta pengelolaan lingkungan dan materi
pembelajaran.
Pengelolaan Inti Proses Belajar Pendidikan Jasmani Siedentop (1991)

II.2.1 Model pembelajaran konsteptual


Pembelajar kontekstual ( contextual teaching and learning ) merupakan konsep belajar yang
dapat membantu guru mengaitkan antara materi yang diajarkannya dengan situasi dunia nyata siswa
dan mendorong siswa membuat hubungan antara pengetahuan yang dimilikinya dengan penerapannya
dalam kehidupan mereka sebagai anggota keluarga dan masyarakat ( Wina Sanjaya , 2013 ) . Sistem
CTL adalah proses pendidikan yang bertujuan membantu siswa melihat makna dalam materi
akademik yang mereka pelajari dengan jalan menghubungkan mata pelajaran akademik dengan isi
kehidupan sehari - hari , yaitu dengan konteks kehidupan pribadi , sosial , dan budaya . Pembelajaran
kontekstual sebagai suatu model pembe lajaran yang memberikan fasilitas kegiatan belajar siswa
untuk mencari , mengolah , dan menemukan pengalaman belajar yang lebih bersifat konkret ( terkait
dengan kehidupan nyata ) melalui keterlibatan aktivitas siswa dalam mencoba , melakukan , dan
mengalami sendiri . Dengan demikian , pembelajaran tidak sekedar dilihat dari sisi produk , akan
tetapi yang adalah proses . terpenting Pada intinya pengembangan setiap komponen CTL terse but
dalam pembelajaran dapat dilakukan melalui langkah langkah sebagai berikut :

a. Mengembangkan pemikiran siswa untuk melakukan kegiatan belajar lebih bermakna , apakah
dengan cara bekerja sendiri , menemukan sendiri , dan mengonstruksi sendiri pengetahuan
dan keterangan baru yang akan dimilikinya .
b. Melaksanakan sejauh mungkin kegiatan inquiry untuk semua topik yang diajarkan .
c. Mengembangkan sifat ingin tahu siswa melalui memunculkan pertanya - pertanyaan .

7
d. Menciptakan masyarakat belajar , seperti melalui kegiatan kelompok berdiskusi , tanya
jawaban , dan lain sebagainya .
e. Menghadirkan model sebagai contoh pembelajaran , bisa melalui ilustrasi , model , bahkan
media yang sebenarnya .
f. Membiasakan anak untuk melakukan refleksi dari setiap kegiatan pembelajaran yang telah
dilakukan .
g. Melakukan penilaian secara objektif , yaitu menilai kemampuan yang sebenarnya pada setiap
siswa

II.2.2 Model Pembelajaran Kooperatif


Menurut Jingjing Li ( 2017 ) " Cooperative Learning has proven to be effective . Presently it
is utilized in schools and universities I all over the world with students covering all ages " . Jadi model
belajar kooperatif telah terbukti efektif sehingga dapat digunakan di sekolah - sekolah dan universitas
di seluruh dunia dengan siswa yang mencakup segala usia . Salah satu model kooperatif yang dapat
diterapkan dalam pembelajaran pendidikan jasmani di sekolah adalah model cooperative learning tipe
jigsaw ( Sriyatin , 2018 ) . Pembelajaran kooperatif ( cooperative learning ) merupakan bentuk
pembelajaran dengan cara siswa belajar dan bekerja dalam kelompok kelompok kecil secara
kolaboratif yang anggotanya terdiri dari empat sampai enam orang dengan struktur kelompok yang
bersifat heterogen ( Wina Sanjaya , 2013 ) . Pada hakikatnya cooperative learning sama dengan kerja
kelompok . Nurulhayati , mengemukakan lima unsur dasar model cooperative learning , yaitu :

a. Ketergantungan yang positif ,


b. Pertanggungjawaban individual ,
c. Kemampuan bersosialisasi ,
d. Tatap muka ,
e. Evaluasi proses kelompok .

Ada dua komponen pembelajaran koperatif , yakni :


a) Cooperative task atau tugas kerja sama .
b) Cooperative incentive structure , atau struktur intensif kerja sama.
Model - model Pembelajaran Kooperatif Model ini dikembangkan oleh Robert Slavin dan
teman temannya di Universitas John Hopkin . Dalam STAD , siswa dibagi menjadi kelompok
beranggotakan empat orang yang beragam kemampuan , jenis kelamin , dan sukunya . Guru
memberikan suatu pelajaran dan siswa - siswa di dalam kelompok memastikan bahwa semua anggota
kelompok itu bisa menguasai pelajaran tersebut

Slavin memaparkan bahwa : " gagasan utama di belakang STAD adalah memacu siswa agar
saling mendorong dan membantu satu sama lain untuk menguasai keterampilan yang diajarkan guru
" . STAD merupakan suatu metode generik tentang pengaturan kelas dan bukan metode pengajaran

8
komprehensif untuk subjek tertentu , guru menggunakan materi mereka sendiri untuk menambah atau
mengganti materi - materi ini.

II.2.3 Perkembangan Kognitif ( Piaget )


Pola dan tahap - tahap ini bersifat hierarkis , artinya harus dilalui berdasarkan urutan tertentu
dan seorang tidak dapat belajar sesuatu yang berada di luar tahap kognitifnya ( Piaget dalam
Budiningsih , A. 2006 ). Pada tahap ini seorang anak tidak hanya mampu mempraktikkan secara
aktivitas fisik, namun juga sudah bisa mereka melakukan gerakan secara kognisi. Misalnya
membedakan ukuran bola yang bervariasi dari bola kecil sampai bola besar, dan berapa jumlah
masing - masing bola selain itu juga memahami cara bermain , peraturan permainan secara kompleks .
Tahap perkembangan ini siswa berada pada kemampuan yang sangat mendukung pemahaman.

II.2.4 Model Jigsaw


Model ini dikembangkan dan diujicoba oleh Elliot Aronson dan teman - temannya di
Universitas Texas . Model pembelajaran kooperatif model Jigsaw adalah sebuah model belajar
kooperatif yang menitik beratkan pada kerja kelompok siswa dalam bentuk kelompok kecil ( Wina
Sanjaya , 2013 ) . Langkah langkahnya adalah sebagai berikut :

a. Siswa dikelompokkan dengan anggota ± 4 orang


b. Tiap orang dalam tim diberi materi tugas yang berbeda
c. Anggota dari tim yang berbeda dengan penugasan yang sama membentuk kelompok
baru ( kelompok ahli)
d. Setelah kelompok ahli berdiskusi , tiap anggota kembali ke kelompok asal dan
menjelaskan kepada anggota kelompok tentang subbab yang mereka kuasai
e. Tiap tim ahli mempresentasikan hasil diskusi
f. Pembahasan
g. Penutup

II.2.5 Investigasi Kelompok ( Group Investiglion )


Investigasi Kelompok ( Group Investiglion ) Model pembelajaran kooperatif tipe Group
Investigation dapat dipakai guru untuk mengembangkan kreativitas siswa , baik secara perorangan
maupun kelompok . Model pembelajaran kooperatif dirancang untuk membantu terjadinya pembagian
tanggung jawab ketika siswa mengikuti pembelajaran dan berorientasi menuju pembentukan manusia
sosial . Langkah - langkah model pembelajaran kooperatif tipe group investigation adalah :

a. Membagi siswa ke dalam kelompok kecil yang terdiri dari 5 siswa .


b. Memberikan pertanyaan terbuka yang bersifat analitis .
c. Mengajak setiap siswa untuk berpartisipasi dalam menjawab pertanyaan kelompok secara
bergiliran searah jarum jam dalam kurun waktu yang disepakati.

9
II.2.6 Model Struktural
Model Struktural Menurut pendapat Spencer dan Miguel Kagan , bahwa terdapat enam
komponen utama di dalam pembelajaran kooperatif tipe pendekatan struktural diantaranya , yaitu :

a. Struktur dan Konstruktur yang berkaitan


b. Prinsip - prinsip Dasar

Empat prinsip dasar dalam model struktural , yaitu : interaksi serentak , partisipasi
sejajar, interdependen positif , dan akuntabilitas perseorangan.

II.2.7 Model Pembelajaran Berbasis Masalah ( PBM )


Pembelajaran berbasis masalah merupakan penggunaan berbagai macam kecerdasan yang diperlukan
untuk melakukan konfrontasi terhadap tantangan dunia nyata , kemampuan untuk menghadapi segala
sesuatu yang baru dan kompleksitas yang ada . Karakteristik pembelajaran berbasis masalah adalah
sebagai berikut ( Sumiati dan Asra , 2009 ) :

a. Permasalahan menjadi starting point dalam belajar ,


b. Permasalahan yang diangkat adalah permasalahan yang ada di dunia nyata yang tidak
terstruktur,
c. Permasalahan membutuhkan perspektif ganda ( multiple perspective ) ,
d. Permasalahan , menantang pengetahuan yang dimiliki oleh siswa , sikap , dan kompetensi
yang kemudian membutuhkan identifikasi kebutuhan belajar dan bidang baru dalam belajar
e. Belajar pengarahan diri menjadi hal yang utama ,
f. Pemanfaatan sumber pengetahuan yang beragam , penggunaannya , dan evaluasi sumber
informasi merupakan proses yang esensial dalam PBM ,
g. Belajar adalah kolaboratif , komunikasi , dan kooperatif ,
h. Pengembangan keterampilan inquiry dan pemecahan masalah sama pentingnya dengan
penguasaan isi pengetahuan untuk mencari solusi dari sebuah permasalahan ,
i. Keterbukaan proses dalam PBM meliputi sintesis dan integrasi dari sebuah proses belajar ,
dan
j. PBM melibatkan evaluasi dan review pengalaman siswa dan proses belajar.

II.2.8 Model Pembelajaran Problem Based Instruction ( PBI )


Pendidikan merupakan salah satu faktor terpenting dalam pembangunan suatu negara .
Pendidikan mempunyai peranan penting dalam memperbaiki kualitas sumber daya manusia yang
dimiliki . Upaya peningkatan kualitas pendidikan yang sesuai dengan perkembangan jaman dan
teknologi dapat meningkatkan martabat Indonesia di mata dunia . Peningkatan dan pembaharuan di
dalam bidang pendidikan harus terus . dilakukan agar tujuan utama dari pendidikan nasional
Indonesia dapat tercapai. Peningkatan tersebut dapat dilakukan dalam bidang pembaharuan model

10
pembelajaran maupun. pembaharuan dalam bidang teknologi media pembelajaran yang digunakan
( Daryanto , 2012 ) .

Proses pembelajaran sampai saat ini masih memiliki banyak permasalahan . Banyak faktor yang
mempengaruhi keaktifan dan hasil belajar siswa di kelas . Ketidaktertarikan pada mata pelajaran ,
siswa yang merasa cepat bosa " karena metode pembelajaran yang kurang menarik , partisipasi siswa
yang kurang dalam kegiatan - kegiatan pembelajaran dan tidak adanya variasi dalam penyampaian
materi pembelajaran . Untuk mengatasi masalah - masalah tersebut guru dapat menggunakan metode
dan model pembelajaran yang dapat dipadukan dengan media pembelajaran inovatif untuk
meningkatkan keaktifan dan hasil belajar siswa . Model pembelajaran Problem Based Instruction
( PBI ) berbantuan media movie mendorong siswa untuk menganalisis masalah , mencari informasi ,
menyusun hipotesis , serta memecahkan masalah dengan bantuan tayangan video maupun film dalam
mengidentifikasi suatu permasalahan kelebihan model pembelajaran PBI berbantuan media movie
yang diadaptasi dari Ibrahim dan Nur yaitu mampu meningkatkan motivasi siswa dalam pembelajaran
, mendorong kerja sama dalam menyelesaikan masalah , mendorong siswa melakukan pengamatan
dan dialog dengan orang lain , melibatkan siswa dalam penyelidikan pilihan sendiri . Hal ini
memungkinkan siswa untuk menjelaskan serta membangun pemahamannya sendiri mengenai
fenomena tersebut . Selain itu , kelebihan model pembelajaran PBI berbantuan media movie adalah
membantu siswa untuk pembelajaran mandiri . Bimbingan guru kepada siswa secara berulang - ulang
mendorong dan mengarahkan siswa untuk mengajukan pertanyaan dan mencari penyelesaian masalah
mereka sendiri. Dengan begitu siswa belajar menyelesaikan tugas tugas mereka secara mandiri dalam
kehidupan kelak.

II.2.9 Model Pembelajaran Berbasis Komputer


Pemanfaatan komputer dalam bidang pendidikan , khususnya dalam pembelajaran sebenarnya
merupakan mata rantai dari sejarah teknologi pembelajaran . Sejarah pembelajaran berbasis komputer
dimulai dari munculnya ide - ide untuk menciptakan perangkat teknologi terapan yang
memungkinkan seseorang melakukan proses belajar secara individual dengan menerapkan prinsip -
prinsip didaktik metodik tersebut . Tulis resensi Mesin mengajar pada mulanya diciptakan oleh
Pressey untuk melakukan tes terhadap kemampuan yang dicapai dari hasil belajar . Cara kerja mesin
tersebut adalah :

a. Bahan disusun dalam bentuk pertanyaan pilihan ganda dengan empat kemungkinan
jawaban , dengan satu di antaranya adalah kemungkinan jawaban yang benar ,
b. Testee membaca soal tes pada layar display dan memilih alternatif jawaban yang benar
dari satu soal
c. Dengan menekan tombol alternatif jawaban yang benar , bila yang ditekan adalah
alternatif jawaban yang benar , maka pada layar display akan muncul soal tersebut .

11
Tetapi bila salah , maka akan memberikan respons dengan cara tidak memunculkan soal
berikutnya . Pembelajaran berdasarkan komputer sangat dipengaruhi oleh teori belajar kognitif model
pemrosesan informasi ( information processing model ) , yang mulai berkembang pada tahun 60
sampai 70 - an . Model ini memunculkan konseptualisasi dari sistem memori pada komputer.

II.2.10 Model PAKEM ( Partisipatif , Aktif , Kreatif , dan Menyenangkan )


PAKEM merupakan model pembelajaran dan menjadi pedoman dalam bertindak untuk mencapai
tujuan yang telah ditetapkan. Dengan pelaksanaan pembelajaran PAKEM, diharapkan berkembangnya
berbagai macam inovasi kegiatan pembelajaran untuk mencapai tujuan pembelajaran yang
partisipasif, aktif, kreatif dan, menyenangkan ( Daryanto, 2012 ). Dalam model PAKEM ini , guru
dituntut untuk dapat melakukan kegiatan pembelajaran yang dapat melibatkan siswa melalui
partisipatif, aktif, kreatif, dan menyenangkan yang pada akhirnya membuat siswa dapat menciptakan
membuat karya, gagasan, pendapat, ide atas hasil penemuannya dan usahanya sendiri , bukan dari
gurunya.

II.2.11 Model Pembelajaran Berbasis WEB ( E - Learning )


Secara sederhana dapat dikatakan bahwa semua pelajaran dilakukan dengan memanfaatkan
teknologi internet dan selama proses belajar dirasakan terjadi oleh yang mengikutinya , maka kegiatan
itu dapat disebut sebagai pembelajaran berbasis web. kemudian, yang ditawarkan oleh teknologi ini
adalah kecepatan dan tidak terbatasnya tempat dan waktu untuk mengakses informasi . Kegiatan
belajar dapat dengan mudah dilakukan oleh peserta didik kapan saja dan di mana saja dirasakan aman
oleh peserta didik tersebut . Batas ruang , jarak , dan waktu tidak lagi menjadi masalah yang rumit
untuk dipecahkan . Monitoring proses dalam pembelajaran berbasis web lebih sulit daripada di ruang
kelas . Menyediakan bahan belajar online tidak cukup . Diperlukan sebuah desain instruksional
sebagai model belajar yang mengudang sejumlah ( sama banyak dengan kegiatan di ruang kelas )
peserta didik untuk terlibat dalam berbagai kegiatan belajar.

II.2.12 Model Pembelajaran Tematik


Model pembelajaran tematik adalah model pembelajaran terpadu yang menggunakan
pendekatan tematik yang melibatkan beberapa mata pelajaran untuk memberikan pengalaman
bermakna kepada siswa . Dikatakan bermakna karena dalam pembelajaran tematik , siswa akan
memahami konsep - konsep yang mereka pelajari mulai pengalaman langsung dan
menghubungkannya dengan konsep lain yang telah dipahaminya . Fokus perhatian dalam pelajaran
tematik terletak pada proses yang ditempuh siswa saat berusaha memahami isi pembelajaran sejalan
dengan bentuk - bentuk keterampilan yang harus dikembangkannya . Dalam pelaksanaannya ,
pendekatan pembelajaran tematik ini bertolak dari suatu tema yang dipilih dan dikembangkan oleh
guru bersama siswa dengan memperhatikan keterkaitannya dengan isi mata pelajaran . Dalam konteks
Pendidikan jasmani , walaupun tidak secara eksplisit dikatakan sebagai model , banyak dibicarakan

12
dalam strategi mengajar ( teaching strategis ) yang diartikan sebagai system penghantar ( delivery
system ) untuk menyampaikan materi ( content ) kepada siswa Model pembelajaran Pendidikan
jasmani sekarang lebih banyak berkembang sesuai dengan orientasi dan model . kurikulumnya dan
bahkan nuansa kurikulum selalu terbawa pada model tersebut . Untuk lebih jelasn beberapa model
dari sekian banyak model pembelajaran Pendidikan jasmani antara lain :

a. Model Hellison
Model pembelajaran Pendidikan jasmani yang termasuk dalam katagori rekonstruksi
sosial adalah model Hellison ( 1995 ) yang berjudul Teaching Responsibility Through
Physical Activity . Model pembelajaran Pendidikan jasmani ini lebih menekankan pada
kesejahteraan individu secara total , pendekatan lebih berorientasi pada siswa , yaitu self -
actualization dan social reconstruction . Tujuan model Hellison ini antara lain meningkatkan
perkembangan personal dan responsibility siswa dan irresponsibility , self control ,
involvement , self direction dan caring melalui berbagai aktivitas pengalaman belajar gerak
sesuai kurikulum yang berlaku . Model Hellison lebih sering digunakan untuk membina
khusus pada disiplin siswa ( self - responsibility ) . Sekolah sekolah yang bermasalah dalam
disiplin siswa sering digunakan model ini . Hellison mempunyai pandangan bahwa perubahan
perasaan , sikap , emosional dan tanggung jawab sangat mungkin terjadi melalui penjas .
Melalui model ini guru berharap siswa berpartisipasi dan menyenangi aktivitas untuk
kepentingannya sendiri dan bukannya untuk mendapatkan penghargaan ekstrinsik. Fair play
dalam penjas akan direfleksikan dalam kehidupan sehari - hari . Model Hellison ini dibuat
untuk membantu siswa mengerti dan berlatih rasa tanggung jawab pribadi ( self -
responsibility ) melalui Pendidikan jasmani . Dengan model ini siswa diharapkan menyadari
bahwa kemenangan tidak dan selalu menjunjung tinggi nilai - nilai olahraga .
b. Model Canter's Asertif
Model lain dalam Pendidikan jasmani yang sering digunakan secara terintegrasi untuk
mengembangkan disiplin siswa dengan strategi yang relative sama yaitu model disiplin
assertif . Model ini dikembangkan oleh Canter ( 1976 ) . Perbedaan model yang
dikembangkan oleh Hellison dan Canter terutama terletak pada motivasi yang dijadikan
landasan untuk mengembangkan disiplin siswa . Model Hellison lebih menekankan pada
motivasi intrinsik yang dilandasi pada keyakinan bahwa : siswa secara alami berkeinginan
untuk melakukan sesuatu yang baik dan penghargaan ekstrinsik adalah " counter productive
" . Model Canter lebih menekankan pada motivasi ekstrinsik , seperti penghargaan , pujian
dan dorongan , termasuk konsekuensi . Empat karakteristik model pembinaan disiplin yang
dapat dikatakan berhasil yaitu sebagai berikut : Tulis resensi
1) Siswa betul - betul memahami dan mengerti pelaksanaan sistem pembinaan
disiplin berikut alasan alasan mengapa pembinaan disiplin perlu diterapkan .

13
Oleh karena itu hendaknya sistem pembinaan disiplin dijelaskan secara teliti dan
hati - hati kepada siswa . Sehingga siswa sangat penting dan siswa juga mengerti
bagaimana pembinaan disiplin itu diterapkan
2) Guru secara konsisten menerapkannya . Sekali kegiatan rutin dan peraturan
diterapkan , maka guru harus terus menerus menerapkan dan enggunakan standar
yang sama dari hari ke hari , sehingga siswa akan mengerti dan memahami betul
apa yang sebenarnya diharapkan ( expectations ) .
3) Sistem pembinaan disiplin itu didukung oleh kepala sekolah dan guru kelas .
Salah satu bagi siswa yang berperilaku menyimpang adalah harus berhadapan
dengan kepala sekolah yang mungkin akan dapat membantu menyelesaikan
masalah yang dihadapi oleh guru Penjas
4) Sistem pembinaan disiplin itu harus didukung oleh orang tua siswa . Seperti
halnya bantuan kepala sekolah dan guru kelas , manakala orang tua siswa
mengetahui dan mendukung sistem pembinaan disiplin yang digunakan oleh
guru penjas , maka orang tua siswa akan cenderung mau membantu guru penjas
dalam memecahkan masalah - masalah yang dihadapi siswa dari orang tua
tersebut .
c. Model Sport Education
Sport education yang sebelumnya diberi nama play education ( Jawett dan Bain 1985 )
dikembangkan oleh Siedentop ( 1994 ) . Siedentop banyak membahas model ini dalam
bukunya yang berjudul " Quality PE Through Positive Sport Experiences : Sport Education " .
Beliau mengatakan bahwa bukunya merupakan model kurikulum . dan pembelajaran penjas .
Para guru lebih - lebih senang . mengajarkan Teknik - teknik olahraga dan permainan , diikuti
oleh peraturan - peraturan dan bermain dengan menggunakan permainan yang sebenarnya
seperti menggunakan permainan yang sebenarnya seperti untuk orang dewasa atau untuk
orang yang sudah mahir . Model sport education diharapkan mampu mengatasi berbagai
kelemahan pembelajaran yang selama ini sering dilakukan oleh para guru penjas . Model
Pendidikan . olahraga sendiri menurut Yuyun dkk . ( 2013 : 133 ) yaitu " model yang
menganut sistem pendekatan yang bersifat tradisional , yang menekankan pengajaran hanya
pada penguasaan keterampilan atau teknik dasar suatu cabang olahraga . Munculnya model
ini terkait dengan kenyataan bahwa olahraga merupakan salah satu materi penjas yang banyak
digunakan oleh para guru penjas dan siswa pun senang melakukannya , namun disisi lain ia
melihat bahwa . pembelajaran olahraga dalam konteks penjas tidak lengkap dan tidak sesuai
diberikan kepada siswa karena nilai - nilai yang terkandung di dalamnya sering terabaikan .
Enam karakteristik model sport education yang sering kali absen dari pembelajaran
Pendidikan jasmani pada umumnya adalah : musim , anggota team , pertandingan formal ,
puncak pertandingan , catatan hasil , perayaan hasil kompetisi .

14
1) Musim
Model sport education yang di dalamnya terdiri dari musim latihan dan kompetisi
serta sering kali diakhiri dengan puncak kompetisi .
2) Anggota Team
Siswa harus menjadi salah satu anggota dari team olahraga dan akan tetap sebagai
anggota sampai satu musim selesai . Pendidikan jasmani pada umumnya anggota tim
berubah - ubah dari satu pertemuan ke pertemuan yang lainnya .
3) Kompetisi Formal
Kompetisi dalam model ini mengandung tiga arti , yaitu ; festival , usaha meraih
kompetisi , dan mengikuti pertandingan pada level yang berurutan .
4) Puncak Pertandingan
Pendidikan jasmani pada umumnya , pertandingan seperti ini sering dilakukan ,
namun setiap siswa belum tentu masuk anggota team sehingga terkadang lepas dari
konteksnya .
5) Catatan Hasil
Catatan ini dilakukan dalam berbagai bentuk , dari mulai dari catatan goal , tendangan
ke goal , curang
6) Perayaan Hasil Kompetisi
Perayaan hasil kompetisi seperti upacara penyerahan medali berguna untuk
meningkatkan makna dari partisipasi dan merupakan aspek sosial dari pengalaman
yang dilakukan siswa

15
BAB III
PENUTUP

III.1 KESIMPULAN
Kesempatan membantu generasi penerus untuk tetap akth sepanjang hidupnya menurut model
ini masih tetap terbuka sepanjang merujuk pada alasan individu melakukan aktivitas fisik . Dari hasil
beberapa penelitian menunjukkan bahwa beberapa alasan individu melakukan aktivitas fisik adalah :
aktivitas fisik menyenangkan , dapat dilakukan rame - rame , dapat meningkatkan keterampilan ,
dapat memelihara bentuk tubuh dan , Nampak lebih baik . Beberapa alasan individu melakukan
aktivitas fisik tersebut harus menjadi dasar dalam menerapkan model kebugaran ini . Dengan
menggunakan dasar penerapan di atas , model ini diharapkan mengembangkan skill , kebugaran
jasmani , pengetahuan , sikap , dan perilaku yang dapat menggiring siswa memiliki gaya hidup aktif
dan sehat ( actif healthy life styles ) .

Model pembelajaran ini berkeyakinan bahwa keberhasilan pendidikan jasmani berawal dari
tertanamnya kesenangan siswa terhadap berbagai aktivitas fisik . Oleh karena itu , berbagai
pembekalan seperti skill , kebugaran jasmani , sikap , pengetahuan , dan perilaku sehari - hari harmy
selalu berorientasi pada kesenangan dan keyakinan individu dalam rangka pembentukan gaya hidup
aktif yang sehat dimasa yang akan datang.

16
REFRENSI
Dharma Utamayasa, I. G. (2021). Model-Model Pembelajaran Pendidikan Jasmani (T.
Lestari (ed.); 1st ed.). CV. Jakad Media Publishing.

Gandasari, M. F. (2019). Pengembangan model pembelajaran tematik pendidikan jasmani


olahraga kesehatan untuk kelas 2 sekolah dasar. Jurnal Pendidikan Jasmani Indonesia,
15(1), 22–27. https://doi.org/10.21831/jpji.v15i1.25489

Gustiawati, R. (2016). Implementasi Model-Model Pembelajaran Penjas dalam


Meningkatkan. Journal of Sport Science and Education (Jossae), 1(1).

17

Anda mungkin juga menyukai