Anda di halaman 1dari 18

MAKALAH

MODEL-MODEL PEMBELAJARAN IPA


(Modul 2)

Tutor Pembimbing : Dr. Erwin, M.Pd

Disusun oleh :
Arum Finata Sari (856711579)
Ida Bagus Komang Siwa S (856714109)
Shinta Meita Sari (856718177)

UPBJJ PALEMBANG POKJAR BELITANG


FAKULTAS KEGURUAN DAN ILMU PENDIDIKAN
UNIVERSITAS TERBUKA
TAHUN 2023
KATA PENGANTAR

Puji syukur kehadirat Allah SWT yang telah memberikan rahmat dan
hidayah-Nya sehingga kami dapat menyelesaikan tugas makalah yang berjudul
“Model-Model Pembelajaran IPA” tepat pada waktunya.
Adapun tujuan dari penulisan makalah ini adalah untuk memenuhi tugas
dari Bapak Dr. Erwin, M.Pd pada mata kuliah Materi dan Pembelajaran IPA SD.
Selain itu, makalah ini juga bertujuan untuk menambah wawasan tentang Model-
Model Pembelajaran IPA bagi para pembaca dan juga bagi penulis.
Kami mengucapkan terima kasih kepada Bapak Dr. Erwin, M.Pd selaku
tutor mata kuliah Materi dan Pembelajaran IPA SD yang telah memberikan tugas
ini sehingga dapat menambah pengetahuan dan wawasan sesuai dengan bidang
studi yang kami tekuni.
Kami juga mengucapkan terima kasih kepada semua pihak yang telah
membagi sebagian pengetahuannya sehingga kami dapat menyelesaikan makalah
ini. Kami menyadari, makalah yang kami tulis ini masih jauh dari kata sempurna.
Oleh karena itu, kritik dan saran yang membangun akan kami nantikan demi
kesempurnaan makalah ini.

Belitang, 22 Oktober 2023

Penulis

ii
DAFTAR ISI

HALAMAN JUDUL.............................................................................................i
KATA PENGANTAR...........................................................................................ii
DAFTAR ISI.........................................................................................................iii
BAB I PENDAHULUAN.....................................................................................1
A. Latar Belakang.....................................................................................1
B. Rumusan Masalah...............................................................................1
C. Tujuan Penulisan ...............................................................................2

BAB II PEMBAHASAN.......................................................................................3
KB 1 : Konstruktivisme dalam Pembelajaran IPA................................................3
A. Pandangan Tentang Belajar dan Mengajar................................................3
B. Pandangan Konstruktivis Tentang Belajar IPA.........................................4
C. Model-Model Pembelajaran Untuk Perubahan Konsepsi..........................6
D. Contoh Model Pembelajaran Konstruktivisme..........................................6
KB 2 : Model Pembelajaran ................................................................................8
A. Model Pembelajaran Interaktif..................................................................8
B. Model Pembelajaran Terpadu (Integrated)...............................................9
C. Model Pembelajaran Siklus Belajar (Learning Cycle)..............................11
D. Model Pembelajaran Belajar IPA atau CLIS
(Children Learning In Science).................................................................13

BAB III PENUTUP...............................................................................................14


A. Kesimpulan..........................................................................................14
B. Saran....................................................................................................14

DAFTAR PUSTAKA............................................................................................15

iii
BAB I
PENDAHULUAN

A. Latar Belakang
Pembelajaran IPA merupakan pembelajaran yang membuat siswa
memperoleh pengalaman langsung sehingga dapat menambah kekuatan siswa
untuk menerima, menyimpan, dan menerapkan konsep yang telah
dipelajarinya. Model pembelajaran adalah seluruh rangkaian penyajian materi
ajar yang meliputi segala aspek sebelum dan sesudah pembelajaran yang
dilakukan guru, serta segala fasilitas yang terkait dan digunakan secara
langsung atau tidak langsung dalam proses belajar mengajar. Mengajar tidak
sama dengan membelajarkan. Hal ini terdeteksi dari hasil mengajar seorang
guru yang tidak selalu dapat membelajarkan siswanya. Hasil belajar siswanya
bervariasi. Apalagi jika kegiatan mengajar seorang guru tidak mempunyai
tujuan atau tidak mengacu pada tujuan.
Menurut pandangan konstruktivis dalam proses pembelajaran IPA
seyogianya disediakan serangkaian pengalaman berupa kegiatan nyata yang
rasional atau dapat dimengerti siswa dan memungkinkan terjadi interaksi
sosial. Dengan kata lain, saat proses belajar berlangsung siswa harus terlibat
secara langsung dalam kegiatan nyata. Model pembelajaran IPA dipilih sesuai
dengan sifat IPA sebagai pengetahuan deklaratif maupun pengetahuan
prosedural. Komponen-komponen pembentuk model pembelajaran
dirumuskan sesuai dengan sifat model pembelajaran yang disusun dan
terutama ditentukan oleh tujuan yang ingin dicapai melalui pembelajaran
tersebut.

B. Rumusan Masalah
1. Apa yang mendasari sebagian besar pendekatan pembelajaran IPA?
2. Bagaimana pendekatan dan metode dapat diterapkan dalam pelaksanaan
pembelajaran IPA?
3. Apa saja contoh-contoh model pembelajaran IPA?

1
C. Tujuan Penulisan
1. Untuk mengetahui sebagian besar pendekatan pembelajaran IPA.
2. Untuk mengetahui pendekatan dan metode yang dapat diterapkan dalam
pelaksanaan pembelajaran IPA.
3. Untuk dapat mengetahui contoh-contoh model pembelajaran IPA.

2
BAB II
PEMBAHASAN

KB 1 : Konstruktivisme dalam Pembelajaran IPA

A. Pandangan Tentang Belajar dan Mengajar


Mengajar tidak sama dengan membelajarkan. Hal itu terdeteksi dari
hasil mengajar seorang guru yang tidak selalu dapat membelajarkan
siswanya. Hasil belajar siswanya bervariasi. Apalagi jika kegiatan mengajar
seorang guru tidak mempunyai tujuan atau tidak mengacu pada tujuan.
Tugas guru dalam mengajar adalah membantu transfer belajar. Tujuan
transfer belajar ialah menerapkan hal-hal yang telah dipelajari pada situasi
baru, artinya apa yang telah dipelajari itu dibuat umum sifatnya. Bigge
(dalam Dahar, 1989) merangkum perbedaan penting antara teori belajar
perilaku dan teori belajar kognitif. Seorang guru penganut teori perilaku
berkeinginan untuk mengubah perilaku siswanya, sedangkan guru yang
berorientasi teori kognitif berkeinginan untuk mengubah pemahaman
siswanya.
1. Struktur Kognitif
Struktur kognitif seseorang pada suatu saat meliputi segala sesuatu yang
telah dipelajari oleh seseorang (Ausubel dalam Klausmeier, 1994:22).
Struktur kognitif mengalami perubahan sejak lahir dan maju berkelanjutan
sebagai hasil proses belajar dan pendewasaan/kematangan. Konsep, prinsip,
dan struktur pengetahuan (termasuk taksonomi dan hierarkinya) dan
pemecahan masalah merupakan hasil belajar yang penting dalam ranah
kognitif.
2. Konsep dan Konsepsi
Konsep bersifat lebih umum dan dikenal berdasarkan kesepakatan,
sedangkan konsepsi bersifat khusus atau spesifik dan individual. Menurut
Rosser (dalam Dahar, 1989:80) konsep adalah suatu abstraksi yang mewakili
satu kelas objek, kejadian, kegiatan, atau hubungan, yang memiliki atribut

3
yang sama. Konsep merupakan abstraksi yang berdasarkan pengalaman.
Karena pengalaman dua orang tidak sama, maka konsep yang dibentuk juga
mungkin berbeda. Konsep merupakan suatu abstraksi mental yang mewakili
sekelompok stimulus, contohnya konsep tumbuhan, sel, hidup.
Pembentukan prinsip dari konsep melibatkan hubungan antar konsep.
Terdapat empat tipe dasar hubungan dalam prinsip, yaitu : (1) sebab akibat,
(2) korelasional, (3) peluang, (4) aksioma. Tipe dasar hubungan banyak
ditemukan dalam IPA.
Contoh :
a. Penyakit TBC disebabkan oleh organisme yang disebut Mycobacterium
tuberculosis. (hubungan sebab akibat)
b. Perkembangan teori sel berlangsung sejalan dengan perkembangan
temuan alat dan prosedur dalam mempelajari sel. (korelasional)
c. Logam (pada umumnya) mengembang jika dipanaskan. (peluang)
d. Bujangan atau perjaka adalah laki-laki dan belum/tidak kawin.
(aksiomatik)
Pengalaman seseorang tentang sesuatu atau stimulus menghasilkan
konsepsi konsepsi seseorang berbeda dengan konsepsi orang yang lain.
Konsepsi berasal dari kata to conceive yang artinya cara menerima.
Contohnya konsepsi awam tentang “konsep” berarti draft seperti pada konsep
surat. Melalui contoh tersebut tampak jelas bagaimana subjektifnya konsepsi
seseorang tentang sesuatu atau dalam hal ini konsep.

B. Pandangan Konstruktivis Tentang Belajar IPA


1. Belajar Sebagai Perubahan Konsepsi
Menurut pandangan konstruktivisme keberhasilan belajar bergantung
bukan hanya pada lingkungan atau kondisi belajar, tetapi juga pada
pengetahuan awal siswa. Belajar melibatkan pembentukan "makna" oleh
siswa dari apa yang mereka lakukan, lihat, dan dengar (West & Pines, 1985).

4
2. Perubahan Konsepsi dalam Pembelajaran IPA
Peneliti pendidikan sains mengungkapkan bahwa Belajar sains merupakan
proses konstruktif yang menghendaki partisipasi aktif dari siswa (Piaget
dalam Dahar, 1996), sehingga di sini peran guru berubah, dari sumber dan
memberi informasi menjadi pendiagnosis dan fasilitator belajar siswa.
Pembelajaran dan perspektif konstruktivisme mengandung empat kegiatan inti
yaitu (1) Berkaitan dengan pra konsepsi atau pengetahuan awal siswa, (2)
mengandung kegiatan pengalaman nyata, (3) melibatkan interaksi sosial, dan
(4) terbentuknya kepekaan terhadap lingkungan.
Pandangan perubahan konsepsi menyatakan bahwa kemampuan siswa
untuk belajar dan apa yang dipelajari siswa bergantung pada konsepsi yang
terdapat dalam pengalaman tersebut. Perubahan ini menurut Dykstra (dalam
Dagher, 1994) dikelompokkan menjadi tiga kategori. Pertama pembedaan
artinya konsep baru muncul dari konsep lebih umum yang sudah ada. Kedua
perluasan konsepsi yaitu konsep lama yang mengalami perkembangan
menjadi konsep baru. Ketiga konseptualisasi ulang yaitu terjadi perubahan
signifikan dalam bentuk dan hubungan antar konsep.

3. Pentingnya Konteks
Perubahan konsepsi akan terjadi apabila kondisi yang memungkinkan
terjadinya perubahan konsepsi terpenuhi dan tersedia konteks ekologi
konsepsi untuk berlangsungnya perubahan itu. Ekologi konsepsi yang
dimaksud adalah.
a. Anak merasa tidak puas dengan gagasan yang dimilikinya.
b. Gagasan baru harus dapat dimengerti
c. konsepsi yang baru harus masuk akal.
d. Konsepsi yang baru harus dapat memberi suatu kegunaan.

5
C. Model-Model Pembelajaran Untuk Perubahan Konsepsi
Setiap siswa akan membawa konsepsi awal mereka yang diperoleh
selama berinteraksi dengan lingkungan dalam kegiatan belajar mengajar.
Terdapat beberapa hal yang perlu ditekankan dalam konstruktivisme yaitu:
1. Peran aktif siswa dalam mengonstruksi pengetahuan secara bermakna.
2. Pentingnya membuat kaitan antara gagasan oleh siswa dalam
mengonstruksi pengetahuan.
3. Mengaitkan gagasan siswa dengan informasi baru di kelas.
Beberapa model pembelajaran yang dilandasi konstruktivisme yaitu
model siklus belajar, model pembelajaran generatif, model pembelajaran
interaktif, model CLIS (children learning in science), dan model strategi
pembelajaran kooperatif.

D. Contoh Model Pembelajaran Konstruktivisme


Contoh model untuk pembelajaran mengenai cacing tanah melalui tiga
tahap dalam pembelajaran konstruktivisme yaitu fase eksplorasi, fase
klarifikasi, dan fase aplikasi.

1. Fase Eksplorasi
a. Diperlihatkan tanah berisi cacing dan diajukan pertanyaan apa yang
kamu ketahui tentang cacing tanah.
b. Semua jawaban siswa di tampung atau ditulis terlebih dahulu.
c. Siswa diberi kesempatan untuk memeriksa keadaan yang
sesungguhnya dan diberi kesempatan untuk merumuskan hal-hal yang
tidak sesuai dengan jawaban mereka semula.

2. Fase Klasifikasi
a. Guru memperkenalkan macam-macam cacing dan spesifikasinya
b. Siswa merumuskan kembali pengetahuan mereka tentang cacing
tanah.

6
c. Guru memberikan masalah berupa pemilihan cacing yang cocok untuk
dikembangbiakkan.
d. Siswa mendiskusikannya secara berkelompok dan merencanakan
penyelidikannya.
e. Secara berkelompok siswa melakukan penyelidikan untuk menguji
rencananya.
f. Siswa mencari tambahan rujukan tentang manfaat cacing tanah dulu
dan sekarang.

3. Fase Aplikasi
a. Secara berkelompok siswa melaporkan hasilnya, dilanjutkan dengan
penyajian oleh wakil kelompok dalam diskusi kelas.
b. Secara bersama-sama siswa merumuskan rekomendasi untuk para
pemula yang ingin berternak cacing tanah.
c. Cara perorangan Siswa membuat tulisan tentang peri kehidupan jenis
cacing tanah tertentu sesuai hasil pengamatannya.

7
KB 2 : Model Pembelajaran

A. Model Pembelajaran Interaktif


1. Pengertian
Menurut Faire & Cosgrove dalam Harlen, 1992 menyebutkan
bahwa model pembelajaran interaktif dirancang agar siswa bertanya dan
kemudian menemukan jawaban dari pertanyaan mereka sendiri. Biasanya
pertanyaan-pertanyaan yang diajukan siswa akan melebar dan sering kali
kabur sehigga kurag fokus. Oleh kerenanya guru haru mengumpulkan,
memilah serta mengubah pertanyaan tersebut kedalam kegiatan khusus.
Pembelajaran interaktif merinci pada langkah-langkah dan menampilkan
suatu struktur untuk suatu pelajaran IPA yang melibatkan pengumpulan dan
pertimbangan terhadap pertanyaan-pertanyaan siswa sebagai pusatnya
(Harlen, 1992: 48-50).

2. Langkah-langkah Model Pembelajaran Interaktif


a) Persiapan
b) Kegiatan penjelajahan
c) Pertanyaan anak
d) Penyelidikan
e) Refleksi

3. Contoh Model Pembelajaran Interaktif


a) Persiapan
b) Kegiatan penjelajahan
c) Pertanyaan anak
d) Penyelidikan
e) Refleksi

8
4. Kebaikan dan Keterbatasannya
Salah satu kebaikan dari model pembelajaran interaktif adalah
siswa belajar mengajukan pertanyaan, mencoba merumuskan pertanyaan,
dan mencoba menemukan jawaban atas pertanyaannya sendiri dengan
melakukan kegiatan observasi dan penelidikan.
Keterbatasan dari model ini adalah jika terlalu rutin menggunakan
model ini maka akan kehilangan tujuan yang esensi. Sesekali siswa perlu
berpikir tentang suatu objek atau gejala alam yang sedang dipelajari. Jadi
penting melakukannya dengan serius dan tidak sebagai sesuatu yang rutin.

B. Model Pembelajaran Terpadu (Integrated)


1. Pengertian
Model pembelajaran terpadu merupakan salah satu model yang
sedang trend dilakukan saat ini. Berdasarkan sifat keterpaduannya
pembelajaran terpadu dapat dibedakan menjadi tiga, yakni model dalam satu
disiplin ilmu, model antar bidang, dan model dalam lintas siswa. Suatu pola
belajar mengajar dalam model pembelajaran terpadu menggunakan payung
untuk memadukan beberapa konsep IPA yang terkait menjadi satu paket
pembelajaran sehingga pemisahan antar konsep tidak begitu jelas. Sifat
model pembelajaran terpadu seperti ini termasuk dalam model connected
(Fogarty, 1991:55). Sedikitnya terdapat empat kriteria yang harus
dipertimbangkan dalam mengembangkan model pembelajaran
terpaduberkenaan dengan perkembanagan anak, yaitu: (1) Kebutuhan anak,
(2) Karakteristik mata pelajaran, (3) Dan lingkungan sebagai sarana belajar,
(4) Masing-masing criteria memberikan sumbangan tersendiri.

2. Langkah-langkah Penyusunan Model Pembelajaran Terpadu


Terdapat sejumalah langkah untuk menyususn model pembelajaran
terpadu. Langkah-langkah tersebut yaitu sebgai berikut:
a) Mengkaji Garis-garis Besar Program Pengajaran (GBPP) IPA untuk
menganalisis konsep-konsep penting yang akan diajarkan.

9
b) Membuat bagan konsep yang menghubungkan konsep satu dengan
yang lainnya.
c) Memilih tema sentral yang dapat menjadi payung untuk memadukan
konsep-konsep tersebut.
d) Mebuat TPK dan deskripsi kegiatan pebelajaran yang disekuaikan
dengan tingkat perkembanagan untuk setiap konsep.
e) Membuat bahan bacaan berupa cerita yang mengacu pada tema, disertai
gambar dan permainana.
f) Menyussusn jadwal kegiatan dan alokasi waktu yang diperlukan secara
proporsional.
g) Menyususn kisi-kisi perangkat tes dan soal tes.

3. Contoh Model Pembelajaran Terpadu


Untuk konsep-konsep IPA caturwulan pertama kelas 3 tentang
makhluk hidup disiapkan tema sentral “Bunga dan Buah”.
a. Tujuan: siswa dapat mengklarifikasi bunga dan buah berdasarkan
kriteria tertentu.
b. Alat dan bahan yang diperlukan : setiap siswa membawa jenis bunga
dan buah untuk dikumpulkan kemudian mengelompokkannya.
c. Langkah kerja sebagai berikut :
1. Siswa mengumpulkan bunga dan buah yang dibawanya.
2. Kemudian dikelompokkan berdasarkan jenisnya.
3. Siswa diberi tugas untuk mengisi lembar pengamatan secara
berkelompok.
4. Kemudian siswa mengamati dan berdiskusi terkait bunga dan buah
yang dibawanya.

4. Kebaikan dan Keterbatasannya


Kebaikan dari model pembelajaran terpadu adalah siswa diajak
untuk mengamati gejala alam sebagaimana adanya, tidak dipilah-pilah
menurut biologi atau fisika, juga tidak dibedakan hal-hal lain yang

10
menyebabkan siswa melhatny secara berkotak-kotak atau bingung. Melalui
pembelajaran terpadu juga siswa diajak untuk melakukan pngelompokan
berdasarkan hal yang diamati. Keterbatasan dari model terpadu yaitu jika
kosep sudah kompleks atau terdiri dari beberapa bagian maka akan sulit
untuk dipadukan sehingga guru sulit untuk memadukannya.

C. Model Pembelajaran Siklus Belajar (Learning Cycle)


1. Pengertian
Model siklus belajar pertama kali dikembagakan pada tahun 1970
dalam SCIS (Sciene Curriulum Improvement Study), yaitu suatu program
pengembanagan pendidikan sains di Amerika Serikat. Dalam
pelaksanaannya model siklus belajar terdiri atas tiga fase, yaitu eksplorasi,
pengenalan konsep, dan penerapan konsep.

2. Urutan Pembelajaran
a) Eksplorasi
Siswa diberikan kesempatan untuk melakaukan penjelajahan atau
eksplorasi secara bebas. Kegiatan ini memberi siswa pengalaman
fisik dan interaksi sesial dengan teman dan gurunya.
b) Pengenalan Konsep
Fase pengenalan konsep guru dengan metode yang sesuai
menjelaskan konsep dan teori-teori yang dapat membantu siswa
untuk menjawab permasalahan yang muncul dan menyususn gagasan
mereka.
c) Penerapan Konsep
Siswa mencoba menggunakan konsep yang telah dikuasai untuk
memecahkan masalah dalam situasi yang berbeda. Dalam hal ini,
guru menyiapkan masalah-masalah yang dapat dipecahkan
berdasarkan konsep yang telah diperoleh siswa pada fase
sebelumnya.

11
3. Contoh Model Pembelajaran Siklus Belajar
a. Tujuan
Tujuan Pembelajaran Umum (TPU) yaitu siswa dapat saling
memahami ketergantungan antarmakhluk hidup dengan melakukan
pengamatan dan menafsirkan hasil pengamatan. Setelah meneliti
jenis makanan dari sejumlah hewan, siswa dapat mengelompokkan
hewan tersebut berdasarkan jenis makanannya.
b. Konsep : hubungan antarmakhluk hidup
Definisi konsep :
1. Hewan pemakan tumbuhan (herbivora) yaitu tumbuhan sebagai
makanan utamanya.
2. Hewan pemakan daging (karnivora) yaitu memakan daging
sebagai makanan utamanya.
3. Pemakan segala (omnivora) yaitu memakan daging dan tumbuhan
sebagai makanan utamanya.
4. Pemakan (konsumen) memakan makhluk hidup lain sebagai
sumber makanan.

4. Kebaikan dan Keterbatasannya


Kebaikan dari model ini adalah jumalah tahapanya hanya tiga
sehingga sangat mudah diterapkan dan sederhana. Keterbatasannya muncul
situasi konflik yang tidak selalu berhasil sehingga apabila tahap pertama
tidak berhasil maka tahap selanjutnya kurang bermakna. Selain itu, model
pembelajaran ini sering tertukar dengan siklus dalam penelitian tindakan
kelas.

12
D. Model Pembelajaran Belajar IPA Atau CLIS (Children Learning In
Science)
1. Pengertian
Model CLIS dikembangkan oleh kelompok Children’s learning in
science di Inggris yang dipimpin oleh Driver (1988, Tytler, 1996).
Rangkaian fase pembelajaran pada model CLISNoleh Driver (1988) diberi
nama general structure of a construtivist teaching sequence, sedangkan
Tytler (1966) menyebutkan contruktivisme and coceptual change views of
learning in science.

2. Urutan Pembelajaran
a) Orientasi
b) Permunculan Gagasan
c) Penyusunan Ulang Gagasan
d) Penerapan Gagasan
e) Pemantapan Gagasan
Tahap penyusunan ulang gagasan masih dibedakan menjadi tiga bagian,
yaitu (i) pengungkapan atau pertukaran gagasan, (ii) pembukaan pada
situasi konflik, (iii) dan konstruksi gagasann baru serta evaluasi.

3. Contoh Model Peembelajaran CLIS


Contoh modul 2.30

4. Kebaikan dan Keterbatasannya


Kebaikan model ini yaitu pembelajaran dan contoh telah diuraikan
didepan sehingga dapat membekali siswa dalam tugas kesehariannya. Model
pembelajaran kognitif dirasa sangat cocok untuk pembelajaran IPA yang
berlandaskan kontruktiviseme.
Keterbatasan dari model ini yaitu tidak selalu mudah dilaksanakan
meskipun sudah direncanakan dengan baik. Kesulitan terjadi saat berpindah
dari satu fase ke fase lainnya.

13
BAB III
PENUTUP

A. Kesimpulan
Menurut pandangan konstruktivis dalam proses pembelajaran IPA
sesungguhnya disediakan serangkaian pengalaman berupa kegiatan nyata
yang rasional atau dapat dimengerti siswa dan memungkinkan terjadi
interaksi sosial. Dalam mengajar siswa memiliki tahapan dan fase yang
berbeda-beda. Maka dari itu guru perlu mempersiapkan bahan ajar lebih awal
dan melibatkan semua siswa dalam proses pembelajaran.

B. Saran
Saran yang tepat dalam mengatasi kesulitan yang dialami oleh guru
dalam menghadapi siswa yang kurang aktif dan kurang memahami materi
yang diberikan yaitu, dengan cara menciptakan suasana belajar yang
menyenangkan bagi siswa, serta guru harus pandai memilih media
pembelajaran yang tepat. Hal ini bertujuan agar siswa bisa aktif dalam
mengikuti proses pembelajaran di kelas.

14
DAFTAR PUSTAKA

A. Sonny Keraf. (2002), Etika Lingkungan, Jakarta: Buku Kompas

Sudjoko. (2008,) Pendidikan Lingkungan Hidup, Jakarta: Universitas Terbuka

http://www.freelisi_org/post/nasional lis/ppiindia-membangun-

harmonicas[ dengan alam

15

Anda mungkin juga menyukai