Anda di halaman 1dari 21

MODEL PEMBELAJARAN

Sebagai Sebuah Konstruksi Dalam Proses Pembelajaran

Makalah ini disusun untuk memenuhi tugas mata kuliah Pembelajaran Tematik MI
Yang dibimbing oleh Bpk. Elga Yanuardianto, M.Pd.I

Di Susun Oleh

Putri Maulidah Wulandari 2003805111003


Ahmad Hisbulloh Huda 2003805111001

FAKULTAS TARBIYAH

PENDIDIKAN GURU MADRASAH IBTIDAIYAH


UNIVERSITAS ISLAM JEMBER

TAHUN 2023

i
KATA PENGANTAR

Segala puji syukur kami panjatkan atas kehadirat Allah SWT yang senantiasa
telah melimpahkan rahmat serta hidayahnya. Sehingga saya dapat menyusun makalah ini
dengan baik dan tepat pada waktunya. Sholawat serta salam senantiasa tercurahkan
kepada junjungan kita nabi besar Muhammad SAW
Tak lupa juga kami ucapkan terimakasih banyak kepada Bapak Elga
Yanuardianto, M.Pd.I selaku dosen pengampu mata kuliah Pembelajaran Tematik MI
yang telah memberikan saya tugas ini sehingga dapat menambah pengetahuan dan
wawasan kami sesuai dengan study yang kami tekuni.
Dan tak lupa juga kami ucapkan terimakasih banyak kepada pihak yang telah
membagikan sebagian pengetahuannya sehingga kami dapat menyelesaikan makalah ini.
Kami memohon maaf apabila terjadi kesalahan dalam penulisan makalah kami,
dan kami juga mengharapkan kritik dan saran dari rekan semua untuk perbaikan makalah
kami selanjutnya.

Jember, 11 April 2023

Penulis

ii
DAFTAR ISI
COVER .......................................................................................................................... i
KATA PENGANTAR.................................................................................................... ii
DAFTAR ISI .................................................................................................................. iii
BAB I PENDAHULUAN .............................................................................................. 1
1. Latar Belakang ................................................................................................... 1
2. Rumusan Masalah .............................................................................................. 2
3. Tujuan................................................................................................................. 2

BAB II PEMBAHASAN ...............................................................................................


1. Pengertian Model Pemebelajaran Tematik dan Praktik di Lapangan ............... 3
2. Model – model Pembelajaran Tematik .............................................................. 6
3. Integrasi Nilai-nilai Agama Islam Dalam Pembelajaran Tematik .................... 13

BAB III PENUTUP ........................................................................................................ 15


1. Kesimpulan......................................................................................................... 15
2. Saran ................................................................................................................... 15

DAFTAR RUJUKAN .................................................................................................... 16

iii
1

BAB I
PENDAHULUAN
A. Latar Belakang
Dunia pendidikan adalah dunia yang sangat penting dalam kehidupan manusia.
Manusia yang selalu diiringi pendidikan, kehidupannya akan selalu berkembang kearah
yang lebih baik. Tidak ada zaman yang tidak berkembang, tidakada kehidupan manusia
yang tidak bergerak, dan tidak ada manusia pun yang hidupdalam stagnasi peradaban. Dan,
semuanya itu bermuara pada pendidikan, karena pendidikan adalah pencetak peradaban
manusia.
Belajar dimaknai sebagai proses interaksi dari anak dengan lingkungannya. Anak
belajar dari hal-hal yang konkrit, yakni yang dapat dilihat, didengar, diraba dan dibaui. Hal
ini sejalan dengan falsafah konstruksivisme yang menyatakan bahwa manusia
mengkonstruksi pengetahuannya melalui interaksi dengan obyek, fenomena, pengalaman
dan lingkungannya. Pengetahuan ini tidak dapat ditransfer begitu saja dari seorang guru
kepada anak. Sejalan dengan tahapan perkembangan dan karakteristik cara anak belajar
tersebut, maka pendekatan pembelajaran siswa SD adalah pembelajaran tematik.
Masalah besar yang selama ini dihadapi dunia pendidikan kita adalah lemahnya proses
pembelajaran. Siswa kurang didorong untuk mengembangkan kemampuan berpikir.
Proses pembelajaran di dalam kelas hanya diarahkan kepada kemampuan siswa untuk
menghafal informasi, otak siswa dipaksa untuk mengingat dan menimbun berbagai
informasi tanpa dituntut untuk memahami informasi yang diingatnya, apalagi
dihubungkan dengan kehidupan sehari-hari atau persiapan melanjutkan pendidikan ke
jenjang pendidikan berikutnya.1
Dokumen kurikulum menjadi salah satu komponen yang menggambarkan jawaban
prinsipil akan pembelajaran yang akan dibangun. Oleh karena itu dalam implementasinya
perlu pemikiran serius tentang bagaimana model rancangan yang memudahkan guru untuk
mengembangkan kurikulum dalam tataran praktis di lapangan. Upaya mengintegrasikan
sejumlah Mapel sehingga tercipta pembelajaran tematik terpadu yang dipandu oleh
langkahlangkah pendekatan tematik harus menjadi dasar pemikiran untuk menciptakan
desain rencana pembelajaran, implementasi pembelajaran dan evaluasi pembelajaran.

1
Een Y. Haenilah, Maman Surahman, Desain Pembelajaran Temaik (Lampung, CV. Anugrah Utama
Raharja:2016).2
2

Untuk menghasilkan model pembelajaran terpadu maka rancangan pembelajarannya pun


harus bersifat terpadu bukan sekedar kumpulan sejumlah Mapel dalam satu perencanaan.2
B. Rumusan Masalah
Berdasarkan latar belakang yang telah kami paparkan diatas, maka kami mengambil
rumusan masalah sebagai berikut :
1. Apa pengertian dari model pembelajaran tematik dan praktiknya dilapangan ?
2. Apa saja model – model pembelajaran tematik yang pada saat ini ?
3. Bagaimana implementasi nilai islam pada pembelajaran tematik ?
C. Tujuan
Mengacu pada rumusan masalah yang telah kami sebutkan tersebut, maka tujuan kami
dalam membuat tulisan ini adalah :
1. Mengetahui pengertian dari model pembelajaran tematik dan praktiknya dilapangan
2. Mengetahui apa saja model – model pembelajaran tematik yang ada pada saat ini
3. Mengetahui bagaimana implementasi nilai islam pada pembelajaran tematik

2
Ibid.6
3

BAB II
PEMBAHASAN
A. Pengertian Model Pemebelajaran Tematik dan Praktik di Lapangan
Dalam proses pembelajaran dikenal beberapa istilah yang memiliki kemiripan makna,
sehingga seringkali orang merasa bingung untuk membedakannya. Istilahistilah tersebut
adalah: (1) model pembelajaran (2) pendekatan pembelajaran; (3) metode pembelajaran;
(4) strategi pembelajaran; (5) teknik pembelajaran; dan (6) taktik pembelajaran. Berikut
ini akan dipaparkan istilah-istilah tersebut, dengan harapan dapat memberikan kejelasaan
tentang penggunaan istilah tersebut.3
Dalam tulisan kali ini fokus kami fokuskan pembahasan pada model pembelajaran.
Secara umum mode pembelajaran memiliki makna adalah bentuk pembelajaran yang
tergambar dari awal sampai akhir yang disajikan secara khas oleh guru. Dengan kata lain,
model pembelajaran merupakan bungkus atau bingkai dari penerapan suatu pendekatan,
metode, strategi, dan tehnik pembelajaran.4 Model pembelajaran adalah salah satu
perencanaan yang digunakan sebagai pedoman dalam merencanakan pembelajaran di
kelas.5
Adapun menurut Trianto model pembelajaran memiliki pengertian suatu perencanaan
atau pola yang digunakan sebagai pedoman dalam merencanakan pembelajaran di kelas
atau pembelajaran tutorial. Model pembelajaran mengacu pada pendekatan pembelajaran
yang akan digunakan, termasuk di dalamnya tujuan-tujuan pengajaran, tahap-tahap dalam
kegiatan pembelajaran, lingkungan pembelajaran, dan pengelolaan kelas
Sedangkan menurut Saefuddin dan Berdiati model pembelajaran adalah kerangka
konseptual yang melukiskan prosedur sistematis dalam mengorganisasikan sistem belajar
untuk mencapai tujuan belajar tertentu dan berfungsi sebagai pedoman bagi perancang
pembelajaran dan para pengajar dalam merencanakan dan melaksanakan aktivitas
pembelajaran6
Dari berbagai pendapat diatas secara sederhana dapat kita simpulkan bahwa, model
pembelajaran merupakan suatu desain kerangka pembelajaran yang disusun dengan
prosedur sistematis dan tahapan tertentu hingga tercapai tujuan yang diharapkan.

3
Helmiati, Metode Pembelajaran (Yogyakarta,Aswaja Pressindo:2012).19
4
Ibid.19
5
Feri Tirtoni, Pembelajaran TerpaduDi Sekolah Dasar (Sidoarjo, Umsida Press:2018).82
6
https://serupa.id/model-pembelajaran-pengertian-ciri-jenis-macam-contoh/
4

Sebagaimana yang kita ketahui bersama bahwa pembelajaran tematik merupakan


pembelajaran terpadu, dimana dalam pembelajaran teserbut termuat beberapa pelajaran
berbeda yang dipadukan dalam satu sajian utuh dengan tujuan agar peserta didik mendapat
pengalaman baru pada proses belajar yang ia jalani. Senada dengan hal tertsebut,
Wolfinger berpendapat bahwa pembelajaran terpadu atau dalam istilah lain disebut sebagai
Integrated Learning merupakan suatu pembelajaran yang memadukan beberapa disiplin
ilmu dalam satu paduan isi, keterampilan dan sikap.7
Sebagaimana yang telah kita ketahui bersama bahwa, pembelajaran tematik pada
dasarnya memili karakteristik sebagai berikut :
1. Pembelajaran terpadu berpusat pada peserta didik (student centered). Hal ini sesuai
dengan pendekatan belajar modern yang lebih banyak menempatkan peserta didik
sebagai subjek belajar. Peran guru lebih banyak sebagai fasilitator yaitu memberikan
kemudahan-kemudahan kepada peserta didik untuk melakukan aktivitas belajar.
2. Pembelajaran terpadu dapat memberikan pengalaman langsung kepada peserta didik
(direct experiences). Dengan pengalaman langsung ini, peserta didik dihadapkan pada
sesuatu yang nyata (konkret) sebagai dasar untuk memahami hal-hal yang lebih
abstrak.
3. Dalam pembelajaran terpadu pemisahan antarmata pelajaran menjadi tidak begitu
jelas. Bahkan dalam pelaksanaan di kelaskelas khususnya di kelas awal sekolah dasar
yaitu kelas satu, dua dan tiga, fokus pembelajaran diarahkan kepada pembahasan tema
- tema yang paling dekat berkaitan dengan kehidupan peserta didik dalam
memecahkan masalah yang dihadapi dalam kehidupan sehari-hari.
4. Pembelajaran terpadu bersifat luwes (fleksibel), sebab guru dapat mengaitkan bahan
ajar dari satu mata pelajaran dengan mata pelajaran yang lainnya, bahkan dengan
kehidupan peserta didik dan keadaan lingkungan di mana sekolah dan peserta didik
berada.
5. Hasil pembelajaran dapat berkembang sesuai dengan minat dan kebutuhan peserta
didik. Dengan demikian, peserta didik diberi kesempatan untuk mengoptimalkan
potensi yang dimilikinya secara maksimal.8

Dari karakteristik yang telah disebutkan diatas dapat kita simpulkan bahwa pada dasarnya
tujuan dari pembelajaran tematik adalah untuk membuat peserta didik lebih aktif dalam

7
Asep Hery Hernawan, Novi Resmini, Konsep Dasar dan Model-model Pembelajaran Terpadu (Modul1).1.7
8
Rusydi Ananda, Abdillah, Pembelajaran Terpadu (Medan,LPPPI:2018).7-8
5

proses pembelajaran sedangkan guru sekedar menjadi fasilitator atau pihak yang
menjembatani atara pola pikir peserta didik dengan pembelajaran yang sedang
berlangsung. Serta memeberikan pengalaman lebih kepada peserta didik terhadap proses
belajar dengan mengambil topik – topik yang mereka temukan dalam keseharian.

Namun pada praktiknnya proses pembelajaran tematik tidak berjalan sebagaimana


karakteristik yang ada. Satu contoh saja, sebagaimana yang telah disebutkan diatas bahwa
pada pembelajaran tematik dimana menggabungkan beberapa disiplin ilmu dan hampir
tidak terlihat sekat diantara keduanya, pada kenyataannya beberapa tenaga pengajar dalam
lingkup sekolah dasar yang dalam proses pembelajarannya masih melakukan pemisahan
tehadap mata pelajaran.

Pada pembelajaran tematik sekolah dasar kelas 4, 5 dan 6 terdapat lima mata pelajaran
yang terintegrasi dalam satu tema yaitu Ilmu Pengetahuan Alam, Ilmu Pengetahuan Sosial,
Bahasa Indonesia, Pendidikan Kewarganegaraan, dan Seni Budana dan Prakarya. Proses
pembelajaran seharusnya disajikan secara tematik integratif namun secara praktik
dilapangan menunjukkan bahwa pembelajaran dilakukan masih seperti kurikulum KTSP
dimana pembelajaran dilakukan secara terpisah.

Hal terserbut dilakukan bukan tanpa sebab. Diantara alasan yang mendasari proses
pembelajaran yang tidak sepenuhnya sesuai dengan karakteristik pembelajaran tematik
adalah : Pertama, kemampuan peserta didik dalam melakukan pemilahan antar
pembelajaran. Dalam beberapa teks bacaaan pada buku tematik, kerap kali ditemukan teks
bacaan yang merupakan bagian dari pembelajaran Bahasa Indonesia namun isi teksnya
memuat materi Ilmu Pengetahuan Alam. Bagi peserta didik yang memiliki kemapuan
cukup tinggi, maka ia yang mampu menyerap kedua materi terserbut. Ia mampu
mengambil inti dari pembelajaran bahasa Indonesia dan juga mampu mengambil informasi
dari pembelajaran Ilmu Pengetahuan Alam yang ada didalamnya. Namun bagi peserta
didik dengan kemampuan rendah akan kesulitan untuk memahami kedua materi terserbut
secara bersamaan. Oleh sebab itu, beberapa tenaga pendidik berinisiatif memisahkan
kedua meteri terserbut agar peserta didik dapat mencerna keselurhan materi yang ada.

Kedua, sistem penilaian yang ada pada jenjang pendidikan sekolah dasar masih berupa
mata pelajaran dan bukan tematik. Sebagaimana kita ketahui bersama, rapor dan juga
ijazah yang menjadi bukti ketuntasan belajar peserta didik masih berbasis mata pelajaran.
Artinya masih ada pemisahan dalam penilaian pembelajaran yang termuat dalam tematik.
6

Berdasarkan hal terserbut, maka jika proses pembelajaran dilakukan murni tematik, maka
akan menyulitkan peserta didik untuk memilah tiap – tiap materi, selain itu pada proses
penilaian apabila dilakukan penilaian berbasis tematik namun penilaian berbasis mata
pejaran, maka akan menyulitkan dalam proses pemilakan nilai.

Ketiga, keterbatasan pengetahuan tenaga pendidi terhadap pembelajaran tematik.


Tenaga pendidik merupakan ujung tombak dalam proses pembelajaran. Keberhasilan
bergantung besar pada tenaga pendidik. Minimnya pengetahuan yang dimiliki oleh tenaga
pendidik untuk dapat melaksanakan proses pembelajaran berbasis tematik turut serta
berperan dalam tidak sempurnanya konsep pembalajaran tematik secara utuh. Hal teserbut
diakibatkan oleh kurangnya tenaga pendidik dalam memahami pembelajaran tematik atau
bisa juga diakibatkan oleh tenaga pendidik terserbut belum pernah mengikuti workshop
terkait pembelajaran tematik.

Berbagai karakter dan praktik diatas penulis paparkan sebab kami rasa, dengan adanya
praktik yang kurang sesuai dengan karakteristik yang ada, maka akan berimplikasi pada
ketidak sesuaian dengan model pembelajaran yang semestinya ada pada pembelajaran
tematik.

B. Model – Model Pembelajaran Tematik


Dalam pemebahasan model – model pembelajaran tematik ini, kami membagi dalam
dua kategori yaitu model pembelajaran tematik ditinjau dari konstrusi materi yang
disajikan dan juga model pembejaran tematik yang ditinjau berdasarkan pelaksanaan
pembelajaran.
a. Model Pembelajaran Tematik berdasarkan Konstruksi Materi
Model pembelajaran tematik dalam penyajiannya memiliki perbedaan jika
dibandingkan dengan pembelajaran sebelum menggunakan sistem tematik. Dimana
telah disampaikan diatas bahwa pembelajaran tematik merupakan satu pembelajaran
yang menggabungkan beberapa disiplin ilmu hingga menjadi satu kesatuan yang nyaris
tidak tampak sekat diantara keduanya.
Secara umum dalam pembelajran tematik terdapat sepuluh model dimulai dari
eksplorasi dengan mata pelajaran tunggal (within single disciplines) yaitu model
fragmented, connected, dan nested; terpadu beberapa mata pelajaran (across several
disciplines) yaitu model sequenced, shared, webbed, threated, dan integrated ;
dioperasikan diantara pebelajar sendiri yaitu model immersed; dan jejaring diantara
7

pebelajaryaitu model networked.9 Namun sebagaimana yang telah kita ketahui bersama,
pembelajaran tematik yang ada di Indonesia mengadopsi tiga jenis model yaitu :
Integrated, Connected dan juga Webbed. Oleh sebab itu, fokus pembahasan yang akan
penulis paparkan dalam makalah ini adalah tiga model tersebut.
1. Webbed (jaring laba – laba)
Model pembelajaran ini adalah model pembelajaran terpadu yang menggunakan
pendekatan tematik. Pendekatan ini dimulai dengan menentukan tema, yang
kemudian dikembangkan menjadi subtema dengan memperhatikan keterkaitan tema
tersebut dengan mata pelajaran yang terkait. Dari subtema tersebut diharapkan
aktivitas siswa dapat berkembang dengan sendirinya.10
Tema-tema atau topik dalam pembelajaran terpadu model jaring laba-laba
merupakan pusat minat yang dikembangkan dari berbagai sudut pandang konsep
atau prinsip dari masing-masing bidang ilmu yang dipadukan. Dalam pemilihan
tema atau topic perlu memperhatikan kebutuhan peserta didik sesuai dengan tingkat
perkembangannya. Selain itu pula perlu memperhatikan kejadiankejadian penting di
sekitar kehidupan sehari-hari peserta didik. Melalui tema-tema atau topik tersebut,
peserta didik diharapkan mampu mencermati dan memahami suatu konsep secara
menyeluruh sehingga wawasan peserta didik menjadi lebih luas dan bermakna.11
Menurut Mardianto, model pembelajaran webbed memiliki karakteristik sebagai
berikut :
a) Berpusat kepada peserta didik
Pembelajaran berpusat pada peserta didik, hal ini sesuai dengan pendekatan
belajar modern yang lebih banyak menempatkan peserta didik sebagai subjek
belajar sedangkan guru lebih banyak berperan sebagai fasilitator yaitu
memberikan kemudahan-kemudahan kepada peserta didik untuk melakukan
aktivitas belajar. Pengalaman dan kegiatan belajar sangat relevan dengan tingkat
perkembangan dan kebutuhan peserta didik.
b) Memberikan pengalaman belajar
Pembelajaran diharapkan dapat memberikan pengalaman belajar dapat
memberikan pengalaman langsung kepada peserta didik. Dengan pengalaman
langsung ini, peserta didik dihadapkan pada sesuatu yang nyata sebagai dasar

9
Lailatul Usriyah,dkk. Pembelajaran Tematik Terpadu, (Surabaya, Imtiyaz:2018).6
10
Asep Hery Hernawan, Novi Resmini, Konsep Dasar dan Model-model Pembelajaran Terpadu (Modul1)1.26
11
Rusydi Ananda, Abdillah, Pembelajaran Terpadu (Medan,LPPPI:2018).71
8

untuk memahami hal-hal yang lebih abstrak. Kegiatan belajar akan lebih
bermakna dan berkesan bagi peserta didik sehingga hasil belajar dapat bertahan
lebih lama. Menyajikan kegiatan belajar yang bersifat pragmatis sesuai dengan
permasalahan yang sering ditemui peserta didik dalam lingkungannya.
c) Meminimalisir pemisahan mata pelajaran
Pemisahan antar matapelajaran menjadi tidak jelas. Fokus pembelajaran
diarahkan kepada pembahasan tema-tema yang paling dekat berkaitan dengan
kehidupan peserta didik.
d) Bersifat fleksibel
Pembelajaran bersifat luwes (fleksibel) di mana guru dapat mengaitkan bahan
ajar dari satu mata pelajaran dengan mata pelajaran yang lainnya, bahkan
mengaitkannya dengan kehidupan peserta didik dan keadaan lingkungan di
mana sekolah dan peserta didik berada.12
Pola pembelajaran ini biasa kita temukan pada teks Bahasa Indonesia yang
muatannya mengandung materi tentang mata pelajaran lain semisal IPA atau IPS.
Model pembelajaran jaring laba – laba memungkinkan seorang pengajar untung
mengkaitkan satu mata pelajaran dengan mata pelajaran lain yang secara umum tidak
berkaitans secara langsung. Namun melalui model ini, hal terserbut dapat dilakukan.
Misalnya saja, mengaitkan nilai ketuhanan yang Maha Esa pada mata pelajaran PKn
dengan nilai ketuhanan dalam QS. Al – Ikhlas pada mata pelajaran Qur’an Hadist.
Dengan demikian maka, pada dasarnya secara konseptual model webbed dapat
mempersingkat waktu pembelajaran sebab dalam satu proses pembelajaran pendidik
bisa memadukan dua mata pelajaran sakaligus. Namun tidak dapat dipungkiri bahwa
model ini membutuhkan pemahaman lintas mata pelajaran yang cukup tinggi sebab
perlu kedalaman pemahaman serta cara yang tepat agar perpaduan terserbut benar –
benar dapat menjadi satu kesatuan yang utuh. Selain itu, diperlukan juga penalaran
tinggi dari peserta didik sebagai penerima informasi agar transfer materi yang
diberikan dapat dicerna dengan baik sehingga kedua materi dapat mereka fahami.
Berikut ini adalah gambaran sederhaba dari model pembelajaran webbed.

12
Ibid.72
9

Dalam model ini, materi disajikan dalam bentuk tematik (bertema) sehingga tiap
meteri yang termuat didalamnya. Seperti contoh pada tema 2 kelas 5 yang
mengambil tema “udara bersih bagi kesehatan”, materi didalamnya akan dapat kita
temukan muatan mata pelajaran IPA tentang organ – organ pernapsan serta teks
bacaan bahasa Indonesia tentang menjaga kebersihan udara disekitar kita. Dengan
kata lain bahwa, susunan materi pada model webbed haruslah berkesinambungan
dengan tema yang diambil sehingga terbentuk tercipta kesinambungan antara tema
dengan sajian materi didalamnya.

2. Connected
Pembelajaran bersifat luwes (fleksibel) di mana guru dapat mengaitkan bahan ajar
dari satu mata pelajaran dengan mata pelajaran yang lainnya, bahkan mengaitkannya
dengan kehidupan peserta didik dan keadaan lingkungan di mana sekolah dan
peserta didik berada.13
Pembelajaran terpadu model keterhubungan merupakan model integrasi
interbidang studi. Model ini mengorganisasikan atau mengintegrasikan satu konsep,
keterampilan, atau kemampuan yang ditumbuhkembangkan dalam suatu pokok
bahasan atau subpokok bahasan yang dikaitkan dengan konsep, keterampilan atau
kemampuan pada pokok basan atau subpokok bahasan lain dalam suatu bidang studi.
Gambaran sederhada dari model connected adalah sebagai berikut :

13
Ahmad Sulhan, Ahmad Khalakul Khair Konsep Dasar Pembelajaran Tematik di Sekolah Dasar (Mataram, CV.
Sanabil:2019).26
10

Menurut Saud, pembelajaran terpadu model keterhubungan adalah model


pembelajaran terpadu yang secara sengaja diusahakan untuk menghubungkan satu
konsep dengan konsep lain, satu topik dengan topik lain, satu keterampilan dengan
keterampilan lain, tugas-tugas yang dilakukan dalam satu hari dengan tugas-tugas
yang dilakukan dihari berikutnya, bahkan ide - ide yang dipelajari dalam satu
semester dengan ide-ide yang akan dipelajari pada semester berikutnya di dalam satu
mata pelajaran.14
Semenata itu Fogerty mengemukakan bahwa model terhubung (connected)
merupakan ,model integrasi interbidang studi.15 Dimana model ini menggabungkan
beberapa materi atau keterampilan dalam satu bidang ilmu. Misalnya saja dalam
mata pelajaran IPS tentang interaksi manusia yang mendominasi alam. Pendidik
meminta kepada peserta didik untuk menemukan berbagai kegiatan disekitar yang
berkaitan dengan peristiwa terserbut. Maka dalam hal penugasan semacam ini akan
ada beberapa hal yang dapat dinilai oleh pendidikan. Diantaranya adalah, tingkat
pengetahuan (knowledge) peserta didik terhadap devinisi dari interaksi yang
mendominasi, penerapan (application) terkait interaksi yang mendominasi, dan juga
analisa (analysis) terhadap kegiatan disekitar yang mengandung unsur interaksi yang
medominasi.

3. Integrated
Model integrated merupakan pemaduan sejumlah topik dari mata pelajaran yang
berbeda, tetapi esensinya sama dalam sebuah topik tertentu. Topik evidensi yang
semula terdapat dalam mata pelajaran Matematika, Bahasa Indonesia, Pengetahuan
Alam, dan Pengetahuan Sosial, agar tidak membuat muatan kurikulum berlebihan,
cukup diletakkan dalam mata pelajaran tertentu, misalnya Pengetahuan Alam.
Contoh lain, dalam teks membaca yang merupakan bagian mata pelajaran Bahasa
Indonesia, dapat dimasukkan butir pembelajaran yang dapat dihubungkan dengan
Matematika, Pengetahuan Alam, dan sebagainya. Dalam hal ini diperlukan penataan
area isi bacaan yang lengkap sehingga dapat dimanfaatkan untuk menyampaikan
berbagai butir pembelajaran dari berbagai mata pelajaran yang berbeda tersebut.
Ditinjau dari penerapannya, model ini sangat baik dikembangkan di SD. 16

14
Rusydi Ananda, Abdillah, Pembelajaran Terpadu (Medan,LPPPI:2018).65
15
Feri Tirtoni, Pembelajaran TerpaduDi Sekolah Dasar (Sidoarjo, Umsida Press:2018).101
16
Rusydi Ananda, Abdillah, Pembelajaran Terpadu (Medan,LPPPI:2018).75
11

Model ini merupakan pembelajaran terpadu yang menggunakan pendekatan


antarmata pelajaran. Model ini diusahakan dengan cara menggabungkan mata
pelajaran dengan cara menetapkan prioritas kurikuler dan menentukan keterampilan,
konsep, dan sikap yang saling tumpang-tindih di dalam beberapa mata pelajaran.
Berbeda dengan model jaring laba-laba yang menuntut pemilihan tema dan
pengembangannya sebagai langkah awal maka dalam model keterpaduan tema yang
terkait dan bertumpang tindih merupakan hal yang terakhir yang ingin dicari dan
dipilih oleh guru dalam tahap perencanaan program. Pertama guru menyeleksi
konsep-konsep, keterampilan dan sikap yang diajarkan dalam satu semester dari
beberapa mata pelajaran, selanjutnya dipilih beberapa konsep, keterampilan dan
sikap yang memiliki keterhubungan yang erat dan tumpang tindih di antara berbagai
mata pelajaran. Berikut adalah gambaran dari pembelajaran intergrated :

Model ini memiliki kemiripan dengan model webbed, dimana dalam penyajian
materinya memadukan beberapa disiplin ilmu dalam satu sajian materi. Yang
berbeda adalah, dalam model pembelajaran webbed materi disajikan berdasarkan
tematik (tema yang memiliki keterkaitan) sedangkan pada model integrated tidak
disajikan berdasarkan tema, sebatas mengaitkan beberapa disiplin ilmu dalam satu
sajian materi.
Contoh model pemebelajaran ini, misalnya seorang pendidik memberikan
perintah kepada peserta didik untuk mengamati sebuah gambar yang menunjukkan
kondisi sungai yang penuh dengan sampah dan terdapat pemukiman kumuh di sisi
kiri dan kanan sungai. Kemudian peserta didik diminta untuk membayangkan
apabila tinggal di lingkungan terserbut, selanjutnya bagaimana agar kondisi buruk
terserbut dapat di selesaikan sehingga sampah tidak lagi memenuhi sungai serta
pemukiman menjadi lebih nyaman untuk ditinggali. Setelah peserta didik
membayangkan kedua hal terserbut, selanjutknya diminta untuk menuangkannya
dalam sebuah teks naratif.
Dari pembelajaran teserbut nantinya dapat kita nilai aspek pembelajaran IPS
tentang menjaga kelestarian alam sekitar dan juga dapat kita nilai pembelajaran
Bahasa Indonesia tentang keterampilan menulis.
12

b. Model Pembelajaran Tematik berdasarkan Proses Kegiatan Pelajar


Sebagaimana yang telah penulis paparkan diatas terkait pengertian model
pembelajaran, pada bagian ini kami paparkan model pembelajaran tematik yang kami
tinjau berdasarkan Proses Kegiatan Pembelajaran yang dilakukan oleh pendidik dalam
proses pembelajaran dikelas. Model penyusunan materi yang telah dibuat berdasarkan
landasan model tematik tidak akan berjalan sebagaimana mestinya jika tidak didukung
dengan model pembelajaran pada proses pengajaran dikelas yang sesuai dengan
model materi yang ada.
Gambaran sederhanya, jika seorang ingin membuat kue tart dan telah menyediakan
bahan yang sesuai namun tidak didukung dengan cara pengolahan yang benar dan
sesuai dengan aturan pembuatannya, maka hasil yang diharapkan akan sulit tercapai
atau bahkan sama sekali tidak dapat tercapai. Begitu juga dengan pembelajaran
tematik. Komposisi penyusunan materi yang telah baik namun tidak didukung dengan
cara penyajian yang sesuai maka hasilnya akan kurang maksimal.
Oleh sebab itu, perlu bagi pendidik untuk mengetahui model – model kegiatan
pembelajaran yang sesuai dan disarankan dalam pembelajaran tematik ini.
Diantaranya adalah :
1. Model pembelajaran Discovery Learning (DL)
Sebuah proses pembelajaran yang terjadi bila peserta didik tidak disajikan dalam
bentuk finalnya, tetapi dalam proses menemukan. Peserta didik diharapkan
mengorganisasi pengalamnnya sendiri. Cara ini dapat meningkatkan peserta didik
untuk melakukan pengamatan yang ditemukan melalui bernalar logika ilmia.
Artinya, peserta didik dibimbing untuk menemukan sesuatu yang dapat dijadikan
sumber belajar dengan melihat ataupun memegang langsung. Model ini sangat cocok
diterapkan dalam pembelajaran tematik SD/MI karena mampu bisa meningkatkan
daya imajinasi dan penasaran peserta didik
Sebagai contoh penerapannya, pada jenjang kelas 3 tema 1 tentang sifat benda
kaca, logam dan karet. Peserta didik diberikan petanyaan seputar benda apa saja
yang terabuat dari kaca, logam dan karet. Lalu guru memberikan contoh sifat dari
benda kaca, logam dan karet. Lemudian peserta didik diberikan tugas untuk
menemukan contoh benda – benda berjenis kaca, logam dan karet yang dapat
mereka temukan dilingkungan selain dari yang telah dicontohkan oleh guru.

2. Model pembelajaran Problem Based Learning (PBL)


13

Model pembelajaran ini merupakan cara yang dilakukan guru untuk mengajak
peserta didik dalam menelusuri suatu permasalahan yang diperoleh dari dunia nyata
maupun dunia maya berdasarkan materi yang sedang dibahas, dan mencari solusinya
dari informasi yang relevan secara berkelompok dengan berdiskusi melalui berpikir
tingkat tinggi. Maka dari itu, model pembelajaran ini sangat cocok diterapkan dalam
pembelajaran tematik SD/MI karena dapat mendorong peserta didik dalam
memecahkan suatu permasalahan melalui berpikir tingkat tinggi.
Contoh model pembelajaran ini adalah pada kelas 4 tema 6 tentang upaya
pelestarian hewan langka. Pertama peserta didik dibuat menjadi beberapa kelompok,
kemudian setiap kelompok diberi gambaran tentang hewan langka lalu tugas mereka
adalah mencari keterkaitan antara upaya pelesetarian hewan dengan sila pada
pancasila. Yaitu tidak membunuh hewan langka dan memperlakukan hewan langka
dengan baik.
3. Model Pembelajaran Inquiry Based Learning (IBL)
Model pembelajaran ini yaitu cara yang dapat digunakan guru untuk merangsang
rasa ingin tahu peserta didik dalam menjelajahi sumber sampai ke akar-akar yang
dapat dijadikan penambah wawasan sebagai jawaban dari suatu masalah dengan
mengajak peserta didik terjun langsung dilokasi. Model ini menuntut siswa untuk
berpikir tingkat tinggi. Maka dari itu mosel ini sangat cocok diterapkan di
pembelajaran tematik SD/MI.
Adapun contoh penerapan model terserbut adalah pada kelas 5 tema 9 tentang
iklan dengan cara menyajikan sebuah video berisi iklan. Tujuannya dalah setelah
peserta didik mengamati iklan yang tersebut, peserta didik dapat menyampaikan
informasi penting yang terdapat didalam tayangan iklan tersebut.
4. Model Pembelajaran Project Based Learning (PjBL)
Model pembelajaran ini adalah cara yang digunakan guru dalam menuntun
peserta didik untuk melahirkan karya dari hasil pemahaman materi belajar
khususnya tematik SD/MI dan mengeksplorasinya sehingga menjadi karya yang
monumental. Model ini bertujuan untuk mengembangkan imajinasi peserta didik
sehingga menghasilkan suatu produk. Pada intinya seorang guru tidak perlu melihat
hasilnya agar sempurna, tetapi lihatlah proses perjuangan yang dibuat oleh peserta
didik. Maka dari itu, model pembelajaran ini sangat cocok diterapkan dalam pemb-
elajaran tematik MI/SD karena dapat mendorong peserta didik untuk berkarya.
14

Contoh penerapan model ini yaitu pada pembelajaran kelas 5 mata pelajaran
matematika tentang bangun ruang. Peserta didik dibagi dalam beberapa kempompok
kemudian perserta didik diberikan tugas untuk membuat kreasi sebuah bangun ruang
yang terbuat dari stik es krim atau bahan bekas lainnya yang mudah ditemukan.
5. Model Pembelajaran Cooperative Integrated Reading and Compesition (CIRC)
Merupakan model pembelajaran yang mengharuskan peserta didik bertanggung
jawab terhadap tugas kelompok. Model pembelajaran ini juga mendidik peserta
didik agar mampu berinteraksi sosial dengan lingkungan. Model pembelajaran ini
menekankan belajar berkelompok, setiap anggota kelompok saling mengeluarkan
ide-ide untuk memahami suatu konsep dan menyelesaikan tugas sehingga terbentuk
pemahaman maupun pengalaman belajar yang lama.
Contoh penerapan model ini adalah pada kelas 2 tema 4 tentang hidup bersih dan
sehat. Peserta didik dibagi dalam beberapa kelompok kemudian guru memberikan
sebuah teks bacaan tentang hidup bersih dan sehat disekolah. Nantinya guru meminta
perwakilah dari sertiap kelompok untuk membacakan teks terserbut. Selanjutnya,
masing – masing kelompok diminta untuk berdiskusi dan menuliskan informasi
penting yang dapat ditemukan dalam teks terserbut.
6. Model pembelajaran Mind Mapping
Merupaka cara yang digunakan oleh guru dalam membimbing peserta didik
dengan menggambarkan peta konsep materi pelajaran melalui karya kreatif sehingga
terlihat berseni agar materi yang ditulis dibuku catatan terlihat indah. Model
pembelajaran ini bertujuan meningkatkan daya imajinasi peserta didik dalam
menulis dari hasil pemahaman materi yang diperolehnya. Gambar yang bisa
dijadikan peta konsep pikiran berupa jaring laba-laba, gurita, pohon, dan lain-lain.
Maka dari itu, model pembelajaran ini sangat cocok diterapkan dalam pembelajaran
tematik di SD/MI karena mampu membentuk peserta didik menjadi kreatif.
7. Model Pembelajaran Quantum
Merupakan cara yang dilakukan oleh seorang guru untuk mengga-bungkan
berbagai unsur dalam diri peserta didik dengan ling-kungan belajarnya sehingga
mampu menciptakan kesuksesan dan menjadikan belajar sebagai suatu kebahagiaan.
Jadi, model pembelajaran ini sangat cocok diterapkan dalam pembelajaran tematik
SD/MI17

17
Maulana Arafat Lubis.Pembelajaran Tematik SD/MI. (Jakarta: KENCANA A, 2020) hal 68-82
15

C. Integrasi Nilai-nilai Agama Islam Dalam Pembelajaran Tematik


Model pembelajaran tematik dapat diterapkan dalam pendidikan islam sebagaimana
model-model pembelajaran lainnya dengan mengintegrasikan atau memadukan nilai-nilai
Islam dalam model pembelajaran tersebut Misalnya pada pembelajaran tematik kelas 1
SD/MI dengan tema: hidup bersih dan sehat sub tema: hidup bersih dan sehat dirumah.
Integrasi keislaman dapat berupa hadits kebersihan. Kemudian dalam pelajaran mata
pelajaran di tema dan sub tema tersebut misalnya pendidikan kewarganegaraan materinya
kegiatan dirumah dalam kesatuan dan keberagaman (membersihkan rumah bersama
anggota keluarga). Bahasa indonesia materinya membaca teks (lingkungan yang sehat).
Pendidikan agama islam materinya thaharah (wudhu). Matematika materinya mengenal
pola bangun datar dalam rumah (rumah rapi dan bersih) .
Integrasi keislaman dalam pembelajaran tematik dapat dilakukan pada tema besar, atau
dari sub tema, atau dari materi pelajaran yang ada dalam tema atau sub tema tersebut. bisa
salah satu saja atau semua bagian tersebut, bila semua dapat diintegrasikan dengan nilai-
nilai keislaman. Integrasi keislaman dapat melalui ayat AL-Qur’an, Hadits, Sirah, atau
cerita hikmah atau kisah-kisah yang langsung diceritakan ALLAH dalam AL-Qur’an dan
yang akan dilakukan oleh Rasulullah dalam haditsnya.
Keberadaan kisah-kisah dalam AL-Qur’an banyak sekali manfaatnya bagi Nabi
Muhammad dan ummatnya, termasuk dalam pembelajaran dan pendidikan Islam.
Dr.hamid ahmad Ath-Thahir dalam Shahih Qashashil Qur’an18 merangkum semua kisah
yang terdapat didalam AL-Qur’an sehingga dapat digunakan dalam pembelajaran dan
pendidikan islam. Beberapa kisah tersebut seperti kisah awal mula penciptaan, kisah
Adam, Idris, Nuh, Hud, Saleh, Ibrahim, Ismail, Luth, Syuaib, Yusuf, Ayyub, Kaum Yasin,
Zulkifli, Yunus, Musa, Dawud, Luqman, Sulaiman, Zakaria dan Yahya, Isa dan Maryam,
Ashabul Kahfi, Ashabul Ukhdud, dan kisah kisah lainnya yang penulis kedepakan sahih,
valid dan otentik secara periwayatannya.
Model pembelajaran pendidikan islam tentu tidak lepas dari teladan Rasulullah dalam
mencontohkan pembelajaran semasa hidup beliau. Ada 45 model pembelajaran dari
Rasulullah dalam meniddik generasi idaman, mulai dari bagaimana bertanya, berbicara,
berdiskusi, pengulangan, penjelasan, dan model-model lainnya. Demikian juga karna
dalam model pembelajaran peran guru menjadi salah satu bagian penting, maka tanggung

18
Hamid Ahmad Ath-Thahir.Kisah-kisah Dalam AL-Qur’an:Berdasarkan Riwayat-riwayat Sahih dan Diperkaya
Hikmah dibalik Kisah. (Jakarta: Ummul Qura, 2017)
16

jawab guru atau pendidik menjadi salah satu bagian yang utama menjadi dasar dalam
hadirnya model-model pembelajaran pendidikan islam ini, khususnya dari sisi tanggung
jawab pendidik, metode pendidikan yang efektif, kaidah dasar pendidikan anak, dan saran-
saran penting untuk pendidikan19

19
Ridhahani.Dimensi-Dimensi Pendidikan Agama Islam.(jawa tengah: Maghza Pustaka, 2021) hal 361-364
17

BAB III
PENUTUP
A. Kesimpulan
Model pembelajaran tematik merupakan sebuah sebuah desain kerangka pembelajaran
yang disusun dengan prosedur sistematis dan tahapan tertentu hingga tercapai tujuan yang
diharapkan. Dimana dari model tersersebut nantinya akan menentukan metode, strategi,
media hingga cara penilaian yang akan dilakukan oleh seorang tenaga pendidik dalam
proses pembelajaran yang dilakukan dalam satuan pendidikan tempat ia mengajar.
Dalam model pembelajaran tematik terdapat dua pembagian yang penulis buat, yaitu
model pembelajaran yang ditinjau dari konstruksi atau komposisi materi yang disajikan,
dan model pembelajaran berdasarkan proses pembelajaran atau cara pendidik dalam
menyajikan materi yang ada. Pembagian model pembelajaran berdasarkan konstruksinya
terbagi atas tiga model yaitu : model connecterd, integrated, dan webbed. Sedangkan
pembagian model berdasarkan cara penyampaianya terbagi atas tujuh model yaitu :
Discovery Learning, Problem Based Learning, Inquiry Based Learning, Project Based
Learning, Cooperative Integrated Reading and Compesition, Mind Mapping, dan
Quantum.
Adapun pengintegrasian nilai – nilai islami pada model pembelajaran tematik memiliki
pengertian sebagai usaha menyematkan unsur islami pada pembelajaran tersebut. Hal
tersebut sebagai bentuk usaha yang dilakukan oleh lembaga yang bernafaskan islami unutk
menanamkan nilai – nilai keislaman pada peserta didik. Sebab bagaimanapun, madrasah
merupakan lembaga yang kental akan nilai – nilai keaagamaan, sehingga sudah menjadi
keharusan untuk mengintegrasikan nilai islami dalam pembelajarannya.

B. Saran
Mengingat pentingnya bagi seorang pendidik untuk memahami model – model dalam
pembelajaran tematik baik dari segi susunan materinya maupun dari segi cara
penyampaiannya kepada peserta didik agar pembelajaran tematik ini dapat berjalan
sebagaimana konsep yang telah disusun. Harapannya, dengan adanya pemahaman yang
cukup dari pendidik, akan menghasilkan out put yang diinginkan dari pembelajaran
tematik ini.
18

Daftar Rujukan

Ahmad Sulhan, Ahmad Khalakul Khair : 2019 Konsep Dasar Pembelajaran Tematik di
Sekolah Dasar (Mataram, CV. Sanabil)

Asep Hery Hernawan, Novi Resmini Konsep Dasar dan Model-model Pembelajaran Terpadu
(Modul1)

Een Y. Haenilah, Maman Surahman : 2016 Desain Pembelajaran Temaik (Lampung, CV.
Anugrah Utama Raharja)

Feri Tirtoni : .2018 Pembelajaran Terpadu Di Sekolah Dasar (Sidoarjo, Umsida Press)

Hamid Ahmad Ath-Thahir : 2017 Kisah-kisah Dalam AL-Qur’an:Berdasarkan Riwayat-


riwayat

Sahih dan Diperkaya Hikmah dibalik Kisah. (Jakarta: Ummul Qura,)

Helmiati :2018 Metode Pembelajaran (Yogyakarta,Aswaja Pressindo)

https://serupa.id/model-pembelajaran-pengertian-ciri-jenis-macam-contoh/ (diakses tanggal


09 April 2023)

Lailatul Usriyah,dkk : 2018 Pembelajaran Tematik Terpadu, (Surabaya, Imtiyaz)

Maulana Arafat Lubis : 2020 Pembelajaran Tematik SD/MI. (Jakarta: KENCANA A,)

Rusydi Ananda, Abdillah : 2018 Pembelajaran Terpadu (Medan,LPPPI)

Ridhahani : 2021 Dimensi-Dimensi Pendidikan Agama Islam.(jawa tengah: Maghza Pustaka)

Anda mungkin juga menyukai