Disusun Oleh :
Brata Malau (3193321011)
PENDIDIKAN SEJARAH
FAKULTAS ILMU SOSIAL
UNIVERSITAS NEGERI MEDAN
2021
KATA PENGANTAR
Puji syukur kami ucapkan kehadirat Tuhan Yang Maha Esa, atas rahmat dan
hidayah-Nya makalah yang berjudul “Ragam Model Pembelajaran Sejarah” ini
dapat diselesaikan tepat waktu. Tulisan ini berisi tentang Model Pembelajaran
Sejarah.
Kami juga tidak lupa mengucapkan terimakasih atas dorongan dan bimbingan
dari dosen pengampu mata kuliah Strategi Pembelajaran Sejarah, bpk Ricu Sidiq,
S.Pd., M.Pd. karena kuliah dan bimbingannya kami dapat menyelesaikan makalah
ini.
Penulis menyadari bahwa pada penulisan ini terdapat kekurangan dan jauh
dari kesempurnaan baik dari isi maupun cara penulisanya, demi kesempurnaan
tugas yang akan datang penulis mengharapkan berbagai saran dan kritik yang
bersifat membangun dari pembaca. Atas perhatian semua pihak, di sampaikan
terimakasih.
Brata Malau
i
DAFTAR ISI
KATA PENGANTAR....................................................................................i
DAFTAR ISI...................................................................................................ii
BAB I PENDAHULUAN
BAB II PEMBAHASAN
3.1 KESIMPULAN...........................................................................................24
3.2 SARAN.......................................................................................................25
DAFTAR PUSTAKA..................................................................................26
ii
BAB I
PENDAHULUAN
1
2) Apa saja fungsi dari Model Pembelajaran Sejarah?
3) Apa saja Dasar Pertimbangan Model Pembelajaran Sejarah?
4) Apa aja Model-Model Pembelajaran Sejarah?
5) Apa saja Pengembangan Model Pembelajaran Inovatif Sejarah?
2
BAB II
PEMBAHASAN
Menurut Joyce, et al. (1980: 98) bahwa model pembelajaran mengacu pada
pendekatan pembelajaran yang akan diterapkan. Model pembelajaran,
sebagaimana yang ditulis oleh Jacobsen, Eggen, dan Kauchak (2009) menyatakan
bahwa model pembelajaran dimaksudkan sebagai strategi perspektif pembelajaran
yang dirancang untuk mencapai tujuan pembelajaran. Arends (2012) menyatakan
bahwa model pembelajaran mengacu pada pendekatan pembelajaran yang akan
diterapkan. Menurutnya terdapat empat ciri khas model pembelajaran, yaitu: 1)
rasional teoritis yang bersifat logis yang bersumber dari perancangan; 2) dasar
pemikiran tentang tugas pembelajaran yang hendak dicapai dan bagaimana siswa
belajar untuk mencapai tujuan tersebut; 3) aktivitas guru yang diperlukan agar
model pembelajaran dapat dilaksanakan; dan 4) lingkungan belajar yang
diperlukan untuk mencapai tujuan pembelajaran.
Hal ini sejalan dengan Komalasari (2011: 57) bahwa model pembelajaran pada
dasarnya merupakan bentuk pembelajaran yang tergambar dari awal sampai akhir
yang disajikan secara khas oleh guru. Sedangkan menurut Suprijono (2011: 46)
model pembelajaran didefinisikan sebagai kerangka konseptual yang melukiskan
prosedur sistematis dalam mengorganisasikan pengalaman belajar untuk mencapai
tujuan belajar.
3
lanjut. Implementasi kurikulum yang berdasarkan “subject-based” secara terpisah
dan dilakukan guru secara terpisah pula, sebagaimana yang banyak dilaksanakan
di sekolah pada saat sekarang, menimbulkan ancaman ketidakberhasilan
penerapan belajar aktif.
4
mengembangkan sikap mau menghargai nilai-nilai kemanusiaan. Untuk itu
diperlukan model pendekatan pembelajaran yang sesuai dengan tujuan.
Model pembelajaran menurut Joyce, et al. (1980: 99), yaitu suatu perencanaan
atau pola yang digunakan sebagai pedoman dalam merencanakan pembelajaran di
kelas atau pembelajaran dalam tutorial, dan untuk menentukan perangkat-
perangkat pembelajaran termasuk di dalamnya buku-buku, film, komputer,
kurikulum, dan lain-lain. Selanjutnya ia mengatakan bahwa setiap model
pembelajaran mengarahkan guru ke dalam mendesain pembelajaran untuk
membantu peserta didik sedemikian rupa sehingga tujuan pembelajaran tercapai.
Ia juga berpendapat bahwa model pembelajaran jika dirancang dengan baik akan
memberikan kerangka dan arahan bagi guru untuk mengajar.
Merujuk kepada pemikiran Djamarah dan Zain (2006: 54) ada lima kegiatan
utama dalam merancang strategi pembelajaran, yakni: 1) Mengidentifikasi
kemampuan kondisi awal peserta didik, serta menetapkan spesifikasi dan
kualifikasi perubahan tingkah laku dan kepribadian peserta didik sebagaimana
diharapkan; 2) Memilih sistem pendekatan pembelajaran sejarah berdasarkan
aspirasi dan pandangan hidup masyarakat; 3) Memilih dan menetapkan prosedur,
metode, dan teknik mengajar sejarah yang dianggap paling cocok dan efektif
sehingga dapat dijadikan pegangan oleh guru dalam memunaikan tugasnya; 4)
Menetapkan norma-norma dan batas minimal keberhasilan atau kriteria serta
standar keberhasilan agar dapat dijadikan pedoman oleh guru dalam melakukan;
5) Evaluasi baik proses maupun hasil belajar sejarah, yang selanjutnya akan
dijadikan umpan balik untuk penyempurnaan sistem pembelajaran secara
keseluruhan.
5
Belajar sejarah, berarti peserta didik mampu berpikir kritis dan mampu
mengkaji setiap perubahan di lingkungannya, serta memiliki kesadaran akan
perubahan dan nilai-nilai yang terkandung dalam setiap peristiwa sejarah.
Pembelajaran sejarah yang baik adalah pembelajaran yang mampu menumbuhkan
kemampuan siswa dalam memahami nilai-nilai lokal. Untuk menjawab tantangan
ini, maka diperlukan program pembelajaran sejarah yang berorientasi pada masa
depan, melibatkan peranan siswa secara penuh, dan membangun sikap kritis
dalam pembelajaran sejarah. Bagi peserta didik, terlebih di tingkat SMA, maka
sikap kritis dalam pembelajaran sejarah adalah tujuan yang hendak dicapai
sebagaimana dijabarkan dalam Kompetensi Inti (KI) dan Kompetensi Dasar (KD)
kurikulum sejarah dalam konteks Kurikulum 2013. Dengan demikian, kesan
bahwa pembelajaran sejarah hanyalah sebagai pelajaran hafalan, perlu
direinterpretasi.
6
model tersebut diterapkan. Pada hakekatnya, suasana pembelajaran tersebut dapat
membantu peserta didik untuk memperoleh informasi, ide, keterampilan, nilai,
cara berpikir, sarana untuk mengekspresikan dirinya, atau pun bagaimana cara
belajar yang baik. Dalam kenyataan yang sesungguhnya, hasil akhir berupa nilai
prestasi menjadi tujuan utama pembelajaran dibandingkan manfaat yang diterima
oleh peserta didik saat proses belajar mengajar.
7
c. Memudahkan para dosen/guru dalam membelajarkan para muridnya gunu
mencapai tujuan pembelajaran yang telah di tetapkan.
d. Membantu peserta didik memperoleh informasi, ide, keterampilan, dan
nilai-nilai , cara berpikir, dan belajar, serta bagaimana cara belajar untuk
mencapai tujuan pembelajaran. (Tarbawy, 2019: 23).
Ada juga yang berpendapat bahwa fungsi model pembelajaran itu adalah:
8
a. Membantu dan membimbing guru untuk memilih teknik, strategi, dan
metode pembelajaran agar tujuan pembelajaran tercapai. Seperti telah
dipelajari sebelumnya bahwa model pembelajaran pada dasarnya memuat
metode, strategi, teknik, dan taktik pembelajaran. Untuk itu,ketika guru
menggunakan model pembelajaran tertentu secara otomatis dia/ia akan
mengetahui taktik, teknik, strategi, dan metode pembelajaran yang akan
dilakukan. Tentang metode pembelajaran dapat diikuti pembahasan
selanjutnya.
b. Membantu guru untuk menciptakan perubahan perilaku peserta didik yang
diinginkan. Guru telah mengetahui bahwa model pembelajaran digunakan
untuk merealisasikan target pembelajaran atau tujuan pembelajaran dalam
RPP dan implementasinya dalam pembelajaran. Bentuk perubahan perilaku
yang ditargetkan pada siswa sebenarnya termuat dalam rumusan tujuan
pembelajaran.
c. Membantu guru dalam menentukan cara dan sarana untuk menciptakan
lingkungan yang sesuai untuk melaksanakan pembelajaran. Ketika guru
menetapkan untuk menggunakan model pembelajaran tertentu, secara
otomatis guru harus menentukan cara dan sarana agar tercipta lingkungan
seperti yang dikehendaki dalam model pembelajaran yang guru pilih.
d. Membantu menciptakan interaksi antara guru dan siswa yang diinginkan
selama proses pembelajaran berlangsung. Dengan model pembelajaran, guru
dapat mempunyai pedoman untuk berinteraksi dengan siswa selama proses
pembelajaran berlangsung. Misalnya cara mengkomunikasikan informasi,
cara memunculkan masalah, cara menanggapi pertanyaan dan jawaban
siswa, cara membangkitkan semangat siswa, dan lain-lain.
e. Membantu guru dalam mengkonstruk kurikulum, silabus, atau konten
dalam suatu pelajaran atau matakuliah. Dengan memahami model-model
pembelajaran, dapat membantu guru untuk mengembangkan dan
mengkonstruk kurikulum atau program pembelajaran pada suatu mata
pelajaran atau mata kuliah.
f. Membantu guru atau instruktur dalam memilih materi pembelajaran yang
tepat untuk pembelajaran, penyusunan RPP, dan silabus. Dengan memahami
9
model pembelajaran yang baik, guru akan terbantu dalam menganalisis dan
menetapkan materi yang dipikirkan sesuai untuk siswa.
g. Membantu guru dalam merancang kegiatan pendidikan atau pembelajaran
yang sesuai.
h. Memberikan bahan prosedur untuk mengembangkan materi dan sumber
belajar yang menarik dan efektif. Dalam setiap model pembelajaran ada
sistem pendukung. Dengan sistem pendukung pada model pembelajaran
tertentu, guru akan terbimbing untuk mengembangkan materi dan sumber
belajar, misalnya membuat handout, modul, diktat, dan lain-lain.
i. Merangsang pengembangan inovasi pendidikan atau pembelajaran baru.
Dengan memahami dan menerapkan model-model pembelajaran, guru
mungkin menemukan beberapa kendala. Jika kendala-kendala yang
ditemukan kemudian dicarikan solusinya, maka akan memunculkan ide
model atau strategi pembelajaran baru.
j. Membantu mengkomunikasikan informasi tentang teori mengajar. Setiap
model pembelajaran tentu memerlukan teori-teori mengajar berupa
pendekatan, strategi, metode, teknik, dan taktik. Oleh karena itu, ketika guru
menggunakan model pembelajaran tertentu secara otomatis guru akan
mengkomunikasikan teori-teori tentang mengajar seperti yang telah
disebutkan.
k. Membantu membangun hubungan antara belajar dan mengajar secara
empiris. Ketika guru menerapkan model pembelajaran tertentu, guru akan
mengamati aktivitas belajar dan mengajar dalam suatu kegiatan
pembelajaran. Dalam proses pembelajaran dengan model pembelajaran
tertentu guru dapat terpandu untuk membangun hubungan antara kegiatan
yang dilakukan oleh siswa dan kegiatan yang dilakukan oleh guru.
10
1. Pertimbangan terhadap tujuan yang hendak dicapai. Pertanyaan–pertanyaan
yang dapat diajukan adalah : a) Apakah tujuan pembelajaran yang ingin
dicapai berkenaan dengan kompetensi akademik, kepribadian, sosial dan
kompetensi vokasional atau yang dulu diistilahkan dengan domain kognitif,
afektif atau psikomotor? b) Bagaimana kompleksitas tujuan pembelajaran
yang ingin dicapai? Dan c) Apakah untuk mencapai tujuan itu memerlukan
keterampilan akademik?
2. Pertimbangan yang berhubungan dengan bahan atau materi pembelajaran: a)
Apakah materi pelajaran itu berupa fakta, konsep, hukum atau teori tertentu?
b) Apakah untuk mempelajari materi pembelajaran itu memerlukan prasyarat
atau tidak? c) Apakah tersedia bahan atau sumber–sumber yang relevan untuk
mempelajari materi itu?
3. Pertimbangan dari sudut peserta didik atau siswa: a) Apakah model
pembelajaran sesuai dengan tingkat kematangan peserta didik? b) Apakah
model pembelajaran sesuai dengan minat, bakat, dan kondisi peserta didik? c)
Apakah model pembelajaran itu sesuai dengan gaya belajar peserta didik?
4. Pertimbangan lainnya yang bersifat nonteknis: a) Apakah untuk mencapai
tujuan cukup dengan satu model saja? b) Apakah model pembelajaran yang
kita tetapkan dianggap satu–satunya model yang dapat digunakan? c) Apakah
model pembelajaran itu memiliki nilai efektivitas atau efisiensi?
Model ini menjelaskan bagaimana cara individu member respon yang datang
dari lingkungannya dengan cara mengorganisasikan data, memformulasikan
masalah, membangun konsep dan rencana pemecahan masalah serta penggunaan
simbol simbol verbal dan non verbal. Model ini memberikan kepada peserta didik
sejumlah konsep, pengetesan hipotesis, dan memusatkan perhtian pada
11
kengembangan kemampuan kreatif. Model pengelolaan informasiini secara umum
dapat diterapkan pada sasaran belajar dan berbagai usia dalam mempelajari
individu dan masyarakat. Karena itu, model ini poten-sial untuk digunakan dalam
mencapai tujuan-tujuan yang berdimensi personal dan sosial di samping yang
berdimensi intelektual.
Model ini didasari oleh teori belajar kognitif (Piaget) dan berorientasi pada
kemampuan peserta didik memproses informasi yang dapat memperbaiki
kemampuannya. Pemrosesan Informasi merujuk pada cara
mengumpulkan/menerima stimuli dari lingkungan, mengorganisasi data,
memecahkan masalah, menemukan konsep, dan menggunakan simbol verbal dan
visual. Perkembangan merupakan hasil komulatif dari pembelajaran. Dalam
pembelajaran terjadi proses penerimaan informasi yang kemudian diolah sehingga
menghasilkan output dalam bentuk hasil belajar. Dalam pemrosesan informasi
terjadi interaksi antara kondisi internal (keadaan individu, proses kognitif) dan
kondisi-kondisi eksternal (rangsangan dari lingkungan). Interaksi antar keduanya
akan menghasilkan hasil belajar. Pembelajaran merupakan keluaran dari
pemrosesan informasi yang berupa kecakapan manusia (human capitalities) yang
terdiri dari : (1) informasi verbal, (2) kecakapan intelektual, (3) strategi kognitif,
(4) sikap, dan (5) kecakapan motorik.
12
mengorganisasikan dirinya sendiri. Model memfokuskan pada konsep diri yang
kuat dan realistis untuk membantu membangun hubungan yang produktif dengan
orang lain dan lingungannya. Model ini bertitik tolak dari teori Humanistik, yaitu
berorientasi pada pengembangan individu. Perhatian utamanya pada emosional
peserta didik dalam mengembangkan hubungan yang produktif dengan
lingkungannya. Model ini menjadikan pribadi peserta didik mampu membentuk
hubungan harmonis serta mampu memproses informasi secara efektif. Menurut
teori ini, guru harus berupaya menciptakan kondisi kelas yang kondusif, agar
peserta didik merasa bebas dalam belajar mengembangkan dirin baik emosional
maupun intelektual. Teori humanistik timbul sebagai cara untuk memanusiakan
manusia. Pada teori humanistik ini, pendidik seharusnya berperan sebagai
pendorong bukan menahan sensivitas peserta didik terhadap perasaanya.
13
kelompok ini memberikan prioritas pada peningkatan kemampuan individu untuk
berhubungan dengan orang lain dalam upaya peningkatan proses demokratis
dalam bermasyarakat secara produktif. Model interaksi sosial menekankan pada
hubungan personal dan sosial kemasyarakatan diantara peserta didik. Model
tersebut berfokus pada peningkatan kemampuan peserta didik. untuk
berhubungandengan orang lain, terlibat dalam proses-proses yang demokratis dan
bekerja secara produktif dalam masyarakat. Model ini didasari oleh teori belajar
Gestalt (field-theory). Model interaksi sosial menitikberatkan pada hubungan
yang harmonis antara individu dengan masyarakat (learning to life together).
Model ini dibangun atas dasar kerangka teori perilaku. Melalui teori ini siswa
dibimbing untuk dapat memecahkan masalah belajar melalui penguaraian prilaku
ke dalam jumlah yang kecil dan berurutan. Model behavioral menekankan pada
perubahan perilaku yang tampak dari peserta ddik sehingga konsisten dengan
konsep dirinya. Sebagai bagian dari teori stimulus-respon. Model behaviorial
menekankan bahwa tugas-tugas harus diberikan dalam suatu rangkaian yang kecil,
berurutan dan mengandung perilaku tertentu. Model ini bertitik tolak dari teori
belajar behavioristik, yaitu bertujuan mengembangkan sistem yang efisien untuk
mengurutkan tugas-tugas belajar dan membentuk tingkah laku dengan cara
memanipulasi penguatan (reinforcement).
Model ini lebih menekankan pada aspek perubahan perilaku psikologis dan
perlilaku yang tidak dapat diamanti karakteristik model ini adalah penjabaran
tugas¬-tugas yang harus dipelajari peserta didik lebih efisien dan berurutan.
Implementasi dari model modifikasi tingkah laku ini adalah meningkatkan
ketelitian pengucapan pada anak. Guru selalu perhatian terhadap tingkah laku
belajar peserta didik. Modifikasi tingkah laku anak yang kemampuan belajarnya
rendah dengan reward, sebagai reinforcement pendukung. Penerapan prinsip
pembelajaran individual dalam pembelajaran klasikal.
14
2.5 PENGEMBANGAN MODEL PEMBELAJARAN INOVATIF SEJARAH
1. Kriteria Model Pembelajaran Inovatif dan Konstruktif.
Menurut Nieven ( 1999) ciri-ciri suatu model pembelajaran yang baik adalah
sahih (valid), praktis dan efektif. Merujuk pada pemikiran tersebut di atas maka
kesahihan model pembelajaran sejarah berkaitan dengan pertanyaan apakah model
yang dikembangkan di dasarkan pada rasional teoritik yang kuat, dan apakah
terdapat konsistensi internal. Menurut Trianto ( 2007) untuk melihat tingkat
kelayakan suatu model pembelajaran di lihat dari aspek kesahihan di perlukan
seorang ahli untuk menguji kesahihannya. Sedangkan hal praktis dan efektivitas
berkaitan dengan pertanyaan apakah model pembelajaran sejarah yang
dikembangkan dapat di terapkan; apakah kenyataan menunjukan bahwa apa yang
dikembangkan tersebut dapat diterapkan, dan apakah operasional model
pembelajaran yang dikembangkan memberikan hasil yang sesuai dengan yang
diharapkan.
15
c. Membimbing peserta memahami konsep-konsep secara induktif maupun
deduktif.
d. Menunjukan realita- realita yang hidup di masyarakat dengan menanamkan
kesadaran kesejarahan dan perspektif.
e. Membimbing peserta didik menemukan dan merasakan fungsi dan manfaat
belajar sejarah di dalam praktik kehidupan sosial sehari-hari baik secara
individu maupun kelompok.
16
bekerja secara kooperatif membuat kebijakan untuk mengatasi masalah. Fajar
(2004:48) menyebutkan langkah-langkah model pembelajaran portofolio sebagai
berikut :
17
Empat pilar pendidikan sebagai landasan model pembelajaran berbasis
portofolio adalah learning to do, learning to know, learning to be, dan learning to
liver together, yang dicanangkan oleh UNESCO.
b) Pandangan Konstruktivisme
Portofolio tayangan pada umumnya berbentuk segi empat sama sisi berjajar
dan dapat berdiri sendiri tanpa penyangga. Namun tidak menutup kemungkinan
dapat berbentuk lain seperti segitiga, lingkaran, oval, dan sebagainya sesuai
dengan kreativitas mahasiswa.
b) Portofolio Dokumentasi
18
sejumlah publikasi pemerintah/swasta, observasi lapangan, dan lain-lain. Pada
dasarnya portofolio dokumentasi adalah suatu bukti bahwa mahasiswa telah
melakukan penelitian.
Pada tahap ini terdapat beberapa kegiatan yang dilakukan Dosen bersama
mahasiswa yaitu mendiskusikan tujuan, mencari masalah, apa saja yang
mahasiswa ketahui tentang masalah yang ada dalam masyarakat, memberi tugas
rumah tentang masalah apa yang ada di masyarakat. Dalam mengerjakan
pekerjaan rumah, mahasiswa diharapkan untuk mencari informasi tentang masalah
yang akan dikaji dengan cara melakukan wawancara dengan orang-orang dalam
masyarakat sekitar, mencari informasi melalui sumber-sumber tertulis dan media
elektronika. Semua informasi yang diperoleh harus dicatat untuk didiskusikan di
kelas.
b) Memilih Masalah untuk Kajian Kelas
19
Ada beberapa langkah dalam tahap ini, yaitu :
1). kelas dibagi menjadi 4 kelompok dan setiap kelompok akan bertanggung
jawab untuk membuat suatu bagian portofolio. Keempat kelompok itu
adalah : kelompok 1 bertugas menjelaskan masalah yang dikaji, kelompok 2
bertugas menjelaskan berbagai kebijakan alternatif untuk mengatasi masalah,
kelompok 3 bertugas mengusulkan kebijakan untuk mengatasi masalah,
kelompok 4 bertugas membuat rencana tindakan yang dilakukan untuk
mengatasi masalah.
3). Dosen menjelaskan bahwa informasi yang dikumpulkan oleh kelompok satu
mungkin bermanfaat bagi kelompok lain, hendaknya saling bertukar
informasi.
Dalam hal ini Dosen melakukan evaluasi untuk mengetahui seberapa jauh
mahasiswa telah mempelajari berbagai hal yang berkenaan dengan topik yang
dipelajari sebagai upaya belajar kelas secara kooperatif.
1) Rasional
20
konteks ini, kemampuan berpikir mahasiswa tidak berkembang, yang akhirnya
berujung pada rendahnya minat, dan prestasi belajar sejarah mahasiswa.
2) Landasan Teoritis
3) Sintaksis
4) Sistem Sosial
Sistem sosial dari model pembelajaran ini pada dasarnya sama dengan sistem
sosial model pembelajaran kooepratif yang berlandaskan folosofi konstruktivisme
terutama konstruktivisme sosial menurut Vigotsky.
5) Prinsip Interaksi
6) Sistem Pendukung
21
learning dikombinasikan dengan pendekatan kooperatif, (c) Lembar kerja
mahasiswa (LKS) yang memuat masalah-masalah dalam sebuah peristiwa sejarah
dan (d) asesmen pembelajaran open-ended, lengkap dengan pedoman
penskoran/rubrik masalah tersebut.
1). Rasional
3). Sintaksis
4) Prinsip Interaksi
22
untuk belajar menyelesaikan masalah metakognitif, memberi ganjaran, dan
memberikan bantuan kepada Mahasiswa agar dapat belajar dan mengkonstruksi
pengetahuannya secara optimal.
5) Sistem Sosial
Sistem sosial yang dianut dalam model metakognitif adalah low structure
artinya pembelajaran berpusat pada Mahasiswa, dalam hal ini Dosen hanya
berperan sebagai fasilitator dan moderator. Penekanan pada model ini adalah
strategi kognitif, mengontrol, dan mengevaluasi.
6). Sistem Pendukung
Sistem pendukung yang diperlukan sehingga model ini tetap dapat terlaksana
antara lain: keterampilan Dosen dalam pelaksanaan model, disiplin Mahasiswa
dalam beraktivitas, dan perangkat pembelajaran seperti rencana pembelajaran,
lembar kerja Mahasiswa, dan buku pegangan Mahasiswa.
a. Dampak Pembelajaran
b. Dampak Pengiring
23
BAB III
PENUTUP
3.1 KESIMPULAN
24
3.2 SARAN
25
DAFTAR PUSTAKA
26