Anda di halaman 1dari 50

HAKIKAT PENDEKATAN, MODEL, STRATEGI, DAN METODE

PEMBELAJARAN

Dosen Pengampu:
Made Juniantari, M.Pd

OLEH:
Kelompok 1
Kelas IV D
Pande Nyoman Awik Widanan Jaya 1813011032
Ni Kadek Juliani 1813011042
Gde Rama Isimunuartha 1813011066

PROGRAM STUDI PENDIDIKAN MATEMATIKA


JURUSAN MATEMATIKA
FAKULTAS MATEMATIKA DAN ILMU PENGETAHUAN ALAM
UNIVERSITAS PENDIDIKAN GANESHA
2020

i
KATA PENGANTAR

Om Swastyastu,
Puji syukur kami panjatkan kehadapan Tuhan Yang Maha Esa karena
berkat rahmat-Nya, makalah yang berjudul “Hakikat Pendekatan, Model, Strategi,
dan Metode Pembelajaran” ini dapat disusun dan diselesaikan tepat pada
waktunya. Makalah ini kami buat untuk memenuhi tugas mata kuliah Strategi dan
Desain Pembelajaran.
Tak lupa penyusun mengucapkan terima kaih yang sebesar-besarnya
kepada semua pihak yang sudah mendukung dan membantu penyusunan
makalah ini, adapun pihak yang dimaksud yaitu:
1. Ibu Made Juniantari, M.Pd. selaku dosen pengampu mata kuliah
Strategi dan Desain Pembelajaran yang telah memberikan wawasan
dan bimbingan mengenai mata kuliah Strategi dan Desain
Pembelajaran.
2. Rekan-rekan mahasiswa/i Jurusan Matematika Undiksha yang telah
memberikan dukungan berupa informasi tambahan mengenai
penyusunan makalah ini.
Mengingat akan keterbatasan kemampuan serta pengalaman yang kami
peroleh belum begitu luas, maka dalam penyusunan makalah ini kami menyadari
bahwa masih banyak terdapat kekurangan dan kesalahan, sehingga hasilnya masih
jauh dari kata sempurna. Sekiranya makalah yang telah kami susun ini dapat
bermanfaat bagi kami sendiri maupun bagi pembaca. Sebelumnya kami mohon
maaf apabila terdapat kesalahan kata-kata yang kurang berkenan. Dengan hati
yang tulus kami menerima dan menghormati segala kritik maupun saran yang
bersifat membangun dalam rangka penyempurnaan makalah ini. Akhir kata kami
sampaikan terima kasih.
Singaraja, 22 Februari 2020

Penyusun

ii
DAFTAR ISI
Halaman Judul..........................................................................................................i

Kata Pengantar.........................................................................................................ii

Daftar Isi.................................................................................................................iii

BAB I PENDAHULUAN........................................................................................1

1.1 Rasional.....................................................................................................1

1.2 Rumusan Masalah.....................................................................................2

1.3 Tujuan Penulisan.......................................................................................2

1.4 Manfaat Penulisan.....................................................................................2

BAB II PEMBAHASAN.........................................................................................4

2.1 Kajian Teoritik Pendekatan, Model, Strategi, dan Metode Pembelajaran......4

2.1.1 Pendekatan Pembelajaran.........................................................................4

2.1.2 Model Pembelajaran.................................................................................5

2.1.3 Strategi Pembelajaran...............................................................................8

2.1.4 Metode Pembelajaran.............................................................................11

2.2 Hubungan antara Pendekatan, Model, Strategi, dan Metode Pembelajaran.14

2.3 Jenis-jenis Pendekatan, Model, Strategi, dan Metode Pembelajaran...........16

BAB III PENUTUP...............................................................................................44

3.1 Simpulan.......................................................................................................44

3.2 Rekomendasi.................................................................................................45

DAFTAR PUSTAKA............................................................................................46

iii
BAB I
PENDAHULUAN
1.1 Rasional
Pendidikan sampai saat ini masih menjadi tolok ukur untuk menentukan maju
tidaknya suatu negara. Indonesia merupakan salah satu negara yang masih
memiliki permasalahan pendidikan yaitu mutu pendidikan yang kurang
berkualitas. Berdasarkan data UNESCO dalam Global Education Monitoring
(GEM) Report 2016 menempatkan pendidikan Indonesia pada peringkat ke 10
dari 14 negara berkembang, dan dari komponen guru berada pada urutan ke 14
dari 14 negara berkembang di dunia.
Berdasarkan hal tersebut, proses pembelajaran di dunia pendidikan Indonesia
masih tergolong kurang memadai baik dari segi sarana/prasarana, kurikulum,
terutama dalam data GEM yang disebutkan di atas yaitu masih rendahnya kualitas
tenaga pendidik. Tenaga pendidik atau guru merupakan pemegang peranan
penting dalam proses pembelajaran, maka dari itu mutu tenaga pendidik di
Indonesia yang masih tergolong rendah akan menyebabkan output dari proses
pembelajaran pun akan menjadi rendah. Dengan demikian peningkatan mutu
tenaga pendidik penting hal nya untuk dilakukan sejak dini. Dimilikinya tenaga
pendidik yang profesional pada bidangnya akan dapat melaksanakan proses
pembelajaran sesuai dengan kompetensi yang diharapkan.
Guru atau tenaga pendidik yang berperan sebagai fasilitator, motivator,
pembimbing, dan administrator harus mampu merencanakan pendekatan-
pendekatan, model, strategi, dan metode pembelajaran yang sesuai dengan
kebutuhan peserta didik. Dalam menentukan pendekatan, model, strategi, dan
metode pembelajaran yang akan digunakan tenaga pendidik juga dituntut untuk
mampu membuat suasana kelas yang kondusif serta pembelajaran dapat
dilaksanakan dengan seefektif dan seefisien mungkin. Dengan demikian kami
menyusun makalah ini yang berjudul “Hakikat Pendekatan, Model, Strategi, dan
Metode Pembelajaran” untuk membantu pembaca dalam memahami hakikat
pendekatan, model, strategi, dan metode pembelajaran.

1
1.2 Rumusan Masalah
Berdasarkan latar belakang di atas, adapun rumusan masalah yang
penulis temukan yaitu:
1. Bagaimanakah kajian teoritik dari pendekatan, model, strategi, dan
metode pembelajaran?
2. Bagaimanakah hubungan antara pendekatan, model, strategi, dan metode
pembelajaran?
3. Apa sajakah jenis-jenis dari pendekatan, model, strategi, dan metode
pembelajaran?
1.3 Tujuan Penulisan
Berdasarkan rumusan masalah di atas, adapun tujuan dari penulisan
makalah ini yaitu:

1. Untuk mengetahui kajian teoritik dari pendekatan, model, strategi, dan


metode pembelajaran.
2. Untuk mengetahui hubungan antara pendekatan, model, strategi, dan
metode pembelajaran.
3. Untuk mengetahui jenis-jenis dari pendekatan, model, strategi, dan
metode pembelajaran.
1.4 Manfaat Penulisan
Adapun manfaat dari penulisan makalah ini yaitu:
1. Manfaat Teoritis
Penulisan makalah ini diharapkan dapat memberikan manfaat secara
teoritis, sekurang-kurangnya dapat bermanfaat sebagai sumbangan
pemikiran mengenai hakikat pendekatan, model, strategi, dan metode
pembelajaran.
2. Manfaat Praktis
a. Bagi Penulis
Penulisan makalah ini diharapkan dapat menambah wawasan penulis
mengenai pendekatan, model, strategi, dan metode pembelajaran
sebagai bekal nantinya untuk menjadi tenaga pendidik atau guru
yang professional.

2
b. Bagi Pembaca
Penulisan makalah ini diharapkan dapat menambah wawasan
pembaca mengenai pendekatan, model, strategi, dan metode
pembelajaran.

3
BAB II
PEMBAHASAN

2.1 Kajian Teoritik Pendekatan, Model, Strategi, dan Metode Pembelajaran

Dalam melaksanakan pembelajaran, beberapa istilah sering digunakan, seperti


pendekatan, model, strategi, dan metode pembelajaran. Penggunaan istilah-istilah
tersebut sering dipertukarkan antara satu dengan yang lainnya. Pembelajaran akan
berlangsung efektif, efisien, dan bermakna apabila proses pembelajaran yang
digunakan sesuai dengan karakteristik materi, siswa, situasi dan lingkungan.
Berikut merupakan penjabaran mengenai hakikat pendekatan, model, strategi, dan
metode pembelajaran.

2.1.1 Pendekatan Pembelajaran


Berikut beberapa ahli yang memberikan pandangannya terkait
pengertian dari pendekatan pembelajaran yaitu:
a. Menurut Wahjoedi (1999), pendekatan pembelajaran adalah cara
mengelola kegiatan belajar dan perilaku siswa agar dapat aktif
melakukan tugas belajar sehingga dapat memeroleh hasil belajar
secara optimal.
b. Menurut (Suherman, 2003), pendekatan pembelajaran adalah
suatu jalan, cara atau kebijaksanaan yang ditempuh oleh guru
atau siswa dalam pencapaian tujuan pembelajaran dilihat dari
sudut bagaimana proses pembelajaran atau materi pembelajaran
itu, umum atau khusus.
c. Sedangkan menurut (Depdikbud, 2002) pendekatan dapat
diartikan, “sebagai proses, perbuatan, atau cara untuk mendekati
sesuatu”.
Dengan demikian, dapat disimpulkan bahwa pendekatan
pembelajaran merupakan orientasi atau sudut pandang terhadap proses
pembelajaran, yang mewadahi, menguatkan, dan melatari metode
pembelajaran dengan cakupan teoretis guna mencapai suatu tujuan
tertentu.

4
Berdasarkan pengertian ini, pendekatan pembelajaran berfungsi
sebagai panduan dasar tentang mengajarkan sesuatu dan bagaimana
sesuatu itu dapat dipelajari lebih mudah. Pendekatan pembelajaran akan
menjadi pedoman bagi proses pembelajaran sekaligus akan memberikan
melahirkan sejumlah tahapan belajar mengajar yang semestinya dilakukan
agar pembelajaran dapat mencapai tujuan yang dikehendaki.
Adapun unsur-unsur yang terkandung dalam pendekatan
pembelajaran, yaitu:
1. Merupakan sebuah filosofi/landasan.
2. Merupakan sudut pandang terhadap proses pembelajaran.
3. Serangkaian kegiatan untuk mencapai tujuan tertentu.
4. Jalan yang ditempuh untuk menyampaikan materi.
Adapun fungsi pendekatan pembelajaran yaitu:
a. Memberikan garis-garis rujukan untuk perancangan pembelajaran
b. Menilai hasil-hasil pembelajaran yang telah dicapai
c. Mendiagnosis masalah-masalah belajar yang timbul
d. Menilai hasil penelitian dan pengembangan yang telah dilaksanakan

2.1.2 Model Pembelajaran


Pengertian model pembelajaran dijelaskan oleh beberapa para ahli
diantaranya yaitu:
1. Arends (2012), model pembelajaran adalah suatu perencanaan
atau suatu pola yang digunakan sebagai pedoman dalam
merencanakan suatu pembelajaran di dalam kelas.
2. Joyce dan Weil (2003), model pembelajaran adalah suatu
kerangka konseptual yang melukiskan prosedur yang sistematis
dalam mengorganisir pengalaman belajar untuk mencapai tujuan
pembelajaran dan memiliki fungsi sebagai pedoman bagi para
perancang pembelajaran.
Jadi berdasarkan pendapat para ahli di atas dapat disimpulkan, model
pembelajaran adalah suatu kerangka atau rancangan yang menggambarkan
proses pembelajaran yang terjadi, untuk mencapai tujuan pembelajaran

5
tertentu yang memiliki fungsi sebagai pedoman bagi pendidik dalam
menjalankan proses pembelajaran.
Apabila antara pendekatan, strategi, metode, dan teknik
pembelajaran sudah terangkai menjadi satu kesatuan yang utuh maka
terbentuklah apa yang disebut dengan model pembelajaran. Dengan kata
lain, model pembelajaran merupakan bungkus atau bingkai dari penerapan
suatu pendekatan, metode, dan teknik pembelajaran.
Model pembelajaran juga memiliki empat ciri utama yaitu:
1. Rasional teoritik yang disusun oleh para pencipta atau
pengembangannya.
2. Landasan pemikiran tentang apa dan bagaimana siswa belajar
(tujuan pembelajaran yang akan dicapai).
3. Tingkah laku mengajar yang diperlukan agar model tersebut dapat
dilaksanakan dengan berhasil.
4. Lingkungan belajar yang diperlukan agar tujuan permbelajaran
dapat tercapai.
Terdapat lima unsur dalam setiap model pembelajaran menurut Joyce
& Weil (2003) yaitu:
1. Sintaks, ialah tahap-tahap kegiatan dari model pembelajaran
2. Sistem sosial, situasi atau suasana dan norma yang berlaku dalam
model tersebut.
3. Prinsip reaksi, pola kegiatan yang mnggambarkan bagaimana
seharusnya guru melihat dan memperlakukan peserta didik.
4. Sistem pendukung, segala sarana, alat, dan bahan yang
diperlukan dalam melaksanakan suatu metode tertentu.
5. Dampak intruksional dan pengiring, dampak intruksional adalah
hasil belajar yang dicapai langsung dengan cara mengarahkan
para pelajar pada tujuan yang diharapkan. Sedangkan dampak
pengiring ialah hasil belajar lainnya yang dihasilkan oleh suatu
proses pembelajaran, sebagai akibat terciptanya suasana belajar
yang dialami langsung oleh peserta didik tanpa pengarahan
langsung dari guru.

6
Menurut Bruce Joyce dan Marsha Weil (Dedi Suptiawan dan A.
Benyamin Surasega, 1990), ada 4 kelompok model pembelajaran, yaitu:
1. Model Interaksi Sosial
Model interaksi sosial menekankan pada hubungan personal dan
sosial kemasyarakatan diantara peserta didik. Model tersebut
berfokus pada peningkatan kemampuan peserta didik untuk
berhubungan dengan orang lain, terlibat dalam proses yang
demokratis, dan bekerja secara produktif dalam masyarakat. Model
ini didasari oleh teori belajar Gestalt (field-theory). Model interaksi
sosial menitikberatkan pada hubungan yang harmonis antara individu
dalam masyarakat (learning to life together).
2. Model Personal-Humanistik
Model personal-humanistik menekankan pada pengembangan
konsep diri setiap individu. Hal ini meliputi pengembangan proses
individu dan membangun serta mengorganisasikan dirinya sendiri.
Model ini menjadikan pribadi peserta didik mampu membentuk
hubungan harmonis serta mampu memproses informasi secara efektif.
Tokoh humanistik adalah Abraham Maslow (1962), R. Rogers, C.
Buhler dan Arthur Comb. Menurut teori ini, pendidik harus berupaya
menciptakan kondisi kelas yang kondusif, agar peserta didik merasa
bebas dalam belajar mengembangkan diri baik emosional maupun
intelektual. Teori humanistik timbul sebagai cara untuk memanusiakan
manusia.
3. Model Pengolahan Informasi
Model pengolahan informasi ditekankan pada pengambilan,
penguasaan, dan pemrosesan informasi. Model ini lebih memfokuskan
pada fungsi kognitif peserta didik. Model ini didasari oleh teori belajar
kognitif (Piaget) dan berorientasi pada kemampuan peserta didik
memproses informasi yang dapat memperbaiki kemampuannya.
Pemrosesan informasi merujuk pada cara mengumpulkan/menerima
stimulus dari lingkungan, mengorganisasi data, memecahkan masalah,
menemukan konsep, dan menggunakan simbol verbal dan visual.

7
Teori pemrosesan informasi/kognitif dipelopori oleh Robert Gagne
(1985). Asumsinya adalah pembelajaran merupakan faktor yang sangat
penting dalam perkembangan. Perkembangan merupakan hasil
komulatif dari pembelajaran. Dalam pembelajaran terjadi proses
penerimaan informasi yang kemudian diolah sehingga menghasilkan
output dalam bentuk hasil belajar. Dalam pemrosesan informasi terjadi
interaksi antara kondisi internal (keadaan individu, proses kognitif) dan
kondisi-kondisi eksternal (rangsangan dari lingkungan). Interaksi antar
keduanya akan menghasilkan hasil belajar.
4. Model Modifikasi Tingkah laku (Behavioral)

Model behavioral menekankan pada perubahan perilaku yang


tampak dari peserta didik sehingga konsisten dengan konsep dirinya.
Sebagai bagian dari teori stimulus-respon. Model behaviorial
menekankan bahwa tugas-tugas harus diberikan dalam suatu rangkaian
yang kecil, berurutan dan mengandung perilaku tertentu. Model ini
bertitik tolak dari teori belajar behavioristik, yaitu bertujuan
mengembangkan sistem yang efisien untuk mengurutkan tugas-tugas
belajar dan membentuk tingkah laku dengan cara memanipulasi
penguatan (reinforcement). Implementasi dari model modifikasi tingkah
laku ini adalah meningkatkan ketelitian pengucapan pada peserta didik.
Pendidik harus selalu perhatian terhadap tingkah laku belajar peserta
didik. Modifikasi tingkah laku peserta didik yang kemampuan
belajarnya rendah dengan reward, sebagai reinforcement pendukung.
Penerapan prinsip pembelajaran individual dalam pembelajaran
klasikal.

2.1.3 Strategi Pembelajaran


Kata strategi berasal dari bahasa Latin yaitu “strategia”, yang diartikan
sebagai seni penggunaan rencana untuk mencapai tujuan. Berikut pendapat
beberapa para ahli mengenai pengertian strategi pembelajaran yaitu:
a. Menurut Frelberg & Driscoll (1992), strategi pembelajaran dapat
digunakan untuk mencapai berbagai tujuan pemberian materi

8
pelajaran pada berbagai tingkatan, untuk siswa yang berbeda, dalam
konteks yang berbeda pula.
b. Gerlach & Ely (1980) mengatakan bahwa strategi pembelajaran
merupakan cara-cara yang dipilih untuk menyampaikan materi
pelajaran dalam lingkungan pembelajaran tertentu.
c. Moore (2005; 450) dalam Martinis Yamin mengemukakan bahwa
strategi pembelajaran merupakan keseluruhan perencanaan untuk
mengajar pelajaran tertentu yang memuatkan metode dan urutan
langkah langkah yang diikuti untuk melaksanakan kegiatan belajar.
Strategi pembelajaran merupakan prinsip-prinsip dalam pemilihan
urutan pengulangan belajar dalam suatu proses pembelajaran. Lebih
lanjut dikemukakan bahwa strategi pembelajaran berkaitan erat
dengan situasi belajar yang sering digambarkan sebagai model
pembelajaran.
d. Sanjaya (2014) strategi pembelajaran adalah suatu prencanaan yang
berisi tentang rangkaian kegiatan yang didesain untuk mencapai
tujuan pendidikan tertentu.
Memperhatikan beberapa pengertian strategi pembelajaran di atas,
dapat disimpulkan bahwa strategi pembelajaran merupakan cara-cara yang
akan dipilih dan digunakan oleh seorang pengajar untuk menyampaikan
materi pembelajaran sehingga akan memudahkan peserta didik menerima dan
memahami materi pembelajaran, yang pada akhirnya tujuan pembelajaran
dapat dikuasainya di akhir kegiatan belajar.
Terdapat lima komponen umum yang terkandung dalam strategi
pembelajaran yaitu:
a. Kegiatan pra-instruksional, berisi: motivasi, tujuan, tingkah laku
awal
b. Penyajian informasi, berisi: urutan pembelajaran, informasi
(uraian), contoh-contoh
c. Peran serta pembelajar, berisi: latihan dan umpan balik
d. Tes (evaluasi), berisi: tes awal dan tes akhir, dan

9
e. Kegiatan tindak lanjut, berisi: perbaikan, pengayaan, transfer dan
pendalaman.
Menurut Mansyur (1991), ada empat strategi dasar dalam belajar
mengajar yang meliputi:
1. Mengidentifikasi serta menetapkan spesifikasi dan kualifikasi
perubahan tingkah laku dan kepribadian peserta didik
sebagaimana yang diharapkan.
Sasaran dari kegiatan pembelajaran yang dituju harus jelas dan
terarah, sehingga mudah dipahami oleh peserta didik. Jika tidak,
perubahan yang diharapkan terjadi pada peserta didik pun sukar
diketahui, karena penyimpangan-penyimpangan dari kegiatan
pembelajaran.
2. Memilih sistem pendekatan belajar mengajar berdasarkan
aspirasi dan pandangan hidup masyarakat.
Bagaimana cara pendidik memandang suatu persoalan, konsep,
pengertian dan teori apa yang pendidik gunakan dalam memecahkan
suatu kasus, akan mempengaruhi hasilnya. Satu masalah yang
dipelajari oleh dua orang dengan pendekatan yang berbeda, akan
menghasilkan kesimpulan-kesimpulan yang tidak sama. Norma-
norma sosial seperti baik, benar, adil, dan sebagainya akan
melahirkan kesimpulan yang berbeda dan bahkan mungkin
bertentangan bila dalam cara pendekatannya menggunakan berbagai
disiplin ilmu.
3. Memilih dan menetapkan prosedur, metode, dan teknik belajar
mengajar yang dianggap paling tepat dan efektif sehingga dapat
dijadikan pegangan oleh pendidik dalam menunaikan kegiatan
mengajar.
Dengan sasaran yang berbeda, pendidik hendaknya jangan
menggunakan teknik penyajian yang sama. Bila beberapa tujuan
ingin diperoleh, maka pendidik dituntut untuk memiliki kemampuan
tentang penggunaan berbagai metode atau mengombinasikan
beberapa metode yang relevan. Variasi dalam penggunaan teknik

10
penyajian supaya kegiatan pembelajaran yang berlangsung tidak
membosankan.
4. Menetapkan norma-norma dan batas minimal keberhasilan atau
kreteria serta standar keberhasilan sehingga dapat dijadikan
pedoman oleh pendidik dalam melakukan evaluasi hasil kegiatan
belajar mengajar yang selanjutnya akan dijadikan umpan balik
untuk penyempurnaan sistem intrusional yang bersangkutan.
Suatu program dapat diketahui keberhasilannya, setelah
dilakukan evaluasi. Sistem penilaian dalam kegiatan pembelajaran
merupakan salah satu strategi yang tidak bisa dipisahkan dengan
strategi dasar lainnya. Seorang peserta didik dapat dikategorikan
sebagai peserta didik yang berhasil, dapat dilihat dari berbagai segi.
Bisa dilihat dari segi kerajinannya mengikuti tatap muka dengan
pendidik, perilaku sehari-hari di sekolah, hasil ulangan, hubungan
sosial, kepemimpinan, prestasi olahraga, keterampilan, dan
sebagainya.
Titik tekan strategi pembelajaran adalah pada operasionalnya
(action), sedangkan model menekankan pada pola (pattern). Berdasarkan
pengertian diatas, dapat diambil beberapa unsur penting mengenai strategi
pembelajaran, yaitu:
a. Memiliki tujuan yang jelas;
b. Adanya perencanaan yang jelas;
c. Menuntut adanya tindakan (action) guru;
d. Merupakan serangkaian prosedur yang harus dikerjakan;
e. Melibatkan materi pembelajaran;
f. Memiliki urutan atau langkah-langkah yang teratur.

2.1.4 Metode Pembelajaran


Dari segi bahasa metode berasal dari dua perkataan, yaitu metha dan
hodos, Metha berarti “melalui” dan hodos “jalan” atau cara. Dengan
demikian metode dapat berarti cara atau jalan yang dilalui untuk mencapai
tujuan. Berikut beberapa pendapat para ahli mengenai metode
pembelajaran yaitu:

11
1. Metode pembelajaran menurut Djamarah, SB. (2006: 46) yaitu
suatu cara yang dipergunakan untuk mencapai tujuan yang telah
ditetapkan. Dalam kegiatan belajar mengajar, metode diperlukan
oleh guru agar penggunaannya bervariasi sesuai yang ingin
dicapai setelah pengajaran berakhir.
2. Menurut Abdurrahman Ginting, metode pembelajaran dapat
diartikan cara atau pola yang khas dalam memanfaatkan berbagai
prinsip dasar pendidikan serta berbagai teknik dan sumberdaya
terkait lainnya agar terjadi proses pemblajaran pada diri
pembelajar.
Jadi metode pembelajaran adalah suatu cara atau teknik penyajian
bahan pelajaran yang digunakan oleh guru pada saat menyajikan bahan
pelajaran, baik secara individual atau secara kelompok, agar tercapainya
tujuan pembelajaran yang telah dirumuskan. Setiap metode pembelajaran
mempunyai kelebihan dan kekurangan masing-masing. Tidak ada suatu
metode pembelajaran pun yang dianggap ampuh untuk segala situasi.
Suatu metode pembelajaran dapat dipandang ampuh untuk suatu situasi,
tapi tidak ampuh untuk situasi lain. Oleh karena itu, sering terjadi
pembelajaran dilakukan dengan menggunakan berbagai metode
pembelajaran secara bervariasi. Akan tetapi, dapat pula suatu metode
pembelajaran dilaksanakan secara berdiri sendiri. Hal ini bergantung pada
pertimbangan situasi belajar mengajar yang relevan.
Guru dengan sadar berusaha mengatur lingkungan belajar agar
tercipta situasi belajar yang kondusif. Dengan memahami kedudukan
metode sebagai salah satu komponen yang ikut ambil bagian kegiatan
pembelajaran adalah salah satu usaha yang dilakukan oleh guru yang tidak
pernah ditinggalkan. Adapun kedudukan tersebut yaitu:
1. Kedudukan metode sebagai alat motivasi ekstrinsik
Tidak ada satupun kegiatan pembelajaran yang tidak
mnggunakan metode pembelajaran. Hal ini berarti guru memahami
benar metode sebagai alat motivasi ekstrinsik dalam kegiatan
pembelajaran. Oleh karena itu, metode brfungsi sebagai alat

12
perangsang dari luar yang dapat membangkitkan belajar seseorang.
Penggunaan metode yang tepat dan bervariasi akan dapat dijadikan
sebagai motivasi ekstrinsik dalam kegiatan pembelajaran.

2. Kedudukan metode sebagai strategi pembelajaran


Daya serap siswa terhadap bahan atau materi yang diberikan
bermacam-macam, ada yang cepat, sedang, dan ada yang lambat.
Oleh karena itu, guru harus memiliki strategi agar siswa dapat belajar
secara efektif dan efisien untuk mencapai tujuan yang diinginkan.
Salah satu langkah untuk memiliki strategi itu harus menguasai
teknik-teknik penyajian atau biasanya disebut metode pembelajaran.
Dengan demikian, metode pembelajaran adalah strategi pengajaran
sebagai alat untuk mencapai tujuan yang diinginkan.
3. Kedudukan metode sebagai alat untuk mencapai tujuan
Tujuan pembelajaran adalah suatu cita-cita yang akan dicapai
dalam kegiatan pembelajaran. Tujuan adalah pedoman yang memberi
arah kemana kegiatan pembelajaran akan dibawa. Dalam hal ini,
metode pembelajaran berperan sebagai alat untuk mencapai tujuan
pembelajaran.
Menurut Winarno Surakhmad (1990) menyatakan ada faktor-faktor
yang memengaruhi pemilihan metode yaitu:
1. Siswa, perbedaan individual siswa pada aspek biologis,
intelektual, dan psikologi memengaruhi pemilihan metode yang
digunakan untuk menciptakan lingkungan belajar yang kreatif
dalam waktu yang relative lama demi terciptanya tujuan
pembelajaran yang telah ditentukan.
2. Tujuan pembelajaran, metode yang digunakan harus tunduk pada
kehendak tujuan pembelajaran, metode harus mendukung tujuan.
3. Situasi/kondisi kelas, guru harus mengetahui situasi kelas dari
hari ke hari dan dari waktu ke waktu bahwa situasi kelas selalu

13
berubah sesuai kondisi psikologi siswa untuk menerapkan
metode pembelajaran yang tepat.
4. Fasilitas atau sarana prasarana, fasilitas adalah kelengkapan yang
menunjang proses pembelajaran jadi sangat memengaruhi
pemilihan metode pembelajaran sesuai fasilitas yang disediakan.
5. Guru, latar belakang pendidikan guru, keperibadian, pengalaman
mengajar adalah masalah intern yang mempengaruhi metode
pembelajaran yang diterapkan.
6. Karakteristik bahan pelajaran, setiap mata pelajaran memiliki
karakteristiknya masing-masing ada yang mudah, sedang, dan
sulit. Metode tertentu mungkin cocok untuk pelajaran tertentu
saja, tetapi belum tentu cocok dengan pelajaran lainnya. jadi
karakteristik bahan pelajaran sangat mempengaruhi metode yang
digunakan.
Adapun beberapa unsur yang penting dalam sebuah metode
pembelajaran, antara lain:
a. Merupakan seperangkat cara menyampaikan pembelajaran;
b. Adanya guru sebagai pembawa pesan;
c. Memanfaatkan fasilitas yang ada;
d. Ada tujuan yang ingin dicapai;
e. Menciptakan situasi yang mendukung;
f. Melibatkan subjek didik.
2.2 Hubungan antara Pendekatan, Model, Strategi, dan Metode
Pembelajaran
Pendekatan, model, strategi, dan metode pembelajaran pada dasarnya
memiliki perbedaan satu dengan yang lainnya. Perbedaan makna keempat istilah
dalam pembelajaran tersebut tentu saling membangun satu sama lain dan tidak
dapat dipisahkan satu dengan yang lainnya. Untuk lebih jelasnya hubungan
istilah-istilah tersebut dapat divisualisasikan melalui gambar berikut.

14
Gambar 1. Hubungan antara model, pendekatan, strategi, metode, dan
teknik pembelajaran
Teknik pembelajaran merupakan cara khas atau tindakan yang dilakukan oleh
seorang pendidik daam mengimplmentasikan suatu metode secara spesifik dalam
proses pembelajaran. Dalam implementasinya setiap pendidik akan memiliki
teknik pembelajaran yang berbeda. Metode pembelajaran merupakan
pengimplementasian dari strategi pembelajaran dalam bentuk kegiatan nyata dan
praktis yang sifatnya prosedural. Metode pembelajaran berisikan kerangka atau
tahapan proses pembelajaran. Sementara itu strategi pembelajaran mengandung
penjelasan mengenai metode dan teknik pembelajaran yang digunakan dalam
proses pembelajaran. Dengan demikian metode dan teknik pembelajaran
merupakan bagian dari strategi pembelajaran. Sedangkan pendekatan
pembelajaran adalah sudut pandang atau cara pandang terhadap suatu kegiatan
pembelajaran yang bersifat masih sangat umum. Dengan demikian, jika
pendekatan, strategi, metode, dan teknik pembelajaran sudah terangkai
membentuk satu kesatuan yang utuh maka terbentuklah model pembelajaran.

15
Model pembelajaran dapat dikatakan sebagai bungkus atau bingkai dari penerapan
pendekatan, strategi, metode, dan teknik pembelajaran.

Beberapa kata kunci yang perlu diingat untuk membedakan istilah-istilah


dalam pembelajaran yakni:
a. Model Pembelajaran kata kuncinya yaitu kerangka konsep yang
sistematis. Jadi model pembelajaran adalah kerangka konsep yang
tersusun dengan sistematis yang memuat bagaimana proses
pembelajaran dilaksanakan yaitu berupa pendekata, strategi, metode,
dan teknik pembelajaran demi terwujudnya tujuan pendidikan yang
diharapkan.
b. Pendekatan Pembelajaran kata kuncinya yaitu cara atau susdut
pandang. Jadi pendekatan pembelajaran adalah cara pandang atau
sudut pandang proses pembelajaran yang masih umum.
c. Strategi Pembelajaran kata kuncinya yaitu garis-garis besar atau haluan
seorang pendidik untuk bertindak dalam proses pembelajaran.
d. Metode Pembelajaran kata kuncinya yaitu kerangka atau tahapan yang
sifatnya procedural dalam proses pembelajaran
e. Teknik Pembelajaran kata kuncinya yaitu keterampilan dari pendidik
untuk melaksanakan proses pembelajaran di kelas.
Pada hakikatnya semua istilah dalam proses pembelajaran di atas
dilaksanakan untuk mencapai tujuan pembelajaran yang telah ditentukan.

2.3 Jenis-jenis Pendekatan, Model, Strategi, dan Metode Pembelajaran

2.3.1 Jenis-jenis Pendekatan dalam Pembelajaran


1. Pendekatan Konsep
Pendekatan konsep adalah pendekatan pembelajaran yang
secara langsung menyajikan konsep tanpa memberikan kesempatan
kepada siswa untuk menghayati bagaimana konsep itu diperoleh.
Langkah-langkah dalam menggunakan pendekatan konsep yaitu:

16
a. Peserta didik dibimbing memahami suatu bahasan dengan
memahami konsep-konsep yang terkandung didalamnya.
b. Dalam proses pembelajaran penguasaan konsep dan sub
konsep yang menjadi sasaran utama pembelajaran.
Kelebihan pendekatan konsep yaitu:
a. Fokus pada penguasaan konsep dan sub konsep
b. Siswa dibimbing untuk memahami konsep dengan beberapa
metode
Sedangkan kekurangan pendekatan konsep yaitu:
a. Pendekatan ini kurang memperhatikan aspek student
centre.
b. Guru terlalu dominan dan siswa tidak dibimbing untuk
memahami konsep.
2. Pendekatan Proses
Pendekatan proses adalah suatu pendekatan pembelajaran yang
memberi kesempatan kepada peserta didik untuk ikut menghayati
proses penemuan atau penyusunan suatu konsep sebagai suatu
keterampilan proses. Peserta didik melakukan kegiatan percobaan,
pengamatan, pengukuran, perhitungan, dan membuat kesimpulan-
kesimpulan sendiri.
Langkah-langkah dalam menerapkan pendekatan proses yaitu:
a. Penalaran yang bermula dari umum ke khusus sebagai
pendekatan pembelajaran yang permulaan kelas dengan
mengajukan aturan prinsip umum diikuti dengan contoh-
contoh atau penerapan aturan prinsip umum ke dalam
keadaan khusus.
b. Mengembangkan kemampuan siswa dalam keterampilan
proses atau langkah-langkah ilmiah seperti melakukan
pengamatan, menafsirkan data, dan mengkomunikasikan
hasil pengamatan.
Kelebihan pendekatan proses yaitu:
1. Siswa lebih memahami materi yang telah disampaikan oleh guru

17
2. Siswa memiliki keterampilan dalam melakukan pengamatan,
penafsiran data, dan mengkomunikasikan hasil pengamatan.
Sedangkan kekurangan pendekatan proses yaitu bagi siswa
pasif, pendekatan ini kurang efektif sebab menuntut keterlibatan
langsung siswa dalam kegiatan belajar.
3. Pendekatan Deduktif
Pendekatan deduktif (deductive approach) adalah pendekatan
pembelajaran yang menggunakan logika untuk menarik satu atau
lebih kesimpulan (conclusion) berdasarkan seperangkat premis yang
diberikan. Pendekatan deduktif merupakan proses penalaran yang
bermula dari keadaan umum ke keadaan khusus sebagai pendekatan
pembelajaran yang bermula dengan menyajikan aturan, prinsip
umum dan diikuti dengan contoh khusus atau penerapan aturan,
prinsip umum ke dalam keadaan khusus.
Kelebihan pendekatan deduktif yaitu:
a. Tidak memerlukan banyak waktu
b. Biasanya sifat dan rumus yang diajarkan dapat langsung
diaplikasikan
Adapun kekurangan pendekatan deduktif yaitu:
a. Siswa tidak memahami konsep materi yang diajarkan
b. Materi yang diajarkan tidak dapat diingat oleh siswa dalam
jangka waktu yang panjang.
4. Pendekatan Induktif
Pendekatan induktif menekanan pada pengamatan dahulu, lalu
menarik kesimpulan berdasarkan pengamatan tersebut. Pendekatan
induktif merupakan proses penalaran yang bermula dari keadaan
khusus menuju keadaan umum.
Langkah-langkah menggunakan pendekatan ini yaitu guru
mengajak siswa agar dapat menarik kesimpulan berdasarkan fakta
konkrit yang berkaitan dengan materi yang telah diajarkan.
Kelebihan pendekatan ini yaitu siswa dapat menarik kesimpulan
berdasarkan fakta konkrit sebanyak mungkin. Sedangkan

18
kekurangannya yaitu tepat atau tidaknya kesimpulan atau cara
berpikir yang diambil secara induktif bergantung pada representatif
atau sampel yang diambil mewakili fenomena keseluruhan.
5. Pendekatan Ekspositori
Dalam pendekatan ini peserta didik diharapkan dapat
menangkap dan mengingat informasi yang telah diberikan oleh
pendidik, serta mengungkapkan kembali apa yang dimilikinya
melalui respon yang ia berikan pada saat diberikan pertanyaan oleh
pendidik. Pendekatan ekspositori menempatkan pendidik sebagai
pusat pembelajaran, karena pendidik lebih aktif memberikan
informasi, menerangkan suatu konsep, mendemonstrasi
keterampilan dalam memperoleh pola, aturan, dalil, memberikan
contoh soal beserta penyelesaiannya, memberikan kesempatan
peserta didik untuk bertanya, dan kegiatan pendidik lainnya dalam
pembelajaran.
Kelebihan pendekatan ekspositori yaitu:
a. Guru bisa mengontrol urutan dan keluasan materi pelajaran
dengan demikian ia dapat mengetahui sampai sejauh mana
siswa mengasai bahan yang telah disampaikan.
b. Selain siswa mendengarkan melalui penuturan tentang suatu
materi pelajaran, juga sekaligus siswa bisa melihat atau
mengobservasi melalui pelaksanaan demonstrasi.
c. Dapat digunakan untuk jumlah siswa dan ukuran kelas yang
besar.
Sedangkan kelemahan pendekatan ekspositori yaitu:
a. Hanya mungkin dapat dilakukan terhadap siswa yang
memiliki kemampuan mendengar yang baik.
b. Tidak mungkin dapat melayani perbedaan individual.
c. Karena pendekatan ini lebih banyak diberikan melalui
ceramah, maka akan sulit mengembangkan kemampuan
siswa dalam hal kemampuan sosialisasi kemampuan
interpersonal serta kemampuan berfikir kritis.

19
d. Keberhasilan sangat tergantung pada guru seperti persiapan,
pengetahuan, rasa percaya diri, semangat, antusiame,
motivasi, dan berbagai kemampuan seperti kemampuan
berkomunikasi dan kemampuan mengelola kelas
6. Pendekatan Heuristik
Pendekatan heuristik ini adalah pendekatan pembelajaran yang
merancang pembelajaran dari berbagai aspek, dari pembentukan
sistem instruksional mengarah pada pengaktifan peserta didik
mencari dan menemukan sendiri fakta, prinsip, dan konsep yang
mereka butuhkan.
Langkah-langkah dalam menggunakan pendekatan heuristik
yaitu:
1. Siswa diberi kesempatan untuk menemukan sendiri fakta
dan konsep tentang fenomena ilmiah
2. Siswa akan melakukan kegiatan yang secara langsung
berhubungan dengan hal yang ditemukan.
Adapun kelebihan pendekatan ini yaitu siswa merasakan
pembelajaran bermakna, siswa merespon hal baru, dan siswa
bersemangat untuk melakukan eksperimen. Sedangkan
kekurangannya yaitu siswa yang kurang aktif akan kesulitan untuk
mengikuti pembelajaran, siswa akan merasa kebenaran tentang
sesuatu yang baru ditemukannya belum pasti, dan siswa bersifat
individual karena siswa cenderung melakukan segala sesuatunya
sendiri.
7. Pendekatan Kontekstual
Pendekatan kontekstual merupakan pendekatan pembelajaran
yang membantu pendidik mengaitkan antara materi yang diajarkan
dengan situasi dunia nyata peserta didik dan mendorong peserta
didik membuat hubungan antara pengetahuan yang dimilikinya
dengan penerapannya dalam kehidupan mereka sebagai anggota
keluarga dan masyarakat.
Kelebihan pendekatan kontekstual ini yaitu:

20
a. Siswa menjadi lebih percaya diri dalam mengungkapkan
apa yang dialami dalam kehidupan nyata
b. Siswa lebih mencintai lingkungan dan peka terhadap
lingkungan
c. Pembelajaran tidak monoton, jadi siswa tidak mudah jenuh
Sedangkan kekurangan pendekatan ini yaitu:
a. Membutuhkan waktu yang cukup untuk mengaitkan tema
dengan materi
b. Membutuhkan pengawasan lebih.

2.3.2 Jenis-jenis Model dalam Pembelajaran


1. Model Pembelajaran Discovery/Inquiry
Model pembelajaran discovery/inquiry merupakan suatu rangkaian
kegiatan pembelajaran yang melibatkan secara maksimal seluruh
kemampuan peserta didik untuk mencari dan menyelidiki secara
sistematis, kritis, dan logis sehingga dapat menemukan sendiri
pengetahuan, sikap, dan keterampilan sebagai wujud adanya
perubahan tingkah laku (Hanafiah dan Suhana, 2009: 77). Model ini
berfungsi sebagai (a) membangun komitmen di kalangan peserta
didik untuk belajar, yang diwujudkan dengan keterlibatan,
kesungguhan, dan loyalitas terhadap mencari dan menemukan sesuatu
dalam proses pembelajaran, (b) membangun sikap, kreatif, dan
inovatif dalam proses pembelajaran dalam rangka mencapai tujuan
pengajaran, dan (c) membangun sikap percaya diri dan terbuka
terhadap hasil temuannya (Hanafiah dan Suhana, 2009: 78).
Kelebihan model pembelajaran discovery/inquiry yaitu:
a. Siswa mengerti konsep dasar
b. Memungkinkan siswa dapat memanfaatkan berbagai sumber
informasi selain guru
c. Pembelajaran lebih bermakna
Sementara kekurangan pembelajaran discovery/inquiry yaitu:

21
a. Tidak menjamin siswa belajar dengan tekun karena
kebebasan belajar yang diberikan oleh guru
b. Menuntut bimbingan guru yang lebih baik terutama jika kelas
yang diajar dalam jumlah siswa yang cukup banyak
2. Model Pembelajaran Berbasis Masalah
Menurut Dewey, model pembelajaran berdasarkan masalah ini
adalah interaksi antara simulus respon, hubungan antar dua arah
belajar dan lingkungan. Dalam model ini, siswa mengerjakan
permasalahan yang autentik dengan maksud untuk menyusun
pengetahuan mereka sendiri, mengembangkan inquiry dan
keterampilan berpikir tingkat tinggi, mengembangkan kemandirian
dan percaya diri (Trianto, 2007: 67-68).
Rusman (2009: 232) mengemukakan ciri-ciri model pembelajaran
berbasis masalah, yaitu (a) permasalahan merupakan langkah awal
dalam belajar, (b) permasalahan yang diangkat adalah permasalahan
yang nyata yang membutuhkan perspektif ganda, (c) permasalahan
menantang pengetahuan yang dimiliki dan membutuhkan identifikasi
kebutuhan belajar baru, (d) belajar pengarahan diri menjadi utama, (e)
pemanfaaatan sumber pengetahuan yang beragam, (f) belajar adalah
kolaboratif, komunikasi, dan kooperatif, (g) pengembangan
keterampilan inquiry dan pemecahan masalah sama pentingnya
dengan penguasaan isi pengetahuan untuk mencari solusi dari sebuah
permasalahan, (h) keterbukaan proses dalam Proses Belajar-Mengajar
meliputi sintesis dan integrasi dari sebuah proses belajar, dan (i)
Proses Belajar-Mengajar melibatkan evaluasi dan review pengalaman
siswa dan proses belajar.
Kelebihan pembelajaran berbasis masalah yaitu:
a. Siswa didorong untuk memiliki kemampuan memecahkan
masalah dalam situasi nyata
b. Siswa memiliki kemampuan membangun pengetahuannya
sendiri melalui aktivitas belajar

22
c. Pembelajaran berfokus pada masalah sehingga materi yang
tidak ada hubunganna tidak perlu saat itu dipelajari oleh
siswa. Hal ini mengurangi beban siswa dengan menghafal
atau menyimpan informasi
d. Terjadi aktivitas ilmiah pada siswa melalui kerja kelompok
e. Siswa terbiasa menggunakan sumber-sumber pengetahuan
baik dari perpustakaan, internet, wawancara dan observasi
f. Kesulitan belajar siswa secara individual dapat diatasi
melalui kerja kelompok dalam bentuk peer teaching
Adapun kekurangan model ini yaitu:
a. Tidak dapat diterapkan untuk setiap materi pelajaran, ada
bagian guru berperan aktif dalam menyajikan materi.
b. Dalam suatu kelas yang memiki tingkat keragaman siswa
yang tinggi akan terjadi kesulitan dalam pembagian tugas
c. Kurang cocok untuk diterapkan di sekolah dasar karena
masalah kemampuan bekerja dalam kelompok.
d. Membutuhkan waktu yang tidak sedikit sehingga
dikhawatirkan tidak dapat menjangkau seluruh konten yang
diharapkan walapun berfokus pada masalah bukan konten
materi
e. Membutuhkan kemampuan guru yang mampu mendorong
kerja siswa dalam kelompok secara efektif, artinya guru
harus memilki kemampuan memotivasi siswa dengan baik
f. Adakalanya sumber yang dibutuhkan tidak tersedia dengan
lengkap
3. Model Pembelajaran Berbasis Proyek
Sani (2013: 226-227) menjelaskan bahwa model pembelajaran
berbasis proyek merupakan model pembelajaran yang dilakukan
untuk memperdalam pengetahuan dan keterampilan peserta didik
dengan cara membuat karya atau proyek terkait dengan materi ajar
dan kompetensi. Proyek yang dibuat berkaitan dengan kebutuhan
masyarakat, seperti pompa air sederhana, pupuk organik, barang

23
kerajinan dari limbah plastik atau limbah kertas/karton, dan lain-lain.
Model pembelajaran berbasis proyek ini mencakup kegiatan
menyelesaikan masalah, pengambilan keputusan, investigasi, dan
keterampilan membuat karya. Peserta didik belajar berkelompok dan
setiap kelompok bisa membuat proyek yang berlainan. Guru hanya
sebagai fasilitator dalam membantu merencanakan, menganalisis
proyek, namun tidak sampai memberikan arahan dalam
menyelesaikan proyek.
Menurut Susanti (2008) dalam jurnal (Suciani, Tititri., dkk. 2018)
adapun kelebihan dari model ini yaitu meningkatkan motivasi,
meningkatkan kemampuan pemecahan masalah, meningkatkan
kolaborasi, meningkatkan keterampilan mengelola sumber. Adapun
kekurangan dalam model pembelajaran berbasis proyek ini yaitu 1)
kondisi kelas sedikit sulit dikondisikan dan menjadi tidak kondusif
saat pelaksanaan proyek karena adanya kebebasan pada peserta didik
sehingga memberikan peluang untuk ribut dan diperlukan kecakapan
guru dalam penguasaan dan pengelolaan kelas yang baik, 2) peserta
didik yang memiliki kelemahan dalam percobaan dan pengumpulan
informasi akan mengalami kesulitan, dan 3) adanya kemungkinan
peserta didik yang kurang aktif dalam kerja kelompok.
4. Model Pembelajaran Kontekstual
Pembelajaran kontekstual merupakan konsep belajar dengan cara
mengaitkan antara materi yang diajarkan dengan dunia nyata dan
mendorong siswa membuat hubungan antar pengetahuan yang
dimiliki dengan penerapannya dalam kehidupan sebagai anggota
masyarakat (Nurhadi dalam Rusman, 2010: 190 dan Trianto, 2007:
101). Model pembelajaran ini menjadikan pengalaman lebih relevan
dan berarti bagi siswa dalam membangun pengetahuan karena model
ini mengaitkan materi pelajaran yang dipelajari dengan konteks
kehidupan nyata dan dihubungkan dengan gaya belajar siswa
(Trianto, 2007: 104)

24
Beberapa kelebihan dari pembelajaran Contextual Teaching and
Learning (CTL) yaitu:
a. Pembelajaran menjadi lebih bermakna dan nyata. Artinya
siswa dituntut untuk dapat menagkap hubungan antara
pengalaman belajar di sekolah dengan kehidupan nyata. Hal ini
sangat penting, sebab dengan dapat mengorelasikan materi
yang ditemukan dengan kehidupan nyata, bukan saja bagi
siswa materi itu akan berfungsi secara fungsional, akan tetapi
materi yang dipelajarinya akan tertanam erat dalam memori
siswa.
b. Pembelajaran lebih produktif dan mampu menumbuhkan
penguatan konsep kepada siswa karena metode pembelajaran
CTL menganut aliran konstruktivisme, dimana seorang siswa
dituntun untuk menemukan pengetahuannya sendiri.
c. Kontekstual adalah pembelajaran yang menekankan pada
aktivitas siswa secara penuh, baik fisik maupun mental
d. Kelas dalam pembelajaran kontekstual bukan sebagai tempat
untuk memperoleh informasi, akan tetapi sebagai tempat untuk
menguji data hasil temuan mereka di lapangan.
e. Materi pelajaran dapat ditemukan sendiri oleh siswa, bukan
hasil pemberian dari guru.
f. Penerapan pembelajaran kontekstual dapat menciptakan
suasana pembelajaran yang bermakna.
Sedangkan kelemahan dari pembelajaran kontekstual adalah yaitu:
a. Diperlukan waktu yang cukup lama saat proses pembelajaran
kontekstual berlangsung.
b. Jika guru tidak dapat mengendalikan kelas maka dapat
menciptakan situasi kelas yang kurang kondusif.
c. Guru lebih intensif dalam membimbing. Karena dalam CTL,
guru tidak lagi berperan sebagai pusat informasi. Tugas guru
adalah mengelolah kelas sebagai sebuah tim yang bekerja

25
bersama untuk menemukan pengetahuan dan keterampilan
yang baru bagi siswa.
5. Model Pembelajaran Kooperatif
Model pembelajaran kooperatif merupakan bentuk pembelajaran
dengan cara siswa belajar dan bekerja dalam kelompok-kelompok
kecil secara kolaboratif yang anggotanya terdiri atas empat sampai
enam orang yang bersifat heterogen. Pembelajaran kooperatif adalah
strategi pembelajaran yang melibatkan partisipasi siswa dalam
kelompok untuk saling berinteraksi, sehingga dalam model ini siswa
memiliki dua tanggung jawab, belajar untuk dirinya sendiri dan
membantu sesama anggota kelompok untuk belajar.
Langkah-langkah dalam pembelajaran kooperatif, yaitu (1)
menyampaikan tujuan dan memotivasi siswa, (2) menyajikan
informasi, (3) mengelompokkan siswa, (4) membimbing kelompok
bekerja dan belajar, (5) evaluasi, dan (6) memberikan penghargaan
(Rusman, 2010: 202-211). Terdapat beberapa tipe dalam
pembelajaran kooperatif, seperti Student Teams Achievement Division
(STAD), Jigsaw, Group Investigation, Make a Match, Teams Games
Tournaments (TGT), Think Pair Share (TPS), dan lain-lain.
Dalam penerapan model ini terdapat beberapa kelebihan yaitu:
a. Dapat meningkatkan kualitas kepribadian anak-anak dalam
hal kerjasama, saling menghargai pendapat orang lain,
toleransi, berfikir kritis, disiplin dan sebagainya.
b. Menumbuhkan semangat persaingan yang positif dan
konstruktif, karena dalam kelompoknya, masing-masing anak
akan lebih giat dan sungguh-sungguh bekerja.
c. Menanamkan rasa persatuan dan solidaritas yang tinggi, sebab
anak yang pandai dalam kelompoknya akan membantu
temannya yang memiliki kemampuan kurang dari dia demi
nama baik kelompoknya.
Sedangkan kekurangan model ini yaitu:

26
a. Memerlukan persiapan-persiapan yang agak rumit bila
dibandingkan dengan metode-metode yang lain.
b. Bilamana terjadi persaingan yang negatif baik antar
individu dalam kelompok maupun antar kelompok dalam
kelas atau kelompok besar, maka hasilnya akan lebih
buruk.
c. Bila terdapat anak yang pemalas atau anak yang ingin
berkuasa dalam kelompok besar, kemungkinan akan
mempengaruhi kelompoknya, sehingga usaha kelompok
tidak dapat berfungsi sebagaimana mestinya. (Imansjah
Alipandie 1984: 94)
2.3.3 Jenis-jenis Strategi dalam Pembelajaran
1. Strategi Pembelajaran Ekspositori (SPE)
Strategi pembelajaran ekspositori adalah strategi pembelajaran
yang menekankan kepada proses penyampaian materi dari seorang
guru kepada kelompok siswa dengan maksud agar siswa dapat
menguasai materi dengan optimal. Strategi ini merupakan bentuk dari
pendekatan pembelajaran yang berorientasi kepada guru.
Adapun ciri utama dari strategi pembelajaran ekspositori yaitu:
a. Penyampaian secara verbal di mana proses bertutur secara
lisan merupakan alat utama dalam melakukan strategi ini.
b. Materi pelajarannya sudah jadi seperti data atau fakta.
c. Strategi pembelajaran ini berorientasi kepada pendidik
(teacher centered), melalui strategi ini pendidik
menyampaikan materi pembelajaran dengan baik dengan
harapan peserta didik akan mampu menguasai pelajaran
tersebut.
Dengan menggunakan strategi ini terdapat kelebihan dan
kekurangannya. Adapun kelebihan dari strategi ini yaitu:
1. Siswa dapat mendengar melalui penuturan suatu materi
2. Dapat digunakan untuk jumlah siswa yang relatif banyak.
Sedangkan kekurangan dari strategi pembelajaran ekspositori yaitu:

27
1. Hanya dapat diikuti oleh siswa yang memiliki kemampuan
mendengar dan menyimak yang baik.
2. Keberhasilan strategi ini sangat ditentukan oleh guru itu
sendiri seperti persiapan, pengetahuan, rasa percaya diri,
semangat, motivasi, dan kemampuan menyanyikan materi.
2. Strategi Pembelajaran Inkuiri (SPI)
Pembelajaran inkuiri merupakan pembelajaran yang
menekankan pada proses berpikir secara kritis dan analisis untuk
menemukan sendiri jawaban dari suatu permasalahan yang diberikan.
Proses dari strategi pembelajaran inkuiri ini biasanya dilakukan
melalui tanya jawab antara guru dan siswa.
Ciri utama strategi pembelajaran inkuiri adalah:
a. Strategi pembelajaran inkuiri menekankan kepada aktivitas
peserta didik secara maksimal untuk mencari dan
menemukan, dengan demikian strategi ini menempatkan
peserta didik sebagai subjek belajar.
b. Seluruh aktivitas yang dilakukan peserta didik diarahkan
untuk mencari dan menemukan jawaban sendiri dari sesuatu
yang dipertanyakan.
Tujuan penggunaan strategi pembelajaran inkuiri adalah
mengembangkan kemampuan berpikir secara sistematis, kritis, logis
dan analitis.
Adapun kelebihan strategi pembelajaran inkuiri yaitu:
1. Memberikan kebebasan kepada siswa untuk belajar sesuai
dengan gaya belajar siswa itu sendiri.
2. Terjadinya perubahan tingkah laku sesuai dengan
pengalaman belajar.
Sedangkan kekurangan strategi pembelajaran inkuiri yaitu
membutuhkan waktu yang banyak sehingga guru sulit menyesuaikan
dengan waktu pembelajaran yang telah ditentukan.
3. Strategi Pembelajaran Berbasis Masalah (Problem Based
Learning)

28
Strategi pembelajaran berbasis masalah merupakan rangkaian
kegiatan pembelajaran yang menekankan kepada proses penyelesaian
masalah yang dihadapi dengan menggunakan pendekatan secara
ilmiah. Terdapat ciri-ciri utama dalam strategi pembelajaran berbasis
masalah ini yaitu:
a. Belajar dimulai dengan suatu masalah dan masalah yang
diberikan berhubungan dengan dunia nyata peserta didik
b. Mengorganisasikan pelajaran diseputar masalah, bukan
diseputar disiplin ilmu.
c. Memberikan tanggung jawab yang besar kepada peserta
didik dalam membentuk dan menjalankan secara langsung
proses belajar mereka sendiri, dalam kerangka berpikir
ilmiah.
d. Menuntut peserta didik untuk mendemontrasikan apa yang
telah mereka pelajari dalam bentuk suatu produk atau
kinerja.
Terdapat kelebihan strategi pembelajaran berbasis masalah yaitu:
1. Pemecahan masalah merupakan teknik yang cukup bagus
untuk lebih memahami isi pelajaran.
2. Membantu siswa mengembangkan pengetahuan barunya
dan bertanggung jawab dalam pembelajaran yang telah
dilakukan.
Adapun kekurangan strategi pembelajaran berbasis masalah yaitu:
1. Siswa yang tidak memiliki minat atau mempunyai
kepercayaan bahwa masalah yang dipelajari sulit untuk
dipecahkan, maka siswa tersebut enggan untuk mencoba.
Membutuhkan waktu yang cukup lama
4. Strategi Pembelajaran Peningkatan Kemampuan Berpikir
(SPPKB)
Strategi Pembelajaran Peningkatan Kemampuan Berpikir
(SPPKB) merupakan strategi pembelajaran yang bertumpu kepada
pengembangan kemampuan berpikir peserta didik melalui telaah

29
fakta-fakta atau pengalaman peserta didik sebagai bahan untuk
memecahkan masalah yang diajukan (Sanjaya, 2006). Adapun ciri-
ciri utama Strategi Pembelajaran Peningkatan Kemampuan Berpikir
yaitu (Sanjaya, 2006):
a. Proses pembelajaran melalui SSKB menekankan kepada
proses mental peserta didik secara maksimal, SPPKB
menghendaki aktivitas peserta didik dalam proses berpikir.
b. SPPKB dibangun dalam nuansa dialogis dan proses Tanya
jawab secara terus menerus. Proses pembelajaran melalui
dialog dan tanya jawab diarahkan untuk memperbaiki dan
meningkatkan kemampuan berpikir peserta didik.
c. SPPKB adalah model pembelajaran menekankan pada sisi
proses dan hasil belajar, proses belajar diarahkan untuk
meningkatkan kemampuan berpikir, sedangkan sisi hasil
belajar diarahkan untuk mengkontruksi pengetahuan atau
penguasaan materi pembelajaran baru.
Kelebihan strategi pembelajaran ini yaitu:
a. Melatih daya pikir siswa dalam penyelesaiaan masalah yang
ditemukan dalam kehidupannya.
b. Siswa lebih siap menghadapi setiap persoalan yang disajikan
oleh guru.
c. Siswa diprioritaskan lebih aktif dalam proses pembelajaran
d. Memberikan kebebasan untuk mengeksplor kemampuan siswa
dengan berbagai media yang ada.
Sementara kekurangan SPPKB ini yaitu:
a. SPPKB yang membutuhkan waktu yang relatif banyak,
sehingga jika waktu pelajaran singkat maka tidak akan
berjalan dengan lancar.
b. Siswa yang memiliki kemampuan berpikir rendah akan
kesulitan untuk mengikuti pelajaran, karena siswa selalu akan
diarahkan untuk memecahkan masalah-masalah yang
diajukan.

30
c. Guru atau siswa yang tidak memiliki kesiapan akan SPPKB,
akan membuat proses pembelajaran tidak dapat dilaksanakan
sebagai mana seharusnya, sehingga tujuan yang ingin dicapai
tidak dapat terpenuhi.
d. SPPKB hanya dapat diterapkan dengan baik pada sekolah
yang sesuai dengan karakteristik SPPKB itu sendiri.
5. Strategi Pembelajaran Kooperatif
Eggen dan Kauchack (1993: 319) mendefinisikan strategi
pembelajaran kooperatif sebagai sekumpulan strategi mengajar yang
digunakan pendidik agar peserta didik saling membantu dalam
mempelajari sesuatu. Olah karena itu, belajar kooperatif ini juga
dinamakan “belajar teman sebaya”. Menurut Arends (1997),
pembelajaran yang menggunakan strategi kooperatif memiliki ciri
tersendiri yaitu:
a. Peserta didik bekerja dalam kelompok secara kooperatif
untuk menyelesaikan materi belajar.
b. Kelompok dibentuk dari peserta didik yang memiliki
kemampuan tinggi, sedang dan rendah.
c. Jika mungkin, anggota kelompok berasal dari ras, budaya,
suku jenis kelamin yang berbeda-beda, penghargaan lebih
berorientasi pada kelompok daripada individu.
Keungulan dari strategi pembelajaran kooperatif yaitu:
1. Siswa tidak terlalu menggantung pada guru
2. Dapat meningkatkan kemampuan siswa dalam mengemukakan
ide secara verbal
3. Meningkatkan empati siswa terhadap lingkungan sekitarnya
4. Siswa lebih bertanggung jawab
Adapun kelemahan strategi ini yaitu:
1. Keberhasilan mengembangkan kesadaran berkelompok
memerlukan waktu yang cukup panjang
2. Penilaian didasarkan pada hasil kerja kelompok namun
kenyataannya diharapkan prestasi individu.

31
6. Strategi Pembelajaran Kontekstual (Contoxtual Teaching
Learning)
Strategi pembelajaran kontekstual adalah konsep belajar yang
membantu guru mengaitkan antara materi yang diajarkan dengan
situasi dunia nyata siswa yang mendorong siswa membuat hubungan
antara pengetahuan yang dimilikinya dengan penerapannya dalam
kehidupan sehari-hari. Adapun ciri-ciri strategi pembelajaran
kontekstual (Arends, 1997), yaitu:
a. Belajar tidak hanya sekedar menghafal. Peserta didik harus
mengkonstruksi pengetahuan di benak mereka.
b. Peserta didik belajar dari mengalami. Peserta didik
mencatat sendiri pola-pola bermakna dari pengetahuan
baru, dan bukan diberi begitu saja oleh pendidik.
c. Peserta didik perlu dibiasakan memecahkan masalah,
menemukan sesuatu yang berguna bagi dirinya, dan
bergelut dengan ide-ide.
Kelebihan strategi pembelajaran kontekstual yaitu:
1. Pembelajaran menjadi lebih bermakna dan riil sebab materi
dapat berfungsi secara fungsional dan tertanam erat dalam
memori siswa.
2. Pembelajaran lebih produktif dan mampu menumbuhkan
penguatan konsep kepada siswa karena metode
pembelajaran CTL menganut aliran konstruktivisme,
dimana seorang siswa dituntun untuk menemukan
pengetahuannya sendiri.
3. Materi pelajaran dapat ditemukan sendiri oleh siswa, bukan
hasil pemberian dari guru.
4. Penerapan pembelajaran Kontekstual dapat menciptakan
suasana pembelajaran yang bermakna.
Sedangkan kelemahan dari pembelajaran kontekstual yaitu:
1. Diperlukan waktu yang cukup lama saat proses
pembelajaran kontekstual berlangsung.

32
2. Jika guru tidak dapat mengendalikan kelas maka dapat
menciptakan situasi kelas yang kurang kondusif
3. Pengetahuan yang didapat oleh setiap siswa akan berbeda-
beda dan tidak merata
7. Strategi Pembelajaran Interaktif
Pembelajaran interaktif menekankan kepada diskusi di antara
peserta didik. Diskusi memberi kesempatan peserta didik untuk
bereaksi terhadap gagasan, pengalaman, pendekatan, dan pengetahuan
guru atau temannya dan untuk membangun cara alternative untuk
berpikir dan merasakan.
Kelebihan strategi pembelajaran interaktif yaitu peserta didik
dapat belajar dari teman ataupun gurunya untuk membangun
pengetahuan serta keterampilan sosial dan peserta didik terlatih untuk
berpendapat dengan argumen yang rasional. Sementara
kekurangannya yaitu keberhasilan bergantung pada kemampuan guru
dalam membangun dinamika kelompok dan ada peserta didik yang
hanya berdiam saja saat pembelajaran berlangsung.

2.2.4 Jenis-jenis Metode dalam Pembelajaran


1. Metode Ceramah
Metode ceramah menurut Winarno Surachmad M.Ed yaitu
penerangan atau penuturan secara lisan oleh guru terhadap kelasnya.
Maka peranan guru dan murid berbeda secara jelas, yakni bahwa
guru, terutama dalam penuturan dan penerangannya secara aktif,
sedangkan murid mendengarkan dan mengikuti secara cermat serta
membuat catatan tentang pokok masalah yang diterangkan oleh guru.
Metode ceramah dapat dikatakan sebagai satu-satunya metode yang
paling ekonomis untuk menyampaikan informasi, dan paling efektif
dalam mengatasi kelangkaan literature atau rujukan yang sesuai
dengan jangkauan daya beli dan kemampuan mental kognitif peserta
didik. Metode ceramah merupakan cara yang digunakan untuk

33
mengimplementasikan strategi pembelajaran ekspositori
(Sanjaya,2006). Langkah-langkah penggunaan metode ceramah yaitu:
a. Terlebih dahulu harus diketahui dengan jelas dan dirumuskan
sekhusus-khususnya mengenai tujuan pembelajaran atau hal
yang hendak dipelajari oleh siswa.
b. Bahan ajar harus dapat dimengerti dengan jelas, menarik
perhatian siswa, dan berguna bagi siswa.
c. Menanamkan pengertian yang jelas dimulai dengan suatu
intisari ringkasan tentang pokok-pokok tersebut.
Kelebihan metode ceramah yaitu:
a. Pendidik mudah menguasai kelas, hal ini disebabkan kelas
merupakan tanggung jawab pendidik yang memberi ceramah.
b. Pendidik mudah menerangkan materi pelajaran yang berjumlah
besar, karena pendidik dapat merangkum pokok-pokok materi
persoalan untuk disampaikan ke peserta didik dalam waktu yang
singkat.
c. Dapat diikuti peserta didik dalam jumlah besar.
d. Mudah dan murah dilaksanakan karena metode ini hanya
mengandalkan suara pendidik dan tidak memerlukan banyak
peralatan sehingga bisa menekan biaya dan mudah dilaksanakan.
e. Ceramah tidak memerlukan setting kelas yang beragam dan
tidak memerlukan persiapan-persiapan yang rumit.
Sedangkan kekurangan metode ceramah yaitu:
a. Membuat peserta didik pasif dan apa yang didapatkan peserta
didik akan sangat terbatas pada apa yang dikuasai pendidik.
b. Sukar mengontrol sejauh mana pemrolehan belajar peserta didik.
c. Kegiatan pembelajaran menjadi verbalisme karena dalam proses
penyajiannya pendidik hanya mengandalkan kemampuan
auditifnya. Permasalahannya setiap peserta didik memiliki
kemampuan yang tidak sama dalam menangkap materi pelajaran
melalui pendengaran

34
d. Bila pendidik tidak memiliki kemampuan bertutur yang baik,
ceramah bisa dianggap sebagai metode yang membosankan.
2. Metode Demonstrasi
Metode pembelajaran demonstrasi adalah sebuah praktik atau
upaya dengan menggunakan peragaan yang ditunjukkan kepada siswa
agar semua siswa lebih mudah dalam memahami dan mempraktikkan
apa yang telah diperoleh. Metode ini memperjelas suatu pengertian
untuk memperlihatkan bagaimana berlangsungnya suatu proses
pembentukan konsep tertentu kepada siswa, sehingga metode ini
sangat baik digunakan pada mata pelajaran yang lebih banyak
memakai praktik dan pengalaman tersebut akan tersimpan pada
longterm memory siswa. Langkah-langkah yang harus dilakukan agar
metode demonstrasi dapat berhasil yaitu:
a. Tahap persiapan yang meliputi: merumuskan tujuan yang
harus dicapai peserta didik setelah proses pembelajaran
berakhir, mempersiapkan garis besar langkah-langkah
demonstrasi yang akan dilakukan, melakukan uji coba
demonstrasi untuk memantapkan persiapan sebelum
demonstrasi dilakukan sebelum demonstrasi dilakukan agar
proses demonstrasi tidak gagal.
b. Tahap pelaksanaan yang meliputi: pengaturan posisi duduk
peserta didik yang memungkinkan seluruh peserta didik bisa
memperhatikan, pemberian introduksi awal agar peserta
didik tahu tujuan pembelajaran dan tugas-tugas apa yang
harus dilakukan peserta didik. Selanjutnya dimulai dengan
kegiatan-kegiatan yang merangsang peserta didik untuk
berpikir, pemberian kesempatan peserta didik untuk turut
aktif dalam proses demonstrasi, pemberian kesempatan
peserta didik untuk mencoba. Tahap akhir dimana peserta
didik diberi tugas-tugas tertentu yang ada kaitannya dengan
pelaksanaan demonstrasi dan proses penyampaian tujuan
pembelajaran (Sanjaya, 2006)

35
Kelebihan metode demonstrasi yaitu:
a. Membantu peserta didik memahami dengan jelas jalannya
suatu proses atau kerja suatu benda.
b. Proses pembelajaran akan lebih menarik dan tidak
membosankan sehingga akan memudahkan peserta didik
menerima materi pembelajaran.
c. Kesalahan-kesalahan yang terjadi dari hasil ceramah dapat
diperbaiki melalui pengamatan dan contoh konkret, dengan
menghadirkan objek sebenarnya.
d. Pengalaman dan kesan sebagai hasil pembelajaran lebih
melekat dalam diri peserta didik.
Kekurangan metode demonstrasi yaitu:
a. Metode demonstrasi memerlukan persiapan yang lebih,
pendidik diharapkan mampu mendemonstrasikannya terlebih
dahulu sebelum melaksanakan metode ini di kelas.
b. Demonstrasi memerlukan peralatan, bahan-bahan dan tempat
yang memadai dengan demikian penggunaan metode ini lebih
mahal dibandingkan dengan metode ceramah.
c. Tidak semua benda dapat didemonstrasikan.
d. Sukar dimengerti bila didemonstrasikan
3. Metode Diskusi
Metode diskusi adalah suatu cara penyajian bahan pelajaran di
mana guru memberi kesempatan kepada siswa atau kelompok-
kelompok siswa untuk mengadakan perbincangan ilmiah guna
mengumpulkan pendapat, membuat kesimpulan atau penyusunan
berbagai alternative pemecahan atas suatu masalah. Tujuan utama
metode ini adalah untuk memecahkan suatu permasalahan, menjawab
pertanyaan, manambah dan memahami pengetahuan peserta didik,
serta untuk membuat keputusan menurut Killen (1998) dalam Sanjaya
(2006). Diskusi dapat dilaksanakan dalam dua bentuk. Pertama,
diskusi kelompok kecil (small group discussion) dengan kegiatan
kelompok kecil. Kedua, diskusi kelas, yang melibatkan semua peserta

36
didik di dalam kelas, baik dipimpin langsung oleh gurunya atau
dilaksanakan oleh seorang atau beberapa pemimpin diskusi yang
dipilih langsung oleh peserta didik.
Adapun langkah-langkah penggunaan metode diskusi yaitu:
1. Guru mengemukakan masalah yang akan didiskusikan dan
memberikan pengarahan seperlunya mengenai cara-cara
pemecahannya.
2. Dengan arahan guru, siswa membentuk kelompok diskusi,
pemilihan pemimpin kelompok, pengaturan tempat duduk,
ruangan, sarana, dan sebagainya.
3. Para siswa berdiskusi dalam kelompoknya masing-masing,
sedangkan guru berkeliling menghampiri setiap kelompok
untuk memberikan dorongan dan bantuan kepada seluruh
anggota kelompok diskusi.
4. Kemudian tiap kelompok melaporkan hasil diskusinya dan
ditanggapi oleh seluruh siswa di dalam kelas dan guru
memberikan evaluasi terhadap hasil diskusi.
5. Setiap kelompok mengumpulkan hasil diskusinya setelah siswa
mencatat hasil diskusi untuk catatan pribadi.
Kelebihan metode diskusi yaitu:
a. Memberi kesempatan peserta didik untuk berlatih dapat
memecahkan suatu masalah dengan berbagai jalan secara
bersama-sama sehingga peserta didik dirangsang untuk berpikir
lebih kreatif dan inovatif.
b. Menyadarkan peserta didik bahwa dengan berdiskusi mereka
saling mengemukakan pendapat secara konstruktif sehingga
dapat diperoleh keputusan yang lebih baik.
c. Membiasakan peserta didik untuk mendengarkan pendapat
orang lain sekalipun berbeda dengan pendapatnya dan
membiasakan bersikap toleransi.
d. Melatih peserta didik berani mengemukakan pendapat atau
gagasan secara verbal.

37
Sedangkan kekurangan metode diskusi yaitu:
a. Tidak dapat dipakai dalam kelompok yang besar karena
semakin banyak peserta kadang membuat arah diskusi menjadi
meluas dan mengambang.
b. Sering kali pembicaraan dalam diskusi dikuasai oleh satu dua
peserta didik yang memiliki keteramilan berbicara lebih.
c. Sering terjadi perbedaan pendapat antar peserta diskusi yang
bersifat emosional yang tidak terkontrol yang akhirnya bisa
mengganggu suasana proses pembelajaran.
4. Metode Simulasi
Metode simulasi adalah penyajian pembelajaran dengan
menggunakan situasi tiruan untuk menggambarkan situasi sebenarnya
agar diperoleh pemahaman tentang hakikat suatu konsep, prinsip, atau
keterampilan tertentu misalnya permainan simulasi, bermain peran,
dan sosiodrama. Dalam metode simulasi peserta didik dapat terlibat
sebagai pemain atau simulator dan juga sebagai penonton yang
memerhatikan, menilai, serta mengambil pelajaran dari simulasi
tersebut. Beberapa metode pembelajaran yang termasuk dalam
simulasi antara lain:
a. Games (Permainan)
Games digunakan untuk penciptaan suasana belajar dari pasif
ke aktif, dari kaku menjadi gerak dan dari jenuh menjadi riang.
Karakteristik permainan adalah menciptakan suasana belajar
yang menyenangkan. Metode ini diarahkan agar tujuan belajar
dapat dicapai secara efektif dan efisien dalam suasana gembira
meskipun membahas hal-hal yang sulit atau berat. Metode
permainan sebaiknya digunakan sebagai bagian dari proses
belajar, bukan hanya untuk mengisi waktu kosong atau sekedar
permainan. Permainan sebaiknya dirancang menjadi suatu aksi
atau kejadian yang dialami sendiri oleh peserta, kemudian ditarik
dalam proses refleksi untuk menjadi hikmah yang mendalam.
b. Role Playing (bermain peran)

38
Role playing merupakan metode pembelajaran yang
menghadirkan peran-peran yang ada dalam dunia nyata ke dalam
suatu pertunjukan peran di dalam kelas, yang kemudian dijadikan
sebagai bahan refleksi bagi semua peserta didik. Metode ini lebih
menekankan terhadap masalah yang diangkat dalam pertunjukan
bukan kemampuan pemain dalam melakukan peran.
Kelebihan metode simulasi yaitu:
a. Simulasi dapat memupuk keberanian dan percaya diri peserta
didik dengan bermain peran maupun bermain games.
b. Simulasi dapat dijadikan sebagai bekal bagi peserta didik
dalam menghadapi situasi yang sebenarnya kelak, baik dalam
kehidupan keluarga, masyarakat maupun menghadapi dunia
kerja.
c. Simulasi dapat meningkatkan gairah peserta didik dalam
proses pembelajaran karena peserta didik dihadapkan pada
hal yang sebenarnya meskipun hanya tiruan atau simulator.
d. Simulasi mempermudah peserta didik membayangkan
bentuk, cara kerja dari benda atau poses suatu pekerjaan
sehingga apabila nanti menghadapinya dalam kehidupan
nyata membuat peserta didik tidak terlalu canggung.
Sedangkan kekurangan metode simulasi yaitu:
a. Diperlukan persiapan yang matang agar proses simulasi bisa
berjalan sesuai dengan scenario yang telah direncanakan
pengelolaan yang tidak tepat menyebabkan proses
pembelajaran tidak bermakna.
b. Pengalaman yang diperoleh melalui simulasi tidak selalu
tepat dan sesuai dengan kenyataan di lapangan.
5. Metode Pemberian Tugas
Metode pemberian tugas adalah suatu cara mengajar yang
dicirikan oleh adanya kegiatan perencanaan anatara murid dengan
guru mengenai suatu persoalan atau problema yang harus

39
diselesaikan dan dikuasai oleh murid dalam jangka waktu tertentu
yang disepakati bersama antara murid dan guru.
Adapun langkah-langkah yang harus dilakukan dalam
penggunaan metode tugas atau resitasi yaitu:
a. Fase pemberian tugas
Tugas yang diberikan kepada siswa hendaknya
mempertimbangkan:
1. Tujuan yang akan dicapai.
2. Jenis tugas yang jelas dan tepat sehingga anak mengerti
apa yang ditugaskan tersebut.
3. Sesuai dengan kemampuan siswa.
4. Ada petunjuk/sumber yang dapat membantu pekerjaan
siswa.
5. Sediakan waktu yang cukup untuk mengerjakan tugas
tersebut.
b. Langkah pelaksanaan tugas
1. Diberikan bimbingan/pengawasan oleh guru.
2. Diberikan dorongan sehingga anak mau bekerja.
3. Diusahakan/dikerjakan oleh siswa sendiri, tidak menyuruh
orang lain.
4. Dianjurkan agar siswa mencatat hasil-hasil yang ia peroleh
dengan baik dan sistematik.
c. Fase mempertanggung jawabkan tugas
Hal yang harus dikerjakan pada fase ini yaitu:
1. Laporan siswa baik lisan/tertulis dari apa yang telah
dikerjakannya.
2. Ada tanya jawab/diskusi kelas.
3. Penilaian hasil pekerjaan siswa baik dengan tes maupun
non tes atau cara lainnya. Fase mempertanggung jawabkan
tugas inilah yang disebut “resitasi”.
Kelebihan metode penugasan yaitu:

40
a. Memotivasi peserta didik untuk melaksanakan pembelajaran
secara individual maupun kelompok.
b. Dapat mengembangkan kemandirian peserta didik di luar
pengawasan guru.
c. Dapat membina tanggung jawab dan disiplin
d. Dapat mengembangkan kreativitas peserta didik.
Sedangkan kekurangan metode penugasan yaitu:
a. Peserta didik sulit di kontrol apakah tugas dilakukan secara
mandiri.
b. Untuk penugasan kelompok yang aktif mengerjakan adalah
satu atau dua peserta didik saja.
c. Tidak mudah untuk memberikan tugas yang sesuai dengan
perbedaan individu peserta didik.
d. Apabila bentuk penugasan tidak variatif, maka akan
menimbulkan sikap bosan dalam belajar bagi peserta didik.
6. Metode Tanya Jawab
Metode tanya jawab adalah mengajukan pertanyaan kepada
peserta didik. Metode ini dimaksudkan untuk merangsang untuk
berfikir dan membimbingnya dalam mencapai kebenaran. Proses
tanya jawab terjadi apabila ada ketidaktahuan atau ketidakpahaman
akan sesuatu peristiwa. Dalam proses belajar mengajar, tanya jawab
dijadikan salah satu metode untuk menyampaikan materi pelajaran
dengan cara guru bertanya kepada peserta didik atau peserta didik
bertanya kepada guru. Adapun tujuan metode tanya jawab adalah:
a. Mengecek dan mengetahui sampai sejauh mana kemampuan
anak didik terhadap pelajaran yang dikuasainya.
b. Memberi kesempatan kepada peserta didik untuk mengajukan
pertanyaan kepada guru tentang sesuatu masalah yang belum
dipahaminya.
c. Memotivasi dan menimbulkan kompetisi belajar.
d. Melatih anak didik untuk berpikir dan berbicara secara
sistematis berdasarkan pemikiran yang orisinil.

41
Kelebihan metode tanya jawab yaitu:
a. Pertanyaan dapat menarik dan memusatkan perhatian siswa,
sekalipun ketika itu siswa sedang ribut, yang mengantuk
kembali tegar dan hilang kantuknya.
b. Merangsang siswa untuk melatih dan mengembangkan daya
pikir, termasuk daya ingataan.
c. Mengembangkan keberanian dan ketrampilan siswa dalam
menjawab dan mengemukakan pendapat.
Sedangkan kekurangan metode tanya jawab yaitu:
a. Siswa merasa takut, apalagi bila guru kurang dapat mendorong
siswa untuk berani, dengan menciptakan suasana yang tidak
tegang, melainkan akrab.
b. Tidak mudah membuat pertanyaan yang sesuai dengan tingkat
berfikir dan mudah dipahami siswa.
c. Waktu sering banyak terbuang, terutama apabila siswa tidak
dapat menjawab pertanyaan sampai dua atau tiga orang.
d. Dalam jumlah siswa yang banyak, tidak mungkin cukup waktu
untuk memberikan pertanyaan kepada setiap siswa.

7. Metode kerja kelompok


Metode kerja kelompok adalah suatu cara menyajikan materi
pelajaran dimana guru mengelompokkan siswa ke dalam beberapa
kelompok untuk menyelesaikan tugas yang telah ditentukan. Dari
uraian tersebut, terlihat beberapa kelebihan dari metode kerja
kelompok dalam belajar mengajar yaitu:
a. Dari aspek paedagogis, kegiatan kerja kelompok murid-murid
akan meningkatkan kualitas kepribadian.
b. Dari aspek psikologis akan timbul persaingan, kompetisi yang
sehat dan positif, karena anak akan lebih giat melaksanakan
tugas dalam kelompok masing-masing.
c. Dasar aspek didaktik, murid-murid yang pandai dalam
kelompoknya dapat membantu teman-temannya yang kurang

42
pandai, terutama dalam rangka memenangkan kompetisi
dalam kelompok.
Ada beberapa kekurangan metode kerja kelompok yaitu:
a. Metode ini memerlukan persiapan-persiapan yang lebih rumit
ketimbang metode-metode yang lain.
b. Apabila terjadi persaingan yang negatif, hasil pekerjaan dan
tugas akan lebih buruk.
c. Bagi murid yang malas, memperoleh kesempatan untuk tetap
pasif dalam kelompok itu dan kemungkinan besar akan
mempengaruhi anggota lainya, sehingga usaha kelompok
kerja itu akan gagal.
8. Metode sosiodrama dan bermain peranan
Metode sosiodrama adalah metode mengajar dengan
mendemonstrasikan cara bertingkah laku dalam hubungan sosial,
sedangkan bermain peran menekankan kenyataan di mana para murid
diikutsertakan dalam permaianan peranan di dalam
mendemonstrasikan masalah-masalah sosial. Kaitannya dengan
pelaksanaan mengajar maka metode ini tepat untuk digunakan.
Metode sosiodarama atau bermain peranan digunakan untuk
menerangkan suatu peristiwa yang di dalam menyangkut orang
banyak dan berdasar pertimbangan didaktis yang lebih baik
didramatisasikan daripada diceritakan, karena akan lebih jelas dan
dihayati oleh murid. Metode ini sangat baik untuk melatih murid-
murid agar mereka mampu menyelesaikan masalah-masalah yang
bersifat sosial psikologis. Serta untuk melatih murid agar mereka
dapat bergaul dan memberi kemungkinan bagi pemahaman terhadap
orang lain beserta masalahnya.

43
BAB III
PENUTUP

3.1 Simpulan
Pembelajaran adalah proses interaksi peserta didik dengan pendidik dan
sumber belajar pada suatu lingkungan belajar. Dalam proses pembelajaran
tersebut terdapat beberapa istilah seperti pendekatan, model, strategi, dan metode
pembelajaran. Itilah-istilah tersebut dalam kehidupan sehari-hari sering
dipertukarkan pengertian istilah satu dengan istilah yang lain. berdaarkan
pemaparan pembahasan di atas, adapun simpulannya yaitu:
1. Pendekatan pembelajaran merupakan orientasi atau sudut pandang
terhadap proses pembelajaran, yang mewadahi, menguatkan, dan melatari
metode pembelajaran dengan cakupan teoretis guna mencapai suatu
tujuan tertentu.
2. Model pembelajaran adalah suatu kerangka atau rancangan yang
menggambarkan proses pembelajaran yang terjadi, untuk mencapai tujuan
pembelajaran tertentu yang memiliki fungsi sebagai pedoman bagi
pendidik dalam menjalankan proses pembelajaran.
3. Strategi pembelajaran merupakan cara-cara yang akan dipilih dan
digunakan oleh seorang pengajar untuk menyampaikan materi
pembelajaran sehingga akan memudahkan peserta didik menerima dan
memahami materi pembelajaran, yang pada akhirnya tujuan pembelajaran
dapat dikuasainya di akhir kegiatan belajar.

44
4. Metode pembelajaran adalah suatu cara atau teknik penyajian bahan
pelajaran yang digunakan oleh guru pada saat menyajikan bahan
pelajaran, baik secara individual atau secara kelompok, agar tercapainya
tujuan pembelajaran yang telah dirumuskan.
Pendekatan, model, strategi, dan metode pembelajaran memiliki keterkaitan
satu sama lain. Jika pendekatan, strategi, metode, dan teknik pembelajaran sudah
terangkai membentuk satu kesatuan yang utuh maka terbentuklah model
pembelajaran. Model pembelajaran dapat dikatakan sebagai bungkus atau bingkai
dari penerapan pendekatan, strategi, metode, dan teknik pembelajaran.
3.2 Rekomendasi

Berdasarkan pemaparan materi hakikat pendekatan, model, strategi, dan


model pembelajaran di atas kami sebagai penulis menyarankan kepada para
pembaca khususnya tenaga pendidik untuk lebih memahami perbedaan makna
dari pendekatan, model, strategi, dan model pembelajaran. Selain itu, diharapkan
pula untuk dapat memilih model pembelajaran yang tepat sehingga proses
pembelajaran dapat terlaksana dan mencapai tujuan pembelajaran yang telah
ditetapkan sebelumnya.

45
DAFTAR PUSTAKA

Abdurrahman Ginting, Esensi Praktis Belajar dan Pembelajaran (Bandung:


Humaniora, 2008), 42
Alipandie, Imansyah. (1984). Didaktik Metodik Pendidikan. Surabaya: Usaha
Nasional.
Arends 1997. Model-Model Pembelajaran Inovatif berorientasi Konstuktivitis,
Jakarta: Prestasi Pustaka Publisher
Arends, R. I. (2012). Learning to Teach ninth edition. New York: McGraw-Hill
Companies, Inc.
Dedi Supriawan dan A. Benyamin Surasega. 1990. Strategi Belajar Mengajar.
Bandung: FPTK-IKIP Bandung.
Depdikbud. (2002). Model-model Pembelajaran. Jakarta: Dirjen Pendidikan
Dasar dan Menengah Departemen Pendidikan Nasional.PGSM.
Djamarah, Syaiful Bahri, 2006. Strategi Belajar Mengajar. Jakarta : PT Rineka
Cipta
Eggen, P. D. dan Kauchak, D.P. (1993). Strategies for Teachers Teaching
Content and Thinking Skills. Third Edition Boston: Allyn & Bacon.
Frelberg, H.J. and Driscoll, A. (1992). Universal Teaching Strategies. Boston:
Allyn & Bacon.
Gerlach, V.S. & Ely, D.P. (1980). Teaching and Media A Systematic Approach.
New Jersey: Prentice Hall.
Hanafiah, Nanang dan Suhana, Cucu. 2009. Konsep Strategi Pembelajaran.
Bandung: PT RefikaAditama
Joyce, B. & Weil, M. (2003). Models of Teaching (Fifth edit). New Delhi:
Prentice Hall of India.
Mansyur, 1991. Strategi Belajar Mengajar, Jakarta : Universitas Terbuka
Martinis Yamin, Strategi dan Metode dalam Model Pembelajaran, (Jakarta :
Referensi Press Group, 2013), h.4-5
Parwati, Ni Nyoman, dkk. 2018. Belajar dan Pembelajaran. Depok: Rajawali
Pers.
Rusman. 2010. Model-Model Pembelajaran Mengembangkan Profesionalisme
Guru. Jakarta: PT RajaGrafindo Persada.

46
Sani, Ridwan Abdullah. 2013. Inovasi Pembelajaran. Jakarta: Bumi Aksara.
Sanjaya, H. W. (2014). Strategi Pembelajaran Berorientasi Standar Proses
Pendidikan. Jakarta: Kencana Prenada Media.
Sanjaya, Wina. 2006. Strategi Pembelajaran Berorientasi Standar Proses
Pendidikan. Jakarta: Kencana
Suciani, Tititri., dkk. 2018. PEMAHAMAN MODEL PEMBELAJARAN
SEBAGAI KESIAPAN PRAKTIK PENGALAMAN LAPANGAN
(PPL) MAHASISWA PROGRAM STUDI PENDIDIKAN TATA
BOGA. Media Pendidikan, Gizi dan Kuliner. 7 (1): 76-81.
Suherman, E. (2003). Strategi Pembelajaran Kontemporer. Bandung: JICA.
Suprijono, Agus.2009. Cooperative Learning: Teori dan Aplikasi PAIKEM.
Yogyakarta: Pustaka Pelajar.
Trianto. 2007. Model-Model Pembelajaran Inovatif Berorientasi Konstruktivistik.
Jakarta:Prestasi Pustaka Publisher
Wahjoedi. 1999. Jurnal Iptek Olahraga. Jurnal. Jakarta: Pusat Pengkajian dan
Pengembangan IPTEK (PPPITOR).
Winarno Surakhmad, 1990, Pengantar penelitian Ilmiah, Tarsito, Bandung

47

Anda mungkin juga menyukai