Anda di halaman 1dari 29

MAKALAH STRATEGI PEMBELAJARAN SEJARAH

RAGAM MODEL PEMBELAJARAN SEJARAH

Dosen Pengampu : Ricu Sidiq, S.Pd., M.Pd.

Disusun Oleh :
Brata Malau (3193321011)

PENDIDIKAN SEJARAH
FAKULTAS ILMU SOSIAL
UNIVERSITAS NEGERI MEDAN
2021
KATA PENGANTAR

Puji syukur kami ucapkan kehadirat Tuhan Yang Maha Esa, atas rahmat dan
hidayah-Nya makalah yang berjudul “Ragam Model Pembelajaran Sejarah” ini
dapat diselesaikan tepat waktu. Tulisan ini berisi tentang Model Pembelajaran
Sejarah.
Kami juga tidak lupa mengucapkan terimakasih atas dorongan dan bimbingan
dari dosen pengampu mata kuliah Strategi Pembelajaran Sejarah, bpk Ricu Sidiq,
S.Pd., M.Pd. karena kuliah dan bimbingannya kami dapat menyelesaikan makalah
ini.
Penulis menyadari bahwa pada penulisan ini terdapat kekurangan dan jauh
dari kesempurnaan baik dari isi maupun cara penulisanya, demi kesempurnaan
tugas yang akan datang penulis mengharapkan berbagai saran dan kritik yang
bersifat membangun dari pembaca. Atas perhatian semua pihak, di sampaikan
terimakasih.

Medan, Mei 2021

Brata Malau

i
DAFTAR ISI

KATA PENGANTAR....................................................................................i

DAFTAR ISI...................................................................................................ii

BAB I PENDAHULUAN

1.1 LATAR BELAKANG........................................................................1


1.2 RUMUSAN MASALAH...................................................................1
1.3 TUJUAN PENULISAN.....................................................................2
1.4 MANFAAT TULISAN......................................................................2

BAB II PEMBAHASAN

2.1 Pengertian Model Pembelajaran Sejarah.............................................3

2.2 Fungsi Model Pembelajaran Sejarah...................................................6

2.3 Dasar Pertimbangan Pemilihan Model Pembelajaran.........................10

2.4 Model-Model Pembelajaran Sejarah...................................................11

2.5 Pengembangan Model Pembelajaran Inovatif Sejarah........................15

BAB III PENUTUP

3.1 KESIMPULAN...........................................................................................24

3.2 SARAN.......................................................................................................25

DAFTAR PUSTAKA..................................................................................26

ii
BAB I

PENDAHULUAN

1.1 LATAR BELAKANG

Istilah model pembelajran amat dekat dengan strategi pembelajaran. Strategi


pembelajaran menurut Kemp (1995) adalah suatu kegiatan pembelajaran yang
dikerjakan guru dan siswa agar tujuan pembelajaran dapat dicapai secara efektif
dan efisien. Senada dengan pendapatnya Kemp, Dick and Carey (1985) juga
menyebutkan bahwa strategi pembelajaran itu adalah suatu perangkat materi dan
prosedur pembelajaran yang digunakan secara bersama-sama untuk menimbulkan
hasil belajar pada peserta didik atau siswa. Upaya mengimplementasi rencana
pembelajaran yang telah disusun dalam kegiatan nyata agar tujuan yang telah
disusun dapat tercapai secara optimal, maka diperlukan suatu metode yang
digunakan untuk merealisasikan strategi yang telah diterapkan.
Dengan demikian bisa terjadi satu strategi pembelajaran menggunakan
beberapa metode. Misalnya untuk melaksanakan strategi ekspositor bisa
digunakan metode ceramah sekaligus metode tanya jawab atau bahkan diskusi
dengan memanfaatkan sumber daya yang tersedia termaksuk menggunakan media
pembelajaran. Oleh sebab itu, strategi berbeda dengan metode. Strategi
menunjukkan pada sebuah perencanaan untuk mencapai sesuatu, sedang metode
adalah cara yang dapat digunakan untuk melaksanakan strategi.
Para ahli menyusun model pembelajaran berdasarkan prinsip–prinsip
pembelajaran, teori–teori psikologi, sosiologis, analisis sistem, atau teori–teori
lain yang mendukung (Joyce& Weil: 1980). Model pembelajaran dapat dijadikan
pola pilihan, artinya guru dapat memilih model yang sesuai dan efisien untuk
mencapai tujuan pembelajarannya.

1.2 RUMUSAN MASALAH


Rumusan pada makalah ini dengan judul “Ragam Model Pembelajaran
Sejarah” dapat dilihat sebagai berikut:
1) Apa yang dimaksud dengan Model Pembelajaran Sejarah?

1
2) Apa saja fungsi dari Model Pembelajaran Sejarah?
3) Apa saja Dasar Pertimbangan Model Pembelajaran Sejarah?
4) Apa aja Model-Model Pembelajaran Sejarah?
5) Apa saja Pengembangan Model Pembelajaran Inovatif Sejarah?

1.3 TUJUAN PENULISAN


Berdasarkan rumusan masalah di atas, maka tujuan dari penulisan makalah ini,
yaitu sebagai berikut:
1) Untuk Mengetahui yang dimaksud dengan model pembelajaran sejarah.
2) Untuk mengetahui fungsi dari model pembelajaran sejarah.
3) Untuk mengetahui dasar pertimbangan model pembelajaran sejarah.
4) Untuk mengetahui apa saja model-model pembelajaran sejarah.
5) Untuk mengetahui model pembelajaran inovatif sejarah.

1.4 MANFAAT PENULISAN


Manfaat penulisan makalah ini sebagai berikut:
1) Untuk pengembangan keilmuan tentang model pembelajaran sejarah.
2) Mengetahui apa saja model-model pembelajaran sejarah.
3) Mampu memahami dan mengerti tentang ragam model pembelajaran
sejarah.

2
BAB II

PEMBAHASAN

2.1 PENGERTIAN MODEL PEMBELAJARAN SEJARAH

Menurut Joyce, et al. (1980: 98) bahwa model pembelajaran mengacu pada
pendekatan pembelajaran yang akan diterapkan. Model pembelajaran,
sebagaimana yang ditulis oleh Jacobsen, Eggen, dan Kauchak (2009) menyatakan
bahwa model pembelajaran dimaksudkan sebagai strategi perspektif pembelajaran
yang dirancang untuk mencapai tujuan pembelajaran. Arends (2012) menyatakan
bahwa model pembelajaran mengacu pada pendekatan pembelajaran yang akan
diterapkan. Menurutnya terdapat empat ciri khas model pembelajaran, yaitu: 1)
rasional teoritis yang bersifat logis yang bersumber dari perancangan; 2) dasar
pemikiran tentang tugas pembelajaran yang hendak dicapai dan bagaimana siswa
belajar untuk mencapai tujuan tersebut; 3) aktivitas guru yang diperlukan agar
model pembelajaran dapat dilaksanakan; dan 4) lingkungan belajar yang
diperlukan untuk mencapai tujuan pembelajaran.

Hal ini sejalan dengan Komalasari (2011: 57) bahwa model pembelajaran pada
dasarnya merupakan bentuk pembelajaran yang tergambar dari awal sampai akhir
yang disajikan secara khas oleh guru. Sedangkan menurut Suprijono (2011: 46)
model pembelajaran didefinisikan sebagai kerangka konseptual yang melukiskan
prosedur sistematis dalam mengorganisasikan pengalaman belajar untuk mencapai
tujuan belajar.

Rumusan di atas dapat diketahui bahwa model pembelajaran merupakan


petunjuk bagi guru dalam merencanakan dan melaksanakan pembelajaran di
kelas. Sebagaimana ditegaskan Hasan (2012: 93) bahwa pendekatan “curriculum
based” atau “school based” menuntut implementasi kurikulum sebagai satu
kesatuan pelaksanaan guru di sekolah dalam satu kesatuan. Guru di bawah
pimpinan kepala sekolah secara bersama-sama (sebagai suatu “community of
educators”) merencanakan implementasi kurikulum, melaksanakan proses
implementasi di kelas dan dalam penilaian hasil belajar serta langkah tindak

3
lanjut. Implementasi kurikulum yang berdasarkan “subject-based” secara terpisah
dan dilakukan guru secara terpisah pula, sebagaimana yang banyak dilaksanakan
di sekolah pada saat sekarang, menimbulkan ancaman ketidakberhasilan
penerapan belajar aktif.

Lagipula, praktik semacam itu tidak bersesuaian dengan pengertian kurikulum


yang dikemukakan diawal bagian ini. Keberhasilan implementasi kurikulum
sebagai satu kesatuan ide pedagogis pengembang kurikulum menjadi keharusan
dalam kurikulum yang mengembangkan konten keterampilan, nilai, dan sikap.
Pelaksanaan implementasi kurikulum sebagaimana yang banyak dilakukan pada
saat sekarang hanya sesuai untuk kurikulum yang berfokus pada pengembangan
konten pengetahuan berupa hafalan dan pemahaman terhadap pengetahuan
(tentang fakta, istilah, kategori, definisi, pendapat, prosedur, prinsip, generalisasi,
teori, teknik, metoda, kriteria, dan sebagainya).

Pendidikan sejarah di era global dituntut kontribusinya untuk lebih


menumbuhkan kesadaran sejarah, baik pada posisinya sebagai anggota
masyarakat maupun warga negara, serta mempertebal semangat kebangsaan dan
rasa cinta tanah air tanpa mengabaikan rasa kebersamaan dalam kehidupan antar
bangsa di dunia. Pendidikan sejarah dapat meningkatkan kesadaran sejarah guna
membangun kepribadian dan sikap mental peserta didik, serta membangkitkan
kesadaran akan suatu dimensi yang paling mendasar dari keberadaan manusia,
yakni kontinuitas. Kontinuitas pada dasarnya adalah gerakan peralihan secara
terus menerus dari masa lampu ke masa kini dan masa depan. Selain itu
pendidikan sejarah dituntut pula untuk memperhatikan pengembangan
keterampilan berfikir dalam proses pembelajarannya (Ismaun, 2005: 3).

Melalui pendidikan sejarah peserta didik diajak menelaah keterkaitan


kehidupan yang dialami diri, masyarakat dan bangsanya. Sehingga mereka
tumbuh menjadi generasi muda yang memiliki kesadaran sejarah, mendapatkan
inspirasi ataupun hikmah dari kisah-kisah pahlawan, maupun tragedi nasional,
yang pada akhirnya mendorong terbentuknya pola berfikir rasional, kritis, empiris,
dan yang tidak kalah pentingnya ialah pembelajaran sejarah yang

4
mengembangkan sikap mau menghargai nilai-nilai kemanusiaan. Untuk itu
diperlukan model pendekatan pembelajaran yang sesuai dengan tujuan.

Model pembelajaran menurut Joyce, et al. (1980: 99), yaitu suatu perencanaan
atau pola yang digunakan sebagai pedoman dalam merencanakan pembelajaran di
kelas atau pembelajaran dalam tutorial, dan untuk menentukan perangkat-
perangkat pembelajaran termasuk di dalamnya buku-buku, film, komputer,
kurikulum, dan lain-lain. Selanjutnya ia mengatakan bahwa setiap model
pembelajaran mengarahkan guru ke dalam mendesain pembelajaran untuk
membantu peserta didik sedemikian rupa sehingga tujuan pembelajaran tercapai.
Ia juga berpendapat bahwa model pembelajaran jika dirancang dengan baik akan
memberikan kerangka dan arahan bagi guru untuk mengajar.

Dengan demikian model pembelajaran sejarah dapat diartikan sebagai


kerangka konseptual yang menggambarkan prosedur yang sistematis dalam
mengorganisasikan pengalaman belajar sejarah, untuk mencapai tujuan
pembelajaran tertentu. Adapun fungsinya adalah sebagai pedoman bagi para
perancang pembelajaran dan pengajar IPS dalam merencanakan aktivitas belajar
mengajar.

Merujuk kepada pemikiran Djamarah dan Zain (2006: 54) ada lima kegiatan
utama dalam merancang strategi pembelajaran, yakni: 1) Mengidentifikasi
kemampuan kondisi awal peserta didik, serta menetapkan spesifikasi dan
kualifikasi perubahan tingkah laku dan kepribadian peserta didik sebagaimana
diharapkan; 2) Memilih sistem pendekatan pembelajaran sejarah berdasarkan
aspirasi dan pandangan hidup masyarakat; 3) Memilih dan menetapkan prosedur,
metode, dan teknik mengajar sejarah yang dianggap paling cocok dan efektif
sehingga dapat dijadikan pegangan oleh guru dalam memunaikan tugasnya; 4)
Menetapkan norma-norma dan batas minimal keberhasilan atau kriteria serta
standar keberhasilan agar dapat dijadikan pedoman oleh guru dalam melakukan;
5) Evaluasi baik proses maupun hasil belajar sejarah, yang selanjutnya akan
dijadikan umpan balik untuk penyempurnaan sistem pembelajaran secara
keseluruhan.

5
Belajar sejarah, berarti peserta didik mampu berpikir kritis dan mampu
mengkaji setiap perubahan di lingkungannya, serta memiliki kesadaran akan
perubahan dan nilai-nilai yang terkandung dalam setiap peristiwa sejarah.
Pembelajaran sejarah yang baik adalah pembelajaran yang mampu menumbuhkan
kemampuan siswa dalam memahami nilai-nilai lokal. Untuk menjawab tantangan
ini, maka diperlukan program pembelajaran sejarah yang berorientasi pada masa
depan, melibatkan peranan siswa secara penuh, dan membangun sikap kritis
dalam pembelajaran sejarah. Bagi peserta didik, terlebih di tingkat SMA, maka
sikap kritis dalam pembelajaran sejarah adalah tujuan yang hendak dicapai
sebagaimana dijabarkan dalam Kompetensi Inti (KI) dan Kompetensi Dasar (KD)
kurikulum sejarah dalam konteks Kurikulum 2013. Dengan demikian, kesan
bahwa pembelajaran sejarah hanyalah sebagai pelajaran hafalan, perlu
direinterpretasi.

Pembelajaran sejarah kritis harus segera dilembagakan di sekolah-sekolah,


dalam rangka memacu daya intelektualitas siswa menyangkut peristiwa-peristiwa
lampau yang dibaca dalam kacamata kekinian (kontekstual). Pembelajaran kritis
harus menyentuh wilayah intelektual siswa, dan mampu membangun pemikiran
interpretatif tentang peristiwa sejarah terutama menyangkut peristiwa-peristiwa
yang faktanya masih bersifat lunak.

Untuk membangun pembelajaran sejarah yang future oriented, maka


diperlukan perangkat-perangkat yang mendukung baik hardware maupun
software. Untuk itu, perlu dievaluasi perangkat-perangkat pendukung
pembelajaran tersebut, seperti halnya yang menyangkut kompetensi pedagogik
dan akademik guru, sarana pendukung, motivasi siswa, latar belakang ekonomi
siswa, materi pelajaran, dan lain sebagainya yang berhubungan dengan
keberhasilan program pembelajaran sejarah di SMA (Aman, 2012: 3).

2.2 FUNGSI MODEL PEMBELAJARAN SEJARAH


Model pembelajaran dapat berfungsi sebagai sarana komunikasi yang penting,
baik itu yang menyangkut pembelajaran di dalam kelas, maupun di luar kelas
untuk mengawasi peserta didik. Suatu model pembelajaran merupakan gambaran
dari lingkungan pembelajaran yang juga meliputi perilaku sebagai guru saat

6
model tersebut diterapkan. Pada hakekatnya, suasana pembelajaran tersebut dapat
membantu peserta didik untuk memperoleh informasi, ide, keterampilan, nilai,
cara berpikir, sarana untuk mengekspresikan dirinya, atau pun bagaimana cara
belajar yang baik. Dalam kenyataan yang sesungguhnya, hasil akhir berupa nilai
prestasi menjadi tujuan utama pembelajaran dibandingkan manfaat yang diterima
oleh peserta didik saat proses belajar mengajar.

Hal tersebut sesuai dengan pentingnya manfaat sebuah proses pembelajaran


untuk meningkatkan kemampuan belajar peserta didiknya di masa yang akan
datang. Oleh karena itu, proses belajar mengajar tidak hanya memiliki makna
untuk menggambarkan kekinian saja, akan tetapi juga harus beroriantasi kedepan.
Dari uraian di atas, dapat disimpulkan bahwa proses belajar mengajar harus dapat
memberikan manfaat pada setiap peserta didik, terutama kemampuan berpikir
kritis. Hal ini jika dikaitkkan dengan penelitian ini adalah manfaat dari model
pembelajaran ini harus dapat meningkatkan daya pikir kritis peserta didik untuk
pemahaman terhadap materi.

Model pembelajaran sejarah dapat diartikan sebagai kerangka konseptual yang


menggambarkan prosedur yang sistematis dalam mengorganisasikan pengalaman
belajar sejarah, untuk mencapai tujuan pembelajaran tertentu. Adapun fungsinya
adalah sebagai pedoman bagi para perancang pembelajaran dan pengajar sejarah
dalam merencanakan aktivitas belajar mengajar. (Selami, 2011: 119). Model
pembelajaran ini juga bisa berfungsi untuk meningkatkan minat belajar dan
menumbuhkan kesadaran peserta didik, dan juga bisa merasakan mamfaat dari
sejarah.

Adapun Fungsi model pembelajaran ini adalah sebagai berikut:

a. Pedoman bagi pera perancang pembelajaran dan para pengajar dalam


merencanakan kegiatan pembelajaran.
b. Pedoman bagi dosen/guru dalam melaksanakan pembelajaran sehingga
dosen/guru dapat menentukan langkah dan segala sesuatu yang dibutuhkan
dalam pembelajaran tersebut.

7
c. Memudahkan para dosen/guru dalam membelajarkan para muridnya gunu
mencapai tujuan pembelajaran yang telah di tetapkan.
d. Membantu peserta didik memperoleh informasi, ide, keterampilan, dan
nilai-nilai , cara berpikir, dan belajar, serta bagaimana cara belajar untuk
mencapai tujuan pembelajaran. (Tarbawy, 2019: 23).

Ada juga yang berpendapat bahwa fungsi model pembelajaran itu adalah:

 Membantu serta membimbing para guru untuk memilih strategi, teknik,


atau metode agar bisa tercapai tujuan dalam pembelajaran.
 Membantu para guru untuk membuat perubahan tingkah laku pada siswa
atau peserta didiknya.
 Membantu para guru dalam memilih cara dan sarana untuk menciptakan
lingkungan yang sesuai dalam proses pembelajaran.
 Menciptakan interaksi dan komunikasi antara pengajar dan peserta didik
selama proses pembelajaran.
 Membantu para guru untuk membangun silabus atau kurikulum pada suatu
pelajaran atau matakuliah.
 Membantu para guru dalam memilih materi yang tepat, penyusunan RPP,
dan silabus.
 Membantu para guru dalam penyusunan kegiatan yang sesuai.
 Menjadi bahan prosedur yang menarik dan efektif untuk sumber materi
pembelajaran.
 Membantu dalam merangsang perkembangan inovasi pendidikan atau
pembelajaran yang baru.
 Komunikasi dalam informasi teori mengajar.
 Membangun hubungan secara empris antara belajar dan mengajar.

Banyak model pembelajaran yang telah ditemukan atau dikembangkan oleh


para pakar pendidikan dan pembelajaran. Untuk menjadi seorang guru yang
profesional, pengetahuan tentang model-model pembelajaran harus dimiliki oleh
guru dengan baik. Sebab, model pembelajaran memiliki beberapa fungsi. Fungsi
model pembelajaran tersebut adalah:

8
a. Membantu dan membimbing guru untuk memilih teknik, strategi, dan
metode pembelajaran agar tujuan pembelajaran tercapai. Seperti telah
dipelajari sebelumnya bahwa model pembelajaran pada dasarnya memuat
metode, strategi, teknik, dan taktik pembelajaran. Untuk itu,ketika guru
menggunakan model pembelajaran tertentu secara otomatis dia/ia akan
mengetahui taktik, teknik, strategi, dan metode pembelajaran yang akan
dilakukan. Tentang metode pembelajaran dapat diikuti pembahasan
selanjutnya.
b. Membantu guru untuk menciptakan perubahan perilaku peserta didik yang
diinginkan. Guru telah mengetahui bahwa model pembelajaran digunakan
untuk merealisasikan target pembelajaran atau tujuan pembelajaran dalam
RPP dan implementasinya dalam pembelajaran. Bentuk perubahan perilaku
yang ditargetkan pada siswa sebenarnya termuat dalam rumusan tujuan
pembelajaran.
c. Membantu guru dalam menentukan cara dan sarana untuk menciptakan
lingkungan yang sesuai untuk melaksanakan pembelajaran. Ketika guru
menetapkan untuk menggunakan model pembelajaran tertentu, secara
otomatis guru harus menentukan cara dan sarana agar tercipta lingkungan
seperti yang dikehendaki dalam model pembelajaran yang guru pilih.
d. Membantu menciptakan interaksi antara guru dan siswa yang diinginkan
selama proses pembelajaran berlangsung. Dengan model pembelajaran, guru
dapat mempunyai pedoman untuk berinteraksi dengan siswa selama proses
pembelajaran berlangsung. Misalnya cara mengkomunikasikan informasi,
cara memunculkan masalah, cara menanggapi pertanyaan dan jawaban
siswa, cara membangkitkan semangat siswa, dan lain-lain.
e. Membantu guru dalam mengkonstruk kurikulum, silabus, atau konten
dalam suatu pelajaran atau matakuliah. Dengan memahami model-model
pembelajaran, dapat membantu guru untuk mengembangkan dan
mengkonstruk kurikulum atau program pembelajaran pada suatu mata
pelajaran atau mata kuliah.
f. Membantu guru atau instruktur dalam memilih materi pembelajaran yang
tepat untuk pembelajaran, penyusunan RPP, dan silabus. Dengan memahami

9
model pembelajaran yang baik, guru akan terbantu dalam menganalisis dan
menetapkan materi yang dipikirkan sesuai untuk siswa.
g. Membantu guru dalam merancang kegiatan pendidikan atau pembelajaran
yang sesuai.
h. Memberikan bahan prosedur untuk mengembangkan materi dan sumber
belajar yang menarik dan efektif. Dalam setiap model pembelajaran ada
sistem pendukung. Dengan sistem pendukung pada model pembelajaran
tertentu, guru akan terbimbing untuk mengembangkan materi dan sumber
belajar, misalnya membuat handout, modul, diktat, dan lain-lain.
i. Merangsang pengembangan inovasi pendidikan atau pembelajaran baru.
Dengan memahami dan menerapkan model-model pembelajaran, guru
mungkin menemukan beberapa kendala. Jika kendala-kendala yang
ditemukan kemudian dicarikan solusinya, maka akan memunculkan ide
model atau strategi pembelajaran baru.
j. Membantu mengkomunikasikan informasi tentang teori mengajar. Setiap
model pembelajaran tentu memerlukan teori-teori mengajar berupa
pendekatan, strategi, metode, teknik, dan taktik. Oleh karena itu, ketika guru
menggunakan model pembelajaran tertentu secara otomatis guru akan
mengkomunikasikan teori-teori tentang mengajar seperti yang telah
disebutkan.
k. Membantu membangun hubungan antara belajar dan mengajar secara
empiris. Ketika guru menerapkan model pembelajaran tertentu, guru akan
mengamati aktivitas belajar dan mengajar dalam suatu kegiatan
pembelajaran. Dalam proses pembelajaran dengan model pembelajaran
tertentu guru dapat terpandu untuk membangun hubungan antara kegiatan
yang dilakukan oleh siswa dan kegiatan yang dilakukan oleh guru.

2.3 DASAR PERTIMBANGAN PEMILIHAN MODEL PEMBELAJARAN


Sebelum menentukan model pembelajaran yang akan digunakan dalam
kegiatan pembelajaran, ada beberapa hal yang harus dipertimbangkan guru dalam
memilihnya, yaitu.

10
1. Pertimbangan terhadap tujuan yang hendak dicapai. Pertanyaan–pertanyaan
yang dapat diajukan adalah : a) Apakah tujuan pembelajaran yang ingin
dicapai berkenaan dengan kompetensi akademik, kepribadian, sosial dan
kompetensi vokasional atau yang dulu diistilahkan dengan domain kognitif,
afektif atau psikomotor? b) Bagaimana kompleksitas tujuan pembelajaran
yang ingin dicapai? Dan c) Apakah untuk mencapai tujuan itu memerlukan
keterampilan akademik?
2. Pertimbangan yang berhubungan dengan bahan atau materi pembelajaran: a)
Apakah materi pelajaran itu berupa fakta, konsep, hukum atau teori tertentu?
b) Apakah untuk mempelajari materi pembelajaran itu memerlukan prasyarat
atau tidak? c) Apakah tersedia bahan atau sumber–sumber yang relevan untuk
mempelajari materi itu?
3. Pertimbangan dari sudut peserta didik atau siswa: a) Apakah model
pembelajaran sesuai dengan tingkat kematangan peserta didik? b) Apakah
model pembelajaran sesuai dengan minat, bakat, dan kondisi peserta didik? c)
Apakah model pembelajaran itu sesuai dengan gaya belajar peserta didik?
4. Pertimbangan lainnya yang bersifat nonteknis: a) Apakah untuk mencapai
tujuan cukup dengan satu model saja? b) Apakah model pembelajaran yang
kita tetapkan dianggap satu–satunya model yang dapat digunakan? c) Apakah
model pembelajaran itu memiliki nilai efektivitas atau efisiensi?

2.4 MODEL-MODEL PEMBELAJARAN SEJARAH


Model mengajar yang telah dikembangkan dan di tes keberlakuannya oleh para
pakar pendidikan dengan mengklasifikasi model pembelajaran pada empat
kelompok yaitu :

1. Model pembelajaran pemrosesan informasi (information processing


Models)

Model ini menjelaskan bagaimana cara individu member respon yang datang
dari lingkungannya dengan cara mengorganisasikan data, memformulasikan
masalah, membangun konsep dan rencana pemecahan masalah serta penggunaan
simbol simbol verbal dan non verbal. Model ini memberikan kepada peserta didik
sejumlah konsep, pengetesan hipotesis, dan memusatkan perhtian pada

11
kengembangan kemampuan kreatif. Model pengelolaan informasiini secara umum
dapat diterapkan pada sasaran belajar dan berbagai usia dalam mempelajari
individu dan masyarakat. Karena itu, model ini poten-sial untuk digunakan dalam
mencapai tujuan-tujuan yang berdimensi personal dan sosial di samping yang
berdimensi intelektual.

Model ini didasari oleh teori belajar kognitif (Piaget) dan berorientasi pada
kemampuan peserta didik memproses informasi yang dapat memperbaiki
kemampuannya. Pemrosesan Informasi merujuk pada cara
mengumpulkan/menerima stimuli dari lingkungan, mengorganisasi data,
memecahkan masalah, menemukan konsep, dan menggunakan simbol verbal dan
visual. Perkembangan merupakan hasil komulatif dari pembelajaran. Dalam
pembelajaran terjadi proses penerimaan informasi yang kemudian diolah sehingga
menghasilkan output dalam bentuk hasil belajar. Dalam pemrosesan informasi
terjadi interaksi antara kondisi internal (keadaan individu, proses kognitif) dan
kondisi-kondisi eksternal (rangsangan dari lingkungan). Interaksi antar keduanya
akan menghasilkan hasil belajar. Pembelajaran merupakan keluaran dari
pemrosesan informasi yang berupa kecakapan manusia (human capitalities) yang
terdiri dari : (1) informasi verbal, (2) kecakapan intelektual, (3) strategi kognitif,
(4) sikap, dan (5) kecakapan motorik.

2. Model pembelajaran personal (personal famly)

Model ini merupakan rumpun model pembelajaran yang menekankan kepada


proses mengembangkan kepribadian individu peserta didik dengan memperhatian
kehidupan emosional. Proses pendidikan sengaja diusahakan untuk
memungkinkan seseorang dapat memahami dirinya sendiri dengan baik, memikul
tanggun jawab, dan lebih kreatif untuk mencapai kualitas hidup yang lebih baik.
Model ini memusatkan perhatian pada pandangan perseo-rangan dan berusah
menggalakkan kemamdirian yang produktif, sehingga manusia menjadi semakin
sadar diri dan bertanggung jawab atas tujuannya.

Model personal menekankan pada pengembangan konsep diri setiap individu.


Hal ini meliputi pengembangan proses individu dan membangun serta

12
mengorganisasikan dirinya sendiri. Model memfokuskan pada konsep diri yang
kuat dan realistis untuk membantu membangun hubungan yang produktif dengan
orang lain dan lingungannya. Model ini bertitik tolak dari teori Humanistik, yaitu
berorientasi pada pengembangan individu. Perhatian utamanya pada emosional
peserta didik dalam mengembangkan hubungan yang produktif dengan
lingkungannya. Model ini menjadikan pribadi peserta didik mampu membentuk
hubungan harmonis serta mampu memproses informasi secara efektif. Menurut
teori ini, guru harus berupaya menciptakan kondisi kelas yang kondusif, agar
peserta didik merasa bebas dalam belajar mengembangkan dirin baik emosional
maupun intelektual. Teori humanistik timbul sebagai cara untuk memanusiakan
manusia. Pada teori humanistik ini, pendidik seharusnya berperan sebagai
pendorong bukan menahan sensivitas peserta didik terhadap perasaanya.

3. Model pembelajaran sosial (Sosial Famly)

Model ini menekankan pada usaha mengembangkan kemampuan peserta didik


agar memiliki kecakapan untuk berhubungan dengan orang lain sebagai usaha
membangun sikap peserta ddik yang demokratis dengan menghargai setiap
perbedaan dalam realitas social. Inti dari model sosial ini adalah konsep “synergy”
yaitu energy atau tenaga yang terhimpun melalui kerjasama sebagai salah satu
fenomena kehidupan masyarakat. Dengan menerapkan model sosial pembelajaran
diarahkan pada upaya melibatkan peserta didik dalam menghayati, mengkaji,
menerapkan dan menerima fungsi dan peran social. Model sosial ini dirancang
untuk memanfaatkan fenomena kerjasama, membimbing peserta didik
mendefinisikan masalah, mengeksplorasi berbagai cakrawala mengenai masalah,
mengumpukan data yang relevan, dan mengembangkan serta menguji hipotesis.
Karena itu guru seyogyanya mengorganisasikan belajar melalui kerja kelompok
dan mengarahkannya. Jadi pendidikan harus diorganisasikan dengan cara
melakukan penelitian bersama (cooperative inquiry) terhadap masalah-masalah
sosial dan masalah-masalah akademis.

Model-model pembelajaran yang termasuk dalam rumpun sosial ini


menekankan hubungan individu dengan masyarakat atau orang lain. Model-model
ini memfokuskan pada proses negosiasi sosial. Model-model pembelajaran dalam

13
kelompok ini memberikan prioritas pada peningkatan kemampuan individu untuk
berhubungan dengan orang lain dalam upaya peningkatan proses demokratis
dalam bermasyarakat secara produktif. Model interaksi sosial menekankan pada
hubungan personal dan sosial kemasyarakatan diantara peserta didik. Model
tersebut berfokus pada peningkatan kemampuan peserta didik. untuk
berhubungandengan orang lain, terlibat dalam proses-proses yang demokratis dan
bekerja secara produktif dalam masyarakat. Model ini didasari oleh teori belajar
Gestalt (field-theory). Model interaksi sosial menitikberatkan pada hubungan
yang harmonis antara individu dengan masyarakat (learning to life together).

4. Model pembelajaran sistem prilaku dalam pembelajaran (Behavior


Model of Teaching)

Model ini dibangun atas dasar kerangka teori perilaku. Melalui teori ini siswa
dibimbing untuk dapat memecahkan masalah belajar melalui penguaraian prilaku
ke dalam jumlah yang kecil dan berurutan. Model behavioral menekankan pada
perubahan perilaku yang tampak dari peserta ddik sehingga konsisten dengan
konsep dirinya. Sebagai bagian dari teori stimulus-respon. Model behaviorial
menekankan bahwa tugas-tugas harus diberikan dalam suatu rangkaian yang kecil,
berurutan dan mengandung perilaku tertentu. Model ini bertitik tolak dari teori
belajar behavioristik, yaitu bertujuan mengembangkan sistem yang efisien untuk
mengurutkan tugas-tugas belajar dan membentuk tingkah laku dengan cara
memanipulasi penguatan (reinforcement).

Model ini lebih menekankan pada aspek perubahan perilaku psikologis dan
perlilaku yang tidak dapat diamanti karakteristik model ini adalah penjabaran
tugas¬-tugas yang harus dipelajari peserta didik lebih efisien dan berurutan.
Implementasi dari model modifikasi tingkah laku ini adalah meningkatkan
ketelitian pengucapan pada anak. Guru selalu perhatian terhadap tingkah laku
belajar peserta didik. Modifikasi tingkah laku anak yang kemampuan belajarnya
rendah dengan reward, sebagai reinforcement pendukung. Penerapan prinsip
pembelajaran individual dalam pembelajaran klasikal.

14
2.5 PENGEMBANGAN MODEL PEMBELAJARAN INOVATIF SEJARAH
1. Kriteria Model Pembelajaran Inovatif dan Konstruktif.

Menurut Nieven ( 1999) ciri-ciri suatu model pembelajaran yang baik adalah
sahih (valid), praktis dan efektif. Merujuk pada pemikiran tersebut di atas maka
kesahihan model pembelajaran sejarah berkaitan dengan pertanyaan apakah model
yang dikembangkan di dasarkan pada rasional teoritik yang kuat, dan apakah
terdapat konsistensi internal. Menurut Trianto ( 2007) untuk melihat tingkat
kelayakan suatu model pembelajaran di lihat dari aspek kesahihan di perlukan
seorang ahli untuk menguji kesahihannya. Sedangkan hal praktis dan efektivitas
berkaitan dengan pertanyaan apakah model pembelajaran sejarah yang
dikembangkan dapat di terapkan; apakah kenyataan menunjukan bahwa apa yang
dikembangkan tersebut dapat diterapkan, dan apakah operasional model
pembelajaran yang dikembangkan memberikan hasil yang sesuai dengan yang
diharapkan.

Dan untuk menguji kelayakan aspek kepraktisan dan efektivitas tersebut


diperlukan suatu perangkat pembelajaran dengan topik tertentu untuk
melaksanakannya. Dan tentu saja diperlukan instrumen penelitian yang sesuai
dengan tujuan yang di harapkan Pemilihan model pembelajaran disamping
mempertimbangkan hal-hal yang bersifat metodik, juga harus memperhatikan
karakter dari ilmu maupun kajian yang menjadi sumber materi pembelajaran.
Sumber materi pembelajaran sejarah adalah sejarah baik pada kedudukannya
sebagai ilmu, peristiwa maupun kisah. Pembelajaran sejarah yang sesuai dengan
karakteristik sejarah adalah pembelajaran yang mengandung kemampuan sebagai
berikut :

a. Mengajak peserta didik berfikir kesejarahan dengan cara berfikir imajinatif


yakni membayangkan sesuatu peristiwa yang pernah ada dan benar-benar
terjadi.
b. Melatih intelektual peserta didik sehingga mampu menarik generalisasi-
generalisasi dalam sejarah dengan menggunakan belajar inkuiri dan belajar
kooperatif.

15
c. Membimbing peserta memahami konsep-konsep secara induktif maupun
deduktif.
d. Menunjukan realita- realita yang hidup di masyarakat dengan menanamkan
kesadaran kesejarahan dan perspektif.
e. Membimbing peserta didik menemukan dan merasakan fungsi dan manfaat
belajar sejarah di dalam praktik kehidupan sosial sehari-hari baik secara
individu maupun kelompok.

Berdasarkan pengkajian terhadap karakter dari pembelajaran sejarah tersebut


maka model-model pembelajaran yang sudah di bahas di bagian sebelumnya, pada
prinsispnya bisa di gunakan. Dalam memutuskan pilihan yang akan di ambil para
Dosen harus memahami karakter dari masing-masing model pembelajaran, serta
mempertimbangkan, utamanya, fokus tujuan dan materi pembelajaran sejarah
yang akan di laksanakan.

2. Model-Model Pembelajaran Inovatif Untuk Pembelajaran Sejarah


a. Model Pembelajaran Berbasis Portofolio
1) Portofolio Sebagai Model Pembelajaran

Pengertian Portofolio Sebagai Model Pembelajaran Pada dasarnya portofolio


sebagai model pembelajaran merupakan usaha yang dilakukan Dosen agar
mahasiswa memiliki kemampuan untuk mengungkapkan dan mengekspresikan
dirinya sebagai individu maupun kelompok. Kemampuan tersebut diperoleh
mahasiswa melalui pengalaman belajar sehingga memiliki kemampuan
mengorganisir informasi yang ditemukan, membuat laporan dan menuliskan apa
yang ada dalam pikirannya, dan selanjutnya dituangkan secara penuh dalam tugas-
tugasnya.

Portofolio sebagai model pembelajaran juga dapat diartikan sebagai suatu


kumpulan pekerjaan peserta didik dengan maksud tertentu dan terpadu yang
diseleksi menurut panduan-panduan yang ditentukan. Panduan-panduan ini
beragam tergantung pada mata pelajaran dan tujuan penilaian portofolio itu
sendiri. Portofolio biasanya merupakan karya terpilih dari seorang mahasiswa,
tetapi dapat juga berupa karya terpilih dari suatu kelas secara keseluruhan yang

16
bekerja secara kooperatif membuat kebijakan untuk mengatasi masalah. Fajar
(2004:48) menyebutkan langkah-langkah model pembelajaran portofolio sebagai
berikut :

(1) mengidentifikasi masalah dalam masyarakat,

(2) memilih suatu masalah untuk dikaji di kelas,

(3) mengumpulkan informasi yang terkait,

(4) membuat portofolio kelas,

(5) menyajikan portofolio/dengar pendapat,

(6) melakukan refleksi pengalaman belajar.

Di dalam setiap langkah, mahasiswa belajar mandiri dalam kelompok kecil


dengan fasilitas dari Dosen dan menggunakan ragam sumber belajar di sekolah
maupun di luar sekolah (masyarakat). Sumber belajar atau informasi dapat
diperoleh diantaranya dari manusia (pakar, tokoh agama, tokoh masyarakat, dan
lain-lain); kantor penerbitan surat kabar, bahan tertulis, bahan terekam, TV, radio,
situs sejarah, artifak, dan lain-lain. Disitulah berbagai keterampilan dikembangkan
seperti membaca, mendengar pendapat orang lain, bertanya, mencatat,
menjelaskan, memilih, merancang, merumuskan, membagi tugas, memilih
pimpinan, berargumentasi dan lain-lain. Berbagai metode pembelajaran dapat
digunakan dalam pembelajaran berbasis portofolio. Metode tersebut diantaranya
metode inkuiri, diskusi, pemecahan masalah (problem solving), E-Learning, VCT
(Value Clarivication Technique), bermain peran. Strategi pelaksanaan
pembelajaran ini dapat dilakukan dengan berbagai cara sesuai dengan kemampuan
dan daya kreativitas Dosen.

2) Landasan Pemikiran dan Prinsip Pembelajaran Berbasis Portofolio

Budimansyah (2002:4-7) secara garis besar menyatakan bahwa landasan


pemikiran pembelajaran berbasis portofolio adalah sebagai berikut :
a) Empat pilar pendidikan

17
Empat pilar pendidikan sebagai landasan model pembelajaran berbasis
portofolio adalah learning to do, learning to know, learning to be, dan learning to
liver together, yang dicanangkan oleh UNESCO.
b) Pandangan Konstruktivisme

Pandangan konstruktivisme menganggap semua peserta didik mulai dari usia


taman kanak-kanak sampai dengan perDosenan tinggi memiliki gagasan dan
pengetahuan tentang lingkungan dan peristiwa atau gejala lingkungan di
sekitarnya. Beberapa bentuk kondisi belajar yang sesuai dengan filosofi
konstruktivisme antara lain : diskusi yang menyediakan kesempatan agar peserta
didik mau mengungkapkan gagasan atau pendapatnya, pengujian dan hasil
penelitian sederhana, demonstrasi dan peragaan prosedur ilmiah, dan kegiatan
praktis lain yang memberi peluang peserta didik untuk mempertajam gagasannya,
c) Democratic Teaching

Democratic teaching adalah suatu upaya menjadikan sekolah sebagai suatu


pusat kehidupan demokrasi melalui proses pembelajaran yang demokratis. Secara
singkat democratic teaching adalah proses pembelajaran yang dilandasi oleh nilai-
nilai demokrasi yaitu penghargaan terhadap kemampuan, menjunjung keadilan,
menerapkan persamaan kesempatan, dan memperhatikan keragaman peserta didik.

3) Bagian dari Portofolio sebagai Model Pembelajaran

Portofolio sebagai model pembelajaran terbagi menjadi dua bagian, yaitu :


a) Portofolio Tayangan

Portofolio tayangan pada umumnya berbentuk segi empat sama sisi berjajar
dan dapat berdiri sendiri tanpa penyangga. Namun tidak menutup kemungkinan
dapat berbentuk lain seperti segitiga, lingkaran, oval, dan sebagainya sesuai
dengan kreativitas mahasiswa.

b) Portofolio Dokumentasi

Portofolio dokumentasi berisi kumpulan bahan-bahan terpilih yang dapat


diperoleh mahasiswa dari literatur/buku, kliping dari koran/majalah, hasil
wawancara dengan berbagai sumber, radio/TV, gambar, grafik, petikan dari

18
sejumlah publikasi pemerintah/swasta, observasi lapangan, dan lain-lain. Pada
dasarnya portofolio dokumentasi adalah suatu bukti bahwa mahasiswa telah
melakukan penelitian.

4) Langkah-Langkah Pembelajaran Portofolio


a) Mengidentifikasi Masalah

Pada tahap ini terdapat beberapa kegiatan yang dilakukan Dosen bersama
mahasiswa yaitu mendiskusikan tujuan, mencari masalah, apa saja yang
mahasiswa ketahui tentang masalah yang ada dalam masyarakat, memberi tugas
rumah tentang masalah apa yang ada di masyarakat. Dalam mengerjakan
pekerjaan rumah, mahasiswa diharapkan untuk mencari informasi tentang masalah
yang akan dikaji dengan cara melakukan wawancara dengan orang-orang dalam
masyarakat sekitar, mencari informasi melalui sumber-sumber tertulis dan media
elektronika. Semua informasi yang diperoleh harus dicatat untuk didiskusikan di
kelas.
b) Memilih Masalah untuk Kajian Kelas

Sebelum memilih masalah yang akan dikaji, hendaknya para mahasiswa


mengkaji terlebih dahulu pengetahuan yang mereka miliki tentang masalah-
masalah yang ada pada masyarakat, dengan langkah sebagai berikut: mengkaji
masalah yang telah dikumpulkan dan selanjutnya dituliskan pada papan tulis,
mengadakan pemilihan secara demokratis tentang masalah yang akan dikaji, dan
melakukan penelitian lanjutan tentang masalah yang terpilih untuk dikaji dengan
mengumpulkan informasi.
c) Mengumpulkan informasi tentang masalah yang akan dikaji kelas

Dosen hendaknya membimbing mahasiswa dalam mendiskusikan sumber


informasi misalnya mencari informasi melalui perpustakaan, surat kabar, pakar,
organisasi masyarakat, kantor pemerintah, TV, radio atau menyebar angket dan
poling. Bahan informasi yang terkumpul dapat disatukan dalam sebuah map untuk
dijadikan bahan portofolio dokumentasi.
d) Membuat Portofolio Kelas

19
Ada beberapa langkah dalam tahap ini, yaitu :

1). kelas dibagi menjadi 4 kelompok dan setiap kelompok akan bertanggung
jawab untuk membuat suatu bagian portofolio. Keempat kelompok itu
adalah : kelompok 1 bertugas menjelaskan masalah yang dikaji, kelompok 2
bertugas menjelaskan berbagai kebijakan alternatif untuk mengatasi masalah,
kelompok 3 bertugas mengusulkan kebijakan untuk mengatasi masalah,
kelompok 4 bertugas membuat rencana tindakan yang dilakukan untuk
mengatasi masalah.

2). Dosen mengulas tugas-tugas rinciannya untuk portofolio.

3). Dosen menjelaskan bahwa informasi yang dikumpulkan oleh kelompok satu
mungkin bermanfaat bagi kelompok lain, hendaknya saling bertukar
informasi.

4). Dosen menjelaskan spesifikasi portofolio yakni terdapat bagian penayangan


dan bagian dokumentasi pada setiap kelompok.

5). Penyajian Portofolio (Show Case) dilaksanakan setelah kelas menyelesaikan


portofolio tampilan (tayangan) maupun portofolio dokumentasi. Show case
dapat dilakukan dengan cara show case satu kelas, show case antar kelas
dalam satu sekolah, show case antar sekolah dalam lingkup wilayah.

e) Merefleksi pada Pengalaman Belajar

Dalam hal ini Dosen melakukan evaluasi untuk mengetahui seberapa jauh
mahasiswa telah mempelajari berbagai hal yang berkenaan dengan topik yang
dipelajari sebagai upaya belajar kelas secara kooperatif.

b. Model Pembelajaran Pemecahan Masalah

1) Rasional

Persoalan yang sering kita jumpai dalam pembelajaran sejarah adalah


pembelajaran sejarah yang dilakukan dengan bersifat tertutup. Artinya bahwa
mahasiswa hanya diberikan bahan-bahan materi yang sifatnya hafalan. Dalam

20
konteks ini, kemampuan berpikir mahasiswa tidak berkembang, yang akhirnya
berujung pada rendahnya minat, dan prestasi belajar sejarah mahasiswa.

2) Landasan Teoritis

Pendekatan open-ended dalam pembelajaran, mula-mula dikembangkan dalam


pembelajaran matematika dikembangakan di Jepang sejak tahun 70-an. Model
Pembelajaran berorientasi pemecahan masalah kontekstual open-ended yang
dikembangkan ini, secara prinsip dapat dipandang sebagai modifikasi dari jenis
pembelajaran Problem Based Learning yang mengacu kepada filosofi
konstruktivisme.

3) Sintaksis

Model Pembelajaran Sejarah Berorientasi Pemecahan Masalah Kontekstual


Open-Ended ini terdiri dari lima tahap utama (sintaks) yang dimulai dari Dosen
memperkenalkan kepada mahasiswa suatu masalah dan diakhiri dengan penyajian
dan analisi hasil kerja mahasiswa.

4) Sistem Sosial

Sistem sosial dari model pembelajaran ini pada dasarnya sama dengan sistem
sosial model pembelajaran kooepratif yang berlandaskan folosofi konstruktivisme
terutama konstruktivisme sosial menurut Vigotsky.

5) Prinsip Interaksi

Respon terhadap proses dan kinerja peserta didik dalam memecahkan


pembelajaran. Artinya sebagai fasilitator dalam membantu mahasiswa dalam
proses pemecahan masalah open-ended.

6) Sistem Pendukung

Untuk menunjang kelancaran pelaksanaan model pembelajaran yang


dikembangkan ini diperlukan perangkat pendukung yang paling tidak terdiri dari
(a) kumpulan atau bank masalah open-ended dari berbagai peristiwa sejarah yang
dipelajari, (b) rencana pembelajaran yang disusun atas prinsip Problem based

21
learning dikombinasikan dengan pendekatan kooperatif, (c) Lembar kerja
mahasiswa (LKS) yang memuat masalah-masalah dalam sebuah peristiwa sejarah
dan (d) asesmen pembelajaran open-ended, lengkap dengan pedoman
penskoran/rubrik masalah tersebut.

7) Dampak Pembelajaran dan Dampak Pengiring

Model yang dikembangkan dalam penelitian ini memiliki dampak


pembelajaran bagi peserta didik. Hal ini merupakan kompetensi matematis yang
ingin dicapai melalui Model Pembelajaran Sejarah Berorientasi Pemecahan
Masalah Kontekstual Open-Ended ini.

c. Model Pembelajaran Metakognitif

1). Rasional

Model pembelajaran metakognitif memberi kesempatan pada mahasiswa untuk


melaksanakan kegiatan metakognitif yaitu merencanakan, mengontrol dan
merefleksi seluruh proses kognitif (berpikir) yang terjadi selama menyelesaikan
suatu masalah sejarah.

2). Landasan Teori

John Flavell adalah tokoh yang pertama kali memperkenalkan istilah


metakognisi pada tahun 1979. Baker dan Anderson (dalam Muisman, 2004)
menyatakan metakognisi merupakan pengetahuan seseorang dan kontrol terhadap
proses-proses kognitif yang dimilikinya. Secara harfiah metakognisi berarti
thinking about thinking).

3). Sintaksis

Menyampaikan kompetensi dasar, indikator, dan kegiatan pembelajaran yang


akan dilakukan.

4) Prinsip Interaksi

Dalam model pembelajaran metakognitif, Dosen memposisikan diri sebagai


fasilitator yakni menyediakan sumber-sumber belajar, mendorong Mahasiswa

22
untuk belajar menyelesaikan masalah metakognitif, memberi ganjaran, dan
memberikan bantuan kepada Mahasiswa agar dapat belajar dan mengkonstruksi
pengetahuannya secara optimal.
5) Sistem Sosial

Sistem sosial yang dianut dalam model metakognitif adalah low structure
artinya pembelajaran berpusat pada Mahasiswa, dalam hal ini Dosen hanya
berperan sebagai fasilitator dan moderator. Penekanan pada model ini adalah
strategi kognitif, mengontrol, dan mengevaluasi.
6). Sistem Pendukung

Sistem pendukung yang diperlukan sehingga model ini tetap dapat terlaksana
antara lain: keterampilan Dosen dalam pelaksanaan model, disiplin Mahasiswa
dalam beraktivitas, dan perangkat pembelajaran seperti rencana pembelajaran,
lembar kerja Mahasiswa, dan buku pegangan Mahasiswa.

7). Dampak Pembelajaran dan Pengiring

a. Dampak Pembelajaran

Dampak instruksional yang diperoleh adalah Mahasiswa memiliki kemampuan


dalam mengkonstruksi pengetahuan, kemampuan pemecahan masalah, dan
penguasaan materi pembelajaran.

b. Dampak Pengiring

Dampak pengiring yang diperoleh adalah nilai-nilai positif dalam


membangkitkan kesadaran akan pengetahuan yang relevan dan sikap kritis dengan
pendekatan pemecahan masalah. Artinya kegiatan pembelajaran dimulai dengan
kegiatan pemecahan masalah kemudian dilanjutkan dengan kegiatan metakognitif
untuk merencanakan, mengontrol, dan merefleksi seluruh rangkaian kegiatan
pemecahan masalah yang dilakukan.

23
BAB III

PENUTUP

3.1 KESIMPULAN

Model pembelajaran merupakan petunjuk bagi guru dalam merencanakan dan


melaksanakan pembelajaran di kelas. Sebagaimana ditegaskan Hasan (2012: 93)
bahwa pendekatan “curriculum based” atau “school based” menuntut
implementasi kurikulum sebagai satu kesatuan pelaksanaan guru di sekolah dalam
satu kesatuan. Guru di bawah pimpinan kepala sekolah secara bersama-sama
(sebagai suatu “community of educators”) merencanakan implementasi
kurikulum, melaksanakan proses implementasi di kelas dan dalam penilaian hasil
belajar serta langkah tindak lanjut. Implementasi kurikulum yang berdasarkan
“subject-based” secara terpisah dan dilakukan guru secara terpisah pula,
sebagaimana yang banyak dilaksanakan di sekolah pada saat sekarang,
menimbulkan ancaman ketidakberhasilan penerapan belajar aktif.

Model pembelajaran dapat berfungsi sebagai sarana komunikasi yang penting,


baik itu yang menyangkut pembelajaran di dalam kelas, maupun di luar kelas
untuk mengawasi peserta didik. Suatu model pembelajaran merupakan gambaran
dari lingkungan pembelajaran yang juga meliputi perilaku sebagai guru saat
model tersebut diterapkan. Pada hakekatnya, suasana pembelajaran tersebut dapat
membantu peserta didik untuk memperoleh informasi, ide, keterampilan, nilai,
cara berpikir, sarana untuk mengekspresikan dirinya, atau pun bagaimana cara
belajar yang baik. Dalam kenyataan yang sesungguhnya, hasil akhir berupa nilai
prestasi menjadi tujuan utama pembelajaran dibandingkan manfaat yang diterima
oleh peserta didik saat proses belajar mengajar.

Hal tersebut sesuai dengan pentingnya manfaat sebuah proses pembelajaran


untuk meningkatkan kemampuan belajar peserta didiknya di masa yang akan
datang. Oleh karena itu, proses belajar mengajar tidak hanya memiliki makna
untuk menggambarkan kekinian saja, akan tetapi juga harus beroriantasi kedepan.

24
3.2 SARAN

Makalah ini menjelaskan tentang ragam model pembelajaran sejarah, didalam


makalah ini juga kita dapat mengetahui dan memahami tentang model-model
pembelajaran sejarah, mempelajarai model-model pembelajaran sejarah sangat
penting terutama kita sebagai calon guru. Dengan mempelajari model-model
pembelajaran sejarah, kita mampu memahami cara mengajar yang baik dan benar
dengan menggunakan model pembelajaran sejarah.

25
DAFTAR PUSTAKA

Sutarto dan Indrawati.2013.Strategi Belajar Mengajar.Jember : UPT Penerbitan


UNEJ.

Mirdad, Jamal. 2020. Model Model Pembelajaran (Empat Rumpun Model


Pembelajaran). Jurnal Pendidikan dan Sosial Islam Vol 2 (1). 14-33

Andrias. 2011. Pengembangan Model Pembelajaran Sejarah Suatu Alternatif


Mengatasi Kejenuhan Mahasiswa Dalam Proses Pembelajaran Sejarah.
Jurnal Pembelajaran Sejarah Vol 1 (34). 116-136

Abas Asyafah, 2019. Menimbang Model Pembelajaran. Vol 6. No 1: Tarbawy

26

Anda mungkin juga menyukai