Anda di halaman 1dari 23

Laporan Tugas Kelompok

MODEL PEMBELAJARAN BERBASIS PROJEK DAN


MODEL PEMBELAJARAN BERBASIS MASALAH

OLEH:
KELOMPOK 10
DHARA CHILTYA SIMAMORA (4163111008)
DINI LIYA MEIRANI SIMATUPANG (4163111011)
FATHIYATA PALA (4163111020)

JURUSAN MATEMATIKA
PROGRAM STUDI PENDIDIKAN MATEMATIKA
FAKULTAS MATEMATIKA DAN ILMU PENGETAHUAN ALAM
UNIVERSITAS NEGERI MEDAN
2017
KATA PENGANTAR

Puji dan syukur penulis ucapkan kehadirat Tuhan Yang Maha Esa yang telah
memberikan rahmat dan karunia-Nya. Dan atas dasar itu jugalah penulis dapat menyelesaikan
Makalah ini. Dimana tugas ini dapat diselesaikan sesuai dengan tuntutan proses pembelajaran
di Fakultas Matematika dan Ilmu Pengetahuan Alam Universitas Negeri Medan.

Penulis juga menyadari bahwa pada tugas ini masih banyak kelemahan dan
kekurangan. Oleh karena itu, penulis berharap adanya kritik dan saran yang membangun
untuk penyempurnaan atau perbaikan tugas ini di masa yang akan datang. Karena tidak ada
sesuatu yang sempurna tanpa adanya saran yang membangun.

Ucapan terimakasih penulis sampaikan kepada dosen pembimbing sekaligus dosen


mata kuliah Strategi Pembelajaran Matematika, Bapak Budi Halomoan Siregar, M.Sc., yang
telah membimbing, sehingga tugas ini dapat diselesaikan. Penulis juga sangat berharap tugas
ini dapat berguna dalam rangka menambah wawasan serta pengetahuan dan pengalaman
mengenai Strategi Pemebelajaran.

Penulis

i
DAFTAR PUSTAKA

KATA PENGANTAR ........................................................................................ i

DAFTAR PUSTAKA ......................................................................................... ii

BAB 1. PENDAHULUAN ................................................................................. 1

BAB 2. PEMBAHASAN .................................................................................... 2


2.1 Model Pembelajaran ........................................................................ 2
2.2 Pembagian Model Pembelajaran ..................................................... 3
2.3 Strategi Pembelajaran Berbasis Proyek ........................................... 4
2.3.1 Pengertian Pembelajaran Berbasis Proyek .......................... 4
2.3.2 Dukungan Teoritis Pembelajaran berbasis proyek .............. 5
2.3.3 Konsep dan karakteristik Pembelajaran Berbasis Proyek .... 5
2.3.4 Keuntungan Pembelajaran Berbasis Proyek......................... 7
2.4 Strategi Pembelajaran Berbasis Masalah (SPBM) ........................... 8
2.4.1 Pengertian Strategi ............................................................... 8
2.4.2 Konsep Dasar dan Karakteristik SPBM ............................... 9
2.4.3 Hakikat masalah dalam SPBM .............................................10
2.4.4 Tahapan-tahapan SPBM .......................................................10
2.4.5 Pelaksanaan SPBM...............................................................11
2.4.6. Keunggulan SPBM ...............................................................12
2.4.7 Kelemahan SPBM ................................................................12
BAB III. PENUTUP ...........................................................................................15
3.1 Kesimpulan ...................................................................................15
3.2 Saran ............................................................................................15
DAFTAR PUSTAKA .........................................................................................16
LAMPIRAN

ii
BAB I
PENDAHULUAN

Menurut Arrends (dalam Ade, 2017:147) , model pembelajaran adalah suatu rencana
atau pola yang disusun secara sistematis yang kemudian dijadikan sebagai pedoman dalam
merencanakan pembelajaran. Ada begitu banyak model pembelajaran yang dapat dipilih
seorang guru untuk membantu tercapainya tujuan dari proses belajar mengajar, diantaranya
model pembelajaran berbasis proyek dan model pembelajaran berbasis masalah. Model
pembelajaran berbasis proyek dilakukan untuk memperdalam pengetahuan dan keterampilan
yang diperoleh dengan cara membuat karya atau proyek yang terkait dengan materi ajar dan
kompetensi yang diharapkan dimiliki siswa. Sedangkan model pembelajaran berbasis masalah
merupakan model pembelajaran yang melibatkan siswa untuk memecahkan suatu masalah
melalui tahap-tahap metode ilmiah sehingga siswa dapat mempelajari pengetahuan yang
berhubungan dengan masalah tersebut sekaligus memiliki keterampilan untuk memecahkan
masalah. Kedua model pembelajaran ini sangat penting diketahui dan dipahami secara
mendalam oleh guru dan para calon guru, selain harus mengetahui banyak model dalam
mengajar agar mempermudah dalam menyampaikan ilmu pengetahuan, kedua model ini juga
sangat baik untuk meningkatkan kemandirian siswa, daya analisis, dan siswa lebih aktif
sehingga ilmu yang di dapat pun akan lebih tahan lama dan melekat.

1
BAB II
PEMBAHASAN

2.1 Model Pembelajaran


Model pembelajaran adalah suatu rencana atau pola yang disusun secara sistematis
yang kemudian dijadikan sebagai pedoman dalam merencanakan pembelajaran (Arrends,
2012). Model pembelajaran akan mengacu pada pendekatan pembelajaran yang
digunakan, termasuk didalamnya berupa tujuan pembelajaran, fase-fase kegiatan
pembelajaran, lingkungan belajar, dan pengolahan kelas.
Arrends (2012), berpendapat bahwa suatu model pembelajaran memiliki 4 ciri
utama, yaitu :
1. Teori rasional yang logis, yang disusun oleh pengembang model pembelajaran.
2. Landasan pemikiran tentang apa dan bagaimana siswa belajar agar dapat mencapai
tujuan pembelajaran.
3. Tingkah laku mengajar yang diperlukan agar model tersebut dapat dilaksanakan
dengan baik.
4. Memerlukan lingkungan belajar dan pendukungnya
Model adalah berupa kerangka konseptual yang berupa prosedur yang sistematis
dalam mengorganisasikan pengelaman belajar untuk mencapai tujuan pembelajaran
tertentu (Joyce dan Weil, 2009). Model berfungsi sebagai pedoman bagi pada para guru
dalam merencanakan dan melaksanakan aktivitas belajar mengajar.
Setiap model pembelajran harus memenuhi 4 unsur yaitu :
1. Sintaks (syntax)
2. Sistem social (the social system)
3. Prinsip reaksi (Principles of reaction)
4. Sistem pendukung (support system)
Berdasarkan pendapat para ahli, dapat disimpulkan bahwa model pembelajaran
sebagai kerangka konseptual berupa pola yang tersusun secara sistematis dalam
mengorganisasikan proses belajar yang dikembangkan berdasarkan teori-teori belajar
yang bertujuan agar siswa mampu memperoleh informasi, skill, gagasan, nilai dan
mengembangkan cara nalar siswa.

2
Ciri-ciri model pembelajaran adalah sebagai berikut :
1. Model dibangun dan dikembangkan berdasarkan teori-teori belajar dan teori-teori
pendidikan.
2. Model yang dibangun memiliki misi dan tujuan khusus.
3. Model yang dirancang secara umum dapat menjadi pedoman bagi guru-guru untuk
memperbaiki kegiatan pembelajaran.
4. Jika model tertentu diterapkan setidaknya akan memberikan dua dampak yaitu :
dampak intruksional (berupa hasil belajar yang terukur) dan dampak pengiring
(berupa hasil belajar jangka panjang).
5. Suatu model terdiri dari 4 bagian, yaitu sintaks, sistem social, prinsip reaksi dan
sistem pendukung.

2.2 Pembagian Model Pembelajaran


1. Kelompok Model Personal
Model pembelajaran ini berorientasi terhadap pengembangan diri siswa,
menurut teori ini keberhasilan belajar terjadi apabila peserta didik memahami
lingkungan dan dirinya sendiri.
Ada 6 tujuan utama model pembelajaran personal yaitu :
a. Meningkatkan kesehatan mental dan emosional siswa melalui pengembangan
percaya diri dan pandangan realistic mengenai dirinya sendiri.
b. Melibatkan siswa untuk menentukan bagaimana dia belajar dan apa yang perlu
dipelajarinnya.
c. Mengembangkan pemahaman diri.
d. Meningkatkan kreatifitas.
e. Meningkatkan kemampuan ekspresi diri.
f. Meningkatkan keterbukaan siswa terhadap pengalaman baru.
2. Kelompok Model Pengolahan Informasi
Teori pemrosesan informasi menjelaskan bahwa dalam pembelajaran terjadi
proses menerima informasi yang kemudian diolah sehingga menghasilkan keluaran
berupa hasil belajar sedangkan hasil pembelajaran merupakan luaran dari
pemrosesan berupa :
a. Informasi-informasi verbal
b. Kompetensi intelektual
c. Strategi kognitif
d. Sikap
3
e. Kecakapan motoric.
3. Kelompok Model Sistem Prilaku
Kelompok model sistem prilaku disebut juga model modifikasi prilaku,
sibernetika atau terapi prilaku adapun teori yang melandasi kelompok ini adalah
teori-teori belajar behavioristik. Prinsip dasar dari teori ini adalah pemberian
rangsangan dan respon yang dihasilkan. Selain itu teori ini menitikberatkan pada
perubahan prilaku diri, yang tampak sebagai hasil belajar.
Ciri-ciri model pembelajaran sistem prilaku, antara lain :
a. Lingkungan merupakan suatu hal yang dipandang sangat penting
b. Model ini bersifat mekanistik
c. Sangat memepertimbangakan kejadian masa lalu
d. Menitikberatkan pada tingkah laku peserta didik yang menggunakan
metode yang objektif
Dapat disimpulkan bahwa model pembelajaran prilaku lahir berdasarkan teori
behavioristik. Dimana meyakini bahwa perubahan tingkah laku sebagai akibat dari
interaksi antara stimulus dan respon . Tolak ukur seseorang dikatakan telah belajar
jika ia mampu menunjukkan terjadinya perubahan tingkah laku.
4. Kelompok Model Sosial
Berkembangnya model sosial ini didasari oleh teori belajar Gestalt (Field
Theory), yang memandang penting hubungan baik antara individu dengan
masyarakat (Learning life together). Teori ini berpendapat bahwa, pembelajaran akan
lebih bermakna apabila materi yang diberikan dalam satu kesatuan yang utuh bukan
dalam bentuk terbagi-bagi.

2.3 Strategi Pembelajaran Berbasis Proyek


2.3.1 Pengertian Pembelajaran Berbasis Proyek
Pembelajaran berbasis proyek dipandang tepat sebagai satu model untuk
pendidikan teknologi untuk merespon isu-isu peningkatan kualitas pendidikan
teknologi dan perubahan-perubahan besar yang terjadi di dalam dunia kerja.
Project based learning adalah model pembelajaran yang berfokus pada konsep-
konsep dan prinsip-prinsip utama (central) dari suatu disiplin, melibatkan siswa
dalam kegiatan pemecahan masalah dan tugas-tugas bermakna lainnya, memberi
peluang siswa bekerja secara otonom mengkonstruk belajar mereka sendiri, dan
puncaknya menghasilkan produk karya siswa bernilai, dan realistic.
(ngalimun,2012).
4
Menurut Thomas et al.(1999), sebagaimana dikutip oleh Wena (2009: 144)
pembelajaran berbasis proyek merupakan model pembelajaran yang memberikan
kesempatan kepada guru untuk mengelola pembelajaran di kelas dengan
melibatkan kerja proyek. Hal ini banyak digunakan untuk menggantikan metode
pengajaran tradisional dimana guru sebagai pusat pembelajaran (Boondee et al.,
2011: 499). Pembelajaran berbasis proyek dapat meningkatkan hasil belajar
siswa, meningkatkan aktivitas dan keterlibatan siswa dalam pembelajaran,
menumbuhkan kreativitas dan karya siswa, lebih menyenangkan, bermanfaat
serta lebih bermakna (Purworini, 2006:19). Hal ini diperkuat oleh penelitian
Wiyarsi & Partana (2009:40) yang menyimpulkan bahwa penerapan
pembelajaran berbasis proyek cukup efektif dalam meningkatkan aspek
kemandirian, aspek kerja sama kelompok, dan aspek penguasaan psikomotorik.
Pembelajaran berbasis proyek (PBL) yang terdiri proyek yang mengintegrasikan
ilmu pengetahuan, teknologi, masyarakat, sejarah, matematika, politik dan
kesempatan diskusi produktif untuk siswa, mendorong penyelidikan siswa
diarahkan masalah dunia nyata, memberikan mereka semangat belajar
danpengajaran menjadi efektif (Turgut,2008:61). (Munawaroh, dkk 2012).
2.3.2 Dukungan Teoritis Pembelajaran berbasis proyek
Pendekatan pembelajaran berbasis proyek juga didukung teori belajar
konstruktivisyik. Konstruksivisme adalah teori belajar yang dapat dukungan luas
yang bersandar pada ide bahwa siswa membangun sendiri di dalam konteks
pengalamannya sendiri. Pendekatan Pembelajaran berbasis proyek dapat
dipandang sebagai salah satu pendekatan penciptaan lingkungan belajar yang
mendorong siswa mengkonstruksi pengetahuan dan keterampilan secara
personal. Tatkala pendekatan proyek ini dilakukan dalam modus belajar
kolaboratif dalam kelompok kecil siswa, pendekatan ini juga mendapat
dukungan teoritik yang bersumber dari konstruksivisme Vygotsky yang
memberikan landasan pengembangan kognitif melalui peningktan intensitas
interaksi antar personal.
2.3.3 Konsep dan karakteristik Pembelajaran Berbasis Proyek
Pembelajaran berbasis proyek adalah sebuah model atau pendekatan
pembelajaran yang inovatif, yang menekankan belajar kontekstual melalui
kegiatan-kegiatan yang kompleks. Focus pembelajaran terletak pada konsep-
konsep dan prinsip-prinsip inti dari suatu disiplin ilmu, melibatkan pembelajar
dan investigasi pemecahan masalah dan kegiatan tugas-tugas bermakna yang
5
lain, memberi kesempatan pembelajar bekerja secara otonom mengkontruksi
pengetahuan mereka sendiri, mencapai puncak menghasilkan produk nyata.
(Thomas, 2000)
Buck Institute for Education (1999) menyebutkan beberapa hal terkait
dengan karakteristik PBL, antara lain: (a) mahasiswa sebagai pembuat
keputusan, dan membuat kerangka kerja, (b) terdapat masalah yang
pemecahannya tidak ditentukan sebelumnya, (c) mahasiswa sebagai perancang
proses untuk mencapai hasil, dan (d) mahasiswa bertanggungjawab untuk
mendapatkan dan mengelola informasi yang dikumpulkan. Project-based
learning menekankan belajar kontekstual melalui kegiatan-kegiatan yang
kompleks (Cord, 2001). Model ini berfokus pada konsep-konsep dan prinsip-
prinsip utama (central) dari suatu disiplin, melibatkan mahasiswa dalam kegiatan
pemecahan masalah dan tugas-tugas bermakna lainya, memberi peluang
mahasiswa bekerja secara otonom mengkonstruk belajar mereka sendiri, dan
puncaknya menghasilkan produk karya mahasiswa bernilai, dan realistik
(Okudan & Sarah, 2004).
Di dalam pembelajaran berbasis proyek, pembelajaran menjadi terdorong
lebih aktif di dalam belajar mereka, instruktur berposisi di belakang dan pelajar
berinisiatif, instruktur memberi kemudahan dan mengevaluasi proyek baik
kebermaknaannya maupun penerapannya untuk kehidupan mereka sehari-hari.
Produk yang dibuat pelajar selama proyek memberikan hasil yang secara otentik
dapat diukur oleh guru atau instruktur didalam pembelajarannya. Oleh karena
itu, didalam pembelajran berbasis proyek, guru atau instruktur tidak lebih aktif
dan melatih secara langsung; akan tetapi instruktur menjadi pendamping,
fasilisator, dan memahami pikiran pelajar. (Ngalimun,2012)
Lima kriteria pembelajaran yang termasuk dalam pembelajaran berbasis
proyek, yaitu :
 Proyek dalam proses pembelajaran proyek adalah pusat atau inti kurikulum,
bukan pelengkap kurikulum. Didalam pembelajaran berbasis proyek, proyek
adalah strategi pembelajaran; pelajar mengalami dan belajar konsep-konsep
inti suatu disiplin ilmu. Kegiatan proyek yang dimaksudkan untuk
pengayaan di luar kurikulum tidak termasuk pembelajran berbasis proyek.
 Proyek dalam proses pembelajaran proyek adalah terfokus pada pernyataan
atau masalah, mendorong pelajar menjalani (dengan keras) konsep-konsep
dan prinsip-prinsip inti atau pokok dari disiplin.
6
Kriteria ini sangat halus dan agak susah diraba. Difinisi proyek (bagi
pelajar) harus dibuat sedemikian rupa agar terjalin hubungan antara aktivitas dan
hubungan konseptual yang melatarinya yang diharapkan dapat berkembang
menjadi luas dan mendalam.
Proyek dalam Pembelajaran berbasis proyek mungkin dibangun disekitar
unit tematik, atau gabungan (intersection) topic-topik dari dua atau lebih disipli,
tetapi itu belum sepenuhnya dapat dikatakan sebuah proyek. Pertanyaan-
pertanyaan yang mengejar pelajar, sepadan dengan aktivotas, produk, dan unjuk
kerj yang mengisi waktu mereka, harus digubah dalam tugas yang bertujuan
intelektual. (Blumenfeld, 1991)
 Proyek melibatkan pelajar dalam investigasi konstruktif.
Investigasi mungkin berupa proses desain, pengambilan keputusan,
penemuan masalah, pemecahan masalah, discovery, atau proses pembangunan
model. Jika pusat atau inti kegiatan proyek tidak menyajikan “tingkat kesulitan”
bagi anak, atau dapat dilakukan dengan penerapan informasi atau keterampilan
yang siap dipelajari, proyek tersebut adalah tidak lebih dari sebuah latihan dan
bukan Proyek dalam Pembelajaran berbasis proyek.
 Proyek mendorong pelajar sampai pada tingkat yang signifikan.
Proyek dalam Pembelajaran berbasis proyek bukanlah ciptaan guru,
tertuliskan dalam naskah atau terpaketkan. Proyek dalam Pembelajaran
berbasis proyek tidak berakhir pada hasil yang telah ditetapkan sebelumnya
atau mengambil jalus prosedur yang telah ditetapkan sebelumnya.
 Proyek adalah realistic. Karakteristik proyek memberikan keotentikan pada
pelajar.
Karakteristik ini boleh menjadi topic, tugas, peranan yang dimainkan
pelajar, konteks dimana kerja proyek dilakukan, kolaborator yang berkerja
dengan pelajar dalam proyek, produk yang dihasilkan, audien bagi produk-
produk proyek, atau kriteria dimana produk atau unjuk kerja dinilai.
Pembelajaran berbasis proyek melibatkan masalah otentik (bukan simulative),
dan pemecahannya berpotensi untuk diterapkan di lapangan yang
sesungguhnya. (Ngalimun, 2012)
2.3.4 Keuntungan Pembelajaran Berbasis Proyek
1. Meningkatkan Motivasi
Laporan-laporan tertulis tentang proyek itu lebih banyak mengatakan
bahwa siswa suka tekun, sampai kelewat batas waktu, berusaha keras
7
dalam mencapai proyek. Guru juga melaporkan pengembangan dalam
kehadiran dan keterlambatan. Siswa mengatakan bahwa pembelajaran
pyoyek lebih senang dibandingkan dengan model pembelajaran yang baru.
2. Meningkatkan Kemampuan Pemecahan Masalah
Penelitian pada pengembangan keterampilan kognitif siswa
menekankan perlunya bagi siswa untuk terlibat didalam tugas-tugas
pemecahan masalah dan perlunya untuk pembelajaran khusus pada
bagaimana menemukan dan memecahkan masalah.
3. Meningkatkan Kolaborasi
Pentingnya kerja kelompok dalam proyek memerlukan siswa
mengembangkan dan mempraktikan keterampilan berkomunikasi.
Kelompok kerja kooperatif, evaluasi siswa, pertukaran informasi, adalah
aspek kolaboratif dari sebuah proyek.
4. Meningkatkan Keterampilan Mengola Sumber
Bagian dari menjadi siswa yang independent adalah
bertanggungjawab untuk menyelesaikan tugas yang kompleks.
Pembelajaran Berbasis Proyek yang di implementasikan secara baik
memberikan kepada siswa pembelajaran dan praktik dalam
mengorganisasikan proyek, dan membuat alokasi waktu dan sumber-
sumber lain seperti perlengkapan untuk menyelesaikan tugas.

2.4 Strategi Pembelajaran Berbasis Masalah (SPBM)


2.4.1 Pengertian Strategi
Strategi secara umum memiliki pengertian sebagai suatu garis besar acuan
dalam melakukan tindakan untuk mencapaisasaran yang diinginkan.Kalau
dikaitkan dengan pembelajaran maka strategi dapat diartikan sebagai pola umum
kegiatan antara guru dan murid dalam suatu kegiatan belajar mengajar untuk
mencapai tujuan yang telah digariskan (Ngalimun 2012).
Model pembelajaran berbasis masalah pada awalnya dikembangkan pada
bidang kesehatan oleh Borrows (1988), selanjutnya diadaptasi oleh stepein
gallager yang diterapkan pada bidang pendidikan problem based learning di
Indonesia dikenal dengan pembelajaran berbasis masalah (PBL) yang dibangun
dengan menciptakan suatu masalah. Pembelajaran berbasis masalah dikategorikan
dalam Active Learning dimana model ini melibatkan peserta didik dalam proses
pembelajaran yang aktif, kolaborativ, berpusat kepada peserta didik. Model PBL
8
adalah suatu model inovatif yang dibangun berdasarkan teori psikologi kognitif,
agar peserta didik mampu belajar aktif dan membangun pengetahuannya sendiri
dengan memecahkan permasalahan autentik dengan menggunakan data-data dan
informasi dan mengandalkan pengetahuan sebelumnya (Ade, dkk. 2017).
Belajar adalah proses perubahan tingkah laku berkat adanya pengelaman.
Perkembangan siswa tidak hanya terjadi pada aspek kognitif, tetapi juga aspek
afektif dan psikomotorik melalui penghayatan secara internal akan problema yang
dihadapi (Sanjaya, 2006).
2.4.2 Konsep Dasar dan Karakteristik SPBM
Pembelajaran Berbasis Masalah (PBL) adalah suatu model pembelajaran
yang melibatkan siswa untuk memecahkan suatu masalah melalui tahap-tahap
metode ilmiah sehingga siswa dapat mempelajari pengetahuan yang berhubungan
dengan masalah tersebut dan sekaligus memiliki ketrampilan untuk memecahkan
masalah (Ward, 2002; Stepien, dkk., 1993). Lebih lanjut Boud and Felleti, (1997)
menyatakan bahwa PBL adalah suatu pendekatan pembelajaran dengan membuat
konfrontasi kepada pelajar dengan masalah-masalah praktis, berbentuk ill-
structured, atau open-ended melalui stimulus dalam belajar (Ngalimun 2012).
SPBM dapat diartikan sebagai rangkaian aktivitas pembelajaran yang
menekankan kepada proses penyelesaian masalah yang dihadapi secara ilmiah.
Karakteristik dari pembelajaran berbasis masalah adalah sebagai berikut :
1. Belajar dimulai dengan suatu masalah
2. Memastikan bahwa masalah yang diberikan berhubungan dengan dunia nyata
pelajar
3. Mengorganisasikan pelajaran diseputar masalah, bukan diseputar disiplin ilmu
4. Memberikan tanggung jawab yang besar kepada pelajar dalam memebentuk
dan menjalankan secara langsung proses belajar mereka sendiri
5. Menggunakan kelompok kecil
6. Menuntut pelajar untuk mendemonstrasikan apa yang mereka pelajari dalam
bentuk suatu produk atau kinerja (Ngaimun, 2012)
3 ciri utama dari SPBM :
1. SPBM merupakan rangkaian aktivitas pembelajaran, artinya dalam
implementasi SPBM ada sejumlah kegiatan yang harus dilakukan siswa. SPBM
tidak mengharapkan siswa hanya siswa hanya mendengarkan, mencatat,
kemudian menghafal materi pelajaran, tetapi melalui SPBM siswa aktif

9
berfikir, berkomunikasi, mencari dan mengolah data, dan akhirnya
menyimpulkan
2. Aktivitas pembelajran diarahkan untuk menyelesaikan masalah. SPBM
menempatkan masalah sebagai kata kunci dalam proses pembelajaran.
3. Pemecahan masalah dilakukan dengan menggunakan pendekatan berpikir
secara ilmiah (berpikir deduktif dan berpikir induktif) dan proses berpikirnya
dilakukan secara empiris dan sistematis
Strategi pembelajran dengan pemecahan masalah dapat diterapkan :
1. Guru menginginkan agar siswa tidak hanya sekedar dapat mengingat materi
pelajaran, akan tetapi menguasai dan memahaminya secara penuh
2. Guru bermaksud untuk mengembangkan keterampilan berpikir rasional siswa
3. Guru menginginkan kemampuan siswa untuk memecahkan amsalah serta
membuat tantangan intelektual siswa
4. Guru ingin mendorong siswa untuk lebih bertanggng jawab dalam
belajarnya
5. Guru ingin siswa memahami hubungan antara apa yang dipelajari dengan
kenyataan dalam kehidupannya.
2.4.3 Hakikat masalah dalam SPBM
Antara strategi pembelajaran inkuiri (SKI) dan strategi pembelajaran
berbasis masalah (SPBM) memiliki perbedaan. Perbedaan tersebut terletak pada
letak masalah dan jenis tujuan yang ingin dicapai. Masalah dalam SPI adalah
masalah yang bersifat tertutup, artinya jawaban dari masalah itu sudah pasti dan
tujuan yang ingin dicapai oleh SPI adalah menumbuhkan keyakinan dalam diri
siswa tentang jawaban dari suatu masalah. Masalah dalam SPBM adalah masalah
yang bersifat terbuka, yang mengindikasikan jawaban dari permasalahan itu
belum pasti, setiap siswa, bahkan guru, dapat mengembangkan kemungkinan
jawaban dan tujuan yang ingin dicapai oleh SPBM adalah kemampuan siswa
untuk berpikir kritis, analitis, sistematis dan logis untuk menemukan alternartif
pemecahan masalah melalui eksplorasi data secara empiris dalam rangka
menumbuhkan sikap ilmiah. Hakikat masalah dalam SPBM adalah gap atau
kesenjangan antara kenyataan yang terjadi dengan apa yang diharapkan.
2.4.4 Tahapan-tahapan SPBM
Menurut John Dewey ada 6 langkah yang dapat dilakukan dalam penerapan
SPBM (problem solving), yaitu :

10
1. Merumuskan masalah, yaitu langkah siswa menentukan masalah yang akan
dipecahkan
2. Menganalisis masalah, yaitu langkah siswa meninjau masalah secara kritis dari
berbagai sudut pandang
3. Merumuskan hipotesis, Yaitu langkah siswa merumuskan berbagai
kemungkinan pemecahan masalah sesuai dengan pengetahuan yang
dimilikinya
4. Mengumpulkan data, yaitu langkah siswa mencari dan menggambarkan
informasi yang diperlukan untuk pemecahan masalah
5. Pengujian hipotesis, yaitu langkah siswa mengambil atau merumuskan
kesimpulan sesuai dengan penerimaan dan penolakan hipotesis yang diajukan
6. Merumuskan rekomendasi pemecahan masalah, yaitu langkah siswa
menggambarkan rekomendasi yang dapat dilakukan sesuai rumusan hasil
pengujian hipotesis dan rumusan kesimpulan
David Johnson dan Johnson mengemukakan ada 5 langkah SPBM melalui
kegiatan kelompok, yaitu :
1. Mendefenisikan masalah, dalam kegiatan ini guru bisa meminta pendapat dan
penjelasan siswa tentang isu-isu hangat yang menarik untuk dipecahkan
2. Mendiagnosis masalah, yaitu menentukan sebab-sebab terjadinya masalah,
serta menganalisis berbagai faktor baik faktor yang dapat menghambat maupun
faktor yang dapat mendukung dalam penyelesaian masalah
3. Merumuskan alternatif strategi, yaitu menguji setiap tindakan yang dirumuskan
melalui diskusi kelas
4. Menentukan dan menerapkan strategi pilihan
5. Melakukan evaluasi, baik evaluasi proses maupun evaluasi hasil.
2.4.5 Pelaksanaan SPBM
Secara umum SPBM dapat dilakukan dengan langkah-langkah :
1. Menyadari Masalah
2. Merumuskan masalah
3. Meruuskan hipotesis
4. Mengumpulkan data
5. Menguji hipotesis
6. Menentukan pilihan penyelesaian

11
2.4.6. Keunggulan SPBM
Sebagai suatu strategi pembelajaran, SPBM memiliki beberapa keunggulan,
di antaranya :
1. Pemecahan masalah merupakan teknik yang cukup bagus untuk lebih
memahami isi pelajaran
2. Pemecahan maslah dapat menantang kemampuan siswa serta memberikan
kepuasan untuk menemukan pengetahuan baru bagi siswa
3. Pemecahan masalah dapat meningkatkan aktivitas pembelajaran siswa
4. Pemecahan masalah dapat membantu siswa bagaimana mentransfer
pengetahuan mereka untuk memahami masalah dalam kehidupan nyata
5. Pemecahan masalah dapat membantu siswa dalam mengembangkan
pengetahuan barunya dan bertanggung jawab dalam pembelajaran yang mereka
lakukan
6. Melalui pemecahan masalah bisa memperlihatkan kepada siswa bahwa setiap
mata pelajaran, pada dasarnya merupakan cara berpikir dan sesuatu yang harus
dimengerti oleh siswa
7. Pemecahan masalah dianggap lebih menyenangkan dan disukai siswa
8. Pemecahan masalah dapat mengembangkan kemampuan siswa untuk berpikir
kritis dan mengembangkan kemampuan mereka untuk menyesuaikan dengan
pengetahuan baru
9. Pemecahan masalah dapat memberikan kesempatan kepada siswa untuk
mengaplikasikan pengetahuan yang mereka miliki dalam dunia nyata
10. Pemecahan masalah dapat meningkatkan minat siswa untuk secara terus-
menerus belajar sekalipun belajar pada pendidikan formal telah berakhir
2.4.7 Kelemahan SPBM
Di samping keunggulan, SPBM juga meiliki kelemahan, di antaranya:
1. Manakala siswa tidak memiliki minat atau mempunyai kepercayaan bahwa
masalah yang dipelajari sulit untuk dipecahkan, maka mereka akan merasa
enggan untuk mencoba
2. Keberhasilan strategi pembelajaran melalui problem solving memerlukan
cukup wktu untuk persiapan
3. Tanpa pemahaman mengapa mereka berusaha untuk memecahkanamsalah
yang sedang dipelajari, maka mereka tidak akan belajar apa yang mereka ingin
pelajari

12
Arends (2004) menyatakan bahwa ada tiga hasil belajar yang diperoleh pelajar
yang diajar dengan PBL, yaitu :
1. Inkuiri dan keterampilan melakukan pemecahan masalah
2. Belajar model peraturan orang dewasa (adult role behaviors)
3. Keterampilan belajar mandiri (skills for independent learning

Pembelajaran PBL dapat dapat diterapkan bila didukung lingkungan belajar


yang kontruktivisme. Lingkungan belajar kontruktivisme mencakup beberapa
faktor, yaitu :
1. Kasus-kasus berhubungan, membantu pelajar memahami pokok-pokok
permasalahan secara implisit
2. Fleksibel kognisi, dapat menumbuhkan kreativitas berpikir divergen dalam
mempresentasikan masalah
3. Sumber-sumber informasi, bermanfaat bagi pelajar dalam menyelidiki
permasalahan
4. Cognitive tools, merupakan bantuan bagi pelajar untuk untuk meningkatkan
kemampuan menyelesaikan tugas-tugasnya
5. Pemodelan yang dinamis, adalah pengetahuan yang memberikan cara-cara
berpikir dan menganalisi, mengorganisasi, dan memberikan cara untuk
mengungkapkan pemahaman mereka terhadap suatu fenomena
6. Percakapan dan kolaborasi, dapat membantu siswa dalam mengembangkan
komunikasi ilmiah, argumentasi yang logis dan sikap ilmiah
7. Dukungan sosial dan kontekstual, berhubungan dengan bagaimana masalah
yang menjadi fokus pembelajaran dapat membantu pelajar untuk termotivasi
untuk memecahkannya.
Pengimplementasian PBL dalam pembelajaran menurut Arends (2004) dapat
dilakukan dengan langkah-langkah sebagai berikut :

Fase Aktivitas Guru


Fase 1 Menjelaskan tujuan pembelajaran, logistik
Mengorientasikan siswa pada masalah yang diperlukan, memotivasi mahasiswa
terlibat aktif pada aktivitas pemecahan
masalah yang dipilih
Fase 2 Membantu siswa membatasi dan
Mengorganisasi siswa untuk belajar mengorganisasi tugas belajar yang

13
berhubungan dengan masalah yang
dihadapi
Fase 3 Mendorong siswa mengumpulkan
Membimbing penyelidikan individu informasi yang sesuai, melaksanakan
maupun kelompok eksperimen, dan mencari untuk penjelasan
dan pemecahan
Fase 4 Membantu siswa merencanakan dan
Mengembangkan dan menyajikan menyiapkan karya yang sesuai seperti
hasil karya laporan, video dan model , dan membantu
mereka untuk berbagi tugas dengan
temannya
Fase 5 Membantu mahasiswa melakukan refleksi
Menganalisi dan mengevaluasi proses terhadap penyelidikan dan proses-proses
pemecahan masalah yang digunakan selama berlangsungnya
pemecahan masalah
(Ngalimun 2012 : 95)

14
BAB III
PENUTUP
3.1 Kesimpulan
Strategi pemebelajaran inkuiri adalah proses pembelajaraan yang menekankan
pada proses berpikir siswa, dimana siswa diajak untuk mengembangkan sendiri ilmu
pengetahuannya. Dan Strategi Pembelajaran Berbasis masalah adalah pembelajaran
dimana siswa disuruh untuk dapat menyelesaikan masalah yang dihadapinya secara
ilmiah. Kedua strategi pembelajaran ini sama-sama terpusat kepada siswa namun
perbedaannya terletak pada jenis masalah dan tujuan yang ingin dicapai. Masalah yang
diangkat dalam pembelajaran inkuiri yaitu permasalahan yang bersifat tertutup yaitu
jawaban dari permasalahan itu sudah diketahui secara pasti oleh guru sedangkan
masalah yang diangkat dalam Strategi Pembelajaran Berbasis Masalah bersifat terbuka
yang jawaban tersebut belum pasti atau dapat dikembangkan oleh siswa maupun guru.

3.2 Saran
Sebaiknya para calon pendidik dapat memilih strategi pembelajaran yang sesuai
dan cocok terhadap materi yang akan disampaikannya. Apabila pembelajaran tersebut
bersifat saintific maka lebih baik menggunakan Strategi Pembelajan Inkuiri karena ilmu
saintific bersifat pasti (tertutup), tetapi jika materi pembelajran yang ingin disampaikan
termasuk ilmu social maka lebih baik digunakan Strategi Pembelajaran Berbasis Masalah
karena permasalahan yang diangkat bersifat tidak pasti (terbuka).

15
DAFTAR PUSTAKA

Munawaroh, Rosyidatul., dkk. (2012). Penerapan Model Project Based Learning Dan
Kooperatif Untuk Membangun Empat Pilar Pembelajaran Siswa SMP. Unnes Physics
Autodeks Foundation. Education Journal. ISSN : 2257-6935. 1 (1). 33-37.

Okudan, G.E. dan Sarah, E.R.(2004). A Project-Based Approach to Entreprenurial Leadership


Education. Journal Technovation, XX:1-16.

Ngalimun. (2014). Strategi dan Model Pembelajaran. Banjarmasin : Aswaja Pressindo.

Sanjaya, Wina. (2006). Strategi Pembelajaran Berorientasi Standar Proses Pedidikan.


Jakarta : Kencana.

Thomas, J.W. (2000). A Review od Research on Project-Based Learning. California : The


Autpdesk Foundation. Available on: http;//www.autodesk.com/foundation.

Roestiah. (2012). Strategi Belajar Mengajar. Jakarta : Rineka Cipta. Sanjaya,.

16
RENCANA PELAKSANAAN PEMBELAJARAN (RPP)

Nama Universitas : Universitas Negeri Medan


Mata Kuliah : Strategi Belajar Matematika
Materi Pokok : Model Pembelajaran Inkuiri dan Model Pembelajaran
Berbasis Masalah
Kelas / Semester : Pendidikan Matematika Reguler D 2016 / 3 (tiga)
Alokasi Waktu : 3 SKS (3x50 menit)

A. Standar Kompetensi
1. Menghargai dan menghayati ajaran agama yang dianutnya.
2. Menghargai dan menghayati perilaku jujur, disiplin, tanggung jawab, peduli
(toleransi, gotong-royong), santun, percaya diri, dalam berinteraksi secara efektif
dengan lingkungan sosial dan alam dalam jangkauan pergaulan dan keberadaannya.
3. Memahami pengetahuan (faktual, konseptual, dan prosedural) berdasarkan rasa ingin
tahunya tentang ilmu pengetahuan, teknologi, seni, budaya terkait fenomena dan
kejadian tampak mata.
4. Mencoba, mengolah, dan menyaji dalam ranah konkret (menggunakan, mengurai,
merangkai, memodifikasi, dan membuat) dan ranah abstrak (menulis, membaca,
menghitung, menggambar, dan mengarang) sesuai dengan yang telah dipelajari di
perkuliahan dan sumber lain yang dalam sudut pandang / teori.
B. Kompetensi Dasar dan Indikator
Kompetensi Dasar Indikator Pencapaian Kompetensi
1.1 Memahami model pembelajaran 1.1.1 Menunjukkan rasa ingin tahu
berbasis projek dan model dengan aktif bertanya dalam melakukan
pembelajaran berbasis masalah. hal-hal yang berhubungan dengan
model pembelajaran berbasis projek
dan model pembelajaran berbasis
masalah.

2.1 Mampu menyusun model 2.1.1 Mendeskripsikan dengan baik dan


pembelajaran berbasis projek dan tepat model pembelajaran berbasis
model pembelajaran berbasis masalah projek dan model pembelajaran
dalam materi matematika. berbasis masalah

17
2.1.2 Menjawab dengan benar postest
yang diberikan, berkaitan dengan model
pembelajaran berbasis projek dan
model pembelajaran berbasis masalah.

C. Tujuan Pembelajaran
 Mahasiswa mampu menjelaskan defenisi dari model pembelajaran berbasis projek
dan model pembelajaran berbasis masalah
 Mahasiswa mampu menjelaskan karakteristik dari model pembelajaran berbasis
projek dan model pembelajaran berbasis masalah
 Mahasiswa mampu membedakan model pembelajaran berbasis projek dengan
model pembelajaran berbasis masalah
 Mahasiswa mampu menjelaskan tahap-tahap kegiatan model pembelajaran
berbasis projek dengan model pembelajaran berbasis masalah
D. Materi Pembelajaran
E. Pendekatan, Model, Metode Pembelajaran
Pendekatan : Active Learning
Model : Based Learning (Berbasis masalah)
Metode : Diskusi, Games, Ceramah, Tanya Jawab
F. Sumber Pembelajaran
Andriani, Ade. 2017. Strategi Belajar Matematika. Medan : Unimed Press.
G. Media dan Perangkat Pembelajaran
- Power Point
- Spidol
- Karton Manila
- Kertas HVS
- LKM
H. Langkah-langkah Kegiatan Pembelajaran
Kegiatan Pembelajaran
Fase Kegiatan Awal (Pendahuluan)
Kegiatan Pemateri Waktu
Orientasi 1. Menyampaikan tujuan 30 menit
pembelajaran, dan
memotivasi mahasiswa untuk

18
terlibat aktif dalam aktifitas
pemecahan masalah tentang
model pembelajaran berbasis
projek dan model
pembelajaran berbasis
masalah.
2. Membagi kelompok
mahasiswa berdasarkan
kriteri yang ditetapkan (6
kelompok).
3. Memberi tugas kepada
masing-masing kelompok
untuk membahas materi
model pembelajaran berbasis
projek dan model
pembelajaran berbasis
masalah.
Kegiatan Inti
Mengorganisasikan 1. Memainkan permainan 90 menit
mahasiswa untuk (games) yang telah disediakan
belajar pemateri, diawali dengan
mrnyususn fuzzle kemudian
menyusun potongan kata
menjadi sesuai paragraf sesuai
dengan soal yang telah
dicabut.
2. Setelah games selesai,
dilakukan diskusi kelas
mengenai materi model
pembelajaran berbasis projek
dan model pembelajaran
berbasis masalah.
Membimbing 1. Memberikan kesempatan
penyelidikan kepada mahasiswa untuk

19
individu maupun mendeskripsikan hasil
kelompok penyelidikan yang telah
mereka dapatkan.
Penutup
Menganalisis dan 1. Menyimpulkan apa yang 30 menit
mengevaluasi telah dipelajari secara
proses pemecahan bersama-sama tentang
masalah model pembelajaran inkuiri
dan model pembelajaran
berbasis masalah.
2. Pemberian reward bagi
kelompok yang
memenangkan games, dan
pemberian punisment bagi
kelompok yang paling
lambat.
3. Melaksanakan postest

20

Anda mungkin juga menyukai