Anda di halaman 1dari 6

Tugas Mini Riset

PENDIDIKAN AGAMA ISLAM


(Taujih Untuk Teman Mentoring)
RAMADHAN SANG TAMU AGUNG

DINI LIYA MEIRANI SIMATUPANG (4163111011)


PROGRAM STUDI PENDIDIKAN MATEMATIKA
REGULER D 2016

FAKULTAS MATEMATIKA DAN ILMU PENGETAHUAN ALAM


UNIVERSITAS NEGERI MEDAN
2018
KATA PENGANTAR

Puji dan syukur penulis ucapkan kehadirat Tuhan Yang Maha Esa yang telah
memberikan rahmat dan karunia-Nya dan atas dasar itu jugalah penulis dapat menyelesaikan
tugas Mini Riset Pendidikan Agama ini. Dimana tugas ini dapat diselesaikan sesuai dengan
tuntutan proses pembelajaran di Fakultas Matematika dan Ilmu Pengetahuan Alam
Universitas Negeri Medan.
Penulis juga menyadari bahwa pada tugas ini masih banyak kelemahan dan
kekurangan. Oleh karena itu, penulis berharap adanya kritik dan saran yang membangun
untuk penyempurnaan atau perbaikan tugas ini di masa yang akan datang, karena tidak ada
sesuatu yang sempurna tanpa adanya saran yang membangun.
Ucapan terimakasih penulis sampaikan kepada dosen pembimbing sekaligus dosen
mata kuliah Pendidikan Bahasa Indonesia yang telah membimbing, sehingga tugas ini dapat
diselesaikan. Penulis juga sangat berharap tugas ini dapat berguna dalam rangka menambah
wawasan serta pengetahuan dan pengalaman mengenai ilmu matematika.

Penulis
BAB I
PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang


Bulan suci Ramadhan merupakan bulan kesembilan pada penanggalan Hijriah.
Bulan Ramadhan juga menjadi bulan yang paling dirindukan oleh umat muslim dan
banyak yang menyebutkan sebagai bulan seribu bulan. Khusus di bulan Ramadhan, amal
kebaikan umat muslim akan dibalas dengan berkah pahala yang berlipat ganda. Bahkan
bila menjalankan puasa dengan sempurna, ketika hari lebaran datang, kita akan bersih
dari dosa seperti seorang bayi yang baru lahir.
Begitu baiknya bulan Ramadhan mendorong penulis untuk menebar kebaikan walau
sekedar memberi tahu ataupun mengingatkan betapa beruntungnya orang-orang yang bisa
berjumpa dengan Ramadhan dan tidak melewatkannya begitu saja tanpa beramal. Oleh
sebab itu, penulis menawarkan diri sebagai pembawa taujih di lingkaran mentoring yang
diadakan setiap minggunya.

1.2 Tujuan
1. Memenuhi salah satu tugas mata kuliah Pendidikan Agama Islam
2. Menebar dan saling mengingatkan dalam kebaikan
BAB II
ISI MATERI

THALHAH bin Ubaidillah RA menceritakan kisah menarik mengenai pentingnya


persiapan menuju Ramadhan. Alkisah, ada dua saudara dari suku Baly yang datang
menjumpai Rasulullah SAW. Keduanya sama-sama memeluk Islam. Meski demikian, yang
satu lebih giat dan sungguh-sungguh.
Saat ada kesempatan berjihad di medan perang, saudara yang lebih giat ini turut
berjuang. Pada akhirnya ia gugur di medan jihad. Sedangkan saudara satunya tetap hidup, dan
setahun kemudian ia baru wafat.
Anehnya, saat Thalhah RA sedang tertidur, ia bermimpi: saudara yang wafat terakhir,
ternyata lebih dahulu masuk surga. Padahal di mata orang, dinilai dari kesungguhannya,
masih kalah dibanding dengan saudara pertamanya yang telah syahid.
Ketika kisah ini diceritakan Thalhah kepada tetangga esok hari, mereka merasa heran
dan heboh dengan mimpi yang dianggap aneh ini. Untuk mengobati rasa penasaran,
diceritakanlah mimpi ini kepada Rasulullah SAW.
“Apa yang membuat kalian heran?” tanya Nabi SAW kepada mereka yang dirundung
rasa takjub. Menurut mereka, yang pertama lebih giat daripada yang kedua, dan lebih dulu
gugur syahid. Lalu bagaimana mungkin, yang terlebih dulu masuk surga adalah yang kedua.
Nabi pun menjawab rahasia di balik keheranan mereka semua. Pertama, ia masih
hidup selama setahun. Kedua, dalam setahun itu dirinya menjumpai Ramadhan kemudian
berpuasa dan (selama setahun) begitu giat menunaikan shalat, sekian banyak sujud. Dengan
kedua alasan tersebut, Nabi memungkasi, “Jarak antara keduanya lebih jauh daripada langit
dan bumi.” (HR. Ahmad, Ibnu Majah).
Kisah singkat ini memberikan beberapa poin penting terkait persiapan menuju bulan
Ramadhan: Pertama, kelebihan umur yang dimiliki agar dimanfaatkan sungguh-sungguh
untuk amal kebaikan. Umur yang lebih panjang, jika digunakan untuk amal yang baik, maka
akan menjadikannya manusia terbaik.
Sebagaimana seorang Arab Badui yang bertanya kepada Rasulullah, “Wahai
Rasulullah! Siapakah orang yang terbaik?” Beliau menjawab, “Orang yang umurnya
panjang sedangkan amalnya bagus.” (HR. Tirmidzi).
Kedua, sungguh beruntung orang yang masih bisa menjumpai Ramadhan. Dan saat
menjumpai Ramadhan, waktunya tidak disia-siakan begitu saja, tapi dipergunakan untuk
beribadah (seperti: puasa dan shalat).
Ketiga, gambaran Nabi mengenenai keduanya melebihi jarak antara langit dan bumi.
Secara tersirat menunjukkan, bahwa dalam waktu setahun itu ia benar-benar menyiapkan diri
untuk menyambut Ramadhan. Ketika datang Ramadhan, dirinya pun sudah siap dalam
menyambut tamu agung ini.
Kisah lain yang masih berkaitan erat dengan tema ini, menurut penuturan Mu’alla bin
Fadhl, para ulama salaf mempunyai kebiasaan menarik: enam bulan sebelum Ramadhan
mereka berdoa kepada Allah agar diperjumpakan dengan Ramadhan. Enam bulan setelahnya,
mereka berdoa agar amalan di bulan Ramadhan diterima oleh Allah (Affani, Nidaa al-
Rayyaan, 164). Enam bulan sebelum Ramadhan mereka sudah mempersiapkannya dengan
baik.
Lebih lanjut Yahya bin Abi Katsir, dalam buku yang sama, menyebutkan secara
gamblang isi doa yang mereka lantunkan, “Ya Allah, anugerahkan aku kesehatan hingga
berjumpa Ramadhan. Sehatkan aku selama Ramadhan; dan terimalah ibadahku ketika
Ramadhan.”
Sebelum Ramadhan, mereka telah menyiapkan diri secara baik dengan berdoa, tekad
kuat, berpuasa di bulan Sya’ban, membiasakan diri dengan ibadah-ibadah unggulan, dan yang
tak kalah penting, mereka sangat antusias dalam menyambutnya.
Saat Ramadhan tiba, salah satu kebiasaan unik nabi adalah begitu antusias
menyampaikan kabar gembira mengenai kedatangan tamu spesial: Ramadhan, kepada para
sahabat-sahabatnya (HR. Ahmad). Wallahu a’lam.(*)
BAB III
KESIMPULAN

Ramadhan adalah bulan yang agung yang sangat dinanti-nanti, dibuktikan salah satu
kisah dua orang saudara di zaman Rasulullah. Dari kisah tersebut dapat diambil kesimpulan :
1. Kelebihan umur yang dimiliki agar dimanfaatkan sungguh-sungguh untuk amal
kebaikan. Umur yang lebih panjang, jika digunakan untuk amal yang baik, maka akan
menjadikannya manusia terbaik.
2. Sungguh beruntung orang yang masih bisa menjumpai Ramadhan. Dan saat
menjumpai Ramadhan, waktunya tidak disia-siakan begitu saja, tapi dipergunakan
untuk beribadah
3. Gambaran Nabi mengenenai keduanya melebihi jarak antara langit dan bumi. Secara
tersirat menunjukkan, bahwa dalam waktu setahun itu ia benar-benar menyiapkan diri
untuk menyambut Ramadhan. Ketika datang Ramadhan, dirinya pun sudah siap dalam
menyambut tamu agung ini.

Anda mungkin juga menyukai