PENDEKATAN PEMBELAJARAN
Disusun Oleh :
Nama :Sukmawan
Nim :2022A1C021
2023
KATAPENGATAR
Puji syukur kami panjatkan kehadirat Allah SWT Yang suda melimpahkan
Rahmat, Taufik dan hidayah nya sehingga kami bisa menyusun tugas strategi
pembelajaran ini dengan baik serta tepat waktu Tak lupa pula kita kirimkan
solawat Junjungan Nabi besar kita Nabi Muhamad SAW Beserta keluarganya para
Sahabtnya,dan seluruh umatnya yang senantiasa totiqomah hingga akhir zaman
Penulisan makalah ini bertujuan untuk memenuhi tugas mata kuliah Strategi
Pembelajaran yang Berjudul “PENDEKATAN PEMBELAJARAN ”.
Penulis
ii
DAFTAR ISI
HALAMAN JUDUL ........................................................................... i
KATAPENGANTAR ........................................................................... ii
Kesimpulan .................................................................................... 19
Daftar pustaka.......................................................................... 20
iii
BAB I PENDAHULUAN
A. Latar Belakang
B. RUMUSAN MASALAH
a. pengertian pendekatan pembelajaran
b. Tipe tipe pendekatan pembelajaran
c. Implikasi Pendekatan pembelajaran
1
BAB II PEMBAHASAN
2
Pendekatan kontekstual sudah lama dikembangkan oleh John Dewey
pada Tahun 1916, yaitu sebagai filosofi belajar yang menekankan pada
pengembanganminat dan pengalaman siswa. Kontekstual (Contextual
Teaching
and Learning). Dikembangkan oleh The Washington State Consortium for
Contextual Teaching and Learning, yang bergerak dalam dunia pendidikan di
Amerika Serikat. Salah satu kegiatannya adalah melatih dan memberi
kesempatan kepada guru-guru dari enam propinsi di Indonesia untuk belajar
pendekatan kontekstual di Amerika Serikat melalui Direktorat PLP
Depdiknas.
Pendekatan kontekstual lahir karena kesadaran bahwa kelas-kelas di Indonesia
tidak produktif. Sehari-hari kelas-kelas di sekolah diisi dengan “pemaksaan”
terhadap siswa untuk belajar dengan cara menerima dan menghapal, Harus
segera ada pilihan strategi pembelajaran yang lebih berpihak dan.
Memberdayakan siswa.
Adapun yang melandasi pengembangan pendekatan kontekstual adalah
konstruktivisme, yaitu filosofi belajar yang menekankan bahwa belajar tidak
hanya sekedar menghapal. Siswa harus mengkonstruksikan pengetahuan di
benak mereka sendiri. Bahwa pengetahuan tidak dapat dipisah-pisahkan
menjadi fakta atau proposisi yang terpisah, tetapi mencerminkan keterampilan
yang dapat diterapkan. Konstruktivisme berakar pada filsafat pragmatisme
yang digagas oleh John Dewey pada awal abad 20 yang lalu.
Ada kecenderungan dewasa ini untuk kembali pada pemikiran bahwa
anak akan belajar lebih baik jika lingkungan diciptakan alamiah. Belajar akan
lebih bermakna jika anak mengalami apa yang dipelajarinya, bukan sekedar
mengetahuinya.
Sebab, pembelajaran yang berorientasi target penguasaan materi terbukti
berhasil dalam kompetisi mengingat jangka pendek, tetapi gagal dalam
membekali anak memecahkan persoalan dalam kehidupan jangka panjang.
Inilahyang terjadi pada kelas-kelas di sekolah Indonesia dewasa ini. Hal
ini terjadi karena masih tertanam pemikiran bahwa pengetahuan dipandang
3
sebagai perangkat fakta-fakta yang harus dihapal, kelas berfokus pada
guru sebagai sumber utama pengetahuan, akibatnya ceramah merupakan
pilihan utama strategi mengajar. Karena itu, diperlukan:
(1)Sebuah pendekatan belajar yang lebih memberdayakan siswa(2)Kesadaran
bahwa pengetahuan bukanlah seperangkat fakta dan konsep yang Siap
diterima, melainkan sesuatu yang harus dikonstruksi sendiri oleh
siswa(3)kesadaran pada diri siswa tentang pengertian makna belajar
bagi mereka, apa manfaatnya, bagaimana mencapainya, dan apa yang mereka
pelajari adalah berguna bagi hidupnya.
(4).Posisi guru yang lebih berperan pada urusan strategi bagaimana belajar
daripada pemberi informasi.
4
refleksi, penilaian sebenarnya Dalam pengajaran kontekstual memungkinkan
terjadinya lima bentuk Belajar yang penting, yaitu:
1. Mengaitkan adalah strategi yang paling hebat dan merupakan inti
konstruktivisme. Guru menggunakan strategi ini ketia ia mengkaitkan
konsep baru dengan sesuatu yang sudah dikenal siswa. Jadi dengan
demikian, mengaitkan apa yang sudah diketahui siswa dengan informasi
baru.
2. Mengalami merupakan inti belajar kontekstual dimana mengaitkan berarti
menghubungkan informasi baru dengan pengelaman maupun pengetahui
sebelumnya. Belajar dapat terjadi lebih cepat ketika siswa dapat
memanipulasi peralatan dan bahan serta melakukan bentuk-bentuk
penelitian yang aktif.
3. Menerapkan. Siswa menerapkan suatu konsep ketika ia malakukan
kegiatan pemecahan masalah. Guru dapet memotivasi siswa dengan
memberikam latihan yang realistic dan relevan.
4. Kerjasama. Siswa yang bekerja secara individu sering tidak membantu
kemajuan yang signifikan. Sebaliknya, siswa yang bekerja secara
kelompok sering dapat mengatasi masalah yang komplek dengan sedikit
bantuan.Pengalaman kerjasama tidak hanya membanti siswa mempelajari
bahan ajar,tetapi konsisten dengan dunia nyata.
2. Pendekatan Konstruktivisme
Pendekatan konstruktivisme merupakan pendekatan dalam
pembelajaran yang lebih menekankan pada tingkat kreatifitas siswa dalam
menyalurkan ide-ide baru yang dapat diperlukan bagi pengembangan diri
siswa yang didasarkan pada pengetahuan.
Pada dasarnya pendekatan konstruktivisme sangat penting dalam
peningkatan dan pengembangan pengetahuan yang dimiliki oleh siswa berupa
keterampilan dasar yang dapat diperlukan dalam pengembangan diri siswa
5
baik dalam lingkungan sekolah maupun dalam lingkungan masyarakat. Dalam
pendekatan konstruktivisme ini peran guru hanya sebagai pembibimbing dan
pengajar dalam kegiatan pembelajaran. Olek karena itu, guru lebih
mengutamakan keaktifan siswa dan memberikan kesempatan kepada siswa
untuk menyalurkan ide-ide baru yang sesuai dengan materi yang disajikan
unutk meningkatkankemampuansiswasecarapribadi.
Jadi pendekatan konstruktivisme merupakan pembelajaran yang lebih
mengutamakan pengalaman langsung dan keterlibatan siswa dalam kegiatan
pembelajaran,secara umum yang disebut konstruktivisme menekankan
kontribusi seseorang pembelajar dalam memberikan arti, serta belajar sesuatu
melaluiaktivitas individu dan sosial. Tidak ada satupun teori belajar tentang
konstruktivisme, namun terdapat beberapa pendekatan konstruktivis, misalnya
pendekatan yang khusus dalam pendidikan matematik dan sains. Beberapa
pemikir konstruktivis seperti Vigotsky menekankan berbagi dan konstruksi
sosial dalam pembentukan pengetahuan (konstruktivisme sosial); sedangkan
yang lain seperti Piaget melihat konstruksi individu lah yang utama
(konstruktivisme individu).
❖ Konstruktivisme Individu
Para psikolog konstruktivis yang tertarik dengan pengetahuan individu.
Kepercayaan, konsep diri atau identitas adalah mereka yang biasa disebut
konstruktivis individual. Riset mereka berusaha mengungkap sisi dalam
psikologi manusia dan bagaimana seseorang membentuk struktur emosional
atau kognitif dan strateginya.
❖ Konstruktivisme social
6
berbeda. Interaksi sosial, alat-alat budaya, dan aktivitasnya membentuk
perkembangan dan kemampuan belajar individual.
❖ Ciri-ciri pendekatan konstruktivisme
4. Pendekatan Induktif
7
Pendekatan induktif menekanan pada pengamatan dahulu, lalu menarik
kesimpulan berdasarkan pengamatan tersebut. Metode ini sering disebut
sebagai sebuah pendekatan pengambilan kesimpulan dari khusus menjadi
umum. Pendekatan induktif merupakan proses penalaran yang bermula dari
keadaan Khusus menuju keadaan umum APB Statement No. 4 adalah contoh
dari penelitian induksi, Statement ini adalah suatu usaha APB untuk
membangun sebuah teori akuntansi. Generally Accepted Accounting
Principles (GAAP) yang dijelaskan di dalam pernyataan (statement) dibangun
berdasarkan observasi dari praktek yang ada.Perbedaan Pendekatan Deduktif
dan Induktif. Teori normatif (normative theory) menggunakan pertimbangan
nilai (value judgement) yang berisi satu atau lebih premis menjelaskan cara
yang seharusnya ditempuh. Sebagai contoh, premis yang menyatakan bahwa
laporan akuntansi (accounting reports) seharusnya didasarkan kepada
pengukuran nilai aset bersih yang bisa direalisasi (net realizable value
measurements of assets) merupakan premis dari teori normatif. Sebaliknya,
teori deskriptif (descriptive theory) berupaya untuk menemukan hubungan
yang sebenarnya terjadi.
5. Pendekatan Konsep
Pendekatan konsep adalah pendekatan yang mengarahkan peserta
didik meguasai konsep secara benar dengan tujuan agar tidak terjadi kesalahan
konsep (miskonsepsi). Konsep adalah klasifikasi perangsang yang memiliki
ciri-ciri tertentu yang sama. Konsep merupakan struktur mental yang
diperoleh dari pengamatan dan pengalaman.
Pendekatan Konsep merupakan suatu pendekatan pengajaran yang
secara langsung menyajikan konsep tanpa memberi kesempatan kepada siswa
untuk menghayati bagaimana konsep itu diperoleh.
➢ Ciri-ciri suatu konsep adalah:
a. Konsep memiliki gejala-gejala tertentu
b. Konsep diperoleh melalui pengamatan dan pengalaman langsung
c. Konsep berbeda dalam isi dan luasnya
8
d. Konsep yang diperoleh berguna untuk menafsirkan pengalaman-
pengalarnan
e. Konsep yang benar membentuk pengertian
f. Setiap konsep berbeda dengan melihat ‘ciri-ciri tertentu
6. Pendekatan Proses
Pendekatan proses merupakan pendekatan pengajaran yang
memberikan kesempatan kepada siswa untuk menghayati proses penemuan
atau penyusunan suatu konsep sebagai suatu keterampilan proses.
Pendekatan proses adalah pendekatan yang berorientasi pada proses bukan
hasil. Pada pendekatan ini peserta didik diharapkan benar-benar menguasai
proses. Pendekatan ini penting untuk melatih daya pikir atau mengembangkan
kemampuan berpikir dan melatih psikomotor peserta didik. Dalam pendekatan
proses peserta didik juga harus dapat mengilustrasikan atau memodelkan dan
bahkan melakukan percobaan. Evaluasi pembelajaran yang dinilai adalah
proses yang mencakup kebenaran cara kerja, ketelitian, keakuratan, keuletan
dalam bekerrja dan sebagainya.
9
7. Pendekatan Sains, Teknologi, dan Masyarakat
Pendekatan Science, Technology and Society (STS) atau pendekatan
Sains, Teknologi dan Masyarakat (STM) merupakan gabungan antara
pendekatan konsep, keterampilan proses,CBSA, Inkuiri dan diskoveri serta
pendekatan lingkungan. (Susilo, 1999). Istilah Sains Teknologi Masyarakat
(STM) dalam bahasa Inggris disebut Sains Technology Society (STS), Science
Technology Society and Environtment (STSE) atau Sains Teknologi
Lingkungan dan Masyarakat. Meskipun istilahnya banyak namun sebenarnya
intinya sama yaitu Environtment, yang dalam berbagai kegiatan perlu
ditonjolkan. Sains Teknologi Masyarakat (STM) merupakan pendekatan
terpadu antara sains, teknologi, dan isu yang ada di masyarakat. Adapun
tujuan dari pendekatan STM ini adalah menghasilkan peserta didik yang
cukup memiliki bekal pengetahuan, sehingga mampu mengambil keputusan
penting tentang masalah-masalah dalam masyarakat serta mengambil tindakan
sehubungan dengan keputusan yang telah diambilnya. Filosofi yang mendasari
pendekatan STM adalah pendekatan konstruktivisme, yaitu peserta didik
menyusun sendiri konsep-konsep di dalam struktur kognitifnya berdasarkan
apa yang telah mereka ketahui.
Ciri yang menonjol pada pembelajaran individual dapat ditinjau dari segi-
Segi:
10
a. Tujuan pengajaran
Tujuan pengajaran yang menonjol adalah pemberian kesempatan dan
keleluasaan siswa untuk berlajar berdasarkan kemampuan sendiri serta
pengembangan kemampuan tiap individu secara optimal.
b. Siswa sebagai subyek yang belajar Siswa memiliki keleluasaan berupa : (1)
kebebasan menggunakan waktu belajar (2) keleluasaan dalam mengontrol
kegiatan, kecepatan, dan intensitas belajar, dalam rangka mencapai tujuan
belajar yang ditetapkan. (3) siswa melakukan penilaian sendiri atas hasil
belajar. (4) siswa dapat mengetahui kemampuan dan hasil belajar sendiri (5)
siswa memiliki kesempatan untuk menyusun program belajarnya sendiri (6)
jenis kedudukan siswa tersebut berakibat pada adanya perbedaan tanggung
jawab belajar-mengajar. Hal ini terkait dengan perkembangan emansipasi diri
siswa. Meskipun demikian pada tempatnya sejak usia pendidikan dasar siswa
dididik memiliki rasa tanggung jawab dalam belajar sendiri.
c. Guru sebagai pembelajar
Kedudukan guru dalam pembelajaran individual bersifat
membantu,Berkenaan dengan komponen pembelajaran berupa: (1)
perencanaan kegiatan belajar (2) pengorganisasian kegiatan belajar (3)
penciptaan pendekatan terbuka anatara guru dan siswa (4) fasilitas yang
mempermudah belajar Peranan guru dalam merencanakan kegiatan belajar
siswa adalah sebagai berikut: (1) membantu merencanakan kegiatan belajar
siswa: dengan musyawarah guru membantu siswa menetapkan tujuan belajar,
membuat program belajar sesuai kemampuan siswa. (2)membicarakan
pelaksanaan belajar, mengemukakan kriteria keberhasilan belajar, menentukan
waktu dan kondisi belajar (3)berperan sebagai penasihar atau pembimbing
(4)membantu siswa dalam penilaian hasil belajar dan kemajuan sendiri
Peranan guru dalam pengorganisasian kegiatan belajar adalah mengatur dan
memonitor kegiatan belajar sejak awal sampai akhir. Peranan guru sebagai
berikut:
(1) memberikan orientasi umum sehubungan dengan belajar topik tertentu
(2)membuat variasi kegiatan belajar agar tidak terjadi kebosanan
11
(3) mengkoordinasikan kegiatan dengan memperhatikan kemajuan, materi,
media, dan sumber.
(4) membagi perhatian pada sejumlah pelajar, menurut tugas dan kebutuhan
pelajar
(5) memberikan balikan terhadap setiap pelajar
(6)mengakhiri kegiatan belajar dalam suatu unjuk hasil belajar
d. Program pembelajaran
Program pembelajaran individual merupakan usaha memperbaiki kelemahan
pengajaran klasikal. Dari segi kebutuhan pelajar, program ini lebih efektif,
sebab siswa belajar sesuai dengan programnya sendiri.
▪ Dari segi guru, kurang efisien jika jumlah siswa terlalu besar
Dari segi usia perkembangan belajar, program ini cocok untuk siswa SMP ke
atas, karena siswa dipandang telah dapat membaca dengan baik, mengerti dan
memahami dengan baik, serta dapat bekerja mandiri dan bekerjasama dengan
baik.
12
▪ Dari segi bidang studi, bidang studi yang cocok untuk program ini ialah
bahasa, matematika, IPA, dan IPS bagi ajaran tertentu, serta musik, kesenian,
dan olahraga yang bersifat perorangan
Program pembelajaran individual dapat berjalan efektif jika
mempertimbangkan hal-hal berikut: (1) disesuaikan dengan kebutuhan dan
kemampuan siswa (2) tujuan pembelajaran dibuat dan dimengerti oleh siswa
(3) prosedur dan cara kerja dimengerti oleh siswa (6)keterlibatan guru dalam
evaluasi dimengerti siswa
13
keterpimpinan pada tiap anggota kelompok dalam pemecahan masalah
kelompok. B. Siswa dalam pembelajaran kelompok kecil
Siswa dalam kelompok kecil adalah anggota kelompok yang belajar untuk
memecahkan masalah kelompok. Kelompok kecil merupakan satuan kerja
yang kompak dan kohesif.
Ciri-ciri kelompok kecil yang menonjol adalah: (1)tiap siswa merasa sadar diri
sebagai anggota kelompok. (2)tiap siswa merasa diri memiliki tujuan bersama
berupa tujuan kelompok (3)memiliki rasa saling membutuhkan dan saling
tergantung (4)ada interaksi dan komunikasi antar anggota (5)ada tindakan
berasama sebagai perwujudan tanggung jawab kelompok
14
Pada pembelajaran kelompok, orientasi dan tekanan utama pelaksanaan adalah
peningkatan kemampuan kerja kelompok
15
Peranan siswa yang penting adalah: (1)pencari informasi yang benar
(2)pemakai media dan sumber yang benar (3)menyelesaikan tugas sehubungan
dengan penilaian guru.
Evaluasi hasil belajar pada model inkuiri meliputi: (1)ketrampilan pencarian dan
perumusan masalah (2)ketrampilan pengumpulan data atau informasi
(3)ketrampilan meneliti tentang obyck, seperti benda, sifat benda, kondisi, atau
peristiwa dan pelaku (3)ketrampilan menarik kesimpulan 4)laporan
16
Fase:
Kegiatan belajar disekolah menurut Biggs dan Telfer, ada umumnya dapat
dibedakan menjadi empat hal berkenaan dengan :
17
2. Belajar yang efektif seperti belajar tentang perasaan, nilai nilai dan emosi,
Belajar yang berkenaan dengan isi ajaran, seperti yang
3. Ditentukan dalam silabus semacam pokok-pokok bahasan, dan Belajar
yang berkaenaan dengan proses, seperti bagaimana suatu hasil dapat
diperoleh.
18
BAB III PENUTUP
A. Kesimpulan
19
DAFTAR PUSTAKA
20