Makalah ini disusun untuk memenuhi tugas mata kuliah Pembelajaran Tematik MI
Yang dibimbing oleh Bpk. Elga Yanuardianto, M.Pd.I
Di Susun Oleh
FAKULTAS TARBIYAH
TAHUN 2023
i
KATA PENGANTAR
Segala puji syukur kami panjatkan atas kehadirat Allah SWT yang senantiasa
telah melimpahkan rahmat serta hidayahnya. Sehingga saya dapat menyusun makalah ini
dengan baik dan tepat pada waktunya. Sholawat serta salam senantiasa tercurahkan
kepada junjungan kita nabi besar Muhammad SAW
Tak lupa juga kami ucapkan terimakasih banyak kepada Bapak Elga
Yanuardianto, M.Pd.I selaku dosen pengampu mata kuliah Pembelajaran Tematik MI
yang telah memberikan saya tugas ini sehingga dapat menambah pengetahuan dan
wawasan kami sesuai dengan study yang kami tekuni.
Dan tak lupa juga kami ucapkan terimakasih banyak kepada pihak yang telah
membagikan sebagian pengetahuannya sehingga kami dapat menyelesaikan makalah ini.
Kami memohon maaf apabila terjadi kesalahan dalam penulisan makalah kami,
dan kami juga mengharapkan kritik dan saran dari rekan semua untuk perbaikan makalah
kami selanjutnya.
Penulis
ii
DAFTAR ISI
COVER .......................................................................................................................... i
KATA PENGANTAR.................................................................................................... ii
DAFTAR ISI .................................................................................................................. iii
BAB I PENDAHULUAN .............................................................................................. 1
1. Latar Belakang ................................................................................................... 1
2. Rumusan Masalah .............................................................................................. 2
3. Tujuan................................................................................................................. 2
iii
1
BAB I
PENDAHULUAN
A. Latar Belakang
Dunia pendidikan adalah dunia yang sangat penting dalam kehidupan manusia.
Manusia yang selalu diiringi pendidikan, kehidupannya akan selalu berkembang kearah
yang lebih baik. Tidak ada zaman yang tidak berkembang, tidakada kehidupan manusia
yang tidak bergerak, dan tidak ada manusia pun yang hidupdalam stagnasi peradaban. Dan,
semuanya itu bermuara pada pendidikan, karena pendidikan adalah pencetak peradaban
manusia.
Belajar dimaknai sebagai proses interaksi dari anak dengan lingkungannya. Anak
belajar dari hal-hal yang konkrit, yakni yang dapat dilihat, didengar, diraba dan dibaui. Hal
ini sejalan dengan falsafah konstruksivisme yang menyatakan bahwa manusia
mengkonstruksi pengetahuannya melalui interaksi dengan obyek, fenomena, pengalaman
dan lingkungannya. Pengetahuan ini tidak dapat ditransfer begitu saja dari seorang guru
kepada anak. Sejalan dengan tahapan perkembangan dan karakteristik cara anak belajar
tersebut, maka pendekatan pembelajaran siswa SD adalah pembelajaran tematik.
Masalah besar yang selama ini dihadapi dunia pendidikan kita adalah lemahnya proses
pembelajaran. Siswa kurang didorong untuk mengembangkan kemampuan berpikir.
Proses pembelajaran di dalam kelas hanya diarahkan kepada kemampuan siswa untuk
menghafal informasi, otak siswa dipaksa untuk mengingat dan menimbun berbagai
informasi tanpa dituntut untuk memahami informasi yang diingatnya, apalagi
dihubungkan dengan kehidupan sehari-hari atau persiapan melanjutkan pendidikan ke
jenjang pendidikan berikutnya.1
Dokumen kurikulum menjadi salah satu komponen yang menggambarkan jawaban
prinsipil akan pembelajaran yang akan dibangun. Oleh karena itu dalam implementasinya
perlu pemikiran serius tentang bagaimana model rancangan yang memudahkan guru untuk
mengembangkan kurikulum dalam tataran praktis di lapangan. Upaya mengintegrasikan
sejumlah Mapel sehingga tercipta pembelajaran tematik terpadu yang dipandu oleh
langkahlangkah pendekatan tematik harus menjadi dasar pemikiran untuk menciptakan
desain rencana pembelajaran, implementasi pembelajaran dan evaluasi pembelajaran.
1
Een Y. Haenilah, Maman Surahman, Desain Pembelajaran Temaik (Lampung, CV. Anugrah Utama
Raharja:2016).2
2
2
Ibid.6
3
BAB II
PEMBAHASAN
A. Pengertian Model Pemebelajaran Tematik dan Praktik di Lapangan
Dalam proses pembelajaran dikenal beberapa istilah yang memiliki kemiripan makna,
sehingga seringkali orang merasa bingung untuk membedakannya. Istilahistilah tersebut
adalah: (1) model pembelajaran (2) pendekatan pembelajaran; (3) metode pembelajaran;
(4) strategi pembelajaran; (5) teknik pembelajaran; dan (6) taktik pembelajaran. Berikut
ini akan dipaparkan istilah-istilah tersebut, dengan harapan dapat memberikan kejelasaan
tentang penggunaan istilah tersebut.3
Dalam tulisan kali ini fokus kami fokuskan pembahasan pada model pembelajaran.
Secara umum mode pembelajaran memiliki makna adalah bentuk pembelajaran yang
tergambar dari awal sampai akhir yang disajikan secara khas oleh guru. Dengan kata lain,
model pembelajaran merupakan bungkus atau bingkai dari penerapan suatu pendekatan,
metode, strategi, dan tehnik pembelajaran.4 Model pembelajaran adalah salah satu
perencanaan yang digunakan sebagai pedoman dalam merencanakan pembelajaran di
kelas.5
Adapun menurut Trianto model pembelajaran memiliki pengertian suatu perencanaan
atau pola yang digunakan sebagai pedoman dalam merencanakan pembelajaran di kelas
atau pembelajaran tutorial. Model pembelajaran mengacu pada pendekatan pembelajaran
yang akan digunakan, termasuk di dalamnya tujuan-tujuan pengajaran, tahap-tahap dalam
kegiatan pembelajaran, lingkungan pembelajaran, dan pengelolaan kelas
Sedangkan menurut Saefuddin dan Berdiati model pembelajaran adalah kerangka
konseptual yang melukiskan prosedur sistematis dalam mengorganisasikan sistem belajar
untuk mencapai tujuan belajar tertentu dan berfungsi sebagai pedoman bagi perancang
pembelajaran dan para pengajar dalam merencanakan dan melaksanakan aktivitas
pembelajaran6
Dari berbagai pendapat diatas secara sederhana dapat kita simpulkan bahwa, model
pembelajaran merupakan suatu desain kerangka pembelajaran yang disusun dengan
prosedur sistematis dan tahapan tertentu hingga tercapai tujuan yang diharapkan.
3
Helmiati, Metode Pembelajaran (Yogyakarta,Aswaja Pressindo:2012).19
4
Ibid.19
5
Feri Tirtoni, Pembelajaran TerpaduDi Sekolah Dasar (Sidoarjo, Umsida Press:2018).82
6
https://serupa.id/model-pembelajaran-pengertian-ciri-jenis-macam-contoh/
4
Dari karakteristik yang telah disebutkan diatas dapat kita simpulkan bahwa pada dasarnya
tujuan dari pembelajaran tematik adalah untuk membuat peserta didik lebih aktif dalam
7
Asep Hery Hernawan, Novi Resmini, Konsep Dasar dan Model-model Pembelajaran Terpadu (Modul1).1.7
8
Rusydi Ananda, Abdillah, Pembelajaran Terpadu (Medan,LPPPI:2018).7-8
5
proses pembelajaran sedangkan guru sekedar menjadi fasilitator atau pihak yang
menjembatani atara pola pikir peserta didik dengan pembelajaran yang sedang
berlangsung. Serta memeberikan pengalaman lebih kepada peserta didik terhadap proses
belajar dengan mengambil topik – topik yang mereka temukan dalam keseharian.
Pada pembelajaran tematik sekolah dasar kelas 4, 5 dan 6 terdapat lima mata pelajaran
yang terintegrasi dalam satu tema yaitu Ilmu Pengetahuan Alam, Ilmu Pengetahuan Sosial,
Bahasa Indonesia, Pendidikan Kewarganegaraan, dan Seni Budana dan Prakarya. Proses
pembelajaran seharusnya disajikan secara tematik integratif namun secara praktik
dilapangan menunjukkan bahwa pembelajaran dilakukan masih seperti kurikulum KTSP
dimana pembelajaran dilakukan secara terpisah.
Hal terserbut dilakukan bukan tanpa sebab. Diantara alasan yang mendasari proses
pembelajaran yang tidak sepenuhnya sesuai dengan karakteristik pembelajaran tematik
adalah : Pertama, kemampuan peserta didik dalam melakukan pemilahan antar
pembelajaran. Dalam beberapa teks bacaaan pada buku tematik, kerap kali ditemukan teks
bacaan yang merupakan bagian dari pembelajaran Bahasa Indonesia namun isi teksnya
memuat materi Ilmu Pengetahuan Alam. Bagi peserta didik yang memiliki kemapuan
cukup tinggi, maka ia yang mampu menyerap kedua materi terserbut. Ia mampu
mengambil inti dari pembelajaran bahasa Indonesia dan juga mampu mengambil informasi
dari pembelajaran Ilmu Pengetahuan Alam yang ada didalamnya. Namun bagi peserta
didik dengan kemampuan rendah akan kesulitan untuk memahami kedua materi terserbut
secara bersamaan. Oleh sebab itu, beberapa tenaga pendidik berinisiatif memisahkan
kedua meteri terserbut agar peserta didik dapat mencerna keselurhan materi yang ada.
Kedua, sistem penilaian yang ada pada jenjang pendidikan sekolah dasar masih berupa
mata pelajaran dan bukan tematik. Sebagaimana kita ketahui bersama, rapor dan juga
ijazah yang menjadi bukti ketuntasan belajar peserta didik masih berbasis mata pelajaran.
Artinya masih ada pemisahan dalam penilaian pembelajaran yang termuat dalam tematik.
6
Berdasarkan hal terserbut, maka jika proses pembelajaran dilakukan murni tematik, maka
akan menyulitkan peserta didik untuk memilah tiap – tiap materi, selain itu pada proses
penilaian apabila dilakukan penilaian berbasis tematik namun penilaian berbasis mata
pejaran, maka akan menyulitkan dalam proses pemilakan nilai.
Berbagai karakter dan praktik diatas penulis paparkan sebab kami rasa, dengan adanya
praktik yang kurang sesuai dengan karakteristik yang ada, maka akan berimplikasi pada
ketidak sesuaian dengan model pembelajaran yang semestinya ada pada pembelajaran
tematik.
pebelajaryaitu model networked.9 Namun sebagaimana yang telah kita ketahui bersama,
pembelajaran tematik yang ada di Indonesia mengadopsi tiga jenis model yaitu :
Integrated, Connected dan juga Webbed. Oleh sebab itu, fokus pembahasan yang akan
penulis paparkan dalam makalah ini adalah tiga model tersebut.
1. Webbed (jaring laba – laba)
Model pembelajaran ini adalah model pembelajaran terpadu yang menggunakan
pendekatan tematik. Pendekatan ini dimulai dengan menentukan tema, yang
kemudian dikembangkan menjadi subtema dengan memperhatikan keterkaitan tema
tersebut dengan mata pelajaran yang terkait. Dari subtema tersebut diharapkan
aktivitas siswa dapat berkembang dengan sendirinya.10
Tema-tema atau topik dalam pembelajaran terpadu model jaring laba-laba
merupakan pusat minat yang dikembangkan dari berbagai sudut pandang konsep
atau prinsip dari masing-masing bidang ilmu yang dipadukan. Dalam pemilihan
tema atau topic perlu memperhatikan kebutuhan peserta didik sesuai dengan tingkat
perkembangannya. Selain itu pula perlu memperhatikan kejadiankejadian penting di
sekitar kehidupan sehari-hari peserta didik. Melalui tema-tema atau topik tersebut,
peserta didik diharapkan mampu mencermati dan memahami suatu konsep secara
menyeluruh sehingga wawasan peserta didik menjadi lebih luas dan bermakna.11
Menurut Mardianto, model pembelajaran webbed memiliki karakteristik sebagai
berikut :
a) Berpusat kepada peserta didik
Pembelajaran berpusat pada peserta didik, hal ini sesuai dengan pendekatan
belajar modern yang lebih banyak menempatkan peserta didik sebagai subjek
belajar sedangkan guru lebih banyak berperan sebagai fasilitator yaitu
memberikan kemudahan-kemudahan kepada peserta didik untuk melakukan
aktivitas belajar. Pengalaman dan kegiatan belajar sangat relevan dengan tingkat
perkembangan dan kebutuhan peserta didik.
b) Memberikan pengalaman belajar
Pembelajaran diharapkan dapat memberikan pengalaman belajar dapat
memberikan pengalaman langsung kepada peserta didik. Dengan pengalaman
langsung ini, peserta didik dihadapkan pada sesuatu yang nyata sebagai dasar
9
Lailatul Usriyah,dkk. Pembelajaran Tematik Terpadu, (Surabaya, Imtiyaz:2018).6
10
Asep Hery Hernawan, Novi Resmini, Konsep Dasar dan Model-model Pembelajaran Terpadu (Modul1)1.26
11
Rusydi Ananda, Abdillah, Pembelajaran Terpadu (Medan,LPPPI:2018).71
8
untuk memahami hal-hal yang lebih abstrak. Kegiatan belajar akan lebih
bermakna dan berkesan bagi peserta didik sehingga hasil belajar dapat bertahan
lebih lama. Menyajikan kegiatan belajar yang bersifat pragmatis sesuai dengan
permasalahan yang sering ditemui peserta didik dalam lingkungannya.
c) Meminimalisir pemisahan mata pelajaran
Pemisahan antar matapelajaran menjadi tidak jelas. Fokus pembelajaran
diarahkan kepada pembahasan tema-tema yang paling dekat berkaitan dengan
kehidupan peserta didik.
d) Bersifat fleksibel
Pembelajaran bersifat luwes (fleksibel) di mana guru dapat mengaitkan bahan
ajar dari satu mata pelajaran dengan mata pelajaran yang lainnya, bahkan
mengaitkannya dengan kehidupan peserta didik dan keadaan lingkungan di
mana sekolah dan peserta didik berada.12
Pola pembelajaran ini biasa kita temukan pada teks Bahasa Indonesia yang
muatannya mengandung materi tentang mata pelajaran lain semisal IPA atau IPS.
Model pembelajaran jaring laba – laba memungkinkan seorang pengajar untung
mengkaitkan satu mata pelajaran dengan mata pelajaran lain yang secara umum tidak
berkaitans secara langsung. Namun melalui model ini, hal terserbut dapat dilakukan.
Misalnya saja, mengaitkan nilai ketuhanan yang Maha Esa pada mata pelajaran PKn
dengan nilai ketuhanan dalam QS. Al – Ikhlas pada mata pelajaran Qur’an Hadist.
Dengan demikian maka, pada dasarnya secara konseptual model webbed dapat
mempersingkat waktu pembelajaran sebab dalam satu proses pembelajaran pendidik
bisa memadukan dua mata pelajaran sakaligus. Namun tidak dapat dipungkiri bahwa
model ini membutuhkan pemahaman lintas mata pelajaran yang cukup tinggi sebab
perlu kedalaman pemahaman serta cara yang tepat agar perpaduan terserbut benar –
benar dapat menjadi satu kesatuan yang utuh. Selain itu, diperlukan juga penalaran
tinggi dari peserta didik sebagai penerima informasi agar transfer materi yang
diberikan dapat dicerna dengan baik sehingga kedua materi dapat mereka fahami.
Berikut ini adalah gambaran sederhaba dari model pembelajaran webbed.
12
Ibid.72
9
Dalam model ini, materi disajikan dalam bentuk tematik (bertema) sehingga tiap
meteri yang termuat didalamnya. Seperti contoh pada tema 2 kelas 5 yang
mengambil tema “udara bersih bagi kesehatan”, materi didalamnya akan dapat kita
temukan muatan mata pelajaran IPA tentang organ – organ pernapsan serta teks
bacaan bahasa Indonesia tentang menjaga kebersihan udara disekitar kita. Dengan
kata lain bahwa, susunan materi pada model webbed haruslah berkesinambungan
dengan tema yang diambil sehingga terbentuk tercipta kesinambungan antara tema
dengan sajian materi didalamnya.
2. Connected
Pembelajaran bersifat luwes (fleksibel) di mana guru dapat mengaitkan bahan ajar
dari satu mata pelajaran dengan mata pelajaran yang lainnya, bahkan mengaitkannya
dengan kehidupan peserta didik dan keadaan lingkungan di mana sekolah dan
peserta didik berada.13
Pembelajaran terpadu model keterhubungan merupakan model integrasi
interbidang studi. Model ini mengorganisasikan atau mengintegrasikan satu konsep,
keterampilan, atau kemampuan yang ditumbuhkembangkan dalam suatu pokok
bahasan atau subpokok bahasan yang dikaitkan dengan konsep, keterampilan atau
kemampuan pada pokok basan atau subpokok bahasan lain dalam suatu bidang studi.
Gambaran sederhada dari model connected adalah sebagai berikut :
13
Ahmad Sulhan, Ahmad Khalakul Khair Konsep Dasar Pembelajaran Tematik di Sekolah Dasar (Mataram, CV.
Sanabil:2019).26
10
3. Integrated
Model integrated merupakan pemaduan sejumlah topik dari mata pelajaran yang
berbeda, tetapi esensinya sama dalam sebuah topik tertentu. Topik evidensi yang
semula terdapat dalam mata pelajaran Matematika, Bahasa Indonesia, Pengetahuan
Alam, dan Pengetahuan Sosial, agar tidak membuat muatan kurikulum berlebihan,
cukup diletakkan dalam mata pelajaran tertentu, misalnya Pengetahuan Alam.
Contoh lain, dalam teks membaca yang merupakan bagian mata pelajaran Bahasa
Indonesia, dapat dimasukkan butir pembelajaran yang dapat dihubungkan dengan
Matematika, Pengetahuan Alam, dan sebagainya. Dalam hal ini diperlukan penataan
area isi bacaan yang lengkap sehingga dapat dimanfaatkan untuk menyampaikan
berbagai butir pembelajaran dari berbagai mata pelajaran yang berbeda tersebut.
Ditinjau dari penerapannya, model ini sangat baik dikembangkan di SD. 16
14
Rusydi Ananda, Abdillah, Pembelajaran Terpadu (Medan,LPPPI:2018).65
15
Feri Tirtoni, Pembelajaran TerpaduDi Sekolah Dasar (Sidoarjo, Umsida Press:2018).101
16
Rusydi Ananda, Abdillah, Pembelajaran Terpadu (Medan,LPPPI:2018).75
11
Model ini memiliki kemiripan dengan model webbed, dimana dalam penyajian
materinya memadukan beberapa disiplin ilmu dalam satu sajian materi. Yang
berbeda adalah, dalam model pembelajaran webbed materi disajikan berdasarkan
tematik (tema yang memiliki keterkaitan) sedangkan pada model integrated tidak
disajikan berdasarkan tema, sebatas mengaitkan beberapa disiplin ilmu dalam satu
sajian materi.
Contoh model pemebelajaran ini, misalnya seorang pendidik memberikan
perintah kepada peserta didik untuk mengamati sebuah gambar yang menunjukkan
kondisi sungai yang penuh dengan sampah dan terdapat pemukiman kumuh di sisi
kiri dan kanan sungai. Kemudian peserta didik diminta untuk membayangkan
apabila tinggal di lingkungan terserbut, selanjutnya bagaimana agar kondisi buruk
terserbut dapat di selesaikan sehingga sampah tidak lagi memenuhi sungai serta
pemukiman menjadi lebih nyaman untuk ditinggali. Setelah peserta didik
membayangkan kedua hal terserbut, selanjutknya diminta untuk menuangkannya
dalam sebuah teks naratif.
Dari pembelajaran teserbut nantinya dapat kita nilai aspek pembelajaran IPS
tentang menjaga kelestarian alam sekitar dan juga dapat kita nilai pembelajaran
Bahasa Indonesia tentang keterampilan menulis.
12
Model pembelajaran ini merupakan cara yang dilakukan guru untuk mengajak
peserta didik dalam menelusuri suatu permasalahan yang diperoleh dari dunia nyata
maupun dunia maya berdasarkan materi yang sedang dibahas, dan mencari solusinya
dari informasi yang relevan secara berkelompok dengan berdiskusi melalui berpikir
tingkat tinggi. Maka dari itu, model pembelajaran ini sangat cocok diterapkan dalam
pembelajaran tematik SD/MI karena dapat mendorong peserta didik dalam
memecahkan suatu permasalahan melalui berpikir tingkat tinggi.
Contoh model pembelajaran ini adalah pada kelas 4 tema 6 tentang upaya
pelestarian hewan langka. Pertama peserta didik dibuat menjadi beberapa kelompok,
kemudian setiap kelompok diberi gambaran tentang hewan langka lalu tugas mereka
adalah mencari keterkaitan antara upaya pelesetarian hewan dengan sila pada
pancasila. Yaitu tidak membunuh hewan langka dan memperlakukan hewan langka
dengan baik.
3. Model Pembelajaran Inquiry Based Learning (IBL)
Model pembelajaran ini yaitu cara yang dapat digunakan guru untuk merangsang
rasa ingin tahu peserta didik dalam menjelajahi sumber sampai ke akar-akar yang
dapat dijadikan penambah wawasan sebagai jawaban dari suatu masalah dengan
mengajak peserta didik terjun langsung dilokasi. Model ini menuntut siswa untuk
berpikir tingkat tinggi. Maka dari itu mosel ini sangat cocok diterapkan di
pembelajaran tematik SD/MI.
Adapun contoh penerapan model terserbut adalah pada kelas 5 tema 9 tentang
iklan dengan cara menyajikan sebuah video berisi iklan. Tujuannya dalah setelah
peserta didik mengamati iklan yang tersebut, peserta didik dapat menyampaikan
informasi penting yang terdapat didalam tayangan iklan tersebut.
4. Model Pembelajaran Project Based Learning (PjBL)
Model pembelajaran ini adalah cara yang digunakan guru dalam menuntun
peserta didik untuk melahirkan karya dari hasil pemahaman materi belajar
khususnya tematik SD/MI dan mengeksplorasinya sehingga menjadi karya yang
monumental. Model ini bertujuan untuk mengembangkan imajinasi peserta didik
sehingga menghasilkan suatu produk. Pada intinya seorang guru tidak perlu melihat
hasilnya agar sempurna, tetapi lihatlah proses perjuangan yang dibuat oleh peserta
didik. Maka dari itu, model pembelajaran ini sangat cocok diterapkan dalam pemb-
elajaran tematik MI/SD karena dapat mendorong peserta didik untuk berkarya.
14
Contoh penerapan model ini yaitu pada pembelajaran kelas 5 mata pelajaran
matematika tentang bangun ruang. Peserta didik dibagi dalam beberapa kempompok
kemudian perserta didik diberikan tugas untuk membuat kreasi sebuah bangun ruang
yang terbuat dari stik es krim atau bahan bekas lainnya yang mudah ditemukan.
5. Model Pembelajaran Cooperative Integrated Reading and Compesition (CIRC)
Merupakan model pembelajaran yang mengharuskan peserta didik bertanggung
jawab terhadap tugas kelompok. Model pembelajaran ini juga mendidik peserta
didik agar mampu berinteraksi sosial dengan lingkungan. Model pembelajaran ini
menekankan belajar berkelompok, setiap anggota kelompok saling mengeluarkan
ide-ide untuk memahami suatu konsep dan menyelesaikan tugas sehingga terbentuk
pemahaman maupun pengalaman belajar yang lama.
Contoh penerapan model ini adalah pada kelas 2 tema 4 tentang hidup bersih dan
sehat. Peserta didik dibagi dalam beberapa kelompok kemudian guru memberikan
sebuah teks bacaan tentang hidup bersih dan sehat disekolah. Nantinya guru meminta
perwakilah dari sertiap kelompok untuk membacakan teks terserbut. Selanjutnya,
masing – masing kelompok diminta untuk berdiskusi dan menuliskan informasi
penting yang dapat ditemukan dalam teks terserbut.
6. Model pembelajaran Mind Mapping
Merupaka cara yang digunakan oleh guru dalam membimbing peserta didik
dengan menggambarkan peta konsep materi pelajaran melalui karya kreatif sehingga
terlihat berseni agar materi yang ditulis dibuku catatan terlihat indah. Model
pembelajaran ini bertujuan meningkatkan daya imajinasi peserta didik dalam
menulis dari hasil pemahaman materi yang diperolehnya. Gambar yang bisa
dijadikan peta konsep pikiran berupa jaring laba-laba, gurita, pohon, dan lain-lain.
Maka dari itu, model pembelajaran ini sangat cocok diterapkan dalam pembelajaran
tematik di SD/MI karena mampu membentuk peserta didik menjadi kreatif.
7. Model Pembelajaran Quantum
Merupakan cara yang dilakukan oleh seorang guru untuk mengga-bungkan
berbagai unsur dalam diri peserta didik dengan ling-kungan belajarnya sehingga
mampu menciptakan kesuksesan dan menjadikan belajar sebagai suatu kebahagiaan.
Jadi, model pembelajaran ini sangat cocok diterapkan dalam pembelajaran tematik
SD/MI17
17
Maulana Arafat Lubis.Pembelajaran Tematik SD/MI. (Jakarta: KENCANA A, 2020) hal 68-82
15
18
Hamid Ahmad Ath-Thahir.Kisah-kisah Dalam AL-Qur’an:Berdasarkan Riwayat-riwayat Sahih dan Diperkaya
Hikmah dibalik Kisah. (Jakarta: Ummul Qura, 2017)
16
jawab guru atau pendidik menjadi salah satu bagian yang utama menjadi dasar dalam
hadirnya model-model pembelajaran pendidikan islam ini, khususnya dari sisi tanggung
jawab pendidik, metode pendidikan yang efektif, kaidah dasar pendidikan anak, dan saran-
saran penting untuk pendidikan19
19
Ridhahani.Dimensi-Dimensi Pendidikan Agama Islam.(jawa tengah: Maghza Pustaka, 2021) hal 361-364
17
BAB III
PENUTUP
A. Kesimpulan
Model pembelajaran tematik merupakan sebuah sebuah desain kerangka pembelajaran
yang disusun dengan prosedur sistematis dan tahapan tertentu hingga tercapai tujuan yang
diharapkan. Dimana dari model tersersebut nantinya akan menentukan metode, strategi,
media hingga cara penilaian yang akan dilakukan oleh seorang tenaga pendidik dalam
proses pembelajaran yang dilakukan dalam satuan pendidikan tempat ia mengajar.
Dalam model pembelajaran tematik terdapat dua pembagian yang penulis buat, yaitu
model pembelajaran yang ditinjau dari konstruksi atau komposisi materi yang disajikan,
dan model pembelajaran berdasarkan proses pembelajaran atau cara pendidik dalam
menyajikan materi yang ada. Pembagian model pembelajaran berdasarkan konstruksinya
terbagi atas tiga model yaitu : model connecterd, integrated, dan webbed. Sedangkan
pembagian model berdasarkan cara penyampaianya terbagi atas tujuh model yaitu :
Discovery Learning, Problem Based Learning, Inquiry Based Learning, Project Based
Learning, Cooperative Integrated Reading and Compesition, Mind Mapping, dan
Quantum.
Adapun pengintegrasian nilai – nilai islami pada model pembelajaran tematik memiliki
pengertian sebagai usaha menyematkan unsur islami pada pembelajaran tersebut. Hal
tersebut sebagai bentuk usaha yang dilakukan oleh lembaga yang bernafaskan islami unutk
menanamkan nilai – nilai keislaman pada peserta didik. Sebab bagaimanapun, madrasah
merupakan lembaga yang kental akan nilai – nilai keaagamaan, sehingga sudah menjadi
keharusan untuk mengintegrasikan nilai islami dalam pembelajarannya.
B. Saran
Mengingat pentingnya bagi seorang pendidik untuk memahami model – model dalam
pembelajaran tematik baik dari segi susunan materinya maupun dari segi cara
penyampaiannya kepada peserta didik agar pembelajaran tematik ini dapat berjalan
sebagaimana konsep yang telah disusun. Harapannya, dengan adanya pemahaman yang
cukup dari pendidik, akan menghasilkan out put yang diinginkan dari pembelajaran
tematik ini.
18
Daftar Rujukan
Ahmad Sulhan, Ahmad Khalakul Khair : 2019 Konsep Dasar Pembelajaran Tematik di
Sekolah Dasar (Mataram, CV. Sanabil)
Asep Hery Hernawan, Novi Resmini Konsep Dasar dan Model-model Pembelajaran Terpadu
(Modul1)
Een Y. Haenilah, Maman Surahman : 2016 Desain Pembelajaran Temaik (Lampung, CV.
Anugrah Utama Raharja)
Feri Tirtoni : .2018 Pembelajaran Terpadu Di Sekolah Dasar (Sidoarjo, Umsida Press)
Maulana Arafat Lubis : 2020 Pembelajaran Tematik SD/MI. (Jakarta: KENCANA A,)