Oleh:
SURINDI, M.S.I
Puji syukur kami panjatkan kehadirat Allah Yang Maha Esa, bahan ajar ini
dapat terselesaikan dengan baik. Proses panjang melalui pemikiran, eksplorasi,
literasi dan pengkajian yang mendalam. Pergulatan pemikiran antar konsep
dilakukan secara kritis. Sehingga membuahkan hasil yang tertuang dalam bahan
ajar ini.
Ruang lingkup kajian meliputi pengertian dan penjelasan serta contoh terkait
dengan : (1) Strategi pembelajaran; (2) Pendekatan pembelajaran; (3) Model
Pembelajaran; dan (4) Media Pembelajaran dalam lesson study. Kesemuanya
dikaji secara rutut dan sistematis. Tentu untuk memperluasa kajian dapat
dilakukan studi bacaan lain yang relevan.
Kami ucapkan terimakasih kepada berbagai pihak, sehingga bahan ajar ini
dapat terselesaikan. Terhadap berbagai kekurangan tentu tidak ada kajian yang
selesai secara sempurna.
Penulis
2
Daftar Isi
Kata Pengantar .........................................................................................................2
BAB I .......................................................................................................................5
PENDAHULUAN....................................................................................................5
A. LATAR BELAKANG ..................................................................................5
B. DESKRIPSI SINGKAT ................................................................................6
C. STANDAR KOMPETENSI..........................................................................6
D. KOMPETENSI DASAR ...............................................................................6
E. INDIKATOR.................................................................................................6
F. MANFAAT MATA DIKLAT ......................................................................6
BAB II ......................................................................................................................7
STRATEGI DAN MODEL PEMBELAJARAN .....................................................7
A. Pengertian Strategi dan Model Pembelajaran ...............................................7
B. Hubungan antara Strategi, Metode dan Pendekatan Pembelajaran ...............7
C. Pendekatan Pembelajaran kontekstual (CTL/Contextual Teaching and
Learning) ..............................................................................................................9
D. Model Pembelajaran Kooperatif (Cooperative Learning) ..........................12
a. Mencari Pasangan (Make a Match) .........................................................13
b. Bertukar pasangan ...................................................................................13
c. Berpikir-Berpasangan-Berempat (Think-Pair-Share and Think-Pair-
Squere) ...........................................................................................................14
d. Berkirim Salam dan Soal .........................................................................14
e. Kepala Bernomor (Numbered Heads) .....................................................15
f. Kepala Bernomor Terstruktur..................................................................15
g. Dua Tinggal Dua Tamu (Two Stay Two Stray) .......................................16
h. Keliling Kelompok ..................................................................................16
i. Kancing Gemerincing..............................................................................17
j. Student Teams Achievement Division (STAD) ......................................17
k. Teams Games Tournaments (TGT) .........................................................17
l. Jigsaw ......................................................................................................18
m. Numbered Head Together (NHT) ........................................................18
n. Model Pembelajaran Berdasarkan Permasalahan (Problem Based
Instruction / PBI)............................................................................................18
E. Hal-hal Yang Harus Diperhatikan Dalam Pemilihan Metode Pembelajaran
19
3
BAB III...................................................................................................................20
PENUTUP ..............................................................................................................20
A. Kesimpulan .................................................................................................20
B. Saran............................................................................................................20
DAFTAR PUSTAKA ............................................................................................21
4
BAB I
PENDAHULUAN
A. LATAR BELAKANG
Prinsip proses pembelajaran adalah belajar, sedangkan belajar adalah
suatu proses perubahan perilaku individu yang relatif tetap sebagai hasil dari
pengalaman. Oleh karena itu pembelajaran adalah upaya penataan
lingkungan yang kondusif, sehingga proses belajar dapat tumbuh dan
berkembang.
Permasalahan dalam proses pembelajaran dewasa ini adalah
kecenderungan bahwa para murid hanya terbiasa menggunakan sebagian
kecil dari potensinya atau kemampuan berfikirnya. Dikhawatirkan mereka
menjadi malas untuk berfikir dan terbiasa malas berfikir
mandiri.kecenderungan ini sama saja dengan pemandulan dan sama sekali
bukan proses pencerdasan. Para murid dan juga gurunya masih terbiasa
belajar dengan domain kognitif yang rendah. Oleh karena itu, metode berfikir
dalam kegiatan mereka pun belum menyentuh dominan afektif dan konatif
yang diperlukan. Aspek lain berkenaan dengan konsep diri dan proses
mengembangkan kemandirian dalam berfikir, bersikap, dan berperilaku.
Belajar berfikir logis atau kritis, dialogis dan argumentatif, umumnya masih
langka di sekolah-sekolah kita.
Temuan Slimming (1998) yang meneliti perilaku para guru di Indonesia,
juga menunjukkan bahwa pada umumnya para guru cenderung
mengembangkan pembelajaran pasif dengan menggunakan metode ceramah
di sebagian besar aktivitas proses pembelajarannya di kelas.
5
B. DESKRIPSI SINGKAT
D. KOMPETENSI DASAR
Setelah mengikuti pembelajaran ini peserta diharapkan dapat:
1. Memilih strategi pembelajaran
2. Memilih model pembelajaran
E. INDIKATOR
1. Memilih pendekatan pembelajaran
2. Menentukan teknik pembelajaran
3. Menentukan metode pembelajaran
4. Menentukan strategi pembelajaran
5. Memilih model pembelajaran dalam perencanaan pembelajaran
6
BAB II
STRATEGI DAN MODEL PEMBELAJARAN
7
kegiatan nyata tercapai secara optimal. Ini berarti, metode digunakan untuk
merealisasikan strategi yang telah ditetapkan. Dengan demikian, metode
dalam rangkaian system pembelajarann memegang peranan yang sangat
penting. Keberhasilan implementasi strategi pembelajaran sangat tergantung
pada cara guru menggunakan metode pembelajaran, karena suatu strategi
pembelajaran hanya mungkin dapat diimplementasikan melalui penggunaan
metode pembelajaran. Misalnya, strategi ekspositori bisa digunakan metode
ceramah sekaligus metode tanya jawab dan bahkan metode diskusi. Dengan
kata lain, strategi adalah a plan of operation achieving something, sedangkan
metode adalah a way in achieving something.
Dari pengalaman, banyak orang menerjemahkan atau menyamakan
pengertian metode dengan cara. Menurut Ahmad Tafsir, 2003, untuk
mengetahui pengertian metode secara tepat, dapat dilihat dari penggunaan
kata metode dalam bahasa Inggris. Dalam bahasa Inggris ada kata way dan
kata method. Dua kata ini sering diterjemahkan cara dalam bahasa Indonesia.
Sebenarnya yang lebih layak diterjemahkan cara adalah kata way, bukan
method.
Metode adalah istilah yang digunakan untuk mengungkapkan pengertian
“cara yang paling tepat dan cepat dalam melakukan sesuatu”. Ungkapan “yang
paling tepat dan cepat” itulah yang membedakan method dengan way.
Karena metode berarti cara yang paling tepat dan cepat, maka urutan kerja
dalam suatu metode harus diperhitungkan benar-benar secara ilmiah.
Ada istilah lain yang mempunyai kemiripan dengan startegi adalah
pendekatan (approach). Pendekatan diartikan sebagai titik tolak atau sudut
pandang kita terhadap proses pembelajaran. Istilah pendekatan masih
memiliki pengertian kepada pandangan tentang terjadinya suatu proses yang
sifatnya masih sangat umum. Oleh karenanya strategi dan metode
pembelajaran yang digunakan dapat bersumber atau tergantung dari
pendekatan tertentu. Roy Killen (1998) misalnya, mencatat ada dua
pendekatan dalam pembelajaran, yaitu pendekatan yang berpusat pada guru
(teacher-centered approaches) yang menurunkan startegi pembelajaran
langsung (direct instruction), pembelajaran deduktif atau pembelajaran
ekspositori. Dan pendekatan yang berpusat pada siswa (student-centered
approaches) menurunkan strategi pembelajaran discovery dan inkuiri serta
strategi pembelajaran induktif.
8
Selain strategi, metode, dan pendekatan pembelajaran, terdapat istilah lain
yang kadang sulit dibedakan, yaitu teknik dan taktik mengajar. Teknik dan
taktik mengajar merupakan penjabaran dari metode pembelajaran. Teknik
adalah cara yang dilakukan seseorang dalam rangka mengimplementasikan
suatu metode. Misalnya, cara yang bagaimana yang harus dilakukan agar
metode ceramah yang dilakukan berjalan efektif dan efisien? Dengan
demikian, sebelum berceramah sebaiknya memperhatikan kondisi dan situasi.
Misalnya, ceramah pada siang hari dengan jumlah siswa yang banyak tentu
akan berbeda jika ceramah itu dilakukan pada pagi hari dengan jumlah siswa
yang terbatas.
Taktik adalah gaya seseorang dalam melaksanakan suatu teknik atau
metode tertentu. Dengan demikian taktik sifatnya lebih individual.
Dari penjelasan di atas, maka dapat ditentukan bahwa suatu strategi
pembelajaran yang diterapkan guru akan tergantung pada pendekatan yang
digunakan, sedangkan bagaimana menjalankan strategi itu dapat ditetapkan
berbagai metode, dan penggunaan teknik yang dianggapnya relevan dengan
metode, dan pengguanaan teknik setiap guru memiliki taktik yang mungkin
berbeda antara guru yang satu dengan guru yang lainnya.
9
Pendekatan pembelajaran kontekstual (CTL/Contextual Teaching and
Laerning) dianggap lebih dari pembelajaran konvensional. Dapat dilihat
perbedaannya, sebagai berikut:
Perbedaan antara pembelajaran CTL dengan pembelajaran Konvensional
PENDEKATAN
PENDEKATAN CTL
TRADISIONAL
1. Siswa aktif terlibat 1. Siswa penerima informasi
2. Belajar dengan kerja sama 2. Belajar individual
3. Berkait dengan kehidupan nyata 3. Abstrak dan teoritis
4. Perilaku dibangun atas kesadaran 4. Perilaku dibangun atas
diri kebiasaan
5. Keterampilan dikembangkan atas 5. Keterampilan dikembangkan
dasar pemahaman atas dasar latihan
6. Memperoleh kepuasan diri 6. Memperoleh pujian dan nilai
7. Kesadaran tidak melakukan yang saja
jelak tumbuh dari dalam 7. Tidak melakukan yang jelek
8. Bahasa diajarkan dengan karena takut hukuman
pendekatan komunikatif, 8. Bahasa diajarkan dengan
digunakan dalam kontek nyata pendekatan Struktural,
9. Pemahaman rumus kemudian dilatihkan
dikembangkan atas dasar 9. Rumus ada di luar diri siswa,
skemata yang sudah ada dalam yang harus diterangkan,
diri siswa diterima, dihafalkan, dan
10. Pemahaman rumus relatif dilatihkan
berbeda 10. Rumus adalah kebenaran
11. Siswa aktif, kritis bergelut dengan absolut
ide 11. Siswa pasif hanya menerima
12. Pengetahuan dibangun dari tanpa kontribusi ide
kebermaknaan 12. Pengetahuan ditangkap dari
13. Pengetahuan selalu berkembang fakta, konsep, atau hukum
sejalan dengan fenomena baru 13. Kebenaran bersifat absolut dan
14. Siswa bertanggungjawab pengetahuan bersifat final
memonitor dan mengembangkan 14. Guru adalah penentu jalannya
pembelajaran proses pembelajaran
10
15. Penghargaan terhadap 15. Pembelajaran tidak
pengalaman siswa sangat memperhatikan pengalaman
diutamakan siswa
16. Hasil belajar diukur dengan 16. Hasil belajar diukur dengan tes
prinsip Alternative Assessment 17. Pembelajaran hanya terjadi di
17. Pembelajaran terjadi di berbagai dalam kelas
tempat, konteks, dan setting 18. 18.Sanksi adalah hukuman dari
18. Penyesalan adalah hukuman dari perilaku jelek
perilaku jelek 19. Perilaku baik berdasar motivasi
19. Perilaku baik berdasar motivasi akstrinsik
instrinsik 20. Berperilaku baik karena terbiasa
20. Berperilaku baik karena dia yakin melakukan begitu, dan karena
itulah yang terbaik dan mendapat hadiah
bermanfaat
11
tetapi lebih kepada bagaimana bahan itu dipelajari sehingga dapat dipahami.
Modelling dapat dilakukan untuk pengusaan keterampilan atau penegtahuan
tertentu.
6. Penilaian sebenarnya (Authentic assessment). Penilaian sebenarnya dilakukan
selama proses pembelajaran, bisa digunakan melalui tes formatif maupun
sumatif, yang diukur bukan mengingat fakta tetapi lebih kepada penampilan dan
keterampilan, berkesinambungan, terpadu, dan hasil penilaiannya dapat
digunakan sebagai umpan balik.
7. Refleksi (Reflection). Refleksi adalah cara berfikir tentang apa yang sudah
dilakukan di masa lalu. Siswa mengendapkan apa yang baru dipelajarinya
sebagai struktur pengetahuan yang baru, yang merupakan pengayaan atau
revisi dari pengetahuan sebelumnya. Refleksi merupakan respon terhadap
kejadian, aktivitas, atau pengetahuan yang baru diterima.
Strategi yang biasa digunakan dalam pendekatan kontekstual (CTL) antara
lain; CBSA (cara belajar siswa aktif), Life skills education, authentic Instruction,
inquiry base Learning, problem base Learning, cooperative learning, dan service
learning. Adapun yang dibahas di sini adalah cooperative learning.
12
4. komunikasi antar anggota, proses ini sangat bermanfaat dan perlu
ditempuh untuk memperkaya pengalaman belajar dan pembianaan
perkembangan mental dan emosional siswa.
5. evaluasi proses kelompok. Evaluasi dilakukan terjadwal dilakukan untuk
mengevaluasi proses kerja kelompok dan hasil kerja sama agar
selanjutnya bisa bekerja sama lebih efektif.
Beberapa model dalam pembelajaran kooperatif, antara lain;
a. Mencari Pasangan (Make a Match)
Teknik belajar ini dikembangkan oleh Lorna Curran (1994). Salah satu
keunggulan teknik ini adalah siswa mencari pasangan sambil belajar mengenai
suatu konsep atau topic dalam suasana yang menyenangkan. Teknik ini bisa
digunakan dalam semua mata pelajaran dan untuk semua tingkatan usia anak
didik. Cara penerapannya sebagai berikut:
1. guru menyiapkan beberapa kartu yang berisi beberapa konsep atau topik
yang mungkin cocok untuk sesi review (persiapan menjelang test atau ujian)
2. setiap siswa mendapat satu kartu
3. setiap siswa mencari pasangan yang mempunyai kartu yang cocok dengan
kartunya. Misalnya, pemegang kartu yang bertuliskan Newton akan
berpasangan dengan F= m.a , dan seterusnya.
4. Siswa bisa juga bergabung dengan dua atau tiga siswa lain yang memegang
kartu yang cocok. Misalnya, pemegang kartu 3+9 akan membentuk
kelompok dengan pemegang kartu 3x4 dan 6x2
b. Bertukar pasangan
Teknik belajar mengajar Bertukar Pasangan memberi siswa kesempatan
untuk bekerja sama dengan orang lain. Teknik ini bisa digunakan dalam
semua mata pelajaran dan untuk semua tingkatan usia anak didik. Cara
penerapannya sebagai berikut:
13
4. Kedua pasangan tersebut tertukar pasangan . masing masing pasangan
yang baru ini kemudian saling menanyakan dan mengukuhkan jawaban
mereka .
5. Temuan baru yang didapatkan dari pertukaran pasangan kemudian
dibagikan kepada pasangan semula.
14
2. Masing-masing kelompok mengirimkan satu orang utusan yang akan
mneyampaikan salam dan soal dari kelompoknya (salam kelompok bisa
berupa sorak kelompok atau yel-yel)
3. Setiap kelompok mengerjakan soal kiriman dari kelompok lain.
4. Setelah selesai, jawaban masing-masing krlompok icocokkkan dengan
jawaban kelompok yang membuat soal.
Catatan : kegiatan berkirim salam dan soal bisa digabung dengan bebrapa
teknik yang lain. Pada tahap pembuatan soal, siswa bisa memakai teknik
Berpikir-berpasangan-berempat. Pada saat mencocokkan jawaban bisa
menggunakan teknik Dua Tinggal Dua Tamu.
15
mengumpulkan data yang berhhubungan dengan penyelesaian soal.
Siswa nomor 2 bertugas mencari penyelesaian soal. Siswa nomor 3
mencatat dan melaporkan hasil kerja kelompok.
3. Jika perlu (untuk tugas-tugas yang sulit), guru juga bisa mengadakan keja
sama antar kelompok. Siswa bisa disuruh keluar dari kelompoknya dan
bergabung bersama beberapa siswa yang bernomor sama dari kelompok
lain. Dalam kesempatan ini, siswa-siswa dengan tugas yang sama bisa
saling membantu atau mencocokkan hasil kerja mereka.
h. Keliling Kelompok
Dalam kegiatan Keliling Kelompok, masing-masing anggota kelompok
mendapatkan kesempatan untuk meberikan kontribusi mereka dan
mndengarkan pandangan dan pemikiran anggota lain.Teknik ini bisa
digunakan dalam semua mata pelajaran dan untuk semua tingkatan anak didik.
Cara penerapannya sebagai berikut:
1. salah satu siswa dalam masing-masing kelompok memulai dengan
pandangan dan pemikirannya mengenai tugas yang sedangan mereka
kerjakan.
2. Siswa berikutnya juga ikut memberikan kontribusinya.
3. Demikian seterusnya.
4. Giliran bicara bisa dilaksanakan menurut arah perputaran jarum jam.
16
i. Kancing Gemerincing
Dalam teknik ini setiap siswamendapatkan kesempatan untuk berperan
serta, tidak ada yang dominant. Teknik ini bisa digunakan dalam semua mata
pelajaran dan untuk semua tingkatan anak didik. Cara penerapannya sebagai
berikut:
1. guru menyiapkan satu kotak kecil yang berisi kancing-kancing (bisa juga
benda kecil lain).
2. Sebelum kelompok memulai tuganya, setiapa siswa dalam asing-masing
kelompok mendapatkan dua atau tiga buah kancing (jumlah kancing
bergantung pada sukar tidaknya tugas yang diberikan).
3. Setiap kali seorang siswa berbicara atau mengeluarkan pendapat, dia
harus menyerahkan salah satu kancingnya dan meletakannya di tengah-
tengah.
4. Jika kancing yang dimiliki seorang siswa habis, dia tidak boleh berbicara
lagi sampai semua rekannya juga mengahbiskan kncing mereka.
5. Jika semua kancing sudah habis, sedangkan tugas belum selesai,
kelompok boleh mengambil kesepakatan untuk membagikan kancing lagi
dan mengulangi prosedunya kembali.
1. Kartu Soal
2. Lembar Kerja Siswa
17
3. Alat/ Bahan
4. Siswa dibagi atas beberapa kelompok (tiap kelompok anggotanya 5 orang)
5. Guru mengarahkan aturan permainannya
l. Jigsaw
Persyaratan pelaksanaannya :
1. Siswa dibagi atas beberapa kelompok (tiap kelompok anggotanya 5 orang).
2. Materi pelajaran diberikan kepada siswa dalam bentuk teks yang telah
dibagi- bagi menjadi beberapa sub bab.
3. Setiap anggota kelompok membaca sub bab yang ditugaskan dan
bertanggung jawab untuk mempelajarinya.
4. Anggota dari kelompok lain yang telah mempelajari sub bab yang sama
bertemu dalam kelompok-kelompok ahli untuk mendiskusikannya.
5. Setiap anggota kelompok ahli setelah kembali ke kelompoknya bertugas
mengajar teman-temannya.
6. Ada kuis individu.
Persyaratan lain yang perlu disiapkan guru :
1. Bahan Kuis
2. Lembar Kerja Siswa
3. Rencana Pembelajaran
Sintaks NHT :
1. Fase 1 : Penomoran
2. Fase 2 : Mengajukan pertanyaan
3. Fase 3 : Berfikir bersama
4. Fase 4 : Menjawab
18
Persyaratan yang harus dipenuhi :
Sintaks PBI :
1. Fase 1 : orientasi siswa pada masalah
2. Fase 2 : mengorganisasikan siswa untuk belajar
3. Fase 3 : membimbing penyelidikan individu maupun kelompok
4. Fase 4 : mengembangkan dan menyajikan hasil kerja siswa
5. Fase 5 : menganalisis dan mengevaluasi proses pemecahan
masalah.
19
BAB III
PENUTUP
A. Kesimpulan
Model pembelajaran kooperatif merupakan salah satu bentuk belajar
kelompok yang memiliki keistimewaan: meningkatkan kemampuan akademik,
meningkatkan kemampuan berfikir kritis, membentuk hubungan
persahabatan, belajar berbagai informasi, belajar menggunakan kemampuan
sopan santun, meningkatkan motivasi siswa, memperbaiki sikap terhadap
sekolah dan belajar mengurangi tingkah laku yang tidak patut, membantu
siswa menghargai pokok pikiran orang lain dan memperbaiki kesehatan
psikologi siswa.
Model pembelajaran berbasis masalah sebuah model pembelajaran yang
memberikan latihan kepada siswa untuk dapat meningkatkan kemampuan
berfikir kritis, meningkatkan kreatifitas, memberikan kesempatan kepada
siswa untuk dapat menemukan dan menyelesaikan persoalan-persoalan
dengan idenya sendiri. Dengan demikian dapat meningkatkan motivasi
belajarnya.
B. Saran
Dalam penerapan model pembelajaran dalam mata pelajaran, guru harus
bijak dalam menentukan dan memilih materi yang cocok, dihubungkan
dengan kondisi siswa dan kondisi sekolah pada umumnya.
Guru harus bisa menerapkan konsep-konsep belajar mandiri dari setiap
model dan metode pembelajaran yang dipakai. Hal ini akan menjadikan siswa
mampu mengembangkan dan membangun pengetahuannya sendiri tanpa
harus selalu bergantung pada guru.
Guru harus senantiasa mampu membangkitkan motivasi belajar siswa
baik di sekolah ataupun di luar sekolah. Hal ini akan sangat berarti dalam
proses pengembangan kecenderungan dan kecerdasan masing-masing
siswa.
20
DAFTAR PUSTAKA
Baharudin dan Nur Wahyuni, Esa; 2007, Teori Belajar dan Pembelajaran,
Jogjakarta: Ar Ruzz Media
Bahri Jamarah, Saiful dan Zain, Aswan; 2002, Strategi Belajar Mengajar, Jakarta
: PT. Rineka Cipta
De Porter, Bobbi dan Hernacki, Mike; 2005, Quantum Teaching, Bandung: Mizan
21
22