Anda di halaman 1dari 19

MAKALAH

MODEL – MODEL PEMBELAJARAN

Disusun untuk memenuhi tugas mata kuliah Manajemen Pembelajaran Agama Islam

Dosen pengampu:

Haris Syamsuddin, S.S,. M.Pd.I

Disusun oleh:

Rensi Zulfa Windi Asmara 12207183083

Kiki Khofifah 12207183084

Hani Aisya Shinfil Husna 12207183090

PRODI MANAJEMEN PENDIDIKAN ISLAM


FAKULTAS TARBIYAH DAN ILMU KEGURUAN
INSTITUT AGAMA ISLAM NEGERI TULUNGAGUNG
APRIL 2021
KATA PENGANTAR

Alhamdulillahhirabbil Alamin puji syukur kita kehadirat Allah SWT yang telah
memberikan kepada kita taufik, hidayah serta inayah-Nya sehingga kita dapat
menyelesaikan penyusunan makalah ini dengan judul “Model – Model Pembelajaran”.
Dengan hadirnya makalah ini semoga dapat memberikan informasi bagi para pembaca,
khususnya mahasiswa program studi Manajemen Pendidikan Islam (MPI).
Sholawat dan salam tetap tercurahkan dan dilimpahkan kepada junjungan kita
Nabi Muhammad SAW beserta keluarga, sahabat dan pengikutnya. Penulis menyadari
tanpa bantuan dari semua pihak, penulisan makalah ini mungkin tidak dapat terlaksana.
Oleh karena itu, penyusun mengucapkan terima kasih kepada :
1. Bapak Prof. Dr. Maftukhin, M.Ag selaku rektor IAIN Tulungagung yang telah
memberi izin kepada penyusun untuk mengumpulkan data sebagai penyusun
makalah ini.
2. Bapak Haris Syamsuddin, S.S,. M.Pd.I selaku dosen pengampu mata kuliah
Manajemen Pembelajaran Agama Islam yang telah memberikan pengarahan dan
koreksi sehingga makalah ini dapat diselesaikan sesuai waktu yang telah
ditentukan.
3. Kedua orangtua yang telah memberikan motivasinya kepada kami, serta semua pihak
yang telah membantu terselesaikannya penyusun makalah ini.
Penulis menyadari masih banyak kekurangan dan kesalahan dalam penyusunan
makalah ini, karena keterbatasan kemampuan yang penulis miliki. Oleh karena itu,
penulis mohon kritik dan sarannya. Semoga makalah ini dapat bermanfaat bagi
semuanya.

Tulungagung, April 2021

Penulis

i
DAFTAR ISI

KATA PENGANTAR........................................................................................................i

DAFTAR ISI.....................................................................................................................ii

BAB I.................................................................................................................................1

A. Latar Belakang.....................................................................................................1

B. Rumusan Masalah................................................................................................1

C. Tujuan Penulisan..................................................................................................1

BAB II...............................................................................................................................2

A. Pengertian Model Pembelajaran.........................................................................2

B. Model – Model Pembelajaran.............................................................................2

BAB III...........................................................................................................................14

Kesimpulan.................................................................................................................14

DAFTAR PUSTAKA....................................................................................................16

ii
BAB I
PENDAHULUAN
A. Latar Belakang
Dalam dunia pendidikan belajar dan pembelajaran tidak hanya terjadi di
sekolah saja, tetapi di tiga pusat yang lazim dikenal dengan tri pusat pendidikan.
Tri pusat pendidikan adalah tempat di mana anak mendapatkan pengajaran baik
secara langsung maupun tidak langsung dalam kehidupan keluarga (informal),
sekolah (formal) maupun masyarakat (non formal). Seseorang dikatakan belajar
jika dalam dirinya terjadi aktifitas yang mengakibatkan perubahan tingkah laku
dan dapat diamati relatif lama.
Dalam proses belajar, setiap siswa harus diupayakan untuk terlibat secara
aktif guna mencapai tujuan pembelajaran. Hal ini memerlukan bantuan dari guru
untuk memotivasi dan mendorong agar siswa dalam proses belajar terlibat secara
totalitas. Guru harus menguasai baik materi maupun strategi dalam
pembelajaran.
Untuk membelajarkan siswa sesuai dengan cara-gaya belajar mereka
sehingga tujuan pembelajaran dapat dicapai dengan optimal ada berbagai model
pembelajaran. Dalam prakteknya, guru harus ingat bahwa tidak ada model
pembelajaran yang paling tepat untuk segala situasi dan kondisi. Oleh karena itu,
dalam memilih model pembelajaran yang tepat haruslah memperhatikan kondisi
siswa, sifat materi bahan ajar, fasilitas-media yang tersedia, dan kondisi guru itu
sendiri. Berikut kami akan menjelaskan beberapa model pembelajaran, untuk
dipilih dan dijadikan alternatif sehingga cocok untuk situasi dan kondisi yang
dihadapi.
B. Rumusan Masalah
1. Apa Pengertian dari Model Pembelajaran ?
2. Apa saja model-model pembelajaran ?
C. Tujuan Penulisan
1. Untuk mengetahui pengertian dari model pembelajaran.
2. Untuk mengetahui apa saja dan bagaimana penjelasan model-model
pembelajaran.

1
BAB II
PEMBAHASAN
A. Pengertian Model Pembelajaran
Secara etimologis model berarti pola dari sesuatu yang akan dibuat atau
dihasilkan. Model dapat dipandang dari tiga jenis kata yaitu: a) sebagai kata
benda, model berarti representasi atau gambaran, b) sebagai kata sifat, model
adalah ideal, contoh, dan teladan, c) sebagai kata kerja, model adalah
memperagaka, mempertunjukkan.1

Model pembelajaran adalah kerangka konseptual yang melukiskan prosedur


yang sistematis dalam mengorgnisasikan pengalaman belajar peserta didik untuk
mencapai tujuan belajar tertentu, dan berfungsi sebagai pedoman bagi perancang
pembelajaran dan guru dalam merencanakan dan melaksanakan aktivitas belajar-
mengajar. Model pembelajaran dapat diartikan sebagai pola yang digunakan
untuk penyusunan kurikulum, pengaturan materi dan memberi petunjuk kepada
guru di kelas. Dengan kata lain, model pembelajaran adalah pola yang
dipergunakan sebagai pedoman dalam perencanaan pembelajaran di kelas. 2
Model pembelajaran adalah bentuk pembelajaran yang tergambar dari awal
sampai akhir yang disajikan secara khas oleh guru.3

Berdasarkan pengertian di atas, dapat disimpulkan bahwa model


pembelajaran merupakan suatu desain konseptual dan operasional pembelajaran
yang memiliki nama, ciri, urutan logis, pengaturan dan fasilitas yang relevan
dengan kebutuhan dalam pembelajaran.
B. Model – Model Pembelajaran
Model pembelajaran pada dasarnya merupakan bentuk pembelajaran
yang tergambar dari awal sampai akhir yang disajikan secara khas oleh guru.
Dengan kata lain, model pembelajaran merupakan bungkus atau bingkai dari
penerapan suatu pendekatan, metode, dan teknik pembelajaran. Oleh karena itu,
dalam memilih model pembelajaran yang tepat haruslah memperhatikan kondisi
siswa, sifat materi bahan ajar, fasilitas-media yang tersedia, dan kondisi guru itu
1
Abas Asyafah, Menimbang Model Pembelajaran, TARBAWY: Indonesian Journal of Islamic
Education, Vol. 6 No. 1, hal 21
2
Nunuk Suryani dan Leo Agung, Strategi Belajar Mengajar, hal 8
3
Helmiati, Model Pembelajaran, (Aswaja Pressindo), hal 19

2
sendiri. Berikut kami akan menjelaskan beberapa model pembelajaran, untuk
dipilih dan dijadikan alternatif sehingga cocok untuk situasi dan kondisi yang
dihadapi.4
1. Cooperative Learning (Pembelajaran Kooperatif)
Pembelajaran koperatif sesuai dengan fitrah manusia sebagai makhluq
sosial yang penuh ketergantungan dengan otrang lain, mempunyai tujuan
dan tanggung jawab bersama, pembegian tugas, dan rasa senasib. Dengan
memanfaatkan kenyatan itu, belajar berkelompok secara koperatif, siswa
dilatih dan dibiasakan untuk saling berbagi (sharing) pengetahuan,
pengalaman, tugas, tanggung jawab. Saling membantu dan berlatih
beinteraksi-komunikasi-sosialisasi karena kooperatif adalah miniature dari
hidup bermasyarakat, dan belajar menyadari kekurangan dan kelebihan
masing- masing.5
Pada hakikatnya cooperative learning sama dengan kerja kelompok.
Oleh karena itu, banyak guru yang mengatakan tidak ada sesuatu yang aneh
dalam cooperative learning karena mereka beranggapan telah biasa
melakukan pembelajaran cooperative learning dalam bentuk belajar
kelompok. Walaupun sebenarnya tidak semua kelompok dikatakan
cooperativie learning, pembelajaran kooperatif dilaksanakan melalui
sharing proses antara peserta belajar, sehingga dapat mewujudkan
pemahaman bersama di antara peserta belajar itu sendiri.
Pembelajaran kooperatif tidak sama dengan sekadar belajar dalam
kelompok. Ada unsur dasar pembelajaran kooperatif yang membedakan
dengan pembelajaran kelompok yang dilakukan asalasalan. Pelaksanaan
prinsip dasar pokok sistem pembelajaran kooperatif dengan benar akan
memungkinkan guru mengelola kelas dengan lebih efektif. Dalam
pembelajaran kooperatif pproses pembelajaran tidak harus belajar dari guru
kepada siswa. Siswa dapat saling membelajarkan sesama siswa lainnya.
Pembelajaran oleh rekan sebaya (peer teaching) lebih efektif dari pada
pembelajaran oleh guru. Cooperative learning adalah teknik
pengelompokan yang di dalamnya siswa bekerja terarah pada tujuan belajar
4
Helmiati, Model Pembelajaran (Yokyakarta : Aswaja Pressindo) hal. 23
5
Nurdyansyah, inovasi model pembelajaran (Sidoarjo : Nizamia Learning Center) hal. 59

3
bersama dalam kelompok kecil yang umumnya terdiri dari 4-5 orang.
Belajar kooperatif adalah pemanfaatan kelompok kecil dalam
memaksimalkan belajar nereka dan belajar anggota lainnya dalam kelompok
tersebut.
Strategi pembelajaran kooperatif merupakan serangkaian kegiatan
beelajar yang dilakukan oleh siswa di dalam kelompok, untuk mencapai
tujuan pembelajaran yang telah ditetapkan. Terdapat empat hal penting
dalam strategi pembelajaran kooperatif, yakni (1) adanya peserta didik
dalam kelompok, (2) adanya aturan main (role) dalam kelompok, (3) adanya
upaya belajar dalam kelompok, (4) adanya kompetensi yang harus dicapai
oleh kelompok.6
Kelebihan:

a. melalui cooperativelearning menimbulkan suasana yang baru dalam


pembelajaran.
b. membantu guru PAI dalam mengidentifikasikan kesulitan-kesulitan
yang dihadapi dan mencarikan alternatif pemecahannya.
c. penggunaan cooperative learning merupakan suatu metode yang efektif
untuk mengembangkan program pembelajaran terpadu
d. dapat mengembangkan kemampuan berpikir kritis, kreatif, dan reflektif.

Kelemahan:

a. kemungkinan akan terjadi ketidakstabilan peserta didik di kelas.


akibatnya guru khawatir bahwa akan terjadi keriuhan di kelas karena
peserta didik kurang teratur bekerja dalam kelompok
b. banyak peserta didik tidak senang apabila disuruh bekerja sama dengan
yang lain.
c. perasaan was-was pada anggota kelompok akan hilangnya karakteristik
atau keunikan pribadi peserta didik karena harus menyesuaikan diri
dengan kelompok

6
Nurdyansyah, inovasi model pembelajaran (Sidoarjo : Nizamia Learning Center) hal. 61

4
d. banyak peserta didik takut bahwa pekerjaan tidak akan terbagi rata atau
secara adil, bahwa satu orang harus mengerjakan seluruh pekerjaan
tersebut7
2. Contextual Teaching and Learning (Pembelajaran Kontektual)
Pembelajaran kontekstual adalah pembelajaran yang dimulai dengan
sajian atau tanya jawab lisan (ramah, terbuka, negosiasi) yang terkait dengan
dunia nyata kehidupan siswa (daily life modeling), sehingga akan terasa
manfaat dari materi yang akan disajkan, motivasi belajar muncul, dunia
pikiran siswa menjadi konkret, dan suasana menjadi kondusif – nyaman dan
menyenangkan. Pensip pembelajaran kontekstual adalah aktivitas siswa,
siswa melakukan dan mengalami, tidak hanya menonton dan mencatat, dan
pengembangan kemampuan sosialisasi.8
Model pembelajaran kontekstual (contekstual teaching and learning)
merupakan proses pembelajaran yang holistik dan bertujuan membantu
siswa untuk memahami makna materi ajar dan mengaitkannya dengan
konteks kehidupan mereka sehari-hari. Pembelajaran kontekstual adalah
sebuah sistem yang merangsang otak untuk menyusun pola-pola yang
mewujudkan makna dan menghubungkan muatan akademis dengan konteks
kehidupan sehari-hari siswa. Jadi, pembelajaran kontekstual adalah usaha
untuk membuat siswa aktif dalam memompa kemampuan diri tanpa merugi
menetapkan dan mengaitkan dengan dunia nyata.
Pembelajaran kontekstual (contextual teaching and laerning) atau biasa
di sebut dengan model pembelajaran CTL merupakan konsep belajar yang
dapat membantu guru mengaitkan antara materi yang diajarkan dengan
situasi dunia nyata siswa dan mendorong siswa membuat hubungan antara
pengetahuan yang dimilikinya dengan penerapannya dalam kehidupan
mereka sebagai anggota keluarga dan masyarakat, dapat disimpulkan bahwa
pendekatan CTL merupakan pembelajaran yang memungkinkan siswa
menerapkan dan mengalami apa yang sedang diajarkan dengan mengacu

7
Syahraini tambak, Metode cooperative learning dalam pembelajaran pendidikan islam, jurnal
al-hik,mah vol, 14, april 2017.
8
Helmiati, Model Pembelajaran (Yokyakarta : Aswaja Pressindo) hal. 14

5
pada masalah-masalahdunia nyata, sehingga pembelajaran akan menjadi
lebih berarti dan menyenangkan.9
Komponen pembelajaran kontekstual meliputi: menjalin hubungan-
hubungan yang bermakna (making meaningful connections), mengerjakan
pekerjaan-pekerjaan yang berarti (doing significant work), melakukan
proses belajar yang diatur sendiri (self-regulated learning), mengadakan
kolaborasi (collaborating), berpikir kritis dan kreatif (critical and creative
thingking), memberikan layanan secara individual (nurturing the
individual), mengupayakan pencapaian standar yang tinggi (reaching high
standards), menggunakan asesmen autentik (using authentic assessment).10
Kelebihan:

a. Memberikan kesempatan pada sisiwa untuk dapat maju terus sesuai


dengan potensi yang dimiliki sisiwa sehingga sisiwa terlibat aktif dalam
PBM.
b. Siswa dapat berfikir kritis dan kreatif dalam mengumpulkan data,
memahami suatu isu dan memecahkan masalah dan guru dapat lebih
kreatif
c. Menyadarkan siswa tentang apa yang mereka pelajari.
d. Pemilihan informasi berdasarkan kebutuhan siswa tidak ditentukan oleh
guru.
e. Pembelajaran lebih menyenangkan dan tidak membosankan.
f. Membantu siwa bekerja dengan efektif dalam kelompok.
g. Terbentuk sikap kerja sama yang baik antar individu maupun
kelompok.

Kelemahan :

a. Dalam pemilihan informasi atau materi dikelas didasarkan pada


kebutuhan siswa padahal,dalam kelas itu tingkat kemampuan siswanya
berbeda-beda sehinnga guru akan kesulitan dalam menetukan materi
pelajaran karena tingkat pencapaianya siswa tadi tidak sama.
b. Tidak efisien karena membutuhkan waktu yang agak lama dalam PBM
9
Nurdyansyah, inovasi model pembelajaran (Sidoarjo : Nizamia Learning Center) hal. 38
10
Ibid, hal. 40

6
c. Dalam proses pembelajaran dengan model CTL akan nampak jelas
antara siswa yang memiliki kemampuan tinggi dan siswa yang memiliki
kemampuan kurang, yang kemudian menimbulkan rasa tidak percaya
diri bagi siswa yang kurang kemampuannya.
d. Bagi siswa yang tertinggal dalam proses pembelajaran dengan CTL ini
akan terus tertinggal dan sulit untuk mengejar ketertinggalan, karena
dalam model pembelajaran ini kesuksesan siswa tergantung dari
keaktifan dan usaha sendiri jadi siswa yang dengan baik mengikuti
setiap pembelajaran dengan model ini tidak akan menunggu teman yang
tertinggal dan mengalami kesulitan.
e. Tidak setiap siswa dapat dengan mudah menyesuaikan diri dan
mengembangkan kemampuan yang dimilikidengan penggunaan model
CTL ini.
f. Kemampuan setiap siswa berbeda-beda, dan siswa yang memiliki
kemampuan intelektual tinggi namun sulit untuk mengapresiasikannya
dalam bentuk lesan akan mengalami kesulitan sebab CTL ini lebih
mengembangkan ketrampilan dan kemampuan soft skill daripada
kemampuan intelektualnya.
g. Pengetahuan yang didapat oleh setiap siswa akan berbeda-beda dan
tidak merata.Peran guru tidak nampak terlalu penting lagi karena dalam
CTL ini peran guru hanya sebagai pengarah dan pembimbing, karena
lebih menuntut siswa untuk aktif dan berusaha sendiri mencari
informasi, mengamati fakta dan menemukan pengetahuan-pengetahuan
baru di lapangan.
3. Pembelajaran Berbasis Masalah
Untuk dapat meningkatkan kualitas dalam pembelajaran para ahli
pembelajaran menyarankan penggunaan paradigma pembelajaran
konstruktifistik dalam kegiatan belajar mengajar. Dengan adanya perubahan
paradigma belajar tersebut terjadi perubahan fokus pembelajaran dari
berpusat pada guru kepada belajar berpusat pada siswa. Pembelajaran
dengan lebih memberikan nuansa yang harmonis antara guru dan siswa

7
dengan memberi kesempatan seluas-luasnya kepada siswa untuk berperan
aktif dan mengkonstruksi konsep-konsep yang dipelajarinya.11
Pembelajaran berbasis masalah telah dikenal sejak zaman John Dewey,
yang sekarang ini mulai diangkat sebab ditinjau secara umum
pembelajaranberbasismasalah terdiri dari menyajikan kepada siswa situasi
masalah yang autentikdan bermakna yang dapat memberikan kemudahan
kepada siswa untuk melakukan penyelidikan dan inkuiri. Menurut John
Dewey belajar berbasis masalah adalah interaksi antara stimulus dengan
respon, merupakan hubungan antara dua arah belajar dan lingkungan.
Pengalaman siswa yang diperoleh dari lingkungan akan menjadikan
kepadanya bahan dan materi guna memperoleh pengertian serta bisa
dijadikan pedoman dan tujuan belajarnya. Pembelajaran berbasis masalah
adalah suatu kegiatan pembelajaran yang berpusat pada masalah. Istilah
berpusat berarti menjadi tema, unit, atau isi sebagai fokus utama belajar.12
Pendidikan pada abad ke-21 berhubungan dengan permasalahan baru
yang ada di dunia nyata. Pendekatan PBM berkaitan dengan penggunaan
inteligensi dari dalam diri individu yang berada dalam sebuah kelompok
orang, atau lingkungan untuk memecahkan masalah yang bermakna,
relevan, dan kontekstual. Pembelajaran berbasis masalah adalah seperangkat
model mengajar yang menggunakan masalah sebagai fokus untuk
mengembangkan ketrampilan pemecahan masalah, materi, dan pengaturan
diri. Pembelajaran berbasis masalah merupakan pendekatan yang efektif
untuk pembelajaran proses berpikir tingkat tinggi. Pembelajaran ini
membantu siswa untuk memproses informasi yang sudah jadi dalam
benaknya dan menyusun pengetahuan mereka sendiri tentang dunia sosial
dan sekitarnya. Pembelajaran ini untuk mengembangkan pengetahuan dasar
maupun kompleks.13

11
Helmiati, Model Pembelajaran (Yokyakarta : Aswaja Pressindo) hal. 50
12
Nurdyansyah, inovasi model pembelajaran (Sidoarjo : Nizamia Learning Center) hal 83
13
Ibid, hal. 85

8
Kelebihan:

a. Terjadi interaksi yang dinamis diantara guru dengan siswa, siswa


dengan guru, siswa dengan siswa.
b. Siswa memiliki kemampuan mempelajari peran orang dewasa Siswa
dapat menjadi pembelajar yang mandiri dan independen Siswa
memiliki keterampilan berfikir tingkat tinggi

Kelemahan:

a. Memungkinkan siswa menjadi jenuh karena harus berhadapan langsung


dengan masalah.
b. Memungkin siswa kesulitan dalam memperoses sejumlah data dan
informasi dalam waktu singkat, sehingga Pembelajaran Berbasis
Masalah ini membutuhkan waktu yang relatif lama.14
4. TGT (Teams Games Tournament)
Penerapan model ini dengan cara mengelompokkan siswa heterogen,
tugas tiap kelompok bisa sama bis aberbeda. Setelah memperoleh tugas,
setiap kelompok bekerja sama dalam bentuk kerja individual dan diskusi.
Usahakan dinamikia kelompok kohesif dan kompak serta tumbuh rasa
kompetisi antar kelompok, suasana diskuisi nyaman dan menyenangkan
sepeti dalam kondisi permainan (games) yaitu dengan cara guru bersikap
terbuka, ramah , lembut, santun, dan ada sajian bodoran. Setelah selesai
kerja kelompok sajikan hasil kelompok sehuingga terjadi diskusi kelas.Jika
waktunya memungkinkan TGT bisa dilaksanakan dalam beberapa
pertemuan, atau dalam rangak mengisi waktu sesudah UAS menjelang
pembagian raport.15
Dalam TGT siswa memainkan permainan dengan anggota-anggota tim
lain untuk memperoleh skor bagi tim mereka masing-masing. Permainan
dapat disusun guru dalam bentuk kuis berupa pertanyaan-pertanyaan yang
berkaitan dengan materi pelajaran. Kadang-kadang dapat juga diselingi
dengan pertanyaan yang berkaitan dengan kelompok (identitas kelompok
14
Marasudin Siregar, Metodologi Pengajaran Agama (MPA), (Semarang: Fakultas Tarbiyah
IAIN Walisongo, 2003), hal. 15.
15
Muhammad Zein, Metodologi Pengajaran Agama, (Yogyakarta: Aka Group dan Indra Buana,
1995), hal. 169.

9
mereka). Pembelajaran kooperatif tipe TGT terdiri dari lima langkah
tahapan, yaitu tahap penyajian kelas (class precentation), belajar dalam
kelompok (teams), permainan (games), pertandingan (tournament),
penghargaan kelompok (team recognition).
Permainan dalam TGT dapat berupa pertanyaan-pertanyaan yang ditulis
pada kartu-kartu yang diberi angka. Tiap siswa, misalnya, akan mengambil
sebuah kartu yang diberi angka tadi dan berusaha untuk menjawab
pertanyaan yang sesuai dengan pertanyaan tersebut. TGT adalah salah satu
tipe pembelajaran kooperatif yang menempatkan siswa dalam kelompok-
kelompok belajar beranggotakan 5 sampai 6 orang siswa yang memiliki
kemampuan, jenis kelamin dan suku kata atau ras yang berbeda. Guru
menyajikan materi, dan siswa bekerja dalam kelompok mereka masing-
masing. Tugas yang diberikan dikerjakan bersama-sama dengan anggota
kelompoknya. Apabila ada dari anggota kelompok yang tidak mengerti
dengan tugas yang diberikan, maka anggota kelompok yang lain
bertanggung jawab untuk memberikan jawaban atau menjelaskannya,
sebelum menganjukan pertanyaan tersebut kepada guru.16
Kelebihan :

a. Siswa tidak terlalu bergantung kepada guru dan akan menambahkan


rasa kepercayaan dengan kemampuan diri untuk berfikir mandiri,
menemukan informasi dari berbagai sumber, dan belajar bersama siswa
lainnya
b. Mengembangkan kemampuan mengungkapkan ide atau gagasan secara
verbal dan membandingkan dengan ide-ide orang lain
c. Menumbuhkan sikap respek pada orang lain, dengan menyadari
keterbatasan dan bersedia menerima segala perbedaan
d. Membantu memberdayakan setiap siswa untuk lebih bertanggung jawab
dalam belajar
e. Meningkatkan prestasi akademik dan kemampuan sosial, termasuk
mengembangkan rasa harga diri, hubungan interpersonal, keterampilan
mengelola waktu dan sikap positif terhadap sekolah

16
Jusuf Djajadisastra, Metode-Metode Mengajar I, (Bandung: angkasa, 19811), hal. 15.

10
f. Meningkatkan kemampuan siswa menggunakan informasi dan
mengubah belajar abstrak menjadi riil
g. Meningkatkan motivasi belajar dan melahirkan rangsangan untuk
berfikir, yang akan sangat berguna bagi proses pembelajaran jangka
panjang

Kekurangan :

a. Dibutuhkan waktu yang relatif lama untuk memahami filosofi


pembelajaran tim, sehingga siswa yang memiliki kemampuan lebih
akan merasa terhambat oleh siswa lainnya yang memiliki kemampuan
dibawahnya.
b. Bukan merupakan pekerjaan yang mudah, untuk mengkolaborasi
kemampuan individual siswa bersamaan dengan kemampuan
kerjasamanya
c. Penilaian yang didasarkan pada kerja kelompok, seharusnya dapat
disadari oleh guru bahwa sebenarnya hasil dan prestasi yang diharapkan
adalah prestasi dari setiap individu siswa.
d. Dengan diciptakannya kondisi saling membelajarkan antara siswa, bisa
jadi dapat menimbulkan pemahaman yang tidak seharusnya atau tidak
sesuai dengan harapan17
5. Pembeljaran E-Learning
Perkembangan teknologi informasi yang semakin pesat di era globalisasi
saat ini tidak dapat dihindarkan lagi pengaruhnya terhadap dunia
pendidikan. Tuntutan global menuntut dunia pendidikan untuk selalu
senantiasa menyesuaikan perkembangan teknologi terhadap usaha
peningkatan mutu pendidikan, terutama penyesuaian penggunaan Teknologi
Informasi dan Komunikasi (TIK) bagi dunia pendidikan khususnya dalam
proses pembelajaran. Perkembangan teknologi informasi dan komunikasi
yang sangat pesat mendorong berbagai lembaga pendidikan memanfaatkan
sistem e-learning untuk meningkatkan efektivitas dan fleksibilitas
pembelajaran. E-learning merupakan salah satu model pembelajaran yang

17
Armai Arief, Pengantar Ilmu dan Metodologi Pendidikan Islam, (Jakarta: Ciputat Pers, 2002),
hal. 139.

11
sedang dikembangkan dan akan menjadi tuntutan pada pendidikan di masa
depan. E-learning adalah sebuah pembelajaran jarak jauh yang
memanfaatkan media elektronik dalam menyampaikan pembelajaran, baik
berupa internet, CD atau dengan menggunakan HP. E-learning
memudahkan guru dan siswa dalam melaksanakan pembelajaran dan
melakukan evaluasi, karena dengan e-learning semua informasi dapat secara
cepat diunduh dari situs elearning dan bisa dengan cepat melakukan evaluasi
hasil belajar siswa tanpa harus melakukan ujian di dalam kelas.18
Pembelajaran jarak jauh atau distance learning adalah pembelajaran
dimana antara pebelajar (siswa, mahasiswa) dengan pembelajar (guru,
dosen) tidak berada dalam satu tempat pada waktu yang bersamaan. Pada
pembelajaran semacam ini, penggunaan media sangat menentukan hasil
belajar. Media yang digunakan dalam belajar jarak jauh dapat berupa media
cetak seperti modul atau media elektronik yang biasanya dikemas dalam
bentukpembelajaran berbantuan komputer yang berbasis web selanjutnya
dikenal dengan e-learning.
Dalam kegiatan pembelajaran dengan munculnya berbagai software yang
dapat digunakan untuk kepentingan pembelajaran, sekarang ini para guru
dapat merancang pembelajaran berbasis komputer, dengan
menggunakansalah satu bahasa pemrograman seperti delphi, pascal,
macromedia flash, Swiss MX dan lainnya. Hal ini dapat memberikan variasi
dalam mengajar. Seorang guru tidak harus selalu menjejali siswa dengan
informasi yang membosankan. Dengan menggunsksn teknologi informasi
seorang guru dapat memanfaatkan komputer sebagai total teaching, di mana
guru hanya sebagai fasilitator dan siswa dapat belajar dengan berbasis
komputer baik dengan menggunakan model pembelajaran drills, tutorial,
simulasi ataupun instructional games.
Internet, singkatan dari interconnection and networking, adalah jaringan
informasi global, yaitu “The largest global network of komputers, that
enables people throughout the world to connect with each other”. Internet
diluncurkan pertama kali oleh J.C.R. Licklider dari MIT (Massachusetts

18
Helmiati, Model Pembelajaran (Yokyakarta : Aswaja Pressindo) hal. 30

12
Institute Technology) pada Agustus 1962. Untuk menggunakan internet
diperlukan sebuah komputer yang memadai, harddisk yang cukup, modem
(berkecepatan minimal 14.400), sambungan telepon (mutifungsi: telepon,
faksimile, dan internet), ada program Windows, dan sedikit banyak tahu
cara mengoperasikannya. Internet merupakan perpustakaan raksasa dunia,
karena di dalam internet terdapat miliaran sumber informasi, sehingga kita
dapat menggunakan informasi tersebut sesuai dengan kebutuhan.
Pemanfaatan internet sebagai media pembelajaran mengkondisikan siswa
untuk belajar secara mandiri.19
Kelebihan:
a. Dimungkinkan terjadinya distribusi pendidikan ke semua penjuru tanah
air dan kapasitas daya tampung yang tidak terbatas karena tidak
memerlukan ruang kelas.
b. Proses pembelajaran tidak terbatas oleh waktu seperti halnya tatap muka
biasa.
c. Pembelajaran dapat memilih topik atau bahan ajar yang sesuai dengan
keinginan dan kebutuhan masing-masing.
d. Lama waktu belajar juga tergantung pada kemampuan masingmasing
siswa.
e. Adanya keakuratan dan kekinian materi pembelajaran.
f. Pembelajaran dapat dilakukan secara interaktif, sehingga manarik siswa;
dan memungkinkan pihak berkepentingan (orang tua siswa maupun
guru) turut serta menyukseskan proses pembelajaran, dengan cara
mengecek tugas-tugas yang dikerjakan siswa secara online20

19
Nurdyansyah, inovasi model pembelajaran (Sidoarjo : Nizamia Learning Center) hal. 118
20
Ibid, hal. 125

13
BAB III
PENUTUP
Kesimpulan
1. model pembelajaran merupakan suatu desain konseptual dan operasional
pembelajaran yang memiliki nama, ciri, urutan logis, pengaturan dan fasilitas yang
relevan dengan kebutuhan dalam pembelajaran.
2. Model pembelajaran pada dasarnya merupakan bentuk pembelajaran yang
tergambar dari awal sampai akhir yang disajikan secara khas oleh guru. Dengan
kata lain, model pembelajaran merupakan bungkus atau bingkai dari penerapan
suatu pendekatan, metode, dan teknik pembelajaran. Oleh karena itu, dalam
memilih model pembelajaran yang tepat haruslah memperhatikan kondisi siswa,
sifat materi bahan ajar, fasilitas-media yang tersedia, dan kondisi guru itu sendiri.
Berikut kami akan menjelaskan beberapa model pembelajaran, untuk dipilih dan
dijadikan alternatif sehingga cocok untuk situasi dan kondisi yang dihadapi.
a. Cooperative Learning (Pembelajaran Kooperatif)
Pembelajaran koperatif sesuai dengan fitrah manusia sebagai makhluq
sosial yang penuh ketergantungan dengan otrang lain, mempunyai tujuan dan
tanggung jawab bersama, pembegian tugas, dan rasa senasib. Dengan
memanfaatkan kenyatan itu, belajar berkelompok secara koperatif, siswa
dilatih dan dibiasakan untuk saling berbagi (sharing) pengetahuan,
pengalaman, tugas, tanggung jawab

b. Contextual Teaching and Learning (Pembelajaran Kontektual)


Pembelajaran kontekstual adalah pembelajaran yang dimulai dengan
sajian atau tanya jawab lisan (ramah, terbuka, negosiasi) yang terkait dengan
dunia nyata kehidupan siswa (daily life modeling), sehingga akan terasa
manfaat dari materi yang akan disajkan, motivasi belajar muncul, dunia pikiran
siswa menjadi konkret, dan suasana menjadi kondusif – nyaman dan
menyenangkan.

c. Pembeajaran berbasis masalah


Pembelajaran berbasis masalah telah dikenal sejak zaman John Dewey,
yang sekarang ini mulai diangkat sebab ditinjau secara umum
pembelajaranberbasismasalah terdiri dari menyajikan kepada siswa situasi

14
masalah yang autentikdan bermakna yang dapat memberikan kemudahan
kepada siswa untuk melakukan penyelidikan dan inkuiri. Menurut John Dewey
belajar berbasis masalah adalah interaksi antara stimulus dengan respon,
merupakan hubungan antara dua arah belajar dan lingkungan. Pengalaman
siswa yang diperoleh dari lingkungan akan menjadikan kepadanya bahan dan
materi guna memperoleh pengertian serta bisa dijadikan pedoman dan tujuan
belajarnya. Pembelajaran berbasis masalah adalah suatu kegiatan pembelajaran
yang berpusat pada masalah. Istilah berpusat berarti menjadi tema, unit, atau isi
sebagai fokus utama belajar.
d. TGT (Teams Games Tournament)
Penerapan model ini dengan cara mengelompokkan siswa heterogen,
tugas tiap kelompok bisa sama bis aberbeda. Setelah memperoleh tugas, setiap
kelompok bekerja sama dalam bentuk kerja individual dan diskusi. Usahakan
dinamikia kelompok kohesif dan kompak serta tumbuh rasa kompetisi antar
kelompok, suasana diskuisi nyaman dan menyenangkan sepeti dalam kondisi
permainan (games) yaitu dengan cara guru bersikap terbuka, ramah , lembut,
santun, dan ada sajian bodoran. Setelah selesai kerja kelompok sajikan hasil
kelompok sehuingga terjadi diskusi kelas.Jika waktunya memungkinkan TGT
bisa dilaksanakan dalam beberapa pertemuan, atau dalam rangak mengisi
waktu sesudah UAS menjelang pembagian raport.

e. Pembeljaran E-Learning
Pembelajaran jarak jauh atau distance learning adalah pembelajaran
dimana antara pebelajar (siswa, mahasiswa) dengan pembelajar (guru, dosen)
tidak berada dalam satu tempat pada waktu yang bersamaan. Pada
pembelajaran semacam ini, penggunaan media sangat menentukan hasil
belajar. Media yang digunakan dalam belajar jarak jauh dapat berupa media
cetak seperti modul atau media elektronik yang biasanya dikemas dalam
bentukpembelajaran berbantuan komputer yang berbasis web selanjutnya
dikenal dengan e-learning.

f.

15
DAFTAR PUSTAKA
Abas Asyafah, Menimbang Model Pembelajaran, TARBAWY: Indonesian Journal of
Islamic Education, Vol. 6 No. 1
Nunuk Suryani dan Leo Agung, Strategi Belajar Mengajar
Helmiati, (Aswaja Pressindo) Model Pembelajaran
Nurdyansyah, Nizamia Learning Center, inovasi model pembelajaran Sidoarjo
Syahraini tambak, , april 2017 Metode cooperative learning dalam pembelajaran
pendidikan islam, jurnal al-hik,mah vol, 14.
Marasudin Siregar, 2003 Metodologi Pengajaran Agama (MPA), Semarang: Fakultas
Tarbiyah IAIN Walisongo
Muhammad Zein, 1995 Metodologi Pengajaran Agama, Yogyakarta: Aka Group dan
Indra Buana
Jusuf Djajadisastra, Metode-Metode Mengajar I, Bandung: angkasa
Armai Arief, 2002 Pengantar Ilmu dan Metodologi Pendidikan Islam, Jakarta: Ciputat
Pers

16

Anda mungkin juga menyukai