Anda di halaman 1dari 21

TEORI BELAJAR DALAM PEMBELAJARAN IPA

MAKALAH

Diajukan untuk memenuhi salah satu tugas mata kuliah


IPA SD/MI (3)

Disusun oleh:
Ida Widia Susanti
Pina Nopiar
Safira Kinski

Program Studi Pendidikan Guru MI

CIJANTUNG – CIAMIS
JAWA BARAT
2021
KATA PENGANTAR

Bismillahirrohmaanirrohiim..
Segala puji dan syukur kehadirat Alloh Yang Maha Esa yang telah melimpahkan
rahmat dan hidayah-Nya sehingga penulis berhasil menyusun sebuah Makalah yang berjudul
Teori Belajar dalam Pembelajaran IPA. Sholawat serta salam semoga senantiasa tercurah
pada baginda junjungan nabi besar Muhammad SAW yang kita nantikan syafaatnya di hari
akhir nanti.
Makalah ini disusun dengan segala keterbatasan kami dengan bantuan beberapa
pihak, untuk itu pada kesempatan ini kami sampaikan terima kasih kepada:
1.      Ayah dan ibu tercinta yang senantiasa selalu memberikan do’a dan motivasi kepada kami
2.      Ibu Eka Atika Sari, M.Pd yang selalu membimbing kami dalam mata kuliah IPA SD/MI
(3), serta
3.      Teman-teman yang telah mendukung dalam pembuatan makalah ini.
Kami menyadari bahwa makalah ini masih jauh dari sempurna. Namun kami berharap
semoga makalah ini dapat dimanfaatkan dengan sebaik-baiknya. Kritik dan saran pembaca
akan kami sambut dengan baik demi kesempurnaan makalah ini.

Ciamis, Maret 2021

Penulis
DAFTAR ISI

Halaman
HALAMAN JUDUL................................................................................. i
KATA PENGANTAR............................................................................... ii
DAFTAR ISI............................................................................................. iii
BAB I PENDAHULUAN
1.1 Latar Belakang Masalah................................................... 1
1.2 Rumusan Masalah............................................................. 2
1.3 Tujuan............................................................................... 2
BAB II PEMBAHASAN
2.1 Pengertian Teori Belajar.................................................... 3
2.2 Teori-teori Pembelajaran IPA........................................... 3
2.3 Contoh penerapan teori belajar dalam pembelajaran IPA 16
BAB III PENUTUP
3.1 Kesimpulan....................................................................... 17
3.2 Saran................................................................................. 17
DAFTAR PUSTAKA
BAB I
PENDAHULUAN

1.1. Latar Belakang Masalah


Melihat begitu pentingnya pendidikan dalam pembentukan sumber daya manusia,
maka peningkatan mutu pendidikan merupakan hal yang wajib dilakukan secara
berkesinambungan guna menjawab perubahan zaman. Masalah peningkatan mutu
pendidikan tentulah sangat berhubungan dengan masalah proses pembelajaran. Proses
pembelajaran yang sementara ini dilakukan di lembaga-lembaga pendidikan kita masih
banyak yang mengandalkan cara-cara lama dalam penyampaian materinya. Di masa
sekarang banyak orang mengukur keberhasilan suatu pendidikan hanya dilihat dari segi
hasil. Pembelajaran yang baik adalah bersifat menyeluruh dalam melaksanakannya dan
mencakup berbagai aspek baik aspek kognitif, afektif, maupun psikomotorik sehingga
dalam pengukuran tingkat keberhasilannya selain dilihat dari segi kuantitas juga dari
kualitas yang telah dilakukan di sekolah-sekolah.
Peningkatan kualitas pendidikan harus dipenuhi melalui peningkatan kualitas
pendidik dan tenaga kependidikan lainnya. Tugas utama guru adalah mengelola proses
belajar dan mengajar sehingga terjadi interaksi aktif baik antara guru dengan siswa
maupun siswa dengan siswa. Interaksi tersebut sudah pasti akan mengoptimalkan
pencapaian tujuan yang dirumuskan.
Tujuan utama pembelajaran Ilmu Pengetahuan Alam (IPA) adalah agar siswa
memahami konsep-konsep IPA secara sederhana dan mampu menggunakan metode
ilmiah, bersikap ilmiah untuk memecahkan masalah-masalah yang dihadapi dengan
lebih menyadari kebesaran dan kekuasaan pencipta. Agar tujuan tersebut dapat tercapai,
maka IPA perlu diajarkan dengan cara yang tepat dan dapat melibatkan siswa secara
aktif yaitu melalui proses dan sikap ilmiah Sehingga seorang guru harus dapat
mengetahui karakteristik peserta didik terlebih dahulu, untuk itu penulis membuat
makalah mengenai “Teori Belajar dalam Pembelajaran IPA”.
1.2. Rumusan Masalah
Berdasarkan latar belakang yang telah diuraikan sebelumnya, maka dapat
dirumuskan permasalahan-permasalahan sebagai berikut :
1. Apa pengertian dari Teori Belajar?
2. Apa saja Teori Pembelajaran IPA?
3. Bagaimana contoh penerapan teori belajar dalam pembelajaran IPA?

1.3. Tujuan
Mengacu pada perumusan masalah yang telah penyusun rumuskan, ada beberapa
tujuan yang berkenaan dengan dibuatnya makalah ini, yaitu:
1. Pembaca dapat mengetahui pengertian dari Teori Belajar
2. Pembaca dapat mengetahui teori-teori Pembelajaran IPA
3. Pembaca dapat mengetahui contoh penerapan teori belajar dalam pembelajaran
IPA
BAB II
PEMBAHASAN

2.1. Pengertian Teori Belajar


Dalam Kamus Besar Bahasa Indonesia (KBBI), teori memiliki banyak arti.
Pertama, teori adalah pendapat yang didasarkan pada penelitian dan penemuan yang
didukung oleh data dan argumentasi. Kedua, teori adalah penyelidikan eksperimental
yang mampu menghasilkan fakta berdasarkan ilmu pasti, logika, metodologi, dan
argumentasi. Ketiga, teori adalah asas dan hukum umum yang menjadi dasar suatu
kesenian atau pun pengetahuan. dan Keempat, teori adalah cara atau aturan untuk
melakukan sesuatu. Secara sederhana, kita dapat mengartikan bahwa teori merupakan
konsep-konsep yang berhubungan satu sama lainnya yang mengandung suatu
pandangan sistematis dari suatu fenomena.
Belajar merupakan karakteristik yang membedakan manusia dengan makhluk
yang lainnya dan merupakan aktivitas yang dilakukan sepanjang hayat untuk
mendapatkan perubahan pada dirinya melalui pelatihan atau pengalaman.
Belajar adalah perubahan yang relatif permanen dalam perilaku atau potensi perilaku
sebagai hasil dari pengalaman atau latihan yang diperkuat. Belajar merupakan akibat
adanya interaksi antara stimulus dan respon.
Jadi, teori belajar adalah suatu teori yang didalamnya terdapat tata cara
pengaplikasian kegiatan belajar mengajar antara pendidik dan peserta didik,
perancangan metode pembelajaran yang akan dilaksanakan dikelas maupun diluar
kelas. Dalam proses pembelajaran, para ahli membagi beberapa teori dalam
memahaminya, karena dengan teori ini para ahli dapat mengklasifikasi aktivitas
pembelajaran.

2.2 Teori-teori Pembelajaran IPA


1. Teori belajar Behaviorisme
Pada teori ini dikembangkan oleh beberapa ilmuwan diantaranya Ivan Pavlov,
Edward Lee throndike, Guthrie, Burrhus Frederic Skinner, dan Hull. Teori
behavioristik menyatakan bahwa belajar merupakan bentuk yang dialami siswa dalam
hal kemampuannya untuk bertingkah laku dengan cara yang baru sebagai hasil
interaksi antara stimulus dan respon.. Pembelajaran yang berpijak pada teori ini
memandang bahwa pengetahuan adalah objektif, pasif, tetap, tidak berubah. Belajar
merupakan perolehan pengetahuan dan mengajar dianggap memindahkan
pengetahuan ke orang yang belajar. Pelajar diharapkan memiliki pemahaman yang
sama dengan terhadap pengetahuan yang diajarkan. Pelajar dianggap sebagai objek
yang pasif yang selalu membutuhkan motivasi dan penguatan dari pendidik dan
dirasakan kurang memberikan ruang gerak yang bebas pada peserta didik untuk
berkreasi, bereksperimen, dan mengeksplorasi kemampuan. Sebagai konsekuensi teori
ini, para guru akan menyusun bahan pelajaran dalam bentuk yang sudah siap,
sehingga tujuan pembelajaran yang harus dikuasai siswa disampaikan secara utuh oleh
guru. Guru tidak banyak memberi ceramah, tetapi instruksi singkat yang diikuti
contoh-contoh baik dilakukan sendiri maupun melalui simulasi. Bahan pelajaran
disusun secara hierarki dari yang sederhana sampai yang kompleks. Tujuan
pembelajaran ditandai dengan pencapaian suatu keterampilan tertentu. Pembelajaran
berorientasi pada hasil yang dapat diukur dan diamati. Kesalahan harus segera
diperbaiki. Pengulangan dan latihan digunakan supaya perilaku yang diinginkan dapat
menjadi kebiasaan. Hasil yang diharapkan dari penerapan teori behavioristik ini
adalah tebentuknya suatu perilaku yang diinginkan. Perilaku yang diinginkan
mendapat penguatan positif dan perilaku yang kurang sesuai mendapat penghargaan
negatif. Evaluasi / penilaian didasari atas perilaku yang tampak.
Tidak setiap mata pelajaran bisa memakai metode ini, sehingga kejelian dan
kepekaan guru pada situasi dan kondisi belajar sangat penting untuk menerapkan
kondisi behavioristik. Behavioristik ini sangat cocok untuk perolehan kemampaun
yang membutuhkan praktek dan pembiasaan, Cocok diterapkan untuk melatih anak-
anak yang masih membutuhkan dominansi peran orang dewasa, suka mengulangi dan
harus dibiasakan, suka meniru dan senang dengan bentuk-bentuk penghargaan
langsung seperti diberi permen atau pujian. Teori behavioristik dengan model
hubungan stimulus-respons memposisikan orang yang belajar sebagai individu yang
pasif. Respon atau perilaku tertentu dengan menggunakan metode pelatihan atau
pembiasaan semata. Munculnya perilaku akan semakin kuat bila diberikan penguatan
dan akan menghilang bila dikenai hukuman.

2. Teori Humanistik
Menurut teori humanistik, tujuan belajar adalah untuk memanusiakan manusia.
Proses belajar dianggap berhasil jika pelajar memahami lingkungannya dan dirinya
sendiri. Peserta didik dalam proses belajarnya harus berusaha agar lambat laun ia
mampu mencapai aktualisasi diri dengan sebaik-baiknya. Teori belajar ini berusaha
memahami perilaku belajar dari sudut pandang pelakunya, bukan dari sudut pandang
pengamatnya.
Tujuan utama para pendidik adalah membantu peserta didik untuk
mengembangkan dirinya, yaitu membantu masing-masing individu untuk mengenal
diri mereka sendiri sebagai manusia yang unik dan membantu dalam mewujudkan
potensi-potensi yang ada dalam diri mereka. Para ahli humanistik melihat adanya dua
bagian pada proses belajar, ialah :
a.    Proses perolehan informasi baru,
b.   Personalia informasi ini pada individu.
Teori humanistik secara jelas menunjukkan bahwa belajar dipengaruhi oleh
bagaimana peserta didik-peserta didik berpikir dan bertindak, dan dipengaruhi dan
diarahkan oleh arti pribadi dan perasaan-perasaan yang mereka ambil dari pengalaman
belajar mereka.
Menurut teori humanistik, proses belajar harus dimulai dan ditujukan untuk
kepentingan memanusiakan manusia itu sendiri. Oleh sebab itu, teori belajar
humanistik sifatnya lebih abstrak dan lebih mendekati bidang kajian filsafat, teori
kepribadian dan psikoterapi. Daripada bidang kajian psikologi belajar. Teori
humanistik berpendapat bahwa belajar apapun dapat dimanfaatkan selama tujuannya
untuk memanusiakan manusia, yaitu mencapai aktualisasi diri, pemahaman diri, serta
realisasi diri orang yang belajar secara optimal.

a. Teori Belajar Arthur W.Combs


Combs berpendapat bahwa banyak pendidik membuat kesalahan dengan
berasumsi bahwa peserta didik mau belajar apabila materi pelajarannya disusun
dan disajikan sebagaimana mestinya. Padahal arti tidaklah menyatu pada materi
pelajaran itu. Sehingga yang penting ialah bagaimana membawa peserta didik
untuk memperoleh arti bagi pribadinya dari materi pelajaran tersebut dan
menghubungkannya dengan kehidupannya.
Inti dari teori ini adalah meaning, belajar terjadi bila mempunyai arti bagi
individu, pendidik tidak bisa mamaksakan materi yang tidak disukai atau tidak
relevan dengan kehidupan mereka. Di sini pendidik harus peka terhadap peserta
didiknya. Kemudian pendidik dituntut untuk mampu memotivasi dan memberikan
atau bahkan mengubah pandangan peserta didiknya bahwa suatu pelajaran itu,
yang semisal tidak disenangi peserta didik, akan memberikan manfaat untuknya
kelak. Dengan begitu diharapkan pada diri peserta didik akan muncul dorongan
instrinsik untuk belajar. peserta didik bersedia belajar karena kesadaran dari dalam
dirinya sendiri. Ia pun akan menjadi peserta didik yang orientasinya tidak hanya
sekedar pada nilai (skor) tetapi lebih kepada ilmu pengetahuannya. Ia akan mampu
memahami materi suatu pelajaran secara baik dan mendalam.
Implikasi pandangan Arthur W.Combs dalam belajar :
1) Belajar menekankan pada makna atau manfaat aplikatif yang dapat digunakan
oleh peserta didik dalam lingkungannya.
2) Belajar adalah membawa peserta didik untuk memperoleh arti bagi pribadinya
dari materi pelajaran tersebut dan menghubungkannya dengan kehidupannya.
3) Belajar lebih banyak memberikan materi yang terkait erat dengan hubungan diri
peserta didik agar hasil belajar tidak dilupakan oleh sisiwa.

b. Teori Belajar Bloom dan Krathwohl


Bloom dan Krathwohl lebih menekankan perhatiannya pada apa yang pasti
dikuasai oleh peserta didik, setelah melalui peristiwa-peristiwa belajar. Tujuan
belajar yang dikemukakannya dirangkum dalam tiga kawasan yang dikenal dengan
sebutan Taksonomi Bloom. Melalui taksonomi Bloom inilah telah berhasil
memberikan inspirasi kepada banyak pakar pendidikan dalam mengembangkan
teori-teori maupun praktek pembelajaran. Pada tatanan praktis, taksonomi Bloom
ini telah membantu para pendidik untuk merumuskan tujuan-tujuan belajar yang
akan dicapai, dengan rumusan yang mudah dipahami. Berpijak pada taksonomi
Bloom ini pulalah para praktisi pendidikan dapat merancang program-program
pembelajarannya. taksonomi Bloom ini telah banyak dikenal dan paling popular di
lingkungan pendidikan. Secara ringkas, ketiga kawasan dalam taksonomi Bloom
tersebut adalah sebagai berikut:
1) Kognitif, terdiri dari enam tingkatan:
a) Mengingat (mengingat, menghafal);
b) Memahami (menginterpretasikan);
c) Menerapkan (menggunakan konsep untuk memecahkan suatu masalah);
d) Menganalisis (menjabarkan suatu konsep);
e) Mengevaluasi (membandingkan ide, nilai, metode, suatu konsep secara utuh);
f) Mengkreasi (merancang, membangun sesuatu yang baru);
2) Psikomotor, terdiri dari lima tingkatan, yaitu:
a) Peniruan (menirukan gerak);
b) Penggunaan (menggunakan konsep untuk melakukan gerak);
c) Ketepatan (melakukan gerak dengan benar);
d) Perangkaian (melakukan beberapa gerakan sekaligus dengan benar);
e) Naturalisasi (melakukan gerak secara wajar).
3) Afektif, terdiri dari lima tingkatan, yaitu:
a)    Pengenalan (ingin menerima, sadar akan adanya sesuatu);
b)   Merespon (aktif berpartisipasi);
c)    Penghargaan (menerima nilai-nilai, setia kepada nilai-nilai tertentu);
d)   Pengorganisasian (menghubung - hubungkan nilai-nilai yang dipercayai);
e)    Pengalaman (menjadikan nilai-nilai sebagai bagian dari pola hidup)

c. Teori Belajar Carl Rogers


Carl R. Rogers kurang menaruh perhatian kepada mekanisme proses belajar.
Belajar dipandang sebagai fungsi keseluruhan pribadi. Mereka berpendapat bahwa
belajar yang sebenarnya tidak dapat berlangsung bila tidak ada keterlibatan
intelektual maupun emosional peserta didik. Oleh karena itu, menurut teori belajar
humanistik bahwa motivasi belajar harus bersumber pada diri peserta didik.
Roger membedakan dua ciri belajar, yaitu:
1) Belajar yang bermakna, belajar yang bermakna terjadi jika dalam proses
pembelajaran melibatkan aspek pikiran dan perasaan peserta didik.
2) Belajar yang tidak bermakna, belajar yang tidak bermakna terjadi jika dalam
proses pembelajaran melibatkan aspek pikiran akan tetapi tidak melibatkan
aspek perasaan peserta didik.
Implikasi teori belajar menurut Carl Rogers :
1) Hasrat untuk belajar
1) Hasrat untuk belajar
2) Belajar yang berarti
3) Belajar tanpa ancaman
4) Belajar atas inisiatif sendiri
5) Belajar dari perubahan
Menurut Carl R. Rogers, praktek pendidikan menitikberatkan pada segi
pengajaran, bukan pada peserta didik yang belajar. Praktek tersebut ditandai oleh
peran pendidik yang dominan dan peserta didik hanya menghafalkan pelajaran. Dapat
ditegaskan belajar menurut Carl R. Rogers adalah untuk membimbing anak kearah
kebebasan dan kemerdekaan, mengetahui apa yang baik dan yang buruk, dapat
melakukan pilihan tentang apa yang dilakukannya dengan penuh tanggungjawab
sebagai hasil belajar. Kebebasan itu hanya dapat di pelajari dengan memberi peserta
didik kebebasan sejak mulanya sejauh ia dapat memikulnya sendiri, hal ini dilakukan
dalam konteks belajar.

3. Teori Belajar kognitivisme


Teori ini lebih menekankan kepada proses belajar daripada hasil belajar, tidak
hanya melibatkan hubungan antara stimulus dan respons bebih dari itu belajar adalah
melibatkan proses berpikir yang sangat kompleks. Menurut teori kognitivistme, ilmu
pengetahuan dibangun didalam diri seseorang melalui proses interaksi yang
berkesinambungan dengan lingkungan. Belajar dipandang sebagai usaha untuk
mengerti sesuatu yang dilakukan secara aktif oleh siswa. Keaktifan itu dapat berupa
mencari pengalaman, mencari informasi, mencermati lingkungan, mempraktekkan
sesuatu untuk mencapai suatu tujuan tertentu.

Tokoh-tokoh dalam pengembangan teori Kognitif , yaitu :


a)      Teori Belajar Gagne
Menurut Gagne, Belajar itu merupakan suatu proses yang dapat dilakukan
manusia, Belajar menyangkut interaksi antara pembelajar (orang yang belajar)
dan lingkungannya dan Belajar telah berlangsung bila terjadi perubahan tingkah
laku yang bertahap cukup lama selama kehidupan orang itu. Menurut Gagne, ada
4 buah fase dalam proses belajar, yaitu:
1)      Fase penerimaan (apprehending phase)
Pada fase ini, rangsang diterima oleh seseorang yang belajar. Ini ada
beberapa langkah. Pertama timbulnya perhatian, kemudian penerimaan, dan
terakhir adalah pencatatan (dicatat dalam jiwa tentang apa yang sudah
diterimanya).
2)      Fase penguasaan (Acquisition phase)
Pada tahap ini akan dapat dilihat apakah seseorang telah belajar atau belum.
Orang yang telah belajar akan dapat dibuktikannya dengan memperlihatkan
adanya perubahan pada kemampuan atau sikapnya.
3)      Fase pengendapan (Storage phase)
Sesuatu yang telah dimiliki akan disimpan agar tidak cepat hilang sehingga
dapat digunakan bila diperlukan. Fase ini berhubungan dengan ingatan dan
kenangan.
4)      Fase pengungkapan kembali (Retrieval phase)
Apa yang telah dipelajari, dimiliki, dan disimpan (dalam ingatan) dengan
maksud untuk digunakan (memecahkan masalah) bila diperlukan. Jika kita
akan menggunakan apa yang disimpan, maka kita harus mengeluarkannya
dari tempat penyimpanan tersebut, dan inilah yang disebut dengan
pengungkapan kembali. Fase ini meliputi penyadaran akan apa yang telah
dipelajari dan dimiliki, serta mengungkapkannya dengan kata-kata (verbal)
apa yang telah dimiliki tidak berubah-ubah.

Menurut Gagne, fase pertama dan kedua merupakan stimulus, dimana


terjadinya proses belajar,sedangkan pada fase ketiga dan keempat merupakan
hasil belajar. Mengajar adalah membimbing siswa untuk berinteraksi dengan
lingkungan sehingga didapati proses belajar yang mengahasilkan perubahan
tingkah laku yang melalui fase penerimaan, penguasaan, pengendapan, dan
pengungkapn kembali.
Penerapan Teori Gagne Dalam Mengajarkan IPA di SD :
1.       Mengaktifkan motivasi (activating motivation)
2.     Memberi tahu pelajar tentang tujuan-tujuan belajar (instructional information)
3.       Mengarahkan perhatian (directing motivation)
4.      Merangsang ingatan (stimulating recall)
5.       Menyediakan bimbingan belajar (providing learning guidance)
6.       Meningkatkan retensi (enhancing retention)
7.      Membantu transfer belajar (helping transfer of learning)
8.      Mengeluarkan perbuatan (eliciting performance) dan memberi umpan balik
(providing feedback)
b)      Teori Belajar Piaget
Belajar adalah suatu proses yang aktif, konstruktif, berorientasi pada tujuan,
semuannya bergantung pada aktifitas mental peserta didik. Peserta didik
hendaknya diberi kesempatan untuk melakukan eksperimen dengan obyek fisik,
yang ditunjang oleh interaksi dengan teman sebaya dan dibantu oleh pertanyaan
dari guru sesuai dengan perkembangan peserta didik. Mengajar adalah
memberikan rangsangan kepada peserta didik agar mau berinteraksi dengan
lingkungan secara aktif, mencari dan menemukan berbagai hal dari lingkungan.
Menurut Piaget proses belajar sebenarnya terdiri atas tiga tahapan yaitu :
1. Asimilasi : Proses pengintegrasian informasi baru ke struktur kognitif yang
sudah ada.
2. Akomodasi : Proses penyesuaian struktur kognitif ke dalam situasi baru.
3. Equilibrasi : Penyesuaian yang berkesinambungan antara asimilasi dan
akomodasi.

Piaget juga mengatakan bahwa proses belajar harus disesuaikan dengan tahap
perkembangan kognitif yang dilalui siswa. Oleh karena itu guru seharusnya
memahami tahap-tahap perkembangan kognitif anak didiknya serta memberikan
isi, metode, media pembelajaran yang sesuai dengan tahapannya. Menurut Piaget,
ada sedikitnya tiga hal yang perlu diperhatikan oleh guru dalam merancang
pembelajaran di kelas, terutama dalam pembelajaran IPA, yaitu:
1) Seluruh anak melewati tahapan yang sama secara berurutan
2) Anak mempunyai tanggapan yang berbeda terhadap suatu benda atau kejadian
3) Apabila hanya kegiatan fisik yang diberikan kepada anak, tidaklah cukup untuk
menjamin perkembangan intelektual anak.

Cara Pembelajaran IPA di SD Berdasarkan Teori Piaget


1) Mulailah dari hal-hal yang konkret yaitu kegiatan aktif mempergunakan
pancaindra dengan benda nyata atau konkret.
2)  Penata awal, yaitu suatu informasi umum mengenai apa yang akan diajarkan,
agar murid mempunyai kerangkakerja untuk mengasimilasikan informasi baru
ke dalam struktur kognitifnya.
3) Pergunakanlah kegiatan yang bervariasi karena murid mempunyai tingkat
perkembangan kognitif yang berbeda dan gaya belajar yang berlainan
4)  Guru harus selalu memperhatikan pada setiap siswa apa yang mereka lakukan,
apakah mereka melaksanakan dengan benar, apakah mereka tidak
mendapatkan kesulitan.
5)  Guru memberikan kesempatan kepada anak untuk menemukan sendiri
jawabanya, sedangkan guru harus selalu siap dengan alternatif jawaban bila
sewaktu-waktu dibutuhkan
6)    Pada akhir pembelajaran, guru mengulas kembali bagaimana siswa dapat
menemukan jawaban yang diinginkan.

c)      Teori Belajar Ausubel


Menurut Ausubel siswa akan belajar dengan baik jika isi pelajarannya
didefinisikan dan kemudian dipresentasikan dengan baik dan tepat kepada siswa
(advanced organizer), dengan demikian akan mempengaruhi pengaturan
kemampuan belajar siswa. Advanced organizer adalah konsep atau informasi
umum yang mewadahi seluruh isi pelajaran yang akan dipelajari oleh siswa
sehingga membantu siswa untuk memahami bahan belajar secara lebih mudah.
Inti dari teori belajarnya adalah belajar bermakna. Belajar bermakna adalah suatu
proses yang dikaitkan dengan informasi baru pada konsep-konsep relevan yang
terdapat pada struktur kognitif seseorang. Mengajar adalah mengembangkan
potensi kognitif siswa melalui proses belajar bermakna. Mereka yang berada pada
tingkat pendidikan dasar, akan lebih bermanfaat jika siswa diajak beraktivitas,
dilibatkan langsung dalam kegiatan pembelajaran. Sedangkan pada tingkat
pendidikan yang lebih tinggi, akan lebih efektif jika menggunakan penjelasan,
peta konsep, demonstrasi, diagram dan ilustrasi.
Dalam penerapannya di IPA SD, Ausubel membuat peta hirarki konsep-
konsep dimana konsep- konsep yang bersifat umum berada di puncak hirarki dan
semakin kebawah konsep-konsep diurutkan lebih khusus. Hal tersebut didasarkan
pada prinsip-prinsip yang dikemukakan oleh Ausubel yaitu :
1) Pengatur awal
Pengatur awal dapat digunakan untuk membantu mengaitkan konsep yang
lama dengan konsep yang baru yang lebih tinggi maknanya.
2)  Prinsip Diferensiasi Progresif
Dalam diferensiasi progresif, konsep-konsep yang diajarkan dimulai dengan
konsep-konsep yang umum menuju konsep-konsep yang lebih khusus.
3) Prinsip Rekonsiliasi integratif
Dalam rekonsiliasi integratif, konsep-konsep atau gagasan-gagasan perlu
diintegrasikan dan disesuaikan dengan konsep-konsep yang telah dipelajari
sebelumnya

Ada empat ciri peta konsep Ausubel, yakni:


1)   Pemetaan konsep merupakan suatu cara untuk memperlihatkan konsep-konsep
dan organisasi dalam suatu bidang studi. Ini berlaku bukan hanya untuk bidang
studi IPA
2) Suatu peta konsep merupakan suaatu gambaran/diagram dua dimensi daari
suaatu disiplin atau suatu bagian dari suatu disiplin.
3)   Dari setiap konsep, konsep yang paling umum (inklusif) terdapat pada puncak
konsep, makin kebawah konsep-konsep menjadi lebih khusus sampai pada
pemberian contoh-contoh.
4)  Suatu peta konsep memmuat hierarki konsep-konsep. Makin tinggi suatu
hierarki yang ditunjukkan maka makin tinggi nilai peta konsep itu.

d)      Teori Belajar Bruner


Belajar merupakan kegiatan perolehan informasi yang disebut sebagai belajar
penemuan yang merupakan berusaha sendiri untuk mencari pemecahan masalah
serta pengetahuan yang menyertainya, menghasilkan pengetahuan yang benar-
benar bermakna. Bruner mengungkapkan bahwa dalam proses belajar, anak
sebaiknya diberikan kesempatan untuk memanipulasi objek atau benda-benda
(alat peraga). Melalui alat peraga itu, anak akan langsung melihat bagaimana
keteraturan dan pola srtuktur dari benda yang diperhatikannya tersebut.
Keteraturan yang didapat anak melaui pengamatan/keterlibatan secara langsung
tersebut kemudian oleh anak dihubungkan dengan keterangan instuitif yang
melekat padanya. Ada tiga tahap pembelajaran dikemukakan oleh Bruner, yaitu :
1)  Tahap Enaktif
Anak secara langsung terlibat dalam memanipulasi (mengotak-atik objek)
2)  Tahap Ikonik
Kegiatan yang dilakukan anakberhubungan dengan mental yang merupakan
gambaran dari objek-objek yang memanipulasinya.
3)  Tahap Simbolik
Anak memanipulasi simbol-simbol atau lambang objek tertentu. Anak tidak
lagi terkait objek namun sudah mampu menggunakan notasi tanpa tergantung
objek riilnya. Anak yang memulai untuk secara simbolik memproses
informasi.

Menurut Bruner, dalam proses belajar siswa menempuh tiga tahap, yaitu:
1)  Tahap informasi (tahap penerimaan materi)
Dalam tahap ini, seorang siswa yang sedang belajar memperoleh sejumlah
keterangan mengenai materi yang sedang dipelajari.
2)  Tahap transformasi (tahap pengubahan materi)
Dalam tahap ini, informasi yang telah diperoleh itu dianalisis, diubah atau
ditransformasikan menjadi bentuk yang abstrak atau konseptual.
3)  Tahap evaluasi
Dalam tahap evaluasi, seorang siswa menilai sendiri sampai sejauh mana
informasi yang telah ditransformasikan tadi dapat dimanfaatkan untuk
memahami gejala atau masalah yang dihadapi.
Penerapan Model Belajar Bruner Dalam Pembelajaran IPA di SD :
Dalam penerapannya dalam proses pembelajaran di kelas, Bruner
mengembangkan model pembelajaran penemuan. Model ini pada prinsipnya
memberikan kesempatan kepada siswa untuk memperoleh informasi sendiri
dengan bantuan guru dan biasanya menggunakan barang yang nyata. Peranan
guru dalam pembelajaran ini bukanlah sebagai seorang pemberi informasi
melainkan seorang penuntun untuk mendapatkan informasi.

4. Teori Belajar Konstruktivisme


Teori konstruktivisme merupakan teori yang menyatakan bahwa pengetahuan
adalah hasil konstruksi dari kegiataan atau tindakan seseorang. Pengetahuan bukanlah
sesuatu yang ada diluar, tetapi ada dalam diri seseorang yang membentuknya
berdasarkan dari hasil pengalaman yang didapatkannya. Anak secara aktif
membangun pengetahuan dengan cara terus menerus mengasimilasi dan
mengakomodasi informasi baru, dengan kata lain konstruktivisme adalah teori
perkembangan kognitif yang menekankan peran aktif siswa dalam membangun
pemahaman mereka tentang realita berdasarkan pengembangan skemata siswa yang
berasal dari proses asimilasi dan akomodasi.
Aliran kosntruktivisme menghendaki peserta didik untuk mencari sendiri
berdasarkan pengalaman dari indra yang dimilikinya sehingga didapatkan
pengetahuan yang bermakna bagi siswa. Belajar merupakan proses timbal balik antara
individu dan individu, individu dengan kelompok, serta kelompok dengan kelompok.
Jadi belajar dapat berasal dari diri sendiri maupun dari keterlibatan orang lain yang
dapat dijadikan siswa untuk mengevaluasi maupun memperbaiki pemahaman atau
pengetahuan siswa.
Implikasi teori konstruktivisme dalam pembelajaran, diantaranya siswa dapat
belajara melalui pengamatan dan pemberian pengalaman kepada siswa, untuk
mengkonstruksi pengetahuan pada siswa maka pembelajaran lebih didasarkan pada
permasalahan sehari – hari, pemecahan masalah dapat dilakukan melalui pemikiran
pribadi siswa dan akan lebih baik berasal dari tukar pemikiran dengan orang lain
untuk memperkaya pengetahuan siswa.
Teori pembelajaran ini tepat dikembangkan dalam pembelajaran IPA, sebab
pembelajaran akan lebih bermakna dan sesuai dengan karakteristik pembelajaran IPA
yang lebih diarahkan ke lingkungan siswa. Hal ini disebabkan siswa dapat
mengkonstruksi sendiri pengetahuannya didasarkan apa yang diketahui
dilingkungannya. Pembelajaran yang bermakna akan membuat siswa lebih paham
tentang apa yang dipelajarinya. Teori belajar konstruktivisme dianggap mampu
mengembangkan kemampuan berpikir dan kemandirian siswa, sebab siswa akan
berusaha mencari dan berpikir cara untuk mendapatkan hal yang diinginkan, siswa
tidak hanya sebagai penerima pesan satu arah dari guru. Siswa dapat melakukan
diskusi dan ekperimentasi. Salah satu cara untuk mengembangkan kemampuan
berpikir siswa dapat dilakukan melalui beberapa hal yaitu mengajukan pertanyaan
bermutu tinggi, menganalisa dan meramalkan informasi, dan mengembangkan
keterampilan berdiskusi.
Tokoh teori konstruktivisme adalah piaget dan Vygotsky. Teori konstruktivisme
dari Piaget lebih menekankan bahwa peserta didik belajar dari pengalamannya atau
individu peserta didik tersebut seperti halnya teori pekembangan kognitif yang telah
disampaikan sebelumnya.
a)      Teori Belajar Vygotsky
Vygotsky merupakan tokoh konstruktivisme social, yang mana menyatakan
bahwa siswa akan dapat lebih mudah menemukan dan memahami konsep-konsep
yang sulit apabalia mereka dapat saling mendiskusikan masalah-masalah itu
dengan temannya.
Belajar yaitu suatu proses dimana seorang siswa belajar setahap demi
setahap akan memperoleh keahlian dalam interaksinya dengan orang lain.
Pembelajaran terjadi apabila anak-anak bekerja atau menangani tugas-tugas yang
belum dipelajarinya namun tugas-tugas tersebut masih dalam jangkuan
kemampuannya. Proses pembelajaran terjadi dua tahap yaitu :
1) Terjadi saat anak beajar secara berkolaborasi dengan orang lain
2) Dilakukan secara individual yang didalamnya terjadi proses internalisasi

Mengajar adalah membimbing siswa untuk mengembangkan ide-ide baru dan


berkolaborasi dengan orang lain sehingga fungsi guru sebagai pembantu dan
mediator pembelajaran siswa.
Penerapan Dalam Pembelajaran IPA SD:
1) Pembelajaran kooperatif antar siswa tertata dengan baik
2) Pendekatannya dalam pembelajaran menerapkan scfolding yaitu pemberian
sejumlah besar bantuan pada siswa pada awal bantuan pembelajaran sehingga
siswa semakin lama semakin bertanggung jawab terhadap pembelajarannya
sendiri. Kemudian secara perlahan bantuan tersebut dikurangi dengan
memberikan kesempatan kepada anak untuk mengambil alih tanggung jawab
setelah ia mampu mengerjakan sendiri.
3)  Prinsip-prinsip dalam pembelajaran IPA SD adalah prinsip pemahaman kita
tentang dunia di sekitar kita dimulai melalui pengalaman
4)   Dikehendaki setting kelas berbentuk pembelajaran kooperatif antar siswa,
sehingga siswa dapat berinteraksi disekitar tugas-tugas dan saling
memunculkan strategi pemecahan yang efektif
2.3 Penerapan Teori Belajar Humanistik dalam Pembelajaran IPA
Dalam pembelajaran IPA di SD kelas 3 mengenai “Makhluk Hidup” sebaiknya
seorang guru tidak menggunakan metode konvensional atau ceramah yang sering kali
membuat siswa kurang memahami arti dan makna pembelajaran yang disampaikan, guru
hendaknya memahami perilaku siswa dengan mencoba memasuki dunia persepsi siswa
sehingga selain memberikan ilmu pengetahuan, ia juga dapat merubah perilakunya. Guru
harus berusaha merubah keyakinan atau pandangan siswa yang ada dengan memahami
semua itu seorang guru dapat mengaitkan bahan ajar dengan kehidupannya, seorang guru
dapat menggunakan pendekatan teori belajar Artur W Combs sebagai suatu cara agar
dalam proses pembelajaran mengenai “Makhluk Hidup” yang dapat memberikan arti dan
makna kepada siswa.
Pendekatan teori belajar Artur W Combs dapat membuat siswa lebih kreatif dan
aktif dalam mencari ilmu pengetahuan baru. Pendekatan teori belajar ini juga
memberikan pengalaman/hal baru selama proses pembelajaran berlangsung, karena
dengan ini siswa dapat bersentuhan langsung dengan objek yang akan dipelajari. Seperti
pembelajaran dengan konsep makhluk hidup, guru dapat menghadirkan makhluk aslinya
dalam proses pembelajaran ataupun dapat mengajak siswa ke luar kelas untuk
mengamati makhluk hidup yang ada di lingkungan sekitar.
Contohnya, guru dapat menghadirkan hewan seperti ayam, kucing, dan kelenci
serta tumbuhan seperti bunga, rumput, dan pohon-pohon yang ada di sekitar lingkungan
sehari-hari siswa. Sehingga siswa dapat belajar dengan senang dan bergairah, serta
memberikan pengalaman unik dalam pembelajaran. Siswa akan menganggap bahwa
belajar IPA itu menyenangkan, tidak sulit ataupun membosankan.
Jadi dengan pendekatan teori belajar ini, siswa tidak lagi hanya sebatas menerima
materi dari apa yang guru jelaskan dan materi yang telah ada dibuku, yang membuat
anak bosan ataupun terdapat materi yang sulit dimengerti, karena dengan pendekatan
teori belajar Artur W Combs siswa dapat mengambil pelajaran dan mengaitkannya
dengan kehidupan sehari-hari yang manfaatnya nanti, siswa dapat lebih mencintai
makhluk hidup dilingkungan sekitarnya, mengetahui cara menjaga dan merawat mahluk
hidup disekitarnya.
BAB III
PENUTUP

3.1 Kesimpulan
Teori belajar adalah suatu teori yang didalamnya terdapat tata cara pengaplikasian
kegiatan belajar mengajar antara pendidik dan peserta didik, perancangan metode
pembelajaran yang akan dilaksanakan dikelas maupun diluar kelas. Dalam proses
pembelajaran, para ahli membagi beberapa teori dalam memahaminya. Diantaranya
yaitu, teori behaviorisme, humanistik, kognitivisme, dan konstruktivisme.

3.2 Saran
Sebagai seorang guru kita harus memiliki wawasan yang luas tentang bagaimana
cara mengajar yang menarik bagi siswa agar pembelajaran tidak membosankan.
Semoga kita dapat memahami dan menggunakan teori-teori serta pendekatan yang
sesuai dengan situasi dan keadaan kelas sehingga proses belajar-mengajar dapat
berjalan dengan optimal.
DAFTAR PUSTAKA

Akmalzimraan.2019. Perbedaan dan Perbandingan Teori Belajar Behavioristik Kognitivistik


Humanistik Konstruktivistik. Diakses dari https://www.haloprofesi.com/2019/02/perbedaan-
dan-perbandingan-spesifik.html?m=1

Munandar, Aris. 2017. Teori Belajar Behaviorisme, Kognitivisme, Humanisme dan


konstruktivisme. Diakses dari http://arismunandar150797.blogspot.com/2017/02/teori-belajar-
behaviorisme-kognitivisme.html?m=1

Ramadhani, Niko. 2020. Contoh dan Pengertian Teori Belajar Menurut Para Ahli. Diakses
dari https://www.akseleran.co.id/blog/teori-belajar

Anda mungkin juga menyukai