PENGEMBANGAN MODEL
PEMBELAJARAN PADA MATA
PELAJARAN MATEMATIKA
SEKOLAH DASAR
RATNAWATI
KATA PENGANTAR
Allah, Tuhan Yang Maha Esa atas rahmat dan karunia-Nya, sehingga penulis dapat
menyelesaikan buku ajar. Tak lupa juga mengucapkan salawat serta salam semoga senantiasa
tercurahkan kepada Nabi Besar Muhammad SAW, karena berkat beliau, kita mampu keluar
dari kegelapan menuju jalan yang lebih terang.
Kami ucapkan juga rasa terima kasih kami kepada pihak-pihak yang mendukung
lancarnya buku ajar ini mulai dari proses penulisan hingga proses cetak, yaitu orang tua kami,
rekan-rekan kami, penerbit, dan masih banyak lagi yang tidak bisa kami sebutkan satu per
satu.
2
DAFTAR ISI
JUDUL...............................................................................................1
KATA PENGANTAR.........................................................................2
DAFTAR ISI......................................................................................4
BAB I.................................................................................................5
KONSEP............................................................................................5
A. Konsep Model Pembelajaran..................................................5
B. Konsep Strategi Pembelajaran................................................7
C. KONSEP METODE PEMBELAJARAN.............................10
D. KONSEP PENDEKATAN PEMBELAJARAN...................12
BAB II..............................................................................................15
RAGAM MODEL PEMBELAJARAN...........................................15
A. MODEL PROBLEM BASED LEARNING (PBL)..............15
1. Pengertian model pembelajaran PBL................................15
2. Langkah-langkah model pembelajaran PBL.....................16
3. Kelebihan dan kelemahan model pembelajaran PBL........16
4. Penerapan model Problem Basic Learning (PBL)............17
B. MODEL PEMBELAJARAN PROJECT BASED LEARNING (PJBL) 19
1. Pengertian model pembelajaran PJBL..............................19
2. Langkah-langkah model pembelajaran PJBL....................21
3. Kelebihan dan kelemahan PJBL.......................................21
4. Penerapan project based learning (PJBL).........................23
C. MODEL PEMBELAJARAN DISCOVERY LEARNING...24
1. Pengertian model pembelajaran discovery learning..........24
2. Langkah-Langkah Operasional Model Pembelajaran Discovery Learning 25
3. Kelebihan dan kelemahan model pembelajaran discovery learning 26
4. Penerapan Model pembelajaran Discovery Learning dalam pembelajaran 30
D. MODEL PEMBELAJARAN INQUIRY LEARNING.........31
1. Pengertian Model pembelajaran inquiry learning.............31
2. Langkah-langkah model pembelajaran inquiry learning...31
3. Kelebihan dan kelemahan modek pembelajaran inquiry learning 32
3
4. Penerapan model pembelajaran inquiry learning dalam pembelajaran 33
E. MODEL PEMBELAJARAN PROBLEM SOLVING..........35
1. Pengertian problem solving...............................................35
2. Langkah-langkah model pembelajaran problem solving. .35
3. Kelebihan dan kelemahan metode pembelajaran problem solving 36
4. Penerapan model pembelajaran problem solving dalam pembelajaran 37
F. MODEL PEMBELAJARAN PROBLEM POSSING..........38
1. Pengertian model pembelajaran problem solving.............38
2. Langkah-langkah model pembelajaran problem solving. .39
3. Kelebihan dan Kelemahan Model Pembelajaran Problem Posing 41
4. Penerapan model pembelajaran problem possing.............42
Bab III..............................................................................................44
Pendekatan Pembelajaran Matematika Realistik.............................44
A. Pengertian.............................................................................44
C. Langkah-Langkah Pendekatan Pembelajaran Matematika Realistik 48
D. Kelebihan Dan Kelemahan Ppendekatan Pembelajaran Matematika Realistik 49
DAFTAR PUSTAKA.......................................................................51
4
BAB I
Dalam proses pembelajaran dikenal beberapa istilah yang memiliki kemiripan makna,
sehingga seringkali orang merasa bingung untuk membedakannya. Istilah-istilah tersebut
adalah: (1) model pembelajaran (2) pendekatan pembelajaran; (3) metode pembelajaran;
(4) strategi pembelajaran.
A. Model Pembelajaran
Model-model pembelajaran sendiri biasanya disusun berdasarkan berbagai
prinsip atau teori pengetahuan.Para ahli menyusun model pembelajaran berdasarkan
berbagai prinsip atau teori pengetahuan. Para ahli menyusun model pembelajaran
berdasarkan prinsip-prinsip pembelajaran, teori-teori psikologis, sosiologis, analisis
sistem, atau teori-teori yang lain yang mendukung.
Menurut Arends dalam Trianto, mengatakan “model pembelajaran
adalah suatu perencanaan atau suatu pola yang digunakan sebagai pedoman dalam
merencanakan pembelajaran di kelas. Model pembelajaran dapat diartikan sebagai
bentuk dari pembelajaran yang tergambar dari awal hingga akhir
Joyce & Weil mempelajari model- model berdasarkan teori belajar yang
dikelompokan menjadi empat model pembelajaran. Model tersebut merupakan Pola
Umum perilaku pembelajaran untuk mencapai tujuan pembelajaran yang diharpkan.
Joyce & Weil berpendapat bahwa model pembelajaran adalah suatu rencana atau pola
yang dapat digunakan untuk membentuk kurikulum (rencana pembelajaran jangka
panjang), merancang bahanbahan pembelajaran, dan membimbing pembelajaran di
kelas atau yang lain. Model pembelajaran dapat dijadikan pola pilihan, artinya para
guru memilih model pembelajaran yang sesuai dan efisien untuk mencapai tujuan
pendidikannya.
B. Strategi pembelajaran
Kata strategi berasal dari bahasa Latin strategia, yang diartikan sebagai seni
penggunaan rencana untuk mencapai tujuan. Strategi pembelajaran menurut Frelberg
& Driscoll (1992) dapat digunakan untuk mencapai berbagai tujuan pemberian materi
pelajaran pada berbagai tingkatan, untuk siswa yang berbeda, dalam konteks yang
berbeda pula. Gerlach & Ely (1980) mengatakan bahwa strategi pembelajaran
5
merupakan cara-cara yang dipilih untuk menyampaikan materi pelajaran dalam
lingkungan pembelajaran tertentu, meliputi sifat, lingkup, dan urutan kegiatan yang
dapat memberikan pengalaman belajar kepada siswa. Dick & Carey (1996)
berpendapat bahwa strategi pembelajaran tidak hanya terbatas pada prosedur kegiatan,
melainkan juga termasuk di dalamnya materi atau paket pembelajaran. Strategi
pembelajaran terdiri atas semua komponen materi pelajaran dan prosedur yang akan
digunakan untuk membantu siswa mencapai tujuan pembelajaran tertentu. Strategi
pembelajaran juga dapat diartikan sebagai pola kegiatan pembelajaran yang dipilih
dan digunakan guru secara kontekstual, sesuai dengan karakteristik siswa, kondisi
sekolah, lingkungan sekitar serta tujuan khusus pembelajaran yang dirumuskan.
Gerlach & Ely (1980) juga mengatakan bahwa perlu adanya kaitan antara strategi
pembelajaran dengan tujuan pembelajaran, agar diperoleh langkah-langkah kegiatan
pembelajaran yang efektif dan efisien. Strategi pembelajaran terdiri dari metode dan
teknik (prosedur) yang akan menjamin bahwa siswa akan betul-betul mencapai tujuan
pembelajaran. Kata metode dan teknik sering digunakan secara bergantian.
C. Pendekatan pembelajaran
Pendekatan pembelajaran merupakan aktifitas guru dalam memilih kegiatan
pembelajaran. Tiap pendekatan pembelajaran tersebut mempunyai karakteristik
tertentu, dan berbeda antara satu dengan yang lainnya sesuai dengan fungsi dan
tujuan tiap pendekatan. Pendekatan pembelajaran tentu tidak kaku harus
menggunakan pendekatan tertentu, tetapi sifatnya lugas dan terencana. Artinya
memilih pendekatan disesuaikan dengan kebutuhan materi ajar yang dituangkan
dalam perencanaan pembelajaran. Menurut Sagala (2012: 71) Pendekatan konsep
merupakan suatu pendekatan pengajaran yang secara langsung menyajikan konsep
tanpa memberi kesempatan kepada siswa untuk menghayati bagaimana konsep itu
diperoleh. Konsep diperoleh dari fakta, peristiwa, pengalaman, melalui generalisasi
dan berfikir abstrak.Konsep memiliki banyak arti tetapi dalam kegiatan belajar
mengajar, konsep adalah akibat dan suatu hasil belajar, misal suatu saat seseorang
belajar mengenal kesimpulan benda-benda dengan jalan membedakan satu sama lain.
Jalan lain yang dapat ditempuh adalah memasukan suatu benda kedalam suatu
kelompok tertentu dan mengemukakan beberapa contoh dan kelompok itu yang
dinyatakan sebagai jenis kelompok tersebut. Jalan yang kedua inilah yang
memungkinkan seseorang mengenal suatu benda atau peristiwa sebagai suatu
6
anggota kelompok. Pendekatan proses adalah suatu pendekatan pengajaran
memberikan kesempatan kepada siswa untuk ikut menghayati proses penemuan atau
penyusunan suatu konsep sebagai suatu keterampilan proses (Afrial, 2012).
Pendekatan ini dilatar belakangi oleh konsep-konsep belajar menurut teori
Naturalisme-Romantis” dan teori kognitif gestal. Naturalisme-romantis menekankan
kepada aktifitas siswa. Dan teori kognitif gestal menekankan pemahaman dan
kesatupaduan yang menyeluruh.
D. Metode pembelajaran
Uno & Mohamad (2012: 7) mengemukakan pendapatnya yaitu “Metode
pembelajaran didefinisikan sebagai cara yang digunakan guru dalam menjalankan
fungsinya dan merupakan alat untuk mencapai tujuan pembelajaran”.Metode
pembelajaran dapat dianggap sebagai suatu prosedur atau proses yang teratur, suatu
jalan atau cara yang teratur untuk melakukan kegiatan pembelajaran. Setiap materi
pembelajaran tidak dapat menggunakan metode pembelajaran yang sama, oleh
karena itu sebelum mengajar seorang guru harus memilih metode pembelajaran yang
sesuai dengan materi.
Adapun prinsip dalam memilih metode pembelajaran yang dikemukakan oleh
Bachtiar Rifva’i (dalam Mira Seplitasari: 2013) yaitu:
1. Asas maju kelanjutan (continous progress) yang artinya memberi kemungkinan
pada murid untuk mempelajari sesuatu sesuai dengan kemampuannya.
2. Penekanan pada belajar sendiri, artinya anak-anak diberikan kesempatan untuk
mempelajari dan mencari bahan pelajaran lebih banyak lagi daripada yang
diberikan oleh guru.
3. Bekerja secara team, dimana anak mengerejakan sesuatu pekerjaan yang
memungkinkan anak bekerja sama.
4. Multi disipliner, artinya memungkinkan anak-anak untuk mempelajari sesuatu
meninjau dari berbagai sudut. Misalnya masalah rambut gonderong dapat dilihat
dari sudut kesehatan dan pandangan orang. Fleksibel, dalam arti dapat dilakukan
menurut keperluan dan keadaan.
Metode pembelajaran banyak macamnya antara lain metode ceramah, metode
tanya jawab, metode kelompok, metode sosiodrama, metode diskusi, metode
problem solving dan masih banyak lagi. Sedangkan dalam alam penelitian ini,
7
penulis menggunakan metode pembelajaran guided note taking dan complette
sentence.
BAB II
RAGAM MODEL /PENDEKATAN PEMBELAJARAN
9
LANGKAH AKTIVITAS AKTIVITAS SISWA
KERJA GURU
Orientasi peserta Guru Kelompok mengamati
didik pada masalah menyampaikan dan memahami masalah
masalah yang yang disampaikan guru
akan dipecahkan atau yang diperoleh dari
secara kelompok. bahan bacaan yang
Masalah yang disarankan.
diangkat
hendaknya
kontekstual.
Masalahbisa
ditemukan
sendiri oleh
peserta didik
melalui bahan
bacaan atau
lembar kegiatan
Mengorganisasikan Guru Peserta didik berdiskusi
peserta didik untuk memastikan dan membagi tugas
belajar setiap anggota untuk mencari
memahami tugas data/bahan-bahan/alat
masing-masing. yang diperlukan untuk
menyelesaikan masalah.
Membimbing Guru memantau Peserta didik melakukan
penyelidikan keterlibatan penyelidikan (mencari
individu maupun peserta didik data/referensi/sumber)
kelompok dalam untuk bahan diskusi
pengumpulan kelompok
data/bahan
selama proses
penyelidikan.
Mengembangkan Guru memantau Kelompok melakukan
10
dan menyajikan diskusi dan diskusi untuk
hasil karya membimbing menghasilkan solusi
pembuatan pemecahan masalah dan
laporan sehingga hasilnya
karya setiap dipresentasikan/disajikan
kelompok siap dalam bentuk karya
untuk
dipresentasikan
Menganalisis dan Guru Setiap kelompok
mengevaluasi membimbing melakukan presentasi,
proses pemecahan presentasi dan kelompok yang lain
masalah mendorong memberikan apresiasi.
kelompok Kegiatan dilanjutkan
memberikan dengan merangkum/
penghargaan membuat kesimpulan
serta masukan sesuai dengan masukan
kepada yang diperoleh dari
kelompok kelompok lainnya.
lainnya. Guru
bersama peserta
didik
menyimpulkan
materi
11
mengembangkan kemampuan peserta didik dalam membuat perencanaan,
berkomunikasi, menyelesaikan masalah dan membuat keputusan yang tepat dari
masalah yang dihadapi. Menurut Kosasih (2014: 96) project based learning adalah
model pembelajaran yang menggunakan proyek atau kegiatan sebagai tujuannnya.
Pembelajaran difokuskan dalam pemecahan masalah yang menjadi tujuan utama
dari proses belajar sehingga dapat memberikan pembelajaran yang lebih bermakna
karena dalam belajar tidak hanya mengerti apa yang dipelajari tetapi membuat
peserta didik menjadi tahu apa manfaat dari pembelajaran tersebut untuk
lingkungan sekitarnya. Pada hakikatnya model pembelajaran project based learning
dirancang untuk digunakan pada permasalahan yang kompleks yang diperlukan
pelajaran dalam melakukan investigasi dan memahaminya. Dengan
mengkelompokkan peserta didik dalam memecahkan suatu proyek atau tugas maka
akan melatih keterampilan peserta didik dalam merencanakan, mengorganisasi,
negoisasi, dan membuat konsensus tentang isu-isu tugas yang akan dikerjakan,
siapa yang bertanggung jawab untuk setiap tugas, dan bagaimana informasi akan
dikumpulkan dan disajikan. Lebih lanjut Bie (Nglimun, 2013: 185) menegaskan
project based learning yaitu: “model pembelajaran yang berfokus pada konsep-
konsep dan prinsip-prinsip utama (central) dari suatu disiplin, melibatkan siswa
dalam kegiatan pemecahan masalah dan tugas-tugas bermakna lainnya,
memberikan peluang siswa bekerja secara otonom mengkonstruk belajar mereka
sendiri, dan puncaknya menghasilkan produk karya siswa bernilai, dan realistik”.
1. Langkah-langkah model pembelajaran Project Basic Learning (PJBL)
a) Penentuan pertanyaan mendasar (start with essential question)
b) Menyusun perencanaan proyek (design project
c) Menyusun jadwal (create schedule)
d) Memantau siswa dan kemajuan proyek (monitoring the students and
progress of project)
e) Penilaian hasil (assess the outcome)
f) Evaluasi Pengalaman (evaluation the experience)
2. Keunggulan Penerapan Model Project Based Learning Menurut Kurniasih
(2014: 83)
Ada beberapa keunggulan dari model pembelajaran PJBL ini yaitu:
12
a) meningkatkan motivasi belajar peserta didik untuk belajar mendorong
kemampuan mereka untuk melakukan pekerjaan penting, dan mereka
perlu dihargai;
b) meningkatkan kemampuan pemecahan masalah;
c) membuat peserta didik menjadi lebih aktif dan berhasil memecahkan
problem-problem yang kompleks
d) meningkatkan kolaborasi
e) mendorong peserta didik untuk mengembangkan dan mempraktikkan
keterampilan komunikasi
f) meningkatkan keterampilan peserta didik dalam mengelola sumber
g) memberikan pengalaman kepada peserta didik pembelajaran dan praktik
dalam mengorganisasi proyek dan membuat alokasi waktu dan sumber-
sumber lain seperti perlengkapan untuk menyelesaikan tugas
h) menyediakan pengalaman belajar yang melibatkan peserta didik secara
kompleks dan dirancang berkembang sesuai dunia nyata
i) melibatkan para peserta didik untuk belajar mengambil informasi dan
menunjukkan pengetahuan yang dimiliki, kemudian diimplementasikan
dengan dunia nyata
j) membuat suasana belajar menjadi menyenangkan, sehingga peserta didik
maupun pendidik menikmati proses pembelajaran”.
3. Kelemahan Project Based Learning
Menurut Sani (2014: 177) beberapa kelemahan dari model pembelajaran
project basic learning ini adalah sebagai berikut:
a) membutuhkan banyak waktu untuk menyelesaikan masalah dan
menghasilkan produk;
b) membutuhkan biaya yang cukup;
c) membutuhkan guru yang terampil dan mau belajar;
d) membutuhkan fasilitas, peralatan, dan bahan yang memadai;
e) tidak sesuai untuk siswa yang mudah menyerah dan tidak memiliki
pengetahuan serta keterampilan yang dibutuhkan
f) kesulitan melibatkan semua siswa dalam kerja kelompok
4. Penerapan model pembelajaran Project Basic Learning
13
Proses pembelajaran matematika dengan mengguanakan model project
based learning dalam implementasinya perlu dilakukan pembuatan
perencanaan pembelajaran yang baik. Guru harus memperhatikan psikis dan
kesiapan belajar matematika. guru harus mencari tahu apa yang terjadi
sebelumnya dari mereka, sehingga kekurangan dari pengalaman masa lalunya
tertutupi oleh gaya belajar yang menyenangkan. Dengan demikian, tujuan
penggunaan model pembelajaran dapat terselesaikan dengan baik.Ini diperkuat
oleh Siswanto (2012: 56) yang menyatakan salah satu faktor yang
mempengaruhi belajar yaitu kesiapan. Kesiapan adalah kesediaan untuk
memberi respon, sehingga harus diperhatikan dalam proses belajar. Dengan
adanya kesiapan belajar, hasil yang dicapai baik.
16
Menurut Hosnan (2014: 285) terdapat beberapa langkah-langkah yang
harus ditempuh oleh guru dalam melaksanakan model pembelajaran Discovery
Learning, diantaranya:
a) Merumuskan masalah
b) Dari data yang diberikan guru, peserta didik menyusun, memproses,
mengorganisir, dan menganalisis data tersebut.
c) Peserta didik menyusun konjektur (perkiraan) dari hasil analisis yang
dilakukannya.
d) Bila dipandang perlu, konjektur yang telah dibuat peserta didik diperiksa
oleh guru.
e) Apabila telah diperoleh kepastian tentang kebenaran konjektur tersebut,
maka verbalisasi konjektur sebaiknya diserahkan juga kepada peserta
didik untuk menyusunnya.
f) Sesudah peserta didik menemukan apa yang dicari, hendaknya guru
menyediakan soal latihan untuk memeriksa apakah hasil penemuan itu
benar.
D. Model pembelajaran inquiry learning
1. Pengertian Model pembelajaran inquiry learning
Hamdayama (2014) model pembelajaran inkuiri adalah cara di dalam
aktivitas pendidikan agar semakin mengetahui serta mendapatkan alas an dari
ide pemikiran siswa sendiri. Jadi siswa harus berusaha sendiri tanpa ikut
campur dari orang lain “Menurut pengertian dari Ambarjaya (2012)
mengenai model pembelajaran inkuiri adalah hubungan aktivitas pendidikan
dalam cara tanggap serta sistematis agar mengetahui maupun mendapatkan
balasan dari suatu masalah yang dimiliknyai. Jadi siswa harus memiliki cara
berpikir yang reseptif. Menurut irfan sugianto (2020) model pembelajaran
inkuiri adalah rangkaian dari suatu pengkajian yang melibatkkan seluruh
siswa agar berfikir secara teliti, analogis dan sistematis sehingga bisa
memecahkan masalah yang dihadapinnya. Jadi siswa harus aktif pada saat
pembelajaran berlangsung.
2. Langkah-langkah model pembelajaran inquiry learning
Berdasarkan pendapat dari Ngalimun (2012), menyatakan bahwa ada
beberapa langkah-langkah dalam model pembelajaran inkuiri antara lain:
17
a) Memperoleh dan mengartikan persoalan, siswa bisa memberikan solusi
atas persoalannya. Siswa bisa memahami persoalan yang dihadapi
b) Menguraikan Hipotesis, Siswa bisa memiliki tentang jawaban sementara.
Siswa bisa memahami materi yang disampaikan oleh guru
c) Memberikan informasi, siswa bisa memiliki informasi apapun dari orang
lain. Siswa bisa meningkatkan daya ingat untuk berpikir
d) Memeriksa dugaan sementara, siswa memiliki daya ingat yang kuat.
Siswa bisa memahami materi yang telah disampaikan oleh guru
e) \Mengambil ringkasan, siswa memiliki kesimpulan untuk meringkas
semua bacaan yang diambil. Siswa bisa meringkas dengan baik.
3. Kelebihan dan kelemahan model pembelajaran inquiry learning
1) Kelebihan
Tanggapan dari Hamruni (2012), menyatakan bahwa ada beberapa
keunggulan model pembeajaran inkuiri, antara lain:
a) Bisa mengayomi keinginan seorang murid yang mempuyai keahlian di
atas semua, maka seorang murid yang mempuyai keahlian belajar baik,
tidak akan terhalang melalui murid yang rendah dari pembelajaran.
Siswa bisa memiliki kemampuan yang kuat untuk sekolah.
b) Melalui pertumbuhan intelektal belajar masa kini yang dijadikan
belajar merupakan cara perbedaan perilaku melalui pengetahuan.
c) Memperoleh peluang untuk peserta didik agar belajar tepat pada
keyakinan belajarnya. Siswa bisa percaya diri atas kemampuannya.
d) Mempertegas untuk menumbuhkan aspek keaktifan, kehadiran dan
keterampilan yang sama, maka pembelajaran rencana ini akan
bertambah bermanfaat. Siswa bisa merencanakan hal tersebut dengan
baik dan benar.
2) Kelemahan
Menurut pendapat dari Mulyasa dalam Susanti (2014) ada 2
kelemahan dari model pembelajaran inkuiri antara lain:
a) Rumit dari merencanakan pendidikan disebabkan oleh
terhambatnya melalui kebiasaan peserta didik dalam
pembelajaran. Siswa harus bisa memiliki kemampuan untuk
semangat belajar.
18
b) Susah mengendalikan aktivitas serta tercapainnya dari peserta
didik. Siswa harus bisa memiliki kemampuan untuk belajar
secara aktif
4. Penerapan model pembelajaran inquiry learning dalam pembelajaran
a. Orientasi, adalah tindakan selama membimbing situasi atau keadaan
pendidikan yang selalu respon. Guru mengontrol supaya peserta didik bisa
melakukan sistem pendidikan dengan aturan yang berlaku.
b. Merumuskan Masalah, cara memperoleh peserta didik melalui
permasalahan yang berhubungan dengan tebak-tebakan. Permasalahan
yang diberikan merupakan permasalahan yang merangsang peserta didik
agar berkerja untuk memberikan solusi terhadap persoalan serta peserta
didik diarahkan agar menghasilkan balasan yang benar
c. Meringkas Hipotesis, jawaban sementara pada suatu persoalan yang masih
diselidiki. Siswa bisa memiliki daya ingat yang kuat.
d. Menghimpun Data, kegiatan memilah penjelasan yang diperlukan agar
memeriksa hipotesis yang diusulkan. Siswa bisa menghimpun data dengan
benar.
e. Memeriksa Hipotesis, cara memutuskan jawaban yang sudah cocok
melalui data serta penjelasan yang didapat berlandaskan untuk
menggabungkan data,
f. Meringkas Kesimpulan, cara menjelaskan kembali yang didapatkan
berlandaskan dari memeriksa hipotesis. Siswa bisa memeriksakan kembali
dengan benar.
E. Model Problem Solving
1. Pengertian problem solving
Triatnata, Asri, dan Suadnyana (2014 : 3) mengemukakan bahwa model
pembelajaran problem solving merupakan salah satu model pembelajaran yang
membuat pola pikir siswa berkembang, keaktifan siswa untuk berpikir kritis
dalam menyelesaikan permasalahan atau persoalan yang dihadapi dengan tepat.
Melalui proses pemecahan masalah pada tahapan problem solving dapat
memberikan kesempatan kepada siswa untuk mengalami dan membangun
sendiri pengetahuannya. Menurut Rahayu (2016 : 31) metode pemecahan
masalah (problem solving) berbentuk penjelasan tentang masalah, kejadian,
19
peristiwa atau situasi tertentu, kemudian siswa ditugasi mencari alternatif
pemecahannya. Berdasarkan pendapat tersebut didapat kesimpulan bahwa
model pembelajaran problem solving adalah salah satu model pembelajaran
yang dapat dikembangkannya pola berpikir siswa dengan cara diselesaikannya
suatu persoalan atau masalah, kejadian atau dalam situasi tertentu.
2. Langkah-langkah model pembelajaran problem solving
Terdapat 5 langkah yang dilakukan dalam proses pembelajaran dengan
menggunakan model pembelajaran Problem Solving (Widyawati, 2015 : 4)
sebagai berikut:
a. Merumuskan masalah. Dalam merumuskan masalah kemampuan yang
diperlukan adalah kemampuan mengetahui dan merumuskan suatu masalah.
b. Menelaah masalah. Dalam menelaah masalah kemampuan yang diperlukan
adalah menganalisis dan merinci masalah yang diteliti dari berbagai sudut.
c. Menghimpun dan mengelompokkan data sebagai bahan pembuktian
hipotesis. Menghimpun dan mengelompokkan data adalah memperagakan
data dalam bentuk bagan, gambar, dan lain-lain sebagai bahan pembuktian
hipotesis.
d. Pembuktian hipotesis. Dalam pembuktian hipotesis kemampuan yang
diperlukan adalah kecakapan menelaah dan membahas data yang telah
terkumpul.
e. Menentukan pilihan pemecahan masalah dan keputusan
3. Kelebihan dan kelemahan metode pembelajaran problem solving
1. Kelebihan
Kelebihan model pembelajaran Problem Solving, yaitu sebagai berikut:
a) Mendidik siswa untuk berpikir sistematis
b) Mampu mencari jalan keluar terhadap situasi yang dihadapi
c) Belajar menganalisis suatu masalah dari berbagai aspek
d) Mendidik siswa percaya diri
e) Berpikir dan bertindak kreatif
2. Kelemahan
Kelemahan dari model pembelajaran Problem Solving, yaitu:
a) Memerlukan waktu yang cukup banyak
20
b) Kemampuan siswa dalam memecahkan masalah berbeda-beda ada yang
sempurna dalam memecahkan masalah tetapi ada juga yang kurang dalam
memecahkan masalah.
4. Penerapan model pembelajaran problem solving dalam pembelajaran
Dalam menerapkan model pembelajaran problem solving dalam pembelajaran
matematika yaitu guru harus memperhatikan karakteristik siswa kemudian guru
memberikan langkah-langkah dalam proses penerapan model problem solving
misalnya Klarifikasi masalah meliputi pemberian penjelasan kepada setiap
individu tentang masalah yang akan diajukan, agar setiap individu dapat
memahami tentang penyelesaian seperti apa yang akan diharapkan lalu
Pengungkapan pendapat (Brainstorming) diharapkan setiap individu dibebaskan
untuk mengungkapkan pendapat tentang berbagai macam bagaimana cara
menyelesaikan masalah matematika. Kemudian Evaluasi dan Pemilihan
(Evaluation and Selection) setiap individu dibagi dalam berbagai kelompok
untuk mendiskusikan pendapat-pendapat atau cara-cara yang cocok untuk
masalah tersebut setelah itu Implementasi (Implememtation) setiap kelompok
maupun individu harus mampu menentukan cara mana yang akan diambil untuk
menyelesaikan masalah tersebut, kemudian menerapkannya sampai menemukan
penyelesaian dari masalah tersebut.
25
kolaborasi, interaktif (tutor sebaya) dengan maksud agar mereka berkekuatan penuh
untuk bereksperimen baik secara individu maupun kelompok (Ahmad & Asmaidah,
2017; Sirait & Azis, 2017). Dalam PMR, guru berperan dalam menfasilitasi proses
belajar untuk memungkinkan terjadinya interaksi yang optimal serta menerapkan
scaffolding (Özkaya & Karaca, 2017). Tujuan dari PMR adalah memberikan
kesempatan kepada siswa untuk menemukan kembali dan merekonstruksi konsep-
konsep matematika dengan mengaitkan konsep-konsep matematika dengan dunia
nyata, sehingga siswa mempunyai pengertian yang kuat tentang konsep-konsep
matematika. PMR akan secara operasional memberikan pengertian tentang relevansi
serta kegunaan matematika (materi yang diajarkan) dengan dan atau dalam kehidupan
sehari-hari. Semua kajian tersebut akan secara independen dikonstruksi dan
dikembangkan oleh siswa. Selain itu, penyelesaian masalah tidak harus tunggal dan
tidak harus sama antara satu siswa dengan siswa lainnya. Beberapa penelitian terdahulu
menunjukan bahwa PMR efektif dalam meningkatkan kemampuan matematis siswa
(Ahmad & Asmaidah, 2017; Alamiah & Afriansyah, 2017; Lisnani, 2019; Muhtadi &
Sukirwan, 2017).
Beberapa karakteristik pendekatan matematika realistik menurut Suryanto
(2007) adalah sebagai berikut:
1. Masalah kontekstual yang realistik (realistic contextual problems) digunakan
untuk memperkenalkan ide dan konsep matematika kepada siswa.
2. Siswa menemukan kembali ide, konsep, dan prinsip, atau model matematika
melalui pemecahan masalah kontekstual yang realistik dengan bantuan guru atau
temannya.
3. Siswa diarahkan untuk mendiskusikan penyelesaian terhadap masalah yang
mereka temukan (yang biasanya ada yang berbeda, baik cara menemukannya
maupun hasilnya).
4. Siswa merefleksikan (memikirkan kembali) apa yang telah dikerjakan dan apa
yang telah dihasilkan; baik hasil kerja mandiri maupun hasil diskusi.
5. Siswa dibantu untuk mengaitkan beberapa isi pelajaran matematika yang
memang ada hubungannya.
6. Siswa diajak mengembangkan, memperluas, atau meningkatkan hasilhasil dari
pekerjaannya agar menemukan konsep atau prinsip matematika yang lebih rumit.
26
7. Matematika dianggap sebagai kegiatan bukan sebagai produk jadi atau hasil yang
siap pakai. Mempelajari matematika sebagai kegiatan paling cocok dilakukan
melalui learning by doing (belajar dengan mengerjakan).
28
DAFTAR PUSTAKA
29
Jeheman. G.A. 2019. Pengaruh Pendekatan Matematika Realistik Terhadap Pemahaman
Konsep Matematika Siswa. Mosharafa: Jurnal Pendidikan Matematika. 8(2).
191-200.
Khoerunnisa, Putri. 2020. Analisis Model-Model Pembelajaran. Fondatia : Jurnal
Pendidikan Dasar. 4(1). 1-27.
Lutvaidah, Ukti. 2015. Pengaruh Metode Dan Pendekatan Pembelajaran Terhadap
Penguasaan Konsep Matematika. Jurnal Formatif. 5(3). 279-285.
Nurfitriyanti, Maya. Dkk. 2016. Model Pembelajaran Project Based Learning Terhadap
Kemampuan Pemecahan Masalah Matematika. Jurnal Formatif. 6(2). 149-
160.
Punaji Setyosari. (Juli 2006). Belajar Berbasis Masalah (Problem Based Learning).
Makalah Disampaikan Dalam Pelatihan Dosen-Dosen PGSD FIP UNY Di
Malang.
Sugianto, Irfan. Dkk. 2020. Efektivitas Model Pembelajaran Inkuiri Terhadap
Kemandirian Belajar Siswa Di Rumah. Jurnal Informasi Penelitian. 1 (3).
159-169.
Suryanto. 2007. ”Pendidikan Matematika Realistik Indonesia (PMRI)”. Majalah PMRI.
5(1). 8 – 10.
Tyas, Retnaning. 2017. Kesulitan Penerapan Problem Based Learning Dalam
Pembelajaran Matematika. Tecnoscienza. 2(1). 42-51.
Udin S. Winataputra. 2003. Strategi Belajar Mengajar. Jakarta: Pusat Penerbitan
Universitas Terbuka.
Zainal, F.N. 2020. Problem Based Learning Pada Pembelajaran Matematika Di Sekolah
Dasar/ Madrasah Ibtidaiyah. Jurnal Basicedu. 6(3).
30