Anda di halaman 1dari 14

MAKALAH

KEBERHASILAN BELAJAR DALAM PERSPEKTIF PSIKOLOGI


PENDIDIKAN ISLAM
Tugas disusun untuk memenuhi tugas mata kuliah
PSIKOLOGI PENDIDIKAN ISLAM
Dosen Pengampu : Buyung Syukron, S.Ag. SS, MA

Pendidikan Agama Islam (PAI)

Kelas G / Semester 2

DISUSUN OLEH KELOMPOK 6 :

AHMAD KADAFI : 1901011008

SITI ZULAIKHA : 1901010014

YUNITA DWI PERTIWI : 1901010077

FAKULTAS TARBIYAH DAN ILMU KEGURUAN

INSTITUT AGAMA ISLAM NEGERI (IAIN) METRO LAMPUNG

TAHUN AKADEMIK 2019/2020


KATA PENGANTAR

Puji syukur atas kehadirat Allah SWT yang telah melimpahkan segala rahmat dan
hidayah-Nya, sehingga penyusunan makalah yang merupakan salah satu tugas mata kuliah
Psikologi Pendidikan Islam yang berjudul ” Keberhasilan Belajar dalam Perspektif Psikologi
Pendidikan Islam ” ini dapat terselesaikan.

Terimakasih kami sampaikan khususnya kepada bapak Dr. Buyung Syukron, S,Ag. SS,
MA. yang telah membimbing dan memmberi pengarahan kepada kami dalam menyusun makalah
ini, kami sadar bahwa dalam penyusunan makalah ini masih terdapat banyak kesalahan dan
kekurangan.Oleh karena itu, kami mohon maaf yang sebesar-besarnya dan semoga makalah ini
dapat bermanfaat bagi kita semua.

Metro, 13 April 2020

penyusun

ii
Daftar Isi

HALAMAN JUDUL............................................................................................................... i
KATA PENGANTAR............................................................................................................ ii
DAFTAR ISI........................................................................................................................... iii
BAB I PENDAHULUAN

A. Latar belakang .............................................................................................................1


B. Rumusan masalah.........................................................................................................1

BAB II PEMBAHASAAN

A. Pengertian Keberhasilan Belajar..................................................................................2


B. Pembelajaran dalam Perspektif Psikologi....................................................................4
C. Aspek-aspek Psikologis dalam Pembelajaran..............................................................6

BAB III PENUTUP

A. Kesimpulan...................................................................................................................10

DAFTAR PUSTAKA

iii
BAB I
PENDAHULUAN

A. Latar Belakang
Kegiatan pembelajaran syarat dengan muatan psikologis. Dengan kata lain,
banyak aspek psikologis dalam proses pembelajaran yang harus dipahami oleh
seorang pendidik demi tercapainya tujuan pendidikan. Mengabaikan aspek-aspek
psikologis dalam pembelajaran akan berakibat kegagalan. Untuk dapat memahami
berbagai aspek psikologis dalam pembelajaran, guru harus memahami dan menguasai
hal-hal yang bersifat batiniah. Misalnya memahami perasaan, keinginan, jalan pikiran,
dan emosi siswa, yang kesemuanya tercakup dalam ranah psikologi.
Setiap peserta didik memiliki keunikan masing – masing dan berbeda satu
sama lain. Oleh sebab itulah, Dengan adanya  psikologi memberikan wawasan
bagaimana memahami perilaku individu dalam proses pendidikan. Pengetahuan
tentang psikologi diperlukan oleh dunia pendidikan karena dunia pendidikan
menghadapi peserta didik yang unik dilihat dari segi karakteristik perilaku,
kepribadian, sikap, minat, motivasi, perhatian, persepsi, daya pikir, inteligensi,
fantasi, dan berbagai aspek psikologis lainnya yang berbeda antara peserta didik yang
satu dengan peserta didik yang lainnya. Dalam hal INI tujuan makalah ditulis, agar
kita mengetahui perspektif psikologi dalam keberhasilan belajar dan aspek-aspek apa
saja yang mempenyaruhi keberhasilan tersebut.

B. Rumusan Masalah
1. Apa itu keberhasilan belajar ?
2. Apa saja pembelajaran dalam perspektif psikologi ?
3. Aspek-aspek psikologi dalam pembelajaran ?

1
BAB II
PEMBAHASAN

A.  Pengertian Keberhasilan Belajar

Pendidikan pada dasarnya adalah usaha sadar untuk menumbuhkembangkan


potensi sumber daya manusia peserta didik dengan cara mendorong dan
memfasilitasi kegiatan belajar mereka. Dalam keseluruhan proses pendidikan
disekolah, kegiatan belajar merupakan kegiatan yang paling pokok. Banyak orang
yang beranggapan bahwa yang dimaksud belajar adalah mencari ilmu atau menuntut
ilmu. Ada juga yang lebih khusus menjelaskan bahwa belajar adalah menyerap
pengetahuan. Namun secara rinci, beberapa ahli menjelaskan arti belajar tersebut,
diantaranya adalah:

1. Menurut Wasty Soemanto, belajar adalah suatu proses aktif. Yang dimaksud
aktif di sini adalah bukan hanya aktifitas yang tampak seperti gerakan-gerakan
badan, akan tetapi juga aktifitas-aktifitas mental, seperti proses berfikir,
mengingat, dan sebagainya.
2. Belajar menurut pandangan Piaget adalah pengetahuan yang dibentuk oleh
individu sebab individu yang melakukan interaksi terus menerus dengan
lingkungan. Lingkungan tersebut mengalami perubahan. Dengan adanya
interaksi dengan lingkungan, maka fungsi intelek semakin berkembang.
3. Menurut pengertian psikologis, belajar secara umum merupakan suatu proses
perubahan, yaitu perubahan tingkah laku sebagai hasil dari integrasi dengan
lingkungannya dalam memenuhi kebutuhan hidupnya.
4. Pengertian belajar menurut Withing adalah perubahan yang relatif menetap yang
terjadi dalam segala macam atau keseluruhan tingkah laku suatu organisme
sebagai hasil pengalamannya.

Dari beberapa pengertian yang dijelaskan dapat dirumuskan suatu pengertian


tentang belajar, yaitu suatu aktifitas yang dilakukan oleh individu dan menghasilkan
suatu perubahan lewat pendekatan individual yang terjadi melalui proses interaksi
dengan lingkungannya dalam waktu yang relatif menetap. 1 Perubahan yang terjadi
bisa berupa perubahan tingkat pengetahuan atau perubahan tingkah laku.

1
DR H. Abuddin Nata, Perspektif Islam tentang strategi pembelajaran, (Jakarta: Kencana, 2014), 317

2
Secara umum, keberhasilan belajar dapat diartikan sebagai suatu hasil yang
dicapai setelah melakukan proses belajar. Jika diartikan menurut kosakatanya, yaitu
keberhasilan dan belajar, maka dapat difahami suatu pengertian keberhasilan belajar
ialah suatu hasil yang dicapai setelah melakukan aktifitas yang membawa pada
perubahan individu atau suatu hasil yang dicapai setelah melakukan aktifitas belajar.
Namun ketika berbicara mengenai pengertian keberhasilan belajar, maka tidak
terlepas dari pengertian hasil belajar dan prestasi belajar. Hasil belajar sering disebut
juga prestasi belajar. Kata prestasi berasal dari bahasa Belanda prestatie, kemudian
di dalam bahasa Indonesia disebut prestasi yang diartikan sebagai hasil usaha.
Prestasi banyak digunakan di dalam berbagai bidang dan diberi pengertian sebagai
kemampuan, keterampilan, sikap seseorang dalam menyelesaikan sesuatu hal.
Menurut Buchari, prestasi diartikan sebagai hasil nyata yang dicapai seseorang
setelah melakukan suatu pekerjaan.

Prestasi belajar merupakan suatu hal yang nyata yang dicapai oleh seesorang yang
telah mengikuti kegitan belajar yang dinyatakan dalam bentuk angka, atau huruf
(nilai). Menurut Syaiful Bahri Djamarah, prestasi belajar adalah hasil dari suatu
kegiatan belajar yang telah dikerjakan, atau diciptakan secara individu maupun
secara kelompok. Prestasi belajar adalah hasil pengajaran yang diperoleh dari
kegiatan belajar di sekolah atau Perguruan Tinggi yang bersifat kognitif dan
biasanya ditentukan melalui pengukuran dan penilaian.
Dari pengertian yang telah disebutkan, maka prestasi belajar atau hasil
belajar merupakan hasil yang diperoleh setelah melakukan suatu proses belajar yang
dinyatakan dalam bentuk angka atau biasanya disebut nilai. Prestasi belajar
merupakan taraf keberhasilan siswa dalam mempelajari materi pelajaran di sekolah
dinyatakan dalam bentuk skor yang diperoleh dari hasil tes mengenai sejumlah
materi pelajaran tertentu.
Menurut Nana Sudjana, keberhasilan belajar adalah perubahan tingkah laku
sebagai hasil dari belajar yang mencakup bidang kognitif manusia, 2 afektif, dan
psikomotorik. Oleh karena itu dalam penilaian hasil belajar, peranan ujian
instruksional yang berisi rumusan kemampuan dan tingkah laku yang diinginkan
dikuasai oleh siswa menjadi unsur penting sebagai dasar dan acuan penilaian.
Keberhasilan belajar juga merupakan keberhasilan siswa dalam membentuk

2
M, Nurhadi, Pendidikan kedewasaan dalam perspektif psikologi islami, (Yogyakarta: Deepublish, 2014), 43

3
kompetensi dan mencapai tujuan serta keberhasilan guru dalam membimbing siswa
dalam pembelajaran.
Ditinjau dari pengertian prestasi belajar atau hasil belajar dengan
keberhasilan belajar terdapat keterkaitan, yaitu bahwa prestasi belajar merupakan
taraf keberhasilan siswa.
Untuk menyatakan bahwa suatu proses belajar mengajar tentang suatu bahan
pengajaran dikatakan berhasil apabila tujuan instruksional khusus tersebut dapat
dicapai. Dan untuk mengetahui tercapai tidaknya Tujuan Instruksional Khusus
(TIK), guru perlu mengadakan tes formatif setelah selesai mengajarkan satuan
bahasan kepada siswa. Penilaian formatif ini mengetahui seberapa besar siswa telah
menguasai TIK yang ingin dicapai.
Indikator dari keberhasilan belajar di sini adalah:
1) Daya serap terhadap bahan pelajaran yang diajarkan mecapai prestasi tinggi, baik
secara individu maupun kelompok.
2) Perilaku yang digariskan dalam tujuan pengajaran telah dicapai baik individu
maupun kelompok.

B. Pembelajaran dalam Perspektif Psikologi

Proses pembelajaran merupakan proses komunikasi, yaitu proses penyampaian pesan


dari sumber pesan melalui saluran/media tertentu ke penerima pesan. Pesan, sumber
pesan, saluran/media dan penerima pesan adalah komponen-komponen proses
komunikasi. Proses yang akan dikomunikasikan adalah isi ajaran ataupun didikan yang
ada dalam kurikulum,  sumber pesannya bisa guru, siswa, orang lain ataupun penulis buku
dan media.
Demikian pula kunci pokok pembelajaran ada pada guru (pengajar), tetapi bukan
berarti dalam proses pembelajaran hanya guru yang aktif sedang siswa pasif. Pembelajaran
menuntut keaktifan kedua belah pihak yang sama-sama menjadi subjek pembelajaran.
Jadi, jika pembelajaran ditandai oleh keaktifan guru sedangkan siswa hanya pasif, maka
pada hakikatnya kegiatan itu hanya disebut mengajar. Demikian pula bila pembelajaran di
mana siswa yang aktif tanpa melibatkan keaktifan guru untuk mengelolanya secara baik
dan terarah, maka hanya disebut belajar. Hal ini menunjukkan bahwa pembelajaran
menuntut keaktifan guru dan siswa.

4
Biggs (dalam Adrian, 2004) seorang pakar psikologi membagi konsep mengajar
menjadi tiga macam pengertian yaitu
1. Pengertian Kuantitatif.
Mengajar diartikan sebagai the transmission of knowledge, yakni penularan pengetahuan.
Dalam hal ini guru hanya perlu menguasai pengetahuan bidang studinya dan
menyampaikan kepada siswa dengan sebaik-baiknya. Masalah berhasil atau tidaknya
siswa bukan tanggung jawab pengajar.
2. Pengertian institusional.
Mengajar berarti the efficient orchestration of teaching skills, yakni penataan segala
kemampuan mengajar secara efisien. Dalam hal ini guru dituntut untuk selalu siap
mengadaptasikan berbagai teknik mengajar terhadap siswa yang memiliki berbagai macam
tipe belajar serta berbeda bakat, kemampuan dan kebutuhannya.
3. Pengertian kualitatif.
Mengajar diartikan sebagai the facilitation of learning, yaitu upaya membantu
memudahkan kegiatan belajar siswa mencari makna dan pemahamannya sendiri.
Berdasarkan definisi-definisi mengajar dari para pakar di atas dapat ditarik
kesimpulan bahwa mengajar adalah aktivitas kompleks yang dilakukan guru dalam
menyampaikan pengetahuan kepada siswa, sehingga terjadi proses belajar.
Aktivitas kompleks yang dimaksud antara lain adalah mengatur kegiatan belajar siswa,
memanfaatkan lingkungan, baik ada di kelas maupun yang ada di luar kelas dan
memberikan stimulus, bimbingan pengarahan, dan dorongan kepada siswa.
Berdasarkan penjelasan dari teori-teori diatas dapat dilihat bahwa belajar dan
pembelajaran:
1. Teori Pengajaran
Ada Beberapa pendapat yang menyangkut hubungan antara teori belajar dengan teori
pengajaran.Berikut ini akan dikemukaan lima pendekatan bagaimana menggunakan teori
belajar psikolog dalam menyusun teori pengajaran:
a) Pendekatan Modifikasi Tingkah Laku.
Pendekatan modifikasi tingkah laku telah didefinisikan secara khusus dan diterapkan
dalam bidang klinis dan pendidikan. Kaedah –kaedah belajarnya diturunkan dari
studi laboratorium proses belajar. Ia mendorong pendidik untuk menggunakan
kaidah – kaidah penguatan (reinforcement) dalam mengidentifikasi aspek –aspek
penting dalam belajar, dan mengatur kondisi sedemikian rupa agar sisiwa memiliki
reward. Di samping itu pendekatan modifikasi tingkah laku prosedur pengajaran
5
terlalu mendorong para sisiwa untuk percaya bahwa selalu ada jawaban yang benar
untuk setiap masalah.
b) Pendekatan Teori Belajar Konektif
Teori pengajaran harus berhubungan dengan motivasi sisiwa, menggunakan kaidah-
kaidah yang dapat mendorong siswa mau dan mampu belajar bila mereka memasuki
situasi belajar mengajar.
c) Pendekatan Kaedah-Kaedah Belajar
Teori pengajaran harus memberikan tekanan kepada perhatian dan respon siswa
terhadap bahan pengajaran,serta pengetahuan yang dihasilkan sebagai kontrol respon
dan ganjaran merupakan cara untuk membimbing perhatian dan tingkah laku sisiwa.
d) Pendekatan Analisis Tugas
Pendekatan ini muncul karena ketidakpuasan terhadap teori pengajaran berdasarkan
kaedah –kaedah belajar laboratoris. Mereka menyatakan bahwa studi belajar
psikolog dapat bermanfaat bila menyiapkan suatu cara yang sistematis untuk
menganalisis jenis tugas yang ada dalam latihan praktis termasuk dalam praktek
pendidikan dan pengajaran.
e) Pendekatan Psikolog Humanistik
Psikolog humanistik dipandang sebagai alternatif baru neobehaviorisme dan
psikolog kognitif. Sehingga psikolog harus lebih menangani pribadi keseluruhan
(whole person) dari pada analisis bagian – bagian dari semua sub aspek manusia
sehingga bisa ditentukan agar menunjang proses belajar yang lebih
bermakna.Namun teori pengajaran dari psikologi humanistik tidak selesai dan
menuntut pengujian secara empiris.
Penjelasan diatas membuktikan bahwa betapa pentingnya psikologi dalam proses
belajar dan mengajar maupun dalam dunia pendidikan pada umumnya. Guru dituntut
untuk mengetahui aspek-aspek kejiwaaan dari peserta didiknya agar guru dapat
menerapkan konsep belajar maupun mengajar yang pas untuk peserta didiknya sehingga
tujuan pendidikan dapat tercapai seperti yang diharapkan.

C. Aspek-aspek Psikologis dalam Pembelajaran

Beberapa peran penting psikologi dalam proses pembelajaran adalah :

6
1. Memahami siswa sebagai pelajar, meliputi perkembangannya, tabiat, kemampuan,
kecerdasan, motivasi, minat, fisik, pengalaman, kepribadian, dan lain-lain
2. Memahami prinsip-prinsip dan teori pembelajaran
3. Memilih metode-metode pembelajaran dan pengajaran
4. Menetapkan tujuan pembelajaran dan pengajaran
5. Menciptakan situasi pembelajaran dan pengajaran yang kondusif
6. Memilih dan menetapkan isi pengajaran
7. Membantu peserta didik yang mengalami kesulitan belajar
8. Memilih alat bantu pembelajaran dan pengajaran
9. Menilai hasil pembelajaran dan pengajaran
10. Memahami dan mengembangkan kepribadian dan profesi guru
11. Membimbing perkembangan siswa

Sebagaimana dinyatakan di muka bahwa proses pembelajaran syarat dengan aspek-


aspek psikologis yang harus diperhatikan oleh seorang pendidikan atau pengajar, demi
menunjang keberhasilan proses pembelajaran tersebut. Aspek-aspek psikologis tersebut
akan dijelaskan di bawah ini:

a) Tingkat kecerdasan atau inteligensi siswa


Inteligensi ialah kemampuan untuk menemukan, yang bergantung pada
pengertian yang luas dan ditandai oleh adanya suatu tujuan tertentu dan adanya
pertimbangan-pertimbangan yang bersifat korektif. Jelasnya, inteligensi itu meliputi
pengertian penemuan sesuatu yang baru, adanya keyakinan atau ketetapan hati dan
adanya pengertian terhadap dirinya sendiri.
Pendapat lain menyatakan bahwa inteligensi pada umumnya dapat diartikan
sebagai kemampuan psiko-fisik untuk mereaksi rangsangan atau menyesuaikan diri
dengan lingkungan dengan cara yang tepat . Dengan dengan demikian, diketahui bahwa
inteligensi sebenarnya bukan persoalan kualitas otak saja, melainkan juga kualitas
organ-organ tubuh lainnya. Namun diakui, memang, peran otak dalam hubungannya
dengan inteligensi manusia lebih menonjol daripada peran organ-organ tubuh lainnya,
lantaran otak merupakan “menara pengontrol” hampir seluruh aktivitas manusia. Sudah
menjadi sebuah keyakinan bersama dan dibuktikan secara empiris bahwa tingkat
kecerdasan atau inteligensi seseorang (siswa) sangat menentukan tingkat keberhasilan
belajar. Ini bermakna, semakin tinggi tingkat kecerdasan seorang siswa maka semakin

7
besar peluangnya meraih sukses dalam belajar. Sebaliknya, semakin rendah tingkat
kecerdasannya maka semakin kecil peluangnya untuk memperoleh sukses.
b) Sikap Siswa
Sikap adalah gejala internal yang berdimensi afektif berupa kecenderungan
untuk mereaksi atau merespons (response tendency) dengan cara yang relatif terhadap
objek orang, barang, dan sebagainya, baik secara positif maupun negatif. Yang sangat
memegang peranan penting dalam sikap ialah faktor perasaan atau emosi, dan faktor
kedua adalah reaksi/respons, atau kecenderungan untuk bereaksi. Dalam beberapa hal
sikap merupakan penentu yang penting dalam tingkah laku manusia. Sebagai reaksi
maka sikap selalu berhubungan dengan dua alternatif, yaitu senang atau tidak senang,
menurut dan melaksanakannya atau menjauhi/menghindari sesuatu.
Dalam proses pembelajaran sikap termasuk salah satu yang mempengaruhi
proses pembelajaran. Oleh karena itu, dapat dinyatakan bahwa respon positif yang
diberikan siswa terhadap materi pelajaran yang diberikan merupakan pertanda baik
dalam mengikuti proses belajarnya. Sebaliknya, respon negatif yang berikan terhadap
mata pelajaran atau guru bahkan diberangi dengan kebencian akan dapat menimbulkan
kesulitan belajar siswa. Jika kesulitan belajar telah dialami siswa maka tingkat
keberhasilan belajar tidak akan tercapai.
c) Bakat Siswa
Bakat adalah kemampuan individu untuk melakukan tugas tertentu tanpa
banyak bergantung pada upaya pendidikan dan latihan. Seorang yang siswa yang
memiliki bakat dalam bidang tata bahasa Inggris, misalnya, akan jauh lebih mudah
menyerap informasi, pengetahuan dan keterampilan yang berhubungan dengan bidang
tersebut dibanding dengan siswa lainnya. Berhubungan dengan hal di atas, bakat akan
mempengaruhi tingkat keberhasilan siswa dalam proses belajar bidang studi tertentu.
Oleh karenanya, sangat tidak bijaksana apabila orang tua memaksa untuk
menyekolahkan anaknya pada jurusan keahlian tertentu yang tidak sesuai dengan bakat
yang dimiliki anak.
d) Minat Siswa
Secara sederhana, minat (interest) berarti kecenderungan dan kegairahan yang
tinggi atau keinginan yang besar terhadap sesuatu. Minat seperti yang dipahami dan
dipakai orang selama ini dapat mempengaruhi kualitas pencapaian hasil belajar siswa
dalam bidang-bidang studi tertentu.

8
Belajar akan menjadi suatu siksaan dan tidak memberi manfaat jika tidak
disertai sifat terbuka bagi bahan-bahan pelajaran. Guru yang berhasil membina
siswanya berarti ia telah melakukan hal-hal yang paling penting yang dapat dilakukan
demi kepentingan belajar siswa-siswanya. Sebab minat bukanlah sesuatu yang ada
begitu saja, melainkan sesuatu yang dapat dipelajari. Pada dasarnya minat ada yang
muncul dengan sendirinya yang disebut minat spontan dan ada minat yang muncul dan
dibangkitkan dengan sengaja. Pendapat lain mengatakan bahwa minat terbagi kepada
dua bagian, yaitu minat pembawan dan lingkungan. Biasanya minat ini muncul
berdasarkan bakat yang ada, misalnya apabila seseorang memiliki bakat di bidang
pendidikan (guru) maka ia akan masuk ke fakultas keguruan. Minat seseorang bisa saja
berubah karena adanya pengaruh seperti kebutuhan dan lingkungan.
e) Motivasi Siswa
Motif merupakan pendorong bagi suatu organisme untuk melakukan sesuatu.
Pendapat lain mengatakan bahwa motif ialah keadaan internal organisem–baik manusia
ataupun hewan yang mendorongnya untuk berbuat sesuatu. Motivasi dapat dibedakan
menjadi dua macam, yaitu intrinsik dan ekstrinsik. Motivasi intrinsik adalah hal dan
keadaan yang berasal dari dalam diri siswa sendiri yang dapat mendorongnya
melakukan tindakan belajar.
Sedangkan motivasi ekstrinsik adalah hal dan keadaan yang datang dari luar
individu siswa yang juga mendorongnya untuk melakukan kegiatan belajar.
Kekurangan atau ketiadaan motivasi, baik yang bersifat internal maupun yang bersifat
eksternal, akan menyebabkan kurang bersemangatnya siswa dalam melakukan proses
pembelajaran materi-materi pelajaran baik di sekolah maupun di rumah.

9
BAB III

PENUTUP

A. Kesimpulan
Pembelajaran merupakan proses yangdilakukan oleh orang dewasa kepada
siswa agar siswa lebih mampu, termotivasi, antusias dalam belajar dengan baik.
Pembelajaran akan efektif dan efisien serta tercapai tujuan pembelajarannya bila guru
memerhatikan aspek fundamental dari pembelajaran, yakni aspek psikologis. Dengan
memerhatikan aspek tersebut, berarti guru/kita memerhatikan unsur penting yang harus
diperhatikan sehingga pembelajaran dapat berlangsung dengan baik. Dengan psikologis
berarti kita amat memerhatikan karakteristik siswa, intelegensinya, minat, bakat,
motivasi, pengaruh yang memengaruhinya, usia, dan lain sebagainya. Singkatnya, segala
faktor eksternal maupun internal menjadi perhatian guru dalam proses pembelajaran
sehingga siswa dapat belajar secara efektif dan efisien. Dengan pemahaman psikologis
siswa, guru dapat menentukan metode, pendekatan, model, strategi, media, dan bahan
yang tepat bagi siswa yang mereka dampingi.

10
DAFTAR PUSTAKA

Nata, DR H. Abuddin. Perspektif Islam tentang strategi pembelajaran. Jakarta: Kencana,


2014.

NURHADI, M. Pendidikan kedewasaan dalam perspektif psikologi islami. Yogyakarta:


Deepublish, 2014.

11

Anda mungkin juga menyukai