Dosen Pengampu :
2. Dr.Bambang Priyono, M. Pd
Di Susun Oleh :
DAFTAR ISI.........................................................................................................................................1
BAB I PENDAHULUAN......................................................................................................................2
BAB II PEMBAHASAN.......................................................................................................................4
3.1 KESIMPULAN.........................................................................................................................15
REFRENSI..........................................................................................................................................16
1
2
BAB I
PENDAHULUAN
3
“salah satu prinsip pentingnya pendidikan jasmani adalah partisipasi peserta didik secara
penuh dan merata.
Kegiatan pembelajaran, dalam implementasinya mengenal banyak istilah untuk
menggambarkan cara mengajar yang akan dilakukan oleh guru. Saat ini, begitu banyak
macam strategi ataupun metode pembelajaran yang bertujuan untuk meningkatkan kualitas
pembelajaran menjadi lebih baik. Berkaitan dengan permasalahan implementasi pendekatan
dan metode pembelajaran mutakhir (model-model pembelajaran siswa aktif) dalam KBK dan
KTSP, setidaknya saya melihat ada dua sisi permasalahan yang berbeda, tetapi tidak bisa
dipisahkan, yaitu, masalah keterbatasan keterampilan (kemampuan) dan masalah keterbatasan
motivasi (kemauan).
Berdasarkan kondisi tersebut, masalah pelakasanaan Implementasi model- model
pembelajaran yang bervariasi dengan konsep yang berbeda-beda yang sangat bermanfaat bagi
perkembangan siswa dalam aspek kognitif, afektif dan psikomotornya. Sehingga guru perlu
menerapkan model-model pembelajaran penjas yang cocok sesuai dengan materi ajarnya.
Sedangkan ada sebagian guru yang belum memiliki kemampuan dalam memilih dan
mengembangkan suatu strategi mengajar, dengan belum mengetahui dan memahami model-
model pembelajaran penjas yang bervariasi tersebut, dan sebagian lagi guru yang sudah
mampu menerapkan model-model tersebut, namun enggan untuk melaksanakannya,
dikarenakan dengan alasan beberapa faktor.
4
BAB II
PEMBAHASAN
5
Kendati demikian, seringkali penggunaan istilah model pembelajaran tersebut diidentikkan dengan
strategi pembelajaran.
Berdasarkan uraian di atas, bahwa untuk dapat melaksanakan tugasnya secara profesional,
seorang guru dituntut dapat memahami dan memliki keterampilan yang memadai dalam
mengembangkan berbagai model pembelajaran yang efektif, kreatif dan menyenangkan, sebagaimana
diisyaratkan dalam Kurikulum Tingkat Satuan Pendidikan(Gustiawati, 2016).
6
dan mengimplementasi model pembelajaran pendidikan jasmani sesuai tujuan, kebutuhan, dan
konteksnya.
Mneurut (Dharma Utamayasa, 2021) Proses pembelajaran pada dasarnya merupakan interaksi
pedagogis antara guru, siswa, materi, dan lingkungannya. Muara dari proses pembelajaran adalah
siswa belajar. Secara garis besar proses ini dapat dibagi ke dalam tiga kategori pengelolahan yaitu
pengelolaan rutinitas, pengelolaan inti proses belajar, serta pengelolaan lingkungan dan materi
pembelajaran.
Pengelolaan Inti Proses Belajar Pendidikan Jasmani Siedentop (1991)
a. Mengembangkan pemikiran siswa untuk melakukan kegiatan belajar lebih bermakna , apakah
dengan cara bekerja sendiri , menemukan sendiri , dan mengonstruksi sendiri pengetahuan
dan keterangan baru yang akan dimilikinya .
b. Melaksanakan sejauh mungkin kegiatan inquiry untuk semua topik yang diajarkan .
c. Mengembangkan sifat ingin tahu siswa melalui memunculkan pertanya - pertanyaan .
7
d. Menciptakan masyarakat belajar , seperti melalui kegiatan kelompok berdiskusi , tanya
jawaban , dan lain sebagainya .
e. Menghadirkan model sebagai contoh pembelajaran , bisa melalui ilustrasi , model , bahkan
media yang sebenarnya .
f. Membiasakan anak untuk melakukan refleksi dari setiap kegiatan pembelajaran yang telah
dilakukan .
g. Melakukan penilaian secara objektif , yaitu menilai kemampuan yang sebenarnya pada setiap
siswa
Slavin memaparkan bahwa : " gagasan utama di belakang STAD adalah memacu siswa agar
saling mendorong dan membantu satu sama lain untuk menguasai keterampilan yang diajarkan guru
" . STAD merupakan suatu metode generik tentang pengaturan kelas dan bukan metode pengajaran
8
komprehensif untuk subjek tertentu , guru menggunakan materi mereka sendiri untuk menambah atau
mengganti materi - materi ini.
9
II.2.6 Model Struktural
Model Struktural Menurut pendapat Spencer dan Miguel Kagan , bahwa terdapat enam
komponen utama di dalam pembelajaran kooperatif tipe pendekatan struktural diantaranya , yaitu :
Empat prinsip dasar dalam model struktural , yaitu : interaksi serentak , partisipasi
sejajar, interdependen positif , dan akuntabilitas perseorangan.
10
pembelajaran maupun. pembaharuan dalam bidang teknologi media pembelajaran yang digunakan
( Daryanto , 2012 ) .
Proses pembelajaran sampai saat ini masih memiliki banyak permasalahan . Banyak faktor yang
mempengaruhi keaktifan dan hasil belajar siswa di kelas . Ketidaktertarikan pada mata pelajaran ,
siswa yang merasa cepat bosa " karena metode pembelajaran yang kurang menarik , partisipasi siswa
yang kurang dalam kegiatan - kegiatan pembelajaran dan tidak adanya variasi dalam penyampaian
materi pembelajaran . Untuk mengatasi masalah - masalah tersebut guru dapat menggunakan metode
dan model pembelajaran yang dapat dipadukan dengan media pembelajaran inovatif untuk
meningkatkan keaktifan dan hasil belajar siswa . Model pembelajaran Problem Based Instruction
( PBI ) berbantuan media movie mendorong siswa untuk menganalisis masalah , mencari informasi ,
menyusun hipotesis , serta memecahkan masalah dengan bantuan tayangan video maupun film dalam
mengidentifikasi suatu permasalahan kelebihan model pembelajaran PBI berbantuan media movie
yang diadaptasi dari Ibrahim dan Nur yaitu mampu meningkatkan motivasi siswa dalam pembelajaran
, mendorong kerja sama dalam menyelesaikan masalah , mendorong siswa melakukan pengamatan
dan dialog dengan orang lain , melibatkan siswa dalam penyelidikan pilihan sendiri . Hal ini
memungkinkan siswa untuk menjelaskan serta membangun pemahamannya sendiri mengenai
fenomena tersebut . Selain itu , kelebihan model pembelajaran PBI berbantuan media movie adalah
membantu siswa untuk pembelajaran mandiri . Bimbingan guru kepada siswa secara berulang - ulang
mendorong dan mengarahkan siswa untuk mengajukan pertanyaan dan mencari penyelesaian masalah
mereka sendiri. Dengan begitu siswa belajar menyelesaikan tugas tugas mereka secara mandiri dalam
kehidupan kelak.
a. Bahan disusun dalam bentuk pertanyaan pilihan ganda dengan empat kemungkinan
jawaban , dengan satu di antaranya adalah kemungkinan jawaban yang benar ,
b. Testee membaca soal tes pada layar display dan memilih alternatif jawaban yang benar
dari satu soal
c. Dengan menekan tombol alternatif jawaban yang benar , bila yang ditekan adalah
alternatif jawaban yang benar , maka pada layar display akan muncul soal tersebut .
11
Tetapi bila salah , maka akan memberikan respons dengan cara tidak memunculkan soal
berikutnya . Pembelajaran berdasarkan komputer sangat dipengaruhi oleh teori belajar kognitif model
pemrosesan informasi ( information processing model ) , yang mulai berkembang pada tahun 60
sampai 70 - an . Model ini memunculkan konseptualisasi dari sistem memori pada komputer.
12
dalam strategi mengajar ( teaching strategis ) yang diartikan sebagai system penghantar ( delivery
system ) untuk menyampaikan materi ( content ) kepada siswa Model pembelajaran Pendidikan
jasmani sekarang lebih banyak berkembang sesuai dengan orientasi dan model . kurikulumnya dan
bahkan nuansa kurikulum selalu terbawa pada model tersebut . Untuk lebih jelasn beberapa model
dari sekian banyak model pembelajaran Pendidikan jasmani antara lain :
a. Model Hellison
Model pembelajaran Pendidikan jasmani yang termasuk dalam katagori rekonstruksi
sosial adalah model Hellison ( 1995 ) yang berjudul Teaching Responsibility Through
Physical Activity . Model pembelajaran Pendidikan jasmani ini lebih menekankan pada
kesejahteraan individu secara total , pendekatan lebih berorientasi pada siswa , yaitu self -
actualization dan social reconstruction . Tujuan model Hellison ini antara lain meningkatkan
perkembangan personal dan responsibility siswa dan irresponsibility , self control ,
involvement , self direction dan caring melalui berbagai aktivitas pengalaman belajar gerak
sesuai kurikulum yang berlaku . Model Hellison lebih sering digunakan untuk membina
khusus pada disiplin siswa ( self - responsibility ) . Sekolah sekolah yang bermasalah dalam
disiplin siswa sering digunakan model ini . Hellison mempunyai pandangan bahwa perubahan
perasaan , sikap , emosional dan tanggung jawab sangat mungkin terjadi melalui penjas .
Melalui model ini guru berharap siswa berpartisipasi dan menyenangi aktivitas untuk
kepentingannya sendiri dan bukannya untuk mendapatkan penghargaan ekstrinsik. Fair play
dalam penjas akan direfleksikan dalam kehidupan sehari - hari . Model Hellison ini dibuat
untuk membantu siswa mengerti dan berlatih rasa tanggung jawab pribadi ( self -
responsibility ) melalui Pendidikan jasmani . Dengan model ini siswa diharapkan menyadari
bahwa kemenangan tidak dan selalu menjunjung tinggi nilai - nilai olahraga .
b. Model Canter's Asertif
Model lain dalam Pendidikan jasmani yang sering digunakan secara terintegrasi untuk
mengembangkan disiplin siswa dengan strategi yang relative sama yaitu model disiplin
assertif . Model ini dikembangkan oleh Canter ( 1976 ) . Perbedaan model yang
dikembangkan oleh Hellison dan Canter terutama terletak pada motivasi yang dijadikan
landasan untuk mengembangkan disiplin siswa . Model Hellison lebih menekankan pada
motivasi intrinsik yang dilandasi pada keyakinan bahwa : siswa secara alami berkeinginan
untuk melakukan sesuatu yang baik dan penghargaan ekstrinsik adalah " counter productive
" . Model Canter lebih menekankan pada motivasi ekstrinsik , seperti penghargaan , pujian
dan dorongan , termasuk konsekuensi . Empat karakteristik model pembinaan disiplin yang
dapat dikatakan berhasil yaitu sebagai berikut : Tulis resensi
1) Siswa betul - betul memahami dan mengerti pelaksanaan sistem pembinaan
disiplin berikut alasan alasan mengapa pembinaan disiplin perlu diterapkan .
13
Oleh karena itu hendaknya sistem pembinaan disiplin dijelaskan secara teliti dan
hati - hati kepada siswa . Sehingga siswa sangat penting dan siswa juga mengerti
bagaimana pembinaan disiplin itu diterapkan
2) Guru secara konsisten menerapkannya . Sekali kegiatan rutin dan peraturan
diterapkan , maka guru harus terus menerus menerapkan dan enggunakan standar
yang sama dari hari ke hari , sehingga siswa akan mengerti dan memahami betul
apa yang sebenarnya diharapkan ( expectations ) .
3) Sistem pembinaan disiplin itu didukung oleh kepala sekolah dan guru kelas .
Salah satu bagi siswa yang berperilaku menyimpang adalah harus berhadapan
dengan kepala sekolah yang mungkin akan dapat membantu menyelesaikan
masalah yang dihadapi oleh guru Penjas
4) Sistem pembinaan disiplin itu harus didukung oleh orang tua siswa . Seperti
halnya bantuan kepala sekolah dan guru kelas , manakala orang tua siswa
mengetahui dan mendukung sistem pembinaan disiplin yang digunakan oleh
guru penjas , maka orang tua siswa akan cenderung mau membantu guru penjas
dalam memecahkan masalah - masalah yang dihadapi siswa dari orang tua
tersebut .
c. Model Sport Education
Sport education yang sebelumnya diberi nama play education ( Jawett dan Bain 1985 )
dikembangkan oleh Siedentop ( 1994 ) . Siedentop banyak membahas model ini dalam
bukunya yang berjudul " Quality PE Through Positive Sport Experiences : Sport Education " .
Beliau mengatakan bahwa bukunya merupakan model kurikulum . dan pembelajaran penjas .
Para guru lebih - lebih senang . mengajarkan Teknik - teknik olahraga dan permainan , diikuti
oleh peraturan - peraturan dan bermain dengan menggunakan permainan yang sebenarnya
seperti menggunakan permainan yang sebenarnya seperti untuk orang dewasa atau untuk
orang yang sudah mahir . Model sport education diharapkan mampu mengatasi berbagai
kelemahan pembelajaran yang selama ini sering dilakukan oleh para guru penjas . Model
Pendidikan . olahraga sendiri menurut Yuyun dkk . ( 2013 : 133 ) yaitu " model yang
menganut sistem pendekatan yang bersifat tradisional , yang menekankan pengajaran hanya
pada penguasaan keterampilan atau teknik dasar suatu cabang olahraga . Munculnya model
ini terkait dengan kenyataan bahwa olahraga merupakan salah satu materi penjas yang banyak
digunakan oleh para guru penjas dan siswa pun senang melakukannya , namun disisi lain ia
melihat bahwa . pembelajaran olahraga dalam konteks penjas tidak lengkap dan tidak sesuai
diberikan kepada siswa karena nilai - nilai yang terkandung di dalamnya sering terabaikan .
Enam karakteristik model sport education yang sering kali absen dari pembelajaran
Pendidikan jasmani pada umumnya adalah : musim , anggota team , pertandingan formal ,
puncak pertandingan , catatan hasil , perayaan hasil kompetisi .
14
1) Musim
Model sport education yang di dalamnya terdiri dari musim latihan dan kompetisi
serta sering kali diakhiri dengan puncak kompetisi .
2) Anggota Team
Siswa harus menjadi salah satu anggota dari team olahraga dan akan tetap sebagai
anggota sampai satu musim selesai . Pendidikan jasmani pada umumnya anggota tim
berubah - ubah dari satu pertemuan ke pertemuan yang lainnya .
3) Kompetisi Formal
Kompetisi dalam model ini mengandung tiga arti , yaitu ; festival , usaha meraih
kompetisi , dan mengikuti pertandingan pada level yang berurutan .
4) Puncak Pertandingan
Pendidikan jasmani pada umumnya , pertandingan seperti ini sering dilakukan ,
namun setiap siswa belum tentu masuk anggota team sehingga terkadang lepas dari
konteksnya .
5) Catatan Hasil
Catatan ini dilakukan dalam berbagai bentuk , dari mulai dari catatan goal , tendangan
ke goal , curang
6) Perayaan Hasil Kompetisi
Perayaan hasil kompetisi seperti upacara penyerahan medali berguna untuk
meningkatkan makna dari partisipasi dan merupakan aspek sosial dari pengalaman
yang dilakukan siswa
15
BAB III
PENUTUP
III.1 KESIMPULAN
Kesempatan membantu generasi penerus untuk tetap akth sepanjang hidupnya menurut model
ini masih tetap terbuka sepanjang merujuk pada alasan individu melakukan aktivitas fisik . Dari hasil
beberapa penelitian menunjukkan bahwa beberapa alasan individu melakukan aktivitas fisik adalah :
aktivitas fisik menyenangkan , dapat dilakukan rame - rame , dapat meningkatkan keterampilan ,
dapat memelihara bentuk tubuh dan , Nampak lebih baik . Beberapa alasan individu melakukan
aktivitas fisik tersebut harus menjadi dasar dalam menerapkan model kebugaran ini . Dengan
menggunakan dasar penerapan di atas , model ini diharapkan mengembangkan skill , kebugaran
jasmani , pengetahuan , sikap , dan perilaku yang dapat menggiring siswa memiliki gaya hidup aktif
dan sehat ( actif healthy life styles ) .
Model pembelajaran ini berkeyakinan bahwa keberhasilan pendidikan jasmani berawal dari
tertanamnya kesenangan siswa terhadap berbagai aktivitas fisik . Oleh karena itu , berbagai
pembekalan seperti skill , kebugaran jasmani , sikap , pengetahuan , dan perilaku sehari - hari harmy
selalu berorientasi pada kesenangan dan keyakinan individu dalam rangka pembentukan gaya hidup
aktif yang sehat dimasa yang akan datang.
16
REFRENSI
Dharma Utamayasa, I. G. (2021). Model-Model Pembelajaran Pendidikan Jasmani (T.
Lestari (ed.); 1st ed.). CV. Jakad Media Publishing.
17