Anda di halaman 1dari 17

MAKALAH

KONSEP DASAR BELAJAR

Disusun Oleh :

KELOMPOK I
ARTIKA NURWAHYUNI
ARWINI
ALIVIA INDAH SOLEHATIN
AINUN SOFIA

JURUSAN PGSD
FAKULTAS KEGURUAN DAN ILMU PENDIDIKAN
UNIVERSITAS MUHAMMADIYAH MATARAM
2022
KATA PENGANTAR

Alhamdulillah, puji syukur ke hadirat Allah SWT. karena atas taufik dan rahmat-
Nya kami dapat menyelesaikan makalah tentang Konsep Dasar Belajar. Shalawat
serta salam senantiasa kita sanjungkan kepada junjungan kita, Nabi Muhammad
SAW, keluarga, sahabat, serta semua umatnya hingga kini. Dan Semoga kita
termasuk dari golongan yang kelak mendapatkan syafaatnya.

Dalam kesempatan ini, kami ingin mengucapkan terima kasih kepada


semua pihak yang telah berkenan membantu pada tahap penyusunan hingga
selesainya makalah Konsep Dasar Belajar. Harapan kami semoga makalah
Sejarah Pemikiran Ekonomi Abu Yusuf yang telah tersusun ini dapat bermanfaat
sebagai salah satu rujukan maupun pedoman bagi para pembaca, menambah
wawasan serta pengalaman, sehingga nantinya saya dapat memperbaiki bentuk
ataupun isi makalah Konsep Dasar Belajar ini menjadi lebih baik lagi.
Kami sadar bahwa kami ini tentunya tidak lepas dari banyaknya
kekurangan, baik dari aspek kualitas maupun kuantitas dari bahan penelitian yang
dipaparkan. Semua ini murni didasari oleh keterbatasan yang dimiliki kami. Oleh
sebab itu, kami membutuhkan kritik dan saran kepada segenap pembaca yang
bersifat membangun untuk lebih meningkatkan kualitas di kemudian hari.

Mataram, 13 September 2022

Penyusun

i
DAFTAR ISI
KATA PENGANTAR........................................................................................i
DAFTAR ISI.......................................................................................................ii
BAB I PENDAHULUAN...................................................................................1
A. Latar Belakang..........................................................................................1
B. Rumusan Masalah.....................................................................................1
BAB II PEMBAHASAN....................................................................................3
A. Apa saja definisi dari belajar?...........................................................................3
B. Bagaimana proses dan tahapan belajar?............................................................4
C. Bagaimanakah cara-cara belajar yang baik?.....................................................7
D. Apakah prinsip-prinsip dalam belajar?.............................................................9
E. Apa saja saran yang perlu diketahui untuk membiasakan belajar yang optimal
dan efisien?....................................................................................................... 11

BAB III PENUTUP............................................................................................13


A. Kesimpulan...............................................................................................13
B. Saran.........................................................................................................13
DAFTAR PUSTAKA.........................................................................................14

ii
BAB I

PENDAHULUAN

A. Latar Belakang
Belajar merupakan kunci yang paling vital dari setiap usaha pendidikan,
sehingga tanpa belajar sesungguhnya tak pernah ada pendidikan. Sebagai suatu
proses, belajar hampir selalu mendapat tempat yang luas dalam berbagai disiplin
Ilmu yang berkaitan dengan upaya kependidikan, misalnya psikologi pendidikan dan
psikologi belajar. Karena begitu pentingnya arti belajar maka bagian terbesar upaya
riset dan eksperimen psikologi belajar pun diarahkan pada pencapaian pemahaman
yang lebih luas dan mendalam mengenai proses perubahan manusia itu.
Konsep dasar belajar merupakan perubahan perilaku manusia manusia.
Perubahan dan Kemampuan untuk berubah merupakan batasan dan makna yang
terkandung dalam belajar. Disebabkan karena kemampuan belajarlah manusia dapat
berkembang lebih jauh dari makhluk lainya.
Belajar umumnya adalah kegiatan yang berproses dan merupakan unsur yang
sangat fundamental dalam penyelenggaraan setiap jenis dan jenjang pendidikan. Ini
berarti berhasil atau gagalnya pencapaian pendidikan itu sangat bergantung pada
proses belajar yang dialami siswa keluarga baik ketika berada di sekolah maupun di
lingkungan rumah atau keluarganya sendiri. Oleh karena itu pemahaman yang benar
mengenai arti belajar dengan segala aspek, bentuk dan manifestasinya mutlak
diperlukan oleh para pendidik. Kekeliruan atau ketidaklengkapan persepsi mereka
terhadap proses belajar dan hal-hal yang berkaitan dengannya mungkin akan
mengakibatkan kurang bermutunya hasil pembelajaran yang dicapai peserta didik. 1

B. RUMUSAN MASALAH
Berdasarkan tema pada makalah yang kami susun, maka kami menyimpulkan
lima rumusan masalah yang perlu dibahas yaitu:
a. Apa saja definisi dari belajar?
b. Bagaimana proses dan tahapan belajar?
c. Bagaimanakah cara-cara belajar yang baik?

1
Muhibbin Syah, Psikologi Belajar, (Jakarta: Wacana Ilmu, 1999), hal. 59

1
d. Apakah prinsip-prinsip dalam belajar?
e. Apa saja saran yang perlu diketahui untuk membiasakan belajar yang optimal dan
efisien?

2
BAB II

PEMBAHASAN
A. Definisi Belajar
Belajar (Ing: to study) berasal dari kata benda dasar ajar artinya petunjuk
yang diberikan kepada seseorang supaya diketahui. Dengan demikian belajar
mempunyai beberapa arti yaitu berusaha memperoleh kepandaian atau ilmu,
berlatih dan berubah tingkah laku atau tanggapan yang disebabkan oleh
pengalaman.2
Skinner, seorang pakar teori belajar dalam buku Educational Psychology
berpendapat bahwa belajar adalah suatu proses adaptasi (penyesuaian tingkah
laku) yang berlangsung secara progresif. Pendapat ini diungkapkan dengan
pernyataan ringkasnya, bahwa belajar adalah: “…a proces of progressive
behaviour adaptation ”. Berdasarkan eksperimennya, Skinner percaya bahwa
proses adaptasi tersebut akan mendatangkan hasil yang optimal apabila belajar
diberi penguat (reinforcer).3
Hintzman dalam bukunya The Pshycology of Learning and Memory
berpendapat bahwa: “learning is a change in organism due to experience which
can affect the organism’s behaviour”. Jadi dalam pandangan Hintzman,
perubahan yang ditimbulkan oleh pengalaman dapat dikatakan belajar apabila
mempengaruhi organisme.
Dalam penjelasan selanjutnya, Hintzman menambahkan bahwa
pengalaman hidup sehari-hari dalam bentuk apa pun sangat memungkinkan
untuk diartikan sebagai belajar. Alasannya, sampai batas tertentu pengalaman
hidup juga berpengaruh besar terhadap pembentukan kepribadian organisme
yang bersangkutan. Mungkin inilah dasar pemikiran yang mengilhami gagasan
everyday learning yang dipopulerkan oleh Profesor John B. Biggs.4
Biggs sendiri mendefinisikan belajar menjadi tiga macam rumusan, yaitu
rumusan kuantitatif, rumusan institusional dan rumusan kualitatif. Dalam
rumusan-rumusan ini kata seperti perubahan dan tingkah laku tidak lagi disebut
secara eksplisit mengingat kedua istilah ini menjadi kebenaran umum yang
diketahui semua orang yang terlibat dalam proses pendidikan.

2
Kamus Besar Bahasa Indonesia
3
Reinforcer meliputi eksternal berupa lingkungan dan internal berupa motivasi diri.
4
Muhibbin Syah, Psikologi Belajar, (Jakarta: Wacana Ilmu, 1999), hal. 60

3
Secara kuantitatif, belajar berarti kegiatan pengisian atau pengembangan
kemampuan kognitif dengan fakta sebanyak-banyaknya. Jadi, belajar dalam hal
ini dipandang dari sudut berapa banyak materi yang dikuasai siswa.
Secara institusional, belajar dipandang sebagai proses validasi terhadap
penguasaan siswa atas materi-materi yang telah mereka pelajari. Ukurannya
adalah semakin baik mutu mengajar yang dilakukan guru maka akan semakin
baik pula mutu perolehan siswa yang kemudian dinyatakan dalam bentuk skor
atau nilai.
Adapun pengertian balajar secara kualitatif adalah proses memperoleh arti-
arti dan pemahaman-pemahaman serta cara-cara menafsirkan dunia disekeliling
siswa. Belajar dalam pengertian ini difokuskan pada tercapainya daya pikir dan
tindakan yang berkualitas untuk memecahkan masalah-masalah yang sedang dan
akan dialami siswa.
Berdasarkan berbagai pendapat para pakar yang telah diuraikan di atas,
secara umum belajar dapat dipahami sebagai tahapan perubahan seluruh tingkah
laku individu yang relatif menetap sebagai hasil pengalaman dan interaksi
dengan lingkungan yang melibatkan proses kognitif.5
B. Proses dan Tahapan Belajar
Proses berasal dari bahasa Latin processus yang berarti berjalan kedepan.
Kata ini mempunya konotasi urutan langkah atau kemajuan yang mengarah pada
suatu tujuan. Reber mengatakan dalam psikologi belajar, proses berarti cara
atau langkah-langkah khusus yang dengannya beberapa perubahan ditimbulkan
hingga tercapai nya hasil-hasil tertentu. Jadi, proses belajar dapat diartikan
sebagai tahapan proses perubahan perilaku kognitif, efektif dan psikomotor yang
terjadi dalam diri siswa. Perubahan tersebut bersifat positif dalam arti
berorientasi kearah yang lebih maju dari pada keadaan sebelumnya. 6
Menurut Arno F. Wittig (1981) dalam bukunya Psychology of Learning,
setiap proses belajar selalu berlangsung dalam tiga tahapan yaitu:
1. Tahap penerimaan informasi
2. Tahap penyimpanan informasi
3. Tahap memanggil kembali informasi

5
Ibid. hal. 65
6
Ibid. hal. 98

4
Response Storage Recall
Acquisition

Pada tingkatan pertama seorang siswa mulai menerima informasi sebagai


stimulus dan melakukan respons terhadapnya, sehingga menimbulkan
pemahaman dan perilaku baru. Pada tahap ini terjadi pula asimilasi antara
pemahaman dengan perilaku baru dalam kesulurahan perilakunya. Proses
penerimaan dalam belajar merupakan tahap yang paling mendasar. Kegagalan
dalam tahap ini akan mengakibatkan kegagalan pada tahap-tahap berikutnya.
Pada tingkatan penyimpanan, seorang siswa secara otomatis akan
mengalami proses penyimpanan pemahaman dan perilaku baru yang mereka
peroleh ketika dalam tahap penerimaan informasi. Peristiwa ini sudah tentu
melibatkan fungsi short term dan long term memori.
Pada tingkatan terakhir, peserta didik akan mengaktifkan kembali fungsi-
fungsi sistem memorinya seperti ketika menjawab pertanyaan atau
menyelesaikan masalah. Tahap ini pada dasarnya adalah upaya atau peristiwa
mental dalam mengungkapkan dan memproduksi kembali informasi yang
tersimpan dalam memori sebagai respons yang sedang dihadapi. 7
Menurut Albert Bandura (1977), seorang behaviouris moderat penemu teori
social learning, bahwa setiap proses belajar (terutama belajar social dalam
menggunakan model) terjadi dalam tahapan peristiwa berikut:
1. Attentional Phase
2. Retention Phase
3. Reproduction Phase
4. Motivation Phase

7
Ibid. hal. 99

5
Impuls Response

attention retention reproduction motivation

Tahap-tahap di atas berawal dari adanya peristiwa stimulus atau sajian


perilaku model dan berakhir dengan penampilan atau kinerja (performance)
tertentu sebagai hasil belajar seorang siswa. Dalam bukunya, Social Learning
Theory, Albert Bandura sebagaimana yang dikutip oleh Pressly dan McCormic
(1995:217-218) menguraikan tahapan-tahapan tersebut seperti tahapan-tahapan
di bawah ini.
Tahap Perhatian. Pada tahap pertama ini para siswa pada umunya
memusatkan perhatian pada objek materi atau perilaku model yang lebih
menarik terutama karena keunikannya dibanding dengan materi atau dengan
perilaku lain yang sebelumnya telah mereka ketahui. Untuk menarik perhatian
para peserta didik, guru dapat mengekspresikan suara dengan intonasi khusus
ketika menyajikan pokok materi atau bergaya dengan mimik tersendiri ketika
menyajikan contoh perilaku tertentu.
Tahap Penyimpanan. Dalam tahap ini informasi berupa materi dan contoh
perilaku model itu ditangkap, diproses dan disimpan dalam memori. Para
peserta didik lazimnya akan lebih baik dalam menangkap dan menyimpan
segala informasi yang disampaikan atau perilaku yang dicontohkan apabila
disertai penyebutan atau penulisan nama, istilah dan label yang jelas serta
contoh perbuatan yang akurat.
Tahap Reproduksi. Segala bayangan atau kode-kode simbolis yang berisi
informasi pengetahuan dan perilaku yang telah tersimpan dalam memori
peserta didik itu diproduksi kembali. Untuk mengidentifikasi tingkat
penguasaan para peserta didik, guru dapat menyuruh mereka membuat atau
melakukan lagi apa yang telah mereka serap.
Tahap Motivasi. Tahap terakhir dalam proses terjadinya belajar atau
pembelajaran adalah tahap penerimaan dorongan yang dapat berfungsi sebagai
reinforcement. Pada tahap ini, guru dianjurkan untuk memberi pujian, hadiah,
atau nilai tertentu kepada peserta didik yang kinerjanya memuaskan. Sementara
mereka yang belum menunjukkan kinerja yang memuaskan perlu diyakinkan

6
akan arti penting penguasaan materi atau perilaku yang disajikan guru bagi
kehidupan mereka. Seiring dengan upaya ini, ada baiknya ditunjukkan pula
bukti-bukti kerugian orang yang tidak menguasai materi tersebut. 8

C. Cara Belajar yang Baik


Setiap peserta didik yang ingin berhasil dalam belajarnya pasti akan
berusaha agar tujuannya bisa tercapai. Berbagai usaha dapat dilakukan untuk
memperoleh hasil yang maksimal. Usaha untuk memperoleh hasil yang
maksimal pada intinya adala belajar dengan cara yang baik, sesuai, tepat dan
efektif. Namun model belajar setiap orang bisa berbeda-beda karena
pengalaman keberhasilan seseorang dalam studinya tidak selalu sama persis.
Maka disini akan disampaikan hal yang umumnya saja tentang hal yang perlu
diperhatikan untuk cara belajar dengan baik, di antaranya adalah:
1. Mempunyai Fasilitas dan Perabotan Belajar.
Orang yang belajar tanpa dibantu dengan fasilitas tidak jarang
mendapatkan hambatan dalam menyelesaikan kegiatan belajar. Karenanya
fasilitas tidak bisa diabaikan dalam masalah belajar.
Fasilitas dan perabot belajar yang dimaksud tentu saja berhubungan
dengan masalah materiil berupa kertas, pensil, buku catatan, meja dan
kursi, mesin ketik (sekarang umumnya komputer), kertas karbon dan
sebagainya.
2. Mengatur Waktu Belajar
Pelajar tidak bisa membagi waktunya akan menghadapi kebingungan,
pelajaran apa yang harus dipelajari hari ini atau esok hari. Mahasiswa akan
merasakan waktu yang terlalu sempit untuk melakukan sesuatu yang
berhubungan dengan masalah belajar.dengan demikian, pelajar atau
mahasiswa jangan sekali-kali mengabaikan masalah pembagian waktu ini,
sekiranya ingin menjadi orang yang sukses studi.
3. Menguasai Bahan Pelajaran.
Setelah sekolah atau kuliah, jangan lupa untuk mengulangi bahan
pelajaran di rumah atau di asrama. Apa yang guru / dosen jelaskan tidak
mesti semuanya terkesan dengan baik. Tentu ada kesan-kesan yang masih
samar-samar dalam ingatan. Pengulangan sangat membantu untuk
8
Ibid. hal. 100-102

7
memperbaiki semua kesan yang masih samar-samar itu untuk menjadi
kesan-kesan yang sesungguhnya, yang tergambar jelas dalam ingatan.
4. Menghafal bahan pelajaran.
Menghafal bahan pelajaran merupakan salah satu kegiatan dalam
rangka penguasaan bahan.
5. Membaca buku
Kegiatan membaca adalah kegiatan yang paling banyak dilakukan
selama menuntut ilmu di sekolah atau di perguruan tinggi.
6. Membuat ringkasan dan ikhtisar.
Bagian kegiatan yang tidak kalah pentingnya dari semua kegiatan
belajar adalah membuat ringkasan atau ikhtisar. Kegiatan ini dilakukan
dengan sadar dan dengan tujuan tertentu. Kegiatan membuat ringkasan atau
ikhtisar ini biasanya seseorang lakukan setelah dia selesai membaca buku,
suatu bab, atau sub bab tertentu. Kegiatan membuat ringkasan atau ikhtisar
ini tidak lain adalah kegiatan yang berupaya untuk memadatkan isi dengan
landasan kerangka dasarnya dan menghilangkan pikiran-pikiran jabaran.
7. Mengerjakan tugas
Selama menuntut ilmu di lembaga-lembaga pendidikan formal, baik
pelajar atau mahasiswa tidak akan pernah melepaskan diri dari keharusan
mengerjakan tugas-tugas studi. Tugas-tugas itu pun dapat mengasah
pemahaman para pelajar atau mahasiswa akan materi yang telah diajarkan.
8. Memanfaatkan Perpustakaan
Perpustakaan sebagai wadah berhimpunnya sejumlah literatur (buku)
yang diperuntukkan bagi mereka yang haus ilmu. dengan begitu, maka
perpustakaan terkesan menyenangkan dan menyejukkan bagi yang melihat
dan mendengarnya. Perpustakaan identik dengan dunia pendidikan. Maka
sudah seharusnya fungsi perpustakaan dimaksimalkan. Namun menurut
pemakalah, ada baiknya perpustakaan itu sendiri tidak digunakan untuk
tempat belajar, karena adanya keramaian pengunjung yang biasanya sesuai
dengan banyaknya buku. Perpustakaan dijadikan tempat mengambil
informasi-informasi dalam buku-buku. Sedang tempat belajar baiknya
berada di tempat yang tidak terlalu ramai bahkan sunyi tenang. Misalnya
didekat pancuran air dan tempat yang rimbun pepohonan, dengan bunyi air
yang khas insya Allah bisa meningkatkan daya pikir dan berada ditempat

8
yang kaya oksigen bisa membuat suasana menjadi sejuk dan membantu
kinerja otak yang membutuhkan oksigen.9
Dr. Rudolf Pintner mengemukakan bagaimana cara-cara belajar yang baik
sebagai berikut:
1. Jangka waktu belajar
Dari berbagai percobaan ternyata jangka waktu belajar yang produktif
seperti menghafal, mengetik, mengerjakan soal hitungan dan sebagainya
adalah antara 20-30 menit. Jangka waktu yang lebih dari itu untuk belajar
yang benar-benar memerlukan konsentrasi perhatian relatif kurang atau
tidak produktif.
Jangka waktu tersebut tidak berlaku bagi mata pelajaran yang
memerlukan pemanasan, seperti sejarah, filsafat dan sebagainya.
2. Pembagian waktu belajar
Belajar yang terus menerus dalam jangka waktu yang lama tanpa
istirahat tidak efisien dan tidak efektif. Sehingga dalam hal ini pembagian
waktu belajar sangat diperlukan. Hukum Jost yang sampai sekarang diakui
kebenarannya yaitu 30 menit 2 kali sehari dalam 6 hari lebih baik dan
efektif dari pada sekali belajar selama 6 jam tanpa berhenti.
3. Membatasi kelupaan
Bahan pelajaran yang telah kita pelajari sering kali mudah dilupakan.
Maka untuk menghindari kelupaan bahkan lupa sama sekali, dalam belajar
perlu diadakan review untuk mengingat kembali bahan yang telah
dipelajari. Adanya review ini sangat penting, terutama bagi bahan pelajaran
yang sangat luas dan memakan waktu beberapa semester untuk
mempelajarinya.10

D. Prinsip-Prinsip dalam Belajar


1. Kematangan jasmani dan rohani
Salah satu prinsip belajar adalah harus mencapai kematangan jasmani
dan rohani sesuai dengan tingkatan yang dipelajarinya. Kematangan
jasmani yaitu telah sampai pada batas minimal umur serta kondisi fisiknya
telah cukup kuat untuk melakukan kegiatan belajar. Kematangan rohani
9
Syaiful Bahri Djamarah. Rahasia Sukses Belajar, (Jakarta: Rineka Cipta, 2002), Hal. 40
10
M. Ngalim Purwanto. Psikologi Pendidikan, (Bandung: Remaja Rosdakarya, 2011), Hal.
114-115

9
artinya telah memiliki kemampuan secara psikologis untuk melakukan
kegiatan belajar. Misalnya kemampuan berpikir, ingatan, fantasi, dan
sebagainya.
2. Memiliki kesiapan
Setiap orang yang hendak melakukan kegiatan belajar harus memiliki
kesiapan yakni dengan kemampuan yang cukup baik fisik, mental maupun
perlengkapan belajar. Kesiapan fisik berarti memiliki tenaga yang cukup
dan kesehatan yang baik, sementara kesiapan mental, memiliki niat dan
motivasi yang cukup untuk melakukan kegiatan belajar. Belajar tanpa
kesiapan fisik, mental dan perlegkapan akan banyak mengalami kesulitan,
akibatnya tidak memperoleh hasil belajar yang baik.
3. Memahami tujuan
Setiap orang belajar harus memahami apa tujuannya, kemana arah
tujuan itu dan apa manfaat bagi dirinya. Prinsip ini sangat penting dimiliki
oleh orang belajar agar proses yang dilakukannya dapat cepet selesai dan
berhasil. Belajar tanpa memahami tujuan dapat menimbulkan kebingungan
pada orang yang hilan kegairahan, tidak sistematis, atau asal ada saja.
Orang yang belajar tanpa tujuan ibarat kaal berlayar tanpa tujuan
terombang - ambing tak tentu arah yang dituju sehingga akhirnya bisa
terlanggar kbatu karang atau terdampar ke suatu pulau.
4. Memiliki kesungguhan
Orang yang belajar harus memiliki kesungguhan untu
melaksanakannya. Belajar tanpa kesungguhan akn memperoleh hasil yang
kurang memuaskan. Selain itu akan banyak waktu dan tenaga terbuang
dengan percuma. Sebaliknya, belajar dengan sungguh – sungguh serta
tekun akn memperoleh hasil yang maksimal dan penggunaan waktu yang
efektif. Prinsip kesungguhan sangat penting artinya. Biarpun seseorang itu
sudah memiliki kematangan, kesiapan serta mempuyai tujuan yang konkret
dalam melakukan kegiatan belajarnya, tetapikalu tidak bersungguh-
sungguh, belajar asal ada saja, bermals-malas, akibatnya tidak memperoleh
hasil yang memuaskan.

5. Ulangan dan latihan

10
Prinsip yang tak kalah pentingnya adalah ulangan dan latihan.
Seseuatu yang dipelajari perlu diulang agar meresap dalam otak, sehingga
dikusai sepenuhnya dan sukar dilupakan. Sebaliknya belajar tanpa diulang
hasilnya akan kurang memuaskan. Bagaimanapun pintarnya seseorang
harus mengulang pelajarannya atau berlatih sendiri dirumah agar bahan-
bahan yang dipelajari tambah meresap dalam otak, sehingga tahan lama
dalam ingatan. Mengulang pelajaran adalah salah satu cara untuk
membantu berfungsinya ingatan.11

E. Saran-saran untuk membiasakan belajar yang optimal dan efisien.


Berikut ini adalah saran-saran yang dikemukakan Crow dengan singkat dan
terinci untuk mencapai hasil belajar yang efisien:
1. Miliki dahulu tujuan belajar yang pasti.
2. Usahakan adanya tempat belajar yang memadahi.
3. Jaga kondisi fisik jangan sampai mengganggu konsentrasi dan keaktifan
mental.
4. Rencanakan dan ikutilah jadwal untuk waktu belajar.
5. Selingilah belajar itu dengan waktu-waktu istirahat yang teratur.
6. Carilah kalimat-kalimat topik atau inti pengertian dari setiap paragrap.
7. Selama belajar gunakan metode pengulangan dalam hati (silent recitation).
8. Lakukan meode keseluruhan (whole methode) bilamana mungkin.
9. Usahakan agar dapat membaca cepat tetapi cermat.
10. Buatlah catatan-catatan atau rangkuman yang tersusun rapi.
11. Adakan penilaian terhadap kesulitan bahan untuk dipelajari lebih lanjut.
12. Susunlah dan buatlah pertanyaan-pertanyaan yang tetap, dan usahakan /
cobalah untuk menemukan jawabannya.
13. Pusatkan perhatian dengan sungguh-sungguh pada waktu belajar.
14. Pelajari dengan teliti tabel-tabel, grafik-grafik dan bahan ilustrasi lainnya.
15. Biasakanlah membuat rangkuman dan kesimpulan.
16. Buatlah kepastian untuk melengkapi tugas – tugas belajar itu.
17. Pelajari baik-baik yang dikemukakan oleh pengarang, dan tenanglah jika
diragukan kbenarannya.

11
M. Dalyono. Psikologi Pendidikan, (Jakarta: Rineka Cipta, 2010), Hal. 51-54

11
18. Analisis kebiasaan belajar yang dilakukan, dan cobalah untuk memperbaiki
kelemahan-kelemahannya.12

BAB III

PENUTUP
12
M. Ngalim Purwanto. Psikologi Pendidikan, (Bandung: Remaja Rosdakarya, 2011), Hal.
120-121

12
A. KESIMPULAN
Hakikat belajar adalah tahapan perubahan seluruh tingkah laku individu yang
relatif menetap sebagai hasil pengalaman dan interaksi dengan lingkungan yang
melibatkan proses kognitif. Perubahan dan tingkah laku menjadi dua mainstream
utama di mana seseorang dapat dikatakan telah mengalami proses pembelajaran.
Sebagai negara yang akan maju dengan pendidikan ini maka belajar mempunyai
arti penting dalam kehidupan berbangsa dan bertanah air, seperti dalam cita-cita
bangsa nomor dua yaitu Mencerdaskan Kehidupan Bangsa. Maka jelaslah bahwa
suatu keberhasilan individu, kelompok bahkan negara dapat terwujud dengan suatu
ajaran pendidikan yang dinamakan dengan belajar.
B. PENUTUP
Demikianlah yang dapat kami paparkan mengenai materi Konsep Dasar Belajar
dan Prinsip-Prinsip Belajar, tentunya masih banyak kekurangan dan kelemahan
yang kiranya belum kami ketahui. Penulis banyak berharap kepada para pembaca
yang budiman memberikan kritik dan saran yang membangun kepada penulis demi
kesempurnaan makalah ini dan sekaligus makalah selanjutnya. Semoga makalah ini
dapat bermanfaat bagi kami pada khususnya dan bagi pembaca pada umumnya.

DAFTAR PUSTAKA

13
M. Ngalim Purwanto. Psikologi Pendidikan, (Bandung: Remaja Rosdakarya, 2011), Hal.
114-115
M. Dalyono. Psikologi Pendidikan, (Jakarta: Rineka Cipta, 2010), Hal. 51-54
M. Ngalim Purwanto. Psikologi Pendidikan, (Bandung: Remaja Rosdakarya, 2011), Hal.
120-121

Syaiful Bahri Djamarah. Rahasia Sukses Belajar, (Jakarta: Rineka Cipta, 2002), Hal. 40

14

Anda mungkin juga menyukai