Anda di halaman 1dari 19

MAKALAH

MODEL-MODEL PEMBELAJARAN IPA

Dosen Pengampu :
AYU WANDARI, M.Pd

Disusun oleh :
Kelompok 2
1. Suci Islamiyah
2. Fressa Aprilia Zahwa

PROGRAM STUDI TADRIS IPA


FAKULTAS TARBIYAH DAN ILMU KEGURUAN (FTIK)
INSTITUT AGAMA ISLAM YASNI BUNGO
TAHUN 2022
KATA PENGANTAR

Puji dan syukur senantiasa kami ucapkan kepada Allah SWT atas ridha
dan rahmat-Nya sehingga kami dapat menyelesaikan makalah yang berjudul
“Model-model Pembelajaran IPA “.
Tidak lupa, kami ucapkan terima kasih kepada ibu Ayu Wandari, M.Pd
selaku dosen pengampu mata kuliah Sejarah Pendidikan IPA. Ucapan terima
kasih juga kami sampaikan kepada teman-teman yang telah membantu baik secara
moral maupun material sehingga makalah ini dapat diselesaikan tepat waktu.
Makalah ini akan menjelaskan tentang model-model dalam pembelajaran
IPA. Penulis menyadari bahwa masih ada kekurangan dan kesalahan dalam
makalah yang disusun. Oleh karena itu, penulis mohon maaf atas kesalahan
tersebut. Kritik dan saran dari pembaca senantiasa ditunggu oleh penulis guna
meningkatkan kualitas tulisan ke depannya. Semoga makalah ini dapat bermanfaat
dan bisa menjadi literatur bagi mahasiswa yang lain.

Muaro Bungo, 23 Oktober 2023

Penulis

ii
DAFTAR ISI

HALAMAN JUDUL ................................................................................................ i


KATA PENGANTAR ............................................................................................ ii
DAFTAR ISI .......................................................................................................... iii
BAB I PENDAHULUAN ....................................................................................... 1
A. Latar Belakang ................................................................................................. 1
B. Rumusan Masalah ............................................................................................ 2
C. Tujuan .............................................................................................................. 2
BAB II PEMBAHASAN ........................................................................................ 3
A. Model Pembelajaran Langsung dan Model Pembelajaran Berbasis Masalah . 3
B. Model Pembelajaran Childrend Learning In Science (CLIS).......................... 8
C. Model Pembelajaran Kooperatif .................................................................... 10
BAB III PENUTUP .............................................................................................. 13
A. Kesimpulan .................................................................................................... 13
B. Saran .............................................................................................................. 14
DAFTAR PUSTAKA ........................................................................................... 15

iii
iv
BAB I
PENDAHULUAN

A. Latar Belakang
Pembelajaran merupakan proses interaksi antara siswa dan guru. Proses
pembelajaran berlangsung antar komponen-komponen yang saling berkaitan
satu sama lainnya dengan muatan tujuan pendidikan.. Di dalam proses
pembelajaran terdapat kegiatan interaksi antara guru-peserta didik dan
komunikasi timbal balik yang berlangsung dalam situasi edukatif untuk
mencapai tujuan belajar.
Dalam proses pembelajaran diperlukan adanya peningkatan kualitas
pendidikan yang merupakan faktor utama yang menentukan keberhasilan
pembangunan bangsa. Kualitas pendidikan memiliki arti bahwa lulusan
pendidkan memiliki kemampuan yang sesuai, sehingga dapat memberikan
kontribusi yang tinggi bagi pembangunan. Kualitas pendidikan, terutama
ditentukan oleh proses dan hasil belajar mengajar. Untuk membantu siswa
dapat belajar dengan baik, maka pembelajaran harus disusun semenarik
mungkin, termasuk dalam pembelajaran IPA.
Pembelajaran IPA bukan hanya penguasaan kumpulan pengetahuan saja,
tetapi juga merupakan suatu proses penemuan yang merangsang siswa untuk
aktif terlibat di dalamnya. Ada beberapa hal yang dapat digunakan guru dalam
menjembatani pembelajaran supaya lebih menyenangkan dan tidak monoton,
diantaranya penggunaan bahan ajar, media, metode, dan model pembelajaran.
Model pembelajaran IPA yang sesuai adalah model pembelajaran yang
menyesuaikan situasi belajar siswa dengan situasi kehidupan nyata di
masyarakat. Siswa diberi kesempatan untuk menggunakan alat-alat dan media
belajar yang ada di lingkungannya dan menerapkannya dalam kehidupan
sehari-hari. Hal ini dimaksudkan agar siswa siswa memperoleh pemahaman
yang mendalam tentang alam dan menumbuhkan kemampuan berpikir, bekerja
dan bersikap ilmiah.

1
Model pembelajaran merupakan kesatuan utuh dari penerapan
pendekatan, strategi, metode, teknik dan taktik pembelajaran. Maka dari itu,
seorang guru harus mampu menguasai berbagai variasi model pembelajaran
agar dapat menyesuaikan dengan karakteristik dan gaya belajar siswanya,
khususnya dalam pembelajaran IPA. Hal ini bertujuan agar siswa dapat
memahami konsep dalam IPA. meningkatkan rasa ingin tahu mengenai
berbagai peristiwa yang berkaitan dengan alam sekitar, mengembangkan
keterampilan proses sehingga mampu memecahkan masalah melalui "doing
science", serta mengembangkan wawasan, sikap, nilai, dan kemampuan untuk
menerapkan konsep IPA, dan keterampilan dalam kehidupan sehari- hari.1
Pada makalah ini kami akan membahas beberapa model pembelajaran
IPA, diantaranya yaitu model pembelajaran langsung, model pembelajaran
berbasis masalah, model pembelajaran berbasis masalah, model pembelajaran
Childrend Learning In Science (CLIS) dan model pembelajaran kooperatif.
B. Rumusan Masalah
1. Apa yang dimaksud model pembelajaran langsung dan model pembelajaran
berbasis masalah?
2. Apa yang dimaksud model pembelajaran Childrend Learning In Science
(CLIS?
3. Apa yang dimaksud dengan model pembelajaran kooperatif?
C. Tujuan
1. Untuk memahami model pembelajaran langsung dan model pembelajaran
berbasis masalah
2. Agar mengetahui maksud dari model pembelajaran Childrend Learning In
Science (CLIS)
3. Supaya bisa memahami maksud dari model pembelajaran kooperatif

1
Kelana Jajang Wahyu dan Wardani Duhita Savira, Model Pembelajaran IPA SD (Cirebon:
Edutrimedia Indonesia, 2021) hal. 1-2

2
BAB II
PEMBAHASAN

A. Model Pembelajaran Langsung dan Model Pembelajaran Berbasis


Masalah
1. Model Pembelajaran Langsung (Direct Interaction)
a. Pengertian Pembelajaran Langsung
Pembelajaran langsung dirancang secara khusus untuk
mengembangkan pembelajaran siswa tentang pengetahuan prosedural dan
pengetahuan deklarasi yang terstruktur dengan baik dan dapat dipelajari
selangkah demi selangkah.2
Menurut Hamzah didalam buku IPA Untuk Guru Sekolah Dasar
model pembelajaran langsung adalah program yang paling efektif untuk
mengukur pencapaian keahlian dasar, keahlian dalam memahami suatu
materi dan konsep diri sendiri. Model pembelajaran langsung ini sangat
ditentukan oleh pendidik, artinya pendidik berperan penting dan dominan
dalam proses pembelajaran.
Penyebutan ini mengacu pada gaya mengajar di mana pendidik
terlibat aktif dalam mengusung isi pelajaran kepada peserta didik dan
mengajarkannya kepada seluruh peserta didik dalam kelas. Sedangkan
Joyce, Weil, Calhoun berpendapat suatu model pembelajaran yang terdiri
dari penjelasan guru mengenai konsep atau keterampilan baru terhadap
siswa.
Model pengajaran langsung memberikan kesempatan siswa belajar
dengan mengamati secara selektif, mengingat dan menirukan apa yang
dimodelkan gurunya. Oleh karena itu hal penting yang harus diperhatikan
dalam menerapkan model pengajaran langsung adalah menghindari
menyampaikan pengetahuan yang terlalu kompleks. Di samping itu, model
pengajaran langsung mengutamakan pendekatan deklaratif dengan titik

2
Ali Ismail, Model-model Pembelajaran IPA, https://osf.io/preprints/inarxiv/fbgvh/download,
diakses pada 24 Oktober 2023, pukul 13.42 WIB

3
berat pada proses belajar konsep dan keterampilan motorik, sehingga
menciptakan suasana pembelajaran yang lebih terstruktur.
Guru yang menggunakan model pengajaran langsung tersebut
bertanggung jawab dalam mengiden- tifikasi tujuan pembelajaran, struktur
materi, dan keterampilan dasar yang akan diajarkan. Kemudian
menyampaikan pengetahuan kepada siswa, memberikan
permodelan/demonstrasi, memberikan kesempatan pada siswa untuk
berlatih menerapkan konsep/keterampilan yang telah dipelajari, dan
memberikan umpan balik.3
b. Karakteristik Pembelajaran Langsung
Dalam model pembelajaran langsung terdapat beberapa ciri-ciri
khusus yang memberikan keunggulan pada model ini. Adapun ciri-ciri
tersebut, diantaranya:
a) Fokus akademik, berarti prioritas tertinggi yang diletakkan dalam
penugasan dan penyelesaian tugas akademik.
b) Kontrol dan arahan guru, diberikan saat guru memilih dan
mengarahkan tugas pembelajaran, menegaskan peran inti selama
memberi instruksi, dan meminimalisir jumlah percakapan siswa yang
tidak berorientasi akademik.
c) Harapan yang tinggi terhadap perkembangan harapan siswa,
d) Sistem manajemen waktu salah satu tujuan dari model pembelajaran
langsung, yaitu memaksimalkan waktu belajar siswa.
e) Atmosfer akademik yang cukup netral. lingkungan instruksi langsung
adalah tempat dimana pembelajaran menjadi fokus utama dan tempat
diman siswa terlibat dalam tugas-tugas akademik dalam waktu
tertentu dan mencapai rating kesuksesan yang tinggi.
c. Kelebihan dan Kelemahan Model Pembelajaran Langsung
Berikut beberapa kelebihan dari pembelajaran langsung yaitu:
a) Dapat diterapkan secara efektif dalam kelas yang besar maupun kecil.

3
Pratiwi Indah, IPA untuk Pendidikan Guru Sekolah Dasar (Medan: Umsu Press,2021) hal. 20-21

4
b) Dapat digunakan untuk menekankan poin-poin penting atau kesulitan-
kesulitan yang mungkin dihadapi siswa sehingga hal-hal tersebut dapat
diungkapkan.
c) Dapat menjadi cara yang efektif untuk menga- jarkan informasi dan
pengetahuan faktual yang sangat terstruktur.
d) Merupakan cara yang paling efektif untuk mengajarkan konsep dan
keterampilan- keterampilan yang eksplisit kepada siswa yang
berprestasi rendah.
e) Dapat menjadi cara untuk menyampaikan informasi yang banyak dalam
waktu yang relatif singkat yang dapat diakses secara setara oleh seluruh
siswa.
f) Ceramah merupakan cara yang bermanfaat untuk menyampaikan
kepada siswa.
Selain kelebihan diatas, model pembelajaran ini juga mempunyai
kelemahan, yaitu:
a) Model pembelajaran langsung bersandar pada kemampuan siswa untuk
mengasimilasikan informasi melalui kegiatan mendengarkan,
mengamati, dan mencatat. Karena tidak semua siswa memiliki
keterampilan dalam hal-hal tersebut, guru masih harus mengajarkannya
kepada siswa.
b) Dalam model pembelajaran langsung, sulit untuk mengatasi perbedaan
dalam hal kemampuan, pengetahuan awal, tingkat pembelajaran dan
pemahaman, gaya belajar, atau ketertarikan siswa.
c) Siswa hanya memiliki sedikit kesempatan untuk terlibat secara aktif,
sulit bagi siswa untuk mengembangkan keterampilan sosial dan
interpersonal mereka.4
2. Model Pembelajaran Berbasis Masalah (Problem Based Intruction)
a. Pengertian Pembelajaran Berbasis Masalah (Problem Based Intruction)
Pembelajaran berbasis masalah (PBM) merupakan pembelajaran yang
menghadapkan siswa pada masalah dunia nyata (real world) untuk

4
Ibid hal. 22-28

5
memulai pembelajaran. Pembelajaran berbasis masalah merupakan suatu
pengembangan kurikulum dan model pembelajaran. Dalam pembelajaran
berbasis masalah, siswa memiliki peran sebagai problem-solvers
sedangkan guru memiliki peranan sebagai tutor atau pelatih.
Pembelajaran berbasis masalah merupakan pembelajaran dengan
pendekatan konstruktivis, karena disini guru hanya berperan sebagai
penyaji masalah, penanya, mengadakan dialog, pemberi fasilitas
penelitian, menyiapkan dukungan dan dorongan yang dapat meningkatkan
pertumbuhan inkuiri dan intelektual pada peserta didik. Prinsip utama
pendekatan konstruktivis adalah pengetahuan tidak diterima secara pasif,
tetapi dibangun secara aktif oleh siswa .
Pembelajaran berbasis masalah mengutamakan proses belajar, dimana
tugas guru harus memfokuskan diri untuk membantu peserta didik
mengembangkan keterampilan dan kecakapan berpikir dalam mempelajari
dan menyerap materi pembelajaran. Dengan demikian pembelajaran
berbasis masalah dapat digunakan untuk melatih dan mengembangkan
berbagai keterampilan dan kecakapan sains tingkat tinggi, serta
meningkatkan pencapaian hasil belajar.5
Menurut Aris Shoimin, metode pembelajaran problem based learning
memiliki beberapa ciri khas, yaitu:
a) Berpusat pada peserta didik, dalam pelaksanaan kegiatan
pembelajaran, fokus utama adalah pada peserta didik. Peserta didik
diharapkan lebih aktif dalam belajar, bertanya, dan berlatih langsung.
b) Fokus ke masalah otentik, memberikan suatu masalah kepada peserta
didik tentunya bukan masalah rekayasa melainkan masalah nyata di
lapangan.
c) Peserta didik belajar secara mandiri.
d) Pelaksanaan berbasis kelompok.

5
Kelana Jajang Wahyu dan Wardani Duhita Savira, Model Pembelajaran IPA SD (Cirebon:
Edutrimedia Indonesia, 2021) hal. 1-2

6
e) Pendidik berperan sebagai fasilitator, sehingga memberikan kisi-kisi
dalam membantu peserta didik menyelesaikan masalah. Eksekusi
semuanya dilakukan peserta didik itu sendiri.6
b. Kelebihan dan Kekurangan Pembelajaran Berbasis Masalah
Menurut Sanjaya didalam buku Model Pembelajaran Berbasis Masalah
oleh Trian Pamungkas, terdapat beberapa kelebihan dari model
pembelajaran berbasis masalah di antaranya adalah sebagai berikut:
a) Merupakan teknik yang cukup bagus untuk lebih memahami isi
pelajaran.
b) Dapat menantang kemampuan siswa serta memberikan kepuasan untuk
menemukan pengetahuan baru bagi siswa.
c) Dapat meningkatkan aktivasi pembelajaran siswa.
d) Dapat membantu siswa bagaimana mentransfer pengetahuan mereka
untuk memahami masalah dalam kehidupan nyata.
e) Dapat membantu siswa untuk mengembangkan pengetahuan barunya
dan bertanggung jawab dalam pelajaran yang mereka lakukan. Di
samping itu, pemecahan masalah juga dapat mendorong.7
Model pembelajaran berbasis masalah juga memiliki beberapa
kelemahan seperti di bawah ini:
a) Memerlukan waktu yang lebih banyak oleh guru dan peserta didik.
b) Perubahan pembelajaran ketika harus memulai proses pembelajaran
dengan menggunakan model pbm kebanyakan.
c) Perubahan peran peserta didik.
d) Perumusan masalah yang baik.
e) Kesahihan sistem pengukuran dan hasil belajar.
f) Pencapaian akademik dari individu peserta didik.8

6
Dunia Dosen, Pembelajaran Berbasis Masalah, https://duniadosen.com/problem-based-learning/,
diakses pada 24 Oktober 2023 pukul 16.36 WIB
7
Pamungkas Trian, Model Pembelajaran Berbasis Masalah (Jawa Barat: Guepedia, 2020) hal. 13-
14
8
Paat Meike dan Mokalu Yohanes Bery, Model Pembelajaran Berbasis Masalah (Sumatra Barat:
Yayasan Pendidikan Cendikia Muslim,2023) hal.58-61

7
B. Model Pembelajaran Childrend Learning In Science (CLIS)
1. Pengertian Pembelajaran Childrend Learning In Science (CLIS)
Model pembelajaran CLIS pada prinsipnya merupakan pengembangan
dari model pembelajaran generative, namun lebih menekankan pada kegiatan
siswa untuk menyempurnakan dalam mendapatkan ide- ide, menyesuaikan
dengan ilmu pengetahuan yang ada, memecahkan dan mendiskusikan
masalah-masalah yang muncul sehingga siswa dapat mengemukakan
pendapatnya sendiri. Model pembelajaran ini dikembangkan oleh kelompok
Children Learning In Science di ingris yang dipimpin oleh Driver tahun 1988.
Guru dapat memberikan kemudahan untuk proses ini, dengan
memberikan kesempatan siswa untuk menemukan atau menerapkan ide-ide
mereka sendiri,dan mengajarkan siswa menjadi sadar dan secara sadar
menggunakan strategi mereka sendiri untuk belajar. Guru dapat memberi
siswa anak tangga yang membawa siswa kepahaman yang lebih tinggi,
dengan catatan siswa sendiri yang harus memanjat anak tangga tersebut.
Tujuan dari penerapan model pembelajaran ini diantaranya yaitu siswa
diberi kesempatan untuk menggungkapkan berbagai gagasan tentang topik
yang dibahas dalam pembelajaran, serta membandingkan gagasan dengan
gagasan siswa lainnya dan didiskusikan untuk menyamakan persepsi.
Model pembelajaran Children Learning in Science (CLIS) terdiri dari
lima tahap utama yakni
a. Tahap orientasi, pada orientasi merupakan tahap yang dilakukan guru
dengan tujuan untuk memusatkan perhatian siswa. Orientasi dapat
dilakukan dengan cara menunjukkan berbagai fenomena yang terjadi di
alam, kejadian yang dialami siswa dalam kehidupan sehari-hari.
Selanjutnya menghubungkan dengan topik yang akan dibahas.
b. Tahap pemunculan gagasan, kegiatan ini merupakan upaya yang dilakukan
oleh guru untuk memunculkan gagasan siswa tentang topik yang dibahas
dalam pembelajaran. Cara yang dilakukan bisa dengan meminta siswa
untuk menuliskan apa saja yang mereka ketahui tentang topik yang
dibahas atau bisa dengan cara menjawab pertanyaan uraian terbuka yang

8
diajukan oleh guru. Bagi guru tahapan ini merupakan upaya eksplorasi
pengetahuan awal siswa. Guru memberikan pertanyaan yang sama, tapi
jawaban pada sesi ini dijawab secara terbuka bagi beberapa siswa sebagai
sampel dalam memacu atau memunculkan gagasan siswa yang ada.
c. Tahap penyusunan ulang gagasan, tahap ini dibagi menjadi tiga bagian
yaitu: pengungkapan dan penukaran gagasan, pembukaan pada situasi
konflik, serta konstruksi gagasan baru dan evaluasi. Pengungkapan dan
pertukaran gagasan merupakan upaya untuk memperjelas atau
mengungkapkan gagasan awal siswa tentang suatu topik secara umum,
misalnya dengan cara mendiskusikan jawaban siswa pada langkah kedua
dalam kelompok kecil, kemudian salah satu anggota kelompok
melaporkan hasil diskusi keseluruh kelas. Dalam kegiatan ini guru tidak
membenarkan atau menyalahkan gagasan siswa. Pada tahap pembukaan
kesituasi konflik, siswa diberi kesempatan untuk mencari pengertian
ilmiah yang sedang dipelajari di dalam buku teks Selanjutnya siswa
mencari beberapa perbedaan antara konsep awal mereka dengan konsep
ilmiah yang ada dalam buku teks. Tahap kontruksi gagasan baru dan
evaluasi dilakukan dengan tujuan untuk mencocokan gagasan yang sesuai
dengan fenomena yang dipelajari guna mengkontruksi gagasan baru.
Siswa diberi kesempatan untuk melakukan percobaan atau observasi,
kemudian mendiskusikannya dalam kelompok untuk menyusun gagasan
baru.
d. Tahap penerapan gagasan, pada tahap ini siswa dibimbing untuk
menerapkan gagasan baru yang dikembangkan melalui percobaan atau
observasi ke dalam situasi baru. Gagasan baru dalam aplikasinya dapat
digunakan untuk menganalisis isu-isu dan memecahkan masalah yang ada
di lingkungan. Misalnya dengan cara siswa mencari dan mencatat benda
yang mereka temukan di sekitar sekolah yang merupakan kegiatan yang
berhubungan dengan topik pembelajaran sebanyak mungkin sesuai waktu
yang diberikan.

9
e. Tahap pemantapan gagasan konsep yang telah diperoleh siswa perlu diberi
umpan balik oleh guru untuk memperkuat konsep ilmiah tersebut. Dengan
demikian, siswa yang konsepsi awalnya tidak konsisten dengan konsep
ilmiah akan dengan sadar mengubahnya menjadi konsep ilmiah.
2. Kelebihan dan Kelemahan model pembelajaran CLIS
Setiap Model pembelajaran umumnya tidak ada yang sempurna, seperti
halnya pada model pembelajaran CLIS. Menurut Samatowa model
pembelajaran CLIS memiliki beberapa keunggulan dan kelemahan.
Kelebihan model CLIS antara lain:
a. Membiasakan siswa untuk belajar mandiri dalam memecahkan masalah
yang ada; 2) Menciptakan kreativitas siswa untuk belajar sehingga
tercipta suasana kelas yang nyaman, aktif, dan kreatif;
b. Terjadi kerja sama yang baik diantara siswa dan siswa juga terlibat
langsung dalam melakukan kegiatan.
c. Menciptakan belajar yang lebih bermakna karena timbulnya kebanggaan
siswa menemukan sendiri konsep ilmiah yang dipelajari.
d. Guru mengajar akan lebih efektif karena dapat menciptakan
pembelajaran yang lebih menyenangkan.
Sedangkan kelemahannya, antara lain:
a. Kejelasan dari tahap dalam CLIS tidak selalu mudah dilaksanakan,
walaupun semula direncanakan dengan baik.
b. Kesulitan terjadi pada tahapan pindah dari satu fase ke fase lainnya.
c. Terkadang guru lupa memantapkan gagasan baru siswa, sehingga jika ini
terjadi tentunya siswa akan kembali pada konsep awal.9
C. Model Pembelajaran Kooperatif
1. Pengertian Pembelajaran Kooperatif
Pembelajaran koperatif sesuai dengan fitrah manusia. sebagai makhluk
sosial yang penuh ketergantungan dengan otrang lain, mempunyai tujuan dan
tanggung jawab bersama, pembegian tugas, dan rasa senasib. Dengan

9
Amin dkk, Model Pembelajaran Kontemporer (Bekasi: Pusat Penerbitan LPPM Universitas Islam
Bekasi, 2022) hal. 96-97

10
memanfaatkan kenyatan itu, belajar berkelompok secara koperatif, siswa
dilatih dan dibiasakan untuk saling berbagi (sharing) pengetahuan,
pengalaman, tugas, tanggung jawab. Saling membantu dan berlatih
beinteraksi- komunikasi-sosialisasi karena koperatif adalah miniature dari
hidup bermasyarakat, dan belajar menyadari kekurangan dan kelebihan
masing-masing.10
2. Karakteristik Pembelajaran Kooperatif
Adapun karakteristik pembelajaran kooperatif, yaitu:
a. Siswa belajar dalam kelompok.
b. Siswa memiliki rasa saling ketergantungan.
c. Siswa belajar berinteraksi secara kerja sama.
d. Siswa dilatih untuk bertanggung jawab dengan tugas.11
3. Kelebihan dan Kekurangan Pembelajaran Kooperatif
Adapun kelebihan pembelajaran kooperatif:
a. Siswa dapat mengungkapkan ide-idenya secara bebas.
b. Siswa akan lebih mudah memahami konsep yang dipelajari dengan rekan
kelompok jika belajar dengan teman sebayanya.
c. Pembelajaran kooperatif dikembangkan untuk mencapai hasil belajar
akademis, penerimaan terhadap keragaman dan pengembangan
keterampilan sosial.
d. Model pembelajaran Kooperatif unggul dalam membantu siswa
memahami konsep yang sulit.
Kelemahan Pembelajaran Kooperatif:
a. Dimungkinkan ada beberapa anggota atau siswa kurang aktif dalam
mengikuti kegiatan diskusi kerja kelompok.
b. Untuk menyusun anggota kelompok yang heterogen agak mengalami
kesulitan karena guru harus memperhatikan kemampuan belajar siswa

10
Purnomo Dwi, Keterampilan Guru dalam Berprofesi (Malang: Media Nusa Creativ, 2015) hal.
98
11
Hasan Syamsuri dkk, “Model Cooverative Learning Tipe Group Investigation Untuk
Meningkatkan Hasil Belajar Pada Mata Pelajaran Perawatan dan Perbaikan Sistem Refrigerasi”
(INVOTEC, Vol. VII, No. 2 Tahun 2011) hal. 176-177

11
tiap individu, perbedaan minat belajar, wilayah tempat tinggal siswa dan
jenis kelamin.
c. Dalam mengambil kesimpulan kadang terjadi kesalahan, di sini guru
dituntut untuk membimbing mengambil kesimpulan dari materi yang
dibahas.12

12
Hidayat M. dan Miskadi, Model Pembelajaran Masa Kini (Lombok Tengah: Pusat
Pengembangan Pendidikan dan Penelitian Indonesia, 2021) hal. 11-12

12
BAB III
PENUTUP

A. Kesimpulan
1. Menurut Hamzah didalam buku IPA Untuk Guru Sekolah Dasar model
pembelajaran langsung adalah program yang paling efektif untuk mengukur
pencapaian keahlian dasar, keahlian dalam memahami suatu materi dan
konsep diri sendiri. Model pembelajaran langsung ini sangat ditentukan oleh
pendidik, artinya pendidik berperan penting dan dominan dalam proses
pembelajaran. Sedangkan pembelajaran berbasis masalah (PBM) merupakan
pembelajaran yang menghadapkan siswa pada masalah dunia nyata (real
world) untuk memulai pembelajaran. Pembelajaran berbasis masalah
merupakan suatu pengembangan kurikulum dan model pembelajaran. Dalam
pembelajaran berbasis masalah, siswa memiliki peran sebagai problem-
solvers sedangkan guru memiliki peranan sebagai tutor atau pelatih.
2. Model pembelajaran CLIS pada prinsipnya merupakan pengembangan dari
model pembelajaran generative, namun lebih menekankan pada kegiatan
siswa untuk menyempurnakan dalam mendapatkan ide- ide, menyesuaikan
dengan ilmu pengetahuan yang ada, memecahkan dan mendiskusikan
masalah-masalah yang muncul sehingga siswa dapat mengemukakan
pendapatnya sendiri. Model pembelajaran ini dikembangkan oleh kelompok
Children Learning In Science di ingris yang dipimpin oleh Driver tahun 1988.
3. Pembelajaran koperatif sesuai dengan fitrah manusia. sebagai makhluk sosial
yang penuh ketergantungan dengan otrang lain, mempunyai tujuan dan
tanggung jawab bersama, pembegian tugas, dan rasa senasib. Dengan
memanfaatkan kenyatan itu, belajar berkelompok secara koperatif, siswa
dilatih dan dibiasakan untuk saling berbagi (sharing) pengetahuan,
pengalaman, tugas, tanggung jawab. Saling membantu dan berlatih
beinteraksi- komunikasi-sosialisasi karena koperatif adalah miniature dari

13
hidup bermasyarakat, dan belajar menyadari kekurangan dan kelebihan
masing-masing
B. Saran
Didalam proses pembelajaran, model pembelajaran sangat berpengaruh
terhadap pemahaman siswa, dengan adanya model-model pembelajaran dapat
mempermudah pemahaman siswa terhadap pelajaran. Maka dari itu,
diharapkan didalam proses pembelajaran, pendidik dapat menggunakan model
pembelajaran yang tepat agar dapat menunjang terwujudnya pembelajaran
yang efektif.

14
DAFTAR PUSTAKA

Amin dkk, Model Pembelajaran Kontemporer (Bekasi: Pusat Penerbitan LPPM


Universitas Islam Bekasi, 2022)
Hasan Syamsuri dkk, “Model Cooverative Learning Tipe Group Investigation
Untuk Meningkatkan Hasil Belajar Pada Mata Pelajaran Perawatan dan
Perbaikan Sistem Refrigerasi” (INVOTEC, Vol. VII, No. 2 Tahun 2011)
Hidayat M. dan Miskadi, Model Pembelajaran Masa Kini (Lombok Tengah:
Pusat Pengembangan Pendidikan dan Penelitian Indonesia, 2021)

Kelana Jajang Wahyu dan Wardani Duhita Savira, Model Pembelajaran IPA SD
(Cirebon: Edutrimedia Indonesia, 2021)
Paat Meike dan Mokalu Yohanes Bery, Model Pembelajaran Berbasis Masalah
(Sumatra Barat: Yayasan Pendidikan Cendikia Muslim,2023)
Pamungkas Trian, Model Pembelajaran Berbasis Masalah (Jawa Barat:
Guepedia, 2020)
Pratiwi Indah, IPA untuk Pendidikan Guru Sekolah Dasar (Medan: Umsu Press,
2021)
Purnomo Dwi, Keterampilan Guru dalam Berprofesi (Malang: Media Nusa
Creativ, 2015)
Ali Ismail, Model-model Pembelajaran IPA,
https://osf.io/preprints/inarxiv/fbgvh/download, diakses pada 24 Oktober
2023
Dunia Dosen, Pembelajaran Berbasis Masalah, https://duniadosen.com/problem-
based-learning/, diakses pada 24 Oktober 2023

15

Anda mungkin juga menyukai