Anda di halaman 1dari 22

BAHAN AJAR

STRATEGI, PENDEKATAN MODEL, DAN MEDIA


PEMBELAJARAN DALAM LESSON STUDY

Oleh:
SURINDI, M.S.I

BALAI DIKLAT KEAGAMAAN PAPUA


TAHUN 2023
Kata Pengantar

Puji syukur kami panjatkan kehadirat Allah Yang Maha Esa, bahan ajar ini
dapat terselesaikan dengan baik. Proses panjang melalui pemikiran, eksplorasi,
literasi dan pengkajian yang mendalam. Pergulatan pemikiran antar konsep
dilakukan secara kritis. Sehingga membuahkan hasil yang tertuang dalam bahan
ajar ini.
Ruang lingkup kajian meliputi pengertian dan penjelasan serta contoh terkait
dengan : (1) Strategi pembelajaran; (2) Pendekatan pembelajaran; (3) Model
Pembelajaran; dan (4) Media Pembelajaran dalam lesson study. Kesemuanya
dikaji secara rutut dan sistematis. Tentu untuk memperluasa kajian dapat
dilakukan studi bacaan lain yang relevan.
Kami ucapkan terimakasih kepada berbagai pihak, sehingga bahan ajar ini
dapat terselesaikan. Terhadap berbagai kekurangan tentu tidak ada kajian yang
selesai secara sempurna.

Penulis

2
Daftar Isi
Kata Pengantar .........................................................................................................2
BAB I .......................................................................................................................5
PENDAHULUAN....................................................................................................5
A. LATAR BELAKANG ..................................................................................5
B. DESKRIPSI SINGKAT ................................................................................6
C. STANDAR KOMPETENSI..........................................................................6
D. KOMPETENSI DASAR ...............................................................................6
E. INDIKATOR.................................................................................................6
F. MANFAAT MATA DIKLAT ......................................................................6
BAB II ......................................................................................................................7
STRATEGI DAN MODEL PEMBELAJARAN .....................................................7
A. Pengertian Strategi dan Model Pembelajaran ...............................................7
B. Hubungan antara Strategi, Metode dan Pendekatan Pembelajaran ...............7
C. Pendekatan Pembelajaran kontekstual (CTL/Contextual Teaching and
Learning) ..............................................................................................................9
D. Model Pembelajaran Kooperatif (Cooperative Learning) ..........................12
a. Mencari Pasangan (Make a Match) .........................................................13
b. Bertukar pasangan ...................................................................................13
c. Berpikir-Berpasangan-Berempat (Think-Pair-Share and Think-Pair-
Squere) ...........................................................................................................14
d. Berkirim Salam dan Soal .........................................................................14
e. Kepala Bernomor (Numbered Heads) .....................................................15
f. Kepala Bernomor Terstruktur..................................................................15
g. Dua Tinggal Dua Tamu (Two Stay Two Stray) .......................................16
h. Keliling Kelompok ..................................................................................16
i. Kancing Gemerincing..............................................................................17
j. Student Teams Achievement Division (STAD) ......................................17
k. Teams Games Tournaments (TGT) .........................................................17
l. Jigsaw ......................................................................................................18
m. Numbered Head Together (NHT) ........................................................18
n. Model Pembelajaran Berdasarkan Permasalahan (Problem Based
Instruction / PBI)............................................................................................18
E. Hal-hal Yang Harus Diperhatikan Dalam Pemilihan Metode Pembelajaran
19

3
BAB III...................................................................................................................20
PENUTUP ..............................................................................................................20
A. Kesimpulan .................................................................................................20
B. Saran............................................................................................................20
DAFTAR PUSTAKA ............................................................................................21

4
BAB I
PENDAHULUAN
A. LATAR BELAKANG
Prinsip proses pembelajaran adalah belajar, sedangkan belajar adalah
suatu proses perubahan perilaku individu yang relatif tetap sebagai hasil dari
pengalaman. Oleh karena itu pembelajaran adalah upaya penataan
lingkungan yang kondusif, sehingga proses belajar dapat tumbuh dan
berkembang.
Permasalahan dalam proses pembelajaran dewasa ini adalah
kecenderungan bahwa para murid hanya terbiasa menggunakan sebagian
kecil dari potensinya atau kemampuan berfikirnya. Dikhawatirkan mereka
menjadi malas untuk berfikir dan terbiasa malas berfikir
mandiri.kecenderungan ini sama saja dengan pemandulan dan sama sekali
bukan proses pencerdasan. Para murid dan juga gurunya masih terbiasa
belajar dengan domain kognitif yang rendah. Oleh karena itu, metode berfikir
dalam kegiatan mereka pun belum menyentuh dominan afektif dan konatif
yang diperlukan. Aspek lain berkenaan dengan konsep diri dan proses
mengembangkan kemandirian dalam berfikir, bersikap, dan berperilaku.
Belajar berfikir logis atau kritis, dialogis dan argumentatif, umumnya masih
langka di sekolah-sekolah kita.
Temuan Slimming (1998) yang meneliti perilaku para guru di Indonesia,
juga menunjukkan bahwa pada umumnya para guru cenderung
mengembangkan pembelajaran pasif dengan menggunakan metode ceramah
di sebagian besar aktivitas proses pembelajarannya di kelas.

Pembelajaran yang ingin dikembangkan berorientasi pada proses


bagaimana memperoleh informasi, cara sains kebiasaan bekerja ilmiah, dan
keterampilan berfikir yang dikaitkan dengan situasi nyata dimana siswa
berada dan penerapannya dalam kehidupan sehari-hari. Pembelajaran
tersebut dikembangkan dengan pendekatan kontekstual.
Pembelajaran sains menuntut guru untuk mengubah pandangan
tentang mengajar, dari guru sebagai pusat pembelajaran (teacher centered)
ke siswa sebagai pusat pembelajaran (student centered), guru berfungsi
membimbing dalam rangka mempermudah peristiwa belajar.

5
B. DESKRIPSI SINGKAT

Mata diklat ini menyajikan tentang teori strategi dan model-model


pembelajaran meliputi pengertian strategi, metode, teknik, taktik, pendekatan
dan model pembelajaran, pertimbangan pemilihan strategi pembelajaran,
model pembelajaran kooperatif (cooperative learning), model pembelajaran
berbasis masalah (PBI)
C. STANDAR KOMPETENSI
Setelah mengikuti pembelajaran ini peserta diharapkan mampu
memahami strategi dan model pembelajaran.

D. KOMPETENSI DASAR
Setelah mengikuti pembelajaran ini peserta diharapkan dapat:
1. Memilih strategi pembelajaran
2. Memilih model pembelajaran

E. INDIKATOR
1. Memilih pendekatan pembelajaran
2. Menentukan teknik pembelajaran
3. Menentukan metode pembelajaran
4. Menentukan strategi pembelajaran
5. Memilih model pembelajaran dalam perencanaan pembelajaran

F. MANFAAT MATA DIKLAT


Manfaat mengikuti mata diklat ini adalah:
1. Guru dapat memahami secara jelas tentang konsep model pembelajaran
2. Guru dapat melaksanakan konsep model pembelajaran di sekolah masing-
masing, berdasarkan prinsip dan teori yang ada serta disesuaikan dengan
kondisi yang ada di lapangan.
3. Guru dapat menciptakan suasana belajar yang aktif, kreatif, efektif, efisian
dan menyenangkan di kelas.

6
BAB II
STRATEGI DAN MODEL PEMBELAJARAN

A. Pengertian Strategi dan Model Pembelajaran


Secara umum strategi mempunyai pengertian suatu garis-garis besar
haluan untuk bertindak dalam usaha mencapai sasaran yang telah ditentukan.
Dihubungkan dengan kegiatan belajar mengajar untuk mencapai tujuan yang
telah digariskan. (Djamarah;1995)
Pengertian lain strategi merupakan cara/tehnik dimana dalam konteks
tujuan kurikulum dapat mencapai kompetensi yang telah digariskan melalui
pendekatan, metode yang sesuai dengan materi, kondisi siswa, kelas, dan
waktu yang menyenangkan sehingga tidak terjadi kebosanan dan kejenuhan,
media dan alat bantu dioptimalkan seefisein dan seefektif mungkin.

B. Hubungan antara Strategi, Metode dan Pendekatan Pembelajaran


Sebelum membicarakan metode pembelajaran, kita lihat dulu pengertian
strategi pembelajaran. Dalam dunia pendidikan, strategi diartikan sebagai a
plan, method, or series of activities designed to achieves a particular
educational goal (J.R Davod, 1976) dalam Wina Sanjaya, 124;2006. Jadi,
dengan demikian strategi pembelajaran dapat diartikan sebagai perencanaan
yang berisi tentang rangkaian kegiatan yang didesain untuk mencapai tujuan
pendidikan tertentu.
Ada dua hal yang harus dicermati dari pengertian di atas. Pertama, strategi
pembelajaran merupakan rencana tindakan (rangkaian kegiatan) termasuk
penggunaan metode dan pemanfaatan berbagai sumber daya/kekuatan dalam
pembelajaran. Ini berarti penyusunan strategi baru sampai pada proses
penyusunan belum sampai pada tindakan. Kedua, strategi disusun untuk
mencapai tujuan tertentu. Artinya, arah dari semua keputusan penyusunan
langkah-langkah pembelajaran, pemanfaatan berbagai fasilitas dan sumber
belajar semuanya diarahkan dalam upaya pencapaian tujuan.
Kemp (1995) menjelaskan bahwa strategi pembelajaran adalah suatu
kegiatan pembelajaran yang harus dikerjakan guru dan siswa agar tujuan
pembelajaran dapat dicapai secara efektif dan efisien.
Metode adalah yang digunakan untuk mengimplementasikan rencana yang
sudah disusun dalam kegiatan nyata agar tujuan yang telah disusun dalam

7
kegiatan nyata tercapai secara optimal. Ini berarti, metode digunakan untuk
merealisasikan strategi yang telah ditetapkan. Dengan demikian, metode
dalam rangkaian system pembelajarann memegang peranan yang sangat
penting. Keberhasilan implementasi strategi pembelajaran sangat tergantung
pada cara guru menggunakan metode pembelajaran, karena suatu strategi
pembelajaran hanya mungkin dapat diimplementasikan melalui penggunaan
metode pembelajaran. Misalnya, strategi ekspositori bisa digunakan metode
ceramah sekaligus metode tanya jawab dan bahkan metode diskusi. Dengan
kata lain, strategi adalah a plan of operation achieving something, sedangkan
metode adalah a way in achieving something.
Dari pengalaman, banyak orang menerjemahkan atau menyamakan
pengertian metode dengan cara. Menurut Ahmad Tafsir, 2003, untuk
mengetahui pengertian metode secara tepat, dapat dilihat dari penggunaan
kata metode dalam bahasa Inggris. Dalam bahasa Inggris ada kata way dan
kata method. Dua kata ini sering diterjemahkan cara dalam bahasa Indonesia.
Sebenarnya yang lebih layak diterjemahkan cara adalah kata way, bukan
method.
Metode adalah istilah yang digunakan untuk mengungkapkan pengertian
“cara yang paling tepat dan cepat dalam melakukan sesuatu”. Ungkapan “yang
paling tepat dan cepat” itulah yang membedakan method dengan way.
Karena metode berarti cara yang paling tepat dan cepat, maka urutan kerja
dalam suatu metode harus diperhitungkan benar-benar secara ilmiah.
Ada istilah lain yang mempunyai kemiripan dengan startegi adalah
pendekatan (approach). Pendekatan diartikan sebagai titik tolak atau sudut
pandang kita terhadap proses pembelajaran. Istilah pendekatan masih
memiliki pengertian kepada pandangan tentang terjadinya suatu proses yang
sifatnya masih sangat umum. Oleh karenanya strategi dan metode
pembelajaran yang digunakan dapat bersumber atau tergantung dari
pendekatan tertentu. Roy Killen (1998) misalnya, mencatat ada dua
pendekatan dalam pembelajaran, yaitu pendekatan yang berpusat pada guru
(teacher-centered approaches) yang menurunkan startegi pembelajaran
langsung (direct instruction), pembelajaran deduktif atau pembelajaran
ekspositori. Dan pendekatan yang berpusat pada siswa (student-centered
approaches) menurunkan strategi pembelajaran discovery dan inkuiri serta
strategi pembelajaran induktif.

8
Selain strategi, metode, dan pendekatan pembelajaran, terdapat istilah lain
yang kadang sulit dibedakan, yaitu teknik dan taktik mengajar. Teknik dan
taktik mengajar merupakan penjabaran dari metode pembelajaran. Teknik
adalah cara yang dilakukan seseorang dalam rangka mengimplementasikan
suatu metode. Misalnya, cara yang bagaimana yang harus dilakukan agar
metode ceramah yang dilakukan berjalan efektif dan efisien? Dengan
demikian, sebelum berceramah sebaiknya memperhatikan kondisi dan situasi.
Misalnya, ceramah pada siang hari dengan jumlah siswa yang banyak tentu
akan berbeda jika ceramah itu dilakukan pada pagi hari dengan jumlah siswa
yang terbatas.
Taktik adalah gaya seseorang dalam melaksanakan suatu teknik atau
metode tertentu. Dengan demikian taktik sifatnya lebih individual.
Dari penjelasan di atas, maka dapat ditentukan bahwa suatu strategi
pembelajaran yang diterapkan guru akan tergantung pada pendekatan yang
digunakan, sedangkan bagaimana menjalankan strategi itu dapat ditetapkan
berbagai metode, dan penggunaan teknik yang dianggapnya relevan dengan
metode, dan pengguanaan teknik setiap guru memiliki taktik yang mungkin
berbeda antara guru yang satu dengan guru yang lainnya.

C. Pendekatan Pembelajaran kontekstual (CTL/Contextual Teaching and


Learning)
Berdasarkan teori, penelitian, dan pelaksanaan kegiatan belajar mengajar
membuktikan bahwa guru sudah harus mengubah paradigma pengajaran
terutama dalam menyajikan pembelajaran. Maka metode pembelajaran yang
diterapkan di kelas harus banyak diperbaharui dari metode yang konvensional
ke metode kontruktivisme.
Pendekatan pembelajaran yang dibahas pada makalah ini lebih difokuskan
pada pembelajaran Kontekstual. Pendekatan pembelajaran kontekstual
(CTL/Contextual Teaching and Learning), merupakan konsep belajar yang
membantu guru mengaitkan materi pelajaran yang diajarkannya dengan
situasi dunia nyata siswa dan medorong siswa membuat hubungan antara
pengetahuan yang dimilikinya dengan penerapan dalam kehidupan sehari-
hari. Dengan pendekatan pembelajaran ini, diharapkan hasil belajar lebih
bermakna.

9
Pendekatan pembelajaran kontekstual (CTL/Contextual Teaching and
Laerning) dianggap lebih dari pembelajaran konvensional. Dapat dilihat
perbedaannya, sebagai berikut:
Perbedaan antara pembelajaran CTL dengan pembelajaran Konvensional
PENDEKATAN
PENDEKATAN CTL
TRADISIONAL
1. Siswa aktif terlibat 1. Siswa penerima informasi
2. Belajar dengan kerja sama 2. Belajar individual
3. Berkait dengan kehidupan nyata 3. Abstrak dan teoritis
4. Perilaku dibangun atas kesadaran 4. Perilaku dibangun atas
diri kebiasaan
5. Keterampilan dikembangkan atas 5. Keterampilan dikembangkan
dasar pemahaman atas dasar latihan
6. Memperoleh kepuasan diri 6. Memperoleh pujian dan nilai
7. Kesadaran tidak melakukan yang saja
jelak tumbuh dari dalam 7. Tidak melakukan yang jelek
8. Bahasa diajarkan dengan karena takut hukuman
pendekatan komunikatif, 8. Bahasa diajarkan dengan
digunakan dalam kontek nyata pendekatan Struktural,
9. Pemahaman rumus kemudian dilatihkan
dikembangkan atas dasar 9. Rumus ada di luar diri siswa,
skemata yang sudah ada dalam yang harus diterangkan,
diri siswa diterima, dihafalkan, dan
10. Pemahaman rumus relatif dilatihkan
berbeda 10. Rumus adalah kebenaran
11. Siswa aktif, kritis bergelut dengan absolut
ide 11. Siswa pasif hanya menerima
12. Pengetahuan dibangun dari tanpa kontribusi ide
kebermaknaan 12. Pengetahuan ditangkap dari
13. Pengetahuan selalu berkembang fakta, konsep, atau hukum
sejalan dengan fenomena baru 13. Kebenaran bersifat absolut dan
14. Siswa bertanggungjawab pengetahuan bersifat final
memonitor dan mengembangkan 14. Guru adalah penentu jalannya
pembelajaran proses pembelajaran

10
15. Penghargaan terhadap 15. Pembelajaran tidak
pengalaman siswa sangat memperhatikan pengalaman
diutamakan siswa
16. Hasil belajar diukur dengan 16. Hasil belajar diukur dengan tes
prinsip Alternative Assessment 17. Pembelajaran hanya terjadi di
17. Pembelajaran terjadi di berbagai dalam kelas
tempat, konteks, dan setting 18. 18.Sanksi adalah hukuman dari
18. Penyesalan adalah hukuman dari perilaku jelek
perilaku jelek 19. Perilaku baik berdasar motivasi
19. Perilaku baik berdasar motivasi akstrinsik
instrinsik 20. Berperilaku baik karena terbiasa
20. Berperilaku baik karena dia yakin melakukan begitu, dan karena
itulah yang terbaik dan mendapat hadiah
bermanfaat

Ada tujuh komponen utama dalam pembelajaran kontekstual (CTL/Contextual


Teaching and Learning) yaitu:
1. Kontruktivisme (Contructivism), Manusia harus mengkonstruksikan
pengetahuan itu dan memberi makna melalui pengalaman nyata. Struktur
pengetahuan dikembangkan dalam otak manusia melalui dua cara, yaitu
asimilasi atau akomodasi. Dengan Kontruktivisme pembelajaran menjadi, lebih
bermakna, pembelajaran tidak sia-sia, interaksi sosial (social interaction),
membuat masuk akal (sense making), pengetahuan dikonstruksikan dari
pengalaman, menekankan aktivitas hand-on dan minds-on.
2. Menemukan (Inquiry), guru harus selalu merancang kegiatan yang merujuk
pada kegiatan siswa menemukan sendiri, apapun materi yang diajarkannya.
3. Bertanya (Question). Bertanya merupakan kegiatan guru untuk mendorong,
membimbing, dan menilai kemampuan berfikir dan meningkatkan metakognitif
siswa.
4. Masyarakat Belajar (Learning Community). Kegiatan ini menggunakan cara
masyarakat belajar dalam bentuk kelompok-kelompok belajar. Dengan
kelompok belajar diharapkan terjadi komunikasi berbagai arah di antara siswa.
5. Pemodelan (Modeling).Guru perlu memberikan model belajar yang dapat ditiru
oleh siswa. Pemodelan tidak bermakna guru menyajikan bahan seutuhnya,

11
tetapi lebih kepada bagaimana bahan itu dipelajari sehingga dapat dipahami.
Modelling dapat dilakukan untuk pengusaan keterampilan atau penegtahuan
tertentu.
6. Penilaian sebenarnya (Authentic assessment). Penilaian sebenarnya dilakukan
selama proses pembelajaran, bisa digunakan melalui tes formatif maupun
sumatif, yang diukur bukan mengingat fakta tetapi lebih kepada penampilan dan
keterampilan, berkesinambungan, terpadu, dan hasil penilaiannya dapat
digunakan sebagai umpan balik.
7. Refleksi (Reflection). Refleksi adalah cara berfikir tentang apa yang sudah
dilakukan di masa lalu. Siswa mengendapkan apa yang baru dipelajarinya
sebagai struktur pengetahuan yang baru, yang merupakan pengayaan atau
revisi dari pengetahuan sebelumnya. Refleksi merupakan respon terhadap
kejadian, aktivitas, atau pengetahuan yang baru diterima.
Strategi yang biasa digunakan dalam pendekatan kontekstual (CTL) antara
lain; CBSA (cara belajar siswa aktif), Life skills education, authentic Instruction,
inquiry base Learning, problem base Learning, cooperative learning, dan service
learning. Adapun yang dibahas di sini adalah cooperative learning.

D. Model Pembelajaran Kooperatif (Cooperative Learning)


Model Pembelajaran Kooperatif (Cooperative Learning) disebut juga
pembelajaran gotong royong. (Anita Lie, 2002). System pengajaran ini
memberi kesempatan kepada anak didik untuk bekerja sama dengan sesama
siswa dalam tugas-tugas terstruktur. Guru hanya sebagai fasilitator.
Roger dan David Johnson (Anita Lie,31:2002) mengatakan bahwa tidak semua
kerja kelompok bisa dianggap cooverative learning. Untuk mencapai hasil yang
maksimal, lima unsur model pembelajaran gotong royong harus diterapkan.
1. saling ketergantungan positif, setiap anggota diberikan tugas untuk
menyelesaikan tugas kelompoknya, sehingga keberhasilan kelompok
ditentukan oleh seluruh anggotanya. Keberadaan anggota sangat
diperlukan.
2. tanggung jawab perseorangan, sehingga setiap siswa mempunyai
tanggung jawab untuk melakukan yang terbaik.
3. tatap muka, seiap kelompok diberi kesempatan untuk bertemu muka dan
berdiskusi.

12
4. komunikasi antar anggota, proses ini sangat bermanfaat dan perlu
ditempuh untuk memperkaya pengalaman belajar dan pembianaan
perkembangan mental dan emosional siswa.
5. evaluasi proses kelompok. Evaluasi dilakukan terjadwal dilakukan untuk
mengevaluasi proses kerja kelompok dan hasil kerja sama agar
selanjutnya bisa bekerja sama lebih efektif.
Beberapa model dalam pembelajaran kooperatif, antara lain;
a. Mencari Pasangan (Make a Match)
Teknik belajar ini dikembangkan oleh Lorna Curran (1994). Salah satu
keunggulan teknik ini adalah siswa mencari pasangan sambil belajar mengenai
suatu konsep atau topic dalam suasana yang menyenangkan. Teknik ini bisa
digunakan dalam semua mata pelajaran dan untuk semua tingkatan usia anak
didik. Cara penerapannya sebagai berikut:
1. guru menyiapkan beberapa kartu yang berisi beberapa konsep atau topik
yang mungkin cocok untuk sesi review (persiapan menjelang test atau ujian)
2. setiap siswa mendapat satu kartu
3. setiap siswa mencari pasangan yang mempunyai kartu yang cocok dengan
kartunya. Misalnya, pemegang kartu yang bertuliskan Newton akan
berpasangan dengan F= m.a , dan seterusnya.
4. Siswa bisa juga bergabung dengan dua atau tiga siswa lain yang memegang
kartu yang cocok. Misalnya, pemegang kartu 3+9 akan membentuk
kelompok dengan pemegang kartu 3x4 dan 6x2

b. Bertukar pasangan
Teknik belajar mengajar Bertukar Pasangan memberi siswa kesempatan
untuk bekerja sama dengan orang lain. Teknik ini bisa digunakan dalam
semua mata pelajaran dan untuk semua tingkatan usia anak didik. Cara
penerapannya sebagai berikut:

1. Setiap siswa mendapatkan satu pasangan (guru bisa menunjuk


pasanganya atau siswa melakukan prosedur teknik mencari pasangan
sendiri).
2. Guru memberikan tugas dan siswa mengerjakan tugas dengan
pasangannya .
3. Setelah selesai , setiap pasangan bergabung dengan satu pasangan
yang lain.

13
4. Kedua pasangan tersebut tertukar pasangan . masing masing pasangan
yang baru ini kemudian saling menanyakan dan mengukuhkan jawaban
mereka .
5. Temuan baru yang didapatkan dari pertukaran pasangan kemudian
dibagikan kepada pasangan semula.

c. Berpikir-Berpasangan-Berempat (Think-Pair-Share and Think-Pair-


Squere)
Teknik ini dikembangkan oleh Frank Lyman (Think-Pair-Share) dan
Spencer Kagan (Think-Pair-Squere). Teknik ini memberi siswa kesempatan
untuk bekerja sendiri serta bekerja sama dengan orang lain. Keunggulan teknik
ini adalah optimalisasi partisipasi siswa. Teknik ini bisa digunakan dalam
semua mata pelajaran dan untuk semua tingkatan anak didik. Cara
penerapannya sebagai berikut:
1. guru membagi siswa dalam kelompok berempat dan memberikan tugas
kepada semua kelompok.
2. Setiap siswa memikirkan dan mengerjakan tugas tersebut sendiri.
3. Siswa berpasangan dengan salah satu rekan dalam kelompok dan
berdiskusi dengan pasangannya.
4. Kedua pasangan bertemu kembali dalam kelompok berempat. Siswa
mempunyai kesempatan untuk membagikan hasil kerjanya kepada
kelompok berempat.

d. Berkirim Salam dan Soal


Teknik ini memberi kesempatan kepada siswa untuk melatih
pengetahuan dan keterampilan mereka. Siswa membuat pertanyaan sendiri
ssehingga akan merasa terdorong untuk belajar dan menjawab pertanyaan
yang dibuat oleh teman-teman sekelasnya.
Kegiatan ini bisa dilakukan untuk ersipan menjelang tes. Teknik ini bisa
digunakan dalam semua mata pelajaran dan untuk semua tingkatan anak didik.
Cara penerapannya sebagai berikut:
1. guru membagi siswa dalam kelompok berempat dan setiap kelompok
ditugaskan untuk menuliskan beberapa pertanyaan yang akan dikirim ke
kelompok lain. Guru bisa mengawasi dan mmebantu memilih soal-soal
yang cocok.

14
2. Masing-masing kelompok mengirimkan satu orang utusan yang akan
mneyampaikan salam dan soal dari kelompoknya (salam kelompok bisa
berupa sorak kelompok atau yel-yel)
3. Setiap kelompok mengerjakan soal kiriman dari kelompok lain.
4. Setelah selesai, jawaban masing-masing krlompok icocokkkan dengan
jawaban kelompok yang membuat soal.
Catatan : kegiatan berkirim salam dan soal bisa digabung dengan bebrapa
teknik yang lain. Pada tahap pembuatan soal, siswa bisa memakai teknik
Berpikir-berpasangan-berempat. Pada saat mencocokkan jawaban bisa
menggunakan teknik Dua Tinggal Dua Tamu.

e. Kepala Bernomor (Numbered Heads)


Teknik ini dikembangkan oleh spencer Kagan (1992). Teknik ini memberi
kesempatan kepada siswa untuk saling membagikan ide-ide dan
mempertimbangkan jawaban yang paling tepat dan dapat mendorong siswa
untuk meningkatkan semangat kerja sama. Teknik ini bisa digunakan dalam
semua mata pelajaran dan untuk semua tingkatan usia anak didik. Cara
penerapannya sebagai berikut:
1. siswa dibagi dalam kelompok. Setiap siswa dalam setiap kelompok
mendapat nomor.
2. Guru memberikan tugas dan masingmasing kelompok mengerjakannya.
3. Kelompok memutuskan jawaban yang dianggap paling benar dan
memastikan setiap anggota kelompok mengetahui jawabannya.
4. Guru memanggil salah satu nomor. Siswa dengan nomor yang diapnggil
melaporkan hasil kerja sama mereka.

f. Kepala Bernomor Terstruktur


Teknik ini merupakan modifikasi dari teknik Kepala Bernomor yang dipakai
oleh Spencer Kagan yang dikembangkan oleh Anita Lie (2002). Dengan teknik
ini, siswa belajar melaksanakan tanggung jawab pribadinya dalam saling
keterkaitan dengan rekan-rekan kelompoknya. Teknik ini bisa digunakan
dalam semua mata pelajaran dan untuk semua tingkatan anak didik. Cara
penerapannya sebagai berikut:
1. siswa dibagi dalam kelompok. Setiap siswa dalam setiap kelompok
mendapat nomor.
2. Penugasan diberikan kepada setiap siswa berdasarkan nomornya.
Misalnya, siswa nomor 1 bertugas membaca soal dengan benar dan

15
mengumpulkan data yang berhhubungan dengan penyelesaian soal.
Siswa nomor 2 bertugas mencari penyelesaian soal. Siswa nomor 3
mencatat dan melaporkan hasil kerja kelompok.
3. Jika perlu (untuk tugas-tugas yang sulit), guru juga bisa mengadakan keja
sama antar kelompok. Siswa bisa disuruh keluar dari kelompoknya dan
bergabung bersama beberapa siswa yang bernomor sama dari kelompok
lain. Dalam kesempatan ini, siswa-siswa dengan tugas yang sama bisa
saling membantu atau mencocokkan hasil kerja mereka.

g. Dua Tinggal Dua Tamu (Two Stay Two Stray)


Teknik ini dikembangkan oleh Spencer Kagan (1992) dan bisa digunakan
dalam semua mata pelajaran dan untuk semua tingkatan anak didik. Cara
penerapannya sebagai berikut:
1. siswa bekerja dalam kelompok berembapat seperti biasa.
2. Setelah selesai, dua orang dari masing-masing kelompok akan
meninggalkan kelompoknya dan masing-masing bertamu ke dua kelompok
yang lain.
3. Dua orang tinggal dalam kelompok bertugas membagikan hasil kerja dan
informasi mereka ke tamu mereka.
4. Tamu mohon diri dan kembali ke kelompoknya dan melaporkan hasil
temuan mereka dari kelompok lain.
5. Kelompok mencocokkan dan membahas hasil-hasil kerja mereka.

h. Keliling Kelompok
Dalam kegiatan Keliling Kelompok, masing-masing anggota kelompok
mendapatkan kesempatan untuk meberikan kontribusi mereka dan
mndengarkan pandangan dan pemikiran anggota lain.Teknik ini bisa
digunakan dalam semua mata pelajaran dan untuk semua tingkatan anak didik.
Cara penerapannya sebagai berikut:
1. salah satu siswa dalam masing-masing kelompok memulai dengan
pandangan dan pemikirannya mengenai tugas yang sedangan mereka
kerjakan.
2. Siswa berikutnya juga ikut memberikan kontribusinya.
3. Demikian seterusnya.
4. Giliran bicara bisa dilaksanakan menurut arah perputaran jarum jam.

16
i. Kancing Gemerincing
Dalam teknik ini setiap siswamendapatkan kesempatan untuk berperan
serta, tidak ada yang dominant. Teknik ini bisa digunakan dalam semua mata
pelajaran dan untuk semua tingkatan anak didik. Cara penerapannya sebagai
berikut:
1. guru menyiapkan satu kotak kecil yang berisi kancing-kancing (bisa juga
benda kecil lain).
2. Sebelum kelompok memulai tuganya, setiapa siswa dalam asing-masing
kelompok mendapatkan dua atau tiga buah kancing (jumlah kancing
bergantung pada sukar tidaknya tugas yang diberikan).
3. Setiap kali seorang siswa berbicara atau mengeluarkan pendapat, dia
harus menyerahkan salah satu kancingnya dan meletakannya di tengah-
tengah.
4. Jika kancing yang dimiliki seorang siswa habis, dia tidak boleh berbicara
lagi sampai semua rekannya juga mengahbiskan kncing mereka.
5. Jika semua kancing sudah habis, sedangkan tugas belum selesai,
kelompok boleh mengambil kesepakatan untuk membagikan kancing lagi
dan mengulangi prosedunya kembali.

j. Student Teams Achievement Division (STAD)


Persyaratan pelaksanaannya :
1. Siswa dikelompokkan dengan anggota 4-5 orang tiap kelompok
2. Seluruh siswa diberi kuis (tidak boleh bekerja sama)
3. Point tiap anggota dijumlahkan untuk mendapatkan skor tim
4. Tim yang mencapai kriteria tertentu dapat diberi sertifikat atau
penghargaan yang lain
5. Bahan/ alat yang harus disediakan guru :
6. Lembar Kerja Siswa
7. Rencana Pembelajaran
8. Alat Evaluasi
9. Alat dan Bahan

k. Teams Games Tournaments (TGT)


Guru menyiapkan :

1. Kartu Soal
2. Lembar Kerja Siswa

17
3. Alat/ Bahan
4. Siswa dibagi atas beberapa kelompok (tiap kelompok anggotanya 5 orang)
5. Guru mengarahkan aturan permainannya

l. Jigsaw
Persyaratan pelaksanaannya :
1. Siswa dibagi atas beberapa kelompok (tiap kelompok anggotanya 5 orang).
2. Materi pelajaran diberikan kepada siswa dalam bentuk teks yang telah
dibagi- bagi menjadi beberapa sub bab.
3. Setiap anggota kelompok membaca sub bab yang ditugaskan dan
bertanggung jawab untuk mempelajarinya.
4. Anggota dari kelompok lain yang telah mempelajari sub bab yang sama
bertemu dalam kelompok-kelompok ahli untuk mendiskusikannya.
5. Setiap anggota kelompok ahli setelah kembali ke kelompoknya bertugas
mengajar teman-temannya.
6. Ada kuis individu.
Persyaratan lain yang perlu disiapkan guru :
1. Bahan Kuis
2. Lembar Kerja Siswa
3. Rencana Pembelajaran

m. Numbered Head Together (NHT)

NHT atau penomoran berpikir bersama adalah merupakan jenis


pembelajaran kooperatif yang dirancang untuk mempengaruhi pola interaksi
siswa dan sebagai alternatif terhadap struktur kelas tradisional.

Sintaks NHT :
1. Fase 1 : Penomoran
2. Fase 2 : Mengajukan pertanyaan
3. Fase 3 : Berfikir bersama
4. Fase 4 : Menjawab

n. Model Pembelajaran Berdasarkan Permasalahan (Problem Based


Instruction / PBI)
Model PBI merupakan penyajian kepada siswa situasi masalah yang
otentik dan bermakna yang dapat memberikan kemudahan kepada mereka
untuk melakukan penyelidikan dan inkuiri.

18
Persyaratan yang harus dipenuhi :
Sintaks PBI :
1. Fase 1 : orientasi siswa pada masalah
2. Fase 2 : mengorganisasikan siswa untuk belajar
3. Fase 3 : membimbing penyelidikan individu maupun kelompok
4. Fase 4 : mengembangkan dan menyajikan hasil kerja siswa
5. Fase 5 : menganalisis dan mengevaluasi proses pemecahan
masalah.

E. Hal-hal Yang Harus Diperhatikan Dalam Pemilihan Metode Pembelajaran


Telah diketahui ada beberapa macam metode pembelajaran, tidak ada
satu metode yang paling bagus dari metode yang lainnya. Guru dapat memilih
metode yang paling tepat yang dapat digunakan. Menurut Surachmad (1980)
dalam Ahmad Tafsir, 2003;33, dalam pemilihan metode pembelajaran banyak
yang harus dipertimbangkan, antara lain:
1. Keadaan murid, yang mencakup pertimbangan tentang tingkat
kecerdasan,kematangan, perbedaan individu lainnya.
2. Tujuan yang hendak dicapai, jika tujuannya pembinaan daerah kognitif
maka metode drill kurang tepat digunakan.
3. Situasi yang mencakup hal yang umum seperti situasi kelas, situasi
lingkungan. Bila jumlah murid begitu besar, maka metode diskusi agak sulit
digunakan apalagi bila ruangan yang tersedia kecil. Metode ceramah harus
mempertimbangkan antara lain jangkauan suara guru.
4. Alat-alat yang tersedia akan mempengaruhi pemilihan metode yang akan
digunakan. bila metode eksperimen yang akan dipakai maka alat-alat untuk
eksperimen harus tersedia, dipertimbangkan juga jumlah dan mutu alat itu.
5. Kemampuan pengajar tentu menentukan, mencakup kemampuan fisik,
keahlian. Metode ceramah memerlukan kekuatan guru secara fisik. Guru
yang mudah payah, kuang kuat berceramah dalam waktu lama. Dalam
keadaan seperti ini sebaiknya ia menggunakan metode lain yang tidak
memerlukan tenaga yang banyak. Metode diskusi menuntut keahlian guru
yang agak tinggi, karena informasi yang diperlukan dalam metode diskusi
kadang-kadang lebih banyak daripada sekadar bahan yang diajarkan.
6. Sifat bahan ajar. Ini hampir sama dengan jenis tujuan yang dicapai. Ada
bahan pelajaran yang bsik disampaikan lewat metode ceramah, ada yang
lebih baik dengan metode drill dan sebagainya.

19
BAB III
PENUTUP

A. Kesimpulan
Model pembelajaran kooperatif merupakan salah satu bentuk belajar
kelompok yang memiliki keistimewaan: meningkatkan kemampuan akademik,
meningkatkan kemampuan berfikir kritis, membentuk hubungan
persahabatan, belajar berbagai informasi, belajar menggunakan kemampuan
sopan santun, meningkatkan motivasi siswa, memperbaiki sikap terhadap
sekolah dan belajar mengurangi tingkah laku yang tidak patut, membantu
siswa menghargai pokok pikiran orang lain dan memperbaiki kesehatan
psikologi siswa.
Model pembelajaran berbasis masalah sebuah model pembelajaran yang
memberikan latihan kepada siswa untuk dapat meningkatkan kemampuan
berfikir kritis, meningkatkan kreatifitas, memberikan kesempatan kepada
siswa untuk dapat menemukan dan menyelesaikan persoalan-persoalan
dengan idenya sendiri. Dengan demikian dapat meningkatkan motivasi
belajarnya.

B. Saran
Dalam penerapan model pembelajaran dalam mata pelajaran, guru harus
bijak dalam menentukan dan memilih materi yang cocok, dihubungkan
dengan kondisi siswa dan kondisi sekolah pada umumnya.
Guru harus bisa menerapkan konsep-konsep belajar mandiri dari setiap
model dan metode pembelajaran yang dipakai. Hal ini akan menjadikan siswa
mampu mengembangkan dan membangun pengetahuannya sendiri tanpa
harus selalu bergantung pada guru.
Guru harus senantiasa mampu membangkitkan motivasi belajar siswa
baik di sekolah ataupun di luar sekolah. Hal ini akan sangat berarti dalam
proses pengembangan kecenderungan dan kecerdasan masing-masing
siswa.

20
DAFTAR PUSTAKA

Baharudin dan Nur Wahyuni, Esa; 2007, Teori Belajar dan Pembelajaran,
Jogjakarta: Ar Ruzz Media

Bahri Jamarah, Saiful dan Zain, Aswan; 2002, Strategi Belajar Mengajar, Jakarta
: PT. Rineka Cipta

Departemen Agam RI ; 2004, Strategi Pengembangan Ilmu Pengetahuan dan


Teknologi di Madrasah, Jakarta :direktorat Jendral Kelembagaan Islam

De Porter, Bobbi dan Hernacki, Mike; 2005, Quantum Teaching, Bandung: Mizan

Ibrahim; 1988, Inovasi Pendidikan, Jakarta : Direktorat Jenderal Pendidikan Tinggi

Isjoni dan Firdaus; 2007, Pembelajaran Terkini, Yogyakarta : Pustaka Pelajar

Lie, Anita; 2005, Cooperative Learning, Jakarta : Grasindo

Sanjaya, Wina; 2006, Strategi Pembelajaran Berorientasi standar Proses


Pendidikan, Jakarta: Kencana Prenada Media

L. Silberman, Melvin; 2006, Active Learning, Bandung : Nusamedia

Poejiadi, Anna;2005, Sains Teknologi Masyarakat, Bandung : Remaja Rosdakarya

Wahidin; 2006, Metode Pendidikan IPA, Bandung : Sangga Buana

21
22

Anda mungkin juga menyukai