Anda di halaman 1dari 14

MAKALAH PENGEMBANGAN PROGRAM PEMBELAJARAN MATEMATIKA

MODEL – MODEL PEMBELAJARAN

DOSEN PENGAMPU MATA KULIAH:


Dr. Waminton Rajagukguk, M.Pd.

DISUSUN OLEH: KELOMPOK 7 PSPM 21 E


BELLA AMANDA NASUTION (4213111002)
KARINA SUSMITA (4213111023)
LYDIA SIANIPAR (4213311052)
PADLAN YASIR (4212111002)

PRODI PENDIDIKAN MATEMATIKA


FAKULTAS MATEMATIKA DAN ILMU PENGETAHUAN ALAM
UNIVERSITAS NEGERI MEDAN
MEI 2023
KATA PENGANTAR

Puji dan syukur kami ucapkan kehadirat Allah SWT, Tuhan yang Maha Esa yang
senantiasa menganugrahkan nikmat, taufik, dan hidayah-Nya sehingga kami dapat
menyelesaikan tugas makalah pada mata kuliah Pengembangan Program Pembelajaran
Matematika (P3M) dengan baik dan tepat waktu.

Penulis berterima kasih kepada Bapak Dr. Waminton Rajagukguk, M.Pd. selaku
dosen pengampu pada mata kuliah Pengembangan Program Pembelajaran Matematika (P3M)
yang sudah memberikan bimbingannya.

Hal yang utama dari penyusunan makalah ini dimaksudkan sebagai upaya melengkapi
tugas-tugas pada mata kuliah dan penambahan bahan sumber belajar bagi mahasiswa pada
pembelajaran Pengembangan Program Pembelajaran Matematika (P3M). Kehadiran makalah
ini diharapkan bermanfaat bagi penulis khususnya dan pembaca pada umumnya untuk
menambah wawasan terkait Model-Model Pembelajaran.

Penulis menyadari bahwa makalah ini tidak luput dari kekurangan, kritik dan saran
yang membangun dari para pembaca makalah ini sangat diharapkan demi kesempurnaan
tugas-tugas selanjutnya.

Akhir kata kami ucapkan terima kasih semoga dapat bermanfaat dan bisa menambah
pengetahuan bagi pembaca, dan semoga Allah SWT senantiasa meridhoi amal usaha ini.
Aamiin ya rabbal ‘alamin.

Medan, Mei 2023

Kelompok 7

i
DAFTAR ISI

KATA PENGANTAR ............................................................................................................... i

DAFTAR ISI.............................................................................................................................ii

BAB I PENDAHULUAN ......................................................................................................... 1

1.1. Latar Belakang ............................................................................................................ 1

1.2. Rumusan Masalah ....................................................................................................... 2

1.3. Tujuan.......................................................................................................................... 2

BAB II PEMBAHASAN .......................................................................................................... 3

2.1. Pengertian Model Pembelajaran...................................................................................... 3

2.2. Ciri-Ciri Model Pembelajaran ......................................................................................... 3

2.3. Model Belajar dan Pembelajaran Berorientasi Kompetensi Siswa ................................. 4

BAB III PENUTUP ................................................................................................................ 10

3.1. Kesimpulan.................................................................................................................... 10

3.2. Saran .............................................................................................................................. 10

DAFTAR PUSTAKA ............................................................................................................. 11

ii
BAB I

PENDAHULUAN

1.1.Latar Belakang
Model-model pembelajaran sangat penting pada saat ini. Model pembelajaran sangat
penting pada pemberlangsungan proses ajar mengajar. Model pembelajaran merupakan salah
satu komponen penting yang menunjang keberhasilan proses pembelajaran. Pemilihan model
pembelajaran yang tepat, akan berdampak pada keberhasilan belajar siswa serta tercapainya
tujuan pembelajaran. Model pembelajaran merupakan suatu desain pembelajaran yang
dirancang untuk memperlancar proses pembelajaran.

Model pembelajaran diterapkan dalam proses belajar mengajar oleh guru di sekolah, tidak
terkecuali pada pembelajaran yang dilakukan di sekolah dasar. Model pembelajaran
diterapkan dalam proses belajar mengajar oleh guru di sekolah, tidak terkecuali pada
pembelajaran yang dilakukan di sekolah dasar. Guru harus memahami betul pelaksanaan
model pembelajaran yang akan diguanakan dalam proses pembelajaran. Karena dengan
menguasai model pembelajaran, guru akan merasakan adanya kemudahan dalam
pentransferan ilmu berupa sikap, pengetahauan, dan keterampilan sehingga tujuan
pembelajaran dapat tercapai dengan baik dan tepat. Banyak model pembelajaran yang
menekankan pada keaktifan siswa di dalam proses pembelajaran, diantaranya adalah
Discovery learning merupakan cara untuk menemukan sesuatu yang bermakna dalam
bembelajaran.

Model pembelajaran PBL merupakan cara yang dilakukan guru untuk mengajak peserta
didik dalam menelusuri suatu permasalahan yang diperoleh dari dunia nyata ataupun duniaa
maya berdasarkan maateri yang sedang dibahas. Untuk membelajarkan siswa sesuai dengan
cara-gaya belajar mereka sehingga tujuan pembelajaran dapat dicapai dengan optimal ada
berbagai model pembelajaran. Dalam prakteknya, guru harus ingat bahwa tidak ada model
pembelajaran yang paling tepat untuk segala situasi dan kondisi. Oleh karena itu, dalam
memilih model pembelajaran yang tepat haruslah memperhatikan kondisi siswa, sifat materi
bahan ajar, fasilitas-media yang tersedia, dan kondisi guru itu sendiri. Model-model
pembelajaran biasanya disusun berdasarkan berbagai prinsip atau teori sebagai pijakan dalam
pengembangannya. Biasanya mempelajari model-model pembelajaran didasarkan pada teori

1
belajar yang dikelompokan menjadi empat model pembelajaran. Model tersebut merupakan
pola umum prilaku pembelajaran untuk mencapai kompetensi/tujuan pembelajaran yang
diharapkan.

1.2.Manfaat
1. Apa pengertian model-model pembelajaran?
2. Apa saja ciri-ciri model pembelajaran?
3. Apa saja model belajar dan pembelajaran yang berorientasi pada kompetensi siswa?

1.3.Tujuan
1. Untuk mengetahui apa yang dimaksud dengan model-model pembelajaran.
2. Untuk mengetahui ciri-ciri model pembelajaran.
3. Untuk mengetahui model-model pembelajaran yang berorientasi pada kompetensi
siswa.

2
BAB II

PEMBAHASAN

2.1. Pengertian Model Pembelajaran


Model pembelajaran adalah acuan pembelajaran yang dilaksanakan berdasarkan pola-
pola pembelajaran secara sistematis. Model pembejaran tersusun atas beberapa komponen,
yaitu fokus, sintaks, sistem sosial, dan sistem pendukung. Model pembelajaran memilki
sejumlah karakteristik sebagai berikut: pertama, berdasarkan teori pendidkan dan teori belajar
dari para ahli tertentu; kedua, memilki misi atau tujuan pendidkan tertentu; ketiga, dapat
dijadikan pedoaman untuk perbaikan proses belajar mengajar di kelas, keempat, memilki
bagain-bagian model yang dinamakan urutan langakah-langkah pembelajaran (syntax),
adanya prinsip-prinsip reaksi, sistem sosial dan sistem pendukung; kelima, memilki dampak
sebagai akibat penenrapan penerapan pembelajaran dan keenam, membuat persiapan
mengajar (desain instruksional) dengan pedoman model pembelajaran yang dipilihnya.

Model pembelajaran juga merupakan cara yang dilakukan guru dalam melaksanakan
suatu pembelajaran agar konsep yang disajikan dapat dipahami oleh peserta didik. Cara yang
ditempuh guru dan peserta didik dalam pencapaian tujuan pembelajaran tematik SD/MI
dilihat dari sudut proses pembelajaran. Guru harus memahami betul pelaksanaan model
pembelajaran yang akan diguanakan dalam proses pembelajaran. Karena dengan menguasai
model pembelajaran, guru akan merasakan adanya kemudahan dalam pentransferan ilmu
berupa sikap, pengetahauan, dan keterampilan sehingga tujuan pembelajaran dapat tercapai
dengan baik dan tepat. Begitu juga dengan siswa, siswa juga akan lebih mudah memahami
materi-materi yang diberikan oleh pendidik ataupun guru.

2.2. Ciri-Ciri Model Pembeljaran


Model-model pembelajaran memiliki ciri-ciri sebagai beriku:

1. Berdasarkan teori pendidkan dan teori belajar dari para ahli tertentu.
2. Mempunyai misi atau tujuan pendidkan tertentu, misalnya model berpikir induktif
dirancang untuk mengembangkan proses berpikir induktif.
3. Dapat dijadikan pedoman untuk perbaikan kegiatan belajar mengajar di kelas,
misalnya model Synectic dirancang untuk memperbaiki kreativitas dalam pelajaran
mengarang.

3
4. Memilki bagian-bagian model yang dinamakan: (1) urutan langkah-langkah
pembelajaran (syntax); (2) adanya prinsip-prinsip reaksi; (3) sistem sosial; dan (4)
sistem pendukung. Keempat bagian tersebut merupakan pedoman praktis bila guru
akan melaksanakan suatu model pembelajaran.
5. Memiliki dampak sebagai akibat terapan model pembelajaran. Dampak tersebut
meliputi: (1) dampak pembeklajaran, yaitu hasil belajar yang dapat diukur; (2)
dampak pengiring, yaitu hasil belajar jangka panjang.
6. Membuat persiapan mengajar (desain instuksional) dengan pedoman model
pembelajaran yang dipilihnya.

2.3. Model Belajar dan Pembelajaran Berorientasi Kompetensi Siswa.


Untuk membelajarkan siswa sesuai dengan cara-gaya belajar mereka sehingga tujuan
pembelajaran dapat dicapai dengan optimal ada berbagai model pembelajaran. Dalam
prakteknya, kita (guru) harus ingat bahwa tidak ada model pembelajaran yang paling tepat
untuk segala situasi dan kondisi. Oleh karena itu, dalam memilih model pembelajaran yang
tepat haruslah memperhatikan kondisi siswa, sifat materi bahan ajar, fasilitas-media yang
tersedia, dan kondisi guru itu sendiri.

Berikut ini disajikan beberapa model pembelajaran, untuk dipilih dan dijadikan
alternatif sehingga cocok untuk situasi dan kjondisi yang dihadapi. Akan tetapi sajian yang
dikemukakan pengantarnya berupa pengertian dan rasional serta sintaks (prosedur) yang
sifatnya prinsip, modifikasinya diserahkan kepada guru untuk melakukan penyesuaian,
penulis yakin kreativitas para guru sangat tinggi.

1. Koperatif (CL, Cooperative Learning).

Pembelajaran koperatif sesuai dengan fitrah manusis sebagai makhluk sosial yang
penuh ketergantungan dengan orang lain, mempunyai tujuan dan tanggung jawab bersama,
pembegian tugas, dan rasa senasib. Dengan memanfaatkan kenyatan itu, belajar berkelompok
secara koperatif, siswa dilatih dan dibiasakan untuk saling berbagi (sharing) pengetahuan,
pengalaman, tugas, tanggung jawab. Saling membantu dan berlatih beinteraksi-komunikasi-
sosialisasi karena koperatif adalah miniature dari hidup bermasyarakat, dan belajar menyadari
kekurangan dan kelebihan masing-masing. Jadi model pembelajaran koperatif adalah
kegiatan pembelajaran dengan cara berkelompok untuk bekerja sama saling membantu
mengkontruksu konsep, menyelesaikan persoalan, atau inkuiri. Menurut teori dan
pengalaman agar kelompok kohesif (kompak-partisipatif), tiap anggota kelompok terdiri dari

4
4 s/d 5 orang siswa heterogen (kemampuan, gender, karekter), ada control dan fasilitasi, dan
meminta tanggung jawab hasil kelompok berupa laporan atau presentasi. Sintaks
pembelajaran koperatif adalah informasi, pengarahan- strategi, membentuk kelompok
heterogen, kerja kelompok, presentasi hasil kelompok, dan pelaporan.

2. Kontekstual (CTL, Contextual Teaching and Learning)

Pembelajaran kontekstual adalah pembelajaran yang dimulai dengan sajian atau tanya
jawab lisan (ramah, terbuka, negosiasi) yang terkait dengan dunia nyata kehidupan siswa
(daily life modeling), sehingga akan terasa manfaat dari materi yang akan disajkan, motivasi
belajar muncul, dunia pikiran siswa menjadi konkret, dan suasana menjadi kondusif - nyaman
dan menyenangkan. Pensip pembelajaran Lontekstual adalah aktivitas siswa, siswa
melakukan dan mengalami, tidak hanya menonton dan mencatat, dan pengembangan
kemampuan sosialisasi. Ada tujuh indokator pembelajarn kontekstual sehingga bisa
dibedakan dengan model lainnya, yaitu:

 Modeling (pemusatan perhatian, motivasi, penyampaian kompetensi-tujuan,


pengarahan-petunjuk, rambu-rambu, contoh)
 Questioning (eksplorasi, membimbing, menuntun, mengarahkan, mengembangkan,
evaluasi, inkuiri, generalisasi)
 Learning community (seluruh siswa partisipatif dalam belajar kelompok atau
individual, minds-on, hands-on, mencoba, mengerjakan)
 Inquiry (identifikasi, investigasi, hipotesis, konjektur, generalisasi, menemukan),
 Constructivisme (membangun pemahaman sendiri, mengkonstruksi konsep-aturan,
analisis - sintesis).
 Reflection (reviu, rangkuman, tindak lanjut)
 Authentic assessment (penilaian selama proses dan sesudah pembelajaran, penilaian
terhadap setiap aktvitas-usaha siswa, penilaian portofolio, penilaian seobjektif-
objektifnya dari berbagai aspek dengan berbagai cara).

5
3. Realistic Mathematics Education (RME)

Dikembangkan oleh Freud di Belanda dengan pola guided reinventiondalam


mengkontruksi konsep- aturan melalui process of mathematization, yaitu matematika
horizontal (tools, fakta, konsep, prinsip, algoritma, aturan untuk digunakan dalam
menyelesaikan persoalan, proses dunia empirik) dan vertikal (recorganisasi matematik
melalui proses dalam dunia rasio, pengemabngan matcastika). Prinsip RME adalah aktivitas
(doing) konstruksivis, realitas (kebermaknaan proses-aplikasi), pemahaman (menemukan
informal dalam konteks melalui refleksi, informal ke formal), inter-twinment (keterkaitan-
intekoneksi antar konsep), inter aksii (pembelajaran sebagai aktivitas sosial, sharing), dan
bimbingan (dari guru dalam penemuan).

4. Pembelajaran Langsung (DL, Direct Learning)

Pengetahuan yang bersifat informasi dan prosedural yang menjurus pada ketrampilan
dasar akan lebih efektif jika disampaikan dengan cara pembelajaran langsung. Sintaknya
adalah menyiapkan siswa, sajian informasi dan prosedur, latihan terbimbing, refleksi, latihan
mandiri, dan evaluasi. Cara ini sering disebut dengan metode ceramah atau ekspositori
(ceramah bervariasi).

5. Pembelajaran Berbasis masalah (PBL, Problem Based Learning)

Kehidupan adalah identik dengan menghadapi masalah. Model pembelajaran ini


melatih dan mengembangkan kemampuan untuk menyelesaikan masalah yang berorientasi
pada masalah otentik dari kehidupan aktual siswa, untuk merangsang kemamuan berpikir
tingkat tinggi. Kondisi yang tetap harus dipelihara adalah suasana kondusif, terbuka,
negosiasi, demokratis, suasana nyaman dan menyenangkan agar siswa dapat berpikir optimal.
Indikator model pembelajaran ini adalah metakognitif, elaborasi (analisis), interpretasi,
induksi, identifikasi, investigasi, eksplorasi, konjektur, sintesis, generalisasi, dan inkuiri.

6
6. Problem Solving

Dalam hal ini masalah didefinisikan sebagai suatu persoalan yang tidak rutin, belum
dikenal cara penyelesaiannya. Justru problem solving adalah mencari atau menemukan cara
penyelesaian (menemukan pola, aturan, atau algoritma). Sintaknya adalah: sajikan
permasalah yang memenuhi kriteria di atas, siswa berkelompok atau individual
mengidentifikasi pola atau atuiran yang disajikan, siswa mengidentifikasi,
mengeksplorasi,menginvestigasi, menduga, dan akhirnya menemukan solusi.

7. Problem Posing

Bentuk lain dari problem solving adaslah problem posing, yaitu pemecahan masalah
dngan melalui elaborasi, yaitu merumuskan kembali masalah menjadi bagian-bagian yang
lebih simple sehingga dipahami. Sintaknya adalah: pemahaman, jalan keluar, identifikasi
kekeliruan, menimalisasi tulisan- hitungan, cari alternative, menyusun soal pertanyaan.

8. Problem Terbuka (OE, Open Ended)

Pembelajaran dengan problem (masalah) terbuka artinya pembelajaran yang


menyajikan permasalahan dengan pemecahan berbagai cara (flexibility) dan solusinya juga
bisa beragam (multi jawab, fluency). Pembelajaran ini melatih dan menumbuhkan orisinilitas
ide, kreativitas, kognitif tinggi, kritis, komunikasi-interaksi, sharing, keterbukaan, dan
sosialisasi. Siswa dituntut untuk berimprovisasi mengembangkan metode, cara, atau
pendekatan yang bervariasi dalam memperoleh jawaban, jawaban siswa beragam.
Selanjutnya siswa juga diminta untuk menjelaskan proses mencapai jawaban tersebut.
Dengan demikian model pembelajaran ini lebih mementingkan proses daripada produk yang
akan membentiuk pola piker, keterpasuan, keterbukaan, dan ragam berpikir. Sajian masalah
haruslah kontekstual kaya makna secara matematik (gunakan gambar, diagram, table),
kembangkan peremasalahan sesuai dengan kemampuan berpikir siswa, kaitakkan dengan
materi selanjutnya, siapkan rencana bimbingan (sedikit demi sedikit dilepas mandiri).
Sintaknya adlaha menyajikan masalah, pengorganisasian pembelajaran, perhatikan dan catat
reson siswa, bimbingan dan pengarahan, membuat kesimpulan.

7
9. Probing prompting

Teknik probing-prompting adalah pembelajaran dengan cara guru menyajikan


serangkaian petanyaan yang sifatnya menuntun dan menggali sehingga terjadi proses berpikir
yang mengaitkan engetahuan sisap siswa dan pengalamannya dengan pengetahuan baru yang
sedang dipelajari. Selanjutnya siswa mengkonstruksi konsep-prinsip-aturan menjadi
pengetahuan baru, dengan demikian pengetahuan baru tidak diberitahukan. Dengan model
pembelajaran ini proses tanya jawab dilakukan dengan menunjuk siswa secara acak sehingga
setiap siswa mau tidak mau harus berpartisipasi aktif, siswa tidak bisa menghindar dari prses
pembelajaran, setiap saat ia bisa dilibatkan dalam proses tanya jawab. Kemungkinan akan
terjadi sausana tegang, namun demikian bisa dibiasakan. Untuk mngurangi kondisi tersebut,
guru hendaknya serangkaian pertanyaan disertai dengan wajah ramah, suara menyejukkan,
nada lembut. Ada canda, senyum, dan tertawa, sehingga suasana menjadi nyaman,
menyenangkan, dan ceria. Jangan lupa, bahwa jawaban siswa yang salah harus dihargai
karena salah adalah cirinya dia sedang belajar, ia telah berpartisipasi

10. Pembelajaran Bersiklus (cycle learning)

Ramsey (1993) mengemukakan bahwa pembelajaran efektif secara bersiklus, mulai


dari eksplorasi (deskripsi), kemudian eksplanasi (empiric), dan diakhiri dengan aplikasi
(aduktif). Eksplorasi berarti menggali pengetahuan rasyarat, eksplnasi berarti menghenalkan
konsep baru dan alternative pemecahan, dan aplikasi berarti menggunakan konsep dalam
konteks yang berbeda.

11. Reciprocal Learning

Weinstein & Meyer (1998) mengemukakan bahwa dalam pembelajaran harus


memperhatikan empat hal, yaitu bagaimana siswa belajar, mengingat, berpikir, dan
memotivasi diri. Sedangkan Resnik (1999) mengemukan bahawa belajar efektif dengan cara
membaca bermakna, merangkum, bertanya, representasi, hipotesis. Untuk mewujudkan
belajar efektif, Donna Meyer (1999) mengemukakan cara pembelajaran resiprokal, yaitu:
informasi, pengarahan, berkelompok mengerjakan LKS -modul, membaca-merangkum.

8
12. SAVI

Pembelajaran SAVI adalah pembelajaran yang menekankan bahwa belajar baruslah


memanfaatkan semua alat indar yang dimiliki siswa. Istilah SAVI sendiri adalah kependekan
dari: Somatic yang bermakna gerakan tubuh (hands-on, aktivitas fisik) di mana belajar
dengan mengalami dan melakukan; Auditory yang bermakna bahwa belajar haruslah dengan
melaluui mendengarkan, menyimak, berbicara, presentasi, argumentasi, mengemukakan
penndepat, dan mennaggapi; Visualization yang bermakna belajar haruslah menggunakan
indra mata melalui mengamati, menggambar, mendemonstrasikan, membaca, menggunbakan
media dan alat peraga; dan Intellectualy yang bermakna bahawa belajar haruslah
menggunakan kemampuan berpikir (minds-on) nbelajar haruslah dengan konsentrasi pikiran
dan berlatih menggunakannya melalui bernalar, menyelidiki, mengidentifikasi, menemukan,
mencipta, mengkonstruksi, memecahkan masalah, dan menerapkan.

9
BAB III

PENUTUP

3.1 Kesimpulan
Model pembelajaran adalah acuan pembelajaran yang dilaksanakan berdasarkan pola-
pola pembelajaran secara sistematis. Model pembejaran tersusun atas beberapa komponen,
yaitu fokus, sintaks, sistem sosial, dan sistem pendukung. Model pembelajaran juga
merupakan cara yang dilakukan guru dalam melaksanakan suatu pembelajaran agar konsep
yang disajikan dapat dipahami oleh peserta didik. Model pembelajaran memilki sejumlah
karakteristik sebagai berikut: pertama, berdasarkan teori pendidkan dan teori belajar dari para
ahli tertentu; kedua, memilki misi atau tujuan pendidkan tertentu; ketiga, dapat dijadikan
pedoaman untuk perbaikan proses belajar mengajar di kelas, keempat, memilki bagain-bagian
model yang dinamakan urutan langakah-langkah pembelajaran (syntax), adanya prinsip-
prinsip reaksi, sistem sosial dan sistem pendukung; kelima, memilki dampak sebagai akibat
penenrapan penerapan pembelajaran dan keenam, membuat persiapan mengajar (desain
instruksional) dengan pedoman model pembelajaran yang dipilihnya.

3.2. Saran

Demikian yang dapat kami paparkan mengenai materi yang menjadi pokok bahasan
dalam makalah ini, tentunya masih banyak kekurangan dan kelemahan dalam pembuatan
makalah kami ini. Penulis banyak berharap para pembaca sudi memberikan saran yang
membangun kepada penulis demi sempurnanya makalah ini dan dan penulisan makalah di
kesempatan-kesempatan berikutnya. Semoga makalah ini berguna bagi penulis pada
khususnya juga para pembaca pada umumnya.

10
DAFTAR PUSTAKA

Lubis, Maulana Arafat dan Nashran Azizan, Pembelajaran Tematik SD/MI, Yogyakarta:
Samudra Biru, 2019.

Prastowo, Andi, Menyusun Rencana Pelaksanaan Pembelajaran (RPP) Tematik Terpadu,


Jakarta: Kencana, 2017.

Rusman, MODEL-MODEL PEMBELAJARAN Mengembangkan Profesionalisme Guru,


Jakarta: Rajawali Pers, 2014.

Suherman, E. (2008). Model belajar dan pembelajaran berorientasi kompetensi


siswa. Educare.

11

Anda mungkin juga menyukai