TUGAS 1
OLEH :
FRISA RAHMAH SARI (17175015)
KELOMPOK 1
DOSEN PEMBIMBING:
Prof. Dr. Hj. FESTIYED, M.S
Dr. Hj. DJUSMAINI DJAMAS, M.Si
Penulis
i
DAFTAR ISI
ii
BAB I
PENDAHULUAN
A. Latar Belakang
Peningkatan kualitas sumber daya manusia di Indonesia terus diupayakan
dan dikembangkan seiring dengan perkembangan jaman yang semakin global.
Peningkatan sumber daya manusia ini juga berpengaruh terhadap dunia
pendidikan. Pendidikan yang merupakan ujung tombak dalam pengembangan
sumber daya manusia harus bisa berperan aktif dalam meningkatkan kualitas dan
juga kuantitas. Upaya pengembangan pendidikan tersebut harus sesuai dengan
proses pengajaran yang tepat agar anak didik dapat menerima pelajaran dengan
baik.
Proses pengajaran akan lebih hidup apabila terjadi kerjasama diantara
guru dan siswa maupun siswa dengan siswa, maka proses pembelajaran dengan
paradigma lama harus diubah dengan paradigma baru yang dapat meningkatkan
kreativitas siswa dalam berpikir, arah pembelajaran yang lebih kompleks tidak
hanya satu arah sehingga proses belajar mengajar akan dapat meningkatkan
kerjasama diantara siswa dengan guru serta siswa dengan siswa, maka dengan
demikian siswa yang kurang akan dibantu oleh siswa yang lebih pintar sehingga
proses pembelajaran lebih hidup dan hasilnya lebih baik.
Dalam kegiatan pembelajaran tidak terlepas dari berbagai variabel pokok
yang saling berkaitan yaitu kurikulum, guru/pendidik, pembelajaran dan peserta
(siswa). Peserta didik bukan hanya sebagai objek tetapi juga merupakan subjek
dalam pembelajaran. Peserta didik harus disiapkan sejak awal untuk mampu
bersosialisasi dengan lingkungannya. Berdasarkan hal tersebut pendidik dituntut
harus mampu menggunakan berbagai pendekatan, strategi, metode, teknik, gaya
dan model pembelajaran yang sesuai dengan karakteristik siswa dan tujuan
pembelajaran yang akan dicapai agar peserta didik dapat melakukan kegiatan
belajar dengan menyenangkan, efektif dan efisien.
Pendekatan, strategi, metode, teknik, taktik, gaya dan model
pembelajaran merupakan istilah yang sering digunakan dalam dunia pendidikan.
Namun, kadang kala terjadi kesulitan dalam membedakan pengertian dari
istilah-istilah tersebut. Sering kali artinya dianggap sama, tertukar, atau saling
1
tumpang tindih antar satu dengan yang lain. Hal ini mengakibatkan terjadinya
kebingungan dalam penggunaan istilah-istilah tersebut. Terdapat persamaan dari
pendekatan, strategi, metode, teknik, taktik, gaya dan model pembelajaran.
Secara umum semua istilah tersebut berarti cara. Cara adalah suatu bentuk
perbuatan tertentu yang dilakukan individu tetapi tidak secara terus menerus.
Dalam konteks pembelajaran, cara berbentuk segala hal yang dilakukan dalam
suatu proses pembelajaran.
Apabila kita mengartikan pendekatan, strategi, metode, teknik, taktik,
gaya dan model pembelajaran lebih mendalam, maka akan timbul perbedaan.
Arti cara yang dimaksud dari masing-masing istilah tersebut berbeda.
Berdasarkan uraian di atas, penulis mencoba menjabarkan secara sederhana
pengertian dan karakteristik dari istilah-istilah tersebut agar lebih mudah
dipahami dan dibedakan.
B. Rumusan Masalah
Berdasarkan latar belakang masalah yang telah diuraikan, maka masalah
yang menjadi fokus penulisan makalah ini sebagai berikut.
1. Apa yang dimaksud dengan pendekatan, strategi, metode, teknik, taktik, gaya
dan model pembelajaran?
2. Bagaimana karakteristik dari pendekatan, strategi, metode, teknik, taktik,
gaya dan model pembelajaran?
C. Tujuan Penulisan
Adapun tujuan yang akan dicapai dalam penulisan makalah ini sebagai
berikut.
1. Menjelaskan pengertian pendekatan, strategi, metode, teknik, taktik, gaya dan
model pembelajaran
2. Menjabarkan karakteristik dari pendekatan, strategi, metode, teknik, taktik,
gaya dan model pembelajaran
2
BAB II
KAJIAN TEORI
A. Pendekatan Pembelajaran
1. Pengertian Pendekatan Pembelajaran
Interaksi dalam pembelajaran adalah bagaimana cara guru dapat
meningkatkan motivasi belajar dari siswa. Hal ini berkaitan dengan strategi apa
yang dipakai oleh guru, bagaimana guru melakukan pendekatan terhadap
siswanya. Dalam sebuah pembelajaran yang baik guru berperan sebagai
pembimbing dan fasilitator. Dalam peranannya sebagai pembimbing, guru
berusaha menghidupkan dan memberikan motivasi agar terjadi proses interaksi
yang kondusif. Guru sebagai fasilitator, guru berusaha memberikan fasilitas
yang baik melalui pendekatan-pendekatan yang dilakukan.
“Maka disebabkan rahmat dari Allahlah kamu berlaku lemah lembut terhadap
mereka, sekiranya kamu bersikap keras lagi berhati kasar, tentulah mereka
menjauhkan diri dari sekelilingmu” (QS. Ali Imran : 159).
“Serulah (manusia) ke jalan Rabb-mu dengan hikmah dan pengajaran yang baik
dan bantahlah mereka dengan cara yang lebih baik...”(QS. An-Nahl: 125)
3
dengan siswa. Pendekatan pembelajaran dapat diartikan juga sebagai titik tolak
atau sudut pandang kita terhadap proses pembelajaran, yang merujuk pada
pandangan tentang terjadinya suatu proses yang sifatnya masih sangat umum, di
dalamnya mewadahi, menginsiprasi, menguatkan, dan melatari metode
pembelajaran dengan cakupan teoritis tertentu.
4
b. Pendekatan Pembelajaran yang Berorientasi pada Siswa (Student
Centered Approach).
Pendekatan pembelajaran berorientasi pada siswa adalah pendekatan
pembelajaran yang menempatkan siswa sebagai subjek belajar dan kegiatan
belajar bersifat modern. Pendekatan pembelajaran yang berorientasi pada siswa,
menejemen, dan pengelolaannya ditentukan oleh siswa. Pada pendekatan ini
siswa memiliki kesempatan yang terbuka untuk melakukan kreatifitas dan
mengembangkan potensinya melalui aktifitas secara langsung sesuai dengan
minat dan keinginannya.
Pendekatan ini, selanjutnya menurunkan strategi pembelajaran discovery
dan inkuiry serta strategi pembelajaran induktif, yaitu pembelajaran yang
berpusat pada siswa. Pada strategi ini peran guru lebih menempatkan diri
sebagai fasilitator, pembimbing sehingga kegiatan belajar siswa menjadi lebih
terarah. Jadi fungsi Pendekatan Pembelajaran adalah sebagai pedoman umum
dalam menyusun langkah-Iangkah metode pengajaran yang akan digunakan.
Dilihat dari pendekatan dalam pembelajaran kurikulum 2013 terdapat
dua jenis pendekatan, yaitu:
a. Pendekatan Saintifik
Pembelajaran saintifik merupakan pembelajaran yang mengadopsi
langkah-langkah saintis dalam membangun pengetahuan melalui metode ilmiah.
Pembelajaran saintifik tidak hanya memandang hasil belajar sebagai muara
akhir, namum proses pembelajaran dipandang sangat penting. Oleh karena itu
pembelajaran saintifik menekankan pada keterampilan proses. Fokus proses
pembelajaran diarahkan pada pengembangan keterampilan siswa dalam
memproseskan pengetahuan, menemukan dan mengembangkan sendiri fakta,
konsep, dan nilai-nilai yang diperlukan (Semiawan: 1992).
Proses pembelajaran dapat dipadankan dengan suatu proses
ilmiah. Karena itu Kurikulum 2013 mengamanatkan esensi pendekatan ilmiah
dalam pembelajaran. Pendekatan ilmiah diyakini sebagai titian emas
perkembangan dan pengembangan sikap, keterampilan, dan pengetahuan peserta
didik.
5
Pada dasarnya yang mendasari kegiatan pembelajaran pada kurikulum
2013 adalah pendekatan ilmiah (saintific approach), walaupun sebenarnya
bukan hal yang baru, karena pendekatan ilmiah pada KBK sudah ada, namun
istilahnya saja yang berbeda. Adapun ciri-ciri umumnya adalah kegiatan
pembelajaran yang mengedepankan kegiatan-kegiatan proses yaitu: mengamati,
menanya, mencoba, menyimpulkan. Langkah-langkah Kegiatan Pembelajaran
dalam Kurikulum 2013 adalah sebagai berikut :
1. Ranah sikap menggamit transformasi substansi atau materi ajar agar peserta
didik “tahu mengapa.”
2. Ranah keterampilan menggamit transformasi substansi atau materi ajar agar
peserta didik “tahu bagaimana”.
3. Ranah pengetahuan menggamit transformasi substansi atau materi ajar agar
peserta didik “tahu apa.”
Hasil akhirnya adalah peningkatan dan keseimbangan antara kemampuan
untuk menjadi manusia yang baik (soft skills) dan manusia yang memiliki
kecakapan dan pengetahuan untuk hidup secara layak (hard skills) dari peserta
didik. Sedangkan proses pembelajaran menyentuh tiga ranah, yaitu sikap,
pengetahuan, dan keterampilan seperti digambarkan dalam skema berikut ini:
6
(observing), menanya (questioning), mengasosiasi atau menalar (associating),
mengumpulkan data (experimenting/explorating), dan mengomunikasikan atau
membentuk jejaring (networking) untuk meningkatkan kreativitas peserta didik
dan membiasakan peserta didik untuk bekerja dalam jejaringan (Hari Subagya –
Insih Wilujeng, 2013).
7
mengidentifikasi atau menemukan masalah), merumuskan masalah, mengajukan
atau merumuskan hipotesis, mengumpulkan data dengan berbagai teknik,
menganalisis data, menarik kesimpulan dan mengomunikasikan konsep, hukum
atau prinsip yang “ditemukan”. Pendekatan saintifik dimaksudkan untuk
memberikan pemahaman kepada peserta didik dalam mengenal, memahami ber-
bagai materi menggunakan pendekatan ilmiah, bahwa informasi bisa berasal dari
mana saja, kapan saja, tidak bergantung pada informasi searah dari guru. Oleh
karena itu kondisi pembelajaran yang diharapkan tercipta diarahkan untuk men-
dorong peserta didik dalam mencari tahu dari berbagai sumber melalui
observasi, dan bukan hanya diberi tahu.
Proses pembelajaran pada Kurikulum 2013 untuk semua jenjang
dilaksanakan dengan menggunakan pendekatan ilmiah (saintifik).Untuk mata
pelajaran, materi, atau situasi tertentu, sangat mungkin pendekatan ilmiah ini
tidak selalu tepat diaplikasikan secara prosedural. Pendekatan saintifik dalam
pembelajaran disajikan sebagai berikut (Wijayanti, 2014).
1. Mengamati (observasi)
Metode mengamati mengutamakan kebermaknaan proses pembelajaran
(meaningfull learning). Metode ini memiliki keunggulan tertentu, seperti
menyajikan media obyek secara nyata, peserta didik senang dan tertantang,
dan mudah pelaksanaannya. Metode mengamati sangat bermanfaat bagi
pemenuhan rasa ingin tahu peserta didik. Sehingga proses pembelajaran
memiliki kebermaknaan yang tinggi. Adapun kompetensi yang diharapkan
adalah melatih kesungguhan, ketelitian, dan mencari informasi.
2. Menanya
Dalam kegiatan mengamati, guru membuka kesempatan secara luas kepada
peserta didik untuk bertanya mengenai apa yang sudah dilihat, disimak,
dibaca atau dilihat. Pertanyaan yang bersifat faktual sampai kepada per-
tanyaan yang bersifat hipotetik. Melalui kegiatan bertanya dikembangkan rasa
ingin tahu peserta didik. Semakin terlatih dalam bertanya maka rasa ingin
tahu semakin dapat dikembangkan. Pertanyaan terebut menjadi dasar untuk
mencari informasi yang lebih lanjut dan beragam dari sumber yang
8
ditentukan guru sampai yang ditentukan peserta didik, dari sumber yang
tunggal sampai sumber yang beragam.
3. Mengumpulkan Informasi/Menalar
Kegiatan “mengumpulkan informasi” merupakan tindak lanjut dari bertanya.
Kegiatan ini dilakukan dengan menggali dan mengumpulkan informasi dari
berbagai sumber melalui berbagai cara. Untuk itu peserta didik dapat
membaca buku yang lebih banyak, memperhatikan fenomena atau objek yang
lebih teliti, atau bahkan melakukan eksperimen. Dari kegiatan tersebut ter-
kumpul sejumlah informasi. Adapun kompetensi yang diharapkan adalah
mengembangkan sikap teliti, jujur,sopan, menghargai pendapat orang lain,
kemampuan berkomunikasi, menerapkan kemampuan mengumpulkan
informasi melalui berbagai cara yang dipelajari, mengembangkan kebiasaan
belajar dan belajar sepanjang hayat
4. Mengasosiasikan/Mengolah Informasi/Mencoba
Kegiatan “mengasosiasi/mengolah informasi/mencoba” adalah memproses
informasi yang sudah dikumpulkan baik terbatas dari hasil kegiatan
mengumpulkan/eksperimen maupun hasil dari kegiatan mengamati dan
kegiatan mengumpulkan informasi. Adapun kompetensi yang diharapkan
adalah mengembangkan sikap jujur, teliti, disiplin, taat aturan, kerja keras,
kemampuan menerapkan prosedur dan kemampuan berpikir induktif serta
deduktif dalam menyimpulkan
5. Membentuk Jejaring
Kegiatan menyimpulkan dalam pembelajaran dengan pendekatan saintifik
merupakan kelanjutan dari kegiatan mengolah data atau informasi. Setelah
menemukan keterkaitan antar informasi dan menemukan berbagai pola dari
keterkaitan tersebut, selanjutnya secara bersama-sama dalam satu kesatuan
kelompok, atau secara individual membuat kesimpulan
9
Pada pendekatan scientific guru diharapkan memberi kesempatan kepada
peserta didik untuk mengkomunikasikan apa yang telah mereka pelajari.
Kegiatan ini dapat dilakukan melalui menuliskan atau menceritakan apa yang
ditemukan dalam kegiatan mencari informasi, mengasosiasikan dan menemukan
pola. Hasil tersebut disampikan di kelas dan dinilai oleh guru sebagai hasil
belajar peserta didik atau kelompok peserta didik tersebut.
10
Aspek Keterangan
Mengkomunikasikan Metode atau cara yang digunakan untuk mengkomunikasikan
data dapat berupa grafik, charta, peta, simbol, dan diagram.
Komunikasi yang efektif adalah jelas, precise (betul, tepat, teliti)
dan tidak ambigu.
Mengklasifikasikan Untuk memahami banyak obyek, kejadian dan semua makhluk
hidup di sekitar kita dibutuhkan pengenalan dengan mengamati
persamaan, perbedaan dan hubungan kemudian
mengelompokkannya sesuai tujuan. Hal ini berarti klasifikasi
merupakan pusat keterampilan proses sains untuk membentuk
konsep.
Mengukur Mengembangkan keterampilan mengukur sangat penting dalam
melakukan pengamatan kuantitas, membandingkan,
mengklasifikasikan dan mengkomunikasikan secara efektif.
Sistem hitung memberikan kemudahan untuk mempelajari setiap
unit dari yang kita gunakan setiap hari.
Menyimpulkan Untuk membuat saran, kesimpulan, asumsi atau penjelasan
tentang peristiwa tertentu berdasarkan pengamatan dan data.
Memprediksi Prediksi adalah a forecast dari pengamatan sesuatu yang
mungkin terjadi pada waktu yang akan datang. Memprediksi
berhubungan erat dengan proses observasi, menduga, dan
klasifikasi. Prediksi didasarkan pada pengamatan secara teliti
dan dugaan untuk membuat suatu hubungan diantara kejadian-
kejadian yang diamati.
11
Aspek Keterangan
penyelidikan dilakukan menentukan variabel yang akan diuji.
Menyusun hipotesis Percobaan dilakukan untuk menentukan sebab dari pengaruh
hubungan keberadaan diantara sesuatu hal. Dengan sengajar
mengubah satu faktor maka ada faktor lain yang berubah
sebagai hasilnya. Sebelum dilakukan percobaan perlu
dirumuskan hipotesis. Hipotesis adalah prediksi tentang
hubungan diantara variabel. Hipotesis memberikan petunjuk
untuk percobaan tentang data yang harus dikumpulkan.
Merancang percobaan Percobaan dapat didefinisikan menseting situasi yang telah
direncanakan untuk memperoleh data baik yang akan
mendukung hipotesis atau tidak mendukung hipotesis. Cara ini
dilakukan dengan cara dimana variabel dimanipulasi dan tipe
respon yang diduga dinyatakan secara jelas dalam hipotesis,
kemudian menentukan prosedur kerja dan perencanaan untuk
memperoleh data.
Melakukan percobaan Melakukan percobaan adalah aktivitas yang menempatkan
secara bersama semua proses sains. Eksperimen dimulai dengan
pertanyaan. Dari setiap jawaban pertanyaan tersebut mungkin
berisi identifikasi variabel, merumuskan hipotesis,
mengidentifikasi faktor-faktor yang dibuat konstan, membuat
definisi operasional, merancang percobaan, memberi perlakuan
dengan ulangan, mengumpulkan data, dan menginterpretasikan
data.
12
pengalaman. Teridentifikasi dua aspek penting dalam kegiatan pembelajaran,
aspek pertama adalah aspek hasil belajar yakni perubahan perilaku pada diri
siswa. Aspek kedua adalah aspek proses belajar yakni sejumlah pengalaman
intelektual, emosional, dan fisik pada diri siswa (Dimyati dan Mujiono, 2006).
Menurut Dimyati dan Mujiono, 2006 dapat ditarik kesimpulan tentang
pendekatan keterampilan proses adalah:
1. Pendekatan keterampilan proses sebagai wahana penemuan dan
pengembangan fakta, konsep, dan prinsip ilmu pengetahuan bagi diri siswa.
2. Fakta, prinsip, dan konsep ilmu pengetahuan yang ditemukan dan
dikembangkan siswa berperan pula menunjang pengembangan keterampilan
proses pada diri siswa.
3. Interaksi antara pengembangan keterampilan proses dengan fakta, konsep,
dan prinsip ilmu pengetahuan, pada akhirnya akan mengembangkan sikap dan
nilai ilmuwan pada diri siswa.
B. Strategi Pembelajaran
Kemp (Wina Senjaya, 2008) mengemukakan bahwa strategi
pembelajaran adalah suatu kegiatan pembelajaran yang harus dikerjakan guru
dan siswa agar tujuan pembelajaran dapat dicapai secara efektif dan efisien.
Selanjutnya, J. R David, Wina Senjaya (2008) menyebutkan bahwa dalam
strategi pembelajaran terkandung makna perencanaan. Artinya, bahwa strategi
pada dasarnya masih bersifat konseptual tentang keputusan-keputusan yang akan
diambil dalam suatu pelaksanaan pembelajaran.
Dari konsep di atas maka jelas menentukan strategi pembelajaran pada
hakikatnya adalah menyusun pengalaman belajar siswa. Dengan demikian
strategi pembelajaran yang dipilih oleh guru selayaknya didasari pada berbagai
perkembangan sesuai dengan situasi, kondisi dan lingkungan yang dihadapinya.
Newman dan Logan (Abin Syamsuddin Makmun, 2003) mengemukakan empat
unsur strategi dari setiap usaha, yaitu:
1. Mengidentifikasi dan menetapkan spesifikasi dan kualifikasi hasil (out put)
dan sasaran (target) yang harus dicapai, dengan mempertimbangkan aspirasi
dan selera masyarakat yang memerlukannya.
13
2. Mempertimbangkan dan memilih jalan pendekatan utama (basic way) yang
paling efektif untuk mencapai sasaran.
3. Mempertimbangkan dan menetapkan langkah-langkah (steps) yang akan
ditempuh sejak titik awal sampai dengan sasaran.
4. Mempertimbangkan dan menetapkan tolak ukur (criteria) dan patokan
ukuran (standard) untuk mengukur dan menilai taraf keberhasilan
(achievement) usaha.
14
pada peserta didik, meskipun dua strategi tersebut dapat saling melengkapi.
Peranan guru bergeser dari seorang penceramah menjadi fasilitator. Guru
mengelola lingkungan belajar dan memberikan kesempatan peserta didik untuk
terlibat.
Kelebihan dari strategi ini antara lain: (1) mendorong ketertarikan dan
keingintahuan peserta didik, (2) menciptakan alternatif dan menyelesaikan
masalah, (3) mendorong kreativitas dan pengembangan keterampilan
interpersonal dan kemampuan yang lain, (4) pemahaman yang lebih baik, (5)
mengekspresikan pemahaman. Sedangkan kekurangan dari pembelajaran ini
adalah memerlukan waktu panjang. Strategi pembelajaran ini juga tidak cocok
apabila peserta didik perlu mengingat materi dengan cepat.
15
Sedangkan kekurangan dari strategi ini adalah penekanan hanya pada proses
bukan pada hasil, keamanan siswa, biaya yang mahal, dan memerlukan waktu
yang panjang.
16
pembelajaran yang perlu disampaikan mudah tercapai, dapat diikuti oleh peserta
didik dalam jumlah relatif banyak. Disamping kebaikan ada juga kelemahannya
yaitu pembelajaran terlalu berpusat kepada sumber belajar sehingga terjadi
pendominasian kegiatan oleh sumber belajar yang mengakibatkan kreatifitas
warga belajar terhambat. Kelemahan lain yaitu sulit mengetahui taraf
pemahaman peserta didik tentang materi yang sudah diberikan, karena dalam hal
ini tidak ada kegiatan umpan balik.
Untuk mengatasi kelemahan pendekatan ini harus ada usaha dari sumber
belajar tentang jenis metode yang digunakan yaitu setelah penyampaian
informasi selesai harus ada tindak lanjutnya yaitu dengan menggunakan metode
bervariasi yang sekiranya memberikan kesempatan kepada warga belajar untuk
mengemukakan permasalahan atau gagasan yang ada kaitannya dengan materi
yang sudah diberikan.
17
belajar, dengan cara ini lebih mudah diingat, mudah ditransfer oleh peserta
didik.
Strategi Inquiry ditujukan kepada cara belajar yang menggunakan cara
penelaahan atau pencarian terhadap sesuatu objek secara kritis dan analitis,
sehingga dapat membentuk pengalaman belajar yang bermakna. Warga belajar
dituntut untuk dapat mengungkapkan sejumlah pertanyaan secara sistimatis
terhadap objek yang dipelajarinya sehingga ia dapat mengambil kesimpulan dari
hasil informasi yang diperolehnya. Peran pendidik dalam penggunaan
pendekatan Inquiry ini adalah sebagai pembimbing/fasilitator yang dapat
mengarahkan peserta didik dalam kegiatan pembelajarannya secara efektif dan
efisien.
Apabila pendekatan Inquiry digunakan dalam kegiatan pembelajaran
maka banyak kelebihan yang diperoleh, diantaranya yaitu :
a. Menumbuhkan situasi keakraban diantara peserta didik, karena diberi
kesempatan untuk saling berkomunikasi dalam memecahkan suatu
permasalahan.
b. Membiasakan berfikir sistimatis dan analitis dalam mengajukan hipotesis dan
pemecahan masalah
c. Membiasakan berfikir objektif dan empirik yang didasarkan atas pengalaman
atau data yang diperoleh
d. Tumbuhnya suasana demokratis dalam pembelajaran
e. Dapat menambah wawasan bagi peserta didik dan sumber belajar karena
terjadi saling tukar pengalaman
Disamping kelebihan dari pendekatan ini juga tidak lepas dari kelemahan
yang mungkin timbul dalam proses pembelajaran yaitu apabila tidak ada
kesiapan dan kemampuan dari peserta didik untuk memecahkan permasalahan
maka tujuan pembelajaran tidak akan tercapai, juga kemungkinan akan terjadi
pendominasian oleh beberapa orang peserta didik yang sudah biasa dalam hal
mengemukakan pendapat.
Untuk mengurangi permasalahan yang mungkin muncul, sumber belajar
dituntut memiliki kemampuan dalam hal membimbing dan mengarahkan peserta
18
didik supaya mereka dapat mengembangkan kemampuannya sesuai dengan
potensi yang sudah dimilikinya.
C. Metode Pembelajaran
1. Pengertian Metode Pembelajaran
Secara etimologi metode berasal dari bahasa Yunani yaitu methodos,
yang berarti cara atau jalan yang ditempuh (wikipedia, 2013). Menurut Wina
Sanjaya (2008) metode adalah cara yang digunakan untuk
mengimplementasikan rencana yang sudah disusun dalam kegiatan nyata agar
tujuan yang telah disusun tercapai secara optimal. Menurut Abdurrahman
Ginting (2008: 42), metode pembelajaran dapat diartikan cara atau pola yang
khas dalam memanfaatkan berbagai prinsip dasar pendidikan serta berbagai
teknik dan sumber daya terkait lainnya agar terjadi proses pemblajaran pada
diri pembelajar.
Metode adalah cara yang digunakan untuk mengimplementasikan
rencana yang sudah disusun dalam kegiatan nyata agar tujuan yang telah disusun
tercapai secara optimal. Ini berarti, metode digunakan untuk merealisasikan
strategi yang telah ditetapkan. Dengan demikian, metode dalam rangkaian sistem
pembelajaran memegang peran yang sangat penting. Keberhasilan implementasi
19
strategi pembelajaran sangat tergantung pada cara guru menggunakan metode
pembelajaran, karena suatu strategi pembelajaran hanya mungkin dapat
diimplementasikan melalui penggunaan metode pembelajaran.
20
Kelebihan Kelemahan
guru dalam waktu yang singkat. dianggap senagai metode yang
3. Ceramah dapat memberikan pokok-pokok membosankan.
materi yang perlu ditonjolkan. Artinya, 4. Melalui ceramah, sangat sulit untuk
guru dapat mengatur pokok-pokok materi mengetahui apakah seluruh siswa sudah
yang mana yang perlu ditekankan sesuai mengerti apa yang dijelaskan atau belum.
dengan kebutuhan dan tujuan yang ingin Walaupun ketika siswa diberi
dicapai. kesempatan untuk bertanya, dan tidak
4. Melalui ceramah, guru dapat mengontrol ada seorang pun yang bertanya, semua itu
keadaan kelas, oleh karena sepenuhnya tidak menjamin siswa seluruhnya sudah
kelas merupakan tanggungjawab guru paham.
yang memberikan ceramah.
5. Organisasi kelas dengan menggunakan
ceramah dapat diatur menjadi lebih
sederhana.
b. Metode Demonstrasi
Metode demonstrasi adalah metode penyajian pelajaran dengan
memperagakan dan mempertunjukkan kepada siswa tentang suatu proses, situasi
atau benda tertentu, baik sebenarnya atau hanya sekedar tiruan. Sebagai metode
penyajian, demonstrasi tidak terlepas dari penjelasan secara lisan oleh guru.
Walaupun dalam proses demonstrasi peran siswa hanya sekedar memerhatikan,
akan tetapi demonstrasi dapat menyajikan bahan pelajaran lebih konkret. Dalam
strategi pembelajaran, demonstrasi dapat digunakan untuk mendukung
keberhasilan strategi pembelajaran ekspositori dan inkuiri.
21
demonstrasi juga memerlukan kemauan
dan motivasi guru yang bagus untuk
keberhasilan proses pembelajaran siswa.
c. Metode Diskusi
Metode diskusi adalah metode pembelajaran yang menghadapkan siswa
pada suatu permasalahan. Tujuan utama metode ini adalah untuk memecahkan
suatu permasalahan, menjawab pertanyaan, menambah dan memahami
pengetahuan siswa, serta untuk membuat suatu keputusan. Karena itu, diskusi
bukanlah debat yang bersifat mengadu argumentasi. Diskusi lebih bersifat
bertukar pengalaman untuk menentukan keputusan tertentu secara bersama-
sama.
Secara umum ada dua jenis diskusi yang biasa dilakukan dalam proses
pembelajaran. Pertama, diskusi kelompok. Diskusi ini dinamakan juga diskusi
kelas, pada diskusi ini permasalahan yang disajikan oleh guru dipecahkan oleh
kelas secara keseluruhan, yang mengatur jalannya diskusi adalah guru itu
sendiri. Kedua, diskusi kelompok kecil. Pada diskusi ini siswa dibagi dalam
beberapa kelompok. Setiap kelompok terdiri dari 3-7 orang. Proses pelaksanaan
diskusi ini dimulai dari guru menyajikan masalah dengan beberapa submasalah.
Setiap kelompok memecahkan sub masalah yang disampaikan guru. Proses
diskusi diakhiri dengan laporan setiap kelompok.
Karakteristik Metode Demonstrasi:
1. Membelajarkan siswa dalam penguasaan prosedur tertentu
2. Situasi yang digunakan adalah objek yang sebenarnya
3. Selain guru, nara sumber lain juga dapat dijadikan model.
22
Kelebihan Kelemahan
bisa melatih siswa untuk menghargai 4. Dalam diskusi sering terjadi perbedaan
pendapat orang lain. pendapat yang bersifat emosional yang
tidak terkontrol. Akibatnya, kadang-
kadang ada pihak yang merasa
tersinggung, sehingga dapat mengganggu
iklim pembelajaran.
d. Metode Simulasi
Simulasi berasal dari kata simulate yang artinya berpura-pura atau
berbuat seakan-akan. Sebagai metode mengajar, simulasi dapat diartikan cara
penyajian pengalaman belajar dengan menggunakan situasi tiruan untuk
memahami tentang konsep, prinsip, atau keterampilan tertentu. Simulasi dapat
digunakan sebagai metode mengajar dengan asumsi tidak semua proses
pembelajaran dapat dilakukan secara langsung pada objek yang sebenarnya.
Belajar bagaimana cara mengoperasikan sebuah mesin yang mempunyai
karakteristik khusus, misalnya siswa sebelum menggunakan mesin yang
sebenarnya akan lebih bagus melalui simulasi terlebih dahulu. Demikian juga
untuk mengembangkan pemahaman dan penghayatan terhadap suatu peristiwa,
penggunaan simulasi akan sangat bermanfaat.
23
2. Pembinaan kemampuan bekerja sama, komunikasi dan interaksi.
3. Lebih banyak menuntut aktivitas siswa.
4. Dapat digunakan dalam pembelajaran berbasis kontekstual.
5. Mengembangkan kemampuan siswa bermain peran.
6. Siswa akan menguasai konsep dan keterampilan intelektual, sosial dan
motorik dalam bidang yang dipelajarinya.
7. Siswa mampu belajar melalui situasi tiruan dengan sistem umpan balik.
e. Metode Eksperimen
Menurut KBBI eksperimen adalah: percobaan yang bersistem dan
berencana (untuk membuktikan kebenaran suatu teori dsb). Metode eksperimen
adalah metode pemberian kesempatan kepada anak didik perorangan atau
kelompok, untuk dilatih melakukan suatu proses atau percobaan (Syaiful Bahri
Djamarah, 2000). Menurut Roestiyah (2001:80), metode eksperimen adalah
suatu cara mengajar, di mana siswa melakukan suatu percobaan tentang sesuatu
hal, mengamati prosesnya serta menuliskan hasil percobaannya, kemudian hasil
pengamatan itu disampaikan ke kelas dan dievaluasi oleh guru.
24
Dari defenisi di atas dapat disimpulkan bahwa metode eksperimen
merupakan metode pembelajaran yang dalam pembahasan dan penyajian
materinya dilakukan melalui percobaan. Melalui metode ini guru atau siswa
mencoba mengerjakan sesuatu serta mengamati proses dan hasil proses itu
dengan menggunakan alat-alat praktikum agar siswa mendapat kesempatan
untuk mengalami sendiri atau melakukan sendiri.
Setiap kegiatan eksperimen harus dilakukan secara sistemik dan
sistematis dimulai dari perencanaan, persiapan, pelaksanaan, kajian hasil, dan
laporan. Metode eksperimen dapat dilakukan secara perorangan atau kelompok
di dalam kelas, di luar kelas, atau di laboratorium. Dalam pelaksanaannya,
metode eksperimen biasanya digunakan secara bersamaan dengan metode
demonstrasi.
25
membuat, cara menggunakannya, apa manfaatnya, apa fungsinya dan
sebagainya.
Metode yang terbilang sering digunakan guru terutama pada kelas khusus
atau jika ada materi yang akan disampaikan melalui latihan berulang ini
bertujuan agar siswa menguasai suatu keterampilan (kebiasaan dan pola) melalui
latihan, oleh karena itu penggunaan metode ini menuntut perhatian yang serius
dari guru terhadap aktivitas seluruh siswa. Keterampilan yang dimaksud bukan
saja tentang fisik (motorik), tetapi menyangkut psikis (kecakapan mental).
Metode ini dapat digunakan guru saat melatih siswa menulis, melafalkan
huruf, membuat dan menggunakan peralatan, melakukan operasi hitung
perkalian, penjumlahan, pengurangan, pembagian, membaca tanda-tanda/simbol,
dan sebagainya. Dengan melakukannya secara berulang siswa akan memiliki
ketepatan dan kecepatan (semakin terampil).
26
Kelebihan Kelemahan
(lebih terampil). 6. Tidak sesuai untuk jumlah siswa yang
6. Menumbuhkan rasa percaya diri siswa. banyak.
g. Metode Observasi
Metode observasi adalah salah satu strategi pembelajaran yang
menggunakan pendekatan kontekstual dan media asli dalam rangka
membelajarkan siswa yang mengutamakan kebermaknaan proses belajar.
Dengan metode observasi siswa akan mrasa tertantang mengeksplorasi rasa
keingin tahuannya tentang fenomena dan rahasia alam yang senantiasa
menantang. Metode observasi mengedepankan pengamatan langsung kepada
obyek yang akan dipelajari. Sehingga siswa mendapatkan fakta berbentuk data
yang obyektif yang kemudian dianalisa sesuai tingkat perkembangan siswa.
D. Teknik Pembelajaran
1. Pengertian
Menurut Kamus Dewan (edisi ketiga), teknik adalah pengetahuan tentang
cara mencipta sesuatu hasil seni seperti musik, karang-mengarang dan
sebagainya. Teknik merupakan suatu alat yang digunakan oleh guru untuk
menyampaikan bahan-bahan pengajaran yang telah dipilih untuk peserta didik.
Teknik yang dipilih haruslah sesuai dengan pelajaran yang digunakan dan
seirama dengan pendekatan yang digunakan.
27
2. Macam-macam Teknik pembelajaran
1. Teknik Diskusi
Diskusi adalah sebuah interaksi komunikasi antara dua orang atau
lebih/ kelompok. Biasanya komunikasi antara kelompok tersebut berupa salah
satu ilmu atau pengetahuan dasar yang akhirnya akan memberikan rasa
pemahaman yang baik dan benar. Diskusi bisa berupa apa saja yang awalnya
disebut topik. Dari topik inilah diskusi berkembang dan diperbincangkan
yang pada akhirnya akan menghasilkan suatu pemahaman dari topik tersebut.
Teknik diskusi adalah salah satu teknik belajar mengajar yang
dilakukan oleh seorang guru di sekolah, yang dimana di dalam teknik ini
terjadi proses interaksi antara dua atau lebih individu yang terlibat, saling
tukar menukar pengalaman, informasi, memecahkan masalah, dapat juga
semuanya aktif tidak ada yang pasif sebagai pendengar.
Teknik diskusi merupakan suatu cara mengajar dengan cara
memecahkan masalah yang dihadapi, baik dua orang atau lebih yang masing-
masing mengajukan argumentasinya untuk memperkuat pendapatnya.
Diskusi ditinjau dari tujuannya dibedakan menjadi :
a. The Social Problem Meeting, merupakan teknik pembelajaran dengan
tujuan berbincang-bincang menyelesaikan masalah sosial di lingkungan;
b. The Open ended Meeting, berbincang bincang mengenai masalah apa saja
yang berhubungan dengan kehidupan sehari-hari dimana kita berada;
c. The Educational Diagnosis Meeting, berbincang-bincang mengenai
tugas/pelajaran untuk saling mengoreksi pemahaman agar lebih baik.
28
3. Membiasakan anak didik untuk mendengarkan pendapat orang lain
sekalipun berbeda dengan pendapatnya sendiri dan membiasakan bersikap
toleransi (Syaful Bahri Djamarah, 2000).
Kelemahan Teknik Diskusi:
1. Tidak dapat dipakai pada kelompok yang besar.
2. Peserta diskusi mendapat informasi yang terbatas.
3. Dapat dikuasai oleh orang-orang yang suka berbicara;.
4. Biasanya orang menghendaki pendekatan yang lebih formal (Syaful Bahri
Djamarah, 2000).
29
Kelebihan teknik karya wisata :
1. Siswa dapat berpartisipasi dalam berbagai kegiatan yang dilakukan oleh
para petugas obyek karya wisata itu serta mengalami dan menghayati
langsung
2. Siswa dapat melihat kegiatan para petugas secara individu atau kelompok
dan menghayatinya secara langsung
3. Siswa dapat bertanya jawab menemukan sumber informasi yang pertama
untuk memecahkan segala macam persoalan yang dihadapi
4. Siswa memperoleh bermacam-macam pengetahuan dan pengalaman yang
terintegrasi
4. Teknik Ceramah
Teknik ceramah ialah cara mengajar yang paling tradisional dan telah
lama dijalankan dalam sejarah pendidikan, yaitu dimana seorang guru
menularkan pengetahuannya kepada siswa secara lisan atau ceramah.
Teknik ceramah adalah memberikan uraian atau penjelasan kepada
sejumlah murid pada waktu dan tempat tertentu. Dengan kata lain teknik ini
adalah sebuah teknik mengajar dengan menyampaikan informasi dan
pengetahuan secara lisan kepada sejumlah siswa yang pada umumnya
mengikuti secara pasif. Teknik ini disebut juga dengan teknik kuliah atau
teknik pidato.
Kelebihan teknik ceramah: Materi yang diberikan terurai dengan jelas.
30
1. Guru lebih aktif sedangkan murid pasif karena perhatian hanya terpusat
pada guru saja.
2. Murid seakan diharuskan mengikuti segala apa yang disampaikan oleh
guru, meskipun murid ada yang bersifat kritis karena guru dianggap selalu
benar
3. Untuk bidang studi agama, teknik ceramah ini masih tepat untuk
dilaksanakan. Misalnya, untuk materi pelajaran akidah.
E. Taktik Pembelajaran
Taktik pembelajaran merupakan gaya seseorang dalam melaksanakan
metode atau teknik pembelajaran tertentu yang sifatnya individual. Misalkan,
terdapatdua orang sama-sama menggunakan metode ceramah, tetapi mungkin
akan sangat berbeda dalam taktik yang digunakannya. Dalam penyajiannya,
yang satu cenderung banyak diselingi dengan humor karena memang dia
memiliki sense of humor yang tinggi, sementara yang satunya lagi kurang
memiliki sense of humor, tetapi lebih banyak menggunakan alat bantu elektronik
karena dia memang sangat menguasai bidang itu. Dalam gaya pembelajaran
akan tampak keunikan atau kekhasan dari masing-masing guru, sesuai dengan
kemampuan, pengalaman dan tipe kepribadian dari guru yang bersangkutan.
Dalam taktik ini, pembelajaran akan menjadi sebuah ilmu sekalkigus juga seni
(kiat).
F. Gaya Mengajar
1. Pengertian
Gaya adalah suatu pembawaan seseorang yang dipengaruhi oleh faktor
lingkungan dan faktor alamiah seperti karakteristik. Gaya menjadi ciri khas yang
dibawa seseorang dalam melakukan aktivitas. Mengajar pada hakikatnya
bermaksud mengantarkan siswa mencapai tujuan yang telah direncanakan
sebelumnya, dalam praktek perilaku mengajar yang dipertunjukkan guru sangat
beraneka ragam. Aneka ragam perilaku guru dalam mengajar ini bila ditelusuri
akan diperoleh gambaran pola umum interaksi antara guru, isi, atau bahan
pelajaran dan siswa. Pola umum ini oleh Dianne Lapp dan kawan-kawan (dalam
Ali, 2010: 57) diistilahkan dengan gaya mengajar atau teaching style.
31
Sedangkan menurut Suparman (2010: 60), “Mengajar yang baik adalah
mengajar dengan sepenuh hati, ikhlas, inovatif, memunculkan motivasi belajar
dan minat belajar serta tentunya meningkatkan prestasi belajar. Dalam mengajar
akan berhasil jika memiliki metode atau gaya mengajar yang jelas, terarah,
memiliki tujuan dan sistematis.”
Jadi dapat disimpulkan bahwa mengajar adalah upaya untuk memberikan
pengarahan, bimbingan, maupun rangsangan kepada peserta didik agar dapat
mencapai tujuan belajar dan meningkatkan hasil belajar.
Suparman (2010: 63) mengemukakan bahwa gaya mengajar adalah cara
atau metode yang dipakai guru ketika sedang melakukan pengajaran. Menurut
Thoifuri (2013: 81), gaya mengajar adalah bentuk penampilan guru saat
mengajar, baik yang bersifat kurikuler maupun psikologis. Gaya mengajar yang
bersifat kurikuler adalah guru mengajar yang disesuaikan dengan tujuan dan
sifat mata pelajaran tertentu. Gaya mengajar yang bersifat psikologis adalah guru
mengajar yang disesuaikan dengan motivasi siswa, pengelolaan kelas dan
evaluasi hasil belajar.
Menurut Thoifuri (2013: 87) dalam bukunya menjadi guru inisiator,
pendekatan dalam mengajar merupakan proses penentuan cepat tidaknya siswa
mencapai tujuan belajar. Pendekatan gaya mengajar akan menjadi tepat guna
jika selaras dengan tujuan, materi pelajaran,dan minat serta kebutuhan siswa,
baik dilakukan dalam bentuk pengajaran kelompok maupun individual.
Ali (2010: 57) menyimpulkan bahwa gaya mengajar yang dimiliki oleh seorang
guru mencerminkan pada cara melaksanakan pengajaran, sesuai dengan
pandangannya sendiri. Di samping itu landasan psikologis, terutama teori belajar
yang dipegang serta kurikulum yang dilaksanakan juga turut mewarnai gaya
mengajar guru yang bersangkutan.
Dari penjelasan para ahli di atas, dapat disimpulkan bahwa gaya
mengajar adalah suatu cara atau bentuk penampilan seorang guru dalam
menanamkan pengetahuan, membimbing, mengubah atau mengembangkan
kemampuan, perilaku dan kepribadian siswa dalam mencapai tujuan proses
belajar. Dengan demikian, gaya mengajar guru merupakan faktor yang penting
dalam menentukan keberhasilan proses belajar siswa. Oleh karena itu, apabila
32
seorang guru memiliki gaya mengajar yang baik, maka diharapkan hasil belajar
siswa juga menjadi lebih baik.
2. Macam-macam Gaya Mengajar
Menurut Ali (2010: 59-61), gaya-gaya mengajar dapat dibedakan ke
dalam empat macam sebagai berikut.
a. Gaya Mengajar klasik
Proses pengajaran dengan gaya klasik berupaya untuk memelihara dan
menyampaikan nilai-nilai lama dari generasi terdahulu ke generasi berikutnya.
Isi pelajaran berupa sejumlah informasi dan ide yang paling popular dan dipilih
dari dunia yang diketahui anak. Oleh karenanya, isi pelajaran bersifat objektif,
jelas dan diorganisasi secara sistematis-logis. Proses penyampaian bahan tidak
didasarkan atas minat anak, melainkan pada urutan tertentu. Peran guru di sini
sangat dominan, karena dia harus menyampaikan bahan. Oleh karenanya guru
harus ahli (expert) tentang pelajaran yang dipegangnya. Dengan demikian proses
pengajaran bersifat pasif, yakni siswa diberi pelajaran.
Gaya mengajar seperti ini tidak dapat disalahkan sepenuhnya manakala
kondisi kelas yang mengharuskan guru berbuat demikian, yaitu kondisi kelas
dimana siswanya mayoritas pasif. Gaya mengajar klasik sudah tidak sesuai
dengan prinsip-prinsip pembelajaran sekarang yang sudah bergeser dari
paradigma teacher centered menjadi student centered. Pergeseran paradigma ini
disebabkan oleh maju pesatnya ilmu pengetahuan dengan bantuan teknologi
canggih, jadi apabila masih ada guru yang menggunakan gaya mengajar guru
klasik maka secara tidak langsung akan menghambat kemajuan siswa.
Menurut Thoifuri (2013: 83-84) ciri-ciri gaya mengajar klasik adalah:
Bahan pelajaran, berupa: sejumlah informasi dan ide yang sudah populer dan
diketahui siswa, bersifat obyektif, jelas, sistematis dan logis.
Proses penyampaian materi: menyampaikan nilai-nilai lama dari generasi
terdahulu ke generasi berikutnya yang bersifat memelihara, tidak didasarkan
pada minat siswa, hanya didasarkan urutan tertentu.
Peran siswa: pasif, hanya diberi pelajaran untuk didengarkan.
Peran guru: dominan, hanya menyampaikan bahan ajar, otoriter, namun ia
benar-benar ahli.
33
b. Gaya Mengajar Teknologis
Fokus gaya mengajar ini pada kompetensi siswa secara individual. Bahan
pelajaran disesuaikan dengan tingkat kesiapan anak. Peranan isi pelajaran adalah
dominan. Oleh karena itu, bahan disusun oleh ahlinya masing-masing. Bahan itu
bertalian dengan data objektif dan keterampilan yang dapat menuntun
kompetensi vokasional siswa. Peranan siswa di sini adalah belajar dengan
menggunakan perangkat atau media. Dengan hanya merespons apa yang
diajukan kepadanya melalui perangkat itu, siswa dapat mempelajari apa yang
dapat bermanfaat bagi dirinya dalam kehidupan. Peranan guru hanya sebagai
pemandu (guide), pengarah (director), atau pemberi kemudahan (facilitator)
dalam belajar karena pelajaran sudah diprogram sedemikian rupa dalam
perangkat, baik lunak (software) maupun keras (hardware).
Menurut Thoifuri (2013: 84) gaya mengajar teknologis mensyaratkan
guru untuk berpegang pada media yang tersedia. Guru mengajar dengan
memperhatikan kesiapan siswa dan selalu memberikan rangsangan pada anak
didiknya untuk mampu menjawab persoalan.
Kebebasan siswa untuk memilih mata pelajaran dan diperkenankan
menggunakan seperangkat media yang ada, maka bukan akan mengurangi peran
guru, melainkan guru hendaknya terus memantau perkembangan anak belajar
sehingga hasil belajar siswa diperoleh secara maksimal.
Menurut Thoifuri (2013: 84-85) ciri-ciri gaya mengajar teknologis adalah
sebagai berikut:
Bahan pelajaran: terprogram sedemikian rupa dalam perangkat lunak
(software) dan keras (hardware) yang ditekankan pada kompetensi siswa
secara individual, disusun oleh ahlinya masing-masing, materi ajar terkait
dengan data obyektif dan keterampilan siswa untuk menunjang
kompetensinya.
Proses penyampaian materi: menyampaikan sesuai dengan tingkat kesiapan
siswa, memberi stimulan pada siswa untuk dijawab.
34
Peran siswa: mempelajari apa yang dapat memberi manfaat pada dirinya dan
belajar dengan menggunakan media secukupnya, merespon apa yang diajukan
kepadanya dengan bantuan media.
Peran guru: pemandu (membimbing siswa dalam belajar), pengarah
(memberikan petunjuk pada siswa dalam belajar), fasilitator (memberi
kemudahan pada siswa dalam belajar).
35
d. Gaya Mengajar Interaksional
Kehidupan manusia (siswa) disamping sebagai makhluk individu juga
makhluk sosial. Sebagai makhluk sosial, ia hendaknya melakukan interaksi
sosial dengan berbagai problematika yang harus dihadapi. Siswa dihadapkan
pada suatu realitas yang beraneka ragam. Oleh karenanya, dalam pembelajaran
ia diberi kesempatan luas untuk memilih program studi yang sesuai dengan
program studi yang sesuai dengan masyarakat kekinian. Siswa juga dilibatkan
dalam pembentukan interaksi sosial yang mengharuskan ia mampu belajar
secara mandiri.
Peranan guru dan siswa di sini sama-sama dominan. Guru dan siswa
berupaya untuk memodifikasi berbagai ide atau ilmu pengetahuan yang
dipelajari untuk mencari bentuk baru berdasarkan kajian yang bersifat radikal.
Guru dalam hal ini menciptakan iklim saling ketergantungan dan timbulnya
dialog antar siswa. Siswa belajar melalui hubungan dialogis. Siswa
mengemukakan pandangannya tentang realita, juga mendengarkan pandangan
siswa lain. Dengan demikian dapat ditemukan pandangan baru hasil pertukaran
pikiran tentang apa yang dipelajari. Adapun isi pelajaran difokuskan kepada
masalah-masalah yang berkenaan dengan sosio-kultural terutama yang bersifat
kontemporer.
Menurut Thoifuri (2013: 86-87) ciri-ciri gaya mengajar interaksionis
yaitu:
Bahan pelajaran: berupa masalah-masalah situasional yang terkait dengan
sosio-kultural dan kontemporer.
Proses penyampaian materi: menyampaikan dengan dua arah, dialogis, tanya
jawab guru dengan siswa, siswa dengan siswa.
Peran siswa: dominan, mengemukakan pandangannya tentang realita,
mendengarkan pendapat temannya, memodifikasi berbagai ide untuk mencari
bentuk baru yang lebih tajam dan valid.
36
Peran guru: dominan, menciptakan iklim belajar saling ketergantungan, dan
bersama siswa memodifikasi berbagai ide atau pengetahuan untuk mencari
bentuk baru yang lebih tajam dan valid.
Dari berbagai pendapat para ahli di atas, maka dapat disimpulkan bahwa
gaya mengajar guru menurut Ali dan Thoifuri dapat dibedakan menjadi 4
macam, yaitu gaya mengajar klasik, teknologis, personalisasi, dan interaksional.
Apapun gaya mengajar mengajar yang digunakan oleh seorang guru hendaknya
sesuai dengan tujuan pembelajaran agar dapat menunjang proses belajar siswa
dan mendapatkan hasil yang optimal.
G. Model Pembelajaran
1. Pengertian Model Pembelajaran
Apabila antara pendekatan, strategi, metode, teknik dan bahkan taktik
pembelajaran sudah terangkai menjadi satu kesatuan yang utuh maka
terbentuklah apa yang disebut dengan model pembelajaran. Jadi, model
pembelajaran pada dasarnya merupakan bentuk pembelajaran yang tergambar
dari awal sampai akhir yang disajikan secara khas oleh guru. Dengan kata lain,
model pembelajaran merupakan bungkus atau bingkai dari penerapan suatu
pendekatan, metode dan teknik pembelajaran. Model pembelajaran adalah
kerangka konseptual yang melukiskan prosedur yang sistematis dalam
mengorganisasikan pengalaman belajar peserta didik untuk mencapai tujuan
belajar tertentu, dan berfungsi sebagai pedoman bagi perancang pembelajaran
dan guru dalam merencanakan dan melaksanakan aktivitas belajar mengajar
(Syaiful Sagala, 2005).
Secara luas, Joyce dan Weil (2000: 13) mengemukakan bahwa model
pembelajaran merupakan deskripsi dari lingkungan belajar yang
menggambarkan perencanaan kurikulum, kursus-kursus, rancangan unit
pembelajaran, perlengkapan belajar, buku-buku pelajaran, program multi media,
dan bantuan belajar melalui program komputer. Hakikat mengajar menurut
Joyce dan Weil adalah membantu belajar (peserta didik) memperoleh informasi,
ide, keterampilan, nilai-nilai, cara berpikir dan belajar bagaimana cara belajar.
37
Merujuk pada beberapa pendapat di atas, penulis memaknai model
pembelajaran dalam makalah ini sebagai suatu rencana mengajar yang
memperlihatkan pola pembelajaran tertentu, dalam pola tersebut dapat terlihat
kegiatan guru-peserta didik di dalam mewujudkan kondisi belajar atau sistem
lingkungan yang menyebabkan terjadinya belajar pada peserta didik. Di dalam
pola pembelajaran yang dimaksud terdapat karakteristik berupa rentetan atau
tahapan perbuatan/kegiatan guru-peserta didik atau dikenal dengan istilah
sintaks dalam peristiwa pembelajaran. Secara implisit di balik tahapan
pembelajaran tersebut terdapat karakteristik lainnya dari sebuah model dan
rasional yang membedakan antara model pembelajaran yang satu dengan model
pembelajaran yang lainnya.
Berkenaan dengan model pembelajaran, Bruce Joyce dan Marsha Weil
(Dedi Supriawan dan A. Benyamin Surasega, 1990) mengetengahkan 4 (empat)
kelompok model pembelajaran, yaitu: (1) model interaksi sosial; (2) model
pengolahan informasi; (3) model personal-humanistik; dan (4) model modifikasi
tingkah laku. Kendati demikian, seringkali penggunaan istilah model
pembelajaran tersebut diidentikkan dengan strategi pembelajaran.
Untuk lebih jelasnya, posisi hierarkis dari masing-masing istilah tersebut,
kiranya dapat divisualisasikan sebagai berikut.
38
Gambar 3. Hierarki dari penerapan suatu pendekatan, strategi, metode, teknik
dan taktik pembelajaran dalam model pembelajaran (Hamalik: 2003)
39
2. Karakteristik Model Pembelajaran
Bruce dan Weil (1980 dan 1992: 135-136) mengidentifikasi karakteristik
model pembelajaran ke dalam aspek-aspek berikut.
a. Sintak
Suatu model pembelajaran memiliki sintaks atau urutan atau tahap-tahap
kegiatan belajar yang diistilahkan dengan fase yang menggambarkan
bagaimana model tersebut dalam praktiknya, misalnya bagaimana memulai
pelajaran.
b. Sistem sosial
Sistem sosial menggambarkan bentuk kerja sama guru-peserta didik dalam
pembelajaran atau peran-peran guru dan peserta didik dan hubungannya satu
sama lain dan jenis-jenis aturan yang harus diterapkan. Peran kepemimpinan
guru bervariasi dalam satu model ke model pembelajaran lainnya. Dalam
beberapa model pembelajaran, guru bertindak sebagai pusat kegiatan dan
sumber belajar (hal ini berlaku pada model yang terstruktur tinggi), namun
dalam model pembelajaran yang terstruktur sedang peran guru dan peserta
didik seimbang. Setiap model memberikan peran yang berbeda pada guru dan
peserta didik.
c. Prinsip reaksi
Prinsip reaksi menunjukkan kepada guru bagaimana cara menghargai atau
menilai peserta didik dan bagaimana menanggapi apa yang dilakukan oleh
peserta didik. Sebagai contoh, dalam suatu situasi belajar, guru memberi
penghargaan atas kegiatan yang dilakukan peserta didik atau mengambil
sikap netral.
d. Sistem pendukung
40
Sistem pendukung menggambarkan kondisi-kondisi yang diperlukan untuk
mendukung keterlaksanaan model pembelajaran, termasuk sarana dan
prasarana, misalnya alat dan bahan, kesiapan guru, serta kesiapan peserta
didik.
41
siswa untuk menuju pemahaman yang lebih dalam mengenai materi yang
ada.
2. Karakteristik
a. Model pembelajaran yang menggunakan 2 hal yang terdiri atas
example dan non examples dari suatu defenisi konsep yang ada.
b. Meminta siswa untuk mengklasifikasikan keduanya sesuai dengan
konsep yang ada.
c. Example memberikan gambaran akan sesuatu yang menjadi contoh
akan suatu materi yang sedang dibahas.
d. Non example memberikan gambaran akan sesuatu yang bukan
contoh dari materi yang sedang dibahas.
42
4. Siswa lebih kritis dalam menganalisis gambar
5. Siswa mengetahui aplikasi dari contoh gambar
6. Siswa diberi kesempatan mengemukakan pendapatnya.
b. Kelemahan
1. Tidak semua materi dapat disajikan dalam bentuk gambar
2. Memakan waktu yang lama
2. Karakteristik
Model pembelajaran kooperatif picture and picture memiliki
beberapa karakteristik yaitu :
a. Aktif
Dengan menggunakan model pembelajaran kooperatif picture and
picture siswa atau peserta didik akan menjadi lebih aktif, hal ini
dikarenakan dalam model pembelajaran ini guru menggunakan media
gambar dalam memberikan pembelajaran, sehingga siswa menjadi lebih
aktif dan meningkatkan rasa ingin taunya menjadi lebih besar. Selain itu
dalam pelaksanaan metode ini seorang siswa juga dianjurkan untuk bisa
merancang atau menggabungkan gambar sebagai media pembelajaran
yang digunakan, dengan demikian siswa tidak hanya mendengarkan guru
tetapi juga mengikuti pembelajaran dengan lebih aktif.
43
b. Inovatif
Dalam model pembelajaran picture and picture seorang siswa dan
guru sebagai pengajar akan menjadi lebih aktif, hal ini dikarenakan
menggunakan suatu pembaharuan dalam proses pembelajaran, tidak
semata hanya guru menerangkan dan siswa yang mencatat.
c. Kreatif
Dalam hal ini selama proses pembelajaran dengan model picture
and picture selain guru, siswa juga akan ikut menjadi lebih kreatif. Karena
dalam kegiatan ini terjadi interaksi langsung antar siswa, ketika seorang
guru memberikan gambar, mengacaknya dan siswa diharapkan untuk bisa
menyusunnya kembali.
Dalam kegiatan tersebut siswa diharapkan untuk bisa lebih kreatif
dalam mengatasi rasa bosannya. Guru sebagai pengajar juga di tuntut
untuk bisa lebih kreatif, seorang guru diharapkan mampu menyajikan
sebuah gambar-gambar atau slide yang bisa membuat siswa menjadi lebih
tertarik dengan proses pembelajaran.
d. Menyenangkan
Pada awalnya mungkin bagi beberapa guru model ini di anggap
akan menimbulkan kegaduhan di dalam kelas karena terlalu banyak
aktifitas siswanya. Namun bagi siswa apabila guru menerapkan model ini
dalam pembelajarannya mereka akan lebih tertarik dan merasa senang
selama proses belajar berlangsung. Hal ini disebabkan karena model
pembelajaran picture and picture bisa juga di sebut sebagai model belajar
sambil bermain, sehingga siswa tidak merasa bosan ketika proses belajar
mengajar berlangsung.
44
2. Siswa lebih cepat menangkap materi ajar karena guru menunjukkan
gambar-gambar mengenai materi yang dipelajari.
3. Dapat meningkatkan daya nalar atau daya pikir siswa karena siswa
disuruh guru untuk menganalisa gambar yang ada.
4. Dapat meningkatkan tanggung jawab siswa, sebab guru menanyakan
alasan siswa mengurutkan gambar.
5. Pembelajaran lebih berkesan, sebab siswa dapat mengamati langsung
gambar yang telah dipersiapkan oleh guru.
b. Kelemahan
1. Sulit menemukan gambar-gambar yang bagus dan berkulitas serta
sesuai dengan materi pelajaran.
2. Sulit menemukan gambar-gambar yang sesuai dengan daya nalar atau
kompetensi siswa yang dimiliki.
3. Baik guru ataupun siswa kurang terbiasa dalam menggunakan gambar
sebagai bahan utama dalam membahas suatu materi pelajaran.
4. Tidak tersedianya dana khusus untuk menemukan atau mengadakan
gambar-gambar yang diinginkan.
2. Karakteristik
Adapun menurut Bannet dalam Isjoni (2013: 41) menyatakan ada
lima karakteristik Model Numbered Heads Together (NHT) sebagai
berikut.
45
1. Positive Interdependence
2. Interaction Face to face
3. Adanya tanggung jawab pribadi mengenai materi pelajaran dalam
anggota kelompok
4. Membutuhkan keluwesan
5. Meningkatkan keterampilan bekerja sama dalam memecahkan masalah
(proses kelompok).
b. Kelemahan
1. Siswa yang pandai akan cenderung mendominasi sehingga dapat
menimbulkan sikap minder dan pasif dari siswa yang lemah.
2. Proses diskusi dapat berjalan lancar jika ada siswa yang sekedar
menyalin pekerjaan siswa yang pandai tanpa memiliki
pemahaman yang memadai.
46
3. Pengelompokkan siswa memerlukan pengaturan tempat duduk
yang berbeda-beda serta membutuhkan waktu khusus.
2. Karakteristik
Terdapat beberapa karakteristik PBI (Problem Based Instruction)
menurut Ibrahim dan Nur (2000) dalam Eko (2012), sebagai berikut.
1. Pengajuan pertanyaan atau masalah
47
PBI (Problem Based Instruction) mengorganisasikan kehidupan
nyata dan pengalaman siswa sebagai bahan pengajaran. Kehidupan
nyata dan pengalaman siswa inilah yang dijadikan sebagai sumber
pertanyaan atau masalah bagi siswa itu sendiri. Hal ini akan membantu
siswa dalam mempertajam pola pikir kritis siswa terhadap lingkungan,
sehingga kepekaan dan rasa ingin tahu siswa menjadi meningkat.
2. Berfokus pada keterkaitan antar disiplin
Pertanyaan dan masalah yang bermunculan pada siswa tidak
harus berada pada satu disiplin ilmu saja. Namun, masalah tersebut
saling berkaitan dengan disiplin ilmu yang lain. Sehingga siswa dapat
berpikir secara lebih luas dan holistik, tidak terkotak-kotak pada satu
disiplin ilmu saja. Pola pikir yang luas dan holistik akan membantu
anak berpikir secara meluas tanpa membedakan disiplin ilmu yang
berkaitan.
3. Penyelidikan otentik
PBI (Problem Based Instruction) mengharuskan siswa untuk
melakukan penyelidikan terhadap masalah nyata melalui analisis
masalah, observasi dan eksperimen. Selama penyelidikan siswa dapat
mencari segala informasi dari berbagai sumber pembelajaran untuk
memecahkan masalah yang terjadi. Selain itu, dengan adanya
penyelidikan otentik ini, secara tidak langsung membuat siswa
mengalami sendiri dalam mencari sebuah konsep. Hal itu akan
membantu siswa dalam membangun pengetahuannya sendiri
(konstruktivisme).
48
siswa, sehingga semangat kompetisi untuk menghasilkan karya terbaik
dapat terus menerus dibangun.
5. Kerjasama
Kerjasama dalam pembelajaran ini cukup bervariasi, dapat secara
berpasangan, kelompok kecil maupun dalam kelompok besar.
Kerjasama akan mendorong siswa untuk mengembangkan kemampuan
berpikir melalui tukar pendapat serta berbagai penemuan yang berhasil
ditemukan bersama. Selain itu kerjasama juga dapat membantu siswa
dalam mengembangkan motivasi pada diri masing-masing siswa.
b. Kelemahan
49
1. Untuk siswa yang malas, tujuan dari model tersebut tidak dapat
tercapai.
2. Membutuhkan banyak waktu dan dana.
3. Tidak semua mata pelajaran dapat diterapkan dengan model ini.
4. Membutuhkan waktu yang banyak.
5. Membutuhkan fasilitas yang memadai seperti laboratorium,
tempat duduk siswa yang terkondisi untuk belajar kelompok,
perangkat pembelajaran dan lain-lain.
6. Menuntut guru membuat perencanaan pembelajaran yang lebih
matang.
7. Kurang efektif jika jumlah siswa terlalu banyak, idealnya
maksimal 30 siswa perkelas.
2. Karakteristik
Kegiatan terfokus pada aktivitas-aktivitas akademik, sehingga di dalam
implementasi kegiatan pembelajaran guru melakukan kontrol yang ketat terhadap
kemajuan siswa, pendayagunaan waktu serta iklim kelas yang dikontrol secara
ketat pula.
50
2. Dapat diterapkan secara efektif dalam kelas yang besar maupun
kecil.
3. Dapat digunakan untuk menekankan poin-poin penting atau
kesulitan-kesulitan yang mungkin dihadapi siswa sehingga hal-hal
tersebut dapat diungkapkan.
4. Dapat menjadi cara yang efektif untuk mengajarkan informasi dan
pengetahuan faktual yang sangat terstruktur.
5. Merupakan cara yang paling efektif untuk mengajarkan konsep dan
keterampilan-keterampilan yang eksplisit kepada siswa yang
berprestasi rendah.
6. Dapat menjadi cara untuk menyampaikan informasi yang banyak
dalam waktu yang relative singkat dan dapat diakses secara setara
oleh seluruh siswa.
7. Memungkinkan guru untuk menyampaikan ketertarikan pribadi
mengenai mata pelajaran (melalui presentasi yang antusias) yang
dapat merangsang ketertarikan dan antusiasme siswa.
b. Kelemahan
1. Terlalu bersandar pada kemampuan siswa untuk mengasimilikasikan
informasi melalui kegiatan mendengarkan, mengamati dan mencatat,
sementara tidak semua siswa memiliki keterampilan dalam hal-hal
tersebut, sehingga guru masih harus mengajarkannya kepada siswa.
2. Kesulitan untuk mengatasi perbedaan dalam hal kemampuan,
pengetahuan awal, tingkat pembelajaran dan pemahaman, gaya
belajar, atau ketertarikan siswa.
3. Kesulitan siswa untuk mengembangkan keterampilan social dan
interpersonal yang baik.
4. Kesuksesan model ini hanya bergantung pada penilaian dan
antusiasme guru di ruang kelas
5. Adanya berbagai hasil penelitian yang menyebutkan bahwa tingkat
struktur dan kendali guru yang tinggi dalam kegiatan pembelajaran,
yang menjadi karakteristik strategi Explicit Instruction, dapat
51
berdampak negatif terhadap kemampuan penyelesaian masalah,
kemandirian dan keingintahuan siswa.
2. Karakteristik
a. Menekankan pada proses mencari dan menemukan.
b. Pengetahuan dibangun oleh peserta didik melalui proses pencarian.
c. Peran guru sebagai fasilitator dan pembimbing peserta didik dalam
belajar.
52
d. Menekankan pada proses berpikir kritis dan analitis untuk
merumuskan kesimpulan.
53
sedang dipecahkan merupakan hal-hal yang menarik perhatian
dan pemikiran mereka.
4. Siswa dalam model pembelajaran inkuiri akan belajar
bagaimana mengatur diri mereka sendiri untuk belajar. Hal ini
akan terjadi karena belajar menjadi kebutuhan bagi mereka.
Secara bertahap mereka akan belajar bagaimana mengatur diri
mereka untuk belajar secara efektif dalam menjawab
pertanyaan-pertanyaan dan memecahkan masalah. Proses ilmiah
(metode ilmiah) yang menjadi dasar langkah-langkah (sintaks)
pembelajaran akan terotomatisasi dalam diri siswa sehingga
ketika mereka berhadapan dengan masalah (juga di dunia
nyata/kehidupan sehari-hari), maka mereka akan menerapkan
keterampilan ini.
5. Konsep-konsep dasar suatu materi pembelajaran akan dapat
diingat dan mengendap dengan baik dalam memori siswa.
Konsep-konsep dasar suatu pengetahuan sangat penting bagi
perkembangan kognitif siswa sehingga akan memudahkan
mereka menyerap informasi lainnya yang berhubungan.
6. Langkah-langkah model pembelajaran inkuiri memungkinkan
siswa mempunyai waktu yang cukup untuk mengasimilasi dan
mengakomodasi setiap informasi yang relevan yang mereka
peroleh, sehingga pengetahuan yang mereka miliki akan
semakin mantap, luas dan mendalam.
7. Model pembelajaran inkuiri memberikan dorongan secara tidak
langsung kepada siswa untuk bekerja sama, bersikap objektif,
jujur, percaya diri, penuh tanggung jawab, berbagi tugas dan
sebagainya. Pada intinya, beragam keterampilan akan dikuasai
oleh siswa dan secara terus-menerus terasah dalam penerapan
model pembelajaran inkuiri ini.
8. Bagi siswa, ketika mereka belajar dengan model pembelajaran
inkuiri, mereka akan tahu bahwa sumber informasi itu bisa
datang dari mana saja, tidak melulu dari guru. Dan ini sangat
54
penting untuk menjadikan mereka sebagai orang-orang yang
rajin mencari dan menggunakan informasi dari beragam sumber,
memilah-milahnya untuk mengambil yang relevan dengan
kebutuhan mereka dan kemudian mengolahnya untuk
menjadikannya sebagai pengetahuan bagi diri mereka sendiri.
9. Bagi guru yang selalu tanpa sadar terjebak dalam pola
tradisional (pembelajaran berpusat pada guru, dan pembelajaran
dikuasai oleh guru), akan dapat mereduksi kemungkinan ini dan
secara berangsur-angsur guru akan bisa menahan diri sehingga
siswa tidak melulu memperoleh informasi dari guru saja, tetapi
memungkinkan kelas menjadi lebih hidup dan dinamis dengan
munculnya diskusi-diskusi di dalam kelompok dan arus
pertukaran informasi yang lebih banyak dan bermakna.
10. Saat diskusi-diskusi atau pertanyaan-pertanyaan dilontarkan
oleh siswa kepada guru atau kepada siswa lain di kelas tersebut,
maka dengan mudah guru dapat mengambil keuntungan lain,
yaitu ia dapat sekaligus mengetahui dan mengecek pemahaman
dan penguasaan siswa terhadap suatu materi pembelajaran atau
suatu permasalahan.
b. Kelemahan
1. Permasalahan dengan waktu yang dialokasikan. Apabila guru dan
siswa belum begitu terbiasa melaksanakan model pembelajaran
inkuri, maka ada kemungkinan yang besar waktu tidak dapat
dimanajemen dengan baik. Pencarian dan pengumpulan informasi
bisa saja akan memakan waktu lama atau bahkan jauh lebih lama
dibanding jika guru langsung memberi tahu siswa tentang
informasi tersebut. Godaan kepada guru untuk segera
memberitahu akan menyebabkan model pembelajaran inkuiri
yang dilaksanakannya menjadi tidak berfungsi dengan baik. Perlu
kesabaran guru untuk menahan diri dari memberi tahu secara
langsung. Sebaiknya siswa diberikan kesempatan dan waktu lebih
55
banyak untuk belajar secara mandiri dan memanajemen proses
belajar mereka, sehingga mereka semakin terbiasa dan waktu
berangsur-angsur tak lagi akan menjadi sebuah masalah besar
dalam implementasi model pembelajaran ini.
2. Pembelajaran inkuri yang dilakukan oleh siswa dapat melenceng
arahnya dari tujuan semula karena mereka belum terbiasa
melakukannya. Seringkali siswa justru mengumpulkan informasi
yang tidak relevan dan tidak begitu penting. Oleh karena itu,
peranan guru sebagai fasilitator pembelajaran yang handal sangat
diperlukan. Bersama latihan dan pembelajaran yang lebih sering,
kendala kehilangan arah ini akan dapat direduksi dengan lebih
baik.
3. Pada akhir suatu pembelajaran yang menerapkan model
pembelajaran inkuri, bisa saja setelah segala upaya dan kerja
keras yang dilakukan oleh siswa dan kelompoknya ternyata
membuahkan hasil yang salah, keliru, kurang lengkap, atau
kurang bagus. Ini bisa jadi akan dapat menurunkan motivasi
belajar mereka. Oleh karena itu guru perlu hati-hati dan "awas"
terhadap apa yang sedang berlangsung di dalam kelompok-
kelompok belajar di kelasnya agar setiap pembelajaran yang
dilaksanakan memberikan hasil yang memuaskan bagi siswa.
4. Akan terjadi hambatan dalam pelaksanaan model pembelajaran
inkuiri ini pada siswa-siswa yang telah terbiasa menerima
informasi dari guru. Siswa-siswa yang tidak terbiasa akan ragu-
ragu dalam bertindak sehingga seringkali pembelajaran macet di
tengah jalan. Kesabaran guru di awal-awal pelaksanaan model
pembelajaran ini sangat diperlukan. Ketika siswa mulai terbiasa,
keragu-raguan dalam bertindak, mencari informasi, mengolahnya
untuk kemudian membuat simpulan berdasarkan versi mereka
sendiri akan lebih mudah dan lancar.
56
5. Jika jumlah siswa di dalam kelas terlalu banyak, maka guru
mungkin akan mengalami kesulitan untuk memfasilitasi proses
belajar seluruh siswa.
6. Ketika pembelajaran inkuiri yang selalu disetting dalam
kelompok-kelompok ini berlangsung, biasanya ada beberapa
siswa yang kurang aktif dalam kelompoknya. Bagaimana cara
guru memotivasi dan membantu mereka untuk dapat besinergi
dengan anggota kelompoknya lalu mengambil peranan yang
disukainya akan sangat bermanfaat untuk mereduksi keadaan-
keadaan seperti ini.
57
Richard dan asistennya mencoba self-learning pada siswa (belajar
sendiri), sehingga situasi belajar mengajar berpindah dari situasi teacher
dominate learning menjadi situasi student dominated learning. Dengan
menggunakan discovery learning, merupakan suatu cara mengajar yang
melibatkan siswa dalam proses kegiatan mental melalui tukar pendapat,
dengan diskusi, seminar, membaca sendiri dan mencoba sendiri. Agar anak
dapat belajar sendiri (dalam Suryosubroto 2009: 179).
Model discovery learning bertolak dari pandangan bahwa siswa
sebagai subjek dan objek dalam belajar, mempunyai kemampuan dasar
untuk berkembang secara optimal sesuai kemampuan yang dimilikinya.
Proses perkembangan harus dipandang sebagai stimulus yang dapat
menantang siswa untuk melakukan kegiatan belajar. Model discovery
learning adalah memahami konsep, arti dan hubungan, melalui proses
intuitif untuk akhirnya sampai kepada suatu kesimpulan (Budiningsih,
2005: 43). Discovery terjadi apabila individu terlibat, terutama dalam
penggunaan proses mentalnya untuk menemukan beberapa konsep dan
prinsip. Discovery dilakukan melalui observasi, klasifikasi, pengukuran,
prediksi, penentuan. Proses tersebut disebut cognitive process sedangkan
discovery itu sendiri adalah the mental process of assimilatig conceps and
principles in the mind Robert B. Sund dalam (Malik 2001 :219).
Menurut Suprijono (2010: 69) discovery learning merupakan
pembelajaran beraksentuasi ada masalah-masalah kontekstual. Proses
belajar model ini meliputi proses informasi, transformasi dan evaluasi.
Proses informasi, pada tahap ini siswa memperoleh informasi mengenai
materi yang sedang dipelajari. Pada tahap ini siswa melakukan penyandian
atau encoding atas informasi yang diterimanya. Berbagai respon diberikan
siswa atas informasi yang diperolehnya. Ada yang menganggap informasi
yang diterimanya sebagai sesuatu yang baru. Ada pula yang menyikapi
informasi yang diperolehnya lebih mendalam dan luas dari pengetahuan
yang dimiliki sebelumnya.
Berdasarkan beberapa definisi di atas dapat disimpulkan bahwa
discovery learning merupakan pembelajaran yang menitikberatkan pada
58
proses pemecahan masalah, sehingga siswa harus melakukan eksplorasi
berbagai informasi agar dapat menentukan konsep mentalnya sendiri
dengan mengikuti petunjuk guru berupa pertanyaan yang mengarah pada
pencapaian tujuan pembelajaran. Discovery Learning merupakan
pembelajaran berdasarkan penemuan (inquiry-based), konstruktivis dan
teori bagaimana belajar. Model pembelajaran yang diberikan kepada siswa
memiliki skenario pembelajaran untuk memecahkan masalah yang nyata
dan mendorong mereka untuk memecahkan masalah mereka sendiri.
Dalam memecahkan masalah mereka, para siswa menggunakan
pengalaman mereka terdahulu dalam memecahkan masalah. Kegiatan
mereka lakukan dengan berinteraksi untuk menggali, mempertanyakan
selama bereksperimen dengan teknik trial and error.
59
Discovery Learning can be defined as the learning that takes place when
the student is not presented with subject matter in the final form, but rather
is required to organize it him self” (Lefancois dalam Emetembun, 1986:
103 dalam Depdikbud 2014).
2. Karakteristik
a. Peran guru sebagai pembimbing
b. Peserta didik belajar secara aktif sebagai seorang ilmuwan
c. Bahan ajar disajikan dalam bentuk informasi dan peserta didik
melakukan kegiatan menghimpun, membandingkan,
mengkategorikan, menganalisis, serta membuat kesimpulan.
60
3. Menimbulkan rasa senang pada siswa, karena tumbuhnya rasa
menyelidiki dan berhasil.
4. Strategi ini memungkinkan siswa berkembang dengan cepat dan
sesuai dengan kecepatannya sendiri.
5. Menyebabkan siswa mengarahkan kegiatan belajarnya sendiri
dengan melibatkan akalnya dan motivasi sendiri.
6. Model ini dapat membantu siswa memperkuat konsep dirinya,
karena memperoleh kepercayaan bekerja sama dengan yang
lainnya.
7. Berpusat pada siswa dan guru berperan sama-sama aktif
mengeluarkan gagasan-gagasan. Bahkan gurupun dapat bertindak
sebagai siswa, dan sebagai peneliti di dalam situasi diskusi.
8. Membantu peserta didik menghilangkan skeptisme (keragu-raguan)
karena mengarah pada kebenaran yang final dan tertentu atau pasti.
9. Siswa akan mengerti konsep dasar dan ide-ide lebih baik.
10. Membantu dan mengembangkan ingatan dan transfer kepada
situasi proses belajar yang baru.
11. Mendorong siswa berpikir dan bekerja atas inisiatif sendiri.
12. Mendorong siswa berpikir intuisi dan merumuskan hipotesis
sendiri.
13. Situasi proses belajar menjadi lebih terangsang.
14. Proses belajar meliputi sesama aspeknya siswa menuju pada
pembentukan manusia seutuhnya.
15. Meningkatkan tingkat penghargaan pada siswa.
16. Kemungkinan siswa belajar dengan memanfaatkan berbagai jenis
sumber belajar.
17. Dapat mengembangkan bakat dan kecakapan individu.
b. Kelemahan
1. Model pembelajaran discovery learning lebih cocok untuk
mengembangkan pemahaman, sedangkan mengembangkan aspek
61
konsep, keterampilan dan emosi secara keseluruhan kurang
mendapat perhatian.
2. Model pembelajaran discovery learning ini tidak efisien untuk
mengajar jumlah siswa yang banyak, karena membutuhkan waktu
yang lama untuk membantu mereka menemukan teori atau
pemecahan masalah lainnya.
3. Harapan-harapan yang terkandung dalam model ini dapat buyar
berhadapan dengan siswa dan guru yang telah terbiasa dengan
cara-cara belajar yang lama.
62
dengan tuntutan belajar pada abad ke-21 yang mengharuskan siswa
senantiasa mengembangkan kemampuan berfikir, kemampuan
memecahkan masalah dan kemampuan melaksanakan penelitian sebagai
kemampuan yang diperlukan dalam konteks dunia yang cepat berubah.
Delisle dalam Abidin (2014: 159) menyatakan bahwa model PBL
merupakan model pembelajaran yang dikembangkan untuk membantu
guru mengembangkan kemampuan berfikir dan keterampilan memecahkan
masalah pada siswa selama mereka mempelajari materi pembelajaran.
Model ini memfasilitasi siswa untuk berperan aktif di dalam kelas melalui
aktivitas memikirkan masalah yang berhubungan dengan kehidupan
sehariharinya, menemukan prosedur yang diperlukan untuk menemmukan
informasi yang dibutuhkan, memikirkan situasi konstektual, memecahkan
masalah dan menyajikan solusi masalah tersebut.
Kemendikbud (2013b) dalam Abidin (2014: 159) memandang
model PBL suatu model pembelajaran yang menantang peserta didik untuk
“belajar bagaimana belajar,” bekerja secara berkelompok untuk mencari
solusi dari permasalahan dunia nyata. Masalah yang diberikan ini
digunakan untuk mengikat peserta didik pada rasa ingin tahu pada
pembelajaran yang dimaksud. Masalah diberikan kepada peserta didik
sebelum peserta didik sebelum mempelajari konsep atau materi yang
berkenaan dengan masalah yang harus dipecahkan. Torp dan Sage dalam
Abidin (2014: 160) memandang model PBL merupakan model
pembelajaran yang difokuskan untuk menjembatani siswa agar beroleh
pengalaman belajar dalam mengorganisasikan, meneliti dan memecahkan
masalah-masalah kehidupan yang kompleks.
Berdasarkan beberapa pengertian diatas, model PBL merupakan
model pembelajaran yang menyediakan pengalaman otentik yang
mendorong siswa untuk belajar aktif, mengonstruksi pengetahuan dan
mengintegrasikan konteks belajar disekolah dan belajar di kehidupan nyata
secara alamiah. Model ini menempatkan situasi bermasalah sebagai pusat
pembelajaran, menarik dan mempertahankan minat siswa, yang keduanya
digunakan agar siswa mampu mengungkapkan pendapatnya tentang
63
sesuatu secara multi perspektif. Dalam praktiknya siswa terlibat secara
langsung dalam memecahkan masalah, mengidentifikasi akar masalah dan
kondisi yang diperlukan untuk menghasilkan solusi yang baik, mengajar
makna dan pemahaman dan menjadi pembelajaran mandiri.
2. Karakteristik
Sejalan dengan orientasi di atas, menurut Abidin (2014: 161) model
PBL memiliki karakteristik sebagai berikut.
a. Masalah menjadi titik awal pembelajaran.
b. Masalah yang digunakan adalah masalah yang bersifat konstektual dan
otentik.
c. Masalah mendorong lahirnya kemampuan siswa berpendapat secara
multiperspektif.
d. Masalah yang digunkan dapat mengembangkan pengetahuan, sikap dan
keterampilan serta kompetensi siswa.
e. Model PBL berorientasi pada pengembangan belajar mandiri.
f. Model PBL memanfaatkan berbagai sumber belajar.
g. Model PBL dilakukan melalui pembelajaran yang menekankan aktivitas
kolaboratif, komunikatif dan kooperatif.
h. Model PBL menekankan pentingnya pemerolehan keterampilan
meneliti, memecahkan masalah dan penguasaan pengetahuan.
64
pengetahuan yang diperlukan. Belajar dapat semakin bermakna dan
dapat diperluas ketika perserta didik berhadapan dengan situasi
tempat konsep diterapkan.
2. Dalam situasi model PBL, siswa mengintegrasikan pengetahuan dan
keterampilan secara simultan dan mengaplikasikannya dalam
konteks yang relevan.
3. Model PBL dapat meningkatkan kemampuan berfikir kritis,
menumbuhkan inisiatif peserta didik dalam bekerja, motivasi
internal dalam belajar, dan dapat mengembangkan hubungan
interpersonal dalam bekerja kelompok.
b. Kelemahan
Kelemahan dalam model Problem Based Learning menurut
Abidin (2014: 163) sebagai berikut:
1. Siswa yang terbiasa dengan informasi yang diperoleh dari guru
sebagai narasumber utama, akan merasa kurang nyaman dengan cara
belajar sendiri dalam pemecahan masalah.
2. Jika siswa tidak mempunyai rasa kepercayaan bahwa masalah yang
dipelajari sulit untuk dipecahkan makan mereka akan merasa enggan
untuk memcoba masalah.
65
untuk menghasilkan sebuah produk otentik tertentu. Model
pembelajaranini lebih jauh dipandang sebagai sebuah model pembelajaran
yang sangat baik digunakan untuk mengembangkan percaya diri,
meningkatkan kemampuan memecahkan masalah, dan membiasakan siswa
menggunakan kemampuan berpikir tinggi.”
2. Karakteristik
Diffily and Sassman dalam Abidin (2007: 168) menjelaskan bahwa
model pembelajaran ini memiliki tujuh karakteristik sebagai berikut.
a. Melibatkan siswa secara langsung dalam pembelajaran
b. Menghubungkan pembelajaran dengan dunia nyata
c. Dilaksanakan dengan berbasis penelitian
d. Melibatkan berbagai sumber belajar
66
e. Bersatu dengan pengetahuan dan keterampilan
f. Dilakukan dari waktu ke waktu
g. Diakhiri dengan sebuah produk tertentu.
b. Kelemahan
Selain dipandang memiliki keunggulan, model ini masih dinilai
memiliki kelemahan-kelemahan dalam Abidin (2013: 171) sebagai
berikut.
67
1. Memerlukan banyak waktu dan biaya.
2. Memerlukan banyak media dan sumber belajar.
3. Memerlukan guru dan siswa yang sama-sama siap belajar dan
berkembang.
4. Ada kekhawatiran siswa hanya akan menguasai satu topik tertentu
yang dikerjakannya.
68
BAB III
PEMBAHASAN
69
Pendekatan Pembelajaran Pengertian Karakteristik
sebelumnya, ataupun untuk melakukan mengkomunikasikan (communicating)
penyangkalan terhadap suatu penemuan
70
Metode Pembelajaran Pengertian Karakteristik
atau hanya sekedar tiruan
Metode Diskusi Metode pembelajaran yang menghadapkan siswa Membelajarkan siswa dalam penguasaan prosedur
pada suatu permasalahan tertentu
Situasi yang digunakan adalah objek yang sebenarnya
Selain guru, narasumber lain juga dapat dijadikan
model.
Metode Simulasi Cara penyajian pengalaman belajar dengan Banyak digunakan pada pembelajaran IPS, PKN dan
menggunakan situasi tiruan untuk memahami tentang Pendidikan Agama.
konsep, prinsip, atau keterampilan tertentu Pembinaan kemampuan bekerja sama, komunikasi dan
interaksi.
Lebih banyak menuntut aktivitas siswa.
Dapat digunakan dalam pembelajaran berbasis
kontekstual.
Mengembangkan kemampuan siswa bermain peran.
Siswa akan menguasai konsep dan keterampilan
intelektual, sosial dan motorik dalam bidang yang
dipelajarinya
Siswa mampu belajar melalui situasi tiruan dengan
sistem umpan balik.
Metode Eksperimen Metode pemberian kesempatan kepada anak didik Menuntut adanya peralatan/alat bantu percobaan
perorangan atau kelompok, untuk dilatih melakukan Mengutamakan aktivitas siswa
suatu proses atau percobaan Guru cenderung lebih banyak sebagai pembimbing dan
fasilisator
Siswa memperoleh kemampuan sikap ilmiah
Metode Latihan Metode mengajar dengan cara memberi latihan Memerlukan perencanaan yang matang.
Keterampilan kepada siswa secara berulang dan mengajak siswa Memerlukan keahlian dan keterampilan yang lebih dari
langsung ke tempat latihan keterampilan untuk guru.
71
Metode Pembelajaran Pengertian Karakteristik
melihat dan mengetahui bagaimana cara membuat, Dapat memanggil narasumber ahli untuk membantu
cara menggunakannya, apa manfaatnya, apa guru mengajarkan siswa membuat hasil karya.
fungsinya dan sebagainya Menentukan jenis latihan keterampilan yang sesuai
dengan perkembangan siswa.
Melatih keterampilan secara berulang hingga dikuasai
oleh siswa.
Bertujuan membentuk kebiasaan dan pola pada siswa.
Strategi pembelajaran yang menggunakan Menyajikan media obyek secara nyata tanpa manipulasi
Metode Observasi pendekatan kontekstual dan media asli dalam rangka Mudah pelaksanaannya
membelajarkan siswa yang mengutamakan Siswa akan merasa senang dan tertantang
kebermaknaan proses belajar Siswa akan memiliki motivasi dalam belajar
72
E. Matriks Perbandingan Macam-macam Gaya Mengajar
Tabel 13. Perbandingan Macam-macam Gaya Mengajar
Macam-macam Gaya Mengajar
Perbedaan Gaya mengajar
Gaya Mengajar Klasik Gaya Mengajar Teknologis Gaya Mengajar interaksionis
personalisasi
Karakteristik Bahan pelajaran, berupa: Bahan pelajaran: terprogram Bahan pelajaran: disusun Bahan pelajaran: berupa
sejumlah informasi dan ide sedemikian rupa dalam secara situasional sesuai masalah-masalah situasional
yang sudah populer dan perangkat lunak (software) dan dengan minat dan yang terkait dengan sosio-
diketahui siswa, bersifat keras (hardware) yang kebutuhan siswa secara kultural dan kontemporer.
obyektif, jelas, sistematis ditekankan pada kompetensi individual. Proses penyampaian materi:
dan logis. siswa secara individual, Proses penyampaian menyampaikan dengan dua
Proses penyampaian disusun oleh ahlinya masing- materi: menyampaikan arah, dialogis, tanya jawab
materi: menyampaikan masing, materi ajar terkait sesuai dengan guru dengan siswa, siswa
nilai-nilai lama dari dengan data obyektif dan perkembangan mental, dengan siswa.
generasi terdahulu ke keterampilan siswa untuk emosional dan kecerdasan Peran siswa: dominan,
generasi berikutnya yang menunjang kompetensinya. siswa. mengemukakan
bersifat memelihara, tidak Proses penyampaian materi: Peran siswa: dominan dan pandangannya tentang
didasarkan pada minat menyampaikan sesuai dengan dipandang sebagai pribadi. realita, mendengarkan
siswa, hanya didasarkan tingkat kesiapan siswa, Peran guru: membantu pendapat temannya,
urutan tertentu. memberi stimulan pada siswa menuntun perkembangan memodifikasi berbagai ide
Peran siswa: pasif, hanya untuk dijawab. siswa melalui pengalaman untuk mencari bentuk baru
diberi pelajaran untuk Peran siswa: mempelajari apa belajar, menjadi psikolog, yang lebih tajam dan valid.
didengarkan. yang dapat memberi manfaat menguasai metode Peran guru: dominan,
Peran guru: dominan, pada dirinya dan belajar dengan pengajaran dan sebagai menciptakan iklim belajar
hanya menyampaikan menggunakan media nara sumber. saling ketergantungan, dan
bahan ajar, otoriter, namun secukupnya, merespon apa bersama siswa
ia benar-benar ahli yang diajukan kepadanya memodifikasi berbagai ide
dengan bantuan media. atau pengetahuan untuk
73
Macam-macam Gaya Mengajar
Perbedaan Gaya mengajar
Gaya Mengajar Klasik Gaya Mengajar Teknologis Gaya Mengajar interaksionis
personalisasi
Peran guru: pemandu mencari bentuk baru yang
(membimbing siswa dalam lebih tajam dan valid.
belajar), pengarah
(memberikan petunjuk pada
siswa dalam belajar), fasilitator
(memberi kemudahan pada
siswa dalam belajar).
74
Perbedaan
Model Pembelajaran
Pengertian Karakteristik
bukan contoh dari materi yang sedang dibahas
Picture and Picture Model pembelajaran yang menggunakan gambar Guru menggunakan media gambar dalam memberikan
dan dipasangkan/diurutkan menjadi urutan logis pembelajaran
Menggunakan suatu pembaharuan dalam proses
pembelajaran, tidak semata hanya guru menerangkan dan
siswa yang mencatat
Interaksi langsung antar siswa, ketika seorang guru
memberikan gambar, mengacaknya dan siswa diharapkan
untuk bisa menyusunnya kembali
Numbered Heads Together Model pembelajaran dimana setiap siswa diberi Positive Interdependence
nomor kemudian dibuat suatu kelompok Interaction Face to face
kemudian secara acak guru memanggil nomor Adanya tanggung jawab pribadi mengenai materi pelajaran
dari siswa dalam anggota kelompok
Membutuhkan keluwesan
Meningkatkan keterampilan bekerja sama dalam
memecahkan masalah (proses kelompok)
Problem Based Instruction Suatu pembelajaran yang menggunakan segala Pengajuan pertanyaan atau masalah
permasalahan di lingkungan sekitar siswa sebagai Adanya keterkaitan antar disiplin ilmu
sumber belajar, mempertajam cara berfikir kritis, Penyelidikan autentik
sekaligus sebagai sarana siswa untuk Menghasilkan dan memamerkan hasil suatu karya
memecahkan masalah melalui penyelidikan Kolaborasi
Explicit Instruction Siswa diajarkan tentang pengetahuan prosedural Kegiatan terfokus pada aktivitas-aktivitas akademik, sehingga
dan pengetahuan deklaratif yang dapat diajarkan di dalam implementasi kegiatan pembelajaran guru melakukan
dengan pola selangkah demi selangkah kontrol yang ketat terhadap kemajuan siswa, pendayagunaan
waktu serta iklim kelas yang dikontrol secara ketat pula.
Discovery Pembelajaran yang menitikberatkan pada Guru berperan sebagai pembimbing
proses pemecahan masalah Siswa bertindak sebagai penemu, peneliti, ilmuwan
Bahan ajar berupa informasi
75
Perbedaan
Model Pembelajaran
Pengertian Karakteristik
Siswa melakukan kegiatan menghimpun, mengategorikan,
menganalisis, serta menyimpulkan pengetahuan berdasarkan
informasi yang disajikan
Inquiry Pembelajaran yang melibatkan secara maksimal Menekankan pada proses mencari dan menemukan
seluruh kemampuan siswa untuk mencari dan Pengetahuan dibangun oleh peserta didik melalui proses
menyelidiki sesuatu (benda, manusia atau pencarian
peristiwa) secara sistematis, kritis, logis dan Peran guru sebagai fasilitator dan pembimbing peserta didik
analitis dalam belajar
Menekankan pada proses berpikir kritis dan analitis untuk
merumuskan kesimpulan
Problem Based Learning Model pembelajaran yang menyediakan Masalah menjadi titik awal pembelajaran.
pengalaman otentik yang mendorong siswa Masalah yang digunakan bersifat konstektual dan otentik
untuk belajar aktif, mengonstruksi Masalah mendorong lahirnya kemampuan siswa berpendapat
pengetahuan dan mengintegrasikan konteks secara multiperspektif
belajar di sekolah dan belajar di kehidupan Masalah yang digunkan dapat mengembangkan pengetahuan,
nyata secara alamiah sikap dan keterampilan serta kompetensi siswa.
Berorientasi pada pengembangan belajar mandiri.
Memanfaatkan berbagai sumber belajar.
Dilakukan melalui pembelajaran yang menekankan aktivitas
kolaboratif, komunikatif dan kooperatif.
Menekankan pentingnya pemerolehan keterampilan meneliti,
memecahkan masalah dan penguasaan pengetahuan.
Project Based Learning Proses pembelajaran yang secara langsung Melibatkan siswa secara langsung dalam pembelajaran
melibatkan siswa untuk menghasilkan suatu Menghubungkan pembelajaran dengan dunia nyata
proyek Dilaksanakan dengan berbasis penelitian
Melibatkan berbagai sumber belajar
76
Perbedaan
Model Pembelajaran
Pengertian Karakteristik
Bersatu dengan pengetahuan dan keterampilan
Dilakukan dari waktu ke waktu
Menghasilkan sebuah produk tertentu
G. Matriks Perbandingan Pendekatan, Strategi, Metode, Teknik, Taktik, Gaya dan Model Pembelajaran
Tabel 14. Perbandingan Pendekatan, Strategi, Metode, Teknik, Taktik, Gaya dan Model Pembelajaran
Perbedaan
Term Pembelajaran
Pengertian Karakteristik
Pendekatan Pembelajaran Suatu rancangan/kebijaksanaan dalam memulai Menetapkan target yang ingin dicapai
serta melaksanakan pengajaran suatu materi Memilih pendekatan yang sesuai dengan tujuan yang
pembelajaran yang memberi arah dan corak pada ingin di capai dengan mempertimbangkan kondisi
metode pengajarannya karakteristik anak didik
Menentukan langkah yang akan di capai mulai dari
awal hingga akhir
Menetapkan kriteria dan standar sebagi tolak ukur
pencapaian pembelajaran yang telah di tetapkan
Strategi Pembelajaran Suatu kegiatan pembelajaran yang harus dikerjakan Didasari pada berbagai perkembangan sesuai dengan
guru dan siswa agar tujuan pembelajaran dapat situasi, kondisi dan lingkungan yang dihadapinya
tercapai secara efektif dan efisien
Metode Pembelajaran Cara yang digunakan untuk mengimplementasikan Menentukan metode yang sesuai dengan tujuan, kondisi,
rencana yang sudah disusun dalam kegiatan nyata jenis, fungsinya, waktu dan tempat serta anak didik
agar tujuan yang telah disusun tercapai secara dengan berbagai tingkat kematangannya saat
optimal dilaksanakannya kegiatan.
77
Perbedaan
Term Pembelajaran
Pengertian Karakteristik
Teknik Pembelajaran Suatu cara yang digunakan oleh guru untuk Harus sesuai dengan pelajaran dan pendekatan yang
menyampaikan bahan-bahan pengajaran yang telah digunakan
dipilih untuk peserta didik
Taktik Pembelajaran Gaya seseorang dalam melaksanakan metode atau Dalam pembelajaran tampak keunikan dan kekhasan
teknik Pembelajaran tertentu yang sifatnya dari masing-masing guru
individual Gaya pembelajaran sesuai dengan kemampuan,
pengalaman dari guru yang bersangkutan.
Gaya Mengajar Suatu cara atau bentuk penampilan seorang guru Mengajar disesuaikan dengan tujuan selaras dengan
dalam menanamkan pengetahuan, membimbing, materi ajar dan sifat mata pelajaran
mengubah atau mengembangkan kemampuan, Mengajar yang disesuaikan dengan pengelolaan kelas
perilaku dan kepribadian siswa dalam mencapai dan evaluasi pembelajaran
tujuan belajar Mengajar yang disesuaikan dengan minat serta
kebutuhan siswa.
Model Pembelajaran Bungkus atau bingkai dari penerapan pendekatan, Memiliki sintak atau urutan atau tahap-tahap kegiatan
strategi, metode, teknik, taktik dan gaya belajar
pembelajaran Menggambarkan bentuk kerja sama guru-peserta didik
dalam pembelajaran
Menunjukkan kepada guru bagaimana cara menghargai
atau menilai peserta didik dan bagaimana menanggapi
apa yang dilakukan oleh peserta didik
Menggambarkan kondisi-kondisi yang diperlukan
untuk mendukung keterlaksanaan model pembelajaran
Dampak pembelajaran langsung dan iringan
78
Adapun pendekatan, strategi, metode, teknik, taktik, gaya mengajar dan
model pembelajaran ini saling berhubungan membentuk suatu hirarki. Dimana
Pendekatan adalah suatu tolak ukur seseorang mengenai proses pembelajaran
yang melatar belakangi pemilihan suatu metode pembelajaran. Dari pendekatan
pembelajaran yang telah ditetapkan selanjutnya diturunkan ke dalam strategi
pembelajaran. Strategi merupakan suatu pertimbangan dalam menetapkan
langkah-langkah (steps) yang paling efektif yang akan ditempuh dari awal sampai
tercapainya suatu target tertentu. Metode merupakan langkah operasional dari
strategi pembelajaran yang dipilih dalam mencapai tujuan pembelajaran, sehingga
bagi sumber belajar dalam menggunakan suatu metode pembelajaran harus
disesuaikan dengan jenis strategi yang digunakan. Jadi, metode pembelajaran
dapat diartikan sebagai cara yang digunakan untuk mengimplementasikan rencana
yang sudah disusun dalam bentuk kegiatan nyata dan praktis untuk mencapai
tujuan pembelajaran. Selanjutnya metode pembelajaran dijabarkan ke dalam
teknik dan gaya pembelajaran. Teknik pembelajaran dapat diartikan sebagai cara
yang dilakukan seseorang dalam mengimplementasikan suatu metode secara
spesifik. Misalkan, penggunaan metode ceramah pada kelas dengan jumlah siswa
yang relatif banyak membutuhkan teknik tersendiri, yang tentunya secara teknis
akan berbeda dengan penggunaan metode ceramah pada kelas yang jumlah
siswanya terbatas. Sementara taktik pembelajaran merupakan gaya seseorang
dalam melaksanakan metode atau teknik pembelajaran tertentu yang sifatnya
individual. Dalam gaya pembelajaran akan tampak keunikan atau kekhasan dari
masing-masing guru, sesuai dengan kemampuan, pengalaman dan tipe
kepribadian dari guru yang bersangkutan. Dalam taktik ini, pembelajaran akan
menjadi sebuah ilmu sekaligus juga seni (kiat). Apabila antara pendekatan,
strategi, metode, teknik dan bahkan taktik pembelajaran sudah terangkai menjadi
satu kesatuan yang utuh maka terbentuklah apa yang disebut dengan model
pembelajaran. Jadi, model pembelajaran pada dasarnya merupakan bentuk
pembelajaran yang tergambar dari awal sampai akhir secara sistematis yang
disajikan secara khas oleh guru.
79
BAB IV
PENUTUP
A. Kesimpulan
1. Pendekatan pembelajaran adalah suatu rancangan/kebijaksanaan dalam
memulai serta melaksanakan pengajaran suatu materi pembelajaran yang
memberi arah dan corak pada metode pengajarannya. Seorang pendidik
harus mengetahui target yang ingin dicapai, tujuan pembelajaran, serta
standar sebagi tolak ukur pencapaian pembelajaran yang telah di tetapkan
2. Strategi pembelajaran adalah suatu kegiatan pembelajaran yang harus
dikerjakan guru dan siswa agar tujuan pembelajaran dapat tercapai secara efektif
dan efisien. Didasari pada berbagai perkembangan sesuai dengan situasi, kondisi
dan lingkungan yang dihadapinya.
3. Metode pembelajaran adalah cara yang digunakan untuk
mengimplementasikan rencana yang sudah disusun dalam kegiatan nyata
agar tujuan yang telah disusun tercapai secara optimal. Dalam memilih
metode pembelajartan, harus disesuaikan dengan tujuan, kondisi, jenis,
fungsinya, waktu dan tempat serta anak didik dengan berbagai tingkat
kematangannya saat dilaksanakannya kegiatan.
4. Teknik pembelajaran adalah suatu cara yang digunakan oleh guru untuk
menyampaikan bahan-bahan pengajaran yang telah dipilih untuk peserta didik.
Harus sesuai dengan pelajaran dan pendekatan yang digunakan
5. Taktik pembelajaran adalah gaya seseorang dalam melaksanakan metode
atau teknik pembelajaran tertentu yang sifatnya individual. Dalam
pembelajaran tampak keunikan dan kekhasan dari masing-masing guru.
6. Gaya mengajar adalah suatu cara atau bentuk penampilan seorang guru
dalam menanamkan pengetahuan, membimbing, mengubah atau
mengembangkan kemampuan, perilaku dan kepribadian siswa dalam
mencapai tujuan belajar.
7. Model pembelajaran merupakan bungkus atau bingkai dari penerapan
pendekatan, strategi, metode, teknik, taktik dan gaya pembelajaran. Model
pembelajaran memiliki sintak atau urutan atau tahap-tahap kegiatan belajar.
80
B. Saran
Dari berbagai jenis pendekatan, strategi, metode, teknik, taktik, gaya
dan model-model pembelajaran, diharapkan pendidik/guru hendaknya mampu
memaksimalkan dan mempraktekkannya untuk mengatasi semua
permasalahan yang muncul dalam upaya membentuk kepribadian anak didik
sehingga nantinya memperoleh hasil yang memuaskan dan mampu
menciptakan generasi bangsa yang berkualitas.
81
DAFTAR PUSTAKA
Djamarah, Syaiful Bahri. 2005. Guru dan Anak Didik dalam Interaksi Edukatif
(suatu pendekatan teoritis psikologis). Jakarta: Rineka Cipta.
Hari Subagya, Insih Wilujeng. 2013. Buku Guru Fisika SMA X. Bumi Aksara:
Jakarta
Indrawati. 1999. Keterampilan Proses Sains Tinjauan Kritis dari Teori ke Praktis.
DEPDIKBUD. Bandung.
82